• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS SD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS SD."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) sebagai salah satu mata pelajaran pada Sekolah Dasar (SD) bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia seutuhnya yang mampu berkiprah dalam kehidupan masyarakat modern. Sasaran umum Pendidikan IPS adalah menciptakan warga negara yang mampu mengerti masyarakatnya dan mampu berpartisipasi aktif dalam proses perubahan dan perkembangan masyarakat.

(2)

Menurut Al Muchtar (2004:5), “IPS merupakan bidang studi yang menjemukan dan kurang menantang minat belajar siswa, bahkan lebih dari itu dipandang sebagai “kelas dua” oleh siswa maupun oleh orang tua siswa “ . Hal ini diduga bersumber pada lemahnya mutu proses belajar. Kelemahan pembelajaran IPS selama ini adalah kurang mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran. Selama ini guru tidak mengembangkan berbagai pendekatan maupun metode dalam pembelajaran. Mereka menempuh cara yang mudah saja dengan menggunakan metode ceramah dan mengandalkan penghafalan fakta-fakta belaka. Menurut Somantri (2001:54) salah satu kelemahan dalam pembelajaran IPS adalah menekankan pada strategi ceramah dan ekspositori atau transfer of knowledge yang menjadikan guru sebagai pusat kegiatan belajar mengajar.

(3)

yang hanya menggunakan metode ceramah.(Hadiyana,1994). Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan guru mengalami kesulitan dalam mengajar karena keterbatasan alat peraga serta variasi metode belajar dan media belajar dalam proses pembelajaran, pada akhirnya mempengaruhi motivasi dan prestasi belajar.

Dalam pendidikan IPS, nilai sosial dan budaya yang berkembang di lingkungan masyarakat atau siswa belum dijadikan sebagai sumber belajar, sehingga siswa tidak dapat merespon kejadian-kejadian yang di sekitarnya. Hal ini sesuai yang diutarakan oleh Al Muchtar (2004:220), yaitu :

“Nilai sosial budaya yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat lingkungan peserta didik tidak dijadikan sumber pelajaran IPS. Kalaupun dilakukan amat terbatas hanya sebagai bahan pelengkap tidak merupakan inti bahasan untuk melatih kemampuan penalaran nilai. Dampaknya pendidikan IPS tidak mendekatkan dan mengakrabkan peserta didik dengan lingkungan sosial budayanya. Akibatnya pendidikan IPS belum mampu berperan sebagai media bagi pengembangan kemampuan penalaran nilai bagi peserta didik. “

Dengan melihat pernyataan di atas, maka upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar pendidikan IPS yang melibatkan peserta didik dalam pembelajaran atau student centered, merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak untuk dilakukan. Menurut Wiriaatmadja (2002:307-308) proses belajar mengajar ilmu-ilmu sosial akan tangguh apabila melakukan banyak kegiatan aktif, seperti:

1. Belajar mengajar aktif harus disertai dengan berfikir reflektif dan pengambilan keputusan selama kegiatan berlangsung, karena proses pembelajaran berlangsung dengan cepat dan peristiwa dapat berkembang tiba-tiba.

(4)

3. Proses belajar aktif membangun kebermaknaan pembelajaran yang diperlukan agar peserta didik dapat mengembangkan pemahaman sosialnya.

4. Peran guru secara bertahap bergesar dari berbagai sumber pengetahuan atau model kepada peranan yang tidak menonjol untuk mendorong siswa agar mandiri dan disiplin.

5. Proses belajar mengajar ilmu-ilmu sosial yang tangguh menekankan proses pembelajaran dengan kegiatan aktif di lapangan untuk mempelajari kehidupan nyata dengan menggunakan bahan dan keterampilan yang ada di lapangan.

(5)

melibatkan siswa sebagai pusat kegiatan pembelajaran, diharapkan proses pembelajaran menjadi berkualitas serta peranan guru dalam proses pembelajaran ini bukanlah sebagai instruktur tetapi sebagai fasilitator.

Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dalam proses belajar mengajar IPS di Sekolah Dasar sangat penting, karena lingkungan (fisik, sosial atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan ajar anak. Lingkungan berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Menurut Sumaatmadja (1980:16) bahwa:

“Ilmu pengetahuan sosial adalah bidang-bidang yang digali dari kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan obyeknya, merupakan suatu bidang pengetahuan yang tidak berpijak kepada kenyataan. IPS yang tidak bersumber kepada kenyataan tidak mungkin mencapai sasaran dan tujuannya, dan tidak akan memenuhi tuntutan kemasyarakatan.”

(6)

mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan dan membuat gambar/diagram (Totong, 2006:8). Dengan demikian, kebermaknaan pengembangan materi dan penggunaan media terkait dengan kinerja guru dalam menciptakan pola kegiatan belajar yang kreatif dan inovatif.

Selain itu, dengan menurunnya kualitas lingkungan hidup yang terkait dengan perilaku serta norma yang tidak dipatuhi. Dalam skala kecil, masyarakat tidak toleran dengan perilaku sekitarnya yang ditandai dengan membuang sampah tidak pada tempatnya merupakan contoh ketidakpedulian sosial yang berakibat pada menurunya kualitas lingkungan hidup.

