• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pada dasarnya pembangunan nasional suatu bangaa selalu. dm umumnya sangat diharapkan dari pembangunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pada dasarnya pembangunan nasional suatu bangaa selalu. dm umumnya sangat diharapkan dari pembangunan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada dasarnya pembangunan nasional suatu bangaa selalu bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan seluruh warga ma- syarakatnya, d m umumnya sangat diharapkan dari pembangun- an ekonomi negara secara keseluruhan.

Pembangunan ekonomi negara-negara berkembang banyak ditentukan oleh pertanian, karena pada umumnya negara ber- kembang bercorak agraris, yang bercirikan pertanian sebagai sumber utama penghidupan sebagian besar warga rnasyarakat.

Bahkan, Hulrne dan Mark Turner (1990: 1 1 1- 1 12) menyatakan, pembangunan pertanian, tidak hanya meningkatkan perekonomi- an, akan tetapi juga meningkatkan kesejahteraan sosial masyara- kat negara berkembang.

Pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalarn perekonomian negara Indonesia, menjadi fondasi perekonomian negara, dan merupakan andalan sebagai pendorong pembangun- an nasional. Oleh karenanya, pembangunan pertanian mempa- kan bagian integral dari pembangunan nasional Indonesia (De- .

partemen Pertanian, 1993: 185; Nasution, 1991:7; Soeharto, 1994:

(2)

Walaupun secara relatif peranan sektor pertanian semakin menurun terhadap pertumbuhan ekonomi nasional (menurut Biro Pusat Statistik pada Pelita I peranan sektor pertanian ada- lah sebesar 49.3 persen, tahun 1983 menurun menjadi 23 per- sen, tahun 1994 menjadi 18 persen, dan tahun 1996 menjadi se- kitar 17,2 persen), pada kurun waktu 25 tahun mendatang se- cara absolut peranan sektor pertanian masih tetap penting, kare- na merupakan sumber penghidupan bagi sebagian besar (lebih dari 60 persen) masyarakat Indonesia, dan akan semakin banyak penduduk yang kehidupannya bergantung dari pertanian.

Secara makro, pembangunan pertanian Indonesia selama

Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJP I) menunjukkan ke- berhasilan yang mengesankan dalarn meningkatkan produksi, khususnya produksi tanaman padi, dan hal ini sejalan dengan strategi pembangunan pertanian pada masa PJP I yang bero- rientasi pada peningkatan jumlah produksi guna memenuhi ke- butuhan yang mendesak pada masa itu.

Pembangunan pertanian Indonesia telah mehgubah negara Indonesia dari negara pengimpor beras terbesar di dunia pada dekade 1970 menjadi negara yang berswasembada beras sejak ta- .

hun 1984, dalam arti mampu mencukupi kebutuhan pokok beras

secara mandiri, meskipun ternyata setelah tahun 1993 kondisi

(3)

swasembada beras menghadapi kerawanan yang cukup menggeli- sahkan sehingga dilakukan impor beras untuk memperkuat stok nasional (Kantor Menteri Negara Urusan Pangan, 1996:2; Sinuka- ban, 1994:l).

Wardojo (1992a:38) menyatakan, produksi komoditi perta- nian lainnya seperti jagung, ubi kayu, tebu, kelapa sawit, peter- nakan ayam, sapi, dan hasil-hasil perilcanan menunjukkan pula perkembangan yang cukup menggembirakan dan senantiasa sela- lu diupayakan peningkatannya.

Revolusi Hijau di Indonesia telah mengubah pertmian Indonesia yang sebelumnya dikenal sebagai suatu pertanian yang

"involuted" menjadi suatu pertanian yang relatif modern (Soetris- no, 1985:2 1-22), dan bahkan bukan hanya meningkatkan produk- si pertanian dengan cepat, tetapi juga meningkatkan perekonomi- an pedesaan secara keseluruhan ('lJondronegoro &., 1992:84).

Namun demikian, temyata bila ditinjau secara rnikro, per-

soalan yang dihadapi dalam berlangsungnya proses pembangun- an pertanian itu adalah belum tercapainya partisipasi masyarakat tani sebagaimana yang diharapkan. Partisipasi masyarakat tani pada umumnya masih relatif rendah dan dalam dimensi yang .

terbatas.

