• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DALAM UPAYA PENYEMPURNAAN PROSES PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH :Studi Komperatif di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Bandung yang Telah Mengembangkan Integrasi IMTAK dan IPTEK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DALAM UPAYA PENYEMPURNAAN PROSES PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH :Studi Komperatif di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri Kota Bandung yang Telah Mengembangkan Integrasi IMTAK dan IPTEK."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 12

1. Tujuan Penelitian ... 12

BAB II KEGIATAN EKSTRA KURIKULER KEAGAMAAN SEBAGAI UPAYA PENYEMPURNAAN PROSES PENDIDIKAN AGAMA

B. Pengembangan Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ... 39

1. Konsep Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan ... 39

(2)

b. Materi kegiatan ektrakurikuler keagamaam ... 41

c. Proses kegiatan ektrakurikuler keagamaan ... 41

d. Evaluasi kegitan ektrakurikuler keagamaan ... 43

2. Macam-Macam Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan ... 43

3. Aspek Yuridis Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan ... 46

C. Beberapa Temuan Terkait Dengan Penyempurnaan Pendidikan Agama Islam ... 49

1. Model Integrasi Nilai-Nilai Taqwa ... 49

2. Pengembangan Strategi Pendidikan Berbahasa Sastra ... 51

3. Model Pembelajaran Aksi Sosial Untuk Pengembangan Nilai-Nilai dan Keterampilan Sosial ... 52

D. Penyempurnaan PAI Kaitannya dengan PendidikanUmum/ Pendidikan Nilai ... 54

1. Kedudukan Pendidikan Agama Islam Dalam Perspektif Pendidikan Umum ... 54

2. Pendidikan Nilai dalam Pendidikan Agama Islam ... 64

(3)

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN TEMUAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 211

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Fasilitas Bangunan SMK Negeri 6 Bandung ... 132

Tabel 4.2 Susunan Jabatan di MAN 1 Bandung ... 138

Tabel 4.3 Data Kepegawaian MAN 2 Bandung Berdasarkan Fungsi

Golongan ... 144

Tabel 4.4 Data Kepegawaian Berdasarkan Umur dan Masa Kerja MAN 2

Bandung ... 144

Tabel 4.5 Guru dan Tenaga Administrasi Berdasarkan Status Kepegawaian

dan Jenis Kelamin ... 145

Tabel 4.6 Data Siswa dan Rombel Tahun Pelajaran 2008-2009 MAN 2

Bandung ... 145

Tabel 4.7 Program Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan SMA Negeri 24

Bandung ... 150

Tabel 4.8 Daftar Pembimbing Tes Kompetensi PAI SMA Negeri 24

Bandung ... 152

Tabel 4.9 Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan ... 174

Tabel 4.10 Materi Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan ... 183

(5)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Alur Fikir Menuju Insan Kamil ... 22

Bagan 3.1 Alur Perolehan Data Primer ... 80

Bagan 3.2 Paradigma Penelitian ... 92

Bagan 4.1 Struktur Organisasi DKM Baiturrohim (SMK Negeri 7

Bandung) ... 161

Bagan 4.2 Struktur Organisasi Ikrima Baiturrahim Tahun Diklat 2008-2009

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Keputusan Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan

Indonesia Nomor: 0430/H40.7/DT/2008 Tentang Pengangkatan

Pembimbing Penulisan Disertasi Program Doctor/S3.

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Lapangan dari Sekolah Pascasarjana

Lampiran 3 Surat Pengantar dari Badan Kesatuan Bangsa, Perlindungan dan

Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan Kota Bandung

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Bandung

Lampiran 5 Kisi-kisi Pengumpulan Data Penelitian

Lampiran 6 Pedoman Observasi

Lampiran 7 Pedoman Wawancara

Lampiran 8 Daftar Inisial Lokasi Penelitian

Lampiran 9 Daftar Inisial Responden

Lampiran 10 Program Kerja Implementasi Peningkatan IMTAK di SMA Negeri

24 Bandung Tahun Pelajaran 2008 – 2009

Lampiran 11 Jadwal Keputrian DKM Daarul Fikri SMA Negeri 24 Bandung

Lampiran 12 Jadwal Kultum Mesjid Daarul Fikri SMA Negeri 24 Bandung

Lampiran 13 Program Kerja DKM Daarul Fikri SMA Negeri 24 Bandung

Lampiran 14 Hasil Tes Kemampuan Membaca al Qur’an Tahun 2008-2009

SMA Negeri 24 Bandung

Lampiran 15 Selayang Pandang SMA Negeri 24 Bandung

Lampiran 16 Program SMA Negeri 11 Bandung Tahun Pelajaran 2008-2009

Lampiran 17 Selayang Pandang SMK Negeri 6 Bandung

Lampiran 18 Buku Panduan Belajar Siswa MAN 1 Bandung

Lampiran 19 Struktur dan Program Kerja Gabungan Remaja Islam (Garis)

MAN 1 Bandung

Lampiran 20 Lamporan Pertanggung Jawaban Porum Remaja Islam (FORIS)

DKM I’anatu Attholibin Masa Bakti 2008-2009

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Konsep-konsep Pendidikan Nilai lahir untuk menyeimbangkan

kemampuan moral dengan intelektual. Hal itu penting karena kini telah terjadi

spesialisasi yang semakin tajam pada setiap kajian ilmu pengetahuan. Tetapi,

Pendidikan Nilai bukan pendidikan yang anti spesialisasi. Gagasan-gagasan

konseptual dan praktik Pendidikan Nilai berfungsi sebagai “pembulat “ ketika

suatu proses pendidikan melahirkan ilmuwan-ilmuwan yang miskin secara moral

(Mulyana, R. 2004: 160)

Sumantri, E (1993:7) menjelaskan bahwa: keutuhan lahir dan batin

manusia mengandung arti bahwa dalam diri manusia terjadi proses perpaduan

gaya yang wajar antara peran dan fungsi jasmani yang sehat dalam arti manfaat

dengan peran dan fungsi rohani yang bajik dalam arti bijaksana dan arif, hingga

dapat melahirkan manusia (individu) atau warga masyarakat yang bermoral,

berwatak dan berakhlak karimah.

Program Integrasi dalam pengembangan kurikulum Pendidikan Nasional,

merupakan sejumlah program yang dimaksudkan untuk mengintegrasikan muatan

kurikulum atau domain peserta didik telah banyak dikembangkan oleh

pemerintah, khususnya oleh departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan

Departemen Agama (Depag). Program integrasi lahir seiring dengan munculnya

pandangan yang bersifat komplekmenter dalam melihat kesatuan belajar.

(8)

meliputi: (1) pengintegrasian nilai agama ke dalam mata pelajaran umum; (2)

penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkekembangan religious

peserta didik; (3) pengembangan kegiatan ekstrakurikuler yang bernafaskan

agama; dan (d) peningkatan kerja sana antar sekolah, masyarakat dan

pemerintahan dalam pengembangan program keagamaan.

Cara berpikir demikian akhirnya mendorong pemerintah untuk

menyelenggarakan sejumlah program integrasi seperti: Integrasi IMTAK dengan

Mata Pelajaran umum, Program Sains, Teknologi dan Masyarakat atau disebut

Science-Technologi-Siciety Program keterpaduan Intrajurikuler dengan

ekstra-kurikuler Keagamaan. Program-program yang dikemukakan tadi pada dasarnya

dimaksudkan untuk membuka peluang kepada peserta didik agar memiliki

kesadaran nilai yang tinggi.

Tujuan pendidikan nasional harus menjadi acuan pokok dan pengendalian

arah dalam ikhtisar pendidikan. Pendidikan merupakan suatu proses untuk

membentuk manusia utuh seperti yang dicita-citakan oleh Pendidikan Umum

yang tidak dapat dilepaskan dari arti penting norma-norma dan nilai-nilai

termasuk agama.

Proses pendidikan merupakan langkah nyata ke arah terciptanya

humanisasi, yaitu manusia yang memiliki kepribadian utuh (Islam: Insan Kamil);

terbentuknya kepribadian muslim yang integratif antara dunia dan akherat

Marimba (1986:39); Terbentuknya manusia yang berakhlak mulia yang

menjunjung tinggi nilai-nilai kesadarn Ilahiyah dalam kehidupan sehari-hari (al

Abrasyi, 1979:15); Mengembangkan pribadi dalam semua aspeknya mencakup

(9)

Djahiri, K (1985:1) menjelaskan bahwa; siswa sebagai insan potensial

merupakan generasi penerus kehidupan bangsa dan Negara hendaknya harus kita

bina menjadi manusia yang utuh dan sadar akan dirinya serta berbuat sesuai

dengan potret dirinya pula. Kita mendambakan hari esok generasi penerus yang

benar-benar berkepribadian dan bukan generasi yang penuh kepura-puraan atau

kepalsuan.

