• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. merupakan salah satu TK yang berada di Kabupaten Gorontalo, di mana proses pembelajarannya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. merupakan salah satu TK yang berada di Kabupaten Gorontalo, di mana proses pembelajarannya"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Taman Kanak-kanak Sakura Bulota Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo, merupakan salah satu TK yang berada di Kabupaten Gorontalo, di mana proses pembelajarannya mengacu pada Permen Diknas RI No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak usia Dini, dilengkapi dengan perkembangan kurikulum pendidikan anak usia taman kanak-kanak.

TK Sakura Bulota terdiri dari ruang kelas A, ruang kelas B, ruang guru, UKS serta dilengkapi dengan alat permainan edukatif, seperti balok-balok, dekak-dekak, ayunan, papan titian, terowongan, ban mobil dan lain-lain yang sangat mendukung proses pembelajaran.

4.1.2 Hasil Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pelaksanaan setiap siklus mengacu pada rencana kegiatan harian (RKH) serta skenario pembelajaran, lembar pengamatan anak dan guru. Sebelum mengadakan kegiatan siklus I dan siklus II, peneliti melakukan observasi awal terhadap subjek penelitian untuk mendapatkan gambaran awal tentang kondisi penelitian.

1) Observasi Awal

(2)

Observasi awal dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 30 November tahun 2013.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas, menunjukkan terdapat 9 orang anak (56%) yang belum memiliki keterampilan motorik halus. Hasil observasi awal dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Observasi Awal

Observasi Awal

Aspek Yang Diamati

Kemampuan dalam menggunting

Kemampuan dalam menempel sesuai

pola

Kemampuan dalam mencocokkan sesuai

pola

M KM TM M KM TM M KM TM

Jumlah anak 7 4 5 7 4 5 7 4 5

Persentase 44% 25% 31% 44% 25% 31% 44% 25% 31%

Keterangan: M = Mampu

KM = Kurang Mampu

TM = Tidak Mampu

(3)

Hasil pengamatan observasi awal menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan motorik halus anak belum mencapai standar yang diharapkan. Beberapa fenomena yang menunjukkan masih rendahnya keterampilan motorik halus anak, meliputi:

a) Sebagian besar anak mengalami kesulitan dalam menggunting, menempel maupun mencocokkan.

b) Sebagian besar anak tidak dapat menyelesaikan tugas dalam hal menggunting, menempel maupun mencocokkan.

Berdasarkan temuan dalam kegiatan observasi awal, menunjukkan bahwa keterampilan metode halus belum berkembang secara maksimal, sehingga hal ini menjadi dasar dalam pelaksanaan siklus I.

2) Siklus I Pertemuan 1

Pelaksanaan kegiatan siklus I dilakukan dengan mengacu pada RKH (Rencana Kegiatan Harian) dengan skenario pembelajaran. Kegiatan siklus I pertemuan 1dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 5 Desember tahun 2013. Kegiatan siklus I pertemuan 1 dilakukan dengan menindak-lanjuti temuan-temuan pada observasi awal.

Langkah awal yang dipersiapkan, antara lain:

a) Menciptakan kelas yang kondusif, dengan mengajak anak menyanyi bersama.

b) Menyiapkan media yang akan digunakan dalam kegiatan motorik halus.

c) Memberi contoh cara menggunting, menempel dan mencocokkan sesuai pola, secara bertahap.

d) Membimbing secara individual dan kelompok cara menggunting, menempel dan mencocokkan.

(4)

Berdasarkan hasil kegiatan pada siklus I pertemuan 1, terjadi pembahasan pada keterampilan motorik halus anak. Peningkatan hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Siklus I Pertemuan 1

Observasi Awal

Aspek Yang Diamati

Kemampuan dalam menggunting

Kemampuan dalam menempel sesuai

pola

Kemampuan dalam mencocokkan sesuai

pola

M KM TM M KM TM M KM TM

Jumlah anak 8 3 5 8 3 5 8 3 5

Persentase 50% 19% 31% 50% 19% 31% 50% 19% 31%

Keterangan: M = Mampu

KM = Kurang Mampu

TM = Tidak Mampu

Dari tabel 2 diperoleh hasil rata-rata keterampilan halus anak pada kriteria maupun berjumlah 8 orang (50%), kriteria kurang mampu 3 orang (19%), dan 5 orang pada kriteria tidak mampu berjumlah 5 orang (31%).

(5)

Hasil analisis dan refleksi bersama antara peneliti dan guru mitra, diperoleh hal-hal sebagai berikut:

a) Teknik modeling merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan, untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak.

b) Pemberian catatan secara brtahap oleh guru, dapat menambah perhatian anak dalam menggunting, menempel serta mencocokkan sesuai pola.

c) Kerjasama antara peneliti dan guru mitra dalam membimbing anak secara individual dan kelompok.

Untuk memperoleh hasil sesuai yang diharapkan pelaksanaan siklus dilanjutkan pada siklus I pertemuan 2.

3) Siklus I Pertemuan 2

Pelaksanaan siklus I pertemuan 2 dilakukan untuk lebih mengoptimalkan keterampilan motorik halus anak. Siklus I pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 10 Desember tahun 2013. Pelaksanaan siklus sama dengan siklus berikutnya. Langkah-langkah yang digunakan yakni langkah-langkah teknik modeling, hanya saja pada siklus I pertemuan 2 anak diberi kesempatan menggunting, menempel maupun mencocokkan secara mandiri, maupun kelompok. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat anak yang kurang terampil, terutama pada aspek menempel dan mencocokkan sesuai pola.

Berdasarkan kegiatan siklus I pertemuan 2 diperoleh hasil sebagaimana tertera pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Siklus I Pertemuan 2

(6)

Observasi Awal

Aspek Yang Diamati

Kemampuan dalam menggunting

Kemampuan dalam menempel sesuai

pola

Kemampuan dalam mencocokkan sesuai

pola

M KM TM M KM TM M KM TM

Jumlah anak 10 2 4 10 2 4 10 2 4

Persentase 63% 12% 25% 63% 12% 25% 63% 12% 25%

Keterangan: M = Mampu

KM = Kurang Mampu

TM = Tidak Mampu

Berdasarkan tabel 3 dapat diamati rata-rata keerampilan motorik halus anak, pada kriteria mampu berjumlah 10 orang (63%), kriteria kurang mampu 2 orang (12%), dan kriteria tidak mampu 4 orang (25%).

Berdasar hasil analisis dan refleksi bersama, diperoleh:

a) Terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada siklus I pertemuan 2, yakni rata-rata keterampilan motorik halus anak pada kriteria mampu 10 orang (63%).

(7)

b) Pemberian contoh pada setiap aspek yang dinilai, seperti cara memegang gunting yang tepat, menempel sesuai pola yang disiapkan, dan mencocokkan sesuai pola, membuat anak lebih antusias dan termotivasi pada keterampilan motorik halus.

c) Adanya media yang disiapkan guru, sangat menarik minat anak dalam kegiatan motorik halus.

Untuk memperoleh hasil yang lebih optimal, disepakati bersama antara peneliti dan guru mitra untk melanjutkan pelaksanaan siklus ke siklus II.

4) Siklus II Pertemuan 1

Siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 16 Desember tahun 2013.

Dengan subjek penelitian yang sama, dan aspek penilaian yang meliputi kemampuan dalam menggunting, kemampuan dalam menempel sesuai pola, kemampuan dalam mencocokkan sesuai pola, pelaksanaan siklus II dilaksanakan. Temuan yang diperoleh pada siklus I, umumnya anak khususnya pada keterampilan motorik halus memerlukan pemberian secara bertahap, Maksudnya untuk dapat mencocokkan sesuai pola, kegiatan menggunting dan menempel perlu dimatangkan dulu. Untuk itu bimbingan secara individual dan kelompok dari guru sangat diperlukan. Berdasarkan kegiatan siklus II pertemuan 1 diperoleh hasil, seperti yang dapat diamati pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Pengamatan Siklus II Pertemuan 1

Observasi Awal

Aspek Yang Diamati

Kemampuan dalam menggunting

Kemampuan dalam menempel sesuai

pola

Kemampuan dalam mencocokkan sesuai

pola

(8)

M KM TM M KM TM M KM TM

Jumlah anak 11 2 3 11 2 3 11 2 3

Persentase 69% 12% 19% 69% 12% 19% 69% 12% 19%

Keterangan: M = Mampu

KM = Kurang Mampu

TM = Tidak Mampu

Dari tabel 5 diperoleh hasil, rata-rata keterampilan motorik halus anak yang berada pada kriteria mampu 11 orang (69%), kurang mampu 2 orang (12%), kriteria tidak mampu 3 orang (19%). Dari hasil analisis dan refleksi bersama:

a) Sebagian besar anak menunjukkan ketekunannya dalam kegiatan motorik halus.

b) Sebagian besar anak sudah memiliki kemampuan dalam kegiatan motorik halus.

c) Anak sangat aktif dalam kegiatan menggunting, menempel dan mencocokkan sesuai pola.

d) Terdapat 5 orang anak yang belum menunjukkan kemandirian dalam kegiatan motorik halus.

Untuk mencapai hasil sesuai indikator kinerja, pelaksanaan siklus dilanjutkan pada siklus II pertemuan 2.

5) Siklus II Pertemuan 2

(9)

Siklus II pertemuan 2 dilakukan pada hari Rabu, tanggal 18 Desember tahun 2013.

Mencermati pelaksanaan siklus sebelumnya, pada siklus II perhatian peneliti dan guru mitra lebih banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk mandiri pada kegiatan motorik halus.

Kegiatan motorik halus perlu ditumbuh-kembangkan pada anak, disebabkan akan berpengaruh pada bidang lainnya, seperti pada pengembangan kognitif, maupun estetika. Pada siklus II pertemuan 2 diperoleh peningkatan secara signifikan. Untuk jelasnya hasil pelaksanaan siklus dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil Pengamatan Siklus II Pertemuan 2

Observasi Awal

Aspek Yang Diamati

Kemampuan dalam menggunting

Kemampuan dalam menempel sesuai

pola

Kemampuan dalam mencocokkan sesuai

pola

M KM TM M KM TM M KM TM

Jumlah anak 13 3 0 13 3 0 13 3 0

Persentase 81% 19% 0% 81% 19% 0% 81% 19% 0%

Keterangan: M = Mampu

KM = Kurang Mampu

(10)

TM = Tidak Mampu

Dari tabel 5 diperoleh rata-rata keterampilan motorik halus anak pada kriteria mampu berjumlah 13 orang (81%) dan kriteria kurang mampu 3 orang (19%), kriteria kurang mampu 0%. Dari hasil analisis dan refleksi bersama diperoleh:

a) Sebagian besar anak 13 orang (81%) telah memiliki keterampilan motorik halus.

b) Anak pada umumnya memiliki keterampilan sesuai dengan aspek yang diamati, yakni menggunting dengan tepat, menempel dengan tepat, serta mencocokkan sesuai pola dengan tepat.

c) Teknik modeling yang digunakan dalam proses pembelajaran membuat anak aktif dan bersemangat, pada kegiatan menggunting, menempel dan mencocokkan.

d) Pemberian penguatan pada setiap anak yang dapat melakukan keterampilan motorik halus, membuat mereka terlibat aktif dan termotivasi untuk menyelesaikan tugas.

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada pelaksanaan siklus II pertemuan 2, dimana telah mencapai indikator kinerja, maka penelitian ini tidak dilanjutkan pada siklus III.

4.2 Pembahasan

Soetjiningsih (2012:185) menyatakan anak-anak usia 2-6 tahun mengalami kemajuan yang pesat dalam keterampilan motorik, baik keterampilan motorik kasar yang melibatkan totot

(11)

besar, seperti berlari, melompat, dan keterampilan motorik halus sebagai hasil koordinasi otot- otot kecil dengan mata dan tangan seperti menggambar, menggunting dan menempelkan kertas.

Pada dasarnya keterampilan motorik halus merupakan kemampuan yang perlu diberikan sejak anak usia TK. Hal ini mengingat dengan keterampilan motorik halus, akan berpengaruh pada kegiatan menulis, melukis atau pun kegiatan lainnya yang memerlukan koordinasi antara tangan dan mata.

Adapun hasil penelitian yang dilaksanakan melalui tindakan kelas mengalami peningkatan. Dari observasi awal diperoleh data, anak yang memiliki keterampilan motorik halus berjumlah 7 orang (44%) dari jumlah anak 44%. Selanjutnya pada siklus I pertemuan 1 diperoleh 8 orang anak (50%) pada kriteria mampu, 3 orang (19%) kriteria tidak mampu, 5 orang (31%) kriteria tidak mampu, dari tiga aspek yang diamati yakni: a) kemampuan dalam menggunting; b) kemampuan dalam menempel sesuai pola; c) kemampuan dalam mencocokan sesuai pola.

Pada siklus II pertemuan 2 dengan tema pembelajaran seperti siklus sebelumnya, diperoleh hasil anak yang memiliki kriteria mampu menjadi 10 orang (63%), kriteria kurang mampu 2 orang (12%), dan kriteria tidak mampu 4 orang (25%).

