3 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
Pengambilan data lapangan dilakukan selama 6 bulan pada bulan Juli-Desember 2007.
Gambar 3 Peta lokasi pengambilan sampel di Kabupaten Pendeglang.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi data kerat lintang (cross section) dan data deret waktu (time series). Dasar pertimbangan penggunaan kedua jenis data adalah beberapa peubah dengan tingkat keragaman, hanya terdapat pada satu jenis data, sehingga kedua jenis data tersebut dikumpulkan dan digunakan secara bersamaan saling melengkapi (Sinaga 1996 diacu dalam Laapo 2004).
106 o0’BT 105 o30’BT
o’60 LS
o6
’30 LS
o’70 LS
Peta Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian
Atlas Sumberdaya LautBanten
106 o0’BT 105 o30’BT
o’60 LS
o6
’30 LS
o’70 LS
Peta Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian
Atlas Sumberdaya LautBanten
106 o0’BT 105 o30’BT
o’60 LS
o6
’30 LS
o’70 LS
Peta Lokasi Penelitian
Lokasipengambilan sampel
Atlas Sumberdaya LautBanten
Sumber data dalam penelitian ini dikelompokkan atas sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer bersumber dari anggota rumah tangga nelayan yang terlibat melaut, meliputi: karakteristik rumah tangga nelayan, kepemilikan asset usaha perikanan, input, pemeliharaan kapal dan alat tangkap ikan, hasil tangkapan, musim dan daerah penangkapan, jumlah trip, tenaga kerja nelayan, permodalan, harga dan pemasaran hasil. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode interview secara terstruktur menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) dan ditunjang dengan observasi langsung terhadap kegiatan nelayan.
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan, Kantor Kecamatan, monografi desa dan Biro Pusat Statistik (BPS). Data yang dikumpulkan mencakup kondisi geografi dan administrasi wilayah, keadaan penduduk, pemasaran, keadaan sarana dan prasarana penunjang perikanan, kebijakan pemerintah di sektor perikanan (kebijakan penyediaan input, informasi harga, investasi dan ekspor), data hasil dan upaya penangkapan ikan pemanfaatan sumberdaya perikanan 10 tahun terakhir (1995-2005).
3.3 Metode Pengambilan Contoh
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan pertimbangan kondisi wilayah penelitian, maka penelitian yang dilakukan menggunakan metode survei.
Penentuan lokasi dan besarnya contoh nelayan dilakukan secara purposive sampling. Secara administrasi, Kabupaten Pandeglang terbagi atas 31 kecamatan dan 10 kecamatan diantaranya berada di wilayah pesisir tapi hanya 6 kecamatan yang memiliki PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan), kecamatan yang dimaksud antara lain Kecamatan Carita (PPI Carita dan PPI Sukanegara), Kecamatan Labuan (PPI Labuan), Kecamatan Panimbang (PPI Panimbangjaya dan PPI Citeureup), Kecamatan Patia (PPI Sidamukti), Kecamatan Sumur (PPI Sumur dan PPI Tamanjaya), dan Kecamatan Cikeusik (PPI Cikeusik). Nama PPI pada umumnya didasarkan pada nama desa tempat PPI tersebut berada. Di antara 9 PPI tersebut, yang memiliki jumlah nelayan terbesar, penyebaran jumlah dan jenis alat tangkap yang beragam dipilih 3 buah PPI yang menjadi lokasi penelitian yaitu PPI Labuan (bagian utara), PPI Sidamukti (bagian tengah) dan PPI Sumberjaya
(bagian selatan) berdasarkan aspek geografis. Ciri usaha perikanan utama ketiga PPI contoh adalah pukat pantai, dogol, pukat cincin, jaring insang, pancing, payang, dan bagan. PPI dijadikan tempat pengambilan contoh karena merupakan sentra pelayanan nelayan dalam melakukan aktifitasnya menangkap ikan, sehingga akan lebih mudah untuk melakukan observasi dan perekaman data penelitian.
Tabel 8 Komposisi sampel unit penangkapan ikan (UPI) dan responden No.
