FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN GURU SLTP KABUPATEN SERANG
MENGAJUKAN PERMOHONAN PINDAH TEMPAT TUGAS DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA
Tesis
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat
memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan
Disusun Oleh
H. AGUS MA'MUN NIM 989555
PROGRAM STUDI ADMINISTRAS
PROGRAM PASCA SA.R.TANA UNIVERS1TAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2001
%
MENGETAHUI
Ketua Pengelola
Program Studi Administrasi Program Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing
Prof. DR. H. Djam'an Satori, MA
Pembimbing II
P E R N Y A T A A N
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul
"Faktor-faktor yang Menyebabkan Guru SLTPN Kabupaten Serang Mengajukan
Permohonan Pindah Tugas dan Upaya Penanggulangannya" ini beserta
seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak
melakukan penjiplakan aau pengutipan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditrmukan adanya pelanggaran
terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak
lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Februari 2001 ~Yang. menyatakan
ABSTRAK
Pelaksanaan program pendidikan di SLTP Kabupaten Serang
terganggu dikarenakan kekurangan guru SLTP negeri. Salah satu
sebabnya adalah banyaknya guru yang mengajukan untuk pindah tempat
tugas (mutasi). Kondisi ini menarik perhatian penulis untuk mengetahui
lebih mendalam faktor apa saja yang menyebabkan guru SLTPN
Kabupaten Serang mengajukan permohonan pindah tempat tugas dan
upaya-upaya penanggulangannya.
Landasan teoritis dalam upaya mengembangkan kerangka
penelitian adalah (1) Pembinaan personil dalam administrasi pendidikan,
(2) Peranan guru dalam permasalahan penyelenggaraan pendidikan, (3)
Konsep dasar pelaksanaan mutasi, (4) Pola pembinaan guru, dan (5)
Telaahan karya penelitian yang relevan.
Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan, penulis melakukan komunikasi yang intensif dengan sumber data, melakukan
eksplorasi untuk memahami fokus penelitian secara utuh agar dapat
mendeskripsikannya secara rinci dan mendalam. Berkenaan dengan hal
tersebut,
peneliti
menggunakan
pendekatan
kualitatif
dalam
melaksanakan prosedur penelitiannya .
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Kabupaten Serang
mengalami kekurangan guru SLTPN sebanyak 826 orang. Kekurangan
guru ini disebabkan 2 (dua ) hal yaitu: (1) Pembangunan unit gedung baru
(UGB) SLTPN dan pertumbuhan sekolah dalam rangka mensukseskan
Wajar Dikdas tidak disertai dengan pengangkatan guru yang memadai
dan (2) Tingginya mutasi guru SLTPN, baik ke luar kabupaten maupun ke
kota kabupaten.
Disamping kekurangan guru, Kabupaten Serang juga
menyalami masalah penyebaran guru, antara lain karena 2 (dua) hal yaitu
: (1) Guru lebih banyak terkonsentrasi di SLTPN sekitar daerah Serang
kota dan sekitarnya (jalur utama jalan Jakarta - Merak); (2) Kekurangan
guru pada semua mata pelajaran yang diajarkan di SLTP. Kecenderungan
penyebaran guru yang tidak merata dipicu oleh tiga hal : (a) UGB
dibangun di pelosok sehingga megundang permintaan mutasi guru, (b)
Pertumbuhan UGB tidak disertai tambahan guru baru, dan (c) Terdapat
kesenjangan pembangunan fasilitas umum dan sosial antar wilayah
sehinga mengundang permintaan guru pelosck untuk mutasi ke
perkotaan.Terdapat faktor-faktor penyebab guru SLTPN Kabupaten Serang mengajukan permohonan mutasi, yaitu (1) Ketidaktepatan pcla pengang
katan dan penempatan guru.
(2) Faktor berpisahnya guru dengan
ke-luarganya; (3) Faktor kondisi lingkungan kerja dan kepuasan kerja yang
kurang
mendukung;
(4)
Faktor
redahnya
peluang
guru
untuk
Tinqginya mutasi berdampak kepada beban efesiensi dan
efektivitas pengelolaan pendidikan di SLTPN yang berasangkutan, yaitu.
(1) Terganggunya kelancaran pelaksanaan proses belajar mengajar, (2)
Beban pembiayaan sekolah yang hams dikeluarkan sekolah, baik dan
dana rutin maupun dari dana BP3 menjadi tinggi; (3) Mempengaruhi guru
lain untuk meminta mutasi.
Kepala sekolah, pengawas, dan kandepdiknas telah melakukan
upaya-upaya mencegah tingginya mutasi yang mengarah kepada upaya
membenahi prosedur mutasi, meningkatkan pelayanan kesejahteraan
guru, dan meningkatkan kemampuan profesional guru.
Implikasi dari hasil penelitian ini adalah (1) Perlu adanya suatu pola
pengangkatan dan penempatan guru yang berorientasi kepada kebutuhan
daerah (2) Perlu adanya penataan pembangunan wilayah Kabupaten
Serang secara terpadu; (3) Perlu adanya pembinaan guru sehingga
tercipta suatu kondisi lingkungan kerja dan kepuasan kerja yang lebih
baik, dan (4) Perlu adanya suatu pola pengembangan kenr guru yang
lebih jelas dan terarah.
Penelitian ini merekomendasikan beberapa hal yaitu : (1) Agar
penanggung jawab pendidikan dapat menetapkan suatu kebijaksanaan
pola pengangkatan dan penempatan guru dengan mempertimbangkan
kebutuhan dan kepentingan daerah, terlebih lagi dengan diberlakukannya
desentralisasi di bidang pendidikan; (2)
Agar pemerintah Kabupaten
Serang dapat melakukan penataaan pembangunan wilayah secara
terpadu lebih menyebar ke kecamatan pelosok, sehingga
program
pembangunan pendidikan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat secara
optimal- (3) Agar penanggung jawab pelaksanaan pendidikan di
Kabupaten Serang dapat mendorong kepala SLTPN, pengawas dan
pembina pendidikan lainnya untuk mampu menciptakan lingkungan kerja
dan kepuasan kerja yang tinggi sehingga mampu mengembangkan guru
SLTPN yang lebih propfesional; (4) Agar para penanggung jawab
pendidikan di sekolah (kepala sekolah, PKS/wakil kepala sekolah, dan
guru senior) dituntut dapat menciptakan iklim kerja dan suasana kerja
yang menjadikan guru betah mengajar di tempat tugasnya dan (5) Agar
penanggung jawab pelaksanaan pendidikan di Kabupaten Serang dapat
menata efektivitas suatu pola pengembangan karir yang ^dapat
menjangkau peluang pengembangan kaiir bagi guru-guru SLTPN
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK x
KATA PENGANTAR Ui
UCAPANTERIMAKASIHDANPENGHARGAAN v
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
BAB I PENDAHULUAN l
A. Latar Belakang Masalah *
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 8
C. Tujuan Penelitian **
D. Manfaat dan Pentingnya Penelitian 12
E. Kerangka Penelitian*&" 14
BAB II PEMBINAAN PERSONIL DALAM RANGKA MENCEGAH
MUTASI GURU 19
A. Pembinaan Personil Dalam Administrasi Pendidikan 19 B. Peran Guru Dalam Permasalahan Penyelenggaraan Pendidikan Di SLTP ... 20
1. Pentingnya Peranan Guru Dalam Rangka Penyelenggaraan Pendidikan... 20
2. Dasar Perhitungan Kebutuhan Guru 26
3. Permasalahan Guru SLTP 31
C. Konsep Dasar Pelaksanaan Mutasi 36
1. Pengertian Mutasi 37
2. Manfaat Mutasi 38
3. Proses Mutasi Guru 39
D. Pola Pembinaan Guru 45
1. Orientasi Pelaksanaan Tugas 49
2. Program Pelatihan 5j
3. Peningkatan Kepuasan Kerja 59
4. Pengembangan Karier 67
E. Telaahan Penelitian Yang Relevan 73
BABIH PROSEDUR PENELITIAN 77
A. Metode Penelitian 77
B. SumberData 78
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 80
1. Wawancara 80
2. Observasi 83
3. Studi Dokumentasi 83
D. Pelaksanaan Pengumpulan Data 84
E. Prosedur Analisis Data 86
1. Melaksanakan Reduksi Data 86
2. Melaksanakan Kategorisasi Data 87
3. Penafsiran Data 87
F. Keabsahan Hasil Penelitian 88
1. Derajat Kepercayaan (Kredibilitas) 88
2. Keteralihan (Transferabilitas) 90
3. Keberuntungan (Dependabilitas) dan Kepastian (Konfirmabilitas) 91
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 93
A. Hasil Penelitian 93
