• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Regulasi Diri dalam Belajar. siswa menetapkan tujuan untuk pembelajaran mereka dan kemudian berusaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. A. Regulasi Diri dalam Belajar. siswa menetapkan tujuan untuk pembelajaran mereka dan kemudian berusaha"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

A. Regulasi Diri dalam Belajar 1. Definisi Regulasi Diri dalam Belajar

Regulasi diri dalam belajar berasal dari bahasa Inggris yaitu self regulated learning. Sejumlah ahli telah mendefinisikan pengertian regulasi diri dalam belajar. Menurut Pintrich (2000), regulasi diri dalam belajar adalah sebuah proses dimana siswa berperan secara aktif dan konstruktif dimana siswa menetapkan tujuan untuk pembelajaran mereka dan kemudian berusaha memantau, mengatur, dan mengendalikan kognisi, motivasi, dan perilaku mereka, diarahkan dan dibatasi oleh tujuan yang dibuat siswa serta fitur kontekstual dari lingkungan.

Zimmerman (2008) mengatakan bahwa regulasi diri dalam belajar dapat dilihat sebagai sebuah proses proaktif yang siswa gunakan untuk memperoleh kemampuan akademik, seperti menetapkan tujuan, memilih dan membangun strategi, memantau kefektifan penggunaan strategi dirinya dan bukan merupakan proses reaktif yang terjadi pada siswa dikarenakan kekuatan impersonal. Barnard, dkk (2010) mendefinisikan regulasi diri dalam belajar sebagai perilaku aktif dan keinginan seseorang untuk meraih tujuan dari proses belajar yang diharapkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa regulasi diri dalam belajar merupakan proses dimana siswa membuat sebuah tujuan

(2)

dari belajar, mengatur dan mengontrol proses belajar sehingga tujuan belajarnya tercapai.

2. Komponen-komponen Regulasi Diri dalam Belajar

Pintrich, dkk (1991) meyakini bahwa terdapat dua komponen dalam regulasi diri dalam belajar, yaitu :

a. Motivasi

Motivasi sangat diperlukan dalam meregulasi diri dalam belajar. Komponen ini terdiri atas beberapa subkomponen, yaitu; expectancy, value dan affect.

1) Komponen expectancy

Terdapat dua subkomponen dasar dari komponen expectancy yang penting dalam komponen expectancy, yaitu:

i. Keyakinan kontrol

Keyakinan kontrol adalah keyakinan siswa bahwa usaha yang dilakukan oleh siswa dalam belajar akan menghasilkan hasil belajar yang positif.

ii. Efikasi diri

Efikasi diri adalah penilaian seseorang atas kemampuannya dalam menguasai tugas.

2) Komponen Value

Dua subkomponen dasar dari komponen value yang tampak relevan yaitu: orientasi tujuan dan nilai (value) tugas.

(3)

i. Orientasi tujuan intrinsik

Orientasi tujuan intrinsik mengacu pada sejauh mana siswa memandang dirinya dapat berpartisipasi dalam sebuah tugas karena alasan seperti tantangan, rasa ingin tahu dan keinginan untuk menguasai tugas tersebut.

ii. Orientasi tujuan ekstrinsik

Orientasi tujuan ekstrinsik mengacu pada sejauh mana siswa menganggap dirinya dapat berpartisipasi dalam sebuah tugas dengan alasan seperti nilai, penghargaan, kinerja, evaluasi oleh orang lain dan kompetisi.

iii. Nilai (value) tugas

Nilai tugas adalah anggapan siswa mengenai seberapa menarik, seberapa penting, dan seberapa bermanfaat suatu tugas atau pelajaran.

3) Komponen affect i. Test anxiety

Terdapat dua subkomponen dari tes kecemasan, yaitu; komponen aworry atau kognitif dan komponen worry atau emosional. Komponen yang aworry mengacu pada pemikiran negatif siswa yang mengganggu kinerja, sedangkan komponen emosionalitas mengacu pada aspek kecemasan fisiologis dan afektif dari kecemasan.

(4)

b. Strategi belajar

Selain komponen motivasi, strategi belajar juga sangat penting dalam regulasi diri dalam belajar. Komponen ini terdiri atas cognitive and metacognitive strategies dan resource management strategies (Pintrich, 1991).