PPI
Jenis UPI Jumlah sampel Persentase
Kecamatan Yang dominan UPI sampel
(Unit) (Unit) (%)
A. Labuan Labuan 1. Pukat pantai 130 4 2. Pukat kantong 32 1 3. Pukat cincin 6 2 4. Jaring insang 40 2
5. Bagan 46 2
6. Pancing yang lain 45 2
Jumlah 299 13 4,3
B. Patia Sidamukti 1. Pukat pantai 1 0 2. Pukat kantong 0 0 3. Pukat cincin 0 0 4. Jaring insang 193 9
5. Bagan 0 0
6. Pancing yang lain 22 1
Jumlah 216 10 4.6
C. Sumur Sumur 1. Pukat pantai 0 0 2. Pukat kantong 3 0 3. Pukat cincin 0 0 4. Jaring insang 17 1
5. Bagan 95 4
6. Pancing yang lain 35 2
Jumlah 150 7 4.7
Total 665 30 4.5 Keterangan :
* Pukat tarik ≈ pukat pantai
* Pukat kantong ≈ dogol, payang
* Jaring insang ≈ Jaring insang hanyut, jaring insang tetap, jaring klitik
* Jaring angkat ≈ bagan perahu, bagan tancap
Jumlah contoh nelayan untuk setiap jenis UPI ditentukan secara proposional, jika jumlah populasi jenis UPI banyak maka jumlah contoh nelayan akan lebih
sedikit. Pemilihan sampel nelayan diupayakan secara random. Banyaknya contoh nelayan ditentukan dengan mempertimbangan status nelayan pemilik, perbedaan jenis alat tangkap dan kendala (waktu, tenaga dan biaya) tanpa mengurangi tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Jumlah populasi nelayan pemilik di 3 PPI/desa contoh sebanyak 798 orang dengan 336 RTP. Jumlah contoh nelayan pemilik yang dijadikan sebagai obyek penelitian 30 RTP, dimana Desa Teluk terpilih 13 RTP, Sidamukti 10 RTP dan Sumberjaya 7 RTP (Tabel 8). Metode pengambilan data dilakukan dengan memberikan kuisioner dan wawancara dengan responden terkait dengan produksi, jenis ikan, kebutuhan minyak tanah, es, tenaga kerja, pendapatan asli daerah, biaya dan pendapatan tiap unit penangkapan ikan.
3.4 Analisis Data
Analisis data hasil penelitian dapat dibuatkan ringkasan seperti ditunjukkan pada Tabel 9. Analisis data terkait dengan tujuan penelitian yaitu (1) Seleksi alat tangkap berdasarkan aspek biologi-sosial-ekonomi dengan metode analisis Shanon Diversity Index, Analisis Usaha, Multiple Criteria Analysis (2) Alokasi unit penangkapan ikan pelagis kecil di perairan Kabupaten Pandeglang, Banten dengan metode analisis Linear Goal Programming dan (3) Simulasi alokasi unit penangkapan ikan pelagis kecil terhadap perubahan faktor kendala dengan metode deskriptif.
3.4.1 Seleksi unit penangkapan ikan (1) Aspek biologi
Penilaian aspek biologi kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang dilakukan dengan metode MCA (Multi Criteria Analysis). Analisis terhadap aspek biologi dilakukan untuk melihat apakah jenis alat tangkap yang digunakan untuk memanfaatkan sumberdaya ikan pelagis kecil di Pandeglang merusak sumberdaya yang ada atau tidak. Penilaian aspek biologi unit penangkapan ikan pelagis kecil dititik beratkan pada lima kriteria yaitu CPUE (catch per unit effort), jumlah trip, komposisi hasil tangkapan, dan ukuran ikan yang tertangkap untuk masing-masing alat tangkap. Kriteria penilaian didasarkan kepada hasil pengisian kuisioner dan wawancara dengan responden.
Tabel 9 Ringkasan analisis data
No. Tujuan Data yang Dikumpulkan (Input) Cara Pengumpulan Data Metode Analisis Hasil (Output)
1 Seleksi unit penangkapan ikan - Proporsi hasil
tangkapan/spesies/alat/bulan
Wawancara Multiple Criteria Analysis-MCA Perbandingan Keunggulan Antar Alat Tangkap
berdasarkan aspek biologi-sosial- Kuisioner - Biologi
ekonomi - CPUE
Survei - Komposisi hasil hasil tangkapan
- Jumlah trip
- Ukuran ikan
- Metode operasi/alat Multiple Criteria Analysis-MCA - Teknis
- Daya jangkau/kapal - Metode operasi
- Pengaruh lingkungan/alat - Daya jangkau
- Selektivitas alat - Pengaruh lingkungan
- Penggunaan teknologi/alat - Selektivitas alat
- Penggunaan teknologi
- Biaya operasional/alat Multiple Criteria Analysis-MCA - Ekonomi
Analisis Usaha - Modal investasi
- Net Present Value (NPV) - Biaya usaha
- Benefit Cost Ratio (BCR) - Penerimaan usaha
- Internal Rate of Return (IRR) - Kriteria finansial
- Return on Investment (ROI) - Kriteria investasi
- Jumlah tenaga kerja/alat Multiple Criteria Analysis-MCA - Sosial
- Upah rata-rata tenaga kerja/alat - Membandingkan jumlah tenaga kerja
- Membandingkan upah tenaga kerja
2 Alokasi unit penangkapan Wawancara Linear Goal Programming (LP) Analisis Optimasi
ikan pelagis kecil di perairan Kuisioner 1. Fungsi tujuan: memaksimumkan
produksi unit penangkapan ikan
Pandeglang, Banten Survei 2. Fungsi pembatas: input kegiatan
penangkapan
3 Simulasi alokasi unit - Perubahan faktor kendala Wawancara Deskriptif Simulasi
penangkapan ikan pelagis - Kenaikan BBM Kuisioner
kecil terhadap perubahan Survei
faktor kendala
Kriteria pertama yang dijadikan bahan penilaian aspek biologi adalah CPUE. Prioritas masing-masing unit penangkapan ikan pelagis kecil ditentukan berdasarkan nilai CPUE tertinggi, semain tinggi CPUE maka prioritasnya semakin besar.