(7)

lingkungan sebagai sumber belajar diharapkan dipergunakan pada mata pelajaran lainnya.

Tujuan lingkungan dijadikan sumber belajar yaitu agar para siswa diperkenalkan pada wawasan, kesadaran dan kepedulian terhadap masalah lingkungan, karena hal ini merupakan modal dasar untuk bekal dalam rangka membangun kehendak dan kemampuan untuk berpartisipasi secara nyata dalam mengatasai masalah lingkungan

Berdasarkan beberapa pandangan dan permasalahan di atas, maka perlu penelitian yang mengupayakan perbaikan pelaksanaan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Hal ini penting dilakukan agar hasil dan kualitas pembelajaran IPS dapat memperoleh hasil yang meningkat. Penelitian ini dibatasi dengan judul “Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Dalam Pembelajaran IPS SD “.

B. Rumusan Masalah

Beradasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan “Bagaimanakah pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPS SD ?”

Pertanyaan tersebut diuraikan ke dalam beberapa pertanyaan khusus yang merupakan permasalahan yang ingin diungkap melalui penelitian ini, yaitu :

(8)

2. Bagaimanakah unjuk kerja guru dalam pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ?

3. Apakah yang menjadi hambatan dan kesulitan guru dalam pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar? 4. Upaya-upaya apakah yang dilakukan guru untuk memanfaatkan lingkungan

sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan ini, adalah untuk mengetahui : a. Gambaran proses pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan pada

pembelajaran IPS di Sekolah Dasar .

b. Unjuk kerja guru dalam pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.

c. Hambatan/kesulitan yang dihadapi guru dalam pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.

d. Gambaran mengenai usaha-usaha yang dilakukan guru untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.

2. Manfaat Penelitian

(9)

1) Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam memperbaiki proses pembelajaran pendidikan IPS melalui pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar di Sekolah Dasar.

2) Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kemampuan professional guru dalam memperbaiki prakatek pembelajaran di kelas dengan menggunakan penelitian tindakan kelas.

3) Meningkatkan kinerja guru terutama melalui penerapan pembelajaran IPS SD dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar.

b. Bagi siswa Sekolah Dasar

1) Menumbuhkan motivasi, meningkatkan aktivitas, memupuk kreativitas serta penuh inisiatif siswa dalam pembelajaran pendidikan IPS.

2) Dapat memanfaatkan lingkungan nyata/kehidupan sehari-hari sebagai sumber dan sarana belajar IPS.

3) Dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilan dasar IPS sebagai bekal baik untuk studi lanjutan maupun dalam kehidupan di masa depan.

4) Meningkatkan kebermaknaan proses pembelajaran pendidikan IPS melalui pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar .

c. Bagi Sekolah

(10)

2) Hasil penelitian, menjadi masukan bagi sekolah untuk menerapkan penelitian tindakan kelas dalam proses pembelajaran khususnya mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar.

d. Bagi lembaga terkait khususnya Dinas Pendidikan setempat, hasil penelitian tindakan ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dalam mengembangkan pembinaan dan meningkatkan mutu profesionalisme tenaga pendidikan.

e. Bagi peneliti lain, yaitu akan memperoleh masukan yang berarti sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian yang sejenis.

D. Paradigma Penelitian

Paradigma menurut Bodgan & Biklen (dalam, Moeleong, 2003:30) adalah kumpulan dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau preposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian.

(11)
(12)

D. Verifikasi Konsep

Untuk memperoleh kesamaan pandangan dan untuk menghindari perbedaaan dalam penelitian ini, penulis kemukakan beberapa istilah sebagai berikut :

1. Pemanfaatan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1997:629), kata manfaat dapat diartikan guna; faedah atau keuntungan. Sedangkan kata pemanfaatan diartikan proses; cara atau cara perbuatan memanfaatkan. Dalam penelitian ini pemanfaatan dapat diartikan sebagai proses perbuatan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPS.

2. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS)

IPS merupakan perpaduan antara konsep ilmu sosial dengan konsep-konsep pendidikan yang disajikan secara sistematis, psikologis dan fungsional sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik (Somantri, 2001:45).

3. Lingkungan sebagai sumber belajar

(13)

Dengan demikian, yang dimaksud dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPS pada penelitian ini adalah proses perbuatan dalam memanfaatkan sumber belajar yang terdapat dilingkungan sekitar sekolah atau sekitar siswa untuk meningkatkan pemblajaran IPS di sekolah dasar.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Makna yang terkandung dalam penelitian tindakan kelas yaitu suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik pembelajaran yang pelaksanaannya dilakukan secara berulang-ulang.

F. Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian adalah SDN Jamika 3 kecamatan Bojongloa Kaler kota Bandung. Faktor lain yang melandasi pengambilan lokasi ini adalah :

1. Lingkungan sekolah ini merupakan daerah yang padat penduduknya serta dekat dengan berbagai fasilitas umum, seperti puskesmas, kantor kelurahan, pasar, pabrik, sungai dan wilayah home industry. Sehingga dapat mengganggu pada proses belajar mengajar di sekolah dan keadaan lingkungan sekolah menjadi rawan lingkungan.