Hal tersebut akan tercapai dengan baik jika ada tujuan pendidikan yang

mengarahkan dan membimbing pelaksanaannya. Untuk mengemban fungsi

tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional

sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional yang bertujuan: “Pendidikan nasional bertujuan

untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggungjawab”.

Rumusan nasional di atas menjelaskan bahwa iman dan takwa menjadi

tujuan yang esensial, sama halnya dalam sudut pandang Islam, bahwa aspek

keimanan dan ketakwaan merupakan aspek terpenting yang dapat memayungi

semua aspek-aspek lainnya. Agama Islam sebagai way of life telah memberikan

petunjuk dan bimbingan yang mantap bagi penganutnya. Untuk itu proses

humanisasi sebagai hakikat ikhtiar pendidikan Islam, seperti dikemukakan Tafsir

(1994:46) bahwa: “Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu

merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah

(10)

Pendapat ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Al Dzariat ayat

56 yang artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya

mereka beribadah kepada-Ku”. Ibnu Katsir dalam Arrifa’i MN, (2000:480)

menjelaskan bahwa: Allah SWT berfirman: Allah menciptakan jin dan manusia

untuk beribadah, bukan karena Allah membutuhkannya, tetapi sebaiknya jin dan

manusia beribadah penuh kerelaan dan hanya kepada Allah, sehingga jika Allah

ridha maka Allah akan memasukan manusia ke dalam surga, jadi bukan untuk

kepentingan Allah SWT tetapi manusia beribadah tetapi sesungguhnya untuk

kepentingan manusia juga.

Proses pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran, hal ini berarti pendidikan tidak boleh

mengesampingkan proses pembelajaran. Pendidikan tidak boleh semata-mata

berusaha untuk mencapai hasil belajar, akan tetapi berusaha memperoleh hasil

atau proses belajar yang terjadi pada diri anak. Dalam pendidikan antara proses

dan hasil belajar harus berjalan secara seimbang. Pendidikan yang hanya

mementingkan salah satu diantaranya tidak akan dapat membentuk manusia yang

berkembang secara utuh.

Akhir dari proses pendidikan kemampuan anak memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Hal

ini berarti proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan

kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan keterampilan anak sesuai dengan

kebutuhan. Ketiga aspek inilah (kecerdasan, sikap dan keterampilan) arah dan

(11)

Tampaknya pelaksanaan pendidikan disekolah belum sesuai dengan

harapan di atas. Para guru di sekolah masih bekerja sendiri-sendiri sesuai dengan

mata pelajaran yang diberikannya, seakan-akan mata pelajaran yang satu dengan

yang lainnya. Hal ini bisa terjadi karena selama ini belum ada pedoman yang bisa

dijadikan rujukan bagaimana seharusnya proses pendidikan berlangsung. Seperti

juga disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun

2005 tentang Standar Pendidikan Nasisonal dikatakan bahwa Standar Pendidikan

Nasional dikatakan bahwa standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal

tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia (PP No. 19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1: 1).

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah

lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang

didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di

dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi tanpa

dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk

menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya ketika anak didik

lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoretis, tetapi mereka miskin aplikasi

(Sanjaya, W. 2006:1)

Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran. Mata Pelajaran science

tidak dapat mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir kritis dan

sistematis, karena strategi pembelajaran berpikir tidak digunakan secara baik

dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas. Mata Pelajaran Agama, tidak

dapat mengembangkan sikap yang sesuai dengan norma-norma agama, karena

(12)

materi pelajaran. Mata pelajaran bahasa tidak diarahkan untuk mengembangkan

kemampuan berkominikasi, karena yang dipelajari lebih banyak bahasa sebagai

ilmu bukan sebagai alat komunikasi.

Arifin (1993: 14) mengemukakan pendapatnya tentang proses pendidikan

bahwa: Proses pendidikan merupakan rangkaian usaha membimbing,

mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan-kemampuan dasar

dan kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan di dalam kehidupan

pribadinya sebagai makhluk individual, dan sosial serta hubungannya dengan

alam sekitar di mana ia hidup. Proses tersebut senantiasa berada di dalam

nilai-nilai Islam, yaitu nilai-nilai-nilai-nilai yang melahirkan norma-norma syariah dan akhlakul

karimah.

Proses pendidikan dapat dilakukan melalui pendidikan formal, informal,

atau non formal. Pada pendidikan di sekolah proses pendidikan dapat ditempuh

melalui kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler atau ko-kurikuler. Kegiatan intra

kurikuler untuk setiap jenjang pendidikan selalu diberikan suatu kumpulan materi

yang mempersiapkan peserta didik untuk mengembangkan nilai-nilai

keagamaan.Untuk tingkat TK disebut dengan bidang pengembangan Agama dan

moral, untuk tingkat SD disebut Studi Pendidikan Agama (2 jam

pelajaran/minggu), untuk tingkat perguruan tinggi disebut Mata Kuliah

Pendidikan Agama (2 jam pelajaran/minggu) dan untuk tingkat perguruan tinggi

disebut Mata Kuliah Pendidikan Agama (2 SKS).

Kegiatan Intrakurikuler keagamaan yang hanya 2 jam pelajaran dalam satu

minggu kurang mencukupi untuk dapat mengembangkan kemampuan keagamaan

(13)

berbagai bentuk kegiatan di bawah koordinasi guru Pendidikan Agama dan Wakil

Kepala Sekolah bidang kesiswaan dijenjang pendidikan SLTP/SLTA.

Namun pada umumnya di tingkat SLTA guru PAI atau Wakil Bidang

Kesiswaan sering merasa percaya kepada para siswanya terutama ditingkat SLTA,

sehingga kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dipercayakan kepada OSIS atau

DKM Sekolah, namun karena kesibukan kegiatan pembelajaran Intrakurikuler

yang harus dihadapi sehingga guru terlalu percaya kepada sebagian siswanya yang

dinggap sudah cukup dewasa terutama mulai dari siswa tingkat SLTA, sehingga

kegiatan ekstrakurikuler kurang mendapat perhatian dan pemantauan baik dari

Guru PAI atau PKS Kesiswaan. Hasil pengamatan penulis untuk sementara hal

inilah yang banyak terjadi di sekolah-sekolah tingkat SLTA.

Program kegiatan ekstrakurikuler merupakan proses kegiatan pemberian

sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam rangka pengembangan bakat

dan minat agar menjadi manusia utuh, yaitu manusia yang tidak hanya memiliki

sejumlah pengetahuan saja melainkan memiliki keterampilan dan sikap yang baik.

Kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan dari berbagai jenjang sekolah

sangat beragam tergantung pada kebijakan sekolah yang disesuaikan dengan

ketentuan kurikulum. Pada umumnya program kegiatan ekstrakurikuler yang

diselenggarakan oleh sekolah meliputi kegiatan pengembangan bidang seni (seni

musik, seni suara, seni drama, dan seni lukis), bidang kegiatan olahraga (sepak

bola, renang, pencak silat, bola voli, basket dan sebagainya), kegiatan

keterampilan (memasak, merajut, dan menjahit), pendidikan komputer, serta

kegiatan keagamaan (Tekhnik Baca Tulis al Quran, Bahasa Arab, dakwah

(14)

Seperti yang telah diungkapkan di atas, penentuan kegiatan ekstrakurikuler

merupakan kebijakan sekolah, sekolah memiliki otonomi untuk menetapkannya.

Penentuan kegiatan tersebut biasanya di dasarkan oleh visi dan misi lembaga

pendidikan, termasuk pada kegiatan ekstrakurikuler keagamaan. Kegiatan

ekstrakurikuler keagamaan diadakan dalam upaya penyempurnaan kegiatan

ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam. Namun pada kenyataannya kegiatan

ekstrakurikuler keagamaam ternyata banyak dijadikan kesempatan oleh

kelompok-kelompok keagamaan yang ingin menyebarkan faham-faham dari

aliran yang mereka yakini, dan tidak sedikit aliran yang menyesatkan mulai

disebarkan dengan berbagai modus yang sangat menarik dan menggugah

semangat jihad, dengan mengaku sebagai alumni yang ingin ikut memajukan

sekolahnya. Apakah benar atau tidak mereka alumni tidak ada jaminan.

