• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisi Faktor- Faktor dalam Kenaikan Jabatan Fungsional Pustakawan: Studi Kasus di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisi Faktor- Faktor dalam Kenaikan Jabatan Fungsional Pustakawan: Studi Kasus di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU)"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

Analisi Faktor- Faktor dalam Kenaikan Jabatan Fungsional Pustakawan: Studi Kasus di Perpustakaan Universitas Sumatera

Utara (USU)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Informasi (S.S.I) dalam Bidang Ilmu

Perpustakaan

Oleh

Deliana Dalimunthe 180723001

PROGRAM STUDI PERPUSTAKAAN DAN SAINS INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)
(3)
(4)

PERNYAAAN ORISINALITAS

Karya ini adalah karya orisinalitas dan belum pernah disajikan sebagaii tulisan untuk memeperoleh suatu klasifikasi tertentu atau dimuat pada media publikasi lain.

Penelulis membedakan dengan jelas antara pendapat atau gagasan penulis dengan pendapat atau gagasan yang bukan berasal dari penulis dengan mencantumkan tanda kutip dan daftar pustaka.

Medan, Agustus 2020

(Deliana Dalimunthe) 180723001

(5)

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor dalam kenaikan jabatan fungsional pustakawan pada perpustakaaan Universitas Sumatera Utara (USU). Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan berdasarkan hasil jawaban dari responden. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pustakawan Universitas Sumatera Utara (USU) yaitu sebanyak 46 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi pustakawan terhadap faktor internal dalam kenaikan pangkat atau jabatan fungsional pustakawan cukup baik, persentase tertinggi menunjukkan ada 67%

atau sebagian besar seluruh dari jumlah responden. Persepsi pustakawan terhadap faktor eksternal dalam kenaikan pangkat atau jabatan fungsional pustakawan menunjukkan persentase paling tinggi ada 57% atau sebagian besar dari responden.

Kata kunci: pustakawan, kenaikan jabatan fungsional, jabatan fungsional pustakawan, perpustakaan universitas sumatera utara (USU)

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam atas kehadirat-Nya memberi rahmat dan hidayah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisi Faktor- Faktor dalam Kenaikan Jabatan Fungsional Pustakawan: Studi Kasus di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU)”

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi program studi Strata I (S-1) Perpustakaan dan Sains Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, serta untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kepustakaan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak. Dalam kesempatan kali ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr.Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu BudayaUniversitas Sumatera Utara

2. Ibu Dr. Hj. Eva Rabita, M.Hum selaku Ketua Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi Fakultas Ilmu Budaya sekaligus dosen pembimbing yang senantiasa sabar membimbing dan memberikan arahan kepada penulis.

3. Bapak Ishak, SS., M.Hum selaku dosen penguji I yang memeberikan saran dan masukan

(7)

4. Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos., M.I.Kom selaku dosen penguji II yang memeberikan saran dan masukan.

5. Seluruh staf pengajar Program Studi Perpustakaan Dan Sains Informasi Universitas Sumatera Utara

6. Bapak Dr. Jonner Hasugian, M.Si selaku Kepala Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang telah memeberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian, Serta kepada seluruh staf Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis ketika melakukan penelitian.

7. Terkhusus kepada kedua orang tua saya serta ke-6 saudara laki-laki saya yang selalu menyemangatai saya dalam bentuk dukungan dan material dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Kepada teman-teman saya angkatan 2018 terkhusus Agnes Martines, Ade Yudita, Samuel Pelawi, Siti Khadijah dan teman-teman yang telah memeberikan dukungan dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini.

Semoga Allah SWT memebalas budi baik yang telah mereka berikan kepada penulis. Akhir kata penulis berharah semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memebutuhkannya.

Medan, Agustus 2020

(Deliana Dalimunthe) 180723001

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

BAB I PENDAHULIAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Ruang Lingkup ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2. 1 Perpustakan Perguruan Tinggi ... 8

2.1.1Definisi Perpustakan Perguruan Tinggi ... 8

2.1.2Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 9

2.2 Persepsi ... 11

2.2.1Pengertian Persepsi ... 11

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 12

2.3 Pustakawan ... 14

2.3.1 Definisi Pustakawan ... 14

2.3.2 Pustakawan Sebagai Profesi ... 16

2.4 Jabatan Fungsional Pustakawan ... 18

2.4.1 Jenjang Jabatan, Pangkat dan Golongan ... 19

2.4.2 Angka Kredit ... 22

2.5 Pengangkatan Jabatan Fungsional ... 24

2.5.1 Pengangkatan Pertama ... 25

2.5.2 Faktor-faktor dalam Pengangkatan/Kenaikan Jabatan Fungsional ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Jenis Penelitian ... 35

(9)

3.2 Lokasi Penelitian ... 35

3.3 Populasi dan Sampel ... 35

3.2.1 Populasi ... 35

3.2.2 Sampel ... 36

3.4 Sumber Data ... 37

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.6 Instrumen Penelitian ... 38

3.7 Teknik Analisi Data ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 41

4.1 Analisis Data Hasil Penelitian ... 41

4.1.1 Analisis Profil Responden ... 41

4.1.2 Analisis Hasil Penelitian Faktor-Faktor dalam Kenaikan Jabatan Fungsional Pustakawan Pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) ... 43

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 78

BAB V PENUTUP ... 88

5.1 Kesimpulan ... 88

5.2 Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenjang jabatan, pangkat golongan pustakawan terampil ... 20

Tabel 2.2 Jenjang jabaan, pangkat golngan pustakawan ahli... 20

Tabel 2.3 Perbedaan SK MENPAN ... 22

Tabel 3.1 Rekapitulasi pustakawan perpustakaan USU 2019 ... 36

Tabel 3.2 Defenisi kuesioner variabel penelitian ... 38

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden... 41

Tabel 4.2 Usia Responden ... 42

Tabel 4.3 Pendidikan Terakhir Responden ... 42

Tabel 4.4 Minat dan Pilihan menjadi Pustakawan ... 44

Tabel 4.5 Minat kerja yang tinggi ... 45

Tabel 4.6 Motivasi dari dalam diri maupun dari orang lain ... 46

Tabel 4.7 kesungguhan dalam mengerjakan tugas ... 47

Tabel 4.8 minat dan persepsi positif terhadap profesi pustakawan ... 48

Tabel 4.9 Motivasi berpengaruh terhadap kinerja pustakawan ... 49

Tabel 4.10 Kesungguhan yang tinggi... 50

Tabel 4.11 Pustakawan belum berminat naik jabatan ... 51

Tabel 4.12 Tunjangan jabatan fungsional ... 52

Tabel 4.13 Pustakawan malas dan menunda naik jabatan ... 53

Tabel 4.14 Kurangnya kreatifitas pustakawan ... 54

Tabel 4.15 Berkas yang diajukan kurang lengkap ... 55

Tabel 4.16 Kurang teliti dan kesulitan dalam pengisian ... 56

Tabel 4.17 Kesalahan memberikan bentuk fisik ... 57

Tabel 4.18 Nilai satuan angka kredit terlampau kecil ... 59

Tabel 4.19 Sulitnya memperoleh angka kredit ... 60

Tabel 4.20 Kurang kreatif dalam mengumpulkan angka kredit ... 61

Tabel 4.21 Kesulitan dalam mengumpulkan angka kredit ... 62

Tabel 4.22 Lamanya waktu dalam mengumpulkan angka kredit ... 63

Tabel 4.23 Banyak aturan dalam mengumpulkan angka kredit ... 64

(11)

Tabel 4.24 Kegiatan yang dikerjakan tidak sesuai dengan jabatan ... 65

Tabel 4.25 Apresiasi pimpinan terhadap pustakawan ... 66

Tabel 4.26 Pimpinan membebani pustakawan pekerjaaan lain ... 68

Tabel 4.27 Pekerjaan lain dari pimpinan... 69

Tabel 4.28 Apresiasi lembaga terhadap pustakawan ... 70

Tabel 4.29 Usulan kegiatan kepada lembaga ... 71

Tabel 4.30 Lembaga kurang mendukung pustakawan ... 72

Tabel 4.31 Mengerjakan pekerjaan lain di luar tugas pokok ... 73

Tabel 4.33 Banyak pekerjaan di bidang TIK tidak mendapat angka kredit ... 74

Tabel 4.34 Tim penilai kurang kompeten dalam melakukan penilaian ... 75

Tabel 4.36 Tim penilai tidak memahami jabatan fungsional pustakawan ... 76

Tabel 4.37 Kesalahan perhitungan tim penilai ... 77

Tabel 4.38: Rekapitulasi hasil analisis data ... 84

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perpustakaan merupakan salah satu lembaga penyedia sumber jasa informasi baik yang berbentuk cetak atau pun dalam bentuk digital. Perpustakaan juga salah satu lembaga organisasi non profit atau nirlaba yang tidak bertujuan mencari keuntungan. Untuk mempertahankan eksistensi perpustakaan maka diperlukan faktor pendukung, salah satunya adalah sumber daya manusia, SDM menjadi faktor penting dalam mendukung kegiatan perpustakaan. Dalam mewujudkan tujuan perpustakaan maka di perlukan sumber daya manusia sebagai pelaksana, pengelola, dan pengembang perpustakaan. Didalam sistem perpustakaan, komponen manusia menjadi komponen paling utama disamping tenaga administrasif adalah pustakawan yang melaksanakan tugas-tugas kepustakawanan.