(4)

Pembangunan pertanian melalui revolusi hijau ternyata le- bih menarik bagi petani berlahan luas (menggarap lahan 0,75 hektar atau lebih) dibanding petani yang menggarap lahan 0,50 hektar atau kurang, dan ternyata "agricultural growth" tidak de- ngan sendirinya menimbulkan "equity" dalarn masyarakat perta- nian (Tjondronegoro, 1991:s; Soetrisno, 1985:27-281.

Kenyataan pendekatan pembangunan selama ini tidak marnpu merangsang tirnbulnya partisipasi masyarakat yang me- luas seperti yang diharapkan. Pembangunan nasional yang telah be jalan selama ini seringkali didasarkan pada perhitungan-per- hitungan kuantitatif dan asumsi-asurnsi ekonomi yang rasional, sehingga tirnbul kesan seluruh persoalan pembangunan bisa di- atasi dalam pigura yang bersifat teknokratik dan atas dasar stra- tegi "top down" dengan berlandaskan pada "trickle down effect"

(dampak menetes ke bawah). Oleh karenanya, negara memiliki peran dorninan dalam seluruh aspek rekayasa pembangunan na- sional, kcputusan-keputusan tentang kebijaksanaan pembangun- an dibuat di atas kemudian dialirkan ke bawah. Para perencana pembangunan lebih condong mengejar hasil kuantitatif dalarn waktu secepatnya, sehingga partisipasi rnasyarakat sebagai pela- .

ku utama pembangunan seringkali terlupakan.

(5)

Pembangunan pertanian, lebih khusus di daerah Nusa Te- nggara Barat (NTB) dengan sistem usahatani padi Gogo Rancah (Gora) yang pelaksanaannya diawali pada Musim Tanam 19801 1981, memberi garnbaran tentang fenomena tersebut. Sistem usa- hatani padi Gora dilaksanakan dalam bentuk gerakan massal me- lalui operasi khusus yang dikenal dengan nama Operasi Tekad Makmur. Pemerintah menggeraMcsn masyarakat dengan sistem

"komando," serta seluruh kekuatan yang ada dikerahkan untuk menunjang pelaksanaan operasi tersebut, termasuk pelayanan kredit usahatani dalam bentuk paket kredit yang terdiri atas: per- alatan pertanian, sarana produksi pertanian, dan uang tunai (da- n a biaya produksi).

Secara umum dapat dikatakan, bahwa upaya tersebut cu- kup menggembirakan dalam meninghtkan produksi padi, meski- pun memerlukan beban k e j a serta beban biaya yang cukup tin&. Namun dernikian, temyata dalam keberlanjutannya usa-

hatani padi sistem Gora menunjukkan gejala penurunm dalam hal tingkat teknologi intensifhsi yang digunakan, seiring dengan semakin mengendornya gerakan yang dilakukan oleh pemerintah.

Kini proses pembangunan telah sampai pada tahap yang .

mensymatkan adanya partisipasi yang lebih besar dari seluruh

lapisan masyarakat agar tujuannya dapat tercapai, dan pemba-

(6)

ngunan tidak diartikan sebagai pembangunan yang hanya dila- kukan oleh pemerintah, akan tetapi termasuk pula yang dilaku- kan atas prakarsa dan swadaya masyarakat.

Pada PJP I1 dan masa-masa yang akan datang, pertanian ti- dak hanya harus produktif, akan tetapi harus menghasilkan pro- duksi yang berkualitas, dan benar-benar meningkatkan penda- patan dan kesejahteraan seluruh masyarakat, terutama masya- rakat petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian. Hal ini hanya dapat dicapai melalui partisipasi yang semakin me- ningkat d m berkualitas dari seluruh lapisan masyarakat.

Serhasilnya pembangunan nasional tergantung pada parti- sipasi aktif seluruh rakyat Indonesia, dernikian dinyatakan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara Republik Indonesia 1993-1998.

Pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, terutama dalam melanjutkan pembangunan yang telah dilaksa- nakan selarna ini, secara menarik dikemukakan oleh Soeharto (1994:24-27) dengan mengatakan: ". . . di atas segala upaya yang dilakukan untuk pembangunan, diperlukan partisipasi masyara- kat yang semakin meluas dan berkualitas."