Kriteria ke-2 adalah jumlah trip selama satu tahun yang digunakan sebagai indikator mutu hasil tangkapan. Artinya semakin lama trip penangkapan maka mutu hasil tangkapan yang diperoleh akan semakin buruk. Urutan prioritas ditentukan berdasarkan jumlah trip atau semakin banyak jumlah trip dalam satu tahun maka nilai prioritas suatu unit penangkapan ikan semakin tinggi.
Kriteria ke-3 adalah komposisi hasil tangkapan setiap unit penangkapan.
Prioritas ditentukan berdasarkan jumlah komposisi hasil tangkapan yang diperoleh, semakin beragam jenis ikan yang tertangkap oleh alat tangkap maka nilai prioritasnya semakin buruk. Hal ini didasarkan pada tingkat selektivitas unit penangkapan ikan semakin sedikit jumlah komposisi ikan yang diperoleh maka tingkat selektivitas alat semakin baik.
Kriteria terakhir dari penilaian aspek biologi adalah ukuran hasil tangkapan.
Penilaian dilakukan dengan metode scoring, dengan skor tertinggi 5 dan terendah 1. Skor 1 digunakan untuk unit penangkapan yang menangkap ikan dengan ukuran kecil, skor 2 untuk ukuran cukup kecil, skor 3 untuk ukuran sedang, skor 4 untuk ukuran cukup besar dan skor 5 untuk besar. Urutan prioritas ditentukan berdasarkan skor tertinggi semakin tinggi skor maka prioritasnya semakin baik.
Adapun selang skor yang ditetapkan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Skor kriteria ukuran hasil tangkapan Selang Nilai Keterangan
1 Kecil
2 Cukup kecil
3 Sedang
4 Cukup besar
5 Besar
(2) Aspek teknis
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efektivitas alat tangkap untuk digunakan (gillnet, lift net, hook and line, purse seine dan boat seine).
Kriteria teknis yang digunakan meliputi metode pengoperasian alat tangkap, daya jangkau operasi, pengaruh lingkungan fisik, selektivitas alat dan penggunaan teknologi. Penilaian dilakukan dengan cara skoring dengan rentang skor 1 hingga 5 untuk semua kriteria kecuali daya jangkau operasi. Kriteria penilaian didasarkan kepada hasil pengisian kuisioner dan wawancara dengan responden.
Kriteria pertama penilaian/scoring metode penangkapan didasarkan pada tingkat kemudahan operasi penangkapan. Skor 1 menunjukkan sulit, skor 2 cukup sulit, skor 3 sedang, serta 4, dan 5 merupakan skor yang menunjukkan tingkat pengoperasian cukup mudah dan mudah. Adapun selang skor yang ditetapkan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Skor kriteria metode pengoperasian alat tangkap Selang Nilai Keterangan
1 Sulit
2 Cukup sulit
3 Sedang
4 Cukup mudah
5 Mudah
Kriteria ke-2 adalah daya jangkau operasi penangkapan ikan penilaian dilakukan berdasarkan kemampuan daya jangkau (mil) unit penangkapan dimana semakin jauh maka nilainya semakin baik.
Kriteria ke-3 adalah pengaruh lingkungan fisik terhadap pengoperasian unit penangkapan. Penilaian dilakukan dengan metode scoring dimana skor 1 menunjukan bahwa lingkungan fisik sangat berpengaruh, skor 2 berpengaruh, skor 3 cukup berpengaruh, skor 4 tidak berpengaruh dan skor 5 menunjukan sangat tidak berpengaruh. Adapun selang nilai penetapan pengaruh lingkungan fisik terhadap pengoperasian alat penangkapan ikan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Skor kriteria pengaruh lingkungan fisik terhadap pengoperasian alat tangkap
Selang Nilai Keterangan 1 Sangat berpengaruh 2 Berpengaruh
3 Cukup berpengaruh
4 Tidak berpengaruh
5 Sangat tidak berpengaruh
Kriteria ke-4 adalah selektivitas alat penangkapan. Penilaian untuk masing- masing unit penangkapan dilakukan dengan cara scoring, dimana skor 1 menunjukkan sangat tidak selektif, skor 2 cukup tidak selektif, skor 3 cukup selektif sedang, skor 4 menunjukkan selektif dan skor 5 sangat selektif, seperti pada Tabel 13 di bawah ini:
Tabel 13 Skor kriteria selektivitas teknologi penangkapan ikan Selang nilai Keterangan
1 Sangat tidak selektif
2 Tidak selektif
3 Selektivitas sedang
4 Selektif
5 Sangat selektif
Kriteria terakhir dari aspek teknis adalah tingkat penggunaan teknologi.
