• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PROSEDUR BONGKAR MUAT PADA KAPAL GAS TANKER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN PROSEDUR BONGKAR MUAT PADA KAPAL GAS TANKER"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA ILMIAH TERAPAN

PENERAPAN PROSEDUR BONGKAR MUAT PADA KAPAL GAS TANKER

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III Tingkat III

AMY SATRIA RIDWAN NIT. 03 15 004 1 41

AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA

TAHUN 2019

(2)

i

PENEREPAN PROSEDUR BONGKAR MUAT PADA KAPAL GAS TANKER

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III Tingkat III

AMY SATRIA RIDWAN NIT. 03 15 004 1 41

AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA

TAHUN 2019

(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Amy Satria Ridwan

Nomor Induk Taruna : 03. 15. 004. 1. 41 Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III Menyatakan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul :

PENERAPAN PROSEDUR BONGKAR MUAT PADA KAPAL GAS TANKER

Merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema dan yang penulis nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide penulis sendiri.

Apabila pernyataan di atas terbukti tidak benar, maka penulis bersedia menerima sanksi yang di tetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.

SURABAYA, ...

Materai 6000

Amy Satria Ridwan

(4)

ii

(5)

iii

PERSETUJUAN SEMINAR KARYA ILMIAH TERAPAN

Judul : PENERAPAN PROSEDUR BONGKAR MUAT

PADA KAPAL GAS TANKER Nama Taruna : AMY SATRIA RIDWAN NIT : 03. 15. 004. 1. 41

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III

Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk di seminarkan.

SURABAYA, ………....

Menyetujui :

Pembimbing I

Dr. Capt. Tri Cahyadi, MH., M.Mar.

Pembina (IV/a)

NIP. 19730704 199803 1 001

Pembimbing II

Siti Fatimah, S.SiT., M.Pd.

Penata (III/c)

NIP. 19810317 200502 2 001

Mengetahui : Ketua Jurusan Nautika

Capt. Damoyanto Purba, M.Pd.

Penata (III/c)

NIP. 19730919 201012 1 001

(6)

iv

PENGESAHAN MAKALAH KARYA ILMIAH TERAPAN

PENERAPAN PROSEDUR BONGKAR MUAT PADA KAPAL GAS TANKER

Disusun dan Diajukan Oleh : AMY SATRIA RIDWAN

NIT. 03. 15. 004. 1. 41 Ahli Nautika Tingkat III

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Karya Ilmiah Terapan Pada Tanggal ...

Menyetujui :

Penguji II

Capt. Tri Cahyadi, MH., M.Mar.

Pembina (IV/a)

NIP. 19730704 199803 1 001 Penguji I

Capt. Hadi Setiawan., M.Mar.

Pembina (IV/a)

NIP. 19751224 199808 1 001

Mengetahui : Ketua Jurusan Nautika

Capt. Damoyanto Purba, M.Pd.

Penata (III/c)

NIP. 19730919 201012 1 001

Penguji III

Siti Fatimah, S.SiT., M.Pd.

Penata (III/c)

NIP. 19810317 200502 2 001

(7)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur akan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam, karena atas segala kuasa, berkat, rahmat, dan anuegrah - Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini. Adapun proposal penelitian ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Pelayaran di Politeknik Pelayaran Surabaya dengan mengambil judul :

“ PENERAPAN PROSEDUR BONGKAR MUAT PADA KAPAL TANKER.

Karya Ilmiah Terapan (KIT) merupakan salah satu persyaratan baku Taruna untuk menyelesaikan studi program Diploma III dan wajib diselesaikan pada periode yang di tetapkan. KIT merupakan proses penyajian keadaan tertentu yang dialami Taruna pada saat melaksanakan Praktek Berlayar (PRALA) ketika berada di atas kapal.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian tugas akhir ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi bahasa, susunan kalimat, maupun cara penulisan serta pembahasan materi akibat keterbatasan penulis dalam penguasaan materi, waktu dan data - data yang diperoleh.

Untuk itu penulis senantiasa menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini. Penulisan karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya, khususnya kepada kedua orang tua dan saudara tercinta yang selalu memberi dukungan baik moril maupun material, serta kepada :

1. Bapak Capt. Heru Susanto, M.M., selaku Direktur Politeknik Pelayaran Surabaya.

2. Bapak Dr. Capt. Tri Cahyadi, MH., M.Mar., selaku Dosen Pembimbing Materi.

3. Ibu Siti Fatimah, S.SiT., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Teknik Tulisan.

4. Bapak Capt. Damoyanto Purba, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Nautika.

5. Para dosen di POLTEKPEL Surabaya pada umumnya dan para dosen jurusan nautika pada khususnya yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.

6. Rekan – rekan taruna / i Politeknik Pelayaran Surabaya dan pihak yang membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Terima kasih kepada beliau dan semua pihak yang telah membantu, semoga semua amal dan jasa baik mereka mendapat imbalan dari Allah SWT.

(8)

vi

Akhir kata penulis mengucapkan mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan didalam penulisan karya tulis ilmiah ini. Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan bagi penulis serta berguna bagi pembaca.