Pustakawan merupakan perseorangan yang bekerja di perpustakaan yang memiliki latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan. Dalam Undang-Undang RI No. 43 Tahun 2007 pada pasal 1 ayat (8) dinyatakan bahwa “pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakan”.

Sejak ditetapkannya SK MENPAN Nomor 18 Tahun 1988, mengakui profesi pustakawan khususnya Pegawai Negeri Sipil sebagai salah satu jabatan

(13)

fungsional. Dalam keputusan tersebut menyatakan “Jabatan Fungsional adalah adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak bagi seorang PNS dalam suatu organisasi dalam pelaksanaa tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu”. Hal ini merupakan awal yang baik bagi pustakawan karena penyelenggara pemerintahan mewadahi keberadaan pustakawan dan menetapkan jabatan-jabatan fungsional yang diperlukan. Jabatan Fungsional Pustakawan sebagaimana yang disebutkan dalam peraturan pemerintahan bertujuan untuk meningkatkan mutu dan manfaat perpustakaan yang berarti pula meningkatkan prestasi kerja pustakawan. Jabatan fungsional pustakawan dimaksudkann untuk menjamin pembinaan kepangkatan bagi pejabat pustakawan atau dalam kata lain adanya jaminan pembinaan karier bagi pustakawan.

Peraturan jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya beberapa kali mengalami perubahan, sejak ditetapkannya pada tahun 1988, kemudian direvisi tahun 1998, dan disempurnakan kembali pada tahun 2002 dalam hal pemenuhan tuntutan terhadap perkembangan karir dan peningkatan profesionalisme terhadap pustakawan, peraturan ini kembali mengeluarkan putusan baru yaitu KEMENPAN Nomor 9 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan Dan Angka Kreditnya. Peraturan ini didampingi dengan keluarnya peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI sebagai instansi pembina jabatan fungsional pustakawan mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 11 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan Dan Angka Kredit

(14)

Adapun beberapa hal yang diatur dalam Surat Keputusan No. 9 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kredit yaitu (1) Rumpun jabatan, kedudukan dan tugas pokok pustakawan. (2) Instansi pembina dan tugas instansi pembina. (3) Jenjang jabatan dan pangkat, golongan ruang. (4) Unsur dan sub unsur kegiatan. (5) Rincian kegiatan dan unsur yang dinilai dalam pemberian angka kredit. (6) Penilaian dan penetapan angka kredit. (7) Pejabat yang menetapkan angka kredit, dan pejabat yang menetapkan angka kredit. (8) Pengangkatan dalam jabatan. (9) Kompetensi. (10) Formasi. (11) Pembebasan sementara, pengangkatan kembali, dan pemberhentian dari jabatan. (12) Penurunan jabatan.

Dilihat dari data Statistik Pustakawan Oktober 2019 yang terdapat pada website Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, pustakawan yang telah menjabat sebagai jabatan fungsional ada 3509 orang. Dari data yang dikeluarkan oleh Perpusnas jumlah pustakawan jabatan fungsional yang paling banyak adalah pada perpustakaan perguruan tinggi yaitu 1427 orang yang tersebar di berbagai daerah di Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta di penjuru Indonesia. Hal ini bukanlah sesuatu yang asing mengingat perguruan tinggi mempunyai tujuan yang dikenal dengan nama Tri Dharma perguruan tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat) maka diharapkan peran perpustakaan dapat membantu mewujudkan dan melaksanakan tugas perguruan tinggi tersebut.

Pekerjaan pustakawan telah diakui sebagai suatu profesi karena pekerjaannya memerlukan persyaratan khusus dan memilki keahlian yang

(15)

diperoleh dengan pendidikan tinggi, mempunyai organisasi, beriorentasi pada jasa dan memiliki kode etik. Pustakawan sebagai suatu profesi maka harus dapat mengembangkan kompetensi diri seperti pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pustakawan yang berhubungan dengan pekerjaan berupa pemecahan masalah, peyelesaian tugas, pemikiran maupun kepemimpinan. Untuk menjadi pustakawan yang kompeten pustakawan harus mempunyai kemauan dan terus belajar menambah pengetahuan agar dapat mengembangkan perpustakaaan dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Kompetensi pustakawan dituntut agar profesional dalam melaksanakan tugas pokoknya yang berkaitan dengan jabatan yang diembannya berupa penyelesaian tugas pokok pustakawan yang didapati dalam uraian jabatan fungsional. Untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme diri, seorang pustakawan yang akan naik jabatan harus mengikuti dan lulus uji kompetensi sehingga mendapatkan sertifikat kompetensi. Pustakawan yang ingin meningkatkan jenjang jabatan fungsioanalnya dapat melakukan dengan mengumpulkan angka kredit secara profesionalisme dengan menyelesaikan tugas pokonya atau rincian kegiatan yang diberi nilai angka kredit. Tidak hanya itu untuk dapat mengumpulkan angka kredit, perpustakaan tempat pustakawan itu bekerja harus mendungkung dalam pengumpulan angka kredit sebagai upaya dalam menaikkan jenjang jabataan pustakawan.

Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) salah satu Perpustakaan perguruan tinggi negeri yang bertujuan mendukung proses Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

(16)

Perpustakaan USU membantu civitas akademik dalam bidang penyediaan sumber informasi sebagai pendukung proses belajar mengajar, membantu memenuhi kebutuhan pemustaka. Perpustakaan USU di kelola oleh 78 staf, di antaranya 46 orang pustakawan dan 32 non pustakawan. Diantara 46 orang pustakawan tersebut terdapat 31 pustakawan lulusan S-1 Ilmu perpustakaan, 14 pustakawan lulusan D-III Ilmu Perpustakaan dan 1 pustakawan lulusan D-II Ilmu Perpustakaan. Namun, dari 46 orang pustakawan tersebut hanya terdapat 15 orang pustakawan yang mempunyai kedudukan Jabatan Fungsional Pustakawan yaitu 4 (empat) pustakawan tingkat terampil dan 11 (sebelas) pustakawan tingkat ahli.

Dari observasi awal yang dilakukan oleh peneliti masalah yang ditemukan bahwa banyaknya kendala yang dihadapi oleh pustakawan berkenaan dengan kenaikan pangkat atau jabatan yang kurang tepat waktu di perpustakaan USU.

Diantaranya, terdapat kesulitan kepada pustakawan dalam mengumpulkan angka kredit, karena satuan angka kredit dalam tupoksi terlampau kecil, contohnya saja untuk kegiatan seleksi koleksi perpustakaan hanya diberi angka kredit 0,007 per buku. Pustakawan mengalami kesulitan dalam mengurusan Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) dan lamanya waktu yang dibutuhkan pustakawan dalam pengumplan angka kredit.

Berdasarkan masalah tersebut maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian yaitu “Analisis Faktor-Faktor dalam Kenaikan Pustakawan Terhadap Jabatan Fungsional Pustakawan: Studi Kasus di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU)”

(17)

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana analisis faktor-faktor dalam kenaikan jabatan fungsional pustakawan pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis faktor-faktor dalam kenaikan jabatan fungsional pustakawan pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat pada penelitian ini adalah:

1. Bagi Perpustakan USU

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan informasi mengenai faktor-faktor dalam kenaikan jabatan fungsional pustakawan 2. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahan mengenai faktor-faktor dalam kenaikan jabatan fungsional pustakawan

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan atau rujukan bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian mengenai faktor- faktor dalam kenaikan jabatan fungsional pustakawan

(18)

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Untuk membatasi masalah yang dibahas pada penelitian ini maka perlu dibuat ruang lingkup. Adapun ruang lingkup atau batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor dalam pengangkatan/kenaikan jabatan fungsional pustakawan meliputi faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal berupa faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor eksternal meliputi angka kredit, pimpinan, lembaga, pekerjaan lain dan tim penilai.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

2.1.1 Definisi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Keberadaan perpustakaan pada perguruan tinggi merupakan ketetapan undang-undang yang terdapat pada UU RI No. 43 Tahun 2007 bagian keempat tentang perpustakaan perguruan tinggi menyatakan setiap perguruan tinggi menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional Pendidikan.