1. Keadaan Tenaga Guru SLTPN Kabupaten Serang 93 2. Pola Mutasi Guru SLTPN di Kabupaten Serang 104 3. Dampak Tingginya Mutasi Guru Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan- 126 4. Upaya - Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Tingginya Mutasi.... 135
B. Pembahasan Hasil Penelitian 145
1. Keadaan Penyebaran Guru SLTPN Kabupaten Serang 146
2. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Guru SLTPN Kabupaten Serang
Mengaj ukan Mutasi 151
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 178
A. Kesimpulan 178
B. lmplikasi 186
C. Rekomendasi 189
DAFTAR PUSTAKA 196
DAFTAR TABEL
label Halaman
1 Contoh Perhitungan Kebutuhan Guru Mata Pelajaran Pada
SLTPN 1 Kabupaten Serang 28
2 Kebutuhan Guru Mata Pelajaran BerdasarkanPentipean SLTP .... 29
3 Jatah Pengangkatan Pegawai Negeri Sipildi Kanwil Depdikbud
Propinsi Jawa Barat 3j
4 Hal - Hal Yang Diinginkan Karyawan Dari Pekerjaan Mereka .... 61
5 Pelaksanaan Mutasi Guru SD Di Kotamadya Cirebon 74
6 Alasan - Alasan Guru Meninggalkan Jabatannya 76
7 Sampel Ekstrim Kekurangan Guru Di SLTPN Kabupaten Serang.. 99
8 Keadaan Guru SLTPN Di Kabupaten Serang Berdasarkan Mata
Pelajaran 101
9 Daftar SLTPN Yang Mengalami Mutasi Guru Tiga Orang Lebih .. 107
10 Asal Daerah CPNS Guru Lulusan 1999/2000 Di Kabupaten
Serang 115
11 Guru - Guru Mata Pelajaran Yang Melaksanakan Mutasi 127
12 Perbandingan Beban Pembiayaan Sekolah Dari Dana BP3 Untuk
Membayar Guru Tidak Tetap 130
13 Sekolah - Sekolah Yang Secara Potensial Menyimpan Keinginan
Guru Untuk Mutasi Yang Tinggi 132
14 Data SLTPN Yang Menyelenggarakan Pendidikan Double Shift
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Kerangka Penelitian 15
2 Sekolah Sebagai Sistem Sosial 47
3 ResponTerhadap KetidakPuasan Kerja 66
4 Efektifitas Alur PengangkatanGuru 156
5 Wadah dan Jalur Pembinaan Guru SLTPN Kabupaten Serang 169
6 Alur Peluang Pengembangan Karier Guru 177
[image:10.595.100.514.170.680.2]BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pencanangan wajib belajar 9 tahun, agar anak usia 7-15 tahun
dapat mengikuti pendidikan dasar (setingkat SD dan SLTP) sampai tamat
telah ditetapkan pemerintah pada tahun 1994. Berbagai upaya telah
dilakukan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka mengimplementasikan kebijakan tersebut, antara lain pembangunan
gedung baru (UGB), pengangkatan guru, pengadaan sarana dan
prasarana sekolah, penetapan kebijakan program SLTP terbuka, dan
penghapusan SPP. Inti aari implementasi kebijakan pemerintah di atas
adalah upaya meningkatkan daya tampung dan mendorong anak usia 7
-15 tahun dapat mengikuti pendidikan dasar (di SD dan SLTP atau sederajat) sampai tamat.
Sampai saat ini (tahun pelajaran 1999/2000), pencapaian angka partisipasi murni (APM) anak usia 7-12 tahun di Kabupaten Serang
sebesar 98,88 % dan APM anak usia 13 - 15 tahun di Kabupaten Serang
29 Maret 2000 di Bandung: APM anak usia 7-12 tahun sebanyak 99,82
% dan APM anak usia 13-15 tahun sebesar 65 %).
Di sisi lain, minat siswa untuk melanjutkan sekolah dari SD ke
SLTP di Kabupaten Serang cukup tinggi, terbukti dari diberlakukannya
"passing grade" dengan menggunakan angka NEM sebagai batas
kelulusan seorang siswa lulusan SD diterima di jenjang SLTP (negeri). Jumlah siswa lulusan SD yang mendaftar ke SLTPN sebanyak 23.538
orang, sementara daya tampung SLTPN sebanyak 15.362 kursi ( 65,26
%). Masih banyak lulusan SD yang tidak tertampung di SLTP Negeri
merasa enggan melanjutkan ke SLTP Swasta karena berbagai alasan, antara lain menyangkut mahalnya biaya sekolah dan rendahnya mutu
pendidikan di SLTP Swasta. Angka melanjutkan (AM) sebagai salah satu indikator sukses. wajib belajar di Kabupaten Serang sebesar 69,91%, masih di bawah angka melanjutkan Propinsi Jawa Barat sebesar 76,31%.
Salah satu sebab masih rendahnya daya tampung SLTP Negeri
karena masih sedikitnya jumlah rombongan belajar yang dibuka/disediakan SLTP Negeri. Sedikitnya SLTPN
membuka/menyediakan rombongan belajar dikarenakan masih
banyaknya SLTPN yang kekurangan guru. Studi pendahuluan yang
penulis lakukan menunjukkan bahwa dari 56 SLTP Negeri di Kabupaten
dan untuk melayani sejumlah rombongan belajar tersebut dibutuhkan
guru sebanyak 2.035 orang. Adapun guru yang ada di lapangan saat ini
adalah sebanyak 1.206 orang, sehingga kekurangan guru saat ini sebanyak 826 orang. Tidak ada satupun SLTPN di Kabupaten Serang
yang kelebihan guru. Kekurangan guru di sekolah merentang dari 4
orang (SLTPN Ciruas 2) sampai dengan 34 orang (SLTPN Pamarayan 2)
Salah satu sebab masih banyaknya kekurangan guru di
Kabupaten Serang ini adalah disamping droping guru tiap tahun yang relatif kurang dibandingkan dengan kebutuhan nyata di lapangan, juga masih banyaknya guru yang minta pindah tugas ke luar wilayah Kabupaten Serang. Data menunjukkan bahwa droping guru yang
dilakukan pemerintah pusat terhadap Kabupaten Serang pada tiga tahun terakhir ini adalah sebanyak 92 orang guru untuk mengisi 10 UGB SLTP,
tidak ada tambahan guru untuk SLTPN yang sudah ada, sedangkan
mutasi guru di Kabupaten Serang pada tiga tahun terakhir sebanyak 101 orang, 61 orang diantaranya mutasi ke luar. kabupaten, dengan rincian : (1) tahun 1997 sebanyak 20 orang; (2) tahun 1998 sebanyak 22 orang;
dan (3) tahun 1999 sebanyak 19 orang. Pada tahun 2000 ini sedang
diproses permohonan guru untuk pindah tugas sebanyak 32 orang.
Kepindahan ini bertendensi selalu dari pelosok ke tengah, dari
daerah asalnya. Adanya arus perpindahan guru menjadi kendala besar
bagi penyelenggaraan pendidikan di sekolah, sebab kepindahan ini
mengakibatkan terjadinya kelebihan guru di sekolah-sekolah tertentu dan
kekurangan guru di sekolah-sekolah lainnya.
Di pihak lain, salah satu upaya strategis dalam rangka
peningkatan kualitas pendidikan
adalah pelaksanaan proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru, artinya bila guru mampu mengelola
PBM dengan baik maka akan diperoleh kemungkinan yang paling tinggi
meningkatnya kualitas pendidikan. Kalau ini disepakati, permasalahannya adalah bagaimana agar guru mempunyai ketentraman dan kepuasan kerja sehingga mereka bersedia mencurahkan segala kemampuannya untuk meningkatkan pengelolaan PBM dengan baik.
Dasar pikiran di atas dapat diyakini semua orang mengingat guru
merupakan pemeran utama dan pihak yang memiliki otoritas penuh terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar di kelasnya. Pada diri gurulah tertanam harapan peningkatan kualitas PBM yang menjadi kunci
utama peningkatan kualitas pendidikan dasar.
Berkenaan dengan permasalahan di atas adalah bagai mana
mengupayakan agar guru tidak meminta pindah tugas, malahan mereka
mencurahkan segala kemampuan dan dedikasinya untuk pelaksanaan
tugasnya.
Adanya perpindahan pegawai dalam hal ini guru, dimungkinkan
terjadi sebagai mana diatur di dalam UU No 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, Bab 111, pasal 22 yang berbunyi " untuk
kepentingan pelaksanaan tugas kedinasan dan dalam rangka pembinaan
pegawai negeri sipil dapat diadakan perpindahan atau perpindahan
wilayah kerja."
Perpindahan wilayah kerja ini merupakan kesempatan yang
sangat bermanfaat untuk pengembangan staf dalam rangka aktualisasi
diri. Siagian (1996:173) mengutarakan manfaat perpindahan tempat
tugas/perpindahan pegawai/pindah bekerja sebagai berikut:
(a) pengalaman baru; (b) cakrawala pandangan yang lebih luas; (c) tidak terjadi kebosanan atau kejenuhan; (d) perolehan pengetahuan dan ketrampilan baru; (e) perolehan perspektif baru mengenai kehidupan organisasional; (f) persiapan untuk menghadapi tugas baru, misalnya karena promosi; (g) motivasi dan kepuasan kerja yang lebih tinggi berkat tantangan dan situasi baru yang
dihadapi.
