• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian..."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

x DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

LEMBAR PENGESAHAN. ... ii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRCT ... vii

RINGKASAN ... viii

SUMMARY ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

2.1 Definisi ... 7

2.2 Epidemiologi ... 7

2.3 Etiologi dan Patofisiologi ... 8

2.3.1 Etiologi ... 8

2.3.2 Patofisiologi ... 9

2.4 Diagnosis... 13

2.5 Diagnosis Banding ... 16

2.6 Penatalaksanaan ... 16

2.6.1 Farmakoterapi ... 16

2.6.2 Non Farmakoterapi ... 23

(2)

xi

2.7 Prognosis ... 25

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir ... 27

3.2 Konsep Penelitian... 29

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Rancangan Penelitian ... 30

4.2 Subjek dan Sampel Penelitian ... 30

4.2.1 Variabilitas Populasi ... 30

4.2.1.1 Populasi Target... 30

4.2.1.2 Populasi Terjangkau ... 30

4.2.1.3 Populasi Sampel ... 30

4.2.2 Kriteria Subjek ... 31

4.2.2.1 Kriteria Inklusi ... 31

4.2.2.2 Kriteria Eksklusi... 31

4.2.3 Teknik Penentuan Sampel ... 32

4.3 Variabel Penelitian ... 33

4.3.1 Identifikasi Variabel ... 33

4.3.2 Definisi Operasional Variabel ... 34

4.4 Bahan dan Instrumen Penelitian... 37

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

4.6 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data ... 39

4.6.1 Tahap Persiapan Penelitian ... 39

4.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 39

4.7 Alur Penelitian ... 40

4.8 Cara Pengolahan dan Analisis Data ... 41

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Umum Penderita Akne Vulgaris (AV) di SMA Negeri Denpasar Timur ... 42

5.2 Derajat Keparahan AV Berdasarkan IAEM 2012 ... 45

(3)

xii BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan ... 58

6.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran 1 Jadwal Penelitian ... 62

Lampiran 2 Naskah Penjelasan Kepada Peserta Penelitian ... 63

Lampiran 3 Surat Pernyataan Persetujuan Setelah Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian ... 65

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian ... 66

Lampiran 5 Grading Akne Berdasarkan IAEM 2012 ... 68

Lampiran 6 Output SPSS ... 69

Lampiran 7 Curiculum Vitae ... 74

(4)

vi ABSTRAK

PROFIL UMUM AKNE VULGARIS PADA PELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI DENPASAR TIMUR

Akne vulgaris (AV) adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri.

Gambaran klinis akne vulgaris sering polimorfi, terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustule, nodus, dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut yang hipotrofik maupun hipertrofik.

Prevalensi kejadian akne vulgaris yaitu sebesar 96% dan meningkat sesuai usia, dimana didapat sebagain besar pelajar di atas 14 tahun pernah mengalami akne vulgaris. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil umum akne vulgaris melalui beberapa karakteristik pada pelajar SMA Negeri Denpasar Timur.

Metode penelitian yang dilakukan adalah studi deskriptif cross-sectional dengan teknik pengumpulan sampel yaitu cluster sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah pelajar di SMA Negeri Denpasar Timur, yaitu SMA Negeri 1 Denpasar dan SMA Negeri 3 Denpasar. Penelitian ini menggunakan kuesioner dan pemeriksaan langsung pada area wajah dan leher untuk mendiagnosis akne vulgaris berdasarkan grading Indonesian Acne Expert Meeting (IAEM) 2012.

Data yang diperoleh melalui penelitian ini kemudian dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 244 dari 458 pelajar menderita AV (53,3%). Data menggambarkan bahwa 121 siswa menderita AV derajat ringan (49,6%), 103 siswa menderita AV derajat sedang (42,2%), dan 20 siswa menderita AV derajat berat (8,2%). Karakteristik responden menunjukkan bahwa 156 orang adalah perempuan (63,9%) dan 88 orang adalah laki-laki (36,1%). Siswa dengan AV didominasi oleh siswa berusia 16 tahun (53,3%).