(14)
(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Acuan peta permasalahan dalam penelitian ini adalah pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Permasalahan ini berkaitan dengan proses pembelajaran dalam IPS di Sekolah Dasar. Hal ini berarti penelitian ini untuk memecahkan permasalahan dalam belajar. Oleh karena itu penelitian ini bersifat penelitian tindakan kelas (classroom action research). Makna yang terkandung dalam penelitian tindakan kelas yaitu suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik pembelajaran yang pelaksanaannya dilakukan secara berulang-ulang.

(16)

Mc Niff (dalam Suwarsih,1994:35) mengemukakan bahwa dasar utama dilaksanakannya penelitian tindakan kelas (PTK) adalah untuk perbaikan. Kata perbaikan disini harus dimaknai dalam konteks proses pembelajaran.

Diajukannya alasan tentang pentingnya penelitian tindakan kelas sebagai suatu metoda dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Berkembangnya tradisi penelitian tidak dapat dipisahkan dari munculnya gerakan emansipasi dalam proses pendidikan, dengan guru sebagai the librattion forces actor melalui peran gandanya yang bersifat dialektik sebagi peneliti ( The teacher as researcher) (Elliot, 1994:32).

2. Penelitian tindakan kelas membuat guru dapat meneliti dan mengkaji sendiri kegiatan praktik pembelajaran sehari-hari yang dilakukan di kelas sehingga permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan aktual.

3. Penelitian tindakan kelas menawarkan suatu cara baru untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan atau profesionalisme guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas (Suyanto,1996:52). Dengan melakukan penelitian tindakan kelas guru dapat memperbaiki praktik pembelajaran menjadi lebih efektif.

(17)

B. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan ini dilakukan secara partisipatori dan kolaborasi dengan guru yang proses pelaksanaannya dilakukan secara bersiklus (cycle). Siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali, tetapi beberapa kali hingga mencapai tujuan yang diinginkan, yakni perubahan perbaikan dalam pembelajaran IPS yang menjadi kepedulian penelitian ini.

Sebelum tahap-tahap siklus dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi kelayakan penelitian pendahuluan (orientasi) untuk mengidentifikasi dan mengangkat masalah dan ide yang tepat dalam kemampuan guru mengembangkan lingkungan sebagai sumber bahan pembelajaran pada mata pelajaran IPS di SD. Pada kegiatan ini, guru sudah terlibat secara aktif dan intensif dalam rangkaian kegiatan penelitian.

Ada empat langkah penting dalam setiap siklus penelitian tindakan kelas, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect) (Hopkins, 1993:48 Kasbollah,1999:27 Depdikbud, 1999:26-27, Wiriaatmadja, 2005:66, Zuriah, 2003: 77-81). Selanjutnya pada siklus kesatu dan seterusnya jenis kegiatan yang dilaksanakan peneliti bersama guru mitra adalah memperbaiki rencana (revised plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observed) dan refleksi (reflect), dan tahap-tahap ini akan diulangi pada siklus berikutnya, dan seterusnya hingga siklus terakhir.

(18)

tindakan, pengamatan dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya. Siklus penelitian dimaksud, dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Model Spiral

(Adaptasi dari Kemmis dan Taggart, 1988. (dalam Wiriaatmadja, 66: 2005) PLAN

A

C

T

OBSERVE

R

E

F

L

E

C

T

A

C

T

OBSERVE

R

E

F

L

E

C

T

(19)

Prosedur penelitian dalam bagan tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan, yaitu kegiatan yang dilakukan dalam menyusun rencana tindakan yang hendak dilaksanakan di kelas. Rencana disusun secara fleksibel, karena untuk mengakomodir berbagai kemungkinan yang dapat saja terjadi ketika tindakan dilaksanakan. Perencanaan disusun secara partisipatif, kolaboratif dan reflektif antara peneliti dengan guru mitra, agar tindakan dapat lebih terarah pada sasaran yang hendak dicapai, dengan didasari pada pertimbangan apakah tindakan yang akan dilaksanakan tersebut mungkin untuk dapat dilaksanakan secara efektif dalam berbagai situasi kelas.

2. Pelaksanaan (tindakan), yaitu kegiatan pembelajaran yang dilakukan berdasarkan rencana yang telah disepakati sebelumnya antara peneliti dengan guru mitra. Tindakan ini dilakukan untuk memperbaiki keadaan atau proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.

3. Observasi, yaitu kegiatan mengamati, mengenali sambil mendokumentasikan (mencatat dan merekam) terhadap proses, hasil, pengaruh dan masalah baru yang mungkin saja muncul selama tindakan dilakukan. Hasil observasi ini akan dijadikan bahan analisis dan dasar refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan bagi penyusunan rencana tindakan selanjutnya.