Scoring dilakukan untuk menilai kriteria ini, dimana skor 1 menunjukkan tingkat penerapan teknologi rendah, skor 2 cukup rendah, skor 3 sedang, skor 4 cukup tinggi dan skor 5 tinggi. Adapun selang nilai penetapan pengaruh lingkungan fisik terhadap pengoperasian alat penangkapan ikan dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Skor kriteria tingkat penggunaan teknologi Selang nilai Keterangan
1 Teknologi rendah
2 Teknologi cukup rendah
3 Teknologi sedang
4 Teknologi cukup tinggi
5 Teknologi tinggi
(3) Aspek ekonomi 1) Kriteria finansial
Analisis kriteria finansial yang digunakan untuk melakukan seleksi unit penangkapan ikan pelagis kecil unggulan meliputi : investasi, biaya usaha, keuntungan, Revenue and Cost Rasio (R/C), Payback Periode (PP) dan Break Event Point (BEP). Nilai kriteria finansial yang dibandingkan dari 5 jenis unit penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang.
1 Modal investasi
Investasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh investor untuk membeli barang-barang yang diperlukan dalam melaksanakan suatu unit usaha. Modal investasi yang diperlukan untuk melaksanakan usaha penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang dengan menggunakan 5 jenis alat tangkap (gillnet, bagan, pancing, payang dan purse seine) memiliki nilai yang berbeda.
Penentuan prioritas unit penangkapan dengan menggunakan nilai investasi didasarkan pada nilai investasi terendah. Dengan demikian unit penangkapan yang memberikan nilai investasi terendah merupakan unit penangkapan yang terbaik.
2 Biaya usaha
Biaya usaha merupakan pengeluaran usaha yang digunakan untuk keperluan kegiatan penangkapan ikan, umumnya dihitung selama satu tahun. Biaya ini terbagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap tidak tergantung pada perubahan tingkat kegiatan dalam menghasilkan tingkat pengeluaran atau produk dalam interval waktu tertentu.
Biaya tersebut harus tetap dikeluarkan sekalipun kegiatan operasi penangkapan tidak dilakukan. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya mengalami perubahan sesuai dengan tingkat produksi yang dilakukan (Soeharto 1999).
Kriteria kedua yang digunakan adalah biaya usaha. Sama halnya dengan nilai investasi, penentuan prioritas ditentukan berdasarkan nilai biaya terendah yang dikeluarkan oleh suatu unit penangkapan.
3 Revenue and cost rasio (R/C)
R/C digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil usaha penangkapan dalam priode waktu tertentu cukup menguntungkan atau tidak. Nilai R/C diperoleh dengan cara membandingkan penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan dalam waktu satu tahun, usaha dikatakan untung apabila nilai R/C >1 (Soeharto 1999).
Berbeda dengan dua kriteria sebelumnya, nilai prioritas yang didasarkan pada kriteria keuntungan ditentukan berdasarkan nilai keuntungan terbesar.
Semakin besar keuntungan maka semakin tinggi prioritas dari suatu alat tangkap.
Prioritas usaha penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan nilai R/C ditentukan dengan melihat nilai R/C terbesar. Semakin besar nilai R/C maka prioritas pengembangan unit penangkapan semakin baik. Unit penangkapan gillnet menempati prioritas pertama diikuti oleh payang, bagan, purse seine dan pancing pada prioritas terakhir.
4 Payback periode (PP)
Merupakan periode waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran biaya investasi dengan menggunakan aliran kas dalam satu bulan atau satu tahun. Rumus yang digunakan untuk menghitung PP adalah sebagai berikut (Soeharto 1999):
A Cf gembalian
PeriodePen = / ... (3.1) Keterangan :
Cf = Biaya pertama
A = Aliran kas bersih (netto) per tahun
Nilai payback periode perikanan pelagis kecil di Pandeglang berbeda setiap alat tangkap, semakin besar nilai payback periode semakin besar prioritas unit penangkapan tersebut.