Kata kunci : akne vulgaris, profil umum, IAEM 2012

(5)

vii ABTRACT

GENERAL PROFILE OF ACNE VULGARIS AT NATIONAL SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS IN EAST DENPASAR

Acne vulgaris (AV) is a chronic inflammatory disease of the pilosebaceous follicles which generally occurs in adolescence and can heal itself. Clinical features of acne vulgaris often polimorfi, consisting of various skin disorders such as blackheads, papules, pustules, nodes, and scarring that occurs due to abnormalities of the active, both hypotrophic and hypertrophic scarring. The prevalence of acne vulgaris that is equal to 96% and increases with age, which obtained the majority of students over 14 years old have experienced acne vulgaris. This study aims to determine the general profile of acne vulgaris with multiple characteristics at national senior high school students in East Denpasar.

The research method is a descriptive cross-sectional study with a sample collection technique is cluster sampling. The sample in this study is the national high school students in East Denpasar District, namely SMA Negeri 1 Denpasar and SMA Negeri 3 Denpasar. This study used questionnaires and direct examination on the face and neck area to diagnose AV based on grading Indonesian Acne Expert Meeting (IAEM) in 2012. Data obtained through this research analyzed descriptively.

The results showed that 244 of the 458 high school students suffer AV (53.3%). The data illustrates that the AV 121 from 244 students with AV suffered minor degrees (49.6%), 103 students suffered moderate AV (42.2%), and 20 students suffered severe degree AV (8.2%). Characteristics of respondents showed that 156 people were female (63.9%) and 88 were male (36.1%). Students with AV dominated by 16-year-old students (53.3%).

Key words : acne vulgaris, general profile, IAEM 2012

(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang (fair skin), kecokelatan, bahkan merah muda hingga gelap pada beberapa sisi tubuh (Sularsito, 2011). Kulit wajah setiap orang pun akan memiliki warna yang berbeda-beda sesuai genetik. Tidak jarang warna kulit yang tidak sesuai keinginan akan menimbulkan pemikiran untuk mengubahnya secara fisik, baik perubahan sementara maupun perubahan permanen. Kosmetik merupakan hal tersering yang kita ketahui cukup membantu wajah tampak lebih indah. Entah itu bertujuan untuk membuat wajah tampak lebih putih, lebih tirus, lebih gelap, bahkan untuk menonjolkan beberapa bagian pada wajah kita seperti tulang pipi dan mata.

Banyak hal positif maupun negatif yang dapat timbul dari penggunaan kosmetik yang tidak tepat. Salah satu hal negatif yang dapat timbul adalah akne vulgaris. Akne vulgaris merupakan penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran klinis akne vulgaris sering polimorfi, terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustule, nodus, dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut yang hipotrofik maupun yang hipertrofik (Wasitaatmadja, 2011).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Denise Laurenco Timpano, et al. yang

(7)

2

dilakukan di Sao Paulo, Brazil, 62,4% perempuan menderita akne vulgaris, 85,8%

berkulit putih, dan 6.4% berumur 14 tahun. Prevalensi kejadian akne vulgaris yaitu sebesar 96% dan meningkat sesuai usia, dimana didapat sebagain besar pelajar di atas 14 tahun pernah mengalami akne vulgaris. Akne komedonal memiliki presentase tertinggi dari prevalensi kejadian akne vulgaris (61,1%), diikuti dengan akne vulgaris tingkat ringan (30,6%) dan tingkat sedang (7,6%), yang menyerang dominan pada area wajah (97,5%) (Bagatin, et al., 2014).Penelitian di 6 kota di Cina mendapatkan angka prevalensi akne vulgaris berdasarkan tingkat keparahannya. Didapatkan dari 1399 subjek yang menderita akne vulgaris, 68,4% menderita akne vulgaris ringan (63% laki-laki, 76% perempuan), 26% menderita akne vulgaris sedang (29.9% laki- laki, 20.6% perempuan), dan 5.6% menderita akne vulgaris berat (7.1% laki-laki, 3.4% perempuan) (Shen, et al, 2012). Lain hal nya dengan di Parkistan, Iran.

Penelitian di Cina mendapatkan angka prevalensi dimana remaja laki-laki memiliki angka penderita akne vulgaris lebih tinggi dibandingkan perempuan. Namun penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Taqhi Noorbala, et al. mendapatkan angka prevalensi akne vulgaris keseluruhan adalah 85.9% dari total 419 partisipan.