Partisipasi merupakan suatu prasyarat dan sekaligus men- .

jadi sasaran pelaksanaan pembagunan. Sebagai prasyarat, pem-

bangunan tidak akan dapat berlangsung dan mencapai suatu

(7)

keberhasilan tanpa adanya partisipasi, dan partisipasi masyara- kat yang semakin meningkat, meluas, serta berkualitas, merupa- kan suatu kondisi yang ingin dicapai oleh pembangunan.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan bukan hanya berarti pengerahan tenaga kerja masyarakat secara sukarela, akan tetapi justru yang lebih penting adalah tergeraknya masya- rakat untuk mau memanfaatkan kesempatan-kesempatan mem- perbaiki kualitas hidup mereka (Slarnet, 1992:22). Dalarn hal ini, Ndraha (1990:109) m e n y a m , bahwa partisipasi merupakan

"input" dan sekaligus sebagai "output" pembangunan.

Secara prosesional, partisipasi masyarakat dalam pemba- ngunan, Bkan meliputi: partisipasi dalam perencanaan dan peng- arnbilan keputusan pembangunan, partisipasi dalarn pelaksana- a n kegiatan-kegiatan pembangunan, partisipasi dalam pemanfa- atan hasil-hasil pembangunan, dan partisipasi dalam penilaian hasil pembangunan (Stephen, 1988: 1 1). yang oleh Cohen dan Uphoff (1977:7) disebutnya sebagai "participation in decision making, participation in implementation, participation in benefits, and participation in evaluation."

Berkaitan dengan ha1 tersebut, Julius K. Nyerere (Rogers,

,

1989:161) mengemukakan pandangannya dengan mengat-

'Apabila pembangunan h a m s menguntungkan rakyat, ma-

ka mereka hams diikutsertakan dalam pemikiran, peren-

(8)

Canaan, dan pelaksanaan pembangunan. Rakyat tidak da- pat dibangun, mereka hanya dapat membangun dirinya."

Pembangunan masyarakat hanya bisa dilakukan melalui masyarakat itu sendiri atau melalui pembangunan dari dalam (development from within), yaitu melalui pengembangan inisiatif d m kegiatan lokal (Sajogyo, 1985:43; Ismawan, 1985:9). Program pembangunan yang datang dari luar hanya bisa dimanfaatkan kalau ha1 itu terintegrasikan dengan "self organization" dan "self management" dari masyarakat yang bersangkutan yang bersan- darkan pada pola pikir dan pola ke rja lokal yang telah dimiliki dan dipegang teguh selama ini.

Widstrand (Goldsmith dan Hildyard, 1993:223) dan Uphoff (1988:473) mengatakan, bahwa masyarakat desa jauh lebih ba- nyak mempunyai pengetahuan mengenai keadaan-keadaan se- ternpat daripada pemerintah (pemerintah setempat sekalipun), dan mereka tidak dapat disebut sebagai golongan yang "konser- vatif" walaupun terlihat isolasi dalam kehidupan pada tingkat subsisten. Dalam ha1 ini, Uma Lele (McAnany. 1980:4) mengata- ken, bahwa partisipasi lokal merupakan "bidang kunci," karena peningkatannya akan berdarnpak pada peningkatan pembangun- an.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan hanya dapat

ditingkatkan melalui peningkatan kemauan, kemampuan, dan

(9)

kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi, karena se- sungguhnya perilaku partisipasi merupakan hasil interaksi fak- tor-faktor kemauan, kernampuan, d m kesempatan. Kemauan, kemarnpuan, dan kesempatan bagi masyarakat untuk berparti- sipasi dalam pembangunan pertanian dapat ditingkatkan melalui peningkatan penyediaan dan pelayanan sarana dan prasarana pertanian, peningkatan "demokrasi pertanian" (pendekatan pem- bangunan yang lebih berorientasi pada semakin berperannya pe- tani dalam mengambil keputusan usahataninya), serta pening- katan pemanfaatan potensi sumberdaya lokal (tokoh rnasyarakat dan kelembagaan petani yang tumbuh dan berkembang di ka- langan warga masyarakat setempat).

Berbagai upaya yang berkaitan dengan ha1 tersebut telah banyak dilakuk-an, seperti: pembangunan jaringan irigasi, penga- daan berbagai bentuk sarana produksi dan teknologi baru usa- hatani, serta metode pengelolaan usahatani yang semakin di- tingkatkan. Kelembagaan-kelembagaan formal (bentukan peme- rintah) seperti: Balai Penyutuhan Pertanian (BPP), Pos Kesehatan Hewan (Poskeswan), Koperasi Unit Desa (KUD), Kelompok Pende- ngar, Pembaca, dan Pemirsa (Kelompencapir), serta Perkumpulan

,

Petani Pemakai Air (P3A) semakin diupayakan keberadaannya,

dengan harapan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tani guns

(10)

meningkatkan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan usahatani.