Surabaya, ... 2019 Penulis

AMY SATRIA RIDWAN

(9)

vii ABSTRAK

RIDWAN, AMY SATRIA, Penerapan Prosedur Bongkar Muat Pada Kapal Gas Tanker. Dibimbing oleh Bapak Tri Cahyadi dan Ibu Siti Fatimah.

Pada kenyataan yang ada pada saat ini, banyaknya permasalahan yang terjadi pada saat proses yang tidak sesuai prosedur akan mempengaruhi kelancaran proses bongkar muat. Permasalahan ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dalam proses bongkar muat. Dalam hal ini jangan sampai terjadi kesalahan penanganan apalagi kebocoran dan pada akhirnya mengakibatkan keadaan darurat serta kerugian bagi banyak pihak.

Namun pada dasarnya segala musibah yang disebabkan oleh karena kesalahan manusia (human error). Salah satu contohnya yakni perwira jaga yang datang terlambat saat jam jaganya sudah dimulai serta kurangnya pengawasan selama proses bongkar muat berlangsung. Untuk mencegah hal tersebut maka perlu dipersiapkan pengetahuan serta pengawasan bongkar muat yang sesuai dengan prosedur bongkar muat yang benar.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kondisi kapal serta kedisiplinan crew kapal dalam penerapan prosedur bongkar muat akan sangat berpengaruh pada kelancaran proses bongkar muat dan dapat mengurangi resiko kecelakaan atau keadaan darurat lainnya serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi crew kapal dan orang darat selama proses bongkar muat berlangsung.

Kata Kunci : Penerapan, Bongkar Muat , Kapal Gas Tanker.

(10)

viii ABSTRACT

RIDWAN, AMY SATRIA, Implementation Procedures Preparation for Timeliness Loading and Unloading Process on Gas Tankers. Guided by Mrs. Tri Cahyadi and Mrs Siti Fatimah.

Today, many problems during the process of loading that do not fit will affect the smooth loading and unloading process. This problem is caused by a lack of knowledge in the process of loading and unloading. In this case not to happen mishandling especially leakage and eventually pollute the sea that can cause loss of many parties. But basically all the disasters caused by the human error.

For example is when an Officer who arrives late when his watch hours have started and lack of supervision during loading and discharging process To prevent this it is necessary to prepare the knowledge and supervision of loading and unloading in accordance with the correct procedures for loading and unloading.

The result of this study indicate that the condition of the ship and the discipline of the crew implementation of loading and discharging procedures will greatly affect the smoothness of loading and discharging process and can reduce the risk of accidents and other emergencies.

Keywords : Application, Loading and Unloading, Gas Tanker ship.

(11)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

PERNYATAAN KEASLIAN ii

PERSETUJUAN SEMINAR iii

PENGESAHAN PROPOSAL iv

KATA PENGANTAR v

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

DAFTAR ISI ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 3

C. Tujuan Penelitian 4

D. Manfaat Penelitian 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 5

B. Kerangka Pemikiran Alur Pikir 18

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian 20

B. Lokasi Penelitian 21

C. Jenis dan Sumber Data 22

(12)

x

D. Pemilihan Informan 23

E. Teknik Analisis Data 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 26

B. Laporan Hasil Penelitian 28

C. Penyajian Data 28

D. Analisis Data 35

E. Pembahasan 36

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 37

B. Saran 38 DAFTAR PUSTAKA

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Transportasi laut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian dunia dimana pengangkutan barang merupakan bagian terpenting dalam bisnis transportasi. Perlu diketahui bahwa kontribusi transportasi laut menjadi sangat penting, karena biaya yang dikeluarkan adalah yang paling kecil bila dibandingkan dengan biaya transportasi darat maupun udara. Selain itu jumlah barang yang dapat dibawa lebih banyak dibandingkan dengan jenis transportasi lainnya. Sampai saat ini sarana angkutan laut masih dianggap lebih efisien dan ekonomis dalam pengangkutan barang dari suatu tempat ke tempat yang lain maupun dari suatu Negara ke Negara yang lain, karena kemampuan memuatnya yang besar serta belum dimiliki oleh jenis transportasi yang lainnya.

Pada pembahasan karya ilmiah kali ini penulis akan meneliti tentang penanganan dan pengaturan muatan pada kapal gas tanker. Kapal gas tanker merupakan kapal yang dibuat khusus untuk mengangkut muatan dalam bentuk cairan dalam jumlah yang besar. Muatan cairan tersebut dapat berupa propylene, buthene dll. Untuk ukuran dari kapal tanker pengangkut LNG biasanya lebih besar bila dibandingkan dengan kapal tanker pengangkut LPG.

Untuk kapal tanker sendiri terbagi menjadi tiga bagian antara lain Oil Tanker, Chemical Tanker, dan Liquefied Gas Tanker.

(14)

2

Kapal gas tanker dibuat untuk dapat memuat muatan jenis (cair bila dalam tanki dan gas bila di atmosphere) yang memiliki sifat sensitive dan memerlukan perlakuan khusus. Mulai dari pemuatan, penampungan, pemuatan di kapal, penanganan muatan saat dikapal serta saat pembongkaran.