Perpustakaan ini diharapkan dapat membantu pemustaka dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Pada dasarnya perpustakaan perguruan tinggi berfungsi sebagai sarana yang menunjang proses perkuliahan dan penelitian di perguruan tinggi tersebut dan juga pendukung sivitas akademi. Secara sederhana perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan membantu tercapainya tujuan perguruan tinggi (Hasugian, 2011: 79)

Keberadaaan perpustakaan pada perguruan tinggi diharapkan dapat membantu pemustaka dalam hal ini mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan informasi dalam menunjang proses perkuliahan

Hermawan dan Zulfikar (2010: 33) perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat dilingkungan lembaga pendidikan tinggi seperti, universitas, institut, sekolah tinggi, akademi dan lembaga perguruan tinggi lainnya. Perpustakaan perguruan tinggi di bentuk untuk memenuhi kebutuhan informasi sivitas akademika perguruan tinggi yang bersangkutan yaitu mahasiswa dan dosen.

Dalam hal ini keberadaan perpustakaan di upayakan berada di lingkungan kampus yang dapat di jangkau oleh penggunanya agar memudahkan pemustaka berkunjung dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

(20)

Purwono (2013:18) menyatakan “perpustakaan perguruan tinggi merupakan unit pelaksana teknis (UPT) perguruan tinggi bersama-sama dengan unit lain, turut melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi dengan cara memilih, menghimpun, mengolah, merawat, serta melayangkan sumber informasi kepada lembaga induknya pada khususnya dan masyarakat akademis pada umumnya. Kelima tugas tersebut dilaksanakan dengan tata cara, administrasi dan organisasi yang berlaku bagi penyelenggara sebuah perpustakaan”.

Dari uraian diatas maka perpustakaan perguruan tinggi merupakan bagian dari unit pelaksanaan teknis yang berada di lingkungan perguruan tinggi yang mempunyai peran untuk memenuhi kebutuhan informasi pemustaka dan juga mewujudkan tridarma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat

2.1.2 Tujuan Perpustakan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi didirikan tentu karena ada alasan dan tujuannya sehingga ada upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

“Tujuan utama penyelenggaraan perpustakaan ini adalah turut memperlancar dan menyukseskan fungsi perguruan tinggi yang bersangkutan yaitu Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian , pengabdian masyarakat)” Hartono (2016: 39)

Sulistio-Basuki (1993: 52) menyatakan secara umum tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah:

a. Memenuhi kebutuhan masyarakat perguruan tinggi, lazimnya staf pengajar dan mhasiswa. Sering pula mencakup pula tenaga administrasi perguruan tinggi.

b. Menyediakan bahan pustaka rujukan (referensi) pada semua tingkat akademis, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga ke mahasiswa program pasca sarjana dan pengajar.

c. Menyediakan ruangan belajar untuk pemakai perpustakaan.

(21)

d. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis pemakai.

e. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan perguruan tinggi tetapi juga lembaga industri lokal.

Tujuan perguruan tinggi menurut Purwono (2013: 19) adalah sebagai berikut:

1. Memenuhi kebutuhan informasi pengajar dan mahasiswa

2. Menyediakan bahan pustaka rujukan pada semua tingkat akademis 3. Menyediakan ruang untuk pemakai`

4. Menyediakan jasa peminjaman serta menyediakan jasa informasi aktif bagi pemakai

Secara khusus tujuan perpustakaan perguruan tinggi sebagaimana yang dinyatakan Hermawan dan Zulfikar (2010: 34) adalah “untuk membantu para dosen dan mahasiswa, serta tenaga pendidikan diperguruan tinggi itu dalam proses belajar. Pentingnya perpustakaan perguruan tinggi dalam menyelenggarakan pendidikan, maka perpustakaan perguruan tinggi menjadi indikataor mutu pendidikan di perguruan tinggi”.

Jadi perpustakaaan pada perguruan tinggi adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisah, perpustakaan membantu mewujudkan tujuan perguruan tinggi, dan perpustakaan menjadi penunjang untuk membantu sivitas akademik agar kurikulum yang telah ditentukan dapat dicapai. Perpustakaan perguruan tinggi menyediakan kebutuhan informasi yang di butuhkan tenaga pendidik (dosen) dan para mahasiswa. Bahan informasi atau koleksi yang disediakan pada perpustakaan harus sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi tersebut.

(22)

2.2 Persepsi

2.2.1 Pengertian Persepsi

Dalam kehidupan sehari-hari kita menerima berbagai macam informasi, di antara kita dengan orang lain memiliki perbedaan cara penerimaan dan pemaknaan terhadap informasi yang disampaikan. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan persepsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata „persepsi‟

di artikan sebagai (1) tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan. (2) proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindra.

J.P. Chaplin dalam (Adz-Dzakiey, 2006: 83) mengartikan persepsi sebagai 1. proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera.

2. kesadaran dari proses-proses organisasi.

3. (tichener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman dimasa lalu.

4. variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisme untuk melakukan pembedaan di antara perangsang-perangsang

Persepsi besasal dari rangsangan dari indera baik itu penglihatan, perasa, peraba dan di tambah dengan pengalaman masa lalu. Sehingga kemampuan seseorang dalam bertindak dan berpikir akan memberikan perbedaan dalam berpersepsi. “Persepsi adalah proses pengorganisasian informasi untuk dipahami dan dimaknai. Informasi yang sudah diperoleh melalui pengindraan kemudian diorganisir untuk difahami dan dimaknai dengan kognisi” (Indrawati, 2017: 58).

Sugihartono (2007) mengemukakan bahwa persepsi merupakan kemampuan panca indra dalam menerjemahkan stimulus yang masuk kedalam alat indera manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam pengindraan yang mempersepsikan sesuatu yang baik atau persepsi yang positif ataupun persepsi negatif yang akan memepengaruhi tindakan manusia yang atau nyata.

(23)

Persepsi didapatkan melalui proses pengartian terhadap sesuatu hal yang di rangsang oleh panca indera yang kemudian individu tersebut mampu mempersentasikan terhadap apa yang dilakukan dan yang di lihat.

Uma (2013) juga mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu kemudian diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera

Dari beberapa pengertian persepsi diatas maka persepsi merupakan proses seseorang dalam mengimplemantasikan atau memaknai suatu informasi menggunaan pancaindera, sehingga setiap indiviudu memiliki sudut pandang yang berbeda dalam cara memaknai atas stimulus yang diterima.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi di pengaruhi oleh faktor personal dan faktor situasional.

Resriyanti (2005) dalam Arifin dkk (2017) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dikelompokkan menjadi dua faktor utama yaitu:

1. Faktor internal, meliputi:

a. Pengalaman b. Kebutuhan c. Penilaian

d. Ekspektasi/pengharapan 2. Faktor eksternal, meliputi:

a. Tampakan luar

(24)

b. Sifat-sifat stimulus c. Situasi lingkungan

Menurut Toha (2003) dalam Arifin dkk (2017) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut:

a. Faktor internal: perasaan, sikap dan karakteristik individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan, minat dan motivasi

b. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulanagan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidakasingan suatu objek.

Selain faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ada juga penyebab perbedaan persepsi, Seiler dan Beall (2008) dalam Peni (2012) menjelaskan bahwa yang menyebabkan perbedaan persepsi antara lain:

a. Perceptual set yaitu ketika seseorang mengabaikan informasi baru dan lebih percaya pada pengalaman masa lalu untuk menginpretasikan informasi.

b. Attribution error yaitu ketika seseorang melihat tindakan orang lain dari luar tanpa mengetahui berbagai faktor eksternal yang mungkin mempengaruhi prilaku orang lain.

c. Physical charateristiic yaitu bentuk fisik yang terlihat baik tinggi badan, berat badan, bentuk tubuh dll dalam menggunakan lima panca inderanya membuat adanya perbedaan persepsi.

d. Psychological state yaitu cara seseorang dalam menyaring informasi yang diterima.

e. Cultural background yaitu cara pandang seseorang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dengan orang lain.