5 Break event point (BEP)
Merupakan titik dimana usaha mengalami titik impas (tidak untung atau rugi). Dengan asumsi bahwa harga penjualan per unit produksi adalah konstan maka jumlah unit pada titik impas dihitung sebagai berikut (Soeharto 1999):
VC P Qi FC
= − ... (3.2) Keterangan :
Qi = Jumlah unit (volume) yang dihasilkan dan terjual pada titik impas FC = Biaya tetap
P = Harga penjualan per unit VC = Biaya tidak tetap per unit 2) Kriteria investasi
Analisis kriteria investasi digunakan untuk membuat keputusan apakah suatu kegiatan/proyek dapat atau tidak untuk dijalankan serta digunakan untuk menilai dan mengevaluasi kegiatan tersebut. Analisis ini juga digunakan untuk mengetahui manfaat secara ekonomi maupun finansial dari suatu kredit.
Analisis kriteria investasi usaha unit penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang meliputi Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Return on Investment (ROI).
1 Net present value (NPV)
Kriteria ini digunakan untuk menilai manfaat investasi yang merupakan jumlah nilai sekarang (present value) dari manfaat bersih dan dinyatakan dalam satuan rupiah. Rumus persamaan NPV adalah (Soeharto 1999):
∑
∑
= − = += + n
o t
t n
0
t t (1 i)
(Co)t i)
(1
NPV (C)t ... (3.3)
Keterangan:
(C)t = Aliran kas masuk tahun ke-t (Co)t = Aliran kas keluar tahun ke-t n = Umur unit usaha hasil investasi i = Arus pengembalian (rate of return) t = Waktu
Nilai NPV merupakan nilai tambah yang diperoleh di akhir tahun proyek pada suku bunga tertentu. Semakin besar nilai NPV suatu usaha mengindikasikan besarnya nilai manfaat yang didapatkan oleh unit usaha tersebut.
2 Analisis rasio biaya dan manfaat (B/C ratio)
Analisis Rasio Biaya dan Manfaat merupakan salah satu analisis untuk menilai kelayakan sebuah investasi yang ditanamkan baik secara ekonomi maupun secara finansial. Rasio biaya dan manfaat merupakan perbandingan di mana pembilang terdiri dari nilai manfaat total yang sudah didiskon dengan tingkat diskon (discount rate) tertentu, sedangkan sebagai penyebut adalah total biaya yang sudah didiskon. Persamaan rasio B/C tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Soeharto 1999):
∑
= + +n
1 t
t t
i) (1 Ct
i) (1
= Bt
B/C ... (3.4) Keterangan :
B = Benefit (manfaat) C = Cost (biaya) t = Periode proyek i = Discount rate
Dari persamaan tersebut di atas, dapat disusun kriteria kelayakan investasi dimana apabila nilai B/C memberikan nilai lebih besar dari 1 maka dikatakan investasi tersebut layak untuk diteruskan. Sebaliknya, apabila nilai B/C tersebut kurang dari 1 maka dikatakan investasi tersebut tidak layak untuk diteruskan.
3 Internal rate of return (IRR)
Kriteria investasi ini merupakan suku bunga maksimal untuk sampai kepada nilai NPV bernilai sama dengan nol, jadi dalam keadaan batas untung rugi. Oleh karena itu kriteria ini sering dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek. Pernyataan ini memuat suatu implikasi bahwa setiap manfaat yang diwujudkan secara otomatis ditanam kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama dan diberi bunga selama sisa umur proyek. Dengan demikian IRR dapat dirumuskan sebagai berikut (Soeharto 1999):
... (3.5)
keterangan:
i` = discount rate ketika NVP positif I” = discount rate ketika NVP negatif NPV’ = nilai NVP positif
NPV’’ = nilai NVP negatif
Proyek dikatakan layak bila IRR lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku. Sehingga bila IRR sama dengan tingkat bunga yang berlaku maka NPV dari proyek tersebut sama dengan nol. Sebaliknya, bila IRR lebih kecil dari tingkat bunga yang berlaku, maka nilai NPV lebih kecil dari nol dan berarti proyek tersebut tidak layak. Semakin tinggi nilai IRR dari suatu unit penangkapan ikan maka kondisi usaha tersebut semakin baik.
4 Return on investment (ROI)
Pengembalian atas investasi atau asset (return on investment) adalah perbandingan dari pemasukan (income) per tahun terhadap dana investasi.
Dengan demikian memberikan indikasi profitabilitas suatu investasi. Rumusnya adalah sebagai berikut (Soeharto 1999):
% 100 Investasi x Pemasukan
ROI = ... (3.6) Asumsi yang digunakan dalam analisis kriteria investasi usaha penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang adalah:
1) Unit usaha yang dijalankan di Pandeglang dianggap sebagai usaha baru.