Namun yang jelas faham yang menyesatkan itu telah memasuki dan

menjadi suatu keyakinan yang benar oleh para siswa yang aktif dalam kegiatan

ekstrakurikuler keagamaan, dan pada akhirnya akan menjadi kemunduran Umat

Islam, khususnya Pendidikan Agama Islam. Kemunduran umat Islam pada saat ini

tentu ada penyebabnya, Hadian, N (2007: 1993) menjelaskan faktor-faktor

penyebab kemunduran umat Islam yang berdampak seperti kasus di bawah ini

disebabkan dua faktor: faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal diantaranya: 1) jauhnya umat Islam dari as Sunah; 2)

terpecah karena adanya masalah furu; 3) adanya perasaan rendah diri dan tidak

tsiqah pada umat Islam; 4) adanya gejala taklid dengan semua yang datang dari

kaum kafir; 5) tertinggal dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Adapun faktor

(15)

(perang pemikiran) dan harakatul irtidad (gerakan pemurtadan) dari

musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam dari umat-umatnya (Hardian, N. 2007:

196).

Salah satu penyebab kemunduran Islam adalah akibat mereka mempelajari

Islam hanya karena mereka mengikuti pemahaman yang ada sekedar pemahaman

ikut-ikutan (taqlid buta), bukan pemahaman berdasarkan ilmu pengetahuan.

Faktor-faktor penyebab kemunduran umat Islam tersebut berdampak kepada

pencapaian keberhasilan Pendidikan Agama Islam. Khususnya pada kegiatan

ekstrakurikuler keagamaan yang kurang mendapat perhatian yang serius.

Solusi yang dapat diselesaikan yang bisa menyelesaikan problematika

umat Islam diantaranya: umat Islam harus menerapkan syariat Islam dalam

seluruh aspek kehidupan, mendidik generasi Islam dengan manhaz pendidikan

yang syamil (sempurna) dan mutakamil (menyeluruh), menyiapkan kekuatan

semaksimal mungkin untuk menghadapi musuh dan dengan perjuangan serta

pengorbanan total. (Hardian, N. 2007: 197).

Bila dikaitkan dengan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan problematika

umat ternyata terbukti aliran-aliran yang menyesatkan mudah menyusup di

lingkungan sekolah. Berdasarkan paparan kondisi objektif di atas dapat

diungkapkan bahwa faktor timbulnya aliran-aliran yang menyesatkan itu masuk

ke lingkungan sekolah karena kurang terprogramnya kegiatan ektrakurikuler dari

pihak sekolah, belum memiliki suatu model kegiatan ekstrakurikuler keagamaan

yang benar-benar cocok untuk tingkatan siswa SLTP/SLTA, sehingga guru

(16)

Oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan karena kondisi di sekolah

saat ini disinyalir berkembangnya aliran-aliran yang terdapat juga paham-paham

sesatnya. Apabila fenomena ini dibiarkan oleh sekolah, dapat lahir

kecenderungan-kecenderungan perilaku yang digambarkan pada contoh

kasus-kasus tersebut di atas lebih meluas dan merusak kepribadian generasi penerus, dan

ini jelas-jelas akan menjadi kemunduran umat Islam khususnya Pendidikan

Agama Islam.

Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan solusi

alternatif dalam kegiatan ekstrakurikuler keagamaan sehingga dapat membantu

menyempurnakan proses Pendidikan Agama Islam yang sedang dilanda krisis

penurunan disebabkan banyak faktor yang memberikan kontaminasi terhadap

proses pendidikan agama. Permasalahan penelitian ini belum adanya suatu model

yang efektif dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler keagamaan untuk

membantu meningkatkan proses Pendidikan Agama Islam agar siswa memiliki

daya tahan untuk menangkal aliran-aliran yang menyebarkan ajaran dengan

berbagai modus dan strategi yang menarik, serta pengaruh-pengaruh negatif

lainnya”.

Penulis berpendapat perlu dicari suatu pemecahan dengan mencarikan

suatu pengembangan model kegiatan ekstrakurikuler keagamaannya yang lebih

rinci, jelas dan layak dioperasionalkan di sekolah-sekolah tingkatan SLTA.

Berdasarkan keadaan yang objektif sebagai latar belakang, maka peneliti

menetapkan topik permasalahan:“Pengembangan Model Kegiatan Ekstrakurikuler

(17)

Komperatif pada Sekolah Lanjutan Atas Negeri yang Telah Mengembangkan

Integrasi IMTAK dan IPTEK)”.

B. Rumusan Masalah

Inti permasalahan penelitian ini ialah belum adanya suatu model yang

efektif bagi kegiatan ekstrakurikuler keagamaan untuk membantu meningkatkan

proses Pendidikan Agama Islam agar siswa memiliki daya tahan untuk menangkal

aliran-aliran yang menyebarkan ajaran dengan berbagai modus dan strategi yang

menarik, serta pengaruh-pengaruh negatif lainnya”.

Oleh karena fokus masalah dalam penelitian ini ialah penyebabkan

kurangnya perhatian serius pada kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di

sekolah. Untuk menjawab masalah tersebut perlukan langkah-langkah yang dapat

dijadikan solusi dalam kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di sekolah. Untuk itu

perlu dicari model kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang lebih rinci, jelas dan

lebih layak dioperasikan di sekolah-sekolah tingkatan SLTA yang mudah

terpantau oleh guru Agama Islam khususnya, selanjutnya dikembangkan

pertanyaan penelitian masalah sebagai berikut:

1. Apa tujuan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di sekolah?

2. Apa materi kegiatan ekstrakurikuler keagamaan disekolah?

3. Seperti apa kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di sekolah ?

4. Seperti apa evaluasi kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di sekolah?

(18)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujun akhir dari penelitian ini adalah ditemukannya

pengembangan model kegiatan ekstrakurikuler kegiatan keagamaan dalam upaya

penyempurnaan proses Pendidikan Agama Islam di tingkat SLTA. Pengembangan

model tersebut disusun dalam bentuk langkah-langkah secara teori maupun

praktis yang dapat digunakan oleh para pengelola pendidikan di sekolah. Adapun

tujuan khususnya untuk mengetahui, mendeskripsikan, menganalisis, dan

menemukan:

1. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di sekolah.

2. Materi kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di sekolah.

3. Proses kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di sekolah.

4. Evaluasi kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di sekolah.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan secara teoretis dan kegunaan

secara praktis sebagai berikut:

a) Kegunaan Secara Teoretis: penilaian ini dapat memberikan kontribusi,

memperkaya dan menyempurnakan konsep pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di sekolah-sekolah khususnya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).

b) Kegunaan Praktis: menjadikan Pengembangan model ekstrakurikuler

kegiatan keagamaan suatu upaya penyempurnaan proses pembelajaran Agama

(19)

kendala-kendala yang dihadapi oleh para pendidik khususnya dalam proses

Pendidikan Agama Islam, dan menjadi bahan koreksi serta evalusi sehingga

pelaksanaan proses Pendidikan Agama Islam lebih meningkat dari

sebelumnya.

D. Metode dan Pendekatan Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka Metode dan pendekatan

yang dipergunakan adalah Metode Pengembangan (Development Research)

dengan pendekatan Naturalistik (berdasarkan prosesnya) atau Kualitatif

(berdasarkan jenisnya) fenomenologis.

Adapun tekhnik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah:

observasi, wawancara, studi literatur, studi dokumentasi dan studi lapangan.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLTA Negeri Kota Bandung yang telah

mengembangkan IMTAK dan IPTEK dibawah pembinaan Dinas Pendidikan dan

Kantor Departemen Agama Kota Bandung, dalam hal ini penulis memilih sekolah

yang ditunjuk diantaranya:

1. Berdasarkan surat izin penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Bandung

Nomor 421.5/90-PSMAK/2008 dan Nomor 070/56/Sekre/2008 penulis

memilih sekolah yang dijadikan lokasi penelitian sbb:

a. SMA Negeri 11 Jl. H. Aksan Moh. Toha Kota Bandung.

b. SMA Negeri 24 Jl. Raya Ujung Berung Kota Bandung.

c. SMK Negeri 6 Jl. Sukarno Hatta – Riung Bandung Kota Bandung.

(20)

2. Berdasarkan surat dari Kandepag Kota Bandung Nomor Kd.1019/4/

PP.00.11/527/2008:

a. Madrasah Aliyah Negeri 1 Jl. H. Alfi Cijerah Kota Bandung.

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

Secara garis besar metode penelitian telah dijelaskan pada Bab I terdahulu,

sehingga pada Bab 3 ini merupakan penjabarannya.

A. Desain Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLTA Negeri yang telah berhasil

mengembangkan IPTEK dan IMTAK di bawah pembinaan Dinas Pendidikan

Kandepag Kota Bandung, diantaranya:

1. Berdasarkan surat izin penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Bandung Nomor

421.5/90-PSMAK/2008 dan Nomor 070/56/Sekre/2008:

a. SMA Negeri 11 Jl. H. Aksan Moh. Toha Kota Bandung.

b. SMA Negeri 24 Jl. Raya Ujung Berung Kota Bandung.

c. SMK Negeri 6 Jl. Soekarno Hatta - Riung Bandung Kota Bandung.

d. SMK Negeri 7 Jl. Soekarno Hatta No. 96 Kota Bandung.