Kejadian akne vulgaris cenderung lebih tinggi pada perempuan disbanding laki-laki (90% vs. 81.4%), namun dikatakan bahwa tingkat keparahannya tidak signifikan dengan perebedaan jenis kelamin (Noorbala, et al., 2013). Penelitian di United States fokus mencari angka prevalensi pada kejadian akne vulgaris tingkat berat. Data yang didapatkan dari 9417 anak, 2.8% menderita akne vulgaris tingkat berat dan angka prevalensi ini meningkat dari usia 11 tahun sampai 17 tahun (Silverberg dan Silverberg, 2014).

(8)

3

Tidak hanya kosmetik yang menjadi penyebab timbulnya jerawat. Akne vulgaris sebagai penyakit multifaktorial seringkali akan membuat penderitanya tidak dapat menangani dengan tepat atau terlambat. Propionibacterium acnes (P. Acnes) adalah bakteri predominan yang berhubungan dengan timbulnya akne diakibatkan bakteri ini merupakan flora normal pada folikel pilosebasea. Hormon juga memiliki peran sentral terhadap timbulnya akne. Berkembangnya akne seringkali dimulai pada awal pubertas dan meningkatnya produksi hormon seksualitas. Tingkat keparahan akne jika dihubungkan dengan hormon akan sejalan dengan level sekresi hormon (Well, 2013). Kondisi kulit wajah yang kotor, jenis makanan yang dikonsumsi, tingkat stres, dan hal lainnya dikatakan menjadi penyebab maupun pemicu timbulnya jerawat (Movita, 2013).

Kepustakaan National Institute of Health Amerika Serikat serta penelitian yang dilakukan oleh Monica, et al. mengatakan bahwa stres psikologis berpengaruh terhadap timbulnya akne vulgaris dan di antaranya muncul dalam bentuk kecemasan (Astuti, 2011; Monica, et al., 2013). Terkadang timbulnya jerawat tersebut tidak mendapat tindakan yang tepat sehingga jerawat pun tak kunjung mereda dan menimbulkan permasalahan psikologis pada orang yang mengalaminya dan dapat membatasi aktivitas sosial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jon A.

Halvorsen, et al. mengenai tingkat permasalahan kesehatan mental dan keterbatasan kehidupan sosial pada penderita akne vulgaris, dari 3775 sampel, prevalensi penderita akne vulgaris yang memiliki ide bunuh diri adalah sekitar 10,9% yang secara signifikan lebih tinggi pada mereka dengan akne vulgaris tingkat berat dibandingkan

(9)

4

mereka yang tingkat sedang. Prevalensi penderita akne vulgaris yang mengalami gangguan kesehatan mental adalah 10,1% pada mereka dengan akne vulgaris tingkat ringan, 19,8% pada mereka dengan akne vulgaris tingkat sedang, dan 25% pada mereka dengan akne vulgaris tingkat berat (Halvorsen, et al., 2011). Penelitian mengenai efek dari akne vulgaris terhadap kualitas hidup dan psikis terhadap remaja di Greece mendapatkan data bahwa akne vulgaris ternyata memengaruhi kehidupan pribadi mereka. Harga diri adalah salah satunya, kemudian merasa tidak berharga dalam hubungan sosial yang dijalani, serta merasa tidak menyenangkan dalam menjalani terapi (Tasoula, et al., 2012). Seperti yang kita tahu secara ideal berdasarkan definisi sehat yang telah ditetapkan oleh World Health Organization (WHO), manusia yang sehat tidak hanya sehat jasmani, tetapi juga sehat rohani.

Sehingga tubuh sehat dan ideal dari segi kesehatan meliputi aspek fisik, mental, dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit. Semua aspek tersebut akan mempengaruhi penampilan setiap individu, dala melakukan aktivitas sehari hari seperti bekerja, berkarya, berkreasi dan melakukan hal-hal yang produktif serta bermanfaat (WHO, 1948).

Tampaknya pengetahuan seseorang terhadap akne juga berperan dalam menanggapi serta menangani akne vulgaris itu sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Gabriella Fabbrocini, et al. mengenai program edukasi untuk pasien dengan akne menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan ketaatan dalam merawat akne memiliki peranan dalam keberhasilan pengobatan akne. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok intervensi yang mendapat program edukasi mengenai tata cara dan

(10)

5

ketepatan waktu perawatan akne mengalami kesembuhan bertahap yang meningkat dari 4,10% hingga 6,6% setiap minggunya. Sedangkan kelompok kontrol yang tidak mendapat program edukasi tidak mengalami perubahan yang signifikan baik dari ketaatan pengobatan maupun kesembuhan pada akne yang dialami (Fabbrocini, et al., 2014).

Melihat permasalahan serupa pada masyarakat dan mengingat pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk dalam populasi yang rentan terhadap akne vulgaris berdasarkan beberapa faktor predisposisi, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai profil umum akne vulgaris pada pelajar SMA Negeri Denpasar Timur.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah profil umum akne vulgaris pada pelajar SMA di SMA Negeri Denpasar Timur?

1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui prevalensi akne vulgaris pada pelajar SMA di SMA Negeri Denpasar Timur.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.1.1 Untuk mengetahui prevalensi akne vulgaris berdasarkan asal sekolah pada pelajar SMA Negeri Denpasar Timur.

1.3.1.2 Untuk mengetahui prevalensi akne vulgaris berdasarkan rerata total waktu kegiatan akademis per satu minggu pada pelajar SMA Negeri Denpasar Timur.

1.3.1.3 Untuk mengetahui prevalensi akne vulgaris berdasarkan rerata total waktu kegiatan organisasi atau ekstrakurikuler per satu minggu pada pelajar SMA Negeri Denpasar Timur.

(11)

6

1.3.1.4 Untuk mengetahui prevalensi akne vulgaris berdasarkan usia pada pelajar SMA di SMA Negeri Denpasar Timur.

1.3.1.5 Untuk mengetahui prevalensi akne vulgaris berdasarkan jenis kelamin pada pelajar SMA di SMA Negeri Denpasar Timur.

1.3.1.6 Untuk mengetahui prevalensi akne vulgaris berdasarkan bidang pendidikan pada pelajar SMA di SMA Negeri Denpasar Timur.

1.3.1.7 Untuk mengetahui prevalensi akne vulgaris berdasarkan tindakan pembersihan wajah pada pelajar SMA di SMA Negeri Denpasar Timur.

1.3.1.8 Untuk mengetahui prevalensi akne vulgaris berdasarkan lokasi akne vulgaris pada tubuh pasien (dalam penelitian ini terbatas pada wajah dan leher).

1.3.1.9 Untuk mengetahui prevalensi akne vulgaris berdasarkan tingkat keparahan pada pelajar SMA di SMA Negeri Denpasar Timur.

1.3.1.10 Untuk mengetahui prevalensi akne vulgaris berdasarkan riwayat keluarga pada pelajar SMA di SMA Negeri Denpasar Timur.

1.4 Manfaat penulisan 1.4.1 Manfaat Praktis

Untuk memberikan angka prevalensi kejadian akne vulgaris berdasarkan beberapa karakteristik umum sehingga dapat meningkatkan kewaspaan pelajar SMA Negeri Denpasar terhadap akne vulgaris.

1.4.2 Manfaat Akademis

Menambah wawasan medis masyarakat Fakultas Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayana mengenai akne vulgaris dari etiologi hingga penanganannya serta meningkatkan ketertarikan untuk melakukan penelitian terkait akne vulgaris.

Referensi

Dokumen terkait

Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan adalah ketentuan yang berisi kegiatan dan penggunaan lahan yang diperbolehkan, kegiatan dan penggunaan lahan yang bersyarat secara

Sebagaimana hakekat manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain , kita kini dapat denga mudah saling berinteraksi dengan cepat menggunakan teknologi informasi

Beberapa karya ilmiah yang telah dipublikasikan, di antaranya (1) Perbedaan Pendapat Dalam Putusan Perkara di Pengadilan Negeri (Buku, 2011); (2) Penyelesaian Kes

Summary  : Diisi dengan keterangan singkat mengenai folder tersebut.  Display a directory: Slahkan pilih folder yang akan ditampilkan, pada gambar  di  atas 

• Akreditasi pada PKPPS baru dimulai tahun 2018 melalui koordinasi antara BAN PAUD PNF dengan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ditjen Pendidikan Islam,

Dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi merupakan semua biaya yang telah dikorbankan dalam proses produksi atau kegiatan mengubah bahan menjadi produk jadi

Kesimpulan dalam pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakn dalam kegiatan KKN UNNES BMC berupa pendampingan belajar bagi anak sekolah yang dilakukan dengan metode

Hasil karakterisasi spektra inframereh (IR) zeolit alam nonaktivasi dan teraktivasi yang digunakan dalam proses pemurnian garam dapur sebelum rekristalisasi disajikan pada Gambar