(20)

guru mitra merumuskan kembali rencana pembelajaran untuk ditindaklanjuti pada siklus berikutnya. Dilihat dari proses dan waktu pelaksanaannya, refkleksi dilakukan pada tahap orientasi, proses, dan akhir program tindakan, yaitu :

1. Refleksi awal, yaitu dilakukan pada saat orientasi terhadap permasalahan-permasalahan maupun faktor-faktor pendukung dan penghambat rencana penerapan model. Hal ini bertujuan untuk merumuskan proposisi awal terhadap situasi sosial dalam penerapan model yang akan dilakukan, kemudian hal tersebut dituangkan kedalam suatu rencana awal rencana program tindakan yang akan dilakukan.

2. Refleksi proses, yaitu refleksi yang dilakukan pada saat pelaksanaan program tindakan yang dimaksudkan untuk mengkaji proses, dan hasil serta implikasi dari program tindakan yang dilakukan terhadap perolehan hasil belajar siswa, unjuk kerja guru dan siswa dalam pembelajaran, serta implikasi-implikasi lain yang berkembang selama pelaksanaan tindakan. Hal ini juga dilakukan untuk melakukan revisi terhadap rencana yang telah disusun dan sebagai dasar dalam merancang program tindakan selanjutnya dalam hubungannya dengan lingkungan sebagai sumber belajar IPS Sekolah Dasar.

(21)

dan mendukung ketercapaian tujuan dari program tindakan yaitu setelah terjadinya peningkatan situasi belajar mengajar yang berorientasi pada upaya peningkatan proses dan hasil belajar siswa, baik dilihat dari penguasaan materi, sikap dan keterampilan-keterampilan sosial, unjuk kerja guru, dan proses belajar mengajar dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Refleksi hasil ini pada dasarnya dimaksudkan untuk melakukan rekonstruksi dan revisi terhadap model pembelajaran pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS yang dikembangkan dalam program tindakan ini sesuai dengan tujuan pokok dari pelaksanaan tindakan.

Dalam penelitian ini, jumlah siklus yang dilakukan bergantung dari tingkat ketercapaian tujuan, berdasarkan pada rencana tindakan yang telah disusun/ dirumuskan sebelumnya. Artinya penelitian tindakan ini akan diakhiri, apabila sudah tidak ditemukan lagi permasalahan dan pembelajaran sudah stabil, serta respon dari peserta didik sudah sesuai dengan yang diharapkan.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi penelitian

(22)

adalah guru dan siswa kelas IV, sedangkan dari unsur kegiatan adalah pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada pembelajaran IPS di SD.

Alasan pengambilan lokasi tersebut didasarkan pada pertimbangan teoritis dan praktis. Secara teoritis dasar pertimbangannya adalah karena karakteristik penelitian tindakan kelas bersifat situasional dan kontekstual artinya problema yang diangkat untuk dipecahkan dalam penelitian tindakan kelas harus selalu berangkat dari persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. (Sukidin, 2002:22). Secara praktis, pertimbangannya adalah karena program penelitian tindakan diporsikan lebih merupakan solusi praktik terhadap situasi problematik yang menuntut penyelesaian segera dari sebuah konteks sosial.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian kualitatif untuk penelitian kelas dapat berupa peristiwa, manusia, dan situasi yang diamati (Hopkins, 1993). Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru, siswa, serta proses-proses interaktif yang terjadi antara guru dengan siswa dan antara sesama siswa selama berlangsungnya penelitian tindakan ini di kelas IV.

3. Pengolahan dan Analisis Data

(23)

hasil tindakan kelas berdasarkan analisis kualitatif dilakukan sejak masa orientasi sampai kegiatan penelitian berakhir.

Prosedur pengolahan dan anlisis data dilaksanakan mengacu pada pengolahan data dari Hopkins (1993:149) yang dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

4. Pengumpulan Data

(24)

Sekolah Dasar. Informasi tentang data tersebut bersumber dari guru yang menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi dan diskusi balikan serta wawancara dengan alat bantunya adalah pedoman observasi dan diskusi balikan.

Wiariaatmadja (2005:126) menjelaskan bahwa ada empat cara yang mendasar untuk mengumpulkan informasi, yaitu observasi, wawancara, dokumen, dan materi audio-visual. Untuk uraian penjelasannya sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi merupakan upaya/usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk merekam atau melihat segala kegiatan yang terjadi selama tindakan berlangsung. Kegiatan ini biasanaya selalu membutuhkan alat bantu yaitu catatan lapangan (field notes) yang akan berguna bagi peneliti pada saat melakukan analisis terhadap kondisi yang sedang berlangsung baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Menurut Moleong (1988:153) catatan lapangan sangat penting dalam penelitian kualitatif. Peneliti menyusun catatan lapangan yang berkaitan dengan kondisi pembelajaran atau iklim pembelajaran IPS di Kelas IV SDN Jamika 3 Kota Bandung.

(25)

Sedangkan menurut Hadi (2005: 94) observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.