Dalam hal ini, jangan sampai ada kesalahan yang terjadi dalam proses penanganan muatan apalagi adanya kebocoran pipa baik selama proses pemuatan maupun pembongkaran sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa.

Bila hal itu terjadi pada muatan LPG, maka banyak hal yang bisa diakibatkan misalnya kebocoran selanjutnya terjadi kebakaran hingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi seluruh aspek kehidupan. Dalam hal ini kita tidak tahu siapa yang harus disalahkan. Namun pada kenyataannya berbagai kecelakaan-kecelakaan yang sering terjadi diatas kapal pada umumnya disebabkan oleh kesalahan manusia itu sendiri atau human error.

Untuk contoh kasus yaitu kecelakaan yang terjadi pada Motor Tanker (MT) Layar Samudera milik PT Bumi Laut yang tengah dalam kondisi Offhire yang mengalami kebakaran hebat di area labuh Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina Wayame, Ambon. Kronologi kejadian yang berhasil dihimpun oleh Intim News, Sabtu 22 April 2017, bahwa MT Layar Samudera dengan nominasi premium 4800 KI, Pertamax 2700 KI, berlabuh di TBBM Wayame guna mengisi bahan bakar untuk selanjutnya menuju Jayapura dan Biak. Pada 14 April 2017, saat mengisi bahan bakar jenis Pertamax dan Premium, terjadilah kebocoran pada valve tidak kedap air di line pompa Nomor 1 yang sedang diperbaiki. Akhirnya Premium yang

(15)

3

diisi masuk ke ruang pompa dan ruang mesin. Kemudian sekitar pukul 16.36 WIT (14/4) kapal langsung menghentikan pengisian BBM. Kapal dimatikan karena ruang mesin (engine room) sudah tergenang Premium. Kapal lepas tambat dan berlabuh untuk perbaikan (Off hire) dengan muatan sekitar 1000 kl dan Premium 1000 kl, namun nahas pada jumat 21 April 2017 sekitar pukul 16.40 WIT, kapal terbakar dan mengakibatkan kerugian serta menelan korban 7 orang.

Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk menuangkannya dalam bentuk karya ilmiah terapan yang berjudul

Penerapan Prosedur Bongkar Muat Pada Kapal Gas Tanker”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah prosedur bongkar muat sudah dilaksanakan sesuai standar operasional prosedur?

2. Apakah dengan tidak diterapkannya standar bongkar muat akan berakibat terhadap waktu bongkar muat di atas kapal?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini sesuai rumusan masalah diatas untuk mengetahui

1. Untuk mengetahui prosedur bongkar muat apakah sudah dilaksanakan sesuai standar.

2. Mengetahui dampak dari tidak diterapkannya prosedur bongkar muat yang sesuai standar.

(16)

4

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi para pelaut mengenai penanganan dan pengaturan muatan jenis LPG.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat membuat pengetahuan bagi penulis dan Taruna / Taruni Politeknik Pelayaran Surabaya semakin bertambah luas, dan mampu mengurangi tingkat kecelakaan di atas kapal karena minimnya pemahaman tentang penanganan dan pengaturan muatan jenis cair pada kapal tanker.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI

1. Definisi-Definisi

a. Upaya peningkatan merupakan upaya untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar masalah, cara, usaha, ataupun suatu kegiatan.

b. Penerapan adalah proses, cara atau perbuatan menerapkan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penerapan merupakan proses, cara, perbuatan menerapkan. Sedangkan menurut Wahab dalam Van Meter dan Van Horn, penerapan merupakan tindakan- tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau

kelompok-kelompok yang diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam keputusan.

c. Prosedur adalah suatu tata cara atau urutan kerja ataupun pedoman yang harus diikuti untuk melaksanakan suatu kegiatan sehingga mendapatkan hasil yang baik. Menurut Zaky Baridwan, Prosedur merupakan urutan-urutan pekerjaan kerani, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi- transakisi yang sedang terjadi. Sedangkan menurut Mulyadi, Prosedur merupakan suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

(18)

6

dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

d. Pemuatan merupakan proses, cara perbuatan, memasukan sesuatu ke dalam wadah.

e. Pembongkaran merupakan proses, cara atau pengeluaran muatan keluar dari dalam wadah atau tempat tertentu.

f. Kapal gas tanker adalah kapal yang secara khusus dibuat untuk dapat mengangkut muatan jenis gasyang dimampatkan yang diangkut melalui laut ataupun perairan dari pelabuhan muat ke pelabuhan bongkar.

g. Menurut McGuire and White dalam buku “Liquified Gas

Handling Procedure”, LPG merupakan suatu produk pencampuran dari berbagai unsur hydrocarbon yang berasal dari gas alam yang asam, basah yang diperoleh dari ladang-ladang gas atau minyak, sehingga menghasilkan gas. Namun menurut Badan Diklat Perhubungan, LPG didefinisikan sebagai propane, butane dan campuran propane-butane dalam bentuk cair yang tidak

menimbulkan karat, tidak beracun namun sangat mudah meledak.