2. Berdasarkan surat dari Kandepag Kota Bandung Nomor Kd.1019/4/

PP.00.11/527/2008:

a. Madrasah Aliyah Negeri 1 Jl. H. Alfi Cijerah Kota Bandung.

b. Madrasah Aliyah Negeri 2 Jl. Cipadung No. 57 Kota Bandung.

Subjek penelitian yang penulis tetapkan adalah guru Pendidikan Agama

Islam dan umumnya seluruh civitas akademik sekolah yang terlibat dalam

kegiatan ektrakurikuler keagamaan pada Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah

(22)

Madrasah Aliyah yang telah ditetapkan oleh Kantor Departemen Agama Kota

Bandung, akan tetapi dalam pelaksanaannya hanya beberapa orang yang

ditentukan melalui observasi awal untuk diwawancarai.

Keutuhan kehidupan yang melibatkan seluruh warga sekolah dimaksudkan

untuk mengamati kehidupan sekolah secara umum melalui observasi. Sedangkan

subjek yang ditentukan, dimaksudkan untuk memperoleh informasi melalui

wawancara.

Untuk memperoleh data melalui wawancara, ditentukan subjek penelitian

yaitu:

1. Kepala Sekolah, selaku penanggungjawab secara umum seluruh kegiatan yang

dilaksanakan oleh sekolah.

2. Wakil kepala sekolah (wakasek) yang membantu kepala sekolah, khususnya

wakasek bidang kesiswaan yang salah satu tugasnya meng-koordinir kegiatan

ektrakurikuler termasuk di dalamnya kegiatan ekstrakurikuler keagamaan.

3. Kepala Tata Usaha sekolah yang mengetahui secara umum keberadaan

sekolah.

4. Guru-guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam yang secara langsung

terlibat mengatur dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler keagamaan di bawah koordinasi wakil kepala sekolah bidang

kesiswaan.

5. Perwakilan siswa (Ketua OSIS beserta stafnya, Pengurus DKM dan perwakilan

(23)

Dalam alur perolehan data primer, data yang hendak diperoleh dari

penelitian dapat dilukiskan seperti bagan berikut ini:

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa garis () menunjukan jalur

penyempurnaan PAI melalui kegiatan ektrakurikuler keagamaan melibatkan

Kepala sekolah, wakasek kesiswaan, dan guru PAI serta karyawan. Adapun garis

( ) adalah interelasi data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara dan

observasi dilapangan.

B. Defenisi Operasional

Sebagai acuan mengenai beberapa konsep atau istilah yang diangkat dalam

penelitian perlu dikemukakan pendefenisian operasional dengan harapan akan

terjalin kesatu pemikiran dan pemahaman di dalam proses pelaksanaan penelitian.

1. Pengembangan

Pengembangan adalah upaya atau usaha yang disengaja agar sesuatu

menjadi lebih maju atau sempurna dari sebelumnya, baik kuantitas maupun

kualitas.

Kepala Sekolah, Wakasek, Guru-guru, Karyawan Sekolah

Visi dan Misi

Sekolah

Faktor Lain

Siswa-siswi ekstrakurikuler Kegiatan

keagamaan

(24)

2. Model

Elias MA. (dalam Hasan, 2001: 47) mengemukakan: “a model is a

representation is a real or a planned system” artinya model merupakan

pencerminan, penggambaran sistem yang nyata atau direncanakan.

Murdick & Ross, (1982: 500) menyatakan model merupakan abstraksi

realitas, suatu ”penghampiran” kenyataan, sebab model tidak menceritakan

perincian atau detail perencanaan tersebut, melainkan hanya porsi atau

bagian-bagian tertentu yang penting saja, atau yang merupakan sosok kunci atau pokok

(Key Features).

Sedangkan menurut Law dan Keeton (1991: 5) mengemukakan bahwa

model merupakan representasi sebuah sistem dimana model di pandang sebagai

sesuatu yang memiliki sistem yang sesungguhnya. Miliset al. (1989: 4)

berpendapat, bahwa:

Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan pustaka yang terprosentasi oleh model itu. Jadi, model atau pola pada hakekatnya merupakan visualisasi atau konduksi kongkrit dari suatu konsep. Visualisasi atau kontruksi itu dirumuskan melalui upaya mental, berupa cara bertikes (wayof thonking) tertentu cuku melakukan kongritisasi atas fenomena abstrak.

Jadi pengembangan model adalah upaya mengembangkan atau

meningkatkan suatu acuan atau pola yang terencana untuk menghasilkan yang

lebih baik/sempurna dari sebelumnya baik kuantitas maupun kualitas.

3. Kegiatan Ektrakurikuler Keagamaan

Pengertian kegiatan ekstrakurikuler menurut Keputusan Menteri

(25)

pembinaan kesiswaan (Tim Penghimpun, 1997:79) memberikan pengertian

bahwa:

Kegiatan ekstrakurikuler adalah: Kegiatan diluar pelajaran biasa dan pada waktu libur sekolah, yang dilakukan baik di sekolah maupun diluar sekolah dengan tujuan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan seutuhnya.

Macam-macam kegiatan ekstrakurikuler ditingkat Sekolah Dasar dan

Menengah berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan

menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan No. 226/C/Kep/O/1992

tentang pedoman pembinaan kesiswaan Bab VI Pasal 14 Ayat 1 salah satunya

berisi kegiatan keagamaan yaitu pembinaan ketakwaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa berupa: a. Melaksanakan peribadatan sesuai dengan ketentuan agama

masing-masing; b. Memperingati hari-hari besar Agama; c. Melaksanakan

perbuatan amalih sesuai dengan norma agama; d. Membina toleransi kehidupan

antar umat beragama; e. Mengadakan kegiatan lomba yang bersifat keagamaan; f.

Menyelenggarakan kegiatan seni yang bernafaskan keagamaan.

Jadi kegiatan ekstrakurikuler keagamaan adalah Kegiatan diluar pelajaran

biasa dan pada waktu libur sekolah, yang dilakukan baik di sekolah maupun di

luar sekolah berupa pembinaan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

seperti: a. Melaksanakan peribadatan sesuai dengan ketentuan agama

masing-masing; b. Memperingati hari-hari besar Agama; c. Melaksanakan perbuatan

amaliah sesuai dengan norma agama; d. Membina toleransi kehidupan antar umat

beragama; e. Mengadakan kegiatan lomba yang bersifat keagamaan; f.

(26)

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif ini yang menjadi instrumen penelitian adalah

peneliti. Peneliti merupakan “key instrument”, artinya alat penelitian utama.

Peneliti sebagai instrumen penelitian memiliki kelebihan sebagai berikut: “(1) ia

akan bersikap responsif terhadap lingkungan dan pribadi-pribadi yang

menciptakan lingkungan; (2) dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan situasi

lapangan penelitian terutama jika ada kenyataan ganda; (3) mampu melihat

persoalan dalam suatu keutuhan dalam konteks suasana, keadaan, dan perasaan;

(4) mampu memproses data secepatnya setelah diperolehnya, menyusunnya

kembali.

D. Proses Pengembangan Instrumen

Proses pengembangan instrumen dilakukan oleh penulis dengan membuat

pedoman observasi, Kisi-kisi pengumpulan data dan Pedoman wawancara agar

ketika pelaksanaanya tidak salah arah atau melantur, tetapi terarah kepada apa

yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat digali secara mendalam, baik yang

hiden atau aktual seperti di bawah ini: (Terlampir pada Tabel 3.1, Tabel 3.2,

Tabel 3.3).

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian

pengembangan model kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dalam upaya

penyempurnaan Pendidikan Agama Islam (Studi komperatif pada sekolah lanjutan

atas yang mengembangkan IPTEK dan IMTAK) terlebih dahulu mempersiapkan

(27)

pengumpulan data yang penulis gunakan adalah: observasi, wawancara, studi

literatur, studi dokumentasi dan field study.

1.Observasi

Tekhnik observasi secara intensif oleh penulis digunakan untuk

memperoleh data mengenai kegiatan ekstrakurikuler keagamaan melalui kepala

sekolah, wakasek kesiswaan, guru PAI dan siswa. Observasi dilaksanakan di

dalam setiap aktivitas yang terkait dengan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan

seperti: (a) pelaksanaan peribadatan yang sesuai dengan ketentuan agama; (b)

kegiatan memperingati hari-hari besar agama; (c) kegiatan pelaksanaan perbuatan

amaliah yang sesuai dengan norma agama; (d) kegiatan lomba yang bersifat

keagamaan; (e) penyelenggaraan kegiatan seni yang bernafaskan keagamaan.