Pendekatan pembangunan selama ini walaupun terkesan lebih bersifat "top-down," akan tetapi pendekatan yang bersifat

"bottom-up" tetap diupayakan pelaksanaannya, baik melalui pe- mimpin serta kelembagaan formal, maupun melalui tokoh-tokoh masyarakat serta kelembagaan lokal.

Dalam bentuk formal pendekatan pembangunan dari ba- wah semakin dikembangkan di daerah Lombok dalam kurun waktu Pelita V sampai dengan Pelita VI ini. Perencanaan pem- bangunan dirnulai dari tingkat Desa dan Kecamatan melalui wadah Unit Daerah Ke rja Pembangunan (UDKP), yang kemudian dibahas dan dikoordinasikan melalui Rapat Koordinasi Pemba- ngunan tingkat Kecarnatan (Rakorbang III). Tahap berikutnya dibahas di tingkat Kabupaten (Rakorbang II), dan diteruskan di tingkat Propinsi (Rakorbang I), serta selanjutnya diteruskan di tingkat Nasional. Sebelurn dibahas di tingkat Nasional, untuk program-program pembangunan tertentu dilakukan pula koordi- nasi tingkat Regional untuk memadukan program-program pem- bangunan daerah yang berada dalam satu region.

Demikian pula, perencanaan dari bawah pada tingkat usa- .

hatani semakin diupayakan melalui penyusunan Rencana Defi-

nitif Kelompok (RDK) dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok

(11)

(RDKK) oleh para anggota kelompok tani intensifikasi, di bawah

birnbingan penyuluh pertanian, serta Rencana Usaha Bersama (RUB) oleh para anggota kelompok petani yang tergabung dalam Rogram Peningkatan Pendapatan Petani Kecil (P4K). dibawah

birnbingan pembina kelompok.

Namun demikian, walaupun berbagai upaya tersebut telah

dilakukan, pada kondisi dewasa ini belum diketahui secara jelas kine rja partisipasi masymakat tani dalam pembangunan pertani- an di daerah Lombok, Nusa Tenggara Barat. Faktor-faktor apa- kah yang berperan dalam menggerakkan kemauan, kernampuan, dan kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemba- ngunan pertanian 3 serta bagaimana keterkaitan hubungan ber- bagai faktor tersebut dalam menggerakkan partisipasi masya- rakat tani dalam pembangunan pertanian 3

Berdasarkan pemikiran-pemikiran yang telah ditampilkan sebagai latar belakang penelitian, menjadi jelas bahwa partisipasi masyarakat tani yang semakin berkembang dan berkualitas se- nantiasa diperlukan dalam meneruskan pembangunan pertanian. .

Fenomena yang tampak pada saat sekarang, yang mendorong

dilakukannya penelitian ini adalah, belum terlaksananya partisi-

pasi petani dalam pembangunan p e s sebwaimana yang

(12)

diharapkan. Partisipasi petani masih terbatas (rendah), baik dari segi dimensi maupun kualitasnya. Oleh karenanya, yang menjadi m a d a h dalam penelitian ini adalah, mengapa partisipasi ma- syarakat tani dalam pembangunan pertanian belum terlaksana sebagaimana yang diharapkan (masih rendah) 3 Secara lebih rinci masalah penelitian ini dirurnuskan sebagai berikut:

(1) Bagaimana kineja kemauan, kemampuan, dan kesempatan partisipasi masyarakat tani dalam pembangunan pertanian di daerah Lombok ?

(2) Bagaimma keterkaitan hubungan faktor-faktor kemauan, ke- mampuan, dan kesempatan bagi masyarakat untuk berparti- sipasi dalam pembangunan pertaninan 3

(3) Bagaimana keterkaitan hubungan faktor-faktor yang mendu- kung kemauan partisipasi dalam pembangunan pertanian 3 (4) Bagaimana keterkaitan hubungan faktor-faktor yang mendu-

kung kemampuan partisipasi dalam pembangunan pertani- a n ?

(5) Bagaimana keterkaitan hubungan faktor-faktor yang mendu- kung kesempatan partisipasi dalam pembangunan pertani- an?