Kapal tanker sendiri terdiri dari berbagai ukuran menurut kapasitas muatan yang diangkut. Berikut pengelompokan kapal tanker menurut kapasitasnya:

1) ULCC (Ultra Large Crude Carrier). Berkapasitas 500.000 ton.

2) VLCC (Very Large Crude Carrier), Berkapasitas 300.000 ton.

(19)

7

3) Suezmax, jenis kapal yang dapat melintasi Terusan Suez dalam kondisi muatan penuh, kapal ini berkapasitas 125.000-200.000 ton.

4) Aframax (Average Freight Rate Assesment), Berkapasitas 80.000-125.000 ton.

5) Panamax, mempunyai kapasitas 50.000-79.000 yang dapat melintasi Terusan Panama.

2. Peralatan bongkar muat

a. Loading arm untuk menyambungkan ke Manifold kapal pada saat proses bongkar muat.

b. Manifold merupakan lubang pipa muatan yang ada diatas kapal tanker yang berhubungan dengan tangki muatan apabila akan melakukan kegiatan bongkar muat, maka Manifold harus dihubungkan dengan tangki darat melalui Loading Arm yang ada di pelabuhan.

c. Cargo Pump merupakan alat pompa hisap yang biasa digunakan untuk operasi bongkar muatan pada tiap-tiap tangki muatan.

d. Temperature Monitor merupakan alat yang digunakan untuk memonitor temperature dari tangki muatan yang terdiri dari tempertatur top, middle, bottom serta pressure tank selama proses bongkar muat dipelabuhan.

e. Gas Detector merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur kadar gas atau konsentrasi gas beracun di dalam tangki muatan atau kamar pompa.

(20)

8

3. Prosedur pelaksanaan memuat

Secara umum persiapan sebelum pemuatan bila dibandingkan dengan kapal jenis lain adalah sama. Misalnya persiapan ruang muatan yang disesuaikan dengan jenis muatan yang akan dimuat, rencana pemuatan dan lainnya. Namun untuk kapal gas tanker ada hal-hal yang secara khusus harus diperhatikan sebelum pemuatan terutama ditinjau dari faktor keselamatan kapal, karena setiap terminal mempunyai hak untuk menolak kapal tersebut apabila faktor keselamatan tidak memenuhi persyaratan atau ketentuan yang berlaku.

Hal tersebut didasarkan atas pengalaman tentang adanya resiko penyebaran minyak (Oil Spill) yang sering terjadi pada waktu bunker dan pada umunya adalah diakibatkan dari kesalahan manusia atau kurangnya perhatian terhadap keamanan dan keselamatan kerja.

Berikut adalah tugas-tugas kerja awak kapal dalam persiapan memuat : a. Mengosongkan tangki, pipa dan semua tempat atau saluran yang

mungkin pernah dilewati oleh muatan dengan menggunakan cargo commpressor.

b. Penguapan ventilasi tangki yang telah selesai dibersihkan.

c. Memblow tangki untuk menghilangkan gas atau menjadikan gas bebas pada ruang muatan yang disebabkan oleh muatan- muatan sebelumnya.

d. Mempersiapkan hydraulic untuk membuka valve.

(21)

9

4. Tank Cleaning

Pengertian Tank Cleaning adalah suatu proses pengangkatan dan pembersihan tangki dari sisa muatan sebelumnya dengan menggunakan cargo compressor (untuk di MT. Gas Natuna)

Sebelum melakukan pemuatan, seluruh tanki harus dilakukan Tank Cleaning atau pembersihan tangki dari muatan sebelumnya, sebelum memuat muatan yang baru agar muatan yang akan dimuat tidak terkontaminasi ataupun tercampur oleh sisa-sisa muatan yang sebelumnya .

a. Pengawasan dan Persiapan-persiapan 1) Pengawasan

Seorang Perwira yang bertanggung jawab dalam proses pencucian tangki harus mengawasi semua pelaksanaan pekerjaan pencucian tangki (tank cleaning) yang di lakukan diatas kapal.

2) Persiapan-persiapan

Sebelum dan selama pelaksanaan pekerjaan tank cleaning, Perwira yang bertanggung jawab haruslah merasa cukup bahwa semua tindakan-tindakan pencegahan yang diperlukan telah dilaksanakan sesuai prosedur. Semua personil dikapal harus diberitahukan bahwa pencucian tangki akan segera dimulai. Jika ada kapal, motor / perahu yang sandar di lambung kapal tanker tersebut, maka semua kru kapal harus diberitahukan dan harus diadakan pemeriksaan bahwa tindakan-tindakan yang telah

(22)

10

diambil sudah memenuhi persyaratan keselamatan yang diperlukan.

Sebelum memulai pekerjaan pencucian tangki di sebuah terminal, maka upaya-upaya tambahan yang harus diambil yaitu patut dirundingkan dengan pihak yang berwenang didarat untuk menentukan apakah kondisi-kondisi telah aman di dermaga dan untuk mendapatkan persetujuan agar pelaksanaan pekerjaan tersebut dapat diambil.

3) Pencucian tangki dan pembebasan gas yang dilaksanakan bersama-sama dengan pemuatan.

Umumnya pelaksanaan cuci tangki dan pembebasan gas tidak boleh dikerjakan bersamaan dengan penanganan bongkar / muat. Jika ada sesuatu alasan yang menyebabkan hal ini perlu dilaksanakan, maka harus diadakan perundingan serta mendapatkan persetujuan dari pihak terminal. Walaupun begitu, pencucian tanki menggunakan minyak mentah dan pembongkaran muatan dapat dilaksanakan secara bersama-sama, dan pihak terminal harus diberitahukan.

5. Persiapan pelaksanaan memuat

Saat yang paling berbahaya dan paling menentukan adalah saat pemuatan dan pembongkaran sedang berjalan. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian dan diperiksa secara sungguh-sungguh sebelum operasi pemuatan dimulai adalah sebagai berikut :

a. Periksa apakah semua lubang pembuangan air sudah tertutup rapat.

(23)

11

b. Sea suction pada waktu memeriksa ruang pompa, periksalah valve pembuangan keluar harus pada posisi tertutup.

c. Periksa apakah sambungan pada Manifold sudah benar-benar kencang.

d. Bendera Bravo atau lampu penerangan keliling merah harus dipasang.

e. Valve harus pada posisi sesuai dengan rencana pemuatan (manifold).

f. Periksa tangki-tangki yang akan diisi muatan, harus benar-benar kering, sehingga dapat dimuat Dry Certificate dan lainnya untuk menerima muatan. Juga diperiksa tangki-tangki Fore Peak dan Cofferdam harus kering.

g. Mast riser yaitu valve yang berhubungan dengan sistem peranginan, harus dalam keadaan terbuka.

h. Bila perlu menandai pipa-pipa dan pada valve dengan kapur, serta menulis rencana pemuatan dipapan tulis.

6. Prosedur persiapan bongkar

Suatu rencana pembongkaran harus mencakup urutan pembongkaran dan harus disetujui oleh perwira kapal yang bertanggung jawab dan wakil terminal yang mencakup hal-hal berikut:

a. Tahap-tahap dimana tangki-tangki kapal akan dibongkar dengan memperhitungkan pemindahan atau pergantian tangki baik dikapal maupun didarat, pencegahan kontaminasi, pembebasan pipa

(24)

12

b. Pencegahan kontaminasi pembebasan pipa muatan untuk pembongkaran.

c. Batas-batas tekanan pada badan kapal dan perbedaan antara sarat depan dan belakang kapal (Limiting stresses and trim of the tanker).

d. Kecepatan bongkar (Rate), Rate awal dan rate maksimum harus ditetapkan dengan keadaan muatan yang akan dibongkar.

e. Jaringan dan kapasitas pipa muatan kapal dan pipa-pipa muatan didarat dan diterima dalam selang-selang muatan dan lengan-lengan pemuat kapal atau darat. Tindakan berjaga-jaga untuk mencegah terjadinya akumulasi listrik statis.

f. Prosedur pemberhentian pembongkaran dalam keadaan darurat (Emergency Stop Procedure).

7. Pelaksanaan bongkar muatan a. Pembongkaran

Pembongkaran harus harus dilakukan secara perlahan. Kran- kran ke tangki penerima haruslah dibuka sempurna sebelum kran manifold kapal tanker dibuka. Pihak terminal harus memberitahukan ke kapal tanker jika tidak dipasang kran-kran penahan / satu arah pada penataan pipa darat. Kran-kran manifold dikapal LPG tidak boleh dibuka sampai pada tekanan pompa yang memadai. Selama pembongkaran, aliran minyak harus di awasi oleh pihak kapal sesuai dengan permintaan pihak terminal.

(25)

13

b. Penyetripan (Stripping) / Topping off tangki-tangki muatan.

Jika selama pembongkaran muatan utama, maka dipilih sebuah tangki untuk menerima muatan-muatan akhir yang dikuras dari tangki-tangki kapal, maka petugas harus diperingatkan terhadap kenyataan bahwa jarak antara langit-langit tangki dengan permukaan minyak ullage akan berkurang, sehingga harus dijaga dengan ketat dan jangan sampai terjadi sesuatu luapan minyak, demikian pula diambil tindakan pencegahan yang perlu sehubungan dengan gas yang dikeluarkan.

c. Memberi atau menyalurkan tekanan kedalam tangki-tangki muatan (Pressurizing of cargo tank).

Apabila minyak bumi yang tekanan uapnya tinggi, misalnya bensin alamiah (natural gas oline) dan minyak-minyak mentah tertentu, tinggi muatannya sudah cukup rendah didalam tangki muatan, maka kadang-kadang tinggi cairan tersebut sudah tidak cukup untuk menjaga agar pompa muatan menghisap cairan.

8. Komunikasi

Sebelum dimulainya suatu pemuatan dan pembongkaran, suatu sistem komunikasi yang terpercaya harus tersedia dan dites untuk pengontrolan operasi suatu sistem tambahan yang siap sedia juga harus ada serta di setujui. Harus diberikan cadangan untuk waktu yang diperlukan terhadap tindakan-tindakan dalam menanggapi semboyan- semboyan atau tanda-tanda.