Jenis observasi yang digunakan adalah non sistematis, yakni tidak

menggunakan pedoman baku, berisi sebuah daftar yang mungkin dilakukan atau

diisi oleh kepala sekolah, para wakasek, guru atau siswa, akan tetapi pengamatan

dilakukan secara spontanitas, dengan cara mengamati apa adanya pada kepala

sekolah, para wakasek, guru atau siswa dalam aktivitas yang terkait dengan

kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dan aktivitas sebagai akibat dari peran kepala

sekolah, para wakasek, guru pada kegiatan ekstrakurikuler keagamaan.

Observasi partisipan merupakan daerah yang diperluas untuk menjangkau

dan menguatkan observasi yang penting. Observasi pertisipan sangat diperlukan

terutama menyangkut data yang dilakukan siswa pada kegiatan ekstrakurikuler

(28)

2. Wawancara

Teknik penelitian yang kedua peneliti tetap menggunakan wawancara yang

sesuai dengan sember data yang hendak digali. Terlebih dahulu penulis

ketengahkan makna dari wawancara itu sendiri. Di bawah ini penulis kutif

beberapa defenisi wawancara menurut para pakar dibidang penelitian diantaranya:

Sudjana, N. (2004: 10) mengemukakan bahwa wawancara adalah teknik

pegumpulan data/informasi melalui tatap muka antara pihak peneliti sebagai

penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya (interviewee) dengan

menggunakan pedoman wawancara (interview guide). Sedangkan Dexter dalam

(Lincoln dan Guba, 1985: 28) mengarti-kan bahwa wawancara adalah suatu

percakapan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang perorangan,

kejadian, kegiatan, parasaan, motivasi, kepedulian, disamping itu dapat

mengalami dunia pikiran dan perasaan responden.

Melalui teknik wawancara data utama yang berupa ucapan, pikiran

perasaan dan tindakan dari guru dan kepala sekolah diharapkan akan lebih mudah

diperoleh, seperti yang dikemukakan oleh Nasution ( 1988: 73) bahwa dalam

teknik wawancara terkandung maksud untuk mengetahui apa yang ada dalam

pikiran dan perasaan responden.

Oleh karena itulah salah satu cara yang akan ditempuh peneliti adalah

melakukan wawancara secara mendalam terhadap subjek penelitian dengan tetap

berpegang pada arah, sasaran dan fokus penelitian.

Pedoman wawancara peneliti persiapkan untuk menghindari bias

penelitian, dan yang sesuai dengan sumber data yang hendak digali. Pedoman

(29)

perkembangan data yang terjadi dilapangan. Mekipun fleksibel, namun tetap

mengacu pada fokus penelitian yaitu mengenai pengembangan model kegiatan

ekstrakurikuler keagamaan dalam upaya menyempurnakan Pendidikan Agama

Islam (Studi komperatif pada Sekolah Lanjutan Atas yang mengembangkan

IMTAK dan IPTEK di Kota Bandung).

Pelaksanaan wawancara tersebut dilakukan ketika proses kegitan

berlangsung dan di luar kegiatan untuk menggali data agar sesuai konteksnya.

Adapun yang peneliti wawancarai dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, para

wakasek khususnya wakasek bidang kesiswaan dan guru agama serta beberapa

orang siswa yang aktif dalam kegiatan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan

wawacara dengat alat bantu tape recorder dan berupa catatan. Penggunaan kedua

alat bantu ini mengingat data yang dikumpulkan bersifat verbal dan non verbal.

Setelah dilakukan wawancara, informasi yang diperoleh diolah dan

dikonfirmasikan melalui tahap triangulasi dan member check. Hal ini dilakukan

untuk memperoleh masukan kesesuaian data tersebut.

3. Studi Literatur

Studi Literatur adalah teknik untuk menghimpun data/informasi dari

sumber tertulis seperti dokumen, laporan, hasil penelitian, jurnal ilmiah, buku,

dsb. yang mendukung pengumpulan data selain melalui teknik-teknik di atas.

Penelitian ini bukan kajian pustaka terhadap penerimaan atau penolakan

pada suatu teori, namun penulis relatif banyak mengkaji buku-buku yang

(30)

Pertama, sebagai acuan penulis dalam menyusun suatu hasil karya yang

bermakna, sehingga bentuk, sistematika, bahasa dan etika penulisan ilmiah dapat

diikuti dengan baik.

Kedua, semakin banyak literasi yang digunakan mungkin hasilnya akan

lebih baik karena banyak masukan-masukan yang berarti dari para ahli, sehingga

diharapkan mampu melahirkan suatu teori baru yang bisa dimanfaatkan oleh

semua lapisan masyarakat terutama oleh masyarakat akademik pada khususnya.

Ketiga, dapat membantu mempercepat penyelesaian disertasi ini dengan

tidak terlalu banyak menyita waktu karena dapat bekerja secara efektif, fleksibel

dan akurat.

4. Studi Dokumentasi

Dokumentasi dan catatan merupakan sumber informasi yang sangat

berguna, bahwa sumber informasi yang berupa dokumen dan rekaman yang

sangat bermanfaat, antara lain: (a) merupakan sumber data yang stabil dan kaya,

(b) berguna sebagai bukti pengujian, (3) bersifat alamiah, (4) relatif murah dan

mudah didapat, (5) tidak reaktif.

Dengan demikian studi dokumentasi sebagai alat dalam penelitian mutlak

diperlukan, karena tanpa data yang akurat peneliti dapat dikatakan tidak berhasil

atau merasa kurang ke absahannya, terutama dalam bentuk foto,tulisan, atau pun

gambar hidup sekarang ini sudah merupakan hal yang wajib dilakukan, karena

selain sebagai data yang akurat, juga dari data tersebut dianalisis kembali oleh

peneliti berikutnya dengan obyek penelitian yang berbeda akan tetapi pada lokasi

(31)

Adapun data yang bersifat dokumenter itu berupa: (1) arsip-arsip sekolah,

(2) program sekolah khususnya program kegiatan ekstrakurikuler keagamaan, (3)

Visi dan Misi, (4) Buku catatan prestasi, (5) sarana dan prasarana, (6) foto-foto

kegiatan, (7), jadwal kegiatan.

5. Studi Lapangan

Studi lapangan merupakan jenis penelitian yang berhubungan dengan

peneliti yang terlibat dalam lapangan penelitiannya, maksudnya peneliti

berpartisipasi selama beberapa lama dalam kehidupan sehari-hari kelompok sosial

yang diteliti. Dengan demikian berarti peneliti banyak waktu untuk bersosialisasi

dan menggali data dengan kelompok yang diteliti.

F. Pendekatan dan Paradigma Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah Pendekatan

Naturalistik (berdasarkan prosesnya) atau Kualitatif (berdasarkan jenisnya)

pendekatan fenomenologis. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, sebab

seperti dinyatakan Nasution (1988: 18) “sifat data yang dikumpulkan bercorak

kualitatif”, tidak menggunakan alat-alat pengukur. Sedangkan bila disebut

pendekatan naturalistik, karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau

wajar”, sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau

test. Sedangkan Bogdan (1982: 3) menjelaskan bahwa, penelitian kualitatif

acapkali disebut naturalistik, sebab peneliti tertarik menyelidiki

peristiwa-peristiwa sebagaimana terjadi secara natural.

Sedangkan menggunakan pendekatan fenomenologis karena Pendekatan

(32)

penelitian kualitatif. Fenomenologi adalah suatu ilmu tentang fenomena atau yang

dapat diamati untuk menggali esensi mana yang terkandung di dalamnya.

(Mulyana, 1996:65).

Pendekatan fenomenologis yang penulis gunakan mengarah kepada dwi

fokus dari pengamatan, yaitu:

a. Sesuatu yang tampil dalam pengaitan yang berarti bahwa seluruh proses

merupakan objek studi (noesis). Hal ini berarti bahwa seluruh proses

merupakan objek studi dari penelitian adalah seluruh kegiatan ektrakurikuler

keagamaan dalam upaya penyempurnaan Pendidikan Agama Islam pada

sembilan sekolah yang dijadikan tempat penelitian.

b. Sesuatu yang langsung diberikan (given) dalam pengalaman itu secara

langsung hadir (present) bagi yang mengalaminya (noema).