2) Umur proyek ditentukan selama 10 tahun. Hal ini didasarkan pada penggunaan investasi kapal dengan umur teknis 10 tahun.
3) Tahun pertama proyek dimulai tahun 2007 dengan penilaian investasi dimulai dari tahun tersebut. Penggantian investasi berikutnya menggunakan barang baru dan harga baru.
4) Sumber modal yang digunakan yaitu modal sendiri.
5) Jumlah penerimaan selama umur proyek tetap.
(
'' ')
"
' '
' i i
NVP NPV
i NVP
IRR −
+ −
=
6) Discount factor pada tahun 2007 didasarkan pada suku bunga pinjaman 17%
per tahun berlaku pada Bank JABAR.
7) Kebutuhan bahan bakar (bensin, solar dan minyak tanah) dan pelumas meningkat 5% setiap tahun proyek. Hal ini disebabkan oleh umur teknis mesin semakin tua, sehingga kebutuhan bahan bakar dan oli semakin bertambah.
(4) Aspek sosial
Analisis sosial ditinjau dari penilaian dan penerimaan masyarakat terhadap alat tangkap yang digunakan, dapat memberikan kesempatan kerja kepada nelayan setempat atau tidak, yang dapat dilihat dari banyaknya tenaga kerja yang diserap, serta upah yang diterima oleh nelayan.
Penilaian terhadap kriteria penyerapan tenaga kerja dilakukan dengan melihat jumlah nelayan yang dipekerjakan dalam suatu unit penangkapan ikan.
Untuk kriteria pendapatan nelayan dilihat dari pendapatan bersih yang diterima seorang nelayan dalam satu tahun, penilaian terhadap kriteria pendapatan nelayan per unit per orang per tahun didapatkan dari perhitungan analisis ekonomi.
3.4.2 Membandingkan keunggulan antar unit penangkapan ikan
Analisis selanjutnya adalah analisis untuk menentukan tingkat keunggulan alat tangkap yang ada. Untuk ini, digunakan analisis kriteria ganda (Multi Criteria Analysis; MCA). Indikator biologi, teknis, ekonomi dan sosial digunakan sebagai indikator untuk menilai keunggulan alat tangkap. Langkah selanjutnya adalah melakukan standarisasi untuk masing-masing variabel dalam indikator yang dianalisis tersebut dengan menggunakan rumus standarisasi sebagai berikut (Briguglio 1995):
j j
j ij
ij MaxX MinX
MinX SV X
−
= − ... (3.7)
0<SVmni<1 Keterangan :
j = indikator
i = jenis alat tangkap
SVi,j = Nilai standarisasi indikator ke-j untuk alat tangkap-i.
Xij = Nilai indikator ke-j untuk alat tangkap-i.
Min Xij = Nilai minimal dari indikator ke-j untuk alat tangkap-i.
Max Xmn = Nilai maksimal dari indikator ke-j untuk alat tangkap-i.
Untuk membuat indeks komposit dari indikator yang diukur, maka setiap variabel di dalam masing-masing indikator diasumsikan memiliki bobot sama (w=1) sehingga nilai akhir untuk setiap indikator adalah:
m SV NK
m
y yi i
∑
== 1 ... (3.8)
Keterangan:
NKi = Nilai komposit untuk indikator i.
SVy = Nilai standardisasi variable ke-y dalam domain ke-i.
m = Jumlah variabel dalam domain ke-i.
Tahapan penelitian yang dilakukan untuk menganalisis unit penangkapan ikan pelagis yang dominan, untuk nantinya dipilih satu jenis alat tangkap tepat guna untuk ikan pelagis yang sesuai dengan kondisi perairan Kabupaten Pandeglang dilihat dari aspek biologi, teknis, sosial serta ekonomi (Gambar 4).
Pemilihan kriteria pada aspek teknis, biologi, ekonomi dan sosial pada Gambar 4 didasarkan bahwa kriteria tersebut merupakan faktor yang dominan dalam pengoperasian unit penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang. Kriteria tersebut diharapkan akan memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil akhir pemilihan unit penangkapan ikan unggulan.
MCA digunakan untuk mendukung proses dimana bermacam-macam pemangku kepentingan dapat menentukan informasi pada kriteria dan dampak serta mengkaji keluaran dan dampak dari keputusan yang dibuat sebagai hasil dari perbedaan prioritas. Analisis ini dilakukan melalui penerapan bobot berbeda dari kriteria ekonomi, sosial dan ekologi. Penggunaan MCA berorientasi pada proses dibandingkan berorientasi hasil, sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk
Gambar 4 Diagram alir identifikasi dan analisis unit penangkapan ikan unggulan.