(26)

14

Sistem-sistem ini harus mencakup tanda-tanda untuk : a. Siap sedia (Stand by),

b. Mulai memuat atau mulai membongkar, c. Kurangi kecepatan muat atau bongkar,

d. Berhenti memuat atau membongkar,

e. Berhenti karena diakibatkan keadaan darurat (Emergency stop).

Setiap tanda-tanda yang diperlukan harus disetujui dan dimengerti.

Apabila jenis atau tingkat minyak berbeda yang akan ditangani, nama- nama dan perinciannya harus dimengerti dengan jelas oleh personil jaga kapal dan yang bertugas didarat selama operasi bongkar muat berlangsung.

9. Sesuai dengan STCW Chapter VIII Part V Paragraph 90, 91, 92, 93 tentang Tugas Jaga di Pelabuhan.

Pada setiap kapal yang bersandar dengan aman sesuai situasi-situasi normal di pelabuhan, Nahkoda harus mengatur agar tugas jaga yang memadai dan efektif tetap dijalankan untuk tujuan keselamatan.

Persyaratan-persyaratan mungkin diperlukan untuk jenis khusus sistem penggerak kapal atau peralatan bantu untuk kapal-kapal yang membawa barang berbahaya atau mudah terbakar serta jenis muatan lainnya.

a. Pengaturan Tugas Jaga

1) Pengaturan untuk melaksanakan tugas jaga di dek ketika kapal berada dipelabuhan harus selalu memadai untuk :

(27)

15

a) Menjamin keselamatan jiwa, kapal, pelabuhan dan lingkungan serta pengoperasian seluruh peralatan yang berkaitan dengan penanganan muatan.

b) Perhatikan aturan-aturan secara Internasional, Nasional maupun Lokal.

c) Menjaga ketertiban dan kondisi normal kapal.

2) Nahkoda harus memutuskan komposisi dan lamanya tugas jaga di dek, tergantung pada posisi sandar, jenis kapal dan sifat tugas.

3) Nahkoda perlu mempertimbangkan seorang perwira yang memenuhi syarat haruslah bertanggung jawab dalam tugas jaganya.

4) Peralatan yang perlu diatur sedemikian rupa untuk menghasilkan tugas jaga yang efisien.

b. Penyerahan tugas jaga dek

Tepat sebelum penyerahan tugas jaga, perwira pengganti harus diberitahukan oleh perwira yang bertugas jaga dek tentang hal-ahl sebagai berikut :

1) Kedalaman air ditempat kapal bersandar, sarat kapal, kedudukan dan saat air tnggi maupun rendah, pengikatan tros-tros pengepit, pengaturan jangkar serta panjang rantai jangkar.

2) Semua pekerjaan yang dilakukan diatas kapal, jenis, jumlah serta posisi muatan yang dimuat atau sisinya dan setiap sisa-sisa muatan dikapal setelah pembongkaran muatan.

(28)

16

3) Pemberitahuan tentang kedudukan air got-got palka dan tangki- tangki tolak bara.

4) Informasi tentang isyarat-isyarat atau lampu-lampu yang dipasang atau dibunyikan.

5) Jumlah awak kapal yang diperlukan dikapal dan kehadiran tiap orang dikapal.

6) Keadaan atau kondisi tentang alat-alat pemadam kebakaran yang diatas kapal.

7) Informasi tentang peraturan-peraturan khusus yang ada di tiap pelabuhan yang disinggahi.

8) Perintah-perintah yang bersifat tetap serta perintah khusus dari Nahkoda.

9) Garis komunikasi yang tersedia antara kapal dan pelabuhan, termasuk pemimpin pelabuhan dalam hal timbulnya keadaan darurat atau pemberian bantuan.

10) Tiap keadaan penting lainnya terhadap keselamatan seluruh awak kapal, muatan, kapal serta perlindungan lingkungan terhadap berbagai pencemaran.

11) Prosedur-prosedur untuk pemberitahuan kepada pemimpin yang tepat tentang pencemaran lingkungan.

(29)

17

4. KERANGKA PEMIKIRAN ALUR PIKIR

1. ISGOTT

2. Gas Tanker operation 3. STCW Chapter VIII Part V

4. SOP Pemahaman tentang bongkar muat

Proses bongkar muat berjalan dengan baik dan tepat waktu sehingga tidak terjadi hambatan dan operasional kapal berjalan dengan lancar

Kurangnya pemahaman kru kapal dalam melaksanakan bongkar muat yang sesuai dengan

prosedur

Kurangnya pemahaman kru kapal

dalam melakukan penangannan muatan

diatas kapal

Kurangnya pemahaman akan pentingnya pengetahuan tentang prosedur bongkar muat

yang sesuai dengan prosedur pemuatan

1. Apakah prosedur bongkar muat sudah dilaksanakan sesuai standar?

2. Apakah dengan tidak diterapkannya standar bongkar muat akan berakibat terhadap waktu bongkar muat di atas kapal?

(30)

18

Dalam penulisan karya ilmiah terapan ini penulis menggunakan kerangka berfikir untuk memaparkan secara kronologis dalam setiap penyelesaian pokok permasalahan yang terjadi diatas kapal yaitu kelancaran pelaksanaan penaganan muatan jenis LPG yang mudah terbakar diatas kapal.