Semua data atau temuan di lapangan yang berkaitan dengan suasana belajar di kelas IV pada saat pembelajaran IPS, pengelolaan kelas, kegiatan guru atau kegiatan siswa dicatat dalam catatan lapangan (field notes). Catatan lapangan ini juga berisi tentang komentar sebagian siswa kelas IV, guru, kepala sekolah. Beberapa kejadian yang terjadi dalam proses belajar mengajar, dicatat dalam catatan lapangan sebagai bahan refleksi dan analisis.

b. Wawancara.

Wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang orang lain. Orang-orang yang diwawancarai adalah beberapa orang siswa, teman sejawat, kepala sekolah, orang tua dan lain-lain (Hopkins;1993; Wiriaatmadja 2005).

Menurut Lincoln dan Guba (Moleong, 2001:135) menjelaskan bahwa maksud mengadakan wawancara adalah untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Sedangkan menurut Hadi (2005:97) wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.

(26)

Pada tahap penelitian, peneliti melakukan wawancara dengan guru yang mengajar IPS dikelas IV. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, metode pada saat mengajar IPS dan kegiatan pendidikan yang pernah diikuti baik itu pelatihan, loka karya ataupun seminar. Wawancara juga dilakukan dengan Kepala Sekolah. Inti wawancara berkaitan dengan pandangan tentang eksisitensi IPS di SD, kebijakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS serta kemungkinan menggunakan suatu metode belajar yang inovatif dalam pembelajaran IPS di SD. Wawancara juga dilakukan dengan beberapa siswa kelas IV, tujuannya untuk mengetahui sikap mereka terhadap pelajaran IPS, cara guru mengajar (performance guru), dan sikap siswa terhadap guru. Informasi yang diperoleh melalui wawancara awal tersebut membantu penulis untuk melihat serta memperoleh gambaran awal pembelajaran IPS di SD kelas IV SDN Jamika 3.

Kegiatan wawancara dilakukan kembali dengan Ibu Lilis, Kepala Sekolah dan beberapa orang siswa setelah berakhirnya siklus tindakan, yaitu siklus keempat. Semua Inti wawancara diarahkan untuk melihat pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada pelajaran IPS di Sekolah Dasar.

c. Dokumen

(27)

d. Bahan Audio-Visual

Agar mempunyai alat pencatatan untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi di kelas pada saat pembelajaran dalam rangka penelitian tindakan kelas, maka untuk menangkap suasana kelas, identitas kelas, details tentang peristiwa-peristiwa penting yang terjadi, atau ilustrasi dari episode tertentu, beberapa alat elektronik dapat digunakan untuk membantu mendeskripsikan hal-hal yang dijelaskan di atas (Wiriaatmadja, 2005:121). Alat-alat elektronik sebagai alat bantu yang dimaksud adalah :

1. Tape recorder

Tape recorder merupakan alat yang paling populer digunakan guru untuk melakukan penelitian. Tape recorder dapat digunakan untuk melengkapi catatan lapangan dan merekam seluruh aktivitas selama kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung. Alat ini dapat juga digunakan oleh peneliti untuk melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang diperlukan dalam proses pengumpulan informasi. Namun demikian, perekaman data melalui tape recorder, hendaknya dilakukan dengan memperoleh persetujaun terlebih dahulu dari yang diwawancarai (Moleong, 1988:156).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tape recorder untuk merekam semua aktivitas yang terjadi selama proses pembelajaran IPS dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar.

2. Foto.

(28)

Pengambilan gamabar (Poto) secara dominan dilakukan untuk melihat gambatr secara visual pada pembelajaran IPS.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti sendirilah yang menjadi instrumen utama yang turun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan keperluan penelitian. Dengan posisi sebagai instrumen utama, peneliti juga menggunakan beberapa instrumen yang dapat membantu jalannya penelitian, seperti catatan lapangan, lembar panduan observasi, pedoman wawancara, dokumen sekolah diantaranya daftar hadir siswa, profil sekolah dan lain-lain, serta menggunakan foto dan alat perekam.

Semua data atau hasil temuan dilapangan yang berkaitan dengan proses pembelajaran IPS di kelas IV yang di kelola oleh ibu Lilis di catat dalam catatan lapangan. Catatan lapangan juga berisi tentang komentar sebagian siswa kelas IV, Ibu Lilis, Kepala Sekolah serta guru kelas lainnya tentang pelaksanaan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Beberapa kejadian tertentu yang berkaitan dengan tindakan seperti sikap siswa ketika belajar di dalam kelas atau di luar kelas misalnya bermain-main atau tidak memperhatikan dalam belajar atau yang terlambat masuk kelas, di catat dalam catatan lapangan sebagai bahan unutk refleksi dan analisis.

(29)

tindakan berlangsung. Panduan observasi kegiatan guru berisi tentang Pengembangan materi pengajaran yang dilakukan guru, strategi belajar mengajar yang dikembangkan guru, metode pembelajaran yang dipilih dan dilaksanakan guru di kelas, media pengajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran dikelas, sumber belajar yang dipilih dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Panduan Obeservasi kegiatan sisiwa berisi tentang keaktifan siswa dalam tanya jawab, keaktifan siswa dalam berargumentasi, keaktifan siswa dalam berpikir sistematis, keaktifan siswa dalam melakukan kegiatan diskusi kelompok.