3.4.3 Alokasi unit penangkapan ikan pelagis kecil (1) Pendekatan luas daerah operasi penangkapan ikan
Perhitungan luas daerah operasi penangkapan ikan dilakukan untuk mengetahui jumlah unit penangkapan ikan jika beroperasi secara simultan dalam waktu bersamaan di perairan Kabupaten Pandeglang. Perhitungan luas daerah operasi tiap unit penangkapan ikan berbeda-beda. Hal ini berdasarkan diameter unit penangkapan ikan pada saat operasi penangkapan dilakukan. Perhitungan luas unit penangkapan ikan menggunakan rumus luas lingkaran sebagai berikut:
ANALISIS UNIT PENANGKAPAN
Teknis Biologi Ekonomi
• Metode pengoperasian UPI
• Daya jangkau operasi Pengaruh lingkungan fisik DPI
• Selektivitas UPI
• penggunaan teknologi
Kriteria
• CPUE
• Jumlah trip penangkapan
• Komposisi hasil tangkapan
• Ukuran ikan yang tertangkap
Kriteria
• Biaya investasi
• Biaya usaha
• Payback periode
• NPV
• B/C Ratio
• IRR
Kriteria
• Jumlah tenaga kerja
• Tingkat pendapatan nelayan
Kriteria
MULTI CRITERIA ANALYSIS
(MCA)
UNIT PENANGKAPAN IKAN UNGGULAN
Sosial
∏
= (1/2d)2
Luas ... (3.9) Keterangan :
Π = 3.14
d = Diameter unit penangkapan ikan
Luas kewenangan pengelolaan wilayah laut Kabupaten Pandeglang dihitung sejauh 4 mil laut dari garis pantai, sehingga luas wilayah lautnya sebesar 1.500 km2 (Buku Saku Statistik Perikanan Banten, 2006). Setelah dikurangi daerah konservasi laut 1/3 dari kewenangan, maka didapat luas perairan yang dapat digunakan sebagai daerah operasi penangkapan ikan seluas 500 km2.
(2) Pendekatan input kegiatan penangkapan 1) Fungsi tujuan
Penetapan tujuan optimasi pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil dinyatakan sebagai suatu target yang direpresentasikan secara numerik dan dicoba untuk dicapai. Solusi yang ingin dicapai adalah memaksimalkan produksi hasil tangkapan unit penangkapan ikan pelagis kecil di Pandeglang.
Berdasarkan persamaan kendala tujuan yang telah diuraikan, maka fungsi tujuan model ekonomi sumberdaya perikanan tangkap yang berkelanjutan di perairan Kabupaten Pandeglang, dapat dirumuskan sebagai berikut :
ps py pc bg
gn P p p p
P
MAX =1 + + + + + ... (3.10) Keterangan
MAX : fungsi tujuan maksimum Pgn : Produksi gillnet
Pbg : Produksi bagan Ppc : Produksi pancing Ppy : Produksi payang Pps : Produksi purse seine 2) Penetapan kendala fungsional
Kendala fungsional yaitu kendala yang menjadi pembatas dalam upaya pencapaian tujuan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap. Kendala fungsional dari model LGP yang dibangun adalah :
1 Kendala ketersediaan minyak tanah di wilayah penelitian merupakan jumlah maksimum minyak tanah yang tersedia guna menunjang kegiatan operasional melaut nelayan. Minyak tanah yang tersedia bagi nelayan diperoleh dari analisis rata-rata kebutuhan minyak tanah menurut Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (HISWANA MIGAS) tahun 2007 di Kecamatan Labuan, Patia dan Sumur sebanyak 136 kilo liter/hari atau 40.000 kilo liter/tahun. Koefisien tiap persamaan diperoleh dari hasil wawancara dengan responden terhadap pemakaian rata-rata minyak tanah per alat tangkap per trip. Model persamaannya dapat dirumuskan :
SB X mt X mt X mt X mt X
mt1 1+ 2 2 + 3 3 + 4 4 + 5 5 = ... (3.11) Keterangan :
mt1= minyak tanah yang dipakai pada pengoperasian gillnet (liter/unit) mt2= minyak tanah yang dipakai pada pengoperasian bagan (liter/unit) mt = minyak tanah yang dipakai pada pengoperasian pancing (liter/unit) 3
mt4= minyak tanah yang dipakai pada pengoperasian payang (liter/unit) mt = minyak tanah yang dipakai pada pengoperasian purse seine 5
(liter/unit)
ba2= batas atas fungsi bb2= batas bawah fungsi
SB = minyak tanah yang tersedia bagi nelayan (liter)