Adapun langkah-langkah pendekatan fenomenologis yang penulis

laksanakan terdiri dari dua langkah yaitu:

Pertama, epoche ialah menangguhkan atau menahan diri dari segala

keputusan positif. Menahan diri dalam pengertian menangguhkan pengambilan

keputusan, ini penting artinya agar ditemukan makna esensinya pada enam

sekolah yang dijadikan tempat penelitian. Reduksi yang dilakukan adalah sesuai

dengan apa yang nampak dari pengamatan kebetulan atau aksidental tampil dari

pengamatan peneliti. Oleh karena itu ketajaman dan kecermatan dalam mengamati

sasaran menjadi tanggung jawab secara fenomenologis. Kedua, Ideation, adalah

menemukan esensi dari realitas kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang menjadi

sasaran pengamatan reduksi objek: (1) karakteristik umum yang dimiliki semua

(33)

yaitu mencakup sejumlah benda atau hal-hal yang sejenis yang dimiliki oleh

sekolah lanjutan tingkat atas; (3) kondisi yang harus dimiliki benda-benda atau

hal-hal tertentu untuk dapat digolongkan dalam jenis yang sama.

Berdasarkan hal itu maka ketika menyaksikan kegiatan ekstrakuri-kuler

keagamaan yang dilakukan peneliti tidak secara langsung menyimpulkan

(epoche), melainkan mencoba mencari makna sejati dibalik kegiatan tersebut

(ideation). Dalam pendekatan rumpun kualitatif, langkah-langkah fenomenologis

tidak terlepas dari ciri umum yang ditampilkan dalam penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang

diamati data yang dikumpulkan melalui penelitian kualitatif lebih berupa kata-kata

dari pada angka-angka berdasarkan hal itu peneliti akan memusatkan perhatian

pada ucapan dan tindakan subjek dan penelitian, serta situasi yang dialami dan di

hayatinya dengan berpegang pada kekuatan dari hasil wawancara mendalam.

Melalui pendekatan penelitian tersebut penelitian ini diarahkan untuk

memahami latar belakang individu secara alamiah dan secara utuh yang tidak

terlepas dari konteksnya, sebab hanya dengan keutuhan itu dapat dipahami

permasalahan yang ingin diteliti.

Moleong (1996: 73) menyatakan bahwa pengamatan, penafsiran, dan

penyimpulan terhadap suatu konteks peristiwa secara utuh dilakukan atas dasar

asumsi bahwa:

(34)

keseluruhan pengaruh lapangan; dan 3). Sebagian struktur nilai konteks nilai bersifat determinatif terhadap apa yang dicari.

Adapun yang menjadi paradigma penelitian yang penulis tetapkan adalah

(35)
(36)

G. Prosedur dan Tahan-Tahap Penelitian

Prosedur dan tahap-tahap penelitian yang penulis lakukan dimulai dengan

melakukan tahapan-tahapan yang sudah dilaksanakan secara matang, dan

terencana sebagai berikut:

1. Persiapan

Penelitian ini adalah kelanjutan penulisan tesis, penulis mengangkat

sebuah kegiatan ekstrakurikuler keagamaan pada sebuah sekolah yang bercirikan

Islam yaitu kegiatan tazkiyyatu al Qalb dalam upaya peningkatan proses

Pendidikan Agama Islam.

Penulis merasa tertantang ingin mengadakan penelitian selanjutnya pada

sekolah-sekolah yang tidak hanya berciri khas Islam saja, namun justru ingin

mengadakan studi komperatif pada sekolah-sekolah yang setingkatannya juga,

siapa tahu pada sekolah-sekolah lain terdapat model kegiatan ekstrakurikuler

keagamaan yang jauh lebih baik, lebih kondusip dan dipandang lebih berhasil

serta dapat membantu menyempurnakan proses Pendidikan Agama Islam.

Penulis memandang penelitian itu merupakan penelitian awal sehingga

untuk studi awal yaitu menemukan berbagai permasalahan pendidikan di lapangan

telah penulis temukan.

Awalnya penulis menentukan sebuah sekolah yang akan dijadikan tempat

penelitian, sekolah itu dipandang penulis cukup rawan, karena lokasinya berada

dipinggir jalan raya, memudahkan dijangkau dari berbagai jurusan angkot, dan

lebih mudah posisinya jika ada orang-orang yang bertanggung jawab yang akan

(37)

Namun ternyata tidak terwujud karena promotor mengarahkan tempat

penelitian bukan kehendak sendiri tapi berdasarkan informasi dari Depdiknas dan

Kandepag, agar lebih akurat dan menghindari penelitian yang subyektif.

kemudian melakukan perencanaan penelitian, mempertajam fokus dan perumusan

penelitian. Setelah mendapatkan resmi SK pembimbing peneliti melanjutkan

dengan pengurusan surat izin penelitian dan keluar pada tanggal 20 Februari 2008

No. 0964/H40.7/PL/2008 yang ditujukan ke Dinas Pendidikan dan Kantor

Departemen Agama Kota Bandung yang terlebih dahulu mengajukan izin ke

Pemerintahan Kota Bandung Bidang Badan Kesatuan Bangsa Perlindungan dan

Pemberdayaan Masyarakat dengan izin surat No. 70/527/BKPPM/2008 tanggal 27

Februari 2008, surat izin ini sebagai bahan rujukan ke Dinas Pendidikan Kota

Bandung dan Kantor Departemen Agama.

Pada tanggal 29 Februari 2008 surat izin pengadaan studi lapangan dari

Dinas Pendidikan Kota Bandung telah keluar dengan No. 421.5/90-PSMAK/2008

dengan menunjuk sekolah yang dijadikan tempat penelitian sebanyak 7 sekolah,

terdiri dari empat Sekolah Menengah Atas Negeri: SMAN 1, SMAN 2, SMAN

11, SMAN 24 Kota Bandung, dan tiga Sekolah Menengah Kejuruan yaitu SMKN

6, SMK, SMKN 7 dan SMKN 13 (tertulis pada lokasi subjek penelitian).

Sekolah sekolah tersebut dinilai dan dipandang oleh Dinas Pendidikan

adalah sekolah-sekolah yang telah melaksanakan pengintegrasian nilai-nilai

IMTAK dan IPTEK, bahkan memiliki prestasi yang bagus. Namun dari pihak

dikna tidak mewajibkan semuanya dijadikan tempat penelitian, penulis boleh

memilih dari ketujuh sekolah tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kelengkapan

(38)

Pada tanggal 10 Maret 2008 izin penelitian dari kantor Departemen Agama

Kota Bandung telah keluar dengan No. Kd.10.19/4/PP.00.11/ 257/2008, ditujukan

Madrasah Aliyah yang ditunjuk oleh Kantor Departemen Agama sebagai tempat

penelitian adalah Madrasah Aliyah Negeri 1 Cijerah Bandung dan Madrasah

Aliyah Negeri 2 Cibiru, karena memang Madrasah Aliyah Negeri di Kota

Bandung baru dua buah sekolah, sementara Madrasah Aliyah Swasta cukub

banyak.

Namun Kandepag hanya memberikan dan mengizinkan kedua MAN

tersebut tersebut yang dapat dijadikan lokasi penelitian. Bagi penulis tidak

masalah karena justru sekolah yang dijadikan tempat penelitian adalah sekolah/

madrasah yang ke level agar seimbang.

Setelah mempersiapkan alat-alat yang membantu instrument penelitian,

maka mulailah penulis pengadakan tahap orientasi dengan tekhnik observasi dan

wawancara awal bersilaturahim dengan yang terkait dengan subjek penelitian

sambil, sambil menunggu penyelesaian surat pengantar dan izin penelitian secara

resmi untuk ke sekolah yang ditunjuk, sebagai bahan penyusunan pedoman

wawancara, kisi-kisi dan pedoman wawancara, dan menentukan langlah

selanjutnya.

Tahapan orientasi ini, merupakan tahap awal penelitian yang dilakukan

untuk memperoleh informasi yang dianggap penting yang berhubungan dengan

subjek penelitian, karena siapa tahu masalah yang diangkat oleh penulis tidak

(39)

2. Pelaksanaan

Satu minggu kemudian surat pengantar dan izin penelitian secara resmi

telah selesai dan siap dikirimkan. Pada tahap pelaksanaan diawali dengan

menyampaikan surat izin penelitian ke sekolah-sekolah yang ditunjuk oleh Dinas

Pendidikan Kota Bandung dan Kantor Departemen Agama.

Selanjutnya peneliti menyusun pedoman observasi, kisi-kisi wawancara

dan pedoman wawancara (terlampir) yang akan di pergunakan dalam pelaksanaan

penelitian untuk memperoleh informasi secara mendalam mengenai

elemen-elemen yang ditentukan untuk dicari keabsahannya.

Dan ternyata dari observasi dan wawancara awal dihasilkan data yang

mengarah kepada penulis untuk menentukan pilihan, apakah semua sekolah yang

direkomendasi oleh diknas dan kandepag akan diambil semua atau dipilih,

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akan keberhasilan penelitian.