Bila perpindahan tugas ini dalam kaitan dengan kepentingan
kedinasan atau dalam rangka pembinaan, maka perpindahan pegawai
merupakan suatu pemberdayaan sumber daya manusia. Akan tetapi
perpindahan guru ini beban sekolah menjadi bertambah, maka adanya
perpindahan guru ini hams dipertimbangkan secara matang.
Berdasarkan pengamatan sederhana, alasan perpindahan guru
yang dapat penulis himpun dari surat permohonan pindah adalah berkisar
diantara: Mendekati tempat tinggal, turut suami (bagi guru wanita),
berkumpul dengan keluarga, penyegaran tempat tugas, melanjutkan
pendidikan, kesehatan menurun (sering sakit-sakitan), dan menambah
pengalaman. Yang paling dominan dari alasan di atas adalah mendekati
tempat tinggal dan turut suami. Hal ini sejalan telaahan Sutjipto dalam
naskah rekomendasi pada Konferensi Pendidikan di Indonesia (22
Februari 1999) bahwa terdapat dua kecenderungan mutasi guru.
Pertama, mutasi daerah pedesaan ke perkotaan, atau dari daerah
tertutup ke daerah terbuka, dengan motivasi untuk "menikmati" kehidupan
dan sosialisasi yang lebih luas, akses yang lebih luas kepada pelayanan
sosial, melanjutkan pendidikan, atau untuk guru perempuan karena
mengikuti suami. Kedua, mutasi guru terjadi ke daerah asal guru dari
tempat pertama mereka bertugas di luar daerah asalnya. Yang dimaksud dengan daerah asal adalah tempat calon guru dilahirkan, tempat keluargannya tinggal, atau tempat pada saat itu calon guru berdomisili.
Bila melihat alasan perpindahan tersebut di atas, secara
dan belum optimalnya pembinaan pegawai di mana guru itu berada. Pola
rekruitmen dan penempatan guru seharusnya mampu memperhitungkan
kemungkinan yang akan terjadi beberapa tahun kemudian. Pola
rekruitmen hendaknya mampu memperhitungkan kemungkinan kecenderungan mutasi guru dan memperhitungkan peluangnya untuk
bertahan lama di tempat tugas. Di samping itu, guru yang sudah
ditempatkan hendaknya dapat dibina seoptimal mungkin sehingga
mereka memiliki kepuasan kerja dan mendapatkan tantangan dalam
rangka pelaksanaan tugas yang hal ini merupakan faktor yang dapat
merekat perasaan betah seseorang di tempat tugasnya.
Departemen Pendidikan Nasional merupakan organisasi besar
(mencakup seluruh Indonesia)
melaksanakan pelayanan umum di
bidang pendidikan dan kebudayaan melaiui pendayagunaan potensi
organisasi yang dimilikinya, termasuk guru sebagai sumber daya
manusia, akan menerima akibat dari adanya perpindahan guru (di
Kabupaten Serang) yang terjadi di luar perencanaan sistem organisasi
karena akan mengganggu bagi peningkatan kinerja organisasi, sebab
perpindahan ini mengakibatkan terjadinya ketimpangan dalam
pemerataan tenaga guru.
Sehubungan dengan hal tersebut. perlu diupayakan pemecahan
nasional. Kondisi inilah yang menarik perhatian penulis untuk melakukan
penelitian sehingga dapat diketahui apa saja faktor-faktor yang
menyebabkan guru SLTPN Kabupaten Serang mengajukan permohonan
pindah tempat tugas dan bagai mana saran yang diberikan dalam upaya
penanggulangannya.
B. RUMUSAN MASALAH DAN PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
fokus penelitian ini adalah menemukan faktor-faktoi penyebab guru
SLTPN mengajukan permohonan pindah tempat tugas (mutasi) dari
Kabupaten Serang ke daerah lain. Berdasarkan analisis faktor penyebab
yang penulis dapatkan akan dikaji pola pembinaan tenaga guru dalam
rangka mensukseskan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar
khususnya, dan pengembangan tenaga guru pada umumnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut : "Faktor-faktor yang menyebabkan
guru SLTPN Kabupaten Serang mengajukan permohonan pindah tempat
tugas dan upaya penanggulangannya". Rumusan tersebut dijabarkan
menjadi beberapa peitanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana keadaan tenaga guru SLTP Negeri di Kab. Serang
menurut penyebaran sekolah dan penyebaran mata pelajaran pada
2. Bagaimana pola mutasi guru SLTPN di Kab. Serang ditinjau dari segi:
a. Dari kondisi dan lokasi SLTPN mana saja arus mutasi
berlangsung ?
b. Bagaimana karakteristik guru (jenis kelamin, usia, masa kerja,
kawin/tidak kawin, asal daerah) yang banyak mengajukan mutasi?
c. Apa saja yang dijadikan alasan/penyebab guru mengajukan
mutasi ?
1) Sampai sejauh mana proses rekruitmen dan penempatan guru
mempengaruhi keinginan mutasi guru SLTPN di Kabupaten
Serang ?
2) Sampai sejauh mana penerimaan adat istiadat, bahasa, dan budaya daerah mempengaruhi keinginan mutasi guru SLTP di
Kabupaten Serang ?
3) Sampai sejauh mana kondisi lingkungan kerja mempengaruhi
keinginan mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang ?
4) Sampai sejauh mana faktor keluarga mendorong keinginan
mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang ?
5) Sampai sejauh mana kepuasan kerja guru mampu
menghambat keinginan mutasi guru SLTPN di Kabupaten
6) Sampai sejauh mana peluang pengembangan karier yang diperoleh guru mampu menghambat keinginan mutasi guru
SLTPN di Kabupaten Serang?
3. Dampak apa saja yang dirasakan secara langsung akibat adanya
mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang ?
a. Sampai sejauh mana dampak mutasi mengganggu kelancaran
pelaksanan proses belajar mengajar di sekolah ?
b. Sampai sejauh mana dampak mutasi terhadap beban
pembiayaan sekolah ?
c. Sampai sejauh mana dampak mutasi mempengaruhi guru iain
untuk meminta mutasi ?
d. Sampai sejauh mana dampak mutasi terhadap daya tampung
siswa di sekolah ?
4. Upaya apa saja yang telah dilakukan untuk mengatasi tingginya
mutasi di SLTPN di Kabupaten Serang?
a. Apa saja upaya yang telah dilkukan kepala sekolah untuk
mengatasi tingginya mutasi di SLTPN di Kabupaten Serang?
b. Apa saja upaya yang telah dilkukan pengawas sekolah untuk mengatasi tingginya mutasi di SLTPN di Kabupaten Serang?
c. Apa saja upaya yang telah dilakukan Kandepdiknas setempat
untuk mengatasi tingginya mutasi di
SLTPN di Kabupaten
Serang?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum :
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi deskriptif
tentang faktor-faktor penyebab guru SLTPN mengajukan permohonan
pindah tempat tugas (mutasi) dan upaya penanggulangannya dalam
rangka mengembangkan pola pembinaan tenaga guru sehingga guru
SLTPN merasa betah dalam melaksanakan tugasnya.
2. Tujuan Khusus :
Penelitian
ini
dimaksudkan
untuk
mengungkapkan,
mendeskripsikan, dan mengkaji faktor-faktor penyebab guru SLTPN
mengajukan permohonan pindah tempat tugas (mutasi) dalam upaya
mengembangkan pola pembinaan tenaga guru.
Oleh karena itu,
tujuan khusus yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :
a. Memperoleh gambaran keadaan tenaga guru di SLTPN se
Kabupaten Serang, meliputi pola penyebaran, kekurangan, dan
kelebihan guru di sekolah dan pola penyebaran guru berdasarkan
mata pelajaran di tiap sekolah.
b. Memperoleh gambaran pola mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang yang berlangsung selama ini, ditinjau dari lokasi SLTPN mana saja arus mutasi berlangsung, karakteristik guru (jenis kelamin, usia, masa kerja, kawin/tidak kawin, asal daerah) yang
banyak mengajukan mutasi, dan faktor penyebab mengapa mutasi
guru SLTPN banyak terjadi di Kabupaten Serang
c. Memperoleh gambaran dampak yang dirasakan secara langsung
akibat adanya mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang, baik
terhadap pelaksanaan proses belajar-mengajar, beban biaya yang
harus dipikul sekolah akibat kekurangan guru sehingga sekolah tersebut harus mengangkat guru honorer, dan pengaruh mutasi
terhadap keinginan guru lain untuk ikut mutasi, serta pengaruh
peningkatan daya tampung sekolah yang bersangkutan
d. Memperoleh gambaran upaya-upaya apa yang telah dilakukan pihak kepala sekolah, pengawas, dan Kandepdiknas Kabupaten untuk mengatasi banyaknya mutasi guru SLTPN yang terjadi di
Kabupaten Serang
D. MANFAAT DAN PENTINGNYA PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskiptif, sasarannya adalah upaya-upaya
dalam rangka melaksanakan pembinaan tenaga guru dalam rangka menciptakan rasa betah melaksanakan tugas ditempat tugasnya.