2 Kendala ketersediaan es balok ditujukan untuk pengawetan hasil tangkapan ikan. Jumlah maksimum es balok yang tersedia diperoleh dari rata-rata delivery order (DO) pengiriman es ke PPI Labuan, PPI Sumur dan PPI Sidamukti yang berasal dari pabrik es di Kragilan dan Tangerang sebanyak 1.500 balok/bulan atau 18.000 balok/thn. Koefisien tiap persamaan diperoleh dari hasil wawancara dengan responden terhadap kebutuhan rata-rata es per alat tangkap per trip. Model persamaannya dapat dirumuskan :
ES X es X es X es X
es1 1+ 3 3 + 4 4+ 5 5 = ... (3.12) Keterangan :
es1= es balok yang dipakai pada pengoperasian gillnet (balok/unit)
es = es balok yang dipakai pada pengoperasian pancing (balok/unit) 3
es4= es balok yang dipakai pada pengoperasian payang (balok/unit) es = es balok yang dipakai pada pengoperasian pukat cincin (balok/unit) 5
ES= es balok yang tersedia bagi nelayan (balok)
3 Kendala penyerapan tenaga kerja yang tersedia bagi usaha perikanan tangkap (orang). Jumlah penyerapan tenaga kerja diperoleh dari jumlah nelayan yang tercatat di Laporan Statistik Perikanan Tangkap Kabupaten Pandeglang Tahun 2007 sebanyak 4.849 orang. Koefisien tiap persamaan diperoleh dari hasil wawancara dengan responden terhadap kebutuhan rata-rata tenaga kerja per alat tangkap per trip. Model persamaannya dapat dirumuskan :
H X h X h X h X h X
h1 1+ 2 2 + 3 3+ 4 4 + 5 5 = ... (3.13) Keterangan:
h1= jumlah tenaga kerja untuk alat tangkap gillnet (orang/unit) h2= jumlah tenaga kerja untuk alat tangkap bagan (orang/unit) h = jumlah tenaga kerja untuk alat tangkap pancing (orang/unit) 3
h4= jumlah tenaga kerja untuk alat tangkap payang (orang/unit) h = jumlah tenaga kerja untuk alat tangkap pukat cincin (orang/unit) 5
H = jumlah tenaga kerja yang dapat terserap (orang)
4 Kendala target Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor perikanan Kabupaten Pandeglang. Target PAD ini diperoleh dari target raman Kabupaten Pandeglang tahun 2007 sebesar Rp 32,5 milyar. Koefisien tiap persamaan diperoleh dari hasil wawancara dengan petugas TPI terhadap penerimaan rata-rata raman per alat tangkap per trip. Model persamaannya dapat dirumuskan :
R X r X r X r X r X
r1 1+ 2 2+ 3 3+ 4 4 + 5 5 ≥ ... (3.14) Keterangan:
r1 = jumlah penerimaan raman dari alat tangkap gillnet (juta Rupiah/unit)
r2 = jumlah penerimaan raman dari alat tangkap bagan
r 3 = jumlah penerimaan raman dari alat tangkap pancing (juta Rupiah/unit)
r4 = jumlah penerimaan raman dari alat tangkap payang (juta Rupiah/unit)
r 5 = jumlah penerimaan raman dari alat tangkap pukat cincin (juta Rupiah/unit)
R = target penerimaan raman (juta Rupiah)
5 Break event point kegiatan penangkapan ikan yang dioptimumkan agar mendekati target produksi perikanan Kabupaten Pandeglang. Target produksi perikanan Pandeglang adalah 27.769 ton per tahun. Koefisien tiap persamaan diperoleh dari perhitungan rata-rata break event point per alat tangkap per trip dalam satuan rupiah yang dikonversi ke dalam satuan kilogram. Model persamaannya dapat dirumuskan :
PR X BEP X
BEP X
BEP X
BEP X
BEP1 1+ 2 2+ 3 3 + 4 4+ 5 5= ... (3.15) BEP1 = Break event point usaha penangkapan gillnet (kg/tahun)
BEP2 = Break event point usaha penangkapan bagan (kg/tahun) BEP3 = Break event point usaha penangkapan pancing (kg/tahun) BEP4 = Break event point usaha penangkapan payang (kg/tahun) BEP5 = Break event point usaha penangkapan pukat cincin (kg/tahun) PR = target produksi perikanan kabupaten pandeglang (kg/tahun)
3.4.4 Simulasi dampak alokasi unit penangkapan
Analisis ini akan dilakukan untuk mendapatkan gambaran besarnya keuntungan nelayan jika terjadi perubahan harga bahan bakar minyak sebesar 10%, 50% dan 75% pada :
(1) kondisi alokasi alat tangkap seperti tahun terakhir penelitian
(2) kondisi alokasi alat tangkap berdasarkan pendekatan input dan kewilayahan kegiatan penangkapan perikanan pelagis di Pandeglang
Untuk mendapatkan keragaan dari ketiga alternatif tersebut, dilakukan simulasi dampak penerapan alokasi unit penangkapan tersebut terhadap faktor kendala.