(6) Bagairnana keterkaitan hubungan pendapatan usahatani de-

ngan kinerja partisipasi, serta dengan faktor-faktor kemauan,

(13)

kemampuan, d m kesempatan partisipasi dalarn pembangun- an pertanian 3

Berlandaskan pada pemikiran-pemildran yang dikemuka- kan sebagai latar belakang serta pennasalahan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah, memahami keterkaitan hubungan berbagai faktor yang berperan dalam menggerakkan kegiatan par- tisipasi, yang kernudian m e m u s k a n langkah-langkah untuk peningkatan dan pengembangan partisipasi masyarakat dalarn pembangunan pertanian. Secara terinci, tujuan penelitian ini adalah untuk:

(1) Mengetahui kineja kemauan, kemampuan, dan kesempatan masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan pertanian.

(2) Memahami keterkaitan hubungan faktor-faktor kemauan, ke- marnpuan, dan kesempatan dalam menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pertanian.

(3) Memahami keterkaitan hubungan faktor-faktor yang mengge-

rakkan kemauan masyarakat berpartisipasi dalam pemba-

ngunan pertanian.

(14)

(4) Memahami keterkaitan hubungan faktor-faktor yang menum- buhkan kemampuan masyarakat berpartisipasi dalam pem- bangunan pertanian.

(5) Memahami keterkaitan hubungan faktor-faktor yang mencip-

&kan kesempatan masyarakat berpartisipasi dalam pemba- ngunan pertanian.

(6) Memahami keterkaitan hubungan pendapatan usahatani de- ngan kineja partisipasi, serta dengan faktor-faktor kemauan, kemampuan, dan kesempatan masyarakat berpartisipasi da- lam pembangunan pertanian.

Kegunaan Hasil Penelltian

Secara akademis, hasil penelitian i n i diharapkan memberi- kan perluasan wawasan akademis tentang perilaku pertisipasi melalui pemaharnan yang tepat dan komprehensif tentang keter- kaitan berbagai faktor penggerak perilaku partisipasi masyarakat dalam pembangunan pertanian.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan berguna se- bagai masukan untuk pengembangan program pembangunan pertanian yang partisipatif, terutama dalarn menentukan tindak- .

an antisipatif sebagai upaya peningkatan dan pengembangan par-

tisipasi masyarakat dalam pembangunm, yaitu:

(15)

(1) Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berperan sebagai penggerak kemauan partisipasi, maka usaha peningkatan dan pengembangan kemauan partisipasi dapat diarahkan melalui perbaikan dan peningkatan faktor-faktor tersebut.

(2) Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berperan dalam me- numbuhkan kemampuan berpartisipasi, maka usaha penum- buhan kemampuan berpartisipasi dapat diarahkan melalui perbaikan dan peningkatan faktor-faktor tersebut.

(3) Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berperan dalam men- ciptakan kesempatan partisipasi, maka usaha peningkatan dan pengembangan kesempatan partisipasi dapat diarahkan melalui perbaikan dan peningkatan faktor-faktor tersebut.

(4) Dengan diketahuinya keterkaitan hubungan pendapatan usa-

hatani dengan lcine rja partisipasi serta faktor-faktor kemauan,

kemampuan, dan kesempatan partisipasi, maka menjadi ma-

s u b untuk perbaikan dan peningkatan produktivitas dan

pendapatan usahatani.

Referensi

Dokumen terkait

Studi kasus mencoba untuk menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata (K. Studi kasus digunakan dalam penelitian karena peneliti mencoba menjawab pertanyaan

Keterampilan penguasaan teknik poduksi pupuk organik kascing sangat diperlukan bagi rumah tangga miskin desa Tegalsari, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo

Skripsi berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Ikan Gabus terhadap Kenaikan Kadar Albumin dalam Darah dan Berat Badan Pasien Rawat Jalan Tubeculosis Paru di Rumah

Keyakinan masyarakat Muyu tentang ìptèm persalinan yang mewujud menjadi “asal persalinan tidak di dalam rumah” merupakan sebuah peluang yang harus bisa ditangkap. Hal

Untuk koefisien regresi variabel orientasi pembelian impulsif sebesar 0,022, variabel orientasi merek sebesar 0,070, variabel orientasi kualitas sebesar 0,174,

Penelitian Sandi (2013) earnings response coefficient sangat berguna dalam analisis fundamental yaitu analisa untuk menghitung nilai saham sebenarnya

Basa mangrupa alat komunikasi pikeun rupa-rupa fungsi, pikeun: (1) ngébréhkeun informasi faktual (ngaidéntifikasi, ngalaporkeun, nanya, jeung ngoréksi); (2)

Pentingnya Learning Organization telah lama menjadi perhatian para ahli organisasi, terutama semenjak terbitnya buku karya Peter Senge “The Fifth Discipline” pada tahun 1990,