(25)

f. Gender, yaitu cara pandang laki-laki berbeda dengan perempuan.

Perempuan dalam bertindak lebih dominan menggunakan perasaan dan laki-laki lebih di dominasi dengan akal.

g. Media dapat membentuk sudut pandang seseorang sesuai dengan kepentingan masing-masing, tergantung pada pihak-pihak yang ada didalam media

h. Internet dapat mempengaruhi sumber informasi yang diterima baik yang akurat maupun yang tidak.

2.3 Pustakawan

2.3.1 Definisi Pustakawan

Dalam sebuah perpustakaan penggerak utama agar berjalannyan sebuah perpustakaan dengan baik adalah para pemustaka, pustakawan dan tenaga teknis.

Tanpa ketiganya maka perpustakaan belum bisa di kategorikan baik, karena di dalam Undang-Undang pun sudah di jelaskan bahwa setiap perpustakaan harus memiliki pustakawan yang benar-benar memliki latar belakan pendidikan ilmu perpustakaan, baik itu perpustakaan sekolah, perpustakaan umum, perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan khusus..

Pustakawan adalah person atau orang yang bekerja di perpustakaan, akan tetapi tidak semua orang yang bekerja di perpustakaan di sebut pustakawan, namun hanya mereka yang memiliki keahliandan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan dalam bidang perpustakaan dan informasi (Hasugian, 2011: 137)

Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) organisasi yang menghimpun pustakawan Indonesia dalam kode etiknya menyatakan bahwa pustakawan adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan

(26)

pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimiliki melalui pendidikan.

Pustakawan adalah seorang yang berkarya secara profesional di bidang perpustakaan dan informasi.

Herman dan Zulfikar (2010: 107) menyatakan bahwa IPI telah menegaskan bahwa:

1. Pustakawan indonesia tidak membedakan antara pustakawan dari segi status PNS dan Non PNS. Dengan demikian pustakawan indonesia terdiri dari PNS dan Non PNS.

2. Status pekerjaan pustakawan adalah profesi di bidang perpustakaan dan dokumentasi. Maka sebagi seorang profesional pustakawan harus memiliki pengetahuan yang luas, kemampuan dan keterampilan tinggi di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi serta harus mempunyai sikap dan tanggung jawab.

Makmur (2015) pustakawan adalah profesi yang setara dengan profesi lainya karena memilki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan kepustakawanan dan telah memenuhi syarat antara lain

1. Memiliki pendidikan khusus, baik teori maupun praktek

2. Memiliki organisasi profesi, sebagai wadah mengembangkan profesi dan anggota.

3. Memiliki Kode Etik sebagai

4. pedoman anggota profesi dalam memeberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna, dan

5. Berorientasi kepada jasa.

Dari beberapa uraian di atas maka pustakawan merupakan profesi seseorang yang bekerja di sebuah perpustakaan dan pusat informasi yang memiliki latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan sebagai bekal dalam profesi yang sedang di jalankannya dalam memalayani dan mengembangkan perpustakaan di tempat ia bekerja dan pengabdian kepada masyarakat pengguna perpustakaan.

(27)

2.3.2 Pustakawan Sebagai Profesi

Profesi sering kali diartikan sebagai suatu pekerjaan. kita harus memahami bahwa profesi (proffesion) adalah suatu pekerjaan yang memerlukan persyaratan khusus dan penguasaan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan tinggi, memiliki organisasi, beriontasi pada jasa dan memiliki kode etik. Sedangkan pekerjaaan (occupation) merupakan suatu aktivitas kerja secara umum dan tidak memiliki pendidikan khusus untuk melakukannya.

Hartono (2016:19) menyatakan bahwa tugas kepustakawanan dapat dikategorikan sebagai profesi kerena memang telah memenuhi syarat-syarat profesi antara lain sebagai berikut:

1. Memiliki pendidikan formal

2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus

3. Internship yang terdiri dari ilmu murni dan ilmu terapan 4. Memiliki otoritas dan bersifat mandiri

5. Memiliki kode etik profesi 6. Berprilaku profesional 7. Memiliki organisasi profesi

Profesi ditandai dengan adanya pedoman tingkah laku yang khusus.

Pekerjaan pustakawan termasuk sebagai profesi karena memenuhi persyaratan atau kriteria yang di butuhkan. Carl H.Gross dan kawan-kawan (Herman dan Zulfikar , 2010: 65) mengemukakan bahwa suatu profesi harus mempunyai kriteria sebagai berikut:

a. Harus ada pengabdian kepada masyarakat (publik service) yang khas, jelas dan esensial. Public service dimaksudkan bahwa suatu profesi harus mempunyai kekhususan, berbeda dari pekerjaan profesi yang lain dan harus jelas, tegas tujuannya.

b. Dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat (public servic), suatu profesi harus mendasarkan penampilannya kepada teknik-teknik ilmiah.

(28)

c. Diperlukan masa pendidikan yang cukup lama, karena dengan memiliki pengetahuan dasar-dasar ilmiah dan keterampilan akan menjadi dasar kegiatan dalam pekerjaan profesi

d. Perlu adanya otonomi yang cukup luas bagi anggota profesi dan bagi seluruh korpsnya dalam melaksanakan pekerjaan profesinya.

e. Harus adanya organisasi profesiyang komprehenship yang berhak dan dapat mengatur kepentingan para anggota organisasi profesi

f. Suatu organisasi profesional harus lebih banyak menitik beratkan pada pengabdiannya kepada masyarakat dari pada keuntungan ekonomi finansial.

Abraham Flyner dalam Hartono (2016: 19) menyatakan suatu profesi paling tidak harus memenuhi syarat sebagai berikut:

(1) Merupakan pekerjaan intelektual yakni pekerjaan yang memerlukan intelegensia yang bebas pada masalah dengan tujuan untuk menguasai dan memahami.

(2) Merupakan pekerjaan yang tidak hanya berupa teori-teori akademisi tetapi dapat diterapkan/dipraktekkan.

(3) Merupakan pekerjaan saintifik yakni didasarkan pada ilmu pengetahuan yang berasal dari sains.

(4) Terorganisasi sistematis yakni memiliki standar dan prosedur pelaksanaan, yakni jenis kegiatan yang menitik beratkan pada kepuasan masyarakat yang dilayaninya dan bukan sekedar mencari kepuasan diri.

Dari beberapa uraian diatas dapat dinyatakan bahwa pekerjaan pustakawan merupakan profesi karena hampir semua persyaratan profesi dapat dipenuhi oleh pustakawan dan profesionalisme pustakawan dapat ditingkatkan melalui penerapan jabatan fungsional. Kriteria yang telah dimiliki pustakawan antara lain memiliki lembaga pendidikan formal maupun informal, memiliki organisasi profesi yaitu Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), memiliki kode etik yaitu kode etik pustakawan, memiliki majalah ilmiah sebagai pengembang ilmu dan memiliki tunjangan profesi.

(29)

2.4. Jabatan Fungsional Pustakawan

Sebagaimana yang disebutkan dalam SK MENPAN No.18/1988 Jabatan Fungsional Pustakawan jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab,wewenang, dan hak untuk melaksanakan kegitan kepustakawanan.

Pustakawan adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS); Berijazah di bidang perpustakaan, dukumentasi, dan informasi; Diberi tugas oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan perpustakaan dan dokumentasi; Bekerja pada unit perpustakaan instansi pemerintahan dan atau unit-unit tertentu lainnya.

Purwono (2013:65) menyatakan jabatan fungsional pustakawan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang dalam hal ini Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu seta bersifat mandiri dan untuk kenaikan pangkatnya.

Dari batasan di atas maka muncul pertanyaan bagaimana dengan tenaga perpustakaan atau pustakawan yang bekerja di instansi swasta. Apakah mereka juga disebut pustakawan? Apabila mereka berijazah di bidang perpustakaan dan bekerja secara penuh untuk melakukan kegiatan perpustakaan dan dokumentasi, serta bekerja pada unit perpustakaan maka yang bersangkutan dapat disebut pustakawan. Hal yang membedakan antara pustakawan PNS dan pustakawan swasta adalah sistem penggajian. Sistem kenaikan pangkat pada pustakawan PNS dapat digunakan sebagai model penaikan pangkat pada instansi swasta dengan cara mengumpulkan atau perolehan angka kredit (Purwono 2016: 70).

Sudarsono (2009: 86) menyatakan peraturan ini memang hanya mengatur PNS. Agar batasan tersebut dapat diberlakukan secara umum kiranya rumusan berikut dpat di pakai: pustakawan adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan kepustakawanan.

(30)

Jabatan fungsional menentukan jenjang karir seorang pustakawan berdasarkan hasil penilaian terhadap pendidikan, kegiatan, dan hasil kegiatannya. Berdasarkan penilaian tersebut, pustakawan ditempatkan dalam jenjang yang sesuai mulai dari pustakawan pertama sampai pustakawan utama (Lien: 2010, 59)

Dari beberapa uraian di atas sudah jelas bahwa jabatan fungsional pustakawan sebagai jalur peningkatan karir pustakawan di bidang perpustakaan.

Jabatan Fungsional Pustakwan yang telah ditetapkan sejak tahun 1988 telah memebirkan sinar kepada pustakawan dalam meniti karirnya dalam dunia perpustakan. Tetapi di harapkan pustakawan bekerja tidak hanya untuk mengumpulkan angka kredit saja, namun lebih kepada bekerja sebagai suatu kewajiban kepada profesi yang di amban. Terhadap ketetapan yang telah ditetapkan oleh MENPAN diharapkan pustakawan mampu meningkatkan jenjang karirnya dalam dunia kepustakawanan.

2.4.1 Jenjang Jabatan, Pangkat dan Golongan

Jabatan fungsional perpustakaan terdiri dari pustakawan tingkat terampil dan pustakawan tingkat ahli.

1. Pustakawan Tingkat Terampil adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk pengangkatan pertama kali serendah-rendahnya diploma II perpustakaan, dokumentasi dan informasi atau diploma bidang lain yang disetarakan (Hermawan dan Zulfikar, 2010: 48).

Adapun jenjang jabatan pustakawan tingkat terampil dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi yaitu:

a. pustakawan pelaksana

b. pustakawan pelaksana lanjutan

(31)

c. pustakawan penyedia

Tabel 2.1 Jenjang Jabatan, Pangkat dan Golongan Pustakawan Tingkat Terampil

No. Jenjang Jabatan Pangkat / Golongan

a. Pustakawan Pelaksana 1. Pengataur Muda Tk. I (II/b) 2. Pengatur (II/c)

3. Pengatur Tk. I (II/d) b. Pustakawan pelaksana lanjutan 1. Penata Muda (III/a)

2. Penata Muda Tk. I (III/b) c. Pustakawan penyedia 1. Penata (III/c)

2. Penata Tk I (III/d)

2. Pustakawan Tingkat Ahli adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk pengangkatan pertama kali serendah-rendahnya sarjana (S1) perpustakaan, dokumentasi dan informasi atau sarjana bidang lain yang disertarakan (Hermawan dan Zulfikar, 2010: 49)

Adapun jenjang jabatan fungsional pustakwan tingkat ahli dari yang paling rendah sampai paling tinggi, yaitu:

a. pustakawan pertama b. pustakawan muda c. pustakawan madya d. pustakawan utama

Tabel 2.2 Jenjang Jabatan, Pangkat dan Golongan Pustakawan Tingkat Ahli No. Jenjang Jabatan Pangkat/Golongan

a. Pustakawan Pertama 1. Penata Muda (III/a) 2. Penata Muda Tk. I (III/b) b. Pustakawan Muda 1. Penata (III/c)

2. Penata Tk I (III/d) c. Pustakawan Madya 1. Pembina (IV/a)

2. Pembina Tk. I(IV/b)

3. Pembina Utama Muda (IV/c) d. Pustakawan Utama 1. Pembina Utama Madya (IV/d)

2. Pembina Utama (IV/e)

(32)

Pangkat dan golongan ruang untuk masing-masing jenjang jabatan pustakawan berdasarkan jumlah angka kredit yang ditetapkan. Penetapan jenjang jabatan untuk pengangkatan dalam jabatan fungsional pustakawan berdasarkan jumlah angka kredit yang dimiliki setelah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, sehingga jenjang jabatan dan pangkat, golongan ruang dapat disesuaikan.

Berikut ini lebih spesifik perbandingan perubahan pangkat, jabatan dan golongan terhadap Keputusan MENPAN dari tahun 1988-2014

Tabel 2.3: Perbedaan SK MENPAN

No. 18/1998 No. 33/1998 No. 123/2002 dan

No. 09/2014

Gol.

Pustakawan Utama Utama

Utama

IV/e

Pust. Utama Madya Utama IV/d

Pust. Utama Muda Madya

Madya

IV/c

Pust. Utama Pratama Madya IV/b

Pustakawan Madya Madya IV/a

Pustakawan Muda Madya Muda

Penyedia Muda

III/d

Pustakawan Pratama Madya Muda III/c

Ajun Pustakawan Muda Pratama

Pelaksana Lanjutan

Pertama III/b

Ajun Pust. Madya Muda Pratama III/a

Ajun Pust. Muda Pratama II/d

Asisten Pustakawan Pratama II/c

Asisten Pust. Madya Pratama II/b

Minimal D2 Asisten Pust.

(D2)

Pustakawan (S1)

Pustakawan Terampil (D2)

Pustakawa n Ahli (S1) Sumber:buku Etika Pustakawan Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawan

(33)

2.4.2.Angka Kredit

Angka kredit adalah satuan nilai dari setiap butir kegiatan dan akumulasi butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh pustakawan dalam rangka pembinaan karier yang berangkutan. Hartono juga menjelaskan hal yang sama mengenai angka kredit

Angka Kredit adalah suatu angka yang diberikan berdasarkan penilaian prestasi yang telah dicapai oleh pustakawan dalam mengajukan butir kegiatan yang digunakan sebagai syarat untuk pengangkatan dan kenaikan pangkat dalam jabatan pustakawan (Hartono, 2016: 55).

Lasa (2014) angka kredit adalah angka yang diberikan berdasarkan penilaian atas prestasi yang telah dicapai seseorang pejabat fungsional (pustakawan) dalam melaksanakan kegiatan pustakawan. Angka kredit dapat digunakan untuk:

a. Pengangkatan pertama

b. Kenaikan jabatan/pangkat/golongan yang lebih tinggi c. Pengangkatan kembali sebagai pustakawan

d. Alih jalur dari pustakawan ahli ke pustakawan terampil e. Kewajiban

Angka kredit dikumpulkan setiap pustakawan dalam peningkatan jenjang jabatan fungsional pustakawanyang dinilai oleh tim pembina yang terdiri dari kegiatan utama, kegiatan pokok dan kegiatan penunjang. Nilai dari setiap butir kegiatan diakumulasikan dalam rangka pembinaan karir yang bersangkutan.

Unsur kegiatan jabatan fungsional pustakawan yang dapat dinilai angka kreditnya meliputi pendidikan, pengelolaan perpustakaan, pelayanan perpustakaan, pengembangan sistem kepustakawanan, pngembangan profesi dan penunjang tugas pustakawan.

1. Jabatan fungsional pustakawan terampil a. Pendidikan

1. Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar

(34)

2. Pendidikan dan pelatihan kedinasan kepustakawanan dan memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan Dan Pelatihan (STTPP) atau sertifikat 3. Diklat prajabatan

b. Pengelolaan Perpustakaan

1. Perencanaan penyelenggaraan kegiatan

2. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kegiatan perpustakaan c. Pelayanan Perpustakaan

1. Pelayan teknis

2. Pelayanan pemustaka

d. Pengembangan sistem kepustakawanan 1. Pengkajian kepustakawanan

2. Pengembangan kepustakawanan

3. Penelaahan pengembangan sistem kepustakawan e. Pengembangan profesi

1. Pembuatan karya tulis/karya ilmiah di bidang kepustakawanan

2. Penerjemahan/penyaduran buka dan/atau bahan-bahan lain dibidang kepustakawanan

3. Menyusun buku pedoman/ketentuan pelaksana/ketentuan teknis di bidang kepustakawanan

f. Penunjang tugas pustakawan

1. Mengajar/melatih pada diklat fungsional/teknis bidang kepustakawanan

(35)

2. Peran serta dalam seminar/lokakarya/konferensi di bidang kepustakawanan

3. Menjadi anggota dalam organisasi profesi 4. Menjadi anggota dalam tim penilai 5. Memperoleh penghargaan/tanda jasa

6. Memperoleh gelar/ijazah kesarjanan lainnya. Memperoleh gelar kesarjanaan yang tidak sesuai dengan bidang tugas

Beberapa unsur diatas merupakan kegiatan dan syarat yang harus dimiliki oleh para pustakawan yang akan dinilai dan diakumulasikan oleh tim pembina dalam rangka pembinaan karir bagi pustakawan yang bersangkutan. Mulai dari kegiatan utama, kegiatan pokok dan kegiatan penunjang lainnya.

2.5 Pengangkatan Jabatan Fungsional

Jabatan fungsional pustakawan bertujuan untuk menjamin pembinaan kepangkatan bagi pejabat pustakawan dan sebagai salah satu upaya pengangkatan/kenaikan jabatan bagi pustakawan. Penetapan angka kredit atau nilai untuk jabatan fungsional dengan sendirinya akan memacu pustakawan meningkatkan jenjang jabatan fungsionalnya. Lien (2010: 60) menyatakan:

1. Jabatan Fungsional Pustakawan memacu pustakawan untuk melakukan hal-hal di luar pekerjaan teknis, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan highier-order thinking

2. Jabatan Fungsional Pustakawan meningkatkan profesionalisme pustakawan sehingga mampu menjadi mitra yang aktif memfasilitasi kegiatan akademik civitas academica

3. Jabatan Fungsional Pustakawan meningkatkan mutu perpustakaan sebagai mitra dalam kegiatan akademik.

4. Meningkatkan peran perpustakaan sebagai salah satu pranata dalam masyarakat berbasis pengetahuan.

(36)

Pengukuran kenaikan jabatan fungsional berdasarkan SK Menpan yaitu:

1. Syarat dan prosedur pengajuan PAK 2. Unsur utama kegiatan pustakawan

3. Pembuatan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) 4. Angka kredit kumulatif pustakawan

Dalam upaya peningkatan jenjang jabatan pustakawan harus mampu memanfaatkan waktu dan menajemen waktunya dalam menunjang kegiatan pengembangan profesi pustakawan terutama dalam rangka pengumpulan angka kredit guna kenaikan jabatan fungsional tepat waktu dan sesuai waktu yang telah ditetapkan.

2.5.1 Pengankatan Pertama

Pengangkatan pertama kali dalam jabatan funggsional pustakawan dapat dilakukan dengan memenuhi persyartan sebagai berikut:

a. Persyaratan yang harus dipenuhi Pustakawan Terampil sebagai berikut:

1. Berijazah serendah-rendahnya Diploma dua (D-III) Ilmu Perpustakaan Dokumentasi dan Informasi dari PT yang terakreditasi.

2. Diploma dua (D-II) bidang ilmu lain dari PT yang terakreditasi dan setelah ditetapkan sebagai PNS harus mengikuti dan lulus satu tahun diklat.

3. Pustakawan yang berizajah Diploma dua (D-II)/Diploma tiga (D-III) erus menalnjutkan jenjang pendidikannya Sarjana (S1) agar dapat diangkat dalam jabatan fungsional fungstakawan

(37)

b. Persyaratan yang harus dipenuhi Pustakawan Ahli sebagai berikut:

1. Harus berijazah paling rendah Sarjana (S1) dan setelah diangkat menjadi PNS harus mengusulkan DUPAK kepada Tim Penilai untuk diangkat sebagai Pustakawan Pertama/ Pustakawan Ahli Petama.

2. Berijazah Sarjana (S1) setelah ditetapkan sebagi PNS dalamwaktu 1 (satu) tahun harus mangikuti dan lulus diklat. Pustakawan yang lulus diklat harus diangkat paling lambat 2 (dua) tahun dngan mengusulkan DUPAK kepada Tim Penilai.

Fatmawati (2014) menyatakan bahwa kenaikan jabatan dan kenaikan pangkat dapat dipertimbangkan apabila:

1. Sekuang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam jabatan terakir

2. Memenuhi angka kredit yang ditentuan untuk kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi.

3. Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.

4. Apabila pustakawa setelah 2 (dua) tahun tidak diangkat dalam Jabatan Fungsional Pustakawan maka yang bersangkutan tidak dapat naik pangkat.

Disamping beberapa persyaratan diatas Hartono (2016:72 ) menjelasan ada yang tidak kalah pentingnya yaitu terdapat formasi jabatan pustakawan yang telah ditetapkan oleh MENPAN dan memenuhi jumlah angka kredit minimal yang ditetapkan untuk jenjang jabatan/pangkatnya.

Beberapa penjelasan diatas mengenai pengangkatan pertama bagi pustakawan yang baru ditetapkan sebagi PNS dan ini penjelasan mengenai

(38)

Pengangkatan PNS dari Jabatan lain dalam Jabatan Fungsional Pustakawan sebagaimana yang dijelaskan pada Per. Perpusnas No. 11/2015. Persyaratan antara pengankatan pertama dengan pengankatan PNS dari Jabatan lain ke jabatan fungsional pustakawan hampir sama, yang membedakannya adalah sebagai berikut:

1. memiliki pengalaman dibidang kepustakawanan paling singkat 1 (satu) tahun 2. berusia paling tinggi 53 tahun pada saat ditetapkan sebagai pustakawan 3. tersedia formasi untuk jabatan fungsional pustakawan

4. nilai presentasi kerja paling rendah berniali baik dalam 2 (dua) tahun terakhir 5. pangkat yang ditetapkan sama dengan pangkat yang dimilikinya dan jenjang

jabatan sesuai dengan jumlah angka kredit yang ditetapkan.

6. jumlah angka kredit ditetapkan dari unsur utama dan unsur penunjang.

Beberapa persyaratan diatas dapat pustakawan penuhi untuk kenaikan pangkat dan jabatan dengan mengumpulkan angka kreditnya dalam kurun waktu satu tahun .

2.5.2 Faktor-faktor dalam Pengangkatan/Keniakan Jabatan Fungsional Dalam pengangkatan jabatan fungsional pustakawan dapat dilihat dari berbagai aspek. Ketepatan dan keterlambatan pustakawan dalam menaikkan jenjang jabatannya dipengaruh oleh beberapa faktor.

Dalam proses kenaikan jabatan bagi pustakawan sangat dipengaruhi oleh atasannya langsung yang memberikan tugas kegiatan dan pemantauan hasil kerja pustakawan, bagian kepegawaian instansi yang memproses administrasi kepegawaian pustakawan, dan tim penilai yang berpihak melakukan penilaian atau pengukuran kelayakan angka kredit yang diajukan pustakawan (Asuti, 2016)

(39)

Namun pada kenyataan masih banyak sekali permasalahan yang dihadapi jabatan fungsional dalam melaksanakan kegiatan kenaikan pangkat/jabatan dari pustakawan. Hal ini terjadi pasti karena ada faktor penyebab mengapa pustakawan mengalami hambatan dalam pengangkatan jabatan.

Lebih spesifik Fatmawati (2014) menyatakan bahwa ada 2 (dua) faktor yang berpengaruh dalam pengangkatan jabatan pustakawan yaitu:

1. Faktor internal berasal dari dalam diri pustakawan yang bersangkutan, Faktor internal tersebut terdiri dari:

a. Faktor pendukung

Terdiri dari minat, motivasi, kesungguhan, persepsi dan minat kerja di perpustakaan. Pustakawan yang memiliki motivasi dan bersungguh-sungguh untuk bekerja dimungkinkan memiliki persepsi positif terhadap dirinya dan pekerjaannya. Faktor pendukung tersebut tentu saja yang menjadikan alasan seseorang untuk bekerja di perpustakaan sebagai pustakawan dibandingkan harus memilih profesi lain.

1. Minat sesuatu yang timbul dari dalam diri personal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia minat diartikan sebagai kecendurungan hati seseorang terhadap sesuatu, gairah, keinginan. Minat merupakan rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang mempengaruhi (Muhammad 2017: 8). Jadi seorang pustakawan harus memiliki minat yang tinggi yang datang dari hati untuk melakukan setiap pekerjaannya tanpa adanya paksaan dari luar.

2. Motivasi merupakan sebuah keinginan dari diri seseorang dalam rangka mewujudkan tindakan-tindakan (Muhammad

(40)

2017:19). Dengan adanya motivasi akan mendorong seseorang mengerjakan tugas yang di embannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia motivasi merupakan dorngan ang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

Motivasi sangat penting bagi pustakawan, karena motivasi dapat mendukung dan menyalurkan prilaku pustakawan supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang diinginkan.

3. Kesungguhan pustakawan dalam mengerjakan kewajikan atau menyelesaikan tugas dengan yang telah ditetapkan.

Kesungguhan datang dari dalam diri pustakawan itu sendiri akan mendorong dan mengakibatkan ketercapaiaan target kerja yang telah ditetapkan.

Minat, motivasi, kesungguhan dan kerja keras merupakan sesuatu yang harus dimiliki dan hanya datang dalam diri individu pustakawan tersebut. Adanya kesungguhan dan kerja keras yang dimiliki akan menghasilkan motivasi untuk diri sendiri dalam mengembangkan karier pustakawannya. Persepsi pustakawan terhadap profesinya juga menjadi pendorong pustakwan dalam kenaikan jabatan funsionalnya.

b. Faktor penghambat

Kenaikan pangkat pustakawan dapat diperoleh apabila pustakawan memahami benar setiap butir kegiatan dalam DUPAK. Jika pustakawan salah menafsirkan butir kegiatan sehingga menjadi salah pula dalam memberikan bukti fisik. Dengan demikian pustakawan tersebut seharusnya bisa naik jabatan, namun tidak

(41)

bisa karena jumlah angka kredit yang di persyaratkan belum memenuhi. Faktor penghambat lainnya karena “human error”

yang disebabkan karena pustakawan kurang teliti dalam menyusun DUPAK (Fatmawati, 2014)

Permana (2003) menyatakan faktor penghambat pustakawan dalam menaikkan jabatan fungsional pustakawan adalah

Kreatifitas pustakawan terbatas, tidak memiliki program kerja individu, kurang mandiri dalam melaksanakan tugas, tunjangan jabatan terbatas, penetapan angka kredit terlalu kecil, keterampilan teknis terbatas, aktifitas dalam bimbingan kerja, prosedur DUPAK rumit, keterampilan komputer terbatas, dan jumlah koleksi terbatas.

Kesalahan pustakawan dalam mengartikan setiap butir kegiatan yang ditetapkan berakibat pada penyelesaian tugas sehingga pustakawan salah menyusun DUPAK (Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit) dan memberikan bukti fisik yang tidak sesuai kepada tim penilai yang mengakibatkan terhambatnya pustakawan dalam kenaikan jabatan karena angka kredit yang dikumpulkan belum memadai untuk kenaikan jabatan fungsional.

2. Faktor eksternal berasal dari luar diri pustakawan yang bersangkutan.

Diantara faktor eksternal yaitu:

a. Angka Kredit

Satuan angka kredit dalam butir kegiatan kepustakawanan terlampau kecil. Pustakawan sering mengeluh karena kesulitan memperoleh angka kredit yang di persyaratkan untuk kenaikan pangkat/jabatan karena kecilnya nilai/angka pada masing-masing butir kegiatan yang dapat dinilai (Fatmawati, 2014).

Kesulitan pustakawan dalam mengumpulkan angka kredit disebabkan karna kecilnya nilai yang ditentukan dalam setiap butir kegiatan yang dikerjakan, sehingga pustakawan terkendala untuk memenuhi persyaratan kenaikan jabatan.

b. Pimpinan

Apresiasi pimpinan terhadap pustakawan kurang mendukung.

Terkadang pimpinan merasa pekerjaan pustakawan tidak terlalu penting karena tidak secara langsung berkaitan dengan visi-misi

(42)

instansi. Hal ini biasanya dialami oleh pustakawan di instansi pemerintahan atau perpustakaan khusus. Pimpinan biasanya membebani pustakawan pekerjaan lain selain pekerjaan rutin di perpustakaan. Pustakawan tersebut sibuk dengan pekerjaan dan posisinya, akibatnya pustakawan tersebut tidak memiliki waktu untuk mengerjakann kegiatan tugas pokoknya sebagai pustakawan sehingga tidak mendapatkan angka kredit dan proses kenaikan pangkat jabatannya menjadi terhambat (Fatmawati, 2014).

Pimpinan sering sekali meberikan pekerjaan kepada pustakawan di luar dari tugas pokok, sehingga pustakawan tidak memiliki waktu untuk mengumpulkan angka kredit karena pekerjaan yang dibebankan oleh pimpinan tidak sesuai tugas pokok pustakawan yang diberi nilai angka kreditnya

c. Lembaga

Apresiasi terhadap profesi pustakawan yang sangat kurang dari lembaga. Hal ini banyak dialami oleh pustakawan misalnya perpustakaan sekolah (baik SD,SMP, SMA) perpustakaan desa, perpustakaan khusus. Pustakawan merangkap menjadi guru, ruang perpustakaan terlampau kecil atau malah bersatu dengan ruang lain (Fatmawati, 2014).

Kurangnya apresiasi dari lembaga tempat pustakawan itu bekerja, sering sekali pustakawan memiliki tugas ganda, misalnya pada perpustakaaan sekolah.

Lembaga kurang memperdulikan ruang perpustakaan dan tidak ada upaya untuk mengembangkan perpustakaan.

d. Pekerjaan Lain di luar tugas pokok

Pustakawan selalu mengerjakan tupoksi juga mengerjakan pekerjaan lain diluar perpusdokinfo. Misalnya untuk kegiatan penyuluhan dan pemasyarakatan jelas tidak mungkin dilakukan perpustakaan yang lingkupnya kecil. Hal ini disebabkan keterbatasan jumlah anggaran. Tidak semua kegiatan pustakawan terutama pekerjaan berbasis teknologi informasi dan dokumentasi dapat terakomodir dalam DUPAK. Permasalahan lain adalah terdapat pemisahan kegiatan antara pustakawan tingkat terampil dan tingkat ahli. Jika pustakawan tidak cerdik menyisiati butir kegiatan dalam kegiatan yang dilaporkan , maka hal ini akan

(43)

menyulitkan pustakawan yang mengerjakan semua pekerjaan sendirian (one manlibrarian) Fatmawati, 2014.

Keterbatasan anggaran mengakibatkan tertundanya pustakawan dalam melakukan pengabdian kepada masyaraka. Banyak pekerjaan sehari-hari berbaur dengan teknologi informasi dan dokumentasi tidak termasuk dalam kegiatan pokok pustakawan. Kurangnya ketelitian pustakawan dalam memeriksa kegiatan yang dikerjakan sehingga mengerjakan pekerjaan jabatan lain.

e. Tim Penilai

Tim penilai yang kurang kompeten dalam melakukan penilaian.

Banyak sekali anggota tim penilaian yang diangkat oleh pejabat yang berwenang belum mengikuti diklat tim penilaian, sehingga berakibat pada DUPAK dari pustakawan yang dinilai terjadi kesalahan penghitungan angka kredit. Hal ini ada 2 kemungkinan hasilnya, yaitu bisa merugikan pustakawan tersebut atau bahkan masalah menguntungkan (Fatmawati, 2014).

Adanya perbedaan persepsi tim penilai dalam pelaksanaan penilaian DUPAK sehingga mengakibatkan kesalahan dalam penghitungan angka kredit hal ini akan merugikan atau bahkan menguntungkan pihak pustakawan.

Diantara faktor internal dan eksternal yang dijelaskan diatas apabila faktornya positif dan konstruktif akan memiliki sifat langgeng. Hal ini murni karna muncul dari hati nurani pustakawan, sehingga biasanya tidak mudah goyah.

Faktor pendukung tentu saja menjadikan alasan seseorang untuk berkerja di perpustakaan sebagai pustakawan dibandingkan harus memilih profesi lain.

Permana (2003) menyatakan umumnya yang menghambat kenaikan jabatan pustakawan yaitu di pengaruhi dengan kesulitan pustakawan dalam memperoleh angka kredit, karena angka kredit menjadi syarat untuk kenaikan jabatan pustakawan. Hambatan yang dialami pustakawan diantaranya:

(44)

1. Kreativitas pustakawan terbatas

2. Tidak memiliki program kerja individu

3. Kemampuan pustakawan dalam melakukan penelitian terbatas 4. Kurang mandiri melaksanakan tugas

5. Penetapan angka kredit terlalu kecil 6. Keterampilan teknis terbatas

7. Kurang menguasai Bahasa Inggris 8. Prosedur pengumpulan dupak rumit

9. Penguasaan keterampilan komputer kurang baik

Fatmawati (2014) menyatakan banyak masalah yang muncul dalam hal mundurnya kenaikan pangkat/jabatan pustakawan, diantaranya:

1. Nilai satuan angka kredit untuk kegiatan tugas pokok pada butir kegiatan pengorganisasian dan pemasyarakat terlampau kecil (kebanyakan hanya 0,...)

2. Adanya perbedaan persepsi Pustakawan dan Tim Penilai dalam memahami SK MENPAN tentang jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya.

3. Perbedaan persepsi diantara Tim Penilai dalam melakukan penilaian terhadap bukti fisik pustakawan .

4. Pejabat fungsional pustakawan kurang kreatif atau malas untuk mengumpulkan angka kredit, baik untuk maintenance maupun usulan kenaikan pangkat/ jabatan.

5. Pejabat fungsional pustakawan tidak tahu cara mengisi DUPAK

6. Persyaratan berkas dan DUPAK yang diajukan oleh pustakawan kurang lengkap dan tidak sesuai ketentuan yang dipersyaratkan.

7. Pejabat fungsional pustakawan kurang memahami butir kegiatan dan bentuk fisik yang harus dinilai.

8. Pejabat fungsional pustakawan tidak mempunyai motivasi untuk maju, sehingga mau mengurus kenaikan pangkat/jabatan jika disuruh pimpinan atau jika sudah ada surat teguran dari bagian kepegawaian karena sudah 5 tahun tidak mengurus kenaikan pangkat/jabatan.

9. Penempatan tenaga pustakawan oleh atasan pada instansi yang terkadang tidak sesuai dengan tugas pokok dan kompetensi yang dimiliki (misalnya:

pustakawan tingkat ahli yang harus mengerjakan pekerjaan tingkat terampil dan sebaliknya, sehingga apa yang dikerjakan tidak bisa diusulkan nilai angka kreditnya)

10. Kegiatan yang dikerjakan dilapangan terutama yang terkait dengan implementasi TI dan komputer tidak ada dalaam KepMenpan, sebaliknya banyak kegiatan di KepMenpan yang sesuai dengan jabatan pustakawan yang melekat saat itu namun tidak sesuai dengan kenyataan yang dilakukan dilapangan.

(45)

Beberapa masalah diatas merupakan penyebab mengapa banyak pustakawan lambat atau lama dalam meningkatan jenjang jabatan dan pasti ada faktor yang menjadi kendala bagi pustakawan dalam proses pengangkatan jabatan fungsionalnya.

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk melakukan penelitian agar mendapatkan hasil atau data yang diinginkan. Pada penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif. “Penelitian deskriptif adalah penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek berupa individu, organisasional,industri atau perspektif yang lain” (Erlina, 2011: 20). Dimana penelitian ini menggambarkan suatu kejadian secara sistematis dan akurat terhadap komponen tertentu.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Perpustakaan USU yang beralamat di kampus USU Jl. Perpustakaan No.1, Padang Bulan, Kota Medan

3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1 Populasi

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari, objek maupun subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan” (Sugiyono, 2008).

Populasi merupakan keseluruhan dari karakteristik penelitian tidak hanya manusia tetapi juga objek dan benda nyata, abstrak dan benda-benda alam

(47)

lainnya. Gulo (2004: 76) menyatakan “populasi terdiri atas sekumpulan obyek yang menjadi pusat perhatian, yang daripadanya terkandung informasi yang ingin diketahuai”.

Tabel 3.1 Rekapitulasi pustakawan perpustakaan USU 2019

No. Uraian Jumlah

orang

1. S-1 Ilmu Perpustakaan 31

2. D-III Ilmu Perpustakaan 14

3. D-II Ilmu Perpustakaan 1

Jumlah 46

Sumber: Lakip Perpustakaan USU

Pada penelitia ini populasi penelitian adalah seluruh pustakawan perpustakaan USU yaitu sebanyak 46 orang. Pustakwan yang menjadi populasi penelitian ini yaitu yang memiliki latar belakang pendidikan ilmu perpustakan dan bekerja dibidang perpustakaan.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel bagian kecil dari populasi yang dijadikan objek penelitian dan merupakan hal yang penting untuk dapat menjawab masalah dalam penelitian. “Sebagai bagian dari populasi, sampel memberikan gambaran yang benar tentang populasi. Pengambilan sampel dari suatu populasi disebut penarikan sampel atau sampling” (Gulo, 2004: 78). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling, dimana teknik pengambilan sampel ini adalah seluruh populasi dijadikan sampel. Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiyono (2008) apabila jumlah populasi kurang dari 100 maka

(48)

seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Sampel yang di ambil dalam penelitian seluruh pustakawan USU yang berjumlah 46 orang.

3.4 Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah penelitian:

1. Data primer, yaitu data yang didapatkan langsung dari responden melalui pengisian angket.

2. Data sekunder, yaitu data yang bersumber dari buku, jurnal, internet, laporan tahunan dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian ini.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu sebagai berikut:

1. Angket

Teknik pengumpulan data dengan cara peneliti memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk di jawab yang berhubungan dengan topik penelitian. Pertanyaan disusun dalam bentuk pernyataan

dengan opsi jawaban tersedia.

2. Studi Kepustakawanan

Teknik pengumpulkan data yaitu peneliti mengumpulkan data dari bahan pustaka baik buku, jurnal dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

(49)

3.6 Instrumen Penelitian

“Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara, atau pengamatan, atau daftar pertanyaan, yang dipersiapkan untuk mendapatkan informasi dari responden” (Gulo, 2004:123). Instrumen penelitian dijadikan sebagai alat bantu yang digunakan oleh peneliti dalam kegiatan pengumpulan data dengan cara lebih sistematis dan lebih mudah. Intrumen disebut juga pedoman penelitian sesuai dengan metode yang dipergunakan, dalam penelitian ini adalah berbentuk angket. Angket berisi pernyataan yang berhubungan dengan indikator-indikator jabatan fungsional pustakawan.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan daftar ceklis atau datar centeng (√) sebagai instrumen penelitian ini agar memudahkan dalam pengumpulan data.

(Daftar Ceklis)

No. Pertanyaan SS S N TS STS

5 4 3 2 1

Tabel 3.2 Defenisi Kuesioner Variabel Penelitian

Variabel Indikator Item

Jabatan Fungsional Pustakawan

Faktor internal: 1. Faktor Pendukung 1,2,3,4,5,6,7 2. Faktor Penghambat 8,9,10, 11,12, 13, 14 Faktor eksternal : 1. Angka Kredit 15,16, 17,18,19,20,21

2. Pimpinan 22,23,24 3. Lembaga 25,26,27 4. Pekerjaan Lain 28,29,30 5. Tim Penilai 31,32,33,34

3.7 Teknik Analisis Data

Data yang telah didapatkan dari responden kemudian di analisis.

“Analisis data yaitu proses yang berkaitan dengan pengujian data dengan menggunakan teknik statistik tertentu, dimana hasil dari pengujian tersebut

Gambar

Tabel 2.2 Jenjang Jabatan, Pangkat dan Golongan Pustakawan Tingkat Ahli  No.  Jenjang Jabatan  Pangkat/Golongan
Tabel 2.3: Perbedaan SK MENPAN
Tabel 3.1 Rekapitulasi pustakawan perpustakaan USU 2019
Tabel 3.2 Defenisi Kuesioner Variabel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada fraksi daun bintaro (Cerbera

Pada subbab di atas, kalian telah mempelajari tentang keunggulan dan keterbatasan antarruang dalam permintaan, penawaran, teknologi serta pelaku ekonomi. Keunggulan

Wacana dialog ( 6) tersusun dari dua satuan tuturan, yaitu tuturan A sebagai inisiasi dan tuturan B sebagai respons. Hubungan makna antara tuturan A dan B ialah

Rancangan halaman login ini merupakan rancangan yang digunakan untuk masuk kedalam sistem informasi kuliner khas Kota Palembang dengan cara memasukkan username dan

learning melibatkan siswa dalam berpendapat sehingga aktivitas siswa akan muncul sesuai dengan teori dari Hamalik (2011) bahwa pembelajaran discovery berorientasi

Untuk mengintegrasikan model-model yang telah dibuat (mobil rusak, menara pengawas, bangku, dan.. pistol) dengan cara mengeksport ke dalam bentuk tersebut dengan menggunakan

Mahasiswa pelajari sradha Sradha dicari sampai ke pura Gemakan dharma dengan berbeda Inilah karya pantun jenaka Kalau hendak mencari dupa Janganlah lupa mencari api Bagaimana

Obyektif iklan Gamelan United adalah untuk membangun citra gamelan sebagai instrumen musik yang dapat menjadi media berekspresi generasi muda berusaha dicapai