Akhirnya Setelah mempertimbangkan dari berbagai hal, mulai dari

keseimbangan data sekolah, dan program-programnya serta pelayanannya, maka

penulis memilih dan menetapkan dari Sembilan sekolah menjadi enam sekolah;

setelah dikonsultasikan dengan para pembimbing, yaitu: dua SMAN (SMAN 11

dan SMAN 24); dua SMKN (SMKN 6 dan SMKN 7) dan dua MAN (MAN 1 dan

MAN 2)

Awalnya promotor tidak menyetujuinya, namun setelah penulis berusaha

memberikan penjelasan yang dapat dimengerti dan dipertanggung jawabkan,

akhirnya semua pembimbing sepakat menyetujuinya.

Peneliti selanjutnya mengadakan tahapan eksplorasi dengan observasi

(40)

meneropong dan memotret kegiatan yang berlangsung dan yang akan

dilaksanakan, tidak hanya itu penulis sendiri mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

keagamaan secara langsung untuk mengambil data penelitian yang akurat. Tidak

hanya itu penulis memfoto copy arsip-arsip kegiatan, mulai dari

program-programnya, materinya, pengisi materinya, absensi kehadiran ustadz dan peserta

didiknya.

Setiap data yang diperoleh dari semua subjek penelitian diadakan

trianggulasi kepada sumber-sumber yang dapat dipercaya, sebagai bahan untuk

melakukan tahapan member check. Untuk mendapatkan data yang akurat cukup

memakan waktu, karena untuk satu sekolah saja penulis harus beberapa kali

dating.

Rata-rata untuk setiap sekolah memakan waktu enam sampai 7 kali datang

karena setiap tidak setiap sekolah dapat mengkondisikan orang-orang yang akan

diwawancarai dapat hadir bersamaan, sehingga penulislah yang harus

menyesuaikan waktu dengan mereka; ditambah lagi kegiatan ekstrakurikuler

keagamaan hampir semua sekolah mengadakan dalam waktu yang sama yaitu hari

jumat untuk program mingguan.

Awalnya memang cukup melelahkan dan benar-benar diuji mental,

kesabaran dan kemampuan untuk menggali data. Namun setelah dijalani dan

dinikmati ternyata banyak hal yang dapat menantang penulis untuk terus dan

berkeinginan segera menuangkan dalam susunan laporan atau tulisan.

3. Penyusunan

Tahap penyusunan merupakan tahapan member check untuk

(41)

dengan data yang ditampilkan subjek dengan cara mengoreksi, merubah, dan

memperluas data tersebut sehingga menampilkan data yang terpercaya.

Untuk selanjutnya penulis melakukan analisis data yang dilakukan dengan

proses pengumpulan data sejak awal hingga akhir penelitan. Analisis data

dilakukan secara induktif, yaitu: Suatu penarikan kesimpulan dari yang umum

(berlaku untuk semua/banyak) atas dasar pengetahuan tentang hal-hal yang

khusus (beberapa/sedikit).

Analisis ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa proses induktif

lebih dapat menentukan kenyataan-kenyataan yang terdapat dalam data, dapat

membuat hubungan peneliti dan responden menjadi eksplisit. Melalui analisis

induktif diharapkan mampu menangkap makna data yang bersifat ganda,

menginterpretasi dan menyimpulkan hasil-hasil temuan.

Cara analisis data yang penulis tempuh berdasarkan pendapat Moleong

(1994:5):

Proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan ganda yang terdapat dalam data, analisis induktif lebih dapat membuat peneliti dan responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel. Analisis tersebut lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat/tidaknya pengalihan kepada latar lain; dan analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama, menghitung nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian struktur analitik.

Sebagai peneliti yang menggunakan pendekatan fenomenologis juga,

mengupayakan pula terjadinya proses reduksi, interpretasi dan analisis data

dengan mengikuti alur pendekatan tersebut. Proses reduksi dilakukan untuk

mencari inti atau bagian pokok dari data yang diperoleh, interpretasi dilakukan

untuk merumuskan kembali hasil reduksi sebagai bahan untuk menganalisis/

(42)

struktur dasar dari upaya yang dilakukan kepala sekolah, wakasek kesiswaan,

guru agama, siswa secara keseluruhan.

4. Pengembangan Model

Pada tahap akhir ini penulis mencoba mengembangkan model yang

penulis temukan di lokasi penelitian baik tujuannya, materinya, prosesnya dan

evaluasinya berdasarkan paradigma penelitian, sehingga diperoleh suatu pedoman

kegiatan ekstrakurikuler keagamaan untuk dipergunakan di SLTA, dengan

harapan dapat membantu menyempurnakan proses Pendidikan Agama Islam.

Bentuk pengembangan model tujuan kegiatan ekstrakurikuler

keagamaan juga mengacu kepada tujuan pendidikan secara umum yaitu

merupakan langkah nyata ke arah terciptanya humanisasi, yaitu manusia yang

memiliki kepribadian utuh (Islam: Insan Kamil); terbentuknya kepribadian

muslim yang integratif antara dunia dan akherat; Terbentuknya manusia yang

berakhlak mulia yang menjunjung tinggi nilai-nilai kesadaran Ilahiyah dalam

kehidupan sehari-hari; Mengembangkan pribadi dalam semua aspeknya

mencakup jasmani, akal dan hati/manusia yang sempurna; manusia yang utuh dan

sadar akan dirinya serta berbuat sesuai dengan potret dirinya, generasi penerus

yang benar-benar berkepribadian.

Bentuk pengembangan model materi kegiatan ekstrakurikuler : a)

Sistem dan pengembangan materi selaras dengan fitrah insan, sehingga memiliki

peluang untuk menyucikannya, menjaganya dari penyimpangan dan

menyelamatkannya; b) materi diarahkan untuk mencapai tujuan akhir Pendidikan

Agama Islam, yaitu ikhlas, taat dan beribadah kepada Allah SWT, sebagai

(43)

c) Pentahapan serta pengkhususan materi hendaknya memperhatikan periodesasi

perkembangan peserta didik maupun unisitas (ke-khas-an nya) seperti

karakteristik ke-anak-an (dalam berbagai tahapan perkembangannya), kewanitaan

dan kepriaan; d) Dalam berbagai pelaksanaan materi memelihara segala

kebutuhan nyata kehidupan masyarakat, sambil tetap bertopang pada kejiwaan

dan cita ideal Islaminya, seperti rasa syukur serta harga diri sebagai umat Islam

serta tetap mendukung dan menegakkannya; e) Secara keseluruhan struktur dan

organisasi materi tidak bertentangan dan tidak menimbulkan pertentangan,

bahkan sebaliknya; terarah kepada pola hidup Islami. Dengan kata lain materi

tersebut berpeluang untuk menempuh kesatuan jiwa umat; f) materi itu realistis,

dalam arti dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi; g); materi

memperhatikan aspek-aspek tingkah laku amaliah Islami, seperti pendidikan

untuk berjihad dan menyebarkan dakwah Islamiyah, serta membangun

masyarakat Muslim di lingkungan sekolah.

Bentuk pengembangan model proses kegiatan ekstrakurikuler

keagamaan: (1)Perencanaan disusun oleh guru agama baik program harian,

mingguan, bulanan dan tahunan kemudian diajukan kepada sekolah agar

mendapat dukungan dari semua pihak karena ada kegiatan yang perlu terintegrasi

dengan kegiatan lainnya seperti membaca al Quran diawal pembelajaran dengan

dipandu oleh semua guru yang kebetulan mengajar pada jam pelajaran pertama,

sehingga bukan hanya siswa yang dituntut mampu membaca al Quran dengan

tartil, dan terjemahannya serta membaca tafsir al Quran tetapi semua gurunya

akan termotivasi untuk mendalami ilmu Agama Islam; (2) Pengisi materi

(44)

mengoptimalkan kinerja guru Agama Islam yang sudah terjamin kelurusan

aqidahnya. Guru agama harus memaksimalkan tugasnya sebagai pembimbing,

pengajar dan pelatih. Dalam Implementasinya mudah meraih keberhasilan dengan

cara memberi keteladanan yaitu: (a) memberi keteladan dengan tutur kata yang

baik (dialog pengenalan, dialog pengertian, dialog penghargaan, dialog

persahabatan; (b) memberi teladan dengan memenuhi keinginan anak (merespon

pertanyaan dan perkataan anak, biasakan melihat kondisi dan situasi anak,

menerima semua apa yang dilakukannya, mengadakan sentuhan fisik dan

kelembutan, menatap wajah dengan kontak mata, mendengarkan apa yang

diucapkan dan ditanyakan anak); (c) melepaskan beban-bebannya (pahami

kemauan dan kesenangan anak, melibatkan diri dalam keinginan dan kebutuhan

anak, memberi informasi jelas dan padat saat bertemu dengan anak, hindari

keluhan, memberikan sesuatu sesuai dengan kemampuannya, hindari harapan

yang berlebihan; (d) memberikan teladan dengan contoh pribadi (mempunyai

kesan, bersikap konsisten, menggunakan kata-kata mengajak, memberikan

pengenalan, memberikan pengertian); (e) memberi contoh dengan kebiasaan

(mengajarkan suatu perbuatan baik, konsisten dalam memberi perlakuan,

membiasakan untuk meminta maaf, meningkatkan aqidah, mampu menghindari

cela dari kejahatan, mampu merubah lingkungan); (f) memberi contoh tentang

sosial (memberikan pendekatan diri pada Allah, berhubungan sesama manusia

dengan baik). (3) Membutuhkan strategi pendidikan Agama Islam: Jadikan

iman dan takwa inti dari pendidikan nasional; Optimalkan pendidikan Agama

Islam; teladankan perilaku yang sesuai ajaran Islam; biasakan perilaku yang

(45)