E. Kategorisasi Data

Data - data yang telah direduksi dibubuhi kode tertentu berdasarkan jenis dan sumbernya. Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi terhadap keseluruhan data, kegiatan ini dilakukan berdasarkan pengkodean dalam analisis data kualitatif. Menurut Wiriaatmadja (2005:142) kode dan koding adalah kegiatan memberi label dan mencari data yang sangat efesien, serta mempercepat dan memberdayakan analisis data. Sedangkan menurut Hadi (2005:144) tujuan dengan pemberian kode-kode pada data ialah untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut macamnya. Klasifikasi itu dilakukan dengan jalan menandai masing-masing jawaban dengan tanda kode tertentu.

F. Analisis Data

(30)

diperoleh alterntif pemecahan masalah untuk menentukan rencana tindakan selanjutnya. Hal yang paling baik untuk menganalisis data ini adalah adanya kerjasama antara peneliti dan mitra yang diteliti. Instrumen bantu, seperti catatan lapangan, panduan observasi, serta pedoman wawacara digunakan untuk menganalisis data.

G. Validasi Data

Data yang telah dikategorikan, selanjutnya dikodifikasikan sesuai dengan model yang dikembangkan, kemudian divalidasi melalui triangulasi, member check, auditreail, dan expert opinion (Hopkins, 1993:152-157). Adapun uraian teknik pemeriksaan keabsahan data (validasi) sebagai berikut:

1. Triangulasi

(31)

2. Member Check

Kegiatan ini dilakukan dengan meninjau kembali kebenaran dan kesalahan data penelitian dengan mengkonfirmasikan pada sumber data. Miles dan Huberman (Rochmadi, 1997:35). Member check bisa dilakukan dengan memeriksa kembali keterangan-keternagan atu informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber, apakah keterangan atau infromasi yang disampaikan itu tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya dan data itu diperiksa kebenarannya (Wiriaatmadja, 2005:178).

Kegiatan ini penulis lakukan dengan cara menannyakan kembali informasi yang disampaikan sebagian siswa kelas IV, Ibu Lilis, maupun Kepala Sekolah pada waktu yang berbeda. Suatu data tentang pembelajaran IPS dengan memanfaatkan Lingkungan sebagai sumber belajar belum dikatakn valid saebelum penulis mengecek kembali keterangan tersebut pada waktu yang berbeda. Dalam proses ini data atau informasi tentang seluruh pelaksanaan tindakan yang diperoleh peneliti dikonfirmasikan kebenarannya kepada guru mitra melalui diskusi balikan (reflektif kolaboratif), pada setiap akhir pelaksanaan tindakan dan pada akhir seluruh pelaksanaan tindakan.

3. Audit Trail

(32)

(Nasution, 11: 1996). Pada validasi dengan menggunakan audit trail, kegiatan yang dilakukan oleh penulis adalah berdiskusi dengan pembimbing, teman-teman mahasiswa S2 IPS, dan dengan yang dianggap kompeten.

4.Expert Opinion

Agar derajat keterpercayaan pada penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka pada penelitian ini menggunakan Expert Opinion yaitu dengan cara mengkonsultasikan hasil temuan penelitian kepada para ahli. Nasution (Rochmadi, 35:1997). Dalam kegiatan ini peneliti mengkonsultasikan temuan penelitian kepada Prof. Dr. Hj. Rochiati Wiriaatmadja, MA, selaku pembimbing I dan kepada Dr. Hj. Sri Hayati, M.Pd selaku pembimbing II, untuk memperoleh arahan dan masukan sehingga validasi data dapat dipertanggungjawabkan.

H. Interpretasi

(33)

Semua interpetasi di atas dijadikan bahan dalam memperbaiki atau dijadikan tolak ukur untuk melakukan tindakan berikutnya yang berkaitan dengan kinerja guru, aktivitas siswa atau kegiatan sekolah lainnya secara menyeluruh. Semua hasil tersbeut dapat membantu penulis dalam penelitian ini. Hasil interpretasi ini dapat dijadikan referensi yang dapat memberikan makna terhadapnya. Referensi ini digunakan untuk melakukan tindakan selanjutnya.

(34)

116 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis-refleksi terhadap pengembangan tindakan pembelajaran IPS dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dapat dipetik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kesimpulan Umum

Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada pembelajaran IPS di sekolah dasar sangat efektif dalam memberikan kedalaman makna dan pengertian kepada para siswa berkenaan dengan materi yang menjadi bahan pelajaran. Kebermaknaan pengembangan materi terkait dengan kinerja guru dalam menciptkan pola kegiatan belajar yang kreatif dan variatif, baik dilihat dari unsur strategi pembelajaran, metode, media maupun pengelolaan sumber belajar yang ada.

Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar berimplikasi pada pencapaian sasaran umum tujuan pendidikan IPS, meliputi pencapaian pemahaman kemampuan (cognitive), pengembangan sikap (affective), dan keterampilannya (psychomotor).