1. Cognitive and metacognitive strategies

Komponen ini terdiri atas rehearsal, elaboration, organization dan critical thinking.

i. Rehearsal

Proses rehearsal berkaitan dengan membaca dan memberikan nama pada aitem-aitem pada daftar untuk dipelajari.

ii. Elaboration

Proses elaborasi yaitu siswa menyimpan informasi ke dalam memori jangka panjang dengan membuat koneksi internal di antara hal-hal yang akan dipelajari.

iii. Organization

Strategi pengorganisasian meliputi kegitan mengelompokkan, menjabarkan dan memilih ide pokok dalam proses membaca yang mana strategi ini membantu siswa memilih informasi yang tepat dan juga membangun koneksi di antara informasi yang akan dipelajari.

(5)

iv. Critical thinking

Critical thinking atau berpikir kritis mengacu pada tingkatan dimana siswa menerapkan pengetahuan sebelumnya ke dalam situasi yang baru guna memecahkan masalah, membuat keputusan dan membuat evaluasi yang kritis.

2. Resource management strategies i. Waktu dan lingkungan belajar

Manajemen waktu meliputi pembuatan jadwal, perencanaan dan pengelolaan waktu belajar. Manajemen waktu tidak hanya meliputi pengaturan waktu saja namun juga kefektifan dari penggunaan waktu belajar. Pengaturan lingkungan belajar mengacu pada dimana siswa mengerjakan tugas kelasnya, baiknya pada lingkungan yang bebas dari gangguan visual maupun pendengaran.

ii. Regulasi usaha

Regulasi usaha merupakan pengaturan diri, dan menggambarkan komitmen seseorang untuk mencapai tujuan dari belajar walaupun terdapat kesulitan atau gangguan.

iii. Pembelajaran teman sebaya

Pembelajaran dengan teman sebaya telah ditemukan memiliki efek positif pada prestasi siswa. Diskusi dengan teman sebaya dapat membantu siswa memahami materi pelajaran dan mendapat wawasan yang mungkin belum diperoleh siswa.

(6)

iv. Mencari bantuan

Siswa yang baik memahami bahwa ketika mereka tidak tahu sesuatu, mereka kemudian mencari tahu orang yang dapat membantu mereka.

Tabel 1

Komponen regulasi diri dalam belajar (Pintrich, dkk, 1991)

Komponen Subkomponen Aspek

Motivasi Expectancy Keyakinan kontrol Efikasi diri

Value Orientasi tujuan

instrinsik

Orientasi tujuan ekstrinsik

Nilai tugas

Affect Tes kecemasan

Strategi Belajar Cognitive and Metacognitive Strategies Rehearsal Elaboration Organization Critical thinking Resource Management Strategies Waktu dan lingkungan belajar Regulasi usaha Pembelajaran teman sebaya Mencari bantuan

Zimmerman (2002) mengemukakan bahwa terdapat tiga aspek regulasi diri dalam belajar, antara lain :

a. Metakognisi

Metakognisi berkaitan dengan keterampilan siswa dalam membuat tujuan, merancang, mengorganisasikan, atau mengatur,

(7)

mengarahkan diri, memantau dan mengevaluasi diri pada berbagai sisi selama proses penerimaan.

b. Motivasi

Aspek motivasi adalah aspek yang sangat utama dalam regulasi diri dalam belajar. Aspek motivasi ini mencakup efikasi diri, harapan hasil, minat pribadi dan orientasi tujuan.

c. Perilaku

Aspek perilaku berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mengatur waktu, mengatur lingkungan fisik, memanfaatkan orang lain dalam upaya meningkatkan pembelajaran.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa aspek-aspek dari regulasi diri dalam belajar adalah metakognitif, motivasi dan strategi dalam pembelajaran. Aspek-aspek ini lebih dekat dengan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Pintrich (1991) karena lebih rinci daripada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Zimmerman (2002). Oleh karena itu penelitian ini akan menggunakan aspek-aspek regulasi diri dalam belajar dari teori Pintrich, dkk (1991).

2. Faktor yang Mempengaruhi Regulasi Diri dalam Belajar

Terdapat tiga faktor yang mampu mempengaruhi regulasi diri dalam belajar (Zimmerman dan Martinez-Pons, 1992), yaitu :

a) Faktor personal

Faktor ini mencakup pengetahuan individu, kemampuan metakognisi dan tujuan yang ingin di raih.

(8)

b) Faktor perilaku

Apabila seseorang mengerahkan kemampuan yang maksimal dalam mempertahankan suatu perilaku maka hal tersebut akan membuat regulasi diri menjadi meningkat.

c) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor terbentuk atau tidak terbentuknya suatu perilaku termasuk regulasi diri dalam belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas, faktor yang terdapat dalam diri dan di luar diri siswa merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi regulasi diri dalam belajar siswa.