Upaya-upaya menciptakan rasa betah guru di tempat tugasnya
merupakan permasalahan yang menuntut konsekuensi pembinaan
personil secara menyeluruh. Oleh karena itu dipandang perlu dilakukan
penelitian dengan menekankan pentingnya penelitian ditinjau dari:
1. Aspek Teoretis :
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi upaya pengembangan ilmu administrasi pendidikan khususnya
pengelolaan sumber daya manusia. Selain itu, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberi manfaat bagi penelitian lebih lanjut,
terutama yang berkenaan dengan pengembangan sumber daya
manusia pada jenjang sekolah lanjutan tingkat pertama di lingkungan
Departemen Pendidikan Nasional.
2. Aspek Praktis Operasional:
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan altematif
pemecahan masalah bagi peningkatan pembinaan tenaga guru,
khususnya guru SLTPN di Kabupaten Serang.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran bagi penemuan model rekruitmen dan penempatan guru,
pembinaan tenaga guru dan pengembangan karier guru dalam rangka
pembinaan personil menuju peningkatan profesionalisme guaf
^fl^i^tl! •*
a a « upenelitian ini dapat digunakan oleh para pembina pendidikan baik
struktural maupun fungsional di Kabupaten Serang khususnya, di kabupaten lain pada umumnya. Diharapkan penelitian hasil ini dapat dijadikan dasar pertimbangan bagi pengambilan kebijakan pembinaan tenaga guru khususnya menyangkut rekruitmen, penempatan, mutasi, pembinaan guru, dan pengembangan karier guru.
Alasan pentingnya penelitian ini sehingga menarik minat penulis untuk melakukan penelitian adalah karena masalah ini menjadi
akar masalah bagi peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan
dalam rangka mensukseskan wajib belajar 9 tahun.
E. KERANGKA PENELITIAN
Penelitian ini mempersoalkan tingginya mutasi guru SLTPN Kabupaten Serang yang membawa dampak terhadap berbagai masalah penyelenggaraan pendidikan. Yang dimaksud dengan mutasi di sini
adalah adanya permohonan pindah melaksanakan tugas guru di
Kabupaten Serang baik ke luar kabupaten maupun di dalam kabupaten
(mutasi sukarela); Mutasi sukarela ini cenderung memiiih sekolah sesuai kehendak guru yang bersangkutan sehingga cenderung mengakibatkan pemerataan dan distribusi guru yang tidak seimbang.
Permasalahan penelitian yang penulis lakukan dapat digambarkan
[image:25.595.83.538.151.559.2]rnelalui kerangka penelitian sebagai berikut:
Gambar 1 : KERANGKA PENELITIAN
KEADAAN GURU
POLA MUTASI :
• Kondisi dan lokasi sekolah
• Karekteristik guru yg mutasi • Alasan/penyebab
mutasi
DAMPAK MUTASI TERHADAP: > Kelancaran PBM
• Beban pembiaya
an sekolah
> Mempengaruhi guru lain » Daya tampung
sekolah UPAYA UNTUK MENGATASI Tingkat Sekolah oleh Kepala Sekolah ybs Oleh Pengawas Sekolah Oleh Kandepdiknas Kabupaten tL £>
P R O S P E K P O L A P E M B I N A A N G U R U
• Pola rekruitmen dan
penempatan guru • Pola pembinaan
Profesional guru • Pola pengembangan
Karier guru
4
GURU SLTPN KAB SERANG MERASA BETAH MENGAJAR
DAN TIDAK MEMINTA MUTASI
Tema sentral dari penelitian in: adalah prospek pembinaan
tenaga guru di masa depan yang siap menghadapi paradigma baru
pengelolaan pendidikan yang didesentralisasikan rnelalui penerapan UU
No 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah. Prospek pembinaan tenaga
guru yang diharapkan adalah pembinaan guru yang lebih mengarah
kepada penghargaan terhadap profesionalisme guru. Harus ada
perbedaan yang signifikan antara pekerjaan guru dengan pekerjaan
lainnya. Tugas pokok dan fungsi guru sebagai pendidik, pengajar, dan
pelatih harus diarahkan secara jelas kepada pekerjaan profesional yang
mandiri, otonom, terhormat, dan bebas dari intervensi pihak luar.
Pola pembinaan guru yang demikian akan terwujud bila terdapat
kejelasan, keajegan, dan ketapatan dalam pola rekruitmen dan pola
penempatan guru. Di samping itu, juga harus terdapat kejelasan,
keajegan, dan ketepatan arah pembinaan profesional guru dan arah
pengembangan karier guru
Esensi permasalahan yang ingin penulis angkat adalah bagaimana mengendalikan mutasi guru atas permintaan sendiri yang kalau dibiarkan akibatnya akan mengganggu terhadap pola penyebaran
guru. Pengendalian dimaksud adalah melakukan pencegahan dengan
melakukan pengelolaan terhadap pola pembinaan tenaga guru. Kalupun harus terjadi, proses mutasi tersebut diajukan dengan alasan yang rasional, sekolah yang ditinggalkan tidak kekurangan guru, dan masa
kerja guru di sekolah tersebut sudah cukup (Dit. Dikgutentis menetapkan
8 tahun dan Kandepdiknas Kabupaten Serang menetapkan 5 tahun).
Untuk dapat mengendalikan mutasi guru atas permintaan sendiri
tersebut perlu dilakukan penelitian terhadap kondisi penyebaran guru,
pola mutasi yang terjadi selama ini ( Kondisi dan lokasi sekolah yang
banyak mengalami mutasi, karakteristik guru yang meminta mutasi dan
alasan / penyebab mengapa guru meminta mutasi). Dampak mutasi, dan
upaya-upaya yang dilakukan selama ini untuk mencegah mutasi.
Dampak mutasi yang tinggi akan sangat dirasakan sekolah dalam
mengoptimalisasikan layanan pendidikan. Setidaknya dampak tersebut
akan dirasakan dalam meningkatkan pelayanan dan kualitas
penyelenggaraan proses belajar mengajar. Sering terjadi guru terpaksa
harus mengajar di luar kelayakan mata pelajaran dan kualifikasi ijazah
karena guru yang seharusnya mengajar telah (mengajukan) mutasi.
Beban pembiayaan sekolah pun menjadi tinggi karena sekolah harus
mengangkat lebih banyak guru honorer. Yang paling dihawatirkan
dengan adanya mutasi guru di sekolah tersebut akan mempengaruhi
guru lain seangkatannya untuk meminta mutasi pula dan akan
menurunkan kinerja mereka. Dampak lain dengan adanya mutasi adalah menumnnya daya tampung karena saekolah harus mengurangi jumlah rombongan belajarnya.
Berkait dengan upaya mencegah terjadinya mutasi atas
permintaan sendiri, harus dilihat apa saja yang menjadi faktor penyebab
terjadinya mutasi. Faktor penyebab yang dapat diidentifikasi sementara
dan membutuhkan pembuktian rnelalui penelitian adalah proses
rekruitmen dan penempatan yang terpusat dan kurang memanfaatkan
potensi daerah, lingkungan kerja guru kurang kondusif, baik lingkungan kerja internal (suasana dan kepuasan kerja serta penerimaan guru
senior) maupun faktor eksternal (kesamaan, penerimaan dan
kemampuan beradaptasi dengan budaya, adat istiadat, bahasa, dan
keyakinan guru). Kemungkinan lain adalah kurangnya orientasi kepada
guru baru, tidak jelasnya arah pengembangan karier, dan
rendah/tertutupnya pemberian kesejahteraan.
Sehubungan dengan hal tersebut perlu diupayakan
pemecahannya rnelalui pola pembinaan guru sebagaimana disebutkan
diatas sehingga guru SLTPN Kabupaten Serang memiliki perasaan betah
mengajar di sekolahnya dan memiliki daya tahan yang tinggi dalam
rangka melaksanakan tugasnya.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Penelitian yang penulis lakukan dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan sebagaimana dijelaskan pada bab I. Data dan informasi yang penulis harapkan adalah gambaran yang utuh mengenai masalah yang diteliti. Rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu (1) bagaimana distribusi tenaga guru SLTPN di Kabupaten Serang ,
(2) bagaimana pola mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang, (3)
dampak apa saja yang dirasakan secara langsung akibat adanya mutasi
guru SLTPN di kabupaten Serang, (4) upaya apa saja yang telah
dilakukan oleh Kepala Sekolah, Pengawas dan Kandepdiknas dalam
mengatasi tingginya mutasi SLTPN di Kabupaten Serang. Rumusan di atas menuntut peneliti untuk melakukan komunikasi yang intensif dengan
sumber data, melakukan eksplorasi dalam rangka memahami masalah
secara utuh dan mendapatkan gambaran yang jelas tentang masalah
yang diteliti serta dapat dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang
bermakna.
Berkenaan dengan hal tersebut peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif dalam melakukan kegiatannya, sebagaimana Bogdan dan
Taylor dalam buku Moleong (2000:3) mendefinisikan :
Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati .... Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu dipandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Ada 5 (lima) karakteristik yang menjiwai penelitian kualitatif
sebagaimana dikemukakan Satori (1989 : 141) yaitu (1) Peneliti sendiri menandatangani secara langsung sumber datanya, (2) data yang
dikumpulkan lebih cenderung dalam bentuk kata-kata dari pada
angka-angka, (3) lebih menaruh perhatian kepada proses, tidak semata-mata
.pada hasil, (4) melakukan analisis induktif, dan (5) mengungkapkan
makna dari keadaan yang diamati.
B. SUMBER DATA
Sumber data atau populasi yang diharapkan dapat memberikan informasi dalam penelitian ini adalah para guru SLTPN dan pihak yang
terkait dengan faktor-faktor yang menyebabkan guru SLTPN di
Kabupaten Serang meminta mutasi .
Dari sumber data yang ada dilakukan penelusuran masalah
melalui tahapan sampel purposif. Guba sebagaimana dikatakan Muhadjir
(1998 : 122) mengemukakan 4(empat) karakteristik sampel purposif yaitu
(1) desain sempel bersifat sementara, spesifikasi sampel dengan
memperhatikan konteksnya, (2) Unit-unit sampel diseleksi secara
berkelanjutan sesuai dengan informasi yang diperoleh di lapangan, (3)
Memfokuskan sampel secara berkelanjutan, dan (4) seleksi sampel
menuju kejenuhan informasi.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, peneliti sebagai
pengumpul data utama ("human instrument") melakukan pengumpulan
data dengan mengambil sempel tertentu secara tidak apriori terhadap
berbagai kemungkinan sumber informasi yang ada untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan, berdasarkan informasi yang diperoleh dari
lapangan, peneliti memilih unit-unit sampel yang diperkirakan dapat
memberikan data lebih lengkap. Berdasarkan unit sampel yang diperoleh
peneliti memfokuskan kepada sampel untuk menggali data yang lebih
mendalam sampai mencapai kejenuhan informasi, artinya informasi digali dari sampel fokus, dikaji, bila masih diperlakukan dikejar dan
dikumpulkan lagi, dan bila ternyata hanya memuat informasi yang sama
berarti informasi telah dianggap cukup atau informasi sudah jenuh.
C. TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
Peneliti dalam kegiatan penelitian ini memposisikan sebagai instrumen penelitian dalam melaksanakan pengumpulan data.
Keuntungan manusia sebagai instrumen dikemukakan oleh Moleong
(2000:121) yaitu:
Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen mencakup segi
responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan,
mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses data secepatnya, memanfaatkan kesempatan untuk mengklasifikasikan dan mengikhiisarkan, serta memanfaatkan kesempatan mencari
respons yang tidak lazim".
Untuk mempermudah pelaksanaan pengumpulan data peneliti memilih teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Ketiga teknik pengumpulan data tersebut
dilaksanakan secara saling mengisi sehingga menghasilkan data yang
saling menunjang, melengkapi, dan mengklarifikasi.
1. Wawancara
Untuk melaksanakan kegiatan wawancara, peneliti menyiapkan
pedoman wawancara sebagai garis besar acuan kegiatan, meskipun
pelaksanaannya tidak terikat pada pedoman wawancara dimaksud.
Ketidakterikatan ini berkenaan dengan upaya peneliti untuk berusaha
mengetahui bagaimana responden memandu persoalan atau
keadaan dari segi perspektifnya menurut pikiran dan perasaan
(Satori, 1989: 149).
Data yang dikumpulkan melakukan wawancara adalah :
a. Faktor apa saja yang menjadi penyebab Guru mengajukan
mutasi
(1) Sampai sejauh mana proses rekruitmen mempengaruhi
keinginan mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang
(2) Sampai sejauh mana proses penempatan mempengaruhi keinginan mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang
(3) Sampai sejauh mana penerimaan adat istiadat, bahasa,
dan budaya daerah mempengaruhi keinginan mutasi guru
SLTP di Kabupaten Serang
(4) Sampai sejauh mana penerimaan guru senior
mempengaruhi keinginan mutasi guru SLTPN di
Kabupaten Serang
(5) Sampai sejauh mana pembinaan melalui orientasi
pelaksanaan tugas mampu menghambat keinginan mutasi
guru SLTPN di Kabupaten Serang
(6) Sampai sejauh mana kepuasan kerja guru mampu
menghambat keinginan mutasi guru SLTPN di Kab.
(7) Sampai sejauh mana kesejahteraan guru yang diterima
mampu menghambat keinginan mutasi guru SLTPN di
Kabupaten Serang
(8) Sampai sejuah mana peluang pengembangan karier yang
diperoleh guru mampu menghambat keinginan mutasi guru
SLTPN di Kabupaten Serang
(9) Sampai sejuah
faktor keluarga mendorong keinginan
mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang
Upaya apa saja yang hendaknya dilakukan untuk mengatasi
tingginya mutasi di SLTPN di Kabupaten Serang
(1) Apa saja upaya yang hendaknya dilakukan kepala sekolah
untuk mengatasi tingginya mutasi di SLTPN di Kab.
Serang
(2) Apa saja upaya yang hendaknya dilakukan pengawas sekolah untuk mengatasi tingginya mutasi di SLTPN di
Kab. Serang
(3) Apa saja upaya yang hendaknya dilakukan kandepdiknas
setempat untuk mengatasi tingginya mutasi di SLTPN di
Kabupaten Serang
(4) Apa saja upaya yang hendaknya dilakukan Kanwil
Depdiknas untuk mengatasi tingginya mutasi di SLTPN di
Kab. Serang .
2. Observasi
Untuk mendapatkan informasi yang lebih bermakna, peneliti
melakukan kegiatan Observasi. Pelaksanaan observasi didasarkan
kepada kerangka teori dari masalah yang diteliti.
Adapun data yang akan dikumpulkan meliputi :
a. Keadaan Penyebaran Tenaga guru SLTPN di Kabupaten
Serang
b. Faktor-faktor yang menjadi penyebab Guru SLTPN di
Kabupaten Serang mengajukan mutasi
c. Upaya-upaya yang dilakukan Kepala Sekolah, Pengawas
Sekolah, dan Kendepdiknas Kabupaten Serang dalam rangka
mengatasi tingginya mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang
3. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh data pelengkap dan
klarifikasi suatu informasi yang telah dikumpulkan. Adapun dokumen
yang diteliti adalah :
a. Berbagai
ketentuan / peraturan / pedoman
pembinaan
kepegawaian
b. Berbagai ketentuan / peraturan / pedoman
pembinaan guru
SLTPN
c. Notulis rapat pembinaan guru yang dilakukan Kandepdiknas atau
Sekolah
d. Program/Rencana Anggaran dan Pendapatan Sekolah (RAPBS)
e. Desain kebijakan pengangkatan guru di lingkungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
D. PELAKSANAAN PENGUMPULAN DATA
Pelaksanakaan pengumpulan data menekankan kepada
efektivitas peneliti sebagai "human invesment". Sehubungan dengan hal
tersebut, maka pengumpulan data penelitian ini mengikuti prosedur yang
dirumuskan Lincoln dan Guba sebagai mana dikemukakan Satori (1989:
158-159) yaitu:
1. Tahapl : Tahap Orientasi dan " Over View"
Pada tahap ini peneliti baru memiliki gambaran umum tentang
masalah yanng akan diteliti sambil mencari fokus penelitian. Peneliti
mempelajari
dokumen-dokumen,
melakukan
observasi,
dan
wawancara dengan pertanyaan yang terbuka seakan sedang
melakukan penelusuran masalah ("grand tour"). Hasil penelusuran
informasi kemudian dikaji untuk selanjutnya diidentifikasi lebih
mendalam sehingga menjadi fokus penelitian.
Fokus penelitian yang sudah ditetapkan sebelumnya kemudian
ditindaklanjuti
dengan
mengembangkan
paradigma
penelitian
sebagai acuan dalam melaksanakan eksplorasi fokus penelitian.
2. Tahap II : Eksplorasi (" Focused Exploration ")
Tahap ini menggambarkan penelitian yang sebenarnya yakni
melaksanakan pengumpulan data yang lebih terarah dan lebih
spesifik (Satori, 1989 : 150). Pengumpulan data dilaksankan melalui
observasi, wawancara, dan studi dokumenter.
Observasi dilakukan untuk mendami aspek-aspek yang berkenaan
dengan fokus penelitian, wawancara dilaksanakan lebih terfokus dan
lebih terarah untuk menggali lebih dalam berkenaan dengan
aspek-aspek yang bersangkut paut dengan fokus penelitian. Dokumen yang
dipelajari adalah dokumen yang berhubungan langsung dan
mempunyai makna terhadap fokus penelitian.
Eksplorasi data
dilakukan dengan cara mengejar sumber data dan menggali data
sesuai dengan fokus penelitian.
3. Tahap III: " Member Check "
" Member check " dimaksudkan untuk mengecek kredibilitas data
yang diperoleh sejalan dengan fokus penelitian (Satori: 1989:161).
Langkah ini dilakukan dalam rangka memverifikasi data melalui cara
mengecek dan mengkonfirmasi hasil wawancara tentang kesesuaian
informasi yang peneliti catat dengan informasi yang diberikan. Dalam
pelaksaaan wawancara sedapat mungkin menarik kesimpulan secara
bersama-sama antara peneliti dengan sumber yang diwawancarai
sehingga mengurangi kesalahan penelitian. Demikian pula dengan catatan lapangan hasil observasi dan studi dokumentasi dimintakan pula klarifikasi kepada pemberi sumber/pemberi informasi atau
kepada pihak yang berkompeten.
E. PROSEDUR ANALISIS DATA
Analisis data dimaksudkan untuk mengorganisasi data sehingga
dapat menjawab dan menemukan pokok-pokok hasil penelitian. Moleong
(2000:190) merumuskan terdapat tiga langkah proses analisis data yaitu
(1) mengadakan reduksi data, (2) melaksanakan katagorisasi data, dan
(3) melakukan penafsiran data.
1. Melaksanakan Reduksi Data
Seluruh data yang didapat dari berbagai sumber, baik
wawancara, observasi, maupun studi dokumentasi ditelaah kemudian
dibuatkan abstraksinya. Abstraksi merupakan usaha membuat
rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu
dijaga sehingga tetap berada di dalamnya (Moleong, 2000:190).
Melalui reduksi data akan diperoleh satuan-satuan data baik berupa
sumber data, jenis responden, lokasi data, dan sumber asal data
yang didapat. Melalui reduksi data akan diperoleh kemudahan untuk
mencari data dan mengecek kembali data yang diperlukan.
2. Melaksanakan Kategorisasi Data
Berdasarkan satuan data yang diperoleh melalui hasil reduksi
data, tahapan selanjutnya menyusun data dan memilah-milahnya ke dalam katagori-katagori tertentu berdasarkan karakteristik data yang
diperoleh. Subino yang dikutif Saleha (2000:107) menguraikan bahwa
setelah data dipilah menjadi katagori dilakukan penguraian katagori
tersebut secara tertulis untuk memahami semua aspek yang terdapat
di dalamnya. Dalam penguraiannya peneliti berupaya untuk
menjelaskan hubungan antara satu sama lain sehingga tidak
kehilangan konteks.
3. Penafsiran Data
Berdasarkan katagorisasi yang telah disusun di atas, langkah
selanjutnya adalah menafsirkan data dan mengolahnya menjadi hasil
penelitian sementara. Hasil penelitian sementara ini dimatangkan
penulis melalui kegiatan penyusunan analisis hasil penelitian sebagai
dasar untuk menarik kesimpulan dan merekmondasi hasil penelitian.
F. KEABSAHAN HASIL PENELITIAN
Untuk mendapatkan keabsahan hasil penelitian, dilakukan
pemeriksaan data. Ada 4kriteria untuk mendapatkan keabsahan data
yang dikemukakan Moleong (2000 : 173) yaitu (1) derajat kepercayaan
(kredibilitas), (2) keteralihan (transferabilitas), (3) kebergantungan
(dependability), dan (4) kepastian (konfirmabilitas).
1. Derajat Kepercayaan (Kredibilitas)
Derajat kepercayaan (kredibilitas) berkaitan dengan persoalan
• sampai sejauh mana hasil penelitian dapat dipercaya. Apakah hasil
penelitian yang dilakukan dapat mengungkapkan kenyataan yang
sebenarnya. Untuk dapat memenuhi kriteria derajat kepercayaan,
dalam penelitian ini dilakukan teknik :
a. Perpanjangan keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan dimaksudkan untuk mengenal
lingkup masalah yang diteliti dan dapat menghindari adanya
distorsi. Distorsi yang mungkin terjadi bisa bersumber dari distorsi
pribadi karena peneliti membawa nilai-nilai dan persepsi pribadi
terhadap lingkup penelitian, bisa pula distorsi yang bersumber dari
responden karena responden menjawab tidak jujur atau ingin
menyenangkan peneliti.
Melalui perpanjangan keikutsertaan diharapkan akan dibangun
kepercayaan para subyek terhadap peneliti juga kepercayaan diri
peneliti itu sendiri (Moleong, 2000:177) sehingga diharapkan akan
menghasilkan data yang dapat dipercaya.
Perpanjangan keikutsertaan dalam penelitian ini dilakukan penulis
melalui pencatatan lapangan secara kontinu dalam kurun waktu
yang relatif dianggap cukup
b. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan dimaksudkan untuk menemukan
ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan
persoalan atau isue yang sedang dicari dan kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci (Moleong,
2000:177).
Melalui ketekunan pengamatan akan didapat kedalaman hasil
penelitian. Berkait dengan kegiatan ini, penulis melakukan
pengamatan dengan rinci dan teliti secara berkesinambungan
tentang faktor-faktor yang menonjol yang mempengaruhi guru
meminta mutasi, kemudian melakukan penelaahan yang lebih
mendalam terhadap faktor-faktor yang menonjol tersebut sehingga
mendapatkan kedalaman data.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah proses untuk mencek kebenaran data
dengan cara membandingkannya dengan data yang diperoleh dari
sumber lain (Satori, 1989:163). Kegiatan ini penulis lakukan
dengan membandingkan hasil wawancara yang dilakukan penulis
terhadap guru dengan hasil wawancara terhadap kepala sekolah
atau pejabat di bidang kepegawaian. Di samping itu data yang
didapat dari hasil wawancara lainnya dibandingkan dengan hasil
diskusi dan studi dokumentasi
d. Mengadakan "member check"
Kegiatan ini dilakukan untuk mengkonfirmasi dan
mengklarifikasi data yang diperoleh kepada sumber informasi
terhadap kesimpulan pernyataan yang telah penulis lakukan
sehingga mengurangi kesalahan penafsiran.
2. Keteralihan (Transferabilitas)
Keteralihan (transferabilitas) dimaksudkan untuk menjawab
pertanyaan sampai sejauh mana penelitian ini dapat diterapkan pada
konteks lain. Untuk mendapatkan keteralihan suatu hasil penelitian,
diperlukan kesamaan konteks. Peneliti hanya melihat keteralihan
sebagai suatu kemungkinan. Berkenaan dengan keteralihan, Nasution
yang dikutip Satori (2000:165) mengemukakan :
Transferabilitas sebagai suatu kemungkinan. la lebih
memberikan deskripsi yang terinci bagai mana ia mencapai hasil
penelitiannya itu. Apakah hasil penelitian itu dapat diteraapkan,
diserahkan kepada para pembaca dan pemakai. Bila pemakai
melihat ada dalam penelitian itu yang serasi bagi situasi yang
dihadapinya, maka disitu
tampak adanya transfer, walaupun
dapat diduga bahwa tidak ada dua situasi yang sama sehingga
masaih perlu penyesuaian menurut keadaan masing-masing.
3. Kebergantungan (Dependabilitas) dan Kepastian (Konfirmabilitas).
Kebergantungan
(dependabilitas)
dan
kepastian
(konfirmabilitas) pemeriksaan dilakukan dengan teknik auditing.
Auditing dilajukan melalui pembuatan catatan-catatan pelaksanaan
keikutsertaan proses dan hasil studi.
Langkah ini penulis lakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Menyusun data mentah yang didapat dari wawancara, observasi,
dan studi dokumentasi
b. Mereduksi data dengan membuat abstraksi satuan-satuan data
berdasarkan sumber data, jenis rensponden, lokasi data, dan
sumber asal data didapat.
c. Merumuskan data hasil sintesis data dalam bentuk rekonstruksi
data berupa katagorisasi data berdasarkan tema, topik, dan pokok
masalah penelitian.
d. Membuat rumusan tafsiran dan kesimpulan sebagai hasil sintesis
data.
Langkah kegiatan audit untuk mendapatkan kebergantungan data
adalah jawaban pertanyaan apakah metodologi pengumpulan data
telah memenuhi patokan, diperiksa dan ditunjang oleh
langkah-langkah
yang
dipertanggungjawabkan,
sedangkan
untuk
mendapatkan keabsahan
data adalah dengan cara auditor perlu
memastikan apakah hasil penemuan itu benar-benar bersumber dari
data yang didapat. Berkenanan dengan penelitian ini, baik
kebergantungan maupun keabsahan data sudah diaudit dengan
langkah-langkah yang dapat dipertanggungjawabkan.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Kenimpulan hasil penelitian yang penulis lakukan dapat diuraikan
sebagai berikut:
Pertama
: Kabupaten Serang mengalami kekurangan guru SLTP
sebanyak 826 orang untuk melayani 944 rombongan belajar yang ada di
63 SLTPN, meskipun dasar perhitungan kebutuhan guru menggunakan
jam wajib mengajar sebanyak 24 jam pelajaran perminggu .
Kekurangan guru di SLTPN ini disebabkan oleh 2 ( dua ) hal
yaitu: (1) Pembangunan Unit Gedung Baru ( UGB )dan pertumbuhan
sekolah dalam rangka mensukseskan wajib belajar 9 tahun tidak disertai
dengan pengangkatan guru yang memadai; (2) Tingginya mutasi guru
ke luar Kabupaten Serang atau ke wilayah perkotaan. Terjadi peristiwa
mutasi sebanyak 101 orang yang dilakukan oleh guru. Sebagian besar
dari mereka berasal dari wilayah Serang bagian selatan dan bagian utara
ke luar Kabupaten Serang atau ke kota kabupaten.
Disamping masalah kekurangan guru, Kabupaten Serang juga
mengalami penyebaran guru yang tidak merata. Ketidakmerataan
penyebaran guru dapat dilihat dari 2hal, yaitu :(1) Penyebaran dari segi
jumlah antara SLTPN yang ada di wilayah perkotaan dengan SLTPN
yang ada di pelosok. SLTPN yang ada di pelosok mengalami kekurangan
guru yang lebih banyak dibanding dengan SLTPN yang ada di wilayah
perkotaan. Hal ini mengakibatkan SLTPN yang berada di pelosok
menanggung beban penyelenggaraan pendidikan yang lebih berat
karena mereka harus mengangkat guru honorer yang lebih banyak,
padahal kemampuan keuangan sekolah dari dana bantuan BP3 yang
diperoleh relatif lebih kecil; (2) Penyebaran guru dari segi mata
pelajaran. Dari semua mata pelajaran yang diajarkan di SLTPN
Kabupaten Serang, guru BP/BK mengalami paling banyak kekurangan
guru, disusul dengan guru Bahasa Indonesia, guru matematika, dan guru
Bahasa Inggris. Kekurangan guru mata pelajaran ini diperparah lagi
dengan tidak meratanya penyebaran guru per-mata pelajaran di setiap
sekolah. Terdapat kelebihan guru mata pelajaran tertentu di SLTPN,
terutama di SLTPN di wilayah perkotaan, padahal pada SLTPN lainnya
guru mata pelajaran tersebut sama sekali tidak ada .
Kecenderungan penyebaran guru yang tidak merata ini dipacu
oleh (1) UGB dibangun dipelosok sehingga permintaan mutasi gum dari
pelosok lebih banyak, (2) Pertumbuhan UGB tidak disertai tambahan
guru baru, (3) Terdapat kesenjangan pembangunan fasilitas umum dan
sosial antara wilayah.
Kedua : Guru - guru di SLTPN Kabupaten Serang banyak yang
melaksanakan mutasi, Hampir semua pola mutasi guru SLTPN di
Kabupaten Serang adalah atas permintaan sendiri atau inisiatif guru yang
bersangkutan. Mutasi atas permintaan sendiri sering meninggalkan
masalah pengelolaan pendidikan di SLTPN yang ditinggalkan, antara lain
mengakibatkan bertambahnya kekurangan guru dan hilangnya potensi
personil di SLTPN yang bersangkutan .
Permintaan mutasi banyak dilakukan oleh guru yang berasal dari
eks Keresidenan Priangan, eks Keresidenan Cirebon, dan eks
Keresidenan Banten itu sendiri. Dari 101 peristiwa mutasi terdapat 61
orang guru yang meminta mutasi ke luar Kabupaten Serang, sedangkan
50 lainnya mengajukan mutasi di lingkungan Kabupaten Serang. Mutasi
di lingkungan Kabupaten Serang hampir semuanya mengarah dari luar
kota ke dalam kota kabupaten .
Pelaksanaan mutasi terjadi di 39 SLTPN ( 61,90% ) yang ada di
Kabupaten Serang. Mutasi yang tertinggi terjadi pada SLTP yang ada di
wilayah Serang selatan ( selatan dataran rendah dan selatan
pegunungan ). Adapun yang menjadi faktor penyebab guru SLTPN
Kabupaten Serang mengajukan permohonan mutasi adalah
(1)
Ketidaktepatan pola pengangkatan dan penempatan guru. Pola
pengangkatan dan penempatan guru selama ini dilaksanakan secara
sentralistik. Pola pengangkatan secara sentralistik ini mengakibatkan
penempatan tidak sejalan dengan keinginan dan harapan guru yang
tercermin dari tempat mereka mendaftarkan diri, mereka merasa terpaksa
melaksanakan tugas. Kondisi ini mengakibatkan ditemukannya
kendala-kendala pembinaan guru berkenaan dengan: (a) tingginya keinginan
guru untuk meminta mutasi ke daerah asal guru yang bersangkutan di
luar Kabupaten Serang; (b) berpisahnya guru dengan keluarganya
karena keluarga guru yang bersangkutan dengan berbagai sebab tidak
bisa tinggal di Kabupaten Serang, sehingga kondisi ini mengakibatkan
guru tidak betah; (c) tidak sinkronnya antara kebutuhan , pengadaan dan
penempatan guru, sehingga kondisi kekurangan guru di Kabupaten
Serang semakin banyak seiring dengan tuntutan pertumbuhan sekolah
dalam rangka pelaksanaan Wajar Dikdas dan tingginya mutasi keluar
Kabupaten Serang; (d) munculnya kesenjangan penyelenggaraan
pendidikan antara daerah Serang Kota dengan daerah di pelosok
Kabupaten Serang ( Serang bagian utara dan Serang bagian selatan ).
Indikator kesenjangan ini nampak dari (i) perbandingan jumlah guru di
SLTPN yang ada di kota dengan guru yang ada di pelosok; (ii)
perbandingan tingkat penghasilan tambahan yang bisa dibawa pulang
guru; dan (Hi) tingginya keinginan guru pelosok untuk pindah ke Serang
kota atau ke luar Kabupaten Serang ; dan (e) rentannya guru pendatang
dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan di sekolah maupun di
luar sekolah akibat dari perbedaan adat.istiadat, budaya dan bahasa. 2)
Faktor berpisahnya guru dengan keluarganya menjadi pendorong bagi
guru untuk mengajukan mutasi. Mereka berkeyakinan bahwa mereka
bekerja demi kesejahteraan keluarga. Berpisahnya guru dengan keluarganya mengakibatkan mereka tidak mendapatkan kesejahteraan. Yang dimaksud dengan keluarga guru dan menjadi pendorong keinginan
mutasi adalah anak, istri/suami dan orang tua / mertua . Mempersatukan
keluarga guru ternyata tidak mudah, karena faktor-faktor : a) suami/istri
PNS bekerja ditempat lain, (b) suami/istri bekerja disektor swasta yang tidak memiliki cabang atau perwakilan, (c) berwiraswasta dan sudah
mapan, (d) suami/istri dan anak tidak bisa diajak pindah, (e) orang tua
sakit-sakitan, dan (f) guru yang bersangkutan sakit-sakitan dan tidak ada
yang menguru. Faktor berpisahnya guru dengan keluarganya ada
kaitannya dengan pengangkatan dan penempatan guru yang sentralistik
sehingga guru ditempatkan di luar daerah asal mereka . 3) Faktor kondisi
lingkungan kerja dan kepuasan kerja yang kurang mendukung menjadi
pendorong bagi guru untuk mengajukan mutasi. Kepuasan kerja yang
kurang mendukung dirasakan guru diakibatkan oleh : (a) potensi
kemampuan anak didik yang kurang, (b) fasilitas sekolah kurang memadai, dan (c) masyarakat/orang tua kurang mendukung program
sekolah.
Lingkungan kerja kurang mendukung dirasakan guru karena: (a)
lemahnya kepemimpinan Kepala Sekolah, (b) tugas tugas yang diberikan
kepala sekolah kurang menantang, dan (c) guru senior kurang
memberikan bimbingan dan membagi pengalaman .
Kondisi-kondisi tersebut diatas lebih banyak dirasakan oleh guru
yang ada di pelosok dibanding dengan guru SLTPN yang ada di Serang
Kota. Lebih-lebih SLTPN di pelosok, disamping dana BP3-nya rendah,
juga dana tersebut lebih banyak digunakan untuk membayar guru tidak
tetap. Akibatnya kesejahteraan yang mereka peroleh lebih rendah
dibanding dengan guru-guru yang ada di Serang Kota. (4) Faktor
redahnya peluang guru untuk mengembangkan karier menjadi pendorong
bagi guru untuk mengajukan mutasi. Guru-guru SLTPN yang mengajar di
pelosok Kabupaten Serang memiliki kesempatan yang rendah untuk
mengembangkan karier sehingga mereka banyak yang mengajukan
mutasi ke kota kabupaten atau ke luar Kabupaten Serang. Adapun
faktor-faktor yang menghambat pengembangan karier guru dari pelosok
kabupaten adalah: (a) rendahnya tambahan penghasilan yang mereka
peroleh karena keterbatasan biaya yang disediakan melalui dana BP3
karena daya topang masyarakat sekitar sekolah (anggota BP3) lemah;
(b) keterbatasan dana yang mereka miliki untuk dapat mengikuti
program-program pengembangan karier yang ditawarkan, baik
menyangkut kebutuhan untuk transportasi maupun untuk kebutuhan dana
untuk pengembangan karir itu sendiri; (c) Kekurangan guru yang terjadi di
sekolahnya mengakibatkan beban mengajar guru menjadi banyak
sehingga menghambat peluang bagi guru yang bersangkutan untuk
mengikuti program pengembangan karier; dan (d) terlambatnya informasi
yang mereka perolah untuk mengembangkan karier.
Ketiga : Tingginya mutasi berdampak kepada beban efisiensi dan
efektivitas pengelolaan pendidikan di SLTPN yang berangkutan. Dampak
yang dirasakan SLTPN sehubungan dengan tingginya mutasi adalah: (1)
Terganggunya kelancaran pelaksanaan proses belajar mengajar. Guru
potensial dan telah mapan serta mata pelajarannya dibutuhkan berpindah
tugas dengan meninggalkan masalah pelaksanaan PBM. Pemecahan
yang dilakukan melalui (a) menugaskan guru yang ada untuk mengajar
mata pelajaran yang ditinggalkan guru mutasi; dan (b) mengangkat guru
honorer untuk mengganti guru mutasi ternyata belum bisa memecahkan
masalah secara optimal terutama menyangkut ketidakcocokan guru
dengan mata pelajaran yang diajarkan ("mis-match teaching"); (2) Beban
pembiayaan sekolah yang harus dikeluarkan sekolah baik dari dana rutin
maupun dari dana BP3 menjadi tinggi. Kondisi ini lebih banyak dialami
oleh SLTPN di pelosok, padahal dilihat dari kemampuan BP3, SLTPN
yang gurunya banyak meminta mutasi, memiliki kemampuan BP3 yang
rendah. Hal ini mengakibatkan rendahnya tambahan dana BP3 yang
diterima guru-guru tersebut; (3) Mempengaruhi gum lain untuk meminta
mutasi, sehingga kondisi ini menempatkan kepala sekolah kepada pilihan
yang dilematis, apabila kepala sekolah tidak mengijinkan guru yang
meminta mutasi, guru tersebut akan menunjukkan kinerja yang menurun
dan apabila kepala sekolah mengijinkannya akan mengakibatkan guru
lain untuk ikut meminta mutasi, sehingga sulit bagi kepala sekolah untuk
mencegahnya. Sampai saat ini masih terdapat potensi yang besar
mengenai keinginan mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang; (4)
Mutasi yang tinggi tidak berdampak secara langsung kepada daya
tampung akan tetapi berdampak langsung kepada kekurangan guru .
Dampak tingginya mutasi terhadap guru SLTPN di Kabupaten Serang
tersebut, secara kumulatif mengakibatkan terganggunya pencapaian
kualitas pendidikan .
Keempat : Terdapat upaya-upaya yang telah dilakukan oleh para
pengelola pendidikan dalam rangka mencegah tingginya mutasi guru SLTPN Kabupaten Serang: (1) Kepala Sekolah telah melakukan upaya untuk mencegah tingginya mutasi guru antara lain dengan cara: (a)
secara selektif memberikan ijin mutasi, (b) meningkatkan uang
kesejahteraan dari dana BP3, (c) memberikan bimbingan peningkatan
kemampuan profesional, dan (d) menciptakan suasana sekolah yang
nyaman; (2) Pengawas sekolah telah melakukan upaya untuk mengatasi
tingginya mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang yaitu antara lain
dengan: (a) secara selektif memberikan ijin mutasi, (b) melaksanakan
kunjungan sekolah dan membimbing, memberikan motivasi, dan
memberikan pesan moral panggilan profesi, dan (c) membimbing kepala
sekolah agar mampu membina guru dengan manajemen yang lebih baik;
(3) Upaya yang telah dilakukan Kantor Departemen Pendidikan Nasional
dalam rangka menanggulangi tingginya mutasi guru SLTPN adalah: (a)
menetapkan kriteria usul mutasi, (b) menetapkan mekanisme pengajuan
mutasi, (c) memberikan arahan, bimbingan dan pelaksanaan kegiatan
untuk
meningkatkan
pelayanan
hak
dan
kewajiban
guru,
(d)
memperjelas dan mempermudah prosedur yang berkenaan dengan
urusan dan kepentingan pelayanan kepegawaian guru, dan (e)
memberdayakan
wadah-wadah
pembinaan
profesional
dan
jalur
pengembangan karier guru .
B. IMPLIKASI
Berdasarkan kesimpulan yang penulis peroleh, berikut ini akan disajikan
implikasi yang dapat diambil dari hasil penelitian ini:
1. Perlu adanya suatu pola pengangkatan dan penempatan guru yang
berorientasi kepada kebutuhan daerah. Pola ini sangat mendesak,
mengingat di satu sisi dengan pemberlakukan UU Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah menekankan kewenangan
pengelolaan pendidikan diletakkan di tingkat kabupaten/kota akan
memberi peluang dan tantangan untuk melaksanakan suatu
pembinaan guru yang lebih baik, sedangkan di sisi lain perlu ada
upaya untuk memelihara guru yang sudah ada untuk tidak meminta
mutasi dari sekolahnya.
Adanya mobilitas guru karena pertumbuhan sekolah, pensiun, dan
mutasi guru, menuntut penanggung jawab pendidikan menyiapkan
sutau pola rekruitmen yang terbuka dan mampu menjaring berbagai
potensi calon guru yang ada di dalam maupun di luar Kabupaten
Serang dan sekaligus menentapkan suatu persyaratan yang mampu
menumbuhkan komitmen kepada guru baru untuk bersedia mengabdi
di Kabupaten Serang.
2. Perlu ada penataan pembangunan wilayah Kabupaten Serang secara
terpadu, pembangunan lebih menyebar ke kecamatan pelosok,
sehingga berbagai hasil program pembangunan, termasuk program
pembangunan di bidang pendidikan
dapat dinikmati dan
dimanfaatkan masyarakat secara optimal.
Program pembangunan diarahkan untuk menata sarana dan
prasarana umum sehingga dapat mengundang sektor swasta untuk
teriibat lebih aktif lagi dan mampu mendorong partisipasi masyarakat
yang lebih baik.
3. Perlu adanya pembinaan guru yang dilaksanakan secara terprogram,
terpadu, dan berjenjang dari mulai tingkat sekolah oleh teman
sejawat dan kepala sekolah, pengawas, dan institusi pembina teknis
pendidikan di tingkat Kabupaten Serang.
Program pembinaan guru diarahkan dalam rangka meningkatkan
kemampuan teknis di bidang pendidikan dan menumbuhkan suatu lingkungan kerja dan kepuasan kerja yang lebih baik, sehingga guru
akan merasa betah mengajar di tempat tugasnya.
4. Perlu adanya suatu pola pengembangan karier yang mampu
memberikan peluang kepada guru untuk mengembangkan diri sesuai dengan berbagai kemungkinan pilihan jabatan dan pekerjaan yang
dapat menantang dirinya untuk berprestasi.
Pengembangan karier guru ini diusahakan tidak menimbulkan
terjadinya alih jabatan potensial ke luar jabatan guru. Sehubungan
dengan hal tersebut, perlu didorong bahwa pengembangan karier
guru masih tetap dalam jalur pembinaan tenaga kependidikan
(termasuk di dalamnya menjadi guru profesional) yang memiliki
dampak penghargaan dari segi sosial dan finansial.
C. REKOMENDAS!
Bertolak dari kesimpulan dan implikasi yang telah dikemukakan di
atas, berikut ini disampaikan beberapa rekomendasi yang diharapkan
dapat memberikan masukan bagi prospek pembinaan guru dalam rangka
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan di SLTP,
khususnya dalam konteks menanggulangi tingginya mutasi guru.
Pertama ; Agar penanggung jawab pendidikan di tingkat daerah (Dinas
Pendidikan) dapat membuat suatu kebijaksanaan pola pengangkatan dan
penempatan guru dengan mempertimbangkan kebutuhan dan
kepentingan daerah.
Berkenaan dengan hal itu, proses pengangkatan guru diawali
dengan penetapan formasi ( kebutuhan ) guru SLTP secara ideal
berdasarkan perhitungan kebutuhan yang nyata yang dijaring dari
lapangan oleh dinas pendidikan kabupaten/kota, untuk selanjutnya
diajukan kepada pemegang otoritas kebijaksanaan di bidang tenaga
kependidikan (Mendiknas atau Bupati/Walikota). Masih
adanya
kesenjangan antara "supplay" dan "demand" menuntut agar kepala
dinas pendidikan dan unsur terkait (pejabat bidang kepegawaian di
pemda kabupaten/Kota) untuk menetapkan prioritas penjatahan guru bagi
SLTPN yang mengalami banyak kekurangan guru dan bagi SLTP yang
keuangan BP-3-nya tidak memiliki kekuatan untuk mengangkat guru
honorer.
Calon pelamar yang ada di masyarakat, baik sebagai guru tidak
tetap pada sekolah yang ada, maupun sedang bekerja di sektor lain, dan
calon pelamar yang baru lulus dari perguruan tinggi diundang untuk
mengikuti seleksi calon tenaga guru. Agar penerimaan pegawai berjalan
efektif, maka panitia hams mempertimbangkan aspek sosial, budaya dan
geografis calon pelamar yang bertempat tinggal di daerah rencana
penempatan. Pelaksanaan seleksi dan penetapan kelulusan harus
terhindar dari campur tangan pihak-pihak yang tidak berkepentingan
sehingga tidak merusak kemurnian hasil seleksi. Agar penempatan dapat
dilakukan dengan tepat, ma