pelajaran; integrasikan ajaran Islam ke dalam kegiatan ekstrakurikuler; ciptakan

suasana kondusif; kerjasama sekolah dengan orang tua siswa. (4) Pengembangan

waktu dan tempat: sekolah harus selektif mengenai waktu dan tempat acara

kegiatan ektrakurikuler keagamaan; ditentukan oleh pihak oleh sekolah atau

pengajuan dari siswa dan guru Pembina yang menyeleksi dan menetapkannya

berdasarkan berbagai pertimbangan. disusun jadwal kegiatan ekstrakurikuler

yang ada, bahkan sebaiknya kegiatan ektrakurikuler keagamaan diwajibkan

diikuti oleh setiap siswa, karena terkait dengan pembinaan keimanan dan

ketakwaan (program IMTAK), dalam hal metode pendidikan/pengajaran itu

bersifat luwes, efektif, dan menggugah perangkat nilai edukatif yang

membuahkan tingkah laku yang positif serta meningkatkan dampak afektif (sikap)

yang positif pula dalam jiwa.

Evaluasi kegiatan ekstrakurikuer keagamaan terdapat sekolah yang

sudah memiliki alat ukur penilai kegiatan ekstrakurikuler keagamaan berupa buku

tes kompetensi, namun ada juga sekolah yang belum memiliki buku tes

kompetensi keagamaan padahal kegiatannya terprogram dengan baik. Untuk

mendapatkan sesuatu yang diharapkan tidak semudah yang dibayangkan karena

disana dihadapkan dengan berbagai faktor kendala seperti kurang motivasi dari

peserta didik untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dan lebih

memilih mengikuti ekstrakurikuler lainnya yang bersifat seni dan olah raga,

kurangnya dukungan dan perhatian dari orang tua terhadap keaktifan

ekstrakurikuler keagamaan apalagi adanya isu-isu masuknya aliran sesat

kelingkungan sekolah, kesibukan guru PAI sendiri sehingga kurang memberikan

(46)

terpilih menjadi pengurus. Ditambah lagi nilai kegiatan ekstrakurikuler tidak

dicantumkan dalam buku raport secara khusus seperti ekstrakurikuler bidang

kesenian. Olah raga, pramuka, dan PMR; tetapi untuk nilai kegiatan

ekstrakurikuler keagamaan terintegrasi pada nilai PAI. Bentuk pengembangan

model evaluasi kegiatan ekstrakurikuler keagamaan: Evaluasi dilakukan

harian, mingguan dan tahunan melalui buku laporan hasil kegiatan

ekstrakurikuler, dan diberikan nilai akhir pada buku raport yang bersifat kualitatif

sehingga peserta didik merasa diberikan penghargaan dan berubahan sikap dapat

sambil berjalan kegiatan dan dapat dilakukan sebagai tindakan preventif.

Pengembangan model kegiatan ekstrakurikuler keagamaan ini tertuang

dalam sebuah buku, yang penulis susun dengan harapan dapat bermanfaat bagi

(47)

BAB V

KESIMPULAN, APLIKASI, DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Setelah membahas hasil penelitian yang diketengahkan dalam bab IV,

banyak temuan-temuan , untuk selanjutnya pada bab V ini penulis menyimpulkan

penelitian Pengembangan Model Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan di

Sekolah (Sudi komperatif pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri yang telah

mengembangkan Integrasi IMTAK dan IPTEK) sebagai berikut:

Tujuan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di masing-masing sekolah

pada umumnya sama menghendaki peserta didiknya memiliki akhlakul karimah,

dan itu tidak dapat diraih hanya melalui jalur pendidikan agama Islam secara intra

kurikuler saja yang hanya memiliki kapasitas dua jam pelajaran, tetapi untuk

penyempurnaanya dibutuhkan proses pembelajaran di luar jam pelajaran yaitu

melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan, di SLTA lebih dikenal dengan istilah

kegiatan pengembangan IMTAK dengan mengusung misi dan visi sekolah

masing-masing. Tujuan kegiatan ektrakurikuler mengacu kepada tujuan

pendidikan Nasional yang terdapat pada Undang-undang Sisdiknas No 20 tahun

2003 dapat tercapai; melengkapi dan menyempurnakan Pendidikan Agama Islam

di kelas sesuai yang diharapkan oleh KTSP, membina moralitas keagamaan sesuai

dengan ajaran Al Quran dan Al Hadits, sebagai bentuk implementasi dari

pengembangan nilai-nilai IMTAK. Bentuk pengembangan model tujuan

kegiatan ekstrakurikuler keagamaan juga mengacu kepada tujuan pendidikan

secara umum yaitu merupakan langkah nyata ke arah terciptanya humanisasi,

(48)

kepribadian muslim yang integratif antara dunia dan akherat; Terbentuknya

manusia yang berakhlak mulia yang menjunjung tinggi nilai-nilai kesadaran

Ilahiyah dalam kehidupan sehari-hari; Mengembangkan pribadi dalam semua

aspeknya mencakup jasmani, akal dan hati /manusia yang sempurna; manusia

yang utuh dan sadar akan dirinya serta berbuat sesuai dengan potret dirinya,

generasi penerus yang benar-benar berkepribadian.

Materi kegiatan ekstrakurikuler keagamaan pada tingkat SLTA

beragam mengacu kepada tujuan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang telah

ditetapkan masig-masing, membutuhkan penyempurnaan dalam hal susunannya.

Materi kegiatan ekstrakurikuler keagamaan meliputi: a) Baca tulis al Qur’an, rutin

dan khusus; b) Ibadah Syariah; c) Pembinaan akhlakul karimah; d) Praktek

ibadah: keterampilan menjadi imam, qiyamulail, shalat tarawih,

menyelenggarakan buka puasa bersama, menyelenggarakan zakat fitrah

menyelenggarakan halal bil halal, menyelenggarakan sholat idul adha dan

penyembelihan hewan Qurban; e) pembinaan jiwa sosial; kerja sama dengan

masyarakat, menyelenggarakan bakti sosial; f) pembinaan keputrian; g) latihan

dasar kepemimpinan; h) tadabur alam; i) lomba PHBI (memperingati Isra Mi’raj,

Nuzulul Quran, memperingati 1 Muharram, memperingati Maulid Nabi

Muhammad SAW) meliputi: MTQ, Adzan, puitisasi terjemahan al Qur’an,

menulis indah kaligrafi Al-Qur’an, cerdas cermat PAI mengarang cerita dan

pidato keagamaan; j) mengadakan acara istighasah; k) mabit (malam bina iman

dan takwa); m) bedah buku Islam; n) nasyid. Bentuk pengembangan model

materi kegiatan ekstrakurikuler : a) Sistem dan pengembangan materi selaras

Gambar

Tabel 3.3).
gambar hidup sekarang ini sudah merupakan hal yang wajib dilakukan, karena

Referensi

Dokumen terkait

“ Menurut informan ekstrakurikuler merupakan kegiatan di luar jam sekolah yang dilakukan baik di sekolah maupun di luar sekolah, dengan tujuan untuk memperdalam dan

diluar jam pelajaran sekolah. Motivasi siswa yang tinggi dalam kegiatan ekstrakurikuler bola voli maka latihan keterampilan bola voli juga akan berjalan dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan penanaman karakter kemandirian melalui kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Luar Biasa Negeri Sragen, (2)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan penanaman karakter kemandirian melalui kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Luar Biasa Negeri Sragen, (2)

Menurut Moh.Uzer Usman (1993: 22), ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran (tatap muka) baik dilaksanakan di sekolah maupun di

Komunikatif sangat penting bagi kepala sekolah untuk mendorong maju bawahan, memberikan atau menerima informasi bagi perkembangan ekstrakurikuler keagamaan. Tanpa

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran biasa (Intrakurikuler) baik erat maupun tidak erat

“Ko-kurikuler merupakan kegiatan di luar jam pelajaran biasa termasuk waktu libur yang dilakukan di sekolah ataupun di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa