• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA KATA FITNAH DALAM AL-QUR AN ANALISIS PENAFSIRAN AL-SYA'RĀWĪ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MAKNA KATA FITNAH DALAM AL-QUR AN ANALISIS PENAFSIRAN AL-SYA'RĀWĪ"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENAFSIRAN AL-SYA'RĀWĪ

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.ag)

Oleh:

Khoirul Ritonga

Nim: 11150340000239

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1442/2021

(2)

i

MAKNA KATA FITNAH DALAM AL-QUR’AN ANALISIS PENAFSIRAN AL-SYA'RĀWĪ

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.ag)

Oleh:

Khoirul Ritonga Nim: 11150340000239

Di bawah Bimbingan

Drs. Ahmad Rifqi Muchtar. Ma Nip: 196908221997031002

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1442/2021

(3)

ii

(4)

iii

PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH

Skripsi yang berjudul MAKNA KATA FITNAH DALAM AL-QUR'AN ANALISIS PENAFSIRAN AL-SYA'RĀWĪ telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Februari 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.

Jakarta, 28 April 2021 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Dr. Faizah Ali Sibromalisi, MA NIP. 19550725 200012 2 001

Pembimbing,

19710217 199803 1 002 19820816 201503 1 00

19560221 199603 1 001

(5)

iv

MAKNA KATA FITNAH DALAM AL-QUR‟AN ANALISIS

PENAFSIRAN AL-SYA'RĀWĪ

Dalam percakapan sehari-hari istilah Fitnah digunakan dalam pengertian tuduhan yang dilontarkan kepada seseorang dengan maksud menjelekkan atau merusak nama baik orang tersebut, padahal dia tidak pernah melakukan perbuatan buruk sebagaimana yang dituduhkan itu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pun Fitnah diartikan senada, yaitu perkataan yang bermaksud menjelekkan orang, seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan orang. Untuk menunjukkan bahwa Fitnah itu sangat keji, masyarakat menyatakan Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Ungkapan ini sebenarnya terjemahan dari sepotong ayat dalam Surat al-Baqarah ayat 191. Memang benar dalam ayat tersebut disebutkan bahwa Fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, tetapi apakah Fitnah yang dimaksud dalam ayat tersebut sama artinya dengan Fitnah yang kita gunakan sehari-hari.

Persoalan yang akan dicari dari penelitian ini adalah pertama bagaimana penafsiran al- Sya‟rawi terhadap makna kata Fitnah dalam mahakaryanya tafsir al-Khawatir. Kedua bagaimana relevansi penafsiran Al-Sya’ra>wi tentang makna Fitnah dalam konteks kehidupan yang terjadi sekarang ini di masyarakat. Adapun jenis penelitian ini adalah jenis penelitian pustaka (library research), al-Qur‟an sebagai sumber primer dan karya cendikiawan lain sebagai data sekunder. Setelah melakukan penelitian, dapat diketahui bahwa kata Fitnah dalam al-Qur‟an terulang sebanyak 60 kali dengan aneka macam arti.

Menurut Al-Sya’ra>wi adapun Fitnah berarti cobaan. Jadi, Fitnah itu bukan sesuatu yang buruk, ketika dikatakan: “sipulan berada dalam Fitnah”. Sebagai seorang mukmin, hendaklah kita mendoakannya agar bisa berhasil menghadapinya. Jadi, Fitnah bukan mus}i>bah yang telah terjadi, dan sebaliknya, mus}i>bah akan terjadi bila gagal menghadapi tersebut.

Kata kunci: Fitnah Dalam Al- Qur’an; Analisis AL-SYA'RĀWĪ

(6)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan rasa syukur kehadirat Allah SWT.

yang memberikan taufik, hidayah dan inayahnya begitu pula dengan nikmatnya yang tak terhingga jumlahnya, dengan atas seizinnyalah skripsi yang berjudul:

MAKNA KATA FITNAH DALAM AL-QUR‟AN ANALISIS

PENAFSIRAN Al-SYA’RA>WI

Sholawat dan serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. kepada keluarganya, sahabatnya, serta kepada pengikutnya. Kemudian penulis sangat menyadari tanpa adanya bantuan dan dukungan penuh dari orang tua, keluarga, dosen pembimbing, begitu juga teman-teman yang selalu mensupport dan mendukung penulis.

Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimah kasih dan rasa haru sebanyak-banyaknya kepada:

1. Prof. Dr. Amani Burhanuddin Lubis. MA. Selaku rector Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Yusuf Rahman, MA. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Eva Nugraha, MA. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir dan Fahrizal Mahdi, Lc. Selaku sekretaris Jurusan Ilmu Al- Qur‟an dan Tafsir.

4. Drs. Ahmad Rifki Muchtar, MA. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis yang sudah banyak membimbing, memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga bapak dan keluarga selalu diberikan kesehatan, panjang umur, diberikan kelancaran dan dimudahkan segala urusannya.

(7)

5. Dr. Muhammad Rifqi Fatkhi, MA. Selaku Dosen pembimbing Akademik penulis yang telah banyak membimbing. Memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga bapak dan keluarga selalu diberikan kesehatan, panjang umur, dan dimudahkan segala urusannya.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya dosen-dosen jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir. Yang telah sabar dan banyak memberikan ilmu kepada penulis. Semoga Allah Swt. memberikan balasan pahala yang berlipat ganda kepada bapak dan ibu, serta diberikan kesehatan, panjang umur, dimudahkan segala urusannya.

7. Pimpinan dan staf Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, Perpustakaan Utama (PU). Yang telah memberikan pelayan yang begitu baik kepada penulis ketika dalam penyusunan skripsi ini.

8. Untuk Ibu tercinta dan almarhum ayah, yang selalu senantiasa mendoakan, memberikan semangat, dan motivasi kepada penulis.

Mungkin tanpa doa dan dukungan yang tulus dari ibu mungkin penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah Swt selalu memberikan kesehatan dan panjang umur kepada ibu, dan murahkan rezekinya dan selalu dalam lindungannya Allah SWT.

9. Untuk abang, kaka dan adik penulis yaitu Mukhlis Humotar Ritonga, Lili Suryani Ritonga, Muhammad Parlindungan Ritonga dan khusus kepada Mairo Rambe tercinta yang telah memberikan semangat dalam penulisan skiripsi ini.

10. Kepada teman-teman jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir angkatan 2015 khususnya kelas TH G, dan KKN EUREKA 034.

11. Dan seluruh sahabat-sahabat seperjuanga, IKADLN, dan teman satu kosan yang telah memberikan support dan motivasi ketika dalam penulisan skripsi ini.

(8)

vii

Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, bahkan kesalahan dan kekeliruan dalam penelitian ini memungkinkan untuk terjadi. Oleh karena itu, penulis mengharapakn kritik dan saran yang sifatnya konstruktif, bukan dengan tujuan destruktif atau menjatuhkan penulis agar penulisan karya ilmiah ke depannya menjadi lebih baik. Harapan penulis semoga skripsi ini menjadi bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan dan semoga Allah Swt.

memberikan ridho-Nya dan balasan yang berlipat ganda.

(9)

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K

Nomor: 158 Tahun 1987-Nomor: 054 b/u 198

Dalam skripsi, tesis, dan disertasi bidang keagamaan (baca: Islam), alih aksara atau transliterasi, adalah keniscayaan. Oleh karena itu, untuk menjaga konsintensi, aturan yang berkaitan dengan alih aksara ini penting diberikan. Pengetahuan tentang ketentuan ini harus diketahui dann dipahami, tidak saja hanya mahasiswa yang akan menulis tugas akhir, melainkan juga oleh dosen, khususnya dosen pembimbing dan dosen penguji, agara terjadi saling control dalam penerapan dan konsistensinya.

Dalam dunia akademis, terdapat beberapa versi pedoman alih aksara, antara lain versi Turabian, Library of Congress, pedoman dari Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, serta versi Paramadina umumnya, kecuali versi Paramadina, pedoman alih aksara tersebut meniscayakan digunakannya jenis huruf (Font) tersebut, seperti font Transliterasi, Times New Roman, atau Timen New Arabic.

Untuk memudahkan penerapan alih aksara dalam penulisan tugas akhir.

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padananya dalam aksara latin.

No Huruf Arab

Huruf

Latin Keterangan

1. ا Tidak dilambangkan

2. ب B Be

3. خ T Te

4. ز Ṡ Es dengan titik atas

5. ض J Je

6. ح Ḥ h dengan titik bawah

(10)

ix

7. خ KH ka dan ha

8. د D De

9. ر Ż Z dengan titik atas

10. س R Er

11. ص Z Zet

12. ط S Es

13. ػ Sy es dan ya

14. ص Ṣ es dengan titik di bawah 15. ض Ḍ de dengan titik di bawah 16. ط Ṭ te dengan titik di bawah 17. ظ Ż zet dengan titik di bawah

18. ع koma terbalik di atas hadap kanan

19. غ G Ge

20. ف F Ef

21. ق Q Ki

22. ك K Ka

23. ه L El

24. ً M Em

25. ُ N En

26. ٗ W We

27. ٓ H Ha

28. ء ˋ Apostrof

29. ٛ Y Ye

2. Vokal

Vokal adalah bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

(11)

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ََ A Fatḥah

َِ I Kasrah

َُ U Ḍammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya ada sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

َٛا Ai Fatḥah dan ya

َٗا Au Fatḥah dan wau

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab

Tanda Vokal Latin Keterangan

ات Ā a dengan garis di atas

ِْٜت Ī i dengan garis di atas

ُْ٘ت Ū u dengan garis di atas

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiah maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijāl bukan ar-rijāl, al- dīwān bukan ad- dāwān.

5. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydìd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydìd ) َّ) dalam alih aksara ini dilambangkan

(12)

xi

dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf- huruf syamsiyah. Misalnya, kata (جسٗشضىا) tidak ditulis ad-ḍarūrah melainkan al-ḏarūrah, demikian seterusnya.

6. Ta Marbūṯah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûah tersebut diikuti oleh kata sifat (na‟t) (lihat contoh 2).

Namun, jika huruf ta marbûṯah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

1 حقٝشط Ṭarīqah

2 حٍٞلاعلإا حعٍاجىا al-Jāmi„ah al-Islāmiyyah

3 د٘ج٘ىا جذحٗ Waḥdat al-wujūd

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū Hāmid al- Ghazālī bukan Abū Hāmid Al-Ghazālī, al-Kindi bukan Al-Kindi.

(13)

Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd al-Samad al-Palimbani: Nuruddin al-Raniri, tidak Nūr al-Dīn al-Rānīr.

(14)

xiii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN... viii

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Kajian Pustaka ... 8

G. Metodologi Penelitian ... 12

H. Jenis Dan Pendekatan Penelitian... 12

I. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG FITNAH ... 17

A. Pengertian Fitnah ... 17

B. Term-Term Yang Semkna Dengan Fitnah ... 26

C. Pendapat Para Ulama Tentang Fitnah ... 34

D. Penyebab Dan Dampak Dari Fitnah... 36

BAB III MUHAMMAD MUTAWWLI AL-SYA’RA>WI DAN TAFSIRNYA ... 39

A. Biografi Muhammad Mutawalli Al-Sya‟ra>wi ... 39

B. Karya-Karya Muhammad Mutawalli Al-Sya‟ra>wi ... 43

C. Pandangan Ulama Tentang Muhammad Mutawalli Al-Sya‟ra>wi ... 47

D. Pengenalan Tafsir Al-Sya‟ra>wi ... 52

(15)

BAB IV ANALISIS ARTI FITNAH DALAM AL-QUR’AN ... 69

A. Fitnah Dalam Surah Al-Nisa Ayat 91 ... 69

B. Fitnah Dalam Surat al-Baqarah Ayat 191 dan 217 ... 75

C. Fitnah Dalam Surah al-Anfa>l Ayat 25 ... 85

D. Persamaan Dan Perbedaan Makna Yang Ditunjuk ... 91

BAB V PENUTUP... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. SARAN ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 101

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Al-Qura‟an merupakan Firman Allah yang diturunkan kepada kepada Nabi Muhammad Saw. Sebagai pedoman bagi manusia dalam menata kehidupannya, agar memperoleh kebahagian lahir dan batin, di dunia dan di akhirat kelak. Konsep-konsep yang dibawa al-Qur‟an selalu relevan dengan problem yang dihadapi manusia, karena ia turun untuk berdialog dengan setiap ummat yang ditemuinya, sekaligus menawarkan pemecahan terhadap problem tersebut, kapan dan dimana pun mereka berada.1

Sebagai sumber utama ajaran Islam, al-Qur‟an dalam membicarakan suatu masalah yang sangat unik, tidak tersusun secara sistematis sebagaimana buku-buku ilmiah yang dikarang manusia. Al- Qur‟an dalam membicarakan suatu masalah secara rinci, kecuali menyangkut masalah akidah, pidana dan beberapa tentang hukum keluarga. Umumnya, al-Qur‟an lebih banyak mengungkapkan suatu persoalan secara global, parsial dan seringkali menampilkan suatu masalah dalam prinsip-prinsip dasar dan garis besar.

Keadaan demikian, sama sekali tidak mengurangi keistimewaan al-Qur‟an sebagai Firman Allah. Bahkan sebaliknya, di situlah letak keunikan dan keistimewaan al-Qur‟an yang membuat berbeda dengan kitab-kitab lain dan buku-buku ilmiah. Hal ini membuat al-Qur‟an menjadi objek kajian yang selalu menarik dan tidak pernah kering bagi kalangan cendikiawan, baik muslim maupun non muslim, sehingga ia tetap aktual sejak diturunkan empat belas abad yang silam.

1 Said Agil Husein Al-Munawwar, Al-Qur‟an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta: Ciputat perss, 2002), 12.

(17)

Fitnah merupakan kata serapan dari Bahasa Arab yang artinya cobaan, atau ujian.1 Berasal dari kata fa-ta-na yang berarti membakar.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Fitnah diartikan dengan perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang (seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan) yang mana itu adalah perbuatan tidak terpuji.2 Dalam kitab Al- Ta’ri>fa>t Abi Al-Hasan al-Jarjani mendefenisikan Fitnah sebagi sesuatu yang dapat menjelaskan pribadi manusia, apakah itu baik atau jahat.3 Sedangkan dalam kamus Al-Munawwir disebutkan makna Fitnah yaitu memikat, menggoda, membujuk, menyesatkan, gila, menyimpang, dan masih banyak kata yang mempunyai padanan makna Fitnah lainnya.4 Namun al-Qur‟an tidak sekalipun menggunakan makna tersebut. al-Qur‟an menggunakan makna yang beraneka ragam dalam mengungkapkan makna Fitnah diantaranya kekacauan, bencana, syirik, cobaan, ujian, dan siksaan.5

Secara umum masyarakat tidak lagi asing mendengar kata Fitnah.

Baik dikalangan umat islam maupun non-islam. Akan tetapi pada permasalahannya Fitnah oleh sebagian banyak orang hanya diartikan sebagai kata bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran, hal ini merupakan dampak kata serapan Bahasa Arab kedalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Akhirnya kini menjadi paham yang mengakar pada masyarakat Indonesia bahwa makna kata Fitnah adalah sebatas bohong.

1 Muhammad Abi Bakr Ar-Razi, Mukhtasar Al-Sihab, (Beirut: Dar Al –Ma‟rifah, 2005), 430.

2 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta Balai Pustaka, 2005), 318.

3 Habibuddin, Fitnah Dalam Al-quran (Medan: Tesis IAIN Sumatra Utara, 2012), 21. 4

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab -Indonesia (Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku Ilmiah Pondok Pesantren Al-Munawwir, 1997), 1032-1033.

5 Perpustakaan Nasional RI, “Fitnah” Ensiklopedia Hukum Islam, ed, Abdul Aziz Dahlan, et, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoove, 1996), 379.

(18)

3

Hal yang senada diungkapkan pula oleh „Abdul Muji>b bahwa Fitnah merupakan aktivitas menyebarkan berita tanpa kebenaran, yang pada hakikatnya untuk merugikan orang lain.6 Artinya, di Indonesia makna Fitnah menjadi implisit mengikat dan lebih sempit. Padahal makna Fitnah lebih umum daripada itu.

Sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah (2): 191 sebagai berikut:

ِوْرَقْىا ٍَِِ ُّذَشَا ُحَْْرِفْىاَٗ ٌُْمُْ٘جَشْخَا ُسَْٞح ٍِِّْ ٌُُْْٕ٘جِشْخَاَٗ ٌَُُُْْٕ٘رْفِقَش ُسَْٞح ٌُُْْٕ٘يُرْقاَٗ ﴿ َلََٗ

َضَج َلِى ٰزَم ٌُُْْْٕۗ٘يُرْقاَف ٌُْمُْ٘يَرٰق ُِْاَف ِِْٔٞف ٌُْم ُْ٘يِرٰقُٝ ّٰٚرَح ًِاَشَحْىا ِذِجْغََْىا َذِْْع ٌُُْْٕ٘يِرٰقُذ ﴾ َِِْٝشِف ٰنْىا ُءۤا

Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka, dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu. Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dan janganlah kamu perangi mereka di Masjidilharam, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang kafir.7

Fitnah yang tercantum pada ayat di atas, menjelaskan bahwa kaum musyrikin Mekkah telah menganiaya kaum muslimin, menyiksa kaum muslimin dengan aneka siksaan jasmani, perampasan harta, dan pemisahan sanak saudara, teror dan pengusiran dari tanah tumpah darah, bahkan menyangkut agama dan keyakinan, sehingga pembunuhan dan pengusiran yang diizinkan Allah itu adalah suatu yang wajar, dan hendaknya semua mengetahui bahwa Fitnah yakni penganiayaan seperti yang disebutkan di atas, atau kemusyrikan yakni penolakan mereka atas keesaan Allah lebih keras yakni besar bahayanya atau dosanya daripada pembunuhan yang diizinkan dan diperintahkan oleh Allah.8

6 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 301.

7 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya (edisi yang disempurnakan) jilid2. (Jakarta: Lentera Abadi, 2010).

8 Laela Qadriani Makna Kata Fitnah Dalam Al-Qur‟an, (Makassar: Skripsi Univesitas Hasanuddin, 2017), 4.

(19)

Jika memandang pada al-Quran Allah menjadikan harta dan anak-anak sebagai bagian dari nikmat yang ia beri, oleh sebab itu keduanya bisa memberikan efek terlena, dan menjadi cobaan dalam kehidupan. Ibn Kas\i>r menambahkan bahwa Allah menganugrahkan keduanya, untuk mengetahui apakah hambanya akan bersyukur dan menjadikannya semakin patuh dan taat kepada-Nya, atau sebaliknya.9 Contoh dari penggunaan term Fitnah yang digunakan dalam Al-Quran untuk menyuratkan makna ujian atau cobaan dapat ditemukan misalnya dalam QS. al-Anfa>l /8: 28.

ٌٌِْٞظَع ٌشْجَا ْٓ َٓذِْْع َ ّٰاللّ ََُّاَّٗۙ ٌحَْْرِف ٌُْمُد َلَ َْٗاَٗ ٌُْنُىاٍََْ٘ا ْٓاََََّّا آََُْْ٘يْعاَٗ ﴿

ࣖ ﴾

Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.

Ayat di atas menggunakan istilah Fitnah untuk mengaksestuasikan makna cobaan, yang pada konteks ayat ke-28 surah al-Anfa>l tersebut dikaitkannya dengan harta benda serta anak-anak bentuk dari ujian tuhan terhadap manusia. Harta benda serta anak-anak merupakan bagian dari nikmat yang di berikan Allah, yang boleh jadi karenanya menyebabkan seorang kemudian terlena sehingga lalai dari ketaatannya. Oleh karena itu lewat ayat tersebut Al-Quran mengingatkan manusia akan bahaya dari daya Tarik kedua bentuk nikmat di atas, sebagai bahan ujian dan cobaan. Tiap individu diingatkan agar tidak lemah menghadapi ujian, serta mengabaikan seruan jihad, tanggung jawab, amanah, serta perjanjian untuk mengikuti panggilan Allah dan Rasulnya.10

Ibn Kas\i>r memberikan penafsiran terhadap ayat ini, bahwasanya harta benda dan keturunan merupakan bagian dari cobaan dan ujian

9 Ismai‟l Ibn Kas\i>r, Tafsir Al-quran Al-A‟zim (Gizah: Maktabah As-Syeikh Wa Awladihi Li At-Turas, 2000), 57.

10 Ani, Konsep Fitnah Dalam Alqur‟an (Makssar: Skripsi Uin Allaudin, 2017), 2.

(20)

5

dari Allah bagi kamu, dan ketika Allah menganugrahkan keduanya kepada kamu, tujuannya adalah sekedar ingin tahu apakah kamu bersyukur dengan semua itu dan menjadikanmu semkain taat kepada- Nya, atau sebaliknya justru kamu hanya disibukkan dengan semua itu dan membuatmu berpaling dari-Nya.11

Az-zamakhsyari dalam tafsirnya Al-Kassyaf menjelaskan, harta dan keturunan dikategorikan sebagai Fitnah, karena pada dasarnya merekalah yang menjadi jatuhnya seseorang kedalam jurang Fitnah yaitu dosa dan siksa, atau keduanya merupakan ujian dari Allah dalam menguji kualitas iman seseorang, apakah ia menjaga dan mempergunakanya dengan aturan-aturan Allah swt.12

Puluhan ayat dalam Al-Quran di dalamnya terdapat kata Fitnah, kendati pun ditemukan adanya kemiripan makna antara satu dengan yang lain, namun ditemukan juga makna yang sedikit berbeda dengan yang lainnya.

Perlu pengkajian lebih lanjut untuk mengetahui maksud dari Fitnah yang sebenarnya dalam konsepsi Al-Quran analitik ayat demi ayat penting untuk dilakukan, demi terungkapnya hakikat dari makna Fitnah yang sebenarnya. Lalu apakah ada perbedaan maksud antara ayat-ayat Fitnah yang turun pada priode Makkah dan Madinah.

Beberapa ulama di Indonesia seperti M. Quraish Shihab menafsirkan kata Fitnah lebih umum dari biasanya, di dalam tafsirnya di katakana bahwa bencana alam seperti sunami, gempa, longsor dan lain yang menimpa suatu daerah merupakan Fitnah karena jika di defenisikan sebagai mus}i>bah maka hal ini kurang tepat, lebih lanjut Qurash Shihab menafsirkan bahwa mus}i>bah terjadi karena adanya

11 Habibuddin, Fitnah Dalam Al-qu‟an (Tesis: AIN Sumatra Utara, 2012), 10.

12 Az-Zamakhsyari, Tafsir Al-Kassyaf, (Riyad: Maktabah Al- „Abikan, 1998), 574.

(21)

kesalahan manusia. Sedangkan bencana alam menimpa siapa pun baik yang bersalah maupun tidak.13

Selanjutnya, banyak Mufassir Indonesia yang juga menafsirkan term Fitnah ini. Salah satunya adalah Haji Abdul Malik Abdul karim Amrullah (Hamka), beliau adalah seorang ulama sekaligus sastrawan berkebangsaan Indonesia, yang aktif menulis dan menghasilkan banyak karya. Al-Azhar adalah salah satu karya tafsirnya yang terkenal sangat monumental karena dipandang sebagai tafsir terbaik pada masanya.14

Dari ulama yang menafsirkan kata Fitnah di atas penulis ingin mengupas makna Fitnah dari pandangan imam al-Sya’ra>wi penulis ingin mengupas dan mengelompokkan pemaknaan kata Fitnah dalam Al-Quran dalam kajian tafsir al-Sya’ra>wi. Dalam hal ini penulis membatasi masalah pada makna Fitnah dalam tafsir al-Sya’ra>wi penulis mengambil penafsir Muhammad Mutawalli al-Sya’ra>wi karena beliau adalah salah satu ahli tafsir al-Qur‟an yang terkenal pada masa modern dan merupakan tokoh masa kini, beliau memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan masalah agama dengan sangat mudah dan sederhana, beliau juga memiliki usaha yang luar biasa besar dan mulia dalam bidang dakwah islam.

Untuk itu penulis merasa tertarik untuk mengkaji, selanjutnya penulis merumuskan tema penelitian dan sebagai judul skripsi yaitu Makna Penyebutan Kata Fitnah Dalam al-Qur‟an Analisi Penafsiran Al- Sya’ra>wi.

13 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an jilid 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2010), 781.

14 Islah Gusmian, “Hasanah Tafsir Indonesia “, Vol 1, 2015, 23.

(22)

7

B. Identifikasi Masalah

Untuk membentuk kejelasan pada skripsi ini penulis mengidentifikasikan masalah dengan beberapa hal:

1. Banyaknya kata Fitnah dalam al-Qur‟an yang redaksi makna dan tafsir ayatnya berbeda.

2. Pemahaman masyarakat akan makna Fitnah sangat „awam karena serapan Bahasa arab terhadap Indonesia.

3. Timbulnya dampak Negatif dari makna Fitnah dikalangan nasyarakat.

C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan, dan berdasarkan identifikasi masalah di atas serta melihat akan luasnya pembahasan, langkah berikutnya penulis akan membatasi permasalahannya dalam kajian tafsir al-Sya’ra>wi dan merumuskan permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimana penafsiran kata Fitnah dalam al-Qur‟an menurut al- Sya’ra>wi?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui hakikat Fitnah, supaya masyarakat awam betul- betul memahami kandungan dan maksud dari pada ayat Fitnah yang peneliti ungkap.

2. Memberikan sumbangsih dalam kajian-kajian keislaman terutama yang berhubungan dengan tafsir.

3. Mengatahui makna kata Fitnah dalam setiap ayat dan surah, khususnya analisis imam al-Sya’ra>wi.

(23)

E. Manfaat Penelitian

Setelah penulis mengetahui analisis penafsiran imam al- Sya’ra>wi tentang ayat Fitnah, selanjutnya penulis berharap penelitian ini dapat memberikan sumbangsih khazanah keilmuan bagi para akademisi maupun lembaga. Memberi banyak kontribusi dan solisusi bagi para mahasiswa khususnya mahasiswa yang tengah menyusun tugas akhir.

Selain itu penelitian juga disusun untuk memenuhi salah satu syarat tercapainya gelar sarjana agama di bidang ilmu al-Qur‟an dan Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Kajian Pustaka

Berdasarkan hasil penelusuran penulis mengenai tema tentang ayat-ayat Fitnah, ditemukan beberapa penelitian yang sudah membahas tema tersebut, diantaranya:

Yang pertama, Skripsi Siti Nurfitriah dengan judul Fitnah Perspektif Qurish Shihab (Telaah Ayat-Ayat Fitnah dalam Tafsir al- Misbah) dari jurusan Ilmu A-quran Dan Tafsir Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Ponorogo. Di dalam skripsi ini hanya menafsirkan kata Fitnah menurut pandangan Quraish Shihab. Menurut M. Quraish Shihab dalam karyanya tafsir al-Misbah kata Fitnah memiliki beragam makna di antaranya: Fitnah berarti kezaliman atau penganiyayaan, membakar secara mutlak yaitu brupa az\ab neraka, dapat juga berarti setan karena dia adalah cobaan bagi manusia, siksaan atau hukuman, malapetaka dan cobaan atau ujian yang secara rinci dapat digambarakan dalam berbagai bentuk yaitu harta dan anak-anak, keburukan dan kebaikan, sihir, nikmat hidup, godaan dan pengaruh luar yang dapat menjadikan seseorang melanggar perintah Allah,

(24)

9

kekacauan dan kerancuan berpikir, kemunafikan, gila, kesesatan dan lain-lain.15

Yang kedua, Skripsi Syaefullah Anwar dengan judul Penapsiran al-Razi Terhadap Fitnah Dalam Al-Quran (Studi Deskriptif Analisis Terhadap tafsir Mafa>tih al-Ghai>b) dari Jurusan Ilmu AL-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam skripsi ini hanya dijelaskan pengertian Fitnah dan macam-macam makna Fitnah menurut penafsiran al-Razi dalam Mafa>tih al- Ghai>b.

Dalam skripsi ini syaefullah Anwar fokus terhadap penafsiran Al- Razi tentang makna kata Fitnah kitab tafsir Mafa>tih al-Gaib dengan menggunakan metode deskriptif- analisis.16

Yang ketiga, Skripsi Ani dengan judul konsep Fitnah Dalam al- Qur‟an (Suatu Kajian Tahlili atas Surat al-Anfa>l ayat 25) dari jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin, Filsapat, dan politik UIN Alaudin Makassar. Skripsi ini menjelaskan mengenai ayat-ayat Fitnah dalam surah al-Anfa>l dan menafsirkannya dari beberapa kitab tafsir. Dan memberikan dengan beberapa kesimpulan diantaranya hakikat Fitnah, wujud Fitnah, dan dampak dari Fitnah. Hakikat Fitnah yang dimaksud adalah cobaan dan siksaan, dan sebab-sebab dijatuhkannya Fitnah yang Allah timpakan manusia akibat perbuatan manusia itu sendiri, yang dapat menimbulkan berbagai macam bencana yang tidak hanya menimpa pelaku kejahatan, akan tetapi juga menimpa orang di sekitarnya. Wujud Fitnah adalah banyaknya makna atau jenis Fitnah yang dapat mengenai manusia baik dari segi ujian cobaan maupun siksaan dan untuk membedakan yang beriman dan yang

15 Siti Nurfitriah, Fitnah Dalam Perspektif M. Quraish Shihab “Tela‟ah Ayat-Ayat Fitnah dalam Tafsir AL-Misbah” (Ponorogo: skripsi IAIN ponorogo, 2017).

16 Syaifullah Anwar, Penafsiran Al-Razi terhadap fitnah Dalam Alqur‟an “studi deskriptif Analisis Tafsir Mafa>tihAl- Ghai>b” (Yogyakarta: Skripsi UIN Sunan Kalijaga, 2008).

(25)

munafik sesuai dari perbuatannya, dan melihat dibalik Fitnah itu sendiri. Dampak Fitnah dalam surah al-Anfa>l terdapat positif dan negatif, ini mengingatkan manusia supaya menjaga diri dari Fitnah dengan takut pada siksa Allah, dan berahati-hati dengan mengambil hikmah di dalamnya.17

Yang keempat, Skripsi Mu‟awanah dengan judul Fitnah Dalam Al-Quran (Studi Tematik) dari Fakultas ushuluddin Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang tahun 2006. Dalam skripsi ini membahas tentang pengertian Fitnah, macam-macamnya dan ayat ayat al-Qur‟an tentang Fitnah, Fitnah dikaji dalam segi Aqidah, Akhlak dan Hukum, serta implementasi terhadap kehidupan sosial.18

Yang kelima, Skripsi Husniyah dengan judul Fitnah Dalam Perspektif Al-Quran dari Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar- Raniry Darussalam Banda Aceh 2016. Dalam skripsi ini hanya menjelaskan pengertian makna Fitnah saja dengan melahirkan 15 macam makna diantaranya syirik, penyesatan, pembunuhan, menghalangi dari jalan Allah, kesesatan, alasan, keputusan, dosa, sakit, sasaran, balasan, ujian, „az\ab, bakar, dan gila.19

Yang keenam, skripsi Laela Qadriyani dengan judul Makna Kata Fitnah Dalam al-Qur‟an (Suatu Kajian Semantik) dari Fakultas Ilmu Budaya Univesitas Hasanuddin tahun 2017. Dalam skripsi ini hanya menyimpulkan ayat ayat Fitnah yang ada di dalam al-Quran, kemudian

17 Ani, Konsep Fitnah Dalam Al-qur‟an “Suatu Kajian Tahlili atas QS al-Anfa>l /8:25” (Makassar: Skripsi UIN Alauddin, 2017).

18 Mu‟awanah, Fitnah Dalam Al-qur‟an “Studi tematik (Semarang: skripsi IAIN Wali Songo,2006).

19 Husniyah, “Fitnah Dalam Perspektif Al- qur‟an” (Banda Aceh: Skripsi UIN Ar- Raniry, 2016).

(26)

11

dikategorikan sesuai surah dan jumlah ayat dalam surah tersebut dan memberikan jumlah makna yang sama dalam ayat dan surah.20

Yang ketujuh, artikel yang menjelaskan macam-macam Fitnah yang dibagi menjadi dua macam yaitu Fitnah Syubhat yang berarti samar-samar, dalam Fitnah syubhat seseorang menjadi rusak dari segi ilmu dan keyakinanya sihingga menjadikan perkara ma‟ruf menjadi samar dengan kemungkaran. Sementara kemungkaran sendiri tidak ia hindari (dikerjakan), Fitnah syubhat merupakan Fitnah yang sangat berbahaya oleh karena kurangya ilmu dan lemahnya bashirah, ketika diiringi dengan niat buruk dan hawa nafsu maka timbullah Fitnah besar dan keji. Yang kedua Fitnah syahwat merupakan segala perbuatan yang dapat melemahkan dan mengikis iman seseorang disebabkan oleh mengikuti hawa nafsu. Mereka yang terkena Fitnah syahwat biasanya malas beribadah serta tidak segan melanggar perintah Allah dan mengerjakan apa yang dilarang. Hal ini disebabkan oleh hawa nafsu beserta andil dari iblis yang senantiasa mengiringi dan membuat iman menjadi lemah.21

Dari beberapa penelitian di atas hanya ada dua skripsi yang menjelaskan kata Fitnah dari sudut pandang penafsir yaitu Fitnah dalam perspektif Quraish Shihab dan Pengertian Fitnah dan Macam-Macam Makna Fitnah Menurut al-Razi dalam Tafsir Mafa>tih Al-Gaib. Jadi penulis tertarik mengangkat tema kajian Fitnah dari sudut pandang imam al-Sya’ra>wi.

20 Laela Qadriyani, “Makna Kata Fitnah Dalam Al-qur‟an (suatu tinjauan semantik) Makassar: skripsi universitas Hasanuddin, 2017.

21 Review Redaksi Dalamislam, “Fitnah Dalam Islam Hukum, Macam-Macam

Fitnah dan Bahayanya”, diakses pada 15-06-2020,

https://dalamislam.com/akhlaq/larangan/fitnah-dalam-islam.

(27)

G. Metodologi Penelitian

Metode penelitian di perlukan dalam setiap penelitian untuk menuntun jalannya penelitian tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini adalah penelitian tafsir, maka metodologi yang digunakan adalah metodologi tafsir.22 Dalam penelitian ini, penulis hanya melakukan penelitian kepustakaan (library research). Yang dimaksud library research adalah menghimpun buku-buku dan bahan lain dan berbagai sumber yang berkaitan dengan yang dibahas dalam skripsi ini.

Sementara itu, pembahasannya sendiri menggunakan pendekatan tafsir maud}u’i. adapun yang dimaksud dengan metode tafsir maudhu‟i tersebut adalah menghimpun seluruh atau sebagian ayat-ayat yang berkenaan dengan topik pembahasan tertentu untuk mencari benang merah dari suatu persoalan. Atau seperti yang dikemukakan M.

Quraish Shihab bahwa tafsir tematik adalah karya-karya tafsir yang menetapkan suatu topik tertentu, dengan jalan menghimpun seluruh atau sebagian ayat-ayat dari beberapa surat, yang berbicara tentang topik tersebut, untuk kemudian dikaitkan dengan yang lainnya sehingga pada akhirnya diambil kesimpulan menyeluruh tentang masalah tersebut menurut pandangan al-quran.23 Dalam kaitan ini, maka topik yang dimaksud adalah ayat-ayat al-Qur‟an yang berkenaan dengan kata Fitnah.

H. Jenis Dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penilitian kepustakaan (library research) yaitu serangkaian kegiatan yang

22 Abdul Muin Salim, dkk, Metodologi PenelitianTafsir Maudhui‟ (makassar:

Pustaka Al-Zikra, 2011), 7.

23 M.Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟an: fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat (Bandung: penerbit Mizan, 1999), 114. Metode tematik di Mesir untuk pertama kalinya dicetuskan oleh al-Farmawy.

(28)

13

berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penilitian, dengan mengumpulkan referensi dari kitab-kitab yang ada relevansinya dan pembahasan karya skripi ini.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena social dan masalah manusia.

Jenis penelitian ini adalah library research, yaitu usaha untuk memperoleh data dalam kepustakaan. metode ini digunakan untuk mencari data yang bersangkutan dengan teori yang dikemukakan oleh ahli (baik dalam bentuk penelitian atau karya tulis) untuk mendukung dalam penulisan atau sebagai landasan teori ilmiah.

1. Sumber Data

Sumber-sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini dalam rangka menggali data-data tersebut di atas dipilih menjadi dua kategori, sumber data primer dan sekunder yaitu:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu sumber data pokok yang penulis jadikan objek kajian. sebagai sumber data primer penelitian ini adalah sumber hukum islam yaitu al-Qur‟an dan kitab Tafsir al- Sya’ra>wi khususnya yang membahas ayat-ayat Fitnah.

b. Sumber Data Skunder

Sumber data kedua yang digunakan penulis untuk membantu menela‟ah data-data yang dihimpun. Data ini berfungsi sebagai pelengkap data primer. Sebagai sumber skundernya berdasarkan pada sumber kepustakaan seperti kitab- kitab tafsir dan buku-buku yang memiliki tema dan pembahasan yang ada permasalahannya dengan penulisan ini.

(29)

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar utuk memproleh data yang diperlukan.24 Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), yaitu mengumpulkan data teoritis sebagai penyajian ilmiah yang dilakukan dengan memilih literatur yang berkaitan dengan penelitian. Metode ini digunakan untuk menetukan litreratur yang mempunyai hubungan dengan permasalahan yang diteliti, dimana penulis membaca dan menela‟ahnya dari kitab dan buku-buku bacaan yang ada kaitannya dengan tema skripsi. Peniliti juga menyajikan ayat-ayat al-Qur‟an yang berkaitan dengan pembahasan. Yaitu, dengan menghimpun ayat-ayat tersebut dari kitab tafsir al-Sya’ra>wi, kemudian didukung dengan kitab-kitab atau referensi lain yang pembahasannya penafsiran tentang fitnah.

Serta penulis pun mencatat sumber-sumber data tersebut untuk dapat digunakan dalam studi selanjutnya.

3. Kerangka Teori

Tafsir artinya menjelaskan dan menerangakan, sedangakan ibn manzur, memakainya sebagai alat membuka sesuatu yang tertutp, dan tafsir ialah membuka dan menjelaskan maksud yang sukar dari suatu lafal.25 Dan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tafsir diartikan dengan keterangan atau penjelasan tentang ayat-ayat al-Qur‟an sehingga lebih jelas maksudnya.26

Tafsir al-Qur‟an adalah penjelasan atau keterangan untuk memperjelas maksud yang sukar memahaminya dari ayat-ayat al- Qur‟an. Dengan demikian menafsirkan al-Qur‟an ialah menjelaskan

24 Al-Fatih Suryadilaga, Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Teras, 2010), 171.

25 Ibn Manzur, Lisan al-Arab Jil III (Kairo: Al –Musasasah al-Misyriyyah al- Ammah), 361.

26 DEKDIPBUD INDONESIA, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 882.

(30)

15

atau menerangkan makna-makna yang susah memahaminya dari ayat-ayat tersebut.

Adapun tafsir tematik juga disebut tafsir Maud}u’i yang penulis gunakan sebagai landasan teori yaitu menghimpun ayat- ayat al-Qur‟an yang mempunyai maksud yang sama dalam arti sama-sama membicarakan berdasarkan kronologi serta sebab turunnya ayat-ayat tersebut, kemudian mulai memberikan keterangan dan penjelasan serta mengambil kesimpulan.27

Penelitian ini termasuk kedalam penelitian tematik, dala hal ini tema yang diangkat adalah tentang Fitnah menurut al-Sya’ra>wi, dalam penelitian ini penulis akan membahas tema tersebut dengan menyajikan ayat-ayat tentang Fitnah kemudia dipahami dan di analisis menggunakan metode tematik milik al-Farmawi, sehingga menjadi suatu pembahasan yang utuh. Adapun langakah- langkahnya yaitu: menetapkan masalah yang akan dibahas (topik), menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut, menyusun ayat-ayat tersebut sesuai dengan masa turunnya atau asbab an-nuzul, munasabah ayat-ayat tersebut dalam surahnya masing-masing, menyusun tema pembahasan dalam kerangka yang sempurna dengan sistematis dan utuh (outline), mempelajari ayat- ayat dengan menyeluruh dan menghimpun ayat-ayat yang serupa dan mengkompromikan antara yang „am dengan yang khas dan mutlaq dengan muqayyad atau yang pada lahirnya bertentangan sehingga semua ayat tersebut bertemu pada suatu muara, tanpa perbedaan dan pemaksaan.28

27 Muhammad Kahfi Al-Banna, Kehidupan Penduduk Neraka di Dalam Al-qur‟an (Kajian Tafsir Tematik), (Skripsi: UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2016), 13.

28 Abd Al-Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu‟I dan cara penerapannya, terj, Rosihon Anwar (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), 51.

(31)

I. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatakan pembahasan yang sistematis dan mudah dipahami, maka penulisan skripsi ini akan terbagi menjadi beberapa bab. Adapun rencana garis besar sistematika penulisan skripsi ini antara lain:

Bab pertama yaitu pendahuluan. Di dalamnya terdapat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjaun pustaka, metedologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab yang kedua menjelaskan landasan teori Fitnah dan segala yang berhubungan dengannya termasuk pendapat para ulama mengenai pengertian Fitnah, macam-macam dan dampaknya, Dalam hal ini, Terdiri dari beberapa sub bab, yakni:

1. Pengertian Fitnah baik dalam Al-Quran maupun secara umum.

2. Menampilkan ayat-ayat Fitnah secara keseluruhan.

3. Menampilkan pendapat para ulama tentang Fitnah.

Bab yang ketiga, pada bagian ini akan membahas Muhammad Mutawalli al-Sya’ra>wi dan Tafsirnya yang dari riwayat hidup Muhammad Mutawalli al-Sya’ra>wi, karya-karya Muhammad Mutawalli al-Sya’ra>wi, pandangan ulama tentang Muhammad Mutawalli Al-Sya’ra>wi, serta pengenalan tafsir al-Sya’ra>wi.

Bab yang keempat Analisis arti Fitnah dalam al-Qur‟an, Fitnah dalam surah al-Nisa> ayat 91, Fitnah dalam surah al-Baqarah ayat 191 dan 217, Fitnah dalam surah al-Anfa>l ayat 25 dan kesaman dan perbedaan makna yang ditunjuk.

Bab kelima, penutup. Sebagai penutup pembahasan ini akan ditarik kesimpulan dan menjawab permasalahan yang telah dibahas dibab-bab sebelumnya sembari menguraikan saran-saran atas permsalahan tersebut.

(32)

17 BAB II

LANDASAN TEORI TENTANG FITNAH A. Pengertian Fitnah

1. Menurut Bahasa dan istilah.

Kata Fitnah berasal dari kata fatana yang terdiri dari tiga huruf fa-ta-na yang bermakna cobaan, ujian serta bencana. Menurut Ragib al-Asfahani (w. 502 H) pada mulanya kata tersebut memiliki makna dasar seperti ungkapan “membakar emas untuk mengetahui kadar kualitasnya” seorang pandai emas disebut dengan al-Fatin, dengan tujuan menguji kadar kualitas dari logam tersebut.1 Dari segi Bahasa, kata Fitnah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “ perkataan bohong atau tanpa dasar kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang (seperti: menodai nama baik, merugikan kehormatan orang). Ia adalah bentuk mashdar (verbal-noun atau kata jadian). ia terambil dari akar kata arab dengan huruf-huruf f, t, n, yang menunjukkan pada makna ibtila>‟

wa ikhtibar (ujian dan cobaan), imtih}an (ujian), al-Ih}raq (membakar atau menyiksa), misalnya fatanul al-z|ahaba fi al-nar (aku telah membakar emas dengan api).2

Kata Fitnah dan derivasinya terdapat dalam al-Qur‟an sebanyak 60 kali. Menurut Ibn Manz}u>r dalam kitabnya lisan al-Arab Fitnah mempunyai makna yang sesuai dengan konteksnya, antara lain: cobaan atau ujian, kufur, syirik, penganiyayaan, bencana dan lain-lain. Adapun kata Fitnah ditinjau dari segi ilmu sharaf (morfologi) berasal dari susunan tiga huruf fa, ta dan nun. Bentuk

1 Ahmad Bin Faris Bin Zakariya, Mu‟jam Maqayis al-Lugah, juz IV (Dar al-Fikr, 1319H/1979 M), 472.

2 Mardan, Wawasan Al-Qur‟an Tentang Malapetaka, (Jakarta, 2008), 68.

(33)

fi‟il madhi-nya (pas tense), yaitu Fatana dan fi‟il mudhari‟-nya (present tense) adalah yafutunu. selanjutnyaterbentuklah isim mashdar, yaitu bentuk kata nominal yang menunjukkan kejadian atau pekerjaan tanpa dibatasi oleh waktu dan dalam Bahasa Indonesia disebut dengan kata benda abstrak.3

Kata atau istilah Fitnah dalam teks al-Qur‟an dinyatakan dalam beberapa konteks yang berbeda-beda, antara lain:

a. Harta benda dan anak. (QS. Al-Anfa>l [8]: 28)

ٌٌِْٞظَع ٌشْجَا ْٓ َٓذِْْع َ ّٰاللّ ََُّاَّٗۙ ٌحَْْرِف ٌُْمُد َلَ َْٗاَٗ ٌُْنُىاٍََْ٘ا ْٓاََََّّا آََُْْ٘يْعاَٗ ﴿

ࣖ ﴾

“Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar”

b. Keadaan orang-orang yang lemah iman. (QS. Al-Ankabu>t [29]:

10)

ْۗ ِ ّٰاللّ ِباَزَعَم ِطاَّْىا َحَْْرِف َوَعَج ِ ّٰاللّ ِٚف َِٛرُْٗا ْٓاَرِاَف ِ ّٰللّاِت اٍََّْٰا ُهُْ٘قَّٝ ٍَِْ ِطاَّْىا ٍََِِٗ ﴿ ِِْنَِٕىَٗ

ْصَّ َءۤاَج ﴾ َََِِْٞي ٰعْىا ِسُْٗذُص ِْٜف اََِت ٌََيْعَاِت ُ ّٰاللّ َظَْٞىََٗا ٌُْْۗنَعٍَ اَُّْم اَِّّا َُِّىُْ٘قََٞى َلِّتَّس ٍِِّْ ٌش

“Dan di antara manusia ada sebagian yang berkata, “Kami beriman kepada Allah,” tetapi apabila dia disakiti (karena dia beriman) kepada Allah, dia menganggap cobaan manusia itu sebagai siksaan Allah. Dan jika datang pertolongan dari Tuhanmu, niscaya mereka akan berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu.” Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada di dalam dada semua manusia”

c. Nikmat Allah, (QS. Al-Zuma>r [39]: 49)

ْيِع ٰٚيَع ُٔرِْٞذ ُْٗا ْٓاَََِّّا َهاَق ۙاٍَِّّْ ًحََْعِّ ُْْٰٔىََّ٘خ اَرِا ٌَُّش ۖاَّاَعَد ٌّشُض َُاَغِّْ ْلَا َّظٍَ اَرِاَف ﴿ َِٜٕ ْوَتْۗ ٌٍ

﴾ َََُُْ٘يْعَٝ َلَ ٌَُْٕشَصْمَا َِِّنٰىَّٗ ٌحَْْرِف “Maka apabila manusia ditimpa bencana dia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan nikmat Kami kepadanya dia berkata, “Sesungguhnya aku diberi nikmat ini hanyalah karena

3 Lilik Ummi Kaltsum, “Cobaan Hidup Dalam Al-Qur‟an: Studi Ayat Fitnah Dengan Aplikasi Metode Tafsir Tematik”. Ilmu Ushuluddin, Vol. 5 no.2 (juli 2018): 138.

(34)

19 kepintaranku.” Sebenarnya, itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”

Pengertian di atas mempunyai korelasi dengan arti yang digunakan dalam Bahasa Arab. Fitnah menurut Bahasa Arab lebih dimaknai kepada sifat tertentu untuk dibakar (berupa benda-benda logam: emas atau perak) dengan tujuan diperoleh kemurniannya.

Adapun al-Qur‟an memaknai kata Fitnah di banyak tempat secara varian dan berbeda-beda sesuai dengan konteks ayatnya, kata Fitnah menunjukkan kepada bencana, syirik, ujian, siksaan, kez}aliman, kesesatan dan bahkan termasuk kepada kategori kegilaan. Dengan demikian, apa yang dijadikan sandaran terhadap pemaknaan kata Fitnah, al-Qur‟an lebih general daripada pemaknaan secara parsial seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, kendati pemaknaan itu tetap saja mengarah kepada suatu tindakan yang kurang baik atau perbuatan yang akan menimbulkan bahaya yang lebih besar. Bahkan sejumlah pemaknaan ini jika dikondisikan dengan makna yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, seperti yang disebutkan di atas memiliki penilaian yang berbeda.4

Salah satu perbedaan yang menonjol adalah terbatasnya interperetasi makna Fitnah berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, yakni sebatas pencemaran nama baik atau mengikat dalam konteks yang parsial. Bahkan bentuknya pun dapat diketahui seacara langsung sikap memfitnah, kendati tidak dapat diperjelaskan secara eksplisit apakah tindakan mem-fitnah itu dikategorikan kedalam sifat seseorang yang suka mem-fitnah. Kata Fitnah ketika sudah masuk kedalam bahasa Indonesia sering dipahami banyak

4 Umar Latif, “konsep Finnah Menurut Al-Qur‟an” Jurnal Al-Bayan, vol. 22 no, 31 (Januari-Juni 2015): 74.

(35)

orang secara parsial, sebagaimana tampak dalam pengertian menurut KBBI ialah perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang lain.5

Sebagi konsep moral yang besar pengaruhnya. Fitnah dan derivasinya terdapat dalam al-Qur‟an sebanyak 58 ayat dalam 32 surah. Secara rinci kata ini disebut dalam bentuk fi‟il madhi (kata kerja lampau), sebanyak 11 kali, dalam bentuk fi‟il mudhari‟ (kata kerja sekarang dan akan datang), sebanyak 12 kali, sedangkan dalam bentuk mashdar sebanyak 35 kali, dan isim fa‟il sebanyak 1 dan dan isim maf‟ul juga 1 kali.6

Kata-kata tersebut dikaitkan dengan konteks yang berbeda- beda dan menunjukkan arti yang saling tumpah tindih dan saling melengkapi. Beberapa kamus arab memberikan arti Fitnah dalam al- Qur‟an bermacam-macam, antara lain: cobaan, ujian, kesesatan, dosa, „azab, godaan, terbukanya aib, kekacauan dan penganiyayaan.

Pada priode Mekkah kata Fitnah dan derivasinya muncul di dalam al-Qur‟an sebanyak 33 kali dengan perincian: bentuk isim 14 kali dan bentuk fi‟il 19 kali. Dari banyaknya kalimat fi‟il yang dipergunakan, ayat-ayat priode ini lebih mengarah pada penegasan bahwa Allah akan selalu memberikan ujian pada hambanya mukmin atau kafir. Ayat-ayat tersebut lebih banyak ditujukkan kepada orang- orang kafir yang selalu mendustakan ajaran nabi-nabi mereka.

Sedangkan pada priode Madinah, kata Fitnah dan derivasinya muncul di dalam al-Qur‟an sebanyak 26 kali, bentuk nominal 21 kali dan bentuk verbal 5 kali. Pada priode ini ajaran islam lebih ditekankan pada bidang mu‟amalah, hubungan sosial, perintah untuk

5 Abdul Mustaqim, “Teologi Bencana Dalam Perspektif Al-Qur‟an” Jurnal nun, vol 1, no 1, (2015): 103.

6 Mardani, Wawasan Al-Qur‟an Tentang Malapetaka, 69.

(36)

21 berperang dan perundang-undangan, sehingga tidak sedikit orang- orang yang hanya menerima ajaran Islam jika hal itu dirasa menguntungkan mereka. Sebaliknya mereka akan berpaling jika Islam dirasa merugikan. Oleh karena itu ayat-ayat pada priode ini banyak ditujukan kepada kaum munafik.7

Pada dasarnya keberagaman makna Fitnah dalam ayat-ayat al- Qur‟an secara global dapat diklasifikasikan sebagi berikut:

1. Fitnah yang berarti cobaan buruk atau cobaan yang menyusahkan seperti bencana dan kelaparan termasuk juga perbuatan-perbuatan yang menyimpang dan menentang kebenaran. Fitnah dalam makna ini terdapat di 54 ayat.

2. Fitnah yang berarti cobaan baik yaitu cobaan melalui kenikmatan dan kesenangan terdapat dalam tiga ayat.

3. Fitnah yang berarti cobaan secara umum. Artinya, secara umum dijelaskan bahwa dalam kehidupan ini pasti ada ujian baik maupun buruk. Hal ini terdapat dalam tiga ayat. Adapun acuan pengklasifikasian ini melalui kata-kata atau tema pokok yang terdapat dala setiap ayat. Apabila ditemukan kesulitan dengan acuan tersebut, maka ditempuh dengan pengaitan yang dibahas dengan ayat-ayat sebelumnya, sesudah kedua-duanya. Sedang penelusuran pengertian lewat penafsiran-penafsiran yang dikemukakan oleh para mufassir dimaksudkan sebagai pembantu untuk merumuskan pengertian yang utuh.8

Secara istilah Sa‟id Hawa mengemukakan makna Fitnah menurut istilah, sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Al- Mubayyadh dalam bukunya bahwa Fitnah adalah penetap syariat

7 Lilik Ummi Kaltsum, “Cobaan Hidup Dalam Al-Qur‟an”, 139.

8 Lilik Ummi Kaltsum,” Cobaan Hidup Dalam Al-Qur‟an, 140.

(37)

digunakan secara mutlak untuk menggambarkan pertikaian internal yang tidak jelas ujung pangkalnya antara kaum muslimin, sebagaimana Fitnah juga digunakan secara mutlak tersebarluasnyya pemikiran-pemikiran aneh lalu digunakan pula pada cengkeraman yang dilakukan oleh orang-orang kafir z}a>lim terhadap orang-orang beriman.

Fitnah digunakan secara mutlak pada kekacauan tanpa terang duduk permasalahannya (konfirmasi) dalam dinamika politik, fanitisme golongan, serta penyerangan dan penyerbuan yang di sebabkan oleh fanstisme. Istilah Fitnah juga diartikan secara mutlak pada apa saja yang memfitnah manusia dalam agamanya, baik berupa harta, pangkat atau kehormatan diri, perasan batin, ataupun orientasi batin. Termasuk pula dalam cakupan terminologi Fitnah dalah provokasi antar manusia dan upaya untuk membelah-belah antara orang yang saling mencintai. Berdasarkan semua itu, dapat dikatakan bahwa makna Fitnah adalah apa saja yang menghadang manusia berupa ujian atau saringan pembersihan, baik yang berasal ummat muslim (internal) maupun dari ummat yang lain (eksternal), baik dalam tingkat individu, masyarakat maupun golongan, baik Fitnah yang berkaitan syahwat atau syubhat, yang mengakibatkan sesatnya sebagaian orang dan penyimpangan dari jalan kebenaran, atau berselishnya hati mereka serta apa yang di akibatkan darinya berupa terjadinya aksi pembunuhan di antara mereka, atau terjatuhnya mereka ke dalam dosa, kesesatan, atau keluar dari agama Allah menuju kepada kekafiran.9

9 Muhammad Ahmad Al-Mubayyadh, “Al-Mausu‟ahim Wa Asyrath As-sa‟ah Terj:

Ahmad Dzulfikar, Ensiklopedia Akhir Zaman”, cet, I (Surakarta: Mediatama, 2014), 450.

(38)

23 Kata Fitnah dapat disebut juga penggunaan dan penekanannya lebih banyak ditujukan kepada sesautu yang bersifat kesulitan. Inilah salah satu perbedaan penggunaan kata bala‟ dengan Fitnah. Kata Fitnah tidak selalu ujian sesorang dalam kehidupan di dunia ini, namun juga bemakna siksaan kepada manusia di akhirat.10 Seperti pada QS. al-Tagabun, [68]: 15

﴾ ٌٌِْٞظَع ٌشْجَا ْٓ َٓذِْْع ُ ّٰاللَّْٗۗ ٌحَْْرِف ٌُْمُد َلَ َْٗاَٗ ٌُْنُىاٍََْ٘ا ْٓاَََِّّا ﴿

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar”

2. Macam-Macam Fitnah

Dari pembahasan di atas telah diuraikan pengertian Fitnah secara umum dan dalam pandangan al-Qur‟an. Dari berbagai macam Fitnah yang muncul dan berkembang bagi umat manusia bila diklasifikasikan terdapat berbagai macam bentuk. Adapun dari Fitnah tersebut yang menonjol adalah sebagaimana yang tertera dalam hadis} rasul dan dalam doanya memohon perlindungan dari kejamnya Fitnah. Kata Fitnah kata yang sering didengar oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari walaupun dengan pengertian yang sangat sempit, seringkali terjadi pemaknaan Fitnah hanya sebatas tuduhan yang tidak dilandasi bukti benar kepada seseorang atau kelompok orang tertentu. Padahal Fitnah mempunyai makna yang lebih luas daripada itu sebab segala bentuk macam cobaan dan ujian serta siksaan dan kesesatan itu pun termasuk dalam kategori Fitnah.11

10 Dede Rodin, Teologi Bencana Dalam Perspektif al-Qur‟an, (Semarang: Puslit IAIN Walisongo, 2010), 38.

11 Siti Nurfutriah, Fitnah Dalam Perspektif M. Quraish Shihab “Telaah Ayat-Ayat Fitnah Dalam Al-Qur‟an”, (skripsi: IAIN Ponorogo, 2017), 40.

(39)

Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa pengertian dan sumber Fitnah yang ada dalam kehidupan manusia dapat diklarifikasikan dalam beberapa aspek. Adapun Fitnah secara gari besar terbagi dalam beberapa macam bentuk Fitnah adalah sebagai berikut:

A. Fitnah Ahlas

Kata Ahlas merupakan bentuk plural dari kata “Hislun”

atau “Halasun” yaitu alas pelana, kain dipungung unta yang berada di bawah pelana. Fintah ini diserupakan dengan alas pelana karena ada persamaan dari sisi terus menerus menempel atau terjadi. Imam Khattabi mengatakan, “Fitnah ini disambungkan dengan kata Ahlas karena Fitnah itu terus menerus terjadi dan berkepanjangan dalam waktu lama, atau karena warnanya hitam dan gelap. Wujud dari Fitnah ahlas ini dijelaskan langsung oleh Rasulullah dan Harabun. Kata harabun maknanya menurut imam Al-Qari adalah sebagian manusia lari dari sebagian yang lain karena di antara mereka ada permusuhan dan peperangan. Kata harabun berawal dari kata huriba al- Rujulu, artinya harta dan keluarga dirampas tanpa tersisa lagi.

Harabun di sini berarti kehilangan harta dan keluarga. Demikian penjelasan Imam Syamsul Haq „Az}im dan Imam Ibn As}ir Al- Azhari.14

B. Fitnatu Sarra‟

Imam Ali al-Qari menyatakan yang dimaksud dengan Fitnah ini adalah nikmat yang menyenangkan manusia, berupa kesehatan, kejayaan, selamat dari bencana. Fitnah ini

14 Siti Nurfitriah, Fitnah Dalam Perspektif M. Quraish Shihab “Telaah Ayat-Ayat Fitnah Dalam Al-Qur‟an”, 42.

(40)

25 disambungkan dengan Sarra‟ karena terjadinya disebabkan timbul adanya berbagai kemaksiatan karena kehidupan yang mewah, atau karena kekayaan tersebut menyenangkan musuh.

Terjadinya Fitnah sarra‟ ini diawali oleh seseorang secara nasab bersambung kepada Rasulullah saw, (Ahlu Bait). Namun perilakunya yang menyebakan bencana ini menjadikannya tidak bisa dianggap sabagai bagian dari Rasulullah SAW, karena wali Rasulullah hanyalah orang-orang yang bertakwa semata.15 C. Fitnah Duhaima‟

Kata Duhaima‟ merupakan bentuk tashgir (pengecilan) dari kata daham, yang berarti hitam atau gelap. Fitnah ini akan meluas mengenai seluruh ummat ini. Meskipun manusia menyatakan Fitnah tersebut telah berhenti, ia akan terus berlangsung dan bahkan mencapai puncaknya. Puncak dari Fitnah ini adalah terpecahnya ummat manusia menjadi dua fusthath (kelompok/kota), kelompok mukmin sejati tanpa sedikit pun munafik dan kelompok munafik sejati tanpa sedikit pun mukmin. Apa yang disebutkan Rasulullah saw di atas ada yang sudah terjadi dan terus berlangsung hingga saat ini.

Tentang Fitnah duhaima‟ yang digambarkan bagai kegelapan yang menyelimuti seluruh manusia. Dan Rasulullah SAW, menyebutkan tidak ada seorang pun kecuali pasti akan dihantamnya.maka berbagai pristiwa yang terjadi dibelahan dunia telah memberikan bukti.16

15 Al-Adnani, Abu Fatih, “Fitnah Dan Petaka Akhir Zaman: Detik-Detik Menuju hari Kehancuran Alam Semesta”, Cet, 1. (Surakarta: Granada Mediatama, 2007), 111.

16 Al-Adnani, Abu Fatih, “Fitnah Dan Petaka Akhir Zaman: Detik-Detik Menuju hari Kehancuran Alam Semesta”, 112.

(41)

B. Term-Term Yang Semkna Dengan Fitnah

Pada pembahasan sebelumnya telah diuraikan penngunaan kata Fitnah dalam al-Qur‟an. Kata ini tercatat sebanyak 60 kata dalam al- Qur‟an, terdapat pada 58 ayat, baik yang berbentuk kata kerja maupun kata benda, dan yang turun pada priode Mekkah dan Madinah.

Pembahasan tersebut menghasilkan suatu kesimpulan, bahwa yang dimaksud dengan Fitnah dalam konsepsi al-Qur‟an lebih spesifik pada makna ujian dan cobaan.17

Ada beberapa istilah yang digunakan al-Qur‟an untuk menunjukkan sesuatu yang tidak disenangi anatara lain Mus}i>bah, Bala‟>, Az\ab, Imtih}a>n, dan Fitnah.18 Dan saya akan menguraikan sekilas tentang term-term yang semakna dengan kata Fitnah.

1. Al-Bala>‟

Kata al-Bala>’ mempunyai makna cobaan atau ujian, baik berupa cobaan kelapangan maupun kesempitan dalam kehidupan.

Term-term al-Bala>‟ dengan segala bentuk derivasinya terulang dalam al-Qur‟an sebanyak 38 kali. Dalam pengertian verbal-nya, ia berasal dari akar kata dengan huruf-huruf b, l, w, menjadi bala>‟.

Kata al-Bala>‟ dipergunakan untuk objek yang sifatnya material maupun immaterial. Selain itu, Ahamad Bin Faris (395 h) menyebut dua arti lain dari kata bala>‟, yakni ikhlaq al-Syai‟

(usangnya sesuatu dan mu‟min al-ikhtibar) (bagian dari ujian) dua arti yang disebutkan masih erat kaitannya dengan pengertian asal, yakni al-Bala>‟ adalah ujian., baik berupa kesenangan-kesenangan hidup maupun kesengsaraan-kesengsaraan hidup.19

17 Habibuddin, “Fitnah Dalam Al-Qur‟an” (Tesis: IAIN Sumatra Utara, 2012), 96.

18 M. Quraish shihab, “Membumikan Al-Qur‟an” Jilid 2, cet, 1. (Jakarta: Lentera Hati, 2010), 772.

19 Mardani, Wawasan Al-Qur‟an Tentang Malapetaka, 54.

(42)

27 Dalam al-Qur‟an al-Bala>‟ mempunyai makna yang sama dengan al-ibtala> yang berarti cobaan dan ujian. Meskipun demikian, dalam ayat-ayat al-Qur‟an penggunaan kata al-Bala>‟

lebih sering menunjukkan ujian kebaikan. Sedangkan al-Ibtala>’

lebih sering menggunakan ayat-ayat yang berkaitan dengan ujian keburukan. Pada dasarnya kedua kata tersebut dapat menunjukkan pengertian ujian kebaikan maupun keburukan. seperti Firman Allah dalam QS, al-Anbiya [21]: [35].

ِّشَّشىاِت ٌُْمُْ٘يْثََّٗ ِْۗخََْْ٘ىا ُحَقِنِٕۤاَر ٍظْفَّ ُّوُم ﴿ ﴾ َُ ُْ٘عَج ْشُذ اََْْٞىِاَْٗۗ ًحَْْرِف ِشَْٞخْىاَٗ

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami”

Term bala>‟ dengan makna ikhtibar (ujian) yang menunjukkan bentuk cobaan yang menyenangkan, misalnya dalam surat al- Anfa>l/8:17, yakni ketika ummat islam diberi kemenangan pada perang Badar. Dalam ayat tersebut, kemenangan dalam peperangan disebut dengan kata bala>‟un hasana (ujian kemenangan). Demikian pula ketika nabi Sulaiman diberikan berbagai kemuliaan berupa kekayaan dan kekuasaan serta kemampuan berkomunikasi dengan hewan.20

M. Quraish Shihab mengemukakan bahwa kata bala>‟ berarti ujian atau cobaan. Kata ini digunakan untuk beberapa makna, antara lain: mengetahui, membongkar dan menguji. Ketiga makna ini dapat bertemu jika kita menyadari bahwa ujian adalah membongkar sikap atau apa yang dikandung oleh seseorang

20 Abu Ja‟far Muhammad Bin Jarir al- Thabari, Jami‟ al-Bayan „an Ta‟wili ayi al- Qur‟an, Penerjemah Ahmad Affani vol 10(Jakarta Selatan: Pustaka Azzam, 2008): 854- 877.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka

Dalam konteks ini, maka ilmu manajemen sangat berpengaruh dalam pengelolaan sebuah lembaga atau organisasi dakwah sampai pada tujuan yang diinginkan dan pengaruh ini telah

Skripsi ini disusun sebagai syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Katolik Widya

Pada Mata kuliah Basis Data 1 diperuntukkan pada perncangan ERD dan Normalisasi, sedangkan pada Basis Data 2 yang merupakan lanjutan dari Basis Data 1 yang mana

INDONESIA YANG BEBAS DARI NARKOBA (Gerakan Pemberantasan Dimulai Dari Desa)I.

Dari sekian banyak orang Indonesia yang belajar Lamrim, mereka yang mempelajari Lamrim dan juga berupaya menjaga tradisi dari biara aslinya adalah sekelompok biarawan yang

Berdasarkan uraian di atas terlihat beberapa fenomena yang menarik untuk diteliti dan dianalisis, sehingga tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh

Hasil penelitian menunjukkan pemanfaatan situs sejarah peninggalan peradaban Islam di Kota Malang sebagai sumber belajar dan basis aktifitas pembelajaran merupakan