UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KLASIFIKASI PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI MEDIA BALOK WARNA
( Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A TK Kristen BPK Penabur Jl. Guntur 34
Bandung Kec Lengkong Kel Malabar)
SKRIPSI
Oleh :
WIWIH 0604434
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LEMBAR PENGESAHAN
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KLASIFIKASI PADA
ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI MEDIA BALOK WARNA
( Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A TK Kristen BPK Penabur Jl. Guntur 34
Bandung Kec Lengkong Kel Malabar)
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
dr. Nur Faizah Romadona
LEMBAR PENGESAHAN
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KLASIFIKASI PADA
ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI MEDIA BALOK WARNA
( Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A TK Kristen BPK Penabur Jl. Guntur 34
Bandung Kec Lengkong Kel Malabar)
Menyetujui,
Dewan Pembimbing Skripsi Dewan Pembimbing Skripsi
Heny Djoehaeni, S.Pd., M.Si Dra. Masitoh, M.Pd
NIP. 19700724 199802 2 001 NIP. 19480626 198011 2 001
Ketua Program Studi PGPAUD
Dr. Ocih Setiasih, M.Pd
ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KLASIFIKASI
PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI MEDIA BALOK WARNA (Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A TK Kristen BPK Penabur Jl. Guntur 34 Kel Malabar
Kec Lengkong Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)
Wiwih 0604434
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GRAFIK ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Organisasi Penulisan ... 6
BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KEMAMPUAN KLASIFIKASI PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK DAN MEDIA BALOK WARNA ... 8
A. Konsep Pengembangan Kognitif Anak Taman Kanak-Kanak ... 8
1. Teori Pengembangan Kognitif ... 8
2. Pengertian Kemampuan Kognitif ... 11
3. Tahapan Perkembangan Kognitif ... 11
4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif ... 13
5. Upaya Pengembangan Kognitif pada Anak Taman Kanak-Kanak ... 14
B. Pengembangan Kemampuan Klasifikasi Anak Taman Kanak-Kanak ... 16
2. Kegiatan Klasifikasi sebagai Keterampilan dalam Bermain
Matematika ... 16
3. Standar Kompetensi Umum Kemampuan Klasifikasi di Taman Kanak-Kanak ... 18
C. Konsep Media BalokWarna ... 19
1.Pengertian Media Pembelajaran ... 19
2.Manfaat Media Pembelajaran ... 20
3.Media BalokWarna sebagai Alat Permainan Edukatif... 20
D. PenelitianTerdahulu ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25
A. Lokasi dan Subjek ... 25
B. Desain Penelitian ... 25
C. Metode Penelitian ... 27
D. Penjelasan Istilah ... 28
E. Instrumen Penelitian ... 29
F. Teknik Pengumpulan Data ... 31
1. Observasi ... 31
2. Dokumentasi ... 31
3. Catatan Lapangan ... 32
4. Pedoman Refleksi ... 32
G. Teknik Analisis Data ... 32
1. Reduksi Data... 33
2. Mendeskripsikan Data ... 33
3. Membuat Kesimpulan... 34
H. Validasi Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36
A. Hasil Penelitian ... 36
1. Profil TK Kristen BPK Penabur Bandung ... 36
a. Lokasi TK Kristen BPK Penabur Bandung ... 36
d. Peserta Didik ... 38
e. Program Pembelajaran ... 39
2. Kondisi Objektif Pembelajaran di TK Kristen BPK Penabur Bandung Sebelum Digunakan Media BalokWarna ... 39
3. Penerapan Media BalokWarna dalam Meningkatkan Kemampuan Klasifikasi Anak di TK Kristen BPK Penabur Bandung ... 42
a. Proses Penerapan Media Balok Warna pada Siklus 1 ... 43
b. Proses Penerapan Media Balok Warna pada Siklus 2 ... 50
4. Peningkatan Kemampuan Klasifikasi Anak di TK Kristen BPK Penabur Bandung Setelah Digunakan Media Balok Warna ... 58
B. Pembahasan... 60
1. Kondisi Objektif Pembelajaran Klasifikasi Anak di TK Kristen BPK Penabur Bandung ... 60
2. Penerapan Media Balok Warna dalam Meningkatkan Kemampuan Klasifikasi di TK Kristen BPK Penabur Bandung ... 62
a. Siklus 1 ... 63
b. Siklus 2 ... 64
3. Peningkatan Kemampuan Klasifikasi Anak di TK Kristen BPK Penabur Setelah Digunakan Media Balok Warna ... 67
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 71
A. Kesimpulan ... 71
B. Rekomendasi ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal 2.1 Balok Warna ... 21
3.1 Desain Pola Penelitian Tindakan Kelas ... 26
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
2.1 Elemen Teori Triarchich Stenberg ... 10
2.2 Standar Kompetensi Konsep Bentuk, Warna dan Urutan ... 18
3.1 Kisi-Kisi Instrumen ... 29
4.1 Daftar Sarana dan Prasarana TK Kristen BPK Penabur Bandung ... 36
4.2 Profil Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 37
4.3 Daftar Peserta Didik Kelompok A Tahun Ajaran 2012/2013 ... 38
4.4 Jadwal Ekstra Kurikuler TK Kristen BPK Penabur Bandung ... 39
4.5 Hasil Pra-Siklus ... 41
4.6 Rencana Kegiatan Harian Siklus I ... 43
4.7 Hasil Siklus I ... 48
4.8 Persentase Kategori Siklus I ... 49
4.9 Rencana Kegiatan Harian Siklus II ... 51
4.10 Hasil Siklus II ... 55
4.11 Persentase Kategori Siklus II ... 56
4.12 Hasil Keseluruhan Kemampuan Klasifikasi Tiap Siklus ... 58
4.13 Hasil Siklus I ... 63
DAFTAR GRAFIK
Grafik Hal 4.1 Perbandingan Hasil Pra Siklus dengan Pasca Siklus ... 59
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar
dan strategis, karena pada masa usia dini adalah masa keemasan dan fondasi awal
bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Dalam Undang-Undang
no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (sisdiknas) pasal 1 (butir
24) dinyatakan bahwa :
Pendidikan anak usia dini dalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Masitoh menjelaskan bahwa pendidikan anak usia dini khususnya Taman
Kanak-Kanak pada dasarnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan
tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara
menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian
anak sebagaimana dikemukakan oleh Anderson dalam (Nurwindia, 2011 : 1-2), “Early childhood education is based on a number of methodical didactic consideration the aim of which is provide opportunities for development of
children personality”. Artinya, pendidikan Taman Kanak-Kanak memberi
kesempatan untuk mengembangkan kepribadian anak, oleh karena itu pendidikan
untuk anak usia dini khususnya di Taman Kanak-Kanak perlu menyediakan
berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan
anak
Aspek-aspek yang harus dikembangkan dalam pembelajaran yang
dilakukan di Taman Kanak-Kanak yaitu : pengembangan moral dan nilai-nilai
agama, pengembangan fisik, pengembangan bahasa, pengembangan kognitif,
pengembangan sosial-emosional, dan pengembangan seni (Depdiknas, 2002 : 13).
Dunia kognitif anak-anak pra-sekolah ialah kreatif, bebas dan penuh
2
pra-sekolah atau Taman Kanak-Kanak. Piaget mengemukakan bahwa pada tahap
ini, anak-anak melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar (Santrock, 1995 :
45). Anak sudah mampu menggunakan simbol-simbol dalam pikirannya untuk
mempresentasikan banda-benda atau kejadian. Anak mampu mengklasifikasikan
menurut tanda tertentu, misalnya mengelompokkan semua balok berwarna merah
tanpa memperhatikan bentuknya atau semua balok persegi tanpa memperhatikan
warnanya (Atkinson et al., 1994 dalam Sriningsih, 2008:30). Sedangkan Santrock
mengemukakan bahwa pada subtahap ini, anak-anak mulai menggunakan
penalaran primitif dan ingin tahu jawaban atas semua bentuk pertanyaan.
Anak-anak mengetahui sesuatu, tetapi pengetahuan mereka tidak didasarkan atas
pemikiran yang rasional. Karakteristik yang menonjol pada masa ini adalah
centration yaitu memusatkan perhatian terhadap satu karakteristik dan
mengesampingkan karakteristik yang lain. Ciri lainnya adalah konservasi yaitu
keyakinan akan keabadian atribut objek atau situasi tertentu terlepas dari
perubahan yang bersifat dangkal (Santrock, 1995:231).
Salah satu kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak yang bertujuan
mengembangkan aspek perkembangan kognitif adalah kemampuan klasifikasi.
Pentingnya kemampuan klasifikasi ini ditegaskan oleh Copley dan Wortham
(Sriningsih, 2008) bahwa antara usia 5-8 tahun, kemampuan berpikir anak
bergerak dari tahap praoperasional menuju operasional konkrit atau disebut
sebagai masa transisi. Kemampuan berpikir anak bergerak dari kemampuan
berpikir yang didominasi oleh persepsi visual menuju kemampuan berpikir logis.
Hal ini mendorong anak untuk menggunakan skema mental dalam menyelesaikan
berbagai operasi melalui benda-benda konkrit. Meskipun anak membutuhkan
berbagai benda konkrit untuk memahami konsep-konsep baru, tidak jarang ia
menghabiskan waktu yang lama hanya untuk memanipulasi suatu benda. Skema
mental dapat juga digunakan untuk mengklasifikan, melakukan seriasi (menyusun
benda berdasarkan urutan tertentu), menghitung dan fungsi lainnya.
Kemampuan klasifikasi di Taman Kanak-Kanak yang terdapat dalam
3
memahami pola, hubungan dan fungsi, serta terdapat tiga karakteristik dalam
pelaksanaannya. Program-program tersebut adalah :
a. Memilih-milih, mengklasifikasikan, dan mengatur benda-benda berdasarkan
ukuran, jumlah dan sifat-sifat lainnya.
b. Mengenali, menggambarkan, dan meluaskan pola-pola seperti urutan bunyi
dan bentuk, atau pola-pola angka sederhana dan menerjemahkan dari satu
representasi ke representasi lainnya.
c. Menganalisa, mengulangi dan mengembangkan pola-pola.
Sedangkan kemampuan klasifikasi yang terdapat dalam Kurikulum 2004
dengan Standar Isi Peraturan Menteri no. 58 tahun 2009, yaitu kemampuan
kognitif dengan program konsep bentuk, warna, ukuran dan pola.
Program-program tersebut adalah :
a. Mengklasifikasi benda berdasarkan bentuk, warna atau ukuran :
(1) mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk, warna atau ukuran, (2)
mengklasifikasikan benda berdasarkan ciri-ciri tertentu, dan (3)
mengklasifikasikan benda menurut jenisnya.
b. Mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang sama atau kelompok
yang sejenis, atau kelompok yang berpasangan dengan dua versi
c. Mengenal pola AB-AB dan ABC-ABC
d. Mengurut benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna.
Permasalahan yang terjadi di TK Kristen BPK Penabur, proses
pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan klasifikasi untuk anak Taman
Kanak-Kanak belum merujuk pada indikator pembelajaran yang sebagaimana
tercantum dalam Kurikulum 2004 dengan Standar Isi Peraturan Menteri no. 58
tahun 2009. Keempat tingkat pencapaian perkembangan tersebut di atas belum
dikembangkan dalam bentuk rumusan indikator pembelajaran yang terukur.
Kegiatan yang dilakukan di TK Kristen BPK Penabur dalam peningkatan
kemampuan klasifikasi masih merujuk pada lembar kerja atau buku aktivitas
kegiatan.Selain itu, guru terkadang mengalami kesulitan dalam memilih media
untuk meningkatkan kemampuan klasifikasi pada anak. Media yang sering
4
meronce dan guru kurang mengeksplorasi penggunaan alat meronce tersebut,
padahal jika ditelusuri lebih dalam lagi alat meronce tersebut memiliki banyak
kegunaan atau manfaat dalam kegiatan pembelajaran, misalnya mengenalkan
bentuk geometri, bentuk dan warna. Dari deskripsi tersebut dapat terlihat bahwa
guru kesulitan dalam mengajarkan kemampuan klasifikasi pada anak sehingga
kemampuan klasifikasi anak di TK Kristen BPK Penabur masih perlu
ditingkatkan. Selain itu, respon anak saat mengikuti kegiatan pengembangan
klasifikasi masih banyak yang merasa jenuh dan bosan sehingga seringkali anak
tidak ingin menyelesaikan tugasnya hingga selesai. Media balok warna menjadi
pemilihan sumber media yang tepat dalam meningkatkan kemampuan klasifikasi
anak dikarenakan kemudahannya dalam penggunaan maupun pengadaannya yang
sering tersedia di setiap aktivitas pembelajaran. Maka dari itu, penulis ingin
mencoba melakukan penelitian yang dapat meningkatkan kemampuan klasifikasi
anak TK Kristen BPK Penabur dengan menggunakan media balok warna. Selain
bermanfaat bagi anak dalam menemukan media yang dapat menumbuhkan rasa
antusias atau minat anak terhadap pembelajaran, penulis berharap penelitian ini
dapat bermanfaat juga sebagai bahan masukan bagi guru dalam memilih dan
memanfaatkan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dalam kegiatan
klasifikasi pada anak Taman Kanak-Kanak.
Balok merupakan suatu permainan konstruktif dimana kegiatannya adalah
menyusun balok-balok dan dapat diperkenalkan pada anak sejak usia tiga tahun
(Annisa: 2009). Balok yang akan digunakan pada penelitian ini adalah balok yang
terbuat dari kayu dan mempunyai beberapa warna. Balok adalah salah satu dari
alat permainan edukatif. Eliyawati (2005: 62), mengatakan bahwa pengertian alat
permainan edukatif untuk anak usia dini adalah alat permainan yang dirancang
untuk tujuan meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak usia dini.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jannah, N (2011) tentang
pengaruh penggunaan media balok terhadap kreativitas anak usia TK kelompok B
TK Angkasa I menunjukkan bahwa hasil akhir kreativitas anak setelah pemberian
5
karena kelompok kontrol hanya mendapatkan pembelajaran dengan metode
konvensional.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Klasifikasi pada Anak Taman Kanak-Kanak melalui Media Balok Warna”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang, secara umum permasalahan pokok penelitian ini adalah, “bagaimana upaya meningkatkan kemampuan klasifikasi pada anak taman kanak-kanak melalui penggunaan balok warna?”. Secara rinci rumusan masalah di atas dijabarkan ke dalam rumusan pertanyaan berikut :
1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan klasifikasi pada anak di TK Kristen
BPK Penabur?
2. Bagaimana penerapan pembelajaran klasifikasi menggunakan media balok
warna di TK Kristen BPK Penabur?
3. Bagaimana peningkatan kemampuan klasifikasi pada anak di TK Kristen
BPK Penabur setelah menggunakan media balok warna?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan kondisi objektif kemampuan klasifikasi pada anak di TK
Kristen BPK Penabur.
2. Mendeskripsikan penerapan pembelajaran klasifikasi menggunakan media
balok warna di TK Kristen BPK Penabur.
3. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan klasifikasi pada anak di TK
6
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang
cukup signifikan sebagai masukan pengetahuan atau literatur ilmiah yang dapat
dijadikan bahan kajian bagi para insan akademik yang sedang mempelajari
ilmu pendidikan anak, khususnya mengenai peningkatan kemampuan
klasifikasi pada anak TK melalui media balok warna.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman juga wawasan untuk
meningkatkan kemampuan klasfiikasi pada anak di TK.
b. Bagi kepala sekolah, dapat menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang
menunjang keberhasilan peningkatan kemampuan klasifikasi di TK.
c. Bagi para guru, dapat lebih kreatif untuk merancang serta menciptakan media
baru dalam memberikan pembelajaran sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan kemampuan klasfiikasi pada anak TK.
E. Organisasi Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari :
Bab I berisi uraian tentang pendahuluan, yaitu latar belakang, identifikasi
dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika
penulisan. Bab II membahas kajian pustaka tentang kemampuan klasifikasi pada
anak TK dan media balok warna. Bab III berisi penjabaran secara rinci mengenai
metode penelitian, yaitu lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode
penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan dan analisis data. Bab IV membahas hasil penelitian dan
pembahasan, yaitu data hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum kondisi
lapangan, tahap implementasi kegiatan, dan pembahasan yang terdiri dari kondisi
objektif pembelajaran dan kemampuan klasifikasi menggunakan media balok
7
klasifikasi pada anak TK Kristen BPK Penabur setelah diterapkan media balok
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak Kristen BPK Penabur
yang bertempat di Jl. Guntur 34 Kelurahan Malabar Kecamatan Lengkong Bandung.
Anak Taman Kanak-Kanak Kristen BPK Penabur yang berada di kelompok A
merupakan subjek pada penelitian ini dengan jumlah populasi 20 orang anak dan 1
orang guru, usia anak, yaitu berkisar antara usia 4-5 tahun, jenis kelamin, yaitu 9
laki-laki dan 11 perempuan.
B. Desain Penelitian
Menurut Wiriatmadja, 2009:66 (Kurnianingsih T, 2012:27) dalam penelitian
tindakan kelas, terdapat beberapa model atau desain yang dapat digunakan oleh
peneliti sebagai acuan siklus tindakan pada saat melakukan penelitian di lapangan.
Siklus tersebut akan dilaksanakan secara kontinyu sampai peneliti menemukan solusi
yang dapat mengubah proses pembelajaran kearah yang lebih optimal sehingga
permasalahan yang terjadi di lapangan dapat diperbaiki secara optimal. Selain itu,
dengan menggunakan siklus peneliti juga akan memperoleh alternatif jalan keluar
untuk menentukan jalan keluar dalam menentukan rencana tindakan yang akan
dilaksanakan pada setiap tindakan. Agar lebih jelas dalam memahami siklus yang
akan digunakan dalam penelitian, berikut ini adalah salah satu model siklus yang
26
Desain Pola Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 3.1
Model Spiral dari Kemmis dan Taggart (1988)
(Wiriaatmadja dalam Kurnianingsih, 2012 : 28)
Penjelasan dari tahapan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas model spiral
dari Kemmis dan Taggart adalah sebagai berikut (Arikunto, 2008 : 16) :
1. Rencana yaitu rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki,
meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi. Pada tahap
perencanaan dilakukan dengan menyusun perencanaan tindakan berdasarkan
identifikasi masalah pada obeservasi awal sebelum penelitian dilaksanakan.
27
ini segala keperluan pelaksanaan peneliti tindakan kelas dipersiapkan mulai dari
bahan ajar, rencana pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran, pendekatan
yang akan digunakan, subjek penelitian serta teknik dan instrumen observasi
disesuaikan dengan rencana.
2. Tindakan yaitu apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya
perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Pelaksanaan tindakan
disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat sebelumya. Pelaksanaan tindakan
merupakan proses kegiatan pembelajaran kelas sebagai realisasi dari teori dan
strategi belajar mengajar yang telah disiapkan serta mengacu pada kurikulum yang
berlaku, dan hasil yang diperoleh diharapkan dapat meningkatkan kerjasama
peneliti dengan subjek penelitian sehingga dapat memberikan refleksi dan evaluasi
terhadap apa yang terjadi di kelas.
3. Observasi yaitu mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Tahap observasi merupakan kegiatan
pengamatan langsung terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam PTK.
Tujuan pokok observasi adalah untuk mengetahui ada-tidaknya perubahan yang
terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung.
4. Refleksi yaitu peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau
dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarhan hasil refleksi ini, peneliti
bersama-sama guru dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal.
Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, serta apa
yang belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran
berikutnya. Oleh karena itu hasil dari tindakan perlu dikaji, dilihat dan
direnungkan, baik itu dari segi proses pembelajaran antara guru dan siswa, metode,
alat peraga maupun evaluasi.
C. Metode Penelitian
28
dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. Penelitian tindakan
kelas dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas
pembelajaran. Penelitian tindakan kelas berfokus pada kelas atau pada proses
pembelajaran yang terjadi di dalam kelas (Suharsimi dalam Nurwindia, 2011 : 34).
Merujuk para ahli yaitu Ebbut dalam Hopkins mengemukakan penelitian tindakan
kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan
oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran,
berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan–tindakan tersebut.
Sedangkan Elliott melihat penelitian tindakan sebagai kajian dari sebuah situasi sosial
dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut
(Wiriaatmadja dalam Kurnianingsih, 2012 : 26).
D. Penjelasan Istilah
1. Kemampuan klasifikasi pada penelitian ini mengacu pada kurikulum peraturan
menteri pendidikan nasional RI no. 58 tahun 2009 tentang standar pendidikan
anak usia dini, yaitu :
a. Mengklasifikasi benda berdasarkan bentuk
b. Mengkalsifikasikan benda berdasarkan warna
c. Mengenal pola AB-AB
d. MengenalpolaABC-ABC
e. Mengurut benda berdasarkan 5 seriasi bentuk
f. Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi warna
g. Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi urutan.
2. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan media balok warna adalah
balok-balok yang terbuat dari kayu, memiliki beberapa pola geometri, ukuran dan
warna sebagai berikut :
29
b. Balok, ukuran 3 cm x 3 cm x 6 cm berwarna putih
c. Kubus, ukuran 3 cm x 3 cm x 3 cm berwarna kuning
d. Tabung, ukuran 3 cm x 6 cm berwarna merah
e. Setengah bola, ukuran 6 cm x 3 cm berwarna biru
Gambar 3.1 Balok Warna
E. Instrumen Penelitian
Kisi-Kisi instrumen penelitian teknik observasi pada kemampuan klasifikasi
Variabel Sub Variabel Indikator
Teknik Pengumpulan Data Sumber Data Butir Item Kemampuan Klasifikasi Mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk
Memasangkan balok berdasarkan bentuk (prisma segitiga, balok, kubus, tabung, setengah bola)
Observasi Anak 1
Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna
Memasangkan balok berdasarkan warna (hijau, putih, kuning, merah, biru)
Observasi Anak 2
Mengenal pola AB-AB
Meniru pola dengan berbagai bentuk geometri, misal: (prisma segitiga dan balok), (kubus dan tabung), (tabung dan setengah bola).
Observasi Anak 3
Memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk dua pola yang berurutan, misal: prisma segitiga, balok, prisma segitiga, …..
Observasi Anak 4
Mengenal pola ABC-ABC
Meniru pola dengan berbagai bentuk geometri, misal: (prisma segitiga, balok dan kubus), (tabung, setengah bola dan prisma segitiga).
Observasi Anak 5
30
yang berurutan, misal: tabung, setengah bola, prisma segitiga, tabung, ….., ……..
Mengurut benda berdasarkan 5 seriasi bentuk
Mengurut benda berdasarkan 5 seriasi bentuk (prisma segitiga, balok, kubus, tabung, setengah bola)
Observasi Anak 7
Mengurut benda berdasarkan 5 seriasi warna
Mengurut benda berdasarkan 5 seriasi warna (hijau, putih, kuning, merah, biru)
Observasi Anak 8
Mengurut benda berdasarkan 5 seriasi urutan
Mengurut benda berdasarkan 5 seriasi urutan (bentuk dan warna), misal: prisma segi tiga berwarna hijau, balok berwarna putih, kubus berwarna kuning, tabung berwarna merah, setengah bola berwarna biru).
Observasi Anak 9
Penggunaan Media Balok Warna
Persiapan a. Tujuan Pembelajaran
b. Materi Pembelajaran c. Teknik Pembelajaran d. Media Pembelajaran e. Evaluasi Pembelajaran
Observasi dan Wawancara
Guru 1 – 5
Penggunaan Media BalokWarna dalam Meningkatkan Kemampuan Klasifikasi
a.Mengenalkan dan
mendemonstrasikan kegiatan mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk (prisma segitiga, balok, kubus, tabung, setengah bola)
b.Mengenalkan dan
mendemonstrasikan kegiatan mengklasifikasikan benda berdasarkan warna (hijau, putih, kuning, merah, biru)
c.Mengenalkan pola AB-AB dengan media balok warna
d.Mengenalkan pola ABC-ABC dengan media balok warna e.Mengenalkan dan
mendemonstrasikan kegiatan mengurutkan benda bersadarkan 5 seriasi bentuk (prisma segitiga, balok, kubus, tabung, setengah bola)
f.Mengenalkan dan
mendemonstrasikan kegiatan mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi warna (hijau, putih, kuning,
31
merah, biru) g.Mengenalkan dan
mendemonstrasikan kegiatan mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi urutan
Penilaian a. Melakukan tanya jawab
seputar kegiatan yang telah dilakukan
b. Memberikan kesempatan pada anak untuk mengemukakan pendapatnya selama
mengikuti pembelajaran
Observasi Guru 13-14
F. Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari beberapa penilaian, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik observasi dalam
mengumpulkan data penelitian. Yang menjadi sumber data dalam observasi ini adalah
anak atau peserta didik. Observasi yang akan digunakan adalah jenis observasi
terbuka. Pada posisi ini kehadiran peneliti dalam menjalankan tugasnya di
tengah-tengah kegiatan responden (peserta didik) diketahui secara terbuka, sehingga antara
responden dengan peneliti tejadi hubungan atau interaksi secara wajar (Sukardi,
2008). Hal yang di observasi pada penelitian ini adalah anak dan guru, dengan
menggunakan pedoman observasi yang sudah dibuat. Observasi ini dideskripsikan
dalam catatan anekdot.
2. Dokumentasi
Selain teknik observasi, peneliti juga menggunakan teknik dokumentasi
sebagai alat pengumpulan data penelitian. Teknik dokumentasi ini berupa foto-foto
32
3. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat oleh peneliti yang melakukan
pengamatan atau observasi selama penelitian tindakan kelas berlangsung. Catatan
lapangan dibuat secara deskriptif oleh peneliti pada saat refleksi, berisi tentang
kegiatan pembelajaran yang berlangsung, suasana kelas, ataupun perilaku anak dalam
melakukan aktivitas peningkatan kemampuan klasifikasi melalui media balok warna
di TK Kristen BPK Penabur.
4. Pedoman Refleksi
Refleksi adalah mengingat dan merenungkankembali suatu tindakan persis
seperti yang telah dicatat dalam observasi. Lewat refleksi guru berusaha (a)
memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan
strategik, dengan mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam
situasi pembelajaran kelas, dan (b) memahami persoalan pembelajaran dan keadaan
kelas di mana pembelajaran dilaksanakan. Dalam melakukan refleksi, guru sebaiknya
juga berdiskusi dengan sejawat, untuk menghasilkan rekonstruksi makna situasi
pembelajaran kelas dan memberikan dasar perbaikan rencana siklus berikutnya.
Refleksi memiliki aspek evaluatif. Dalam melakukan refleksi, guru hendaknya
menimbang-nimbang pengalaman menyelenggarakan pembelajaran di kelas,
untuk menilai apakah pengaruh (persoalan yang timbul) memang diinginkan, dan
memberikan saran-saran tentang cara-cara untuk meneruskan pekerjaan.
G. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul tidak akan bermakna tanpa di analisis yakni diolah dan
diinterpretasikan. Oleh karena itu, pengolahan dan interpretasi data merupakan
langkah penting dalam penelitian tindakan kelas. Menganalisis data adalah suatu
proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukkan
berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang
33
Menurut Sanjaya, W (Nurwindia, 2011 : 47-48) bahwa analisis data bisa
dilakukan melalui tiga tahap, yakni :
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus masalah.
Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan semua instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data kemudian dikelompokkan berdasarkan fokus masalah atau
hipotesis. Misalnya data dari hasil observasi, data hasil tes hasil belajar dan data dari
catatan lapangan. Dalam tahap ini mungkin peneliti membuang data yang dianggap
tidak relevan. Pada penelitian ini, reduksi data dimulai dari pembuatan rangkuman
dari setiap data dengan tujuan agar mudah dipahami. Keseluruhan rangkuman data
yang berupa hasil observasi dan catatan lapangan mengenai upaya meningkatkan
kemampuan klasifikasi anak Taman Kanak-Kanak melalui pemanfaatan media balok
warna dikelompokkan berdasarkan kategori permasalahan yang diteliti.
2. Mendeskripsikan Data
Data yang sudah direduksi kemudian dideskripsikan sehingga data yang telah
diorganisir menjadi bermakna. Mendiskripsikan data dapat dilakukan dalam bentuk
naratif, membuat grafik atau menyusunnya dalam bentuk tabel. Dalam penelitian ini
data yang telah direduksi disajikan dalam bentuk deskripsi yang menyeluruh pada
setiap aspek peningkatan kemampuan klasifikasi anak yang diteliti. Selain itu, hasil
yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel. Pengolahan dan perhitungan
dalam membuat grafik ini menggunakan rumus :
34
3. Membuat Kesimpulan
Setelah mendiskripsikan data, peneliti membuat kesimpulan hasil penelitian
berdasarkan deksripsi data. Jika data itu sudah tersaji dengan jelas tetapi belum
ditarik sebuah kesimpulan, maka data itu tidak berarti. Data yang telah terkumpul
diinterpretasikan berdasarkan teori yang disesuaikan dengan hasil temuan. Hasil
interpretasi disajikan sebagai acuan untuk melaksanakan siklus berikutnya dan
selanjutnya diimplementasikan pada proses pembelajaran.
H. Validasi Data
Sanjaya, W (Nurwindia, 2011 : 48) mengungkapkan bahwa validitas pada
penelitian tindakan kelas adalah keajekan proses penelitian seperti yang disyaratkan
dalam penelitian kualitatif. Kriteria validitas untuk penelitian kualitatif adalah makna
langsung yang dibatasi oleh sudut pandang peneliti itu sendiri terhadap proses
penelitian.
Dalam penelitian ini, teknik validitas data menggunakan teknik dari Hopkins
(Wiriaatmadja dalam Nurwindia, 2011 : 48) yaitu melakukan member check, yakni
memeriksa kembali kebenaran dan kesahihan keterangan-keterangan atau informasi
data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber (kepala
sekolah, guru, teman sejawat, siswa, dan lain-lain). Kegiatan ini dilakukan guna
menguji konsistensi informasi yang telah dituangkan dalan bentuk laporan narasi.
Selain melakukan member check, validitas juga dapat dilakukan dengan
triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data dengan cara mengkonfirmasikan kepada
sumber lain, dalam hal ini guru pendamping dan pendapat ahli pada saat bimbingan
berupa temuan-temuan penelitian dan penyusunan laporan.
Validitas juga dapat dilakukan dengan cara melakukan audit trial, yaitu
memeriksa catatan yang ditulis oleh peneliti atau memeriksa kebenaran hasil
penelitian dengan mendiskusikan dengan temuan sejawat yang memiliki pengetahuan
35
Pada tahap akhir, validitas dapat dilakukan dengan cara expert opinion, yaitu
mengkonsultasikan hasil temuan penelitian kepada pakar, dalam hal ini pembimbing
untuk memperoleh arahan terhadap masalah-masalah penelitian yang terjadi di
lapangan. Perbaikan, modifikasi atau penghalusan berdasarkan arahan pembimbing
atau pakar selanjutnya akan memvalidasi hipotesis, konstruk atau kategori dan
analisis yang peneliti lakukan. Dengan demikian akan meningkat derajat kepercayaan
71
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang meningkatkan kemampuan klasifikasi
anak melalui media balok warna di Taman Kanak-Kanak Kristen BPK Penabur
Bandung, dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Kondisi objektif kegiatan pembelajaran klasifikasi di TK Kristen BPK
Penabur berada pada kategori Baik (B) sebanyak 45%, Cukup (C) sebanyak
34,4% dan pada kategori Kurang (K) sebanyak 20,6%. Kondisi ini dapat
didesdkripsikan pada kesulitan guru dalam memilih media untuk
meningkatkan kemampuan klasifikasi pada anak. Media yang sering
digunakan oleh guru dalam menerapkan pembelajaran klasifikasi adalah
alat-alat meronce dan guru kurang mengeksplorasi penggunaan alat-alat meronce
tersebut, padahal jika ditelusuri lebih dalam lagi alat meronce tersebut
memiliki banyak kegunaan atau manfaat dalam kegiatan pembelajaran,
misalnya mengenalkan bentuk geometri, bentuk dan warna. Dari deskripsi
tersebut dapat terlihat bahwa guru kesulitan dalam mengajarkan kemampuan
klasifikasi pada anak sehingga kemampuan klasifikasi anak di TK Kristen
BPK Penabur masih perlu ditingkatkan. Selain itu, respon anak saat mengikuti
kegiatan pengembangan klasifikasi masih banyak yang merasa jenuh dan
bosan sehingga seringkali anak tidak ingin menyelesaikan tugasnya hingga
selesai. Media balok warna menjadi pemilihan sumber media yang tepat dalam
meningkatkan kemampuan klasifikasi anak dikarenakan kemudahannya dalam
penggunaan maupun pengadaannya yang sering tersedia di setiap aktivitas
pembelajaran. Kemampuan klasifikasi yang diobservasi pada penelitian ini
meliputi beberapa indikator diantaranya mengklasifikasikan benda
berdasarkan bentuk, mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, mengenal
pola AB-AB, mengenal pola ABC-ABC, mengurutkan benda berdasarkan 5
seriasi bentuk, mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi warna, dan
72
2. Penerapan media balok warna yang ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan klasifikasi anak di Taman Kanak-Kanak Kristen BPK Penabur
Bandung dilaksanakan dalam dua siklus, dan penerapan media balok warna ini
meliputi empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi
dalam setiap siklus. Observasi pada siklus pertama yang terdiri dari sembian
indikator yang berada pada kategori Baik (B) sebanyak 52,2%, Cukup (C)
sebanyak 40%, dan Kurang (K) sebanyak 7,8%. Sedangkan observasi pada
siklus kedua yang terdiri dari sembilan indikator yang berada pada kategori
Baik (B) sebanyak 70,6%, Cukup (C) sebanyak 29,4%, dan Kurang (K)
sebanyak 0%.
3. Peningkatan kemampuan klasifikasi anak setelah penerapan media balok
warna mengalami perubahan. Hal ini dapat terlihat dari setiap siklus,
kemampuan klasifikasi anak menjadi lebih baik dibandingkan sebelum
diterapkannya media balok warna. Kemampuan klasifikasi anak pada
pra-siklus yang berada pada kategori indikator belum tercapai dan anak perlu
stimulasi (K) sebanyak 20,6%, kategori indikator tercapai dengan bantuan (C)
sebanyak 34,4%, dan pada kategori indikator tercapai (B) sebanyak 45%.
Peningkatan 9 aspek kemampuan klasifikasi anak pada siklus kesatu yang
berada pada kategori indikator belum tercapai dan anak perlu stimulasi (K)
sebanyak 7,8%, kategori indikator tercapai dengan bantuan (C) sebanyak
40%, dan pada kategori indikator tercapai (B) sebanyak 52,2%. Peningkatan 9
aspek kemampuan klasifikasi anak pada siklus kedua yang berada pada
kategori indikator belum tercapai dan anak perlu stimulasi (K) sebanyak 0%,
kategori indikator tercapai dengan bantuan (C) sebanyak 29,4%, dan pada
kategori indikator tercapai (B) sebanyak 70,6%.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil pembahasan yang disimpulkan di atas, terdapat beberapa
73
1. Bagi Guru
a. Guru hendaknya dapat menstimulasi perkembangan kemampuan
klasifikasi anak melalui media dan sumber belajar yang dapat menarik
minat anak, salah satunya melalui media balok warna.
b. Melalui media balok warna, guru telah mengenalkan konsep bentuk mulai
dari kubus, balok, tabung, segi tiga dan setengah bola. Selain itu guru juga
telah mengenalkan konsep warna dan konsep klasifikasi
(mengelompokkan).
2. Bagi Pengelola Taman Kanak-Kanak BPK Penabur Bandung
a. Pengelola diharapkan dapat menyediakan fasilitas-fasilitas bermain yang
dapat merangsang anak untuk meningkatkan kemampuan klasifikasinya.
b. Pengelola hendaknya dapat mengikut sertakan pendidik untuk mengikuti
pelatihan demi meningkatkan profesionalisme pendidik terutama dalam
pemilihan materi, metode, serta media pembelajaran.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian secara lebih
mendalam terhadap penerapan media balok warna untuk meningkatkan
kemampuan klasifikasi anak.
b. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penerapan media balok warna
yang lebih baik lagi dengan memperluas dan memvariasikan area dan
74
DAFTAR PUSTAKA
Andari, A. (2008). Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Logika Matematika melalui Penggunaan Media Balok di Taman Kanak-Kanak. Skripsi Sarjana pada FIP UPI. Bandung. Tidak Diterbitkan
Annisa, Neng. (2009). Upaya Tutor Dalam Meningkatkan Kreativitas AUD Melalui Permainan Balok di KOBER BOUGENVILLE SKB KAB.SUBANG. Skripsi Sarjana pada FIP UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta : Rineka Cipta
Depdiknas. (2005). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudhatul Athfal. Jakarta : Depdiknas Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Depdiknas. (2007). Pedoman Penembangan Bidang Kognitif di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Depdiknas Direktorat Pembinaan TK dan SD
Eliyawati, Cucu. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Jannah, N. (2011). Pengaruh Penggunaan Media Balok terhadap Kreativitas Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Skripsi. Tidak diterbitkan. FIP UPI
Kurnianingsih, T. (2012). Peningkatan Keterampilan Berhitung Anak Usis Taman Kanak-Kanak melalui Metode Demonstrasi. Skripsi.Tidak diterbitkan.FIP UPI.
Nurwindia, A. (2011). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Taman Kanak-Kanak melalui Pemanfaatan Media Balok Cuisenaire. Skripsi.Tidak diterbitkan.FIP UPI.
Santrock, John W. (1995). Life-Span Developmen, Perkembangan Masa Hdup. Jakarta : Erlangga
75
Sujiono, Y. (2008). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta : UT
Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan : Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara
Wiriaatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lain-Lain :
Peraturan Menetri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, nomor 58 tahun 2009, Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
Ojose, B. (2008). Menerapkan Teori Piaget Pengembangan Kognitif untuk Instruksi Matematika. [online]. Tersedia : http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://math.c oe.uga.edu/tme/issues/v18n1/v18n1_Ojose.pdf [29 Maret 2013]
Syaodih, E. Psikologi Perkembangan. [online]. Tersedia