(35)

117

Melalui pemanfaatan lingkunngan sebagai sumber belajar diperoleh hasil nyata berupa peningkatan efektifitas kegiatan pembelajaran, baik dengan unjuk kerja guru, maupun siswa serta partisipasi warga sekitar sekolah.

Kebermaknaan proses pembelajaran pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada pembelajaran IPS sekolah dasar diperoleh sebagai berikut:

a. Pemanfatan lingkungan sebagai sumber belajar pada pembelajarn IPS di sekolah dasar merangsang peningkatan aktivitas belajar siswa pada proses belajar mengajar serta mampu memecahkan masalah dalam kehidupan nyata dan diharapkan dalam proses pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dapat menumbuhkan kesadaran dan pembentukan sikap kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitar serta keterampilan yang diperlukan sebagai anggota komunitas yang sedang berkembang mulai dari keluarga, sekolah dan masyarakat.

b. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada pembelajaran IPS meningkatkan unjuk kerja guru dalam proses pembelajaran pendidikan IPS, yang ditunjukkan mulai dari kemampuan menyusun perencanaan pembelajaran, pengorganisasian materi, pengembangan metode, media, sumber dan evalusi di dalam proses belajar mengajar.

(36)

118

bervariasi guru belum terbiasa melakukan hal tersebut. Sehingga dengan menggunakan metode yang bervariasi dianggap merepotkan guru. Siswa belum terbiasa melakukan diskusi di depan kelas sebab selama ini cara mengajar guru secara langsung dari buku paket.

d. Upaya yang dilakukan oleh guru dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPS adalah peran guru dalam hal ini sebagai fasilitator, mediator dan motivator sehingga dapat merangsang siswa untuk aktif dalam belajar. Pelaksanaan diskusi kelas dan presentasi merupakan hal yang sangat menarik bagi siswa, temuan ini adalah hasil dari wawancara dengan siswa. Mereka berpendapat bahwa ada keberanian untuk mengungkapkan pendapatnya serta temuannya ketika mengamati di luar kelas pada waktu diskusi. Kegiatan kunjungan (field trip) dilakukan dengan cara mengobservasi fenomena, fakta yang ada di lingkungan yang berkaitan dengan materi pendidikan IPS kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan diskusi di kelas merupakan upaya guru dalam melakukan proses belajar mengajar.

2. Kesimpulan Khusus

Adapun secara khusus, kesimpulan penting proses dari hasil studi ini dikemukakan sebagai berikut :

(37)

119

dikembangkan lebih konkrit sesuai dengan pekembangan berpikir siswa sebagai mana yang diungkapkan dalam teorinya Piaget bahwa perkembangan berpikir siswa SD dalam operasional konkrit. Selain itu, pemberlajaran lebih bermakna.

b. Melalaui strategi pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar bagi siswa dalam pembelajaran IPS, mengarahkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran serta dapat merangsang siswa untuk melakukan kegiatan yang bervariasi sesuai dengan metode yang dikembangkan oleh guru seperti kerja kelompok, diskusi, tanya jawab, penugasan,pemecahan masalah dan observasi atau pengamatan terhadap lingkungan.

c. Pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar memberikan kemudahan kepada siswa dalam memahami konsep, sikap dan nilai serta mengembangkan keterampilan siswa dalam memecahan permasalahan yang ada dilingkungan.

B. REKOMENDASI

Atas dasar temuan dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, dapat direkomendasikan sebagai berikut:

(38)

120

2. Bagi peminat/pemerhati pendidikan dan tenaga pendidikan di sekolah dasar, proses dan hasil studi ini dapat dijadikan model pengembangan dalam proses belajar mengajar serta dapat meningkatkan unjuk kerja professional guru sekolah dasar dan dapat dijadikan suatu kegiatan dalam pertemuan Pusat Kegiatan Guru (PKG) atau MGMP.

3. Bagi guru sekolah dasar, proses dan hasil studi tentang pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada pembelajaran IPS dapat mengembangkan kemampuan dalam melakukan tindakan perbaikan serta meningkatkan proses dan hasil belajar siswa, serta diharapkan guru lebih keratif.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Arief (2004). Menyongsong Diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004. .(Online) Tersedia: www.Depdiknas.go.id (2 Desember 2005).

Al Muchtar, Suwarma (1991). Pengembangan Kemampuan Berpikir dan Nilai Dalam Pendidikan IPS. Suatu Studi Sosial

__________________(2004). Pengembangan Berpikir Dan Nilai Dalam Pendidikan IPS . Bandung : Gelar Pustaka Mandiri.

Depdikbud. (1999). Penelitian Tindakan (Action Research). Jakarta : Depdikbud. Depdiknas.(2003).Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran

Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas

Dewiyanti, Dhini. (2002). Karakteristik Ruang Bermain Sebagai Tanggapan Anak Terhadap Lingkungan. .(Online) Tersedia: http://www. digilib.itb.ac.id/search.php?a=Lingkungan (16 Januari 2006)

Djahiri, K (1993). Membina PIPS / PLS dan PPS Yang Menjawab Tantangan Hari Esok. Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, I / 1993. Bandung : Forum Komunikasi FPIPS / IPS Indonesia.

_________ ( 1996), Petunjuk Guru Ilmu Pengetahuan Sosial SD. Jakarta: Depdikbud

Dahar, Ratna Wilis (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta:Erlangga

Hamalik, Oemar (1992) Studi Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Mandar Maju Hasan, SH (1996). Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial. Buku satu.Jurusan Pendidikan

Sejarah, FPIPS, IKIP Bandung.

Hermana, Somantri (2005). Pengetahuan Sosial dan Ilnu-Ilmu Sosial Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Seminar sehari Pendidikan IPS. Program studi PIPS PPS UPI

Hopkins, D. (1993). A Teacher's Guide to Classroom Research. Philadelphia Istianti, Tuti (2004). Peningkatan Pembelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan

(40)

Jarolimek, J. dan Parker, W.C (1993). Social Studies in Elementary Education (9th Edition). New York:Mac Millan Publishing Co. Ltd

Kamarga, Hansiswany, 1994. Konsep IPS Dalam Kurikulum Sekolah Dasar dan Implementasinya di Sekolah. Tesis PPS IKIP Bandung

Kasbolah, K. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Dirjen Dikti, Depdikbud.

Mutakin, Awan (2004), Konsep Dasar Pengorganisasian Program Pengajaran IPS di Sekolah Dasar, Bandung: Bina Siswa.

Moleong.L.J (1988). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Rosdakarya Nana Sudjana & Ibrahim. (1989). Penelitian Dan Penilaian Pendidikan.

Bandung: Sinar Baru.

Nasution, S. (1996). Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

NCSS (1994).Curriculum Standars for Social Studies: Expectations of Exellence. Washington DC: NCSS

Poedjiadi, Anna (2005). Sains Teknologi Masyarakat, Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai.Bandung: Remaja Rosdakarya

Puskur Baklitbang (2003) Pengembangan Silabus Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : balitbang Depdiknas.

Rahman, DF. (2002), Pengaruh Pelatihan Terhadap Kompetensi dan Kineja Guru SLTP. Tesis Pada PPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Rochmadi, N.W., (1997). Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Educational Classroom Action Research), Jurnal Mimbar Pendidikan,(4), 1997, University Press IKIP Bandung

Rumbiak, (1997). Lingkungan Hidup dan Pembangunan Irian Jaya.(Online) tersedia: http://www. digilib.itb.ac.id/search.php?a=Lingkungan (16 Januari 2006)

Sanusi, Ahmad (1971). Studi Soscial Di Indonesia. Badan Penerbit IKIP. Bandung

(41)

Schunke, George M 1998. Elemantary Social Studies: Knowing, Doing and Caring. USA: Macmillan Pub.Co.

Somantri, Numan (2001), Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS.bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Sukidin, Basrowi, dan Suranto. (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Insan Cendikia.

Sukmadinata, Nana Syaodih, (1988).Prinsip-Prinsip dan Landasan Kurikulum, Dirjen Dikti, Depdikbud. Jakarta.

Sumaatmadja, Nursid. (1980). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung : Alumni.

___________, (1989). Studi Lingkungan Hidup. Bandung: Alumni

Sumarwoto, Otto (1994). Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan

Suradisastra, Djojo et al (1993), Pendidikan IPS 3, Ditjen Dikti, P2TK, Depdikbud, Jakarta.

Suyanto, (2005) . Tantangan Pendidikan IPS dalam Era Global. Seminar sehari Pendidikan IPS. Program studi PIPS PPS UPI

Totong. (2006, Maret). Pembelajaran Aktif, Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM). 8-11 .Suara Daerah No 419.

Wiriaatmadja,R (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia. Bandung Historia Utama Press.

_____________, (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya

(42)
(43)

Referensi

Dokumen terkait

Penjelasan ini menunjukkan bahwa Flavel mendefinisikan aspek pertama dari metakognitif sebagai pengetahuan seseorang terhadap proses dan hasil kognitifnya atau

Bursa Indonesia hari ini diperkirakan akan bergerak bervariasi antara positif dan negatif akibat sentimen regional yang kurang baik namun masih diimbangi oleh

ARPANET kemudian merancang sebuah jaringan dengan kehandalan teknologi informasi yang dapat memindahkan data dalam jumlah besar dan dalam waktu yang singkat, dan ditetapkan

(1) Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain

Perilaku kelompok etnis mereka dijelaskan dalam referensi untuk pilihan yang disengaja yang optimal pada situasi tertentu.Di balik kelompok etnis kita dapat menemukan tidak lebih

Upaya Mengatasi Kasus Anak Yang Tantrum Dengan Metode Time Out Di Taman Kanak-Kanak1. Universitas Pendidikan Indonesia |

Berapa anggota keluarga yang mengalami keluhan kesehatan terhadap keberadaan limbah cair industri tahu ...1. Keluhan terhadap adanya industri tahu

Perubahan yang terdapat pada desain didaktis revisi yaitu situasi didaktis menghitung volume kubus digantikan dengan situasi didaktis mengenai perbandingan pada