Untuk memperoleh hasil yang lebih optimal dilaksanakan siklus II pertemuan 1 dengan hasil anak yang berada pada kriteria mampu berjumlah 11 orang (69%), kriteria kurang mampu 2 orang (12%) dan kriteria tidak mampu 3 orang (19%). Pada siklus II pertemuan 2 diperoleh hasil rata-rata keterampilan motorik halus anak yang berada pada kriteria mampu 13 orang (81%), kriteria kurang mampu 3 orang (19%) dan kriteria tidak mampu )%.

Kelemahan yang ditemui pada pelaksanaan siklus meliputi:

(12)

a) Sebagian anak kurang perhatian pada pembelajaran keterampilan motorik halus.

b) Dari tiga aspek yang diamati, mereka hanya melakukan satu aspek misalnya: menggunting tanpa menempel, menempel tanpa mencocokkan sesuai pola.

c) Pada saat guru memberi contoh, sebagian anak kurang perhatian.

d) Sebagian anak kurang mandiri dalam melaksanakan kegiatan motorik halus.

Berdasarkan kelemahan yang ditemui tersebut, peneliti dan guru mitra berupaya melakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Membuat suasana kelas yang kondusif, menyanyikan lagu, membaca syair, dengan tujuan agar anak fokus pada proses pembelajaran.

b) Memberi contoh cara menggunting, menempel dan mencocokkan sesuai pola.

c) Membimbing anak dalam menggunting yang tepat, menempel yang tepat dan mencocokkan sesuai pola dengan tepat.

d) Memotivasi anak agar mandiri dalam melakukan keterampilan motorik halus.

e) Memberi penguatan kepada anak agar dapat melakukan kegiatan menggunting, menempel dan mencocokkan secara terpadu.

Berdasarkan upaya-upaya yang dilaksanakan, maka hasil pada setiap siklus mengalami peningkatan sesuai yang diharapkan. Melalui penelitian tindakan kelas ini pula diperoleh data bahwa pada dasarnya anak memiliki potensi, tetapi keterlibatan orang tua untuk memfasilitasi, membimbing serta memberi contoh masihs angat minim. Untuk jelasnya hasil pelaksanaan siklus dapat diamati pada tabel 6.

Tabel 6. Hasil Pelaksanaan Siklus Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Melalui Teknik Modeling pada Anak Kelompok B di TK Sakura Bulota Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo

(13)

Tahap Penelitian

Aspek Yang Diamati

Kemampuan dalam menggunting

Kemampuan dalam menempel sesuai

pola

Kemampuan dalam mencocokkan sesuai

pola

M KM TM M KM TM M KM TM

Observasi awal

44% 25% 31% 44% 25% 31% 44% 25% 31%

Siklus I 63% 12% 25% 63% 12% 25% 63% 12% 25%

Siklus II 81% 19% 0% 81% 19% 0% 81% 19% 0%

Keterangan: M = Mampu

KM = Kurang Mampu

TM = Tidak Mampu.

Gambar

Tabel 1. Hasil Pengamatan Observasi Awal
Tabel 2. Hasil Pengamatan Siklus I Pertemuan 1
Tabel 4. Hasil Pengamatan Siklus II Pertemuan 1
Tabel 5. Hasil Pengamatan Siklus II Pertemuan 2

Referensi

Dokumen terkait

Saat plant diberi beban tertentu, maka respon akan mengejar setpoint , dengan demikian kontroler LQR adaptif bekerja sesuai dengan yang diharapkan, yaitu mampu

Dalam hal perkara telah diputus, Mahkamah Agung wajib mengirimkan Salinan putusan pada Pengadilan Agama pengaju untuk diberitahukan kepada Para Pihak paling

Sebagai Adsorben Ion Logam Kadmium, Skripsi, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.. Adsorpsi Zat Warna Tekstil dengan

Dalam situasi hukum perundang-undangan yang mengatur tentang Hukum Pidana, dimana bersifat elitis, maka apabila penerapan hukum perundang-undangan dilakukan dengan menggunakan

Pendekodean khalayak pembaca rubrik Rame Kondhe pada posisi oposisi akan menghasilkan pandangan bahwa khalayak pembaca rubrik Rame Kondhe menolak makna pesan

Mengingat besarnya peran senyawa sekunder dalam menekan dan mengendalikan serangan hama telah dilakukan bioassay untuk mengetahui toksisitas minyak jarak pagar,

Perencanaan kota mestilah dimengerti sebagai ruang masyarakat untuk publisitas-propaganda, dengan kata lain, sebagai organisasi dari partisipasi dalam sesuatu yang mana