Untuk memenuhi kelancaran tersebut maka harus mengadakan persiapan terlebih dahulu. Pada saat penanganan dan pengaturan muatan harus diperhatikan dengan prinsip-prinsip pemuatan agar kegiatan memuat dan penanganan tersebut berjalan dengan sistematis, cepat serta aman. Pada kenyataan banyak terjadi kendala sehingga hal ini tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pemuatan yang harus diterapkan diatas kapal pada saat penanganan muatan dilakukan dan bahwa perusahaan pelayaran atau pihak yang terkait bertanggung jawab atas keselamatan dan keutuhan muatan sejak kapal muat sampai kapal bongkar. Kemudian susahnya pengaturan dan penataan muatan oleh kru kapal karena kurangnya pengetahuan dari kru kapal. Akibatnya terjadi kendala saat penangan muatan, seperti mengatur penataan muatan yang tidak seimbang sehingga kapal menjadi miring atau trim yang terlalu besar.

Selain itu dikarenakan penataan yang tidak optimal menyebabkan terdapatnya Broken Stowage yang besar, sehingga sangat membahayakan kapal.

Mengubah stabilitas kapal pada saat kapal berlayar, prinsip muatan kedua yaitu melindungi kapal, artinya suatu upaya agar kapal tetap seimbang selama kegiatan bongkar muat maupun dalam pelayaran.

(31)

19

Dalam hal ini pelaksanaan penanganan muatan khususnya jenis cairan yang mudah terbakar harus dipersiapkan dengan benar sebelum dilakukannya pemuatan. Dalam pelaksanaan penanganan muatan harus sesuai dengan prinsip- prinsip pemuatan dan yang terutama dalam penanganan yaitu harus dilakukan dengan serius dan hati-hati agar selama proses pemuatan tidak membahayakan kru kapal, lingkungan serta kapal itu sendiri dan dapat dilakukan dengan cepat, aman serta efisien.

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang secara hati-hati serta teratur dan terus menerus untuk memecahkan suatu masalah. Menurut kamus Webster’s New International, penelitian merupakan penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Menurut ilmuan Hillway (1956), penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan oleh seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitin ini adalah dengan menggunakan metode penelitian Deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, actual dan akurat mengenai fakta- fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang sedang diselidiki.

Menurut Whitney (1960), Metode deskriptif merupakan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.

(33)

21

B. LOKASI PENELITIAN 1. Waktu penelitian

Untuk waktu penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah selama penulis melaksanakan praktek laut diatas kapal yakni selama 12 bulan dengan mengumpulkan data-data yang akan didapat selama praktek nantinya.

2. Tempat penelitian

Tempat dilaksanakannya penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu pada saat penulis melaksanakan praktek berlayar di atas kapal.

C. JENIS DAN SUMBER DATA

Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penyusunan proposal ini adalah data yang merupakan informasi yang diperoleh penulis melalui pengamatan langsung atau observasi langsung di atas kapal. artinya, cara pengumpulan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dari sumber-sumber ini diperoleh data sebagai berikut :

1. Metode Lapangan

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada obyek yang diteliti. Data dan informasi dikumpulkan melalui Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung dilapangan saat penulis melaksanakan praktek lapangan. Di dalam suatu penelitian, selain menggunakan metode pokok, digunakan juga metode pelengkap yang saling melengkapi atau saling mengisi.

Observasi merupakan metode pelengkap, teknik observasi digunakan

(34)

22

dengan maksud untuk mendapatkan atau mengumpulkan data secara langsung mengenai gejala-gejala tertentu dengan melakukan pengamatan serta mencatat data yang berkaitan dengan pokok masalah yang diteliti. Observasi yang penulis lakukan adalah dengan mengadakan pengamatan lansung, mengamati cara-cara kerja prosedur darurat terkhusus pada prinsip penggunaan alat keselamatan yang dilakukan oleh seluruh awak kapal, setelah itu oleh Perwira jaga akan melakukan pengecekan prinsip serta tindakan yang harus diambil saat terjadi keadaan darurat diatas kapal. Di samping itu observasi yang sangat penting dalam penelitian deskriptif.

2. Tinjauan Pustaka

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara membaca serta mempelajari literature, buku-buku serta tulisan-tulisan yang berhubungan dengan masalah yang sedang dibahas, untuk memperoleh landasan teori yang akan digunakan dalam membahas masalah yang diteliti.

D. PEMILIHAN INFORMAN

Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penyusunan proposal ini adalah data yang merupakan informasi yang diperoleh penulis melalui pengamatan langsung. Dari sumber-sumber ini maka diperoleh data-data sebagai berikut :

1. Data primer, merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date.

(35)

23

Teknik yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data adalah melalui pengamatan secara langsung. Penulis akan mengamati langsung proses penanganan muatan diatas kapal yang disesuaikan oleh prosedur penanganan.

2. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti melalui pihak kedua (biasanya diperoleh melalui badan / instansi pemerintah maupun swasta). Data sekunder dapat juga diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, laporan, jurnal dan lainnya. Objek penelitian proposal atau berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas yang diperlukan sebagai pedoman teoritis dan ketentuan formal dari keadaan nyata dalam observasi.

Serta dari informasi lain yang telah disampaikan pada saat kuliah.

E. TEKNIK ANALISIS DATA

Metode penelitian Kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengungkap gejala holistic-kontekstual menjadi pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan peneliti sebagai instrument kunci. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, yaitu cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif, proses dan makna lebih ditonjolkan. Menurut Sugiyono, Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah. Agar penelitiannya menjadi penelitian yang berkualitas maka data-data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu berupa data primer dan data sekunder.

(36)

24

Begitu penting dan keharusan keterlibatan peneliti dan pengahayatan terhadap permasalahan dan subjek penelitian, maka dapat dikatakan bahwa peneliti melekat erat dengan subjek penelitian. Jadi tujuan dari metodologi ini yakni bukan suatu generalisasi melainkan pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah.

Ada 3 tahapan dalam menganalisis data yaitu : 1. Reduksi data

Merupakan proses pengumpulan data penelitian, seorang peneliti dapat menemukan kapan saja waktu untuk mendapatkan data yang banyak, apabila peneliti mampu menerapkan metode observasi, wawancara atau sebagai dokumen yang berhubungan dengan subjek yang sedang diteliti. Maknanya pada tahap ini yakni peneliti harus bisa merekam data lapangan dalam bentuk catatan lapangan, harus bisa ditafsirkan atau diseleksi masing-masing data yang relevan dengan fokus masalah yang sedang diteliti.

Selama proses reduksi data, peneliti dapat melanjutkan untuk meringkas dan menemukan tema. Reduksi data berlangsung selama penelitian dilapangan sampai penelitian tersebut selesai. Reduksi data merupakan analisis yang menekankan untuk mengorganisasikan data, dengan demikian kesimpulannya dapat diverifikasi untuk dijadikan temuan penelitian terhadap masalah-masalah yang sedang diteliti.

(37)

25

2. Melaksanakan penyajian data

Penyajian data yang telah diproleh kedalam sejumlah daftar kategori setiap data yang didapat, penyajian data biasanya dalam bentuk teks naratif. Dalam penyajian data disusun secara sistematis sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab terhadap masalah yang diteliti. Maka dalam display data, peneliti disarankan untuk tidak gegabah dalam mengambil kesimpulan.

3. Mengambil kesimpulan

Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data dan penyajian data sehingga data dapat disimpulkan, dan peneliti masih berpeluang untuk menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara, masih dapat diuji kembali dengan data di lapangan, dengan cara merefleksi kembali, penulis dapat bertukar pikiran dengan teman, trigulasi sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai. Bila proses siklus interaktif ini dapat berjalan secara kontinyu dan baik, maka peneliti dapat menarik kesimpulan dalam bentuk deskriptif sebagai laporan penelitian.

(38)

39

DAFTAR PUSTAKA

DEPHUB. (2000). Tanker Safety, Gas Tanker Training Procedure. Jakarta : Badan Diklat Perhubungan Laut.

International Maritime Organization. (2011). STCW (Standard of Training, Certification and Whatchkeeping for Seafarers). Amandemen 2010

Marton, G.S. (1992). Tanker Operations A Handbook for the Ship’s Officer (Third Edition).

Centreville, Maryland : Cornell Maritime Press,Inc Nazir, M. (1983). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Baridwan, Z (2009). Definisi Prosedur. Yogyakarta Hillway. (1956). Definisi Penelitian.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2012). Definisi Penerapan. Jakarta Wahab. (2008). Definisi Penerapan.

Mulyadi. (2013). Definisi Prosedur.

McGuire and White. (2000). (“Liquified Gas Handling Procdure”), LPG Definition Diklat Perhubungan. (2000). Definisi LPG

News, I. (2017, April Jumat). mt-layar-samudera-meledak-dan-terbakar-di-area-labuh-tbbm- wayame-ambon. Diambil kembali dari indoseafarer.com.

Diakses pada tanggal 11 April 2017.

Sedarmayanti. (2011). Metodologi Penelitian. Bandung: cv. Mandar Maju.

Surabaya, Politeknik Pelayaran (2015). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Terapan (KIT).

Surabaya: Politeknik Pelayaran Surabaya.

Surabaya, Politeknik Pelayaran. (2015). Basic Training For Liquefied Gas Tanker Cargo Operation. Surabaya: Politeknik Pelayaran Surabaya.

Surabaya, Politeknik Pelayaran. (2015). Prosedur Bongkar Muat Kapal Gas Tanker. Surabaya : Politeknik Pelayaran Surabaya.

Witherby. (2016). Liquefied Gas Handling Principles On Ships and In Terminals (LGHP4).

Surabaya : Politeknik Pelayaran Surabaya.

Diakses pada tanggal 21 Mei 2018

(39)

39

Referensi

Dokumen terkait