B. Dukungan Teman Sebaya 1. Definisi Dukungan Teman Sebaya

Topik mengenai dukungan sosial merupakan salah satu topik yang banyak diteliti. House (1981) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah pertukaran antar individu yang melibatkan dukungan emosional, bantuan instrumental, pemberian informasi dan adanya penilaian atau penghargaan. Cohen dan Hoberman (1985) mengemukakan bahwa dukungan sosial mengacu pada berbagai sumber daya yang disediakan oleh hubungan antarpribadi seseorang.

Pengertian yang cukup sama dikemukakan oleh Kenrick, dkk (2007) dan Taylor, dkk (2009). Kenrick, dkk (2007) mendefinisikan dukungan sosial sebagai bantuan emosional, informasional, atau material yang disediakan oleh

(9)

orang lain. Taylor, dkk (2009) mengungkapkan bahwa dukungan sosial merupakan pertukaran interpersonal yang dicirikan oleh perhatian emosi, bantuan instrumental, penyediaan informasi, atau pertolongan lainnya.

Sarafino (2012) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah aksi-aksi yang dibuat oleh orang lain (received support) dan juga persepsi bahwa kenyamanan, kepedulian dan bantuan yang tersedia ketika dibutuhkan (perceived support). Dukungan sosial dapat bersumber dari keluarga, teman sebaya dan guru (Sarafino, 2012). Orang yang merasa dirinya diberikan dukungan sosial percaya bahwa dirinya dicintai, bernilai, dan termasuk dalam jaringan sosialnya seperti keluarga dan organisasi yang dapat memberikan pertolongan ketika dibutuhkan (Sarafino, 2012).

Peneliti menyimpulkan bahwa dukungan sosial teman sebaya merupakan dukungan sosial yang diterima siswa dari teman sebayanya berupa perhatian emosional, bantuan instrumental, pemberian informasi dan adanya penilaian atau penghargaan, baik itu di dalam maupun di luar kegiatan belajar.

2. Aspek-aspek Dukungan Teman Sebaya

Menurut House (1981) pada dasarnya ada empat jenis dukungan sosial : a) Tangible support

Tangible support yaitu bantuan secara langsung dan dapat dilakukan dengan materi seperti uang. Misalnya ketika seseorang memberikan atau meminjamkan uang kepada orang lain yang sedang membutuhkan.

(10)

b) Informational support

Informational support mencakup pemberian nasehat, arahan, saran dan informasi yang dibutuhkan individu untuk mengatasi masalahnya. c) Emotional support

Emotional support yaitu ungkapan empati, kepedulian, perhatian, afeksi, kepercayaan, pandangan positif, dan dorongan yang diberikan kepada seseorang.

d) Appraisal support

Appraisal support adalah kesediaan seseorang untuk menghabiskan waktu dengan individu yang diberi dukungan dengan memberikan afeksi bahwa individu tersebut termasuk ke dalam sebuah kelompok. Appraisal support juga mencakup afirmasi, umpan balik dan perbandingan sosial. Cohen dan Hoberman (1983) mengemukakan aspek-aspek dukungan sosial, yaitu :

a) Tangible support

Yaitu ketersediaan bantuan material seperti pekerjaan, sumber daya keuangan, bantuan penitipan anak, dan transportasi.

b) Appraisal support

Yaitu dukungan berupa ketersediaan seseorang untuk diajak bicara tentang suatu masalah dan memecahkan masalah tersebut.

c) Esteem support

Yaitu dukungan berupa tersedianya perbandingan positif dengan orang lain. Individu merasakan adanya perasaan positif akan dirinya bila

(11)

dibandingkan keadaan yang dimiliki dengan orang lain, yang membuat individu merasa sejajar dengan orang lain seusianya.

d) Belonging support

Yaitu dukungan berupa ketersediaan orang lain untuk melakukan suatu hal. Individu tahu bahwa ada orang lain yang dapat diandalkan ketika ia ingin melakukan suatu kegiatan bersama.

Taylor, dkk (2009) mengemukakan terdapat beberapa bentuk dukungan sosial, antara lain :

a) Perhatian emosional

Perhatian emosional diekspresikan melalui rasa suka, cinta atau empati. b) Bantuan instrumental

Bantuan instrumental ini berupa penyediaan jasa atau barang selama masa stres.

c) Pemberian informasi tentang situasi yang menekan

Misalnya, seseorang yang belum siap mengikuti ujian kemudian temannya memberitahukan jenis soal, maka hal ini akan banyak membantu orang tersebut dalam ujiannya.

d) Pemberian informasi yang relevan dengan penilaian diri

Artinya yaitu pemberian informasi mengenai suatu hal yang berhubungan dengan orang lain. Misalnya, seseorang yang sedang menghadapi masalah kemudian temannya memberitahukan kepadanya bahwa hal itu tidak apa-apa.

(12)

Niven (2002) mengungkapkan ada dua aspek dukungan sosial : a) Perspektif individual

Hal ini menampilkan pandangan individu tentang orang-orang dalam jaringan sosial. Seseorang merasa aman jika dirinya mengetahui bahwa dirinya memiliki jaringan dukungan sosial yang sangat berfungsi dari teman dan atau sanak familinya yang sangat membantu jika kebutuhan itu muncul.

b) Perspektif jaringan sosial

Hal ini menampilkan perilaku aktual dari individu yang mendasari jaringan terhadap individu.

Sarafino (2012) mengungkapkan bahwa terdapat dua aspek dari dukungan sosial, yaitu:

a) Received support

Dukungan berupa aksi-aksi yang dibuat oleh orang lain. b) Perceived support

Persepsi mengenai kenyamanan, kepedulian dan bantuan yang tersedia ketika dibutuhkan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dukungan sosial yaitu dukungan emosional emosional, bantuan instrumental, pemberian informasi dan adanya penilaian atau penghargaan dari orang lain. Kesimpulan tersebut sesuai dengan aspek-aspek dukungan sosial menurut House (1981). Dengan demikian, penelitian ini akan menggunakan

(13)

aspek-aspek dukungan sosial berdasar pada teori (1981) karena teori tersebut sudah mencakup sebagian besar teori-teori yang telah disebutkan.

C. Dinamika Psikologis Dukungan Teman Sebaya dan Regulasi Diri dalam Belajar pada siswa SMA berasrama

Siswa yang bersekolah dan tinggal di pondok pesantren modern dituntut untuk membagi waktu belajar antara pelajaran umum dengan kegiatan di pondok. Oleh karena itu, siswa perlu memiliki regulasi diri dalam belajar yang baik sehingga tujuan dari belajarnya tercapai. Dukungan orang tua, guru dan teman sebaya dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam meregulasi sendiri belajarnya yang selanjutnya mempengaruhi prestasi akademiknya (Zimmerman & Martinez-Ponz, 1990).

Siswa akan mampu meregulasikan dirinya dalam belajar apabila lingkungan sosial terus memberikan dukungan dan semangat kepada siswa. Aziz (2016) menemukan bahwa dukungan sosial yang diterima siswa secara signifikan memiliki hubungan dengan regulasi diri dalam belajar pada siswa.

Dukungan sosial yang termasuk jenis bantuan yang tersedia di sekolah dari guru dan teman sebaya, serta bantuan dan dorongan dari orang tua dan orang lain berdampak signifikan dalam kehidupan siswa (Schunk, 2012). Siswa yang tinggal di asrama artinya siswa tersebut akan jauh dari orang tua dan lingkungan keluarga yang mana akan menjadikan siswa kekurangan sumber dukungan sosial. Oleh karena siswa yang tinggal di pondok pesantren lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan teman-temannya, maka dapat difahami bahwa pengaruh teman

(14)

sebaya terhadap minat, perilaku dan sikap lebih besar daripada pengaruh keluarga atau pun guru.

Terdapat empat aspek dukungan sosial yang dikemukakan oleh House (1981) yaitu; dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informatif dan dukungan penilaian atau penghargaan. Dukungan emosional yang diperoleh siswa dari teman sebayanya dalam bentuk kepedulian dan perasaan empati terkait aktifitas belajarnya di sekolah mau pun di asrama membuat siswa tersebut akan merasa di perhatikan oleh teman sebayanya. Dukungan instrumental dalam hal ini di peroleh siswa ketika siswa membutuhkan suatu barang, maka teman sebayanya mampu memberikan barang tersebut atau berusaha mendapatkan barang tersebut untuknya. Oleh karena itu siswa tidak akan merasa kesusahan ketika membutuhkan sesuatu. Informasi-informasi penting terkait pembelajaran dapat di peroleh siswa melalui teman sebayanya. Siswa dapat saling bertukar pikiran dengan teman sebayanya terkait strategi belajar yang digunakan, pembelajaran yang masih tidak dimengerti dan informasi-informasi penting lainnya sehingga siswa merasa memiliki orang lain yang dapat diandalkan. Dukungan penilaian atau penghargaan yang diberikan teman sebaya berupa dorongan untuk maju dan tetap mencoba apabila mengalami kegagalan atas prestasi yang telah dilakukan di sekolah, sehingga siswa merasa dihargai oleh kawan sebayanya dan meningkatkan keyakinan diri siswa.

Dua komponen penting dalam regulasi belajar menurut Pintrich (1991) yaitu; motivasi dan strategi belajar. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa dukungan sosial memiliki pengaruh terhadap motivasi siswa dan strategi belajar

(15)

siswa. Keifer (2015) menemukan bahwa siswa mendapat bantuan dalam mengerjakan tugas rumah dan tugas-tugas akademik lainnya dari teman sebaya dan menganggap bahwa teman sebaya merupakan sumber dari keamanan dan kesenangan dalam belajar. Perasaan senang dalam belajar dapat membuat siswa menjadi semakin termotivasi dan bertahan dalam belajarnya. Selain itu, siswa juga tidak akan merasa bosan dalam belajar walau dengan padatnya jadwal kegiatan di sekolah dan asrama.

Komponen kedua dari regulasi diri dalam belajar adalah penggunaan strategi belajar. Noviawati, dkk (2016) menemukan bahwa bimbingan konseling secara berkelompok efektif dalam meningkatkan regulasi belajar siswa, dimana motivasi intrinsik siswa semakin baik, mampu membangun sebuah tujuan belajar, mampu membuat rencana dan strategi belajar yang lebih tepat, taat dan bertanggung jawab dalam dalam mengimplementasikan strategi belajar, mampu mengatasi kendala dalam belajar dan lebih puas akan hasil belajar. Artinya, siswa yang mendapat dukungan dari teman sebayanya akan mampu dalam menggunakan strategi belajar yang dipilih dan merasa bertanggung jawab atas proses belajarnya. Arjanggi dan Suprihatin (2010) menemukan bahwa pembelajaran dengan tutor sebaya dapat meningkatkan regulasi diri dalam belajar. Siswa umumnya lebih senang bertanya dan mengungkapkan kesulitan yang dihadapi dalam belajar kepada teman sebayanya daripada guru atau orang dewasa lainnya. Hal ini dikarenakan bahwa guru dianggap orang dewasa yang harus dipatuhi dan dihormati sehingga, untuk bertanya siswa perlu menggunakan bahasa yang formal dan berbeda dengan teman sebaya.

(16)

Berdasarkan uraian di atas, dukungan teman sebaya memiliki hubungan yang positif dengan regulasi diri dalam belajar. Selain itu, hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dukungan sosial memiliki hubungan yang searah dengan regulasi diri dalam belajar pada siswa.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara dukungan sosial teman sebaya dan regulasi diri dalam belajar pada siswa SMA yang berasrama. Semakin tinggi tingkat dukungan sosial yang diberikan teman sebaya kepada siswa SMA maka semakin tinggi pula regulasi diri dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat dukungan sosial yang diberikan teman sebaya maka semakin rendah pula regulasi diri dalam belajar.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Tjipto Atmoko, Standar Operasional Prosedur merupakan suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai denga fungsi dan alat penilaian kinerja

Pedoman untuk mengevaluasi koleksi perpustakaan baik dari ketersediaan koleksi itu yang dikeluarka oleh ALA membagi metode ke dalam ukuran-ukuran terpusat pada koleksi dan

Aktivitas Ekstrak Daun Gynura procumbens Sebagai Antiangiogenesis pada Membran Korio Alantois Telur Ayam Berembrio yang Diinduksi basic Fibroblast Growth Factor

Dalam penelitian Rohedin (2012) menyatakan bahwa jarak tanam antar barisan dengan dosis pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi batang umur 6 bulan setelah

dengan metode u ṣū l al-fiqh yang saling bersinergi dengan prinsip ke- maslahatan dan mengingat pula kehadiran maq āṣ id al-shar ī ‘ah di setiap penetapan hukum

Ketika salah satu marker lokasi pencucian kendaraan pada halaman lihat peta di tekan maka akan menampilkan window nama lokasi pencucian kendaraan serta jarak antara

Analisa Skor pada Variabel Penyelesaian Pelanggaran HAM Masa Lalu dari 1,72 (2015) menjadi 1,99 pada 2016..  NAIK

Hasil observasi kendala yang dihadapi pada anak Kelompok B TK Nuzulul Ulum Glendangan Kecamatan Tumpang maka penulis ingin memperbaiki dan melaksanakan penelitian agar tahu apa saja