• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN PELATIHAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI BAGI GURU KIMIA SMA PADA KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT NON ELEKTROLIT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DESAIN PELATIHAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI BAGI GURU KIMIA SMA PADA KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT NON ELEKTROLIT."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

vii DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GRAFIK ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Defenisi Operasional ... 8

BAB II DESAIN PELATIHAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI BAGI GURU-GURU KIMIA SMA PADA KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT A. Pelatihan ... 9

(2)

viii

C. Kompetensi Guru Kimia ... 20

D. Model Pembelajaran Inkuiri ... 26

E. Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 34

B. Metode Penelitian... 35

C. Subjek Penelitian ... 36

D. Prosedur Penelitian... 37

E. Instrumen Penelitian... 38

F. Jadwal Penelitian ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kebutuhan Pelatihan ... 47

B. Desain Pelatihan Perencanaan Pembelajaran Berbasis Inkuiri ... 54

C. Implementasi Pelatihan Perencanaan Pembelajaran Berbasis Inkuiri ... 58

1. Analisis Kemampuan Guru-guru Kimia dalam Merencanakan Pembelajaran Berbasis Inkuiri ... 58

2. Ujicoba Instrumen Penelitian ... 69

3. Analisis Hasil Pretes dan Postes Peserta Pelatihan ... 70

(3)

ix

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 81

B. Keterbatasan Penelitian ... 82

C. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 86

(4)

x

DAFTAR GAMBAR/GRAFIK

Halaman

Gambar 2.1 Alat Uji Daya Hantar Larutan ... 32

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ... 37

Grafik 4.1 Hasil Analisis Kebutuhan Diklat Topik Larutan ... 49

Grafik 4.2 Hasil Analisis Kebutuhan Diklat Topik Menyusun RPP ... 51

Grafik 4.3 Hasil Analisis Kebutuhan Diklat Topik Inkuiri ... 53

Grafik 4.4 Kemampuan Guru Membuat Indikator Pembelajaran ... 59

Grafik 4.5 Kemampuan Guru Merumuskan Tujuan Pembelajaran ... 61

Grafik 4.6 Kemampuan Guru Menentukan Alat dan Sumber Belajar ... 62

Grafik 4.7 Kemampuan Guru Membuat Kegiatan Awal ... 64

Grafik 4.8 Kemampuan Guru Membuat Kegiatan Inti ... 65

Grafik 4.9 Kemampuan Guru Membuat Kegiatan Akhir... 66

Grafik 4.10 Kemampuan Guru Menentukan Bentuk Penilaian ... 67

(5)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Karakteristik Pendidikan dan Pelatihan ... 9

Tabel 3.1 Kriteria Umum Penskoran ... 39

Tabel 3.2 Klasifikasi Analisis Reliabilitas Tes ... 42

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 46

Tabel 4.1 Bentuk Instrumen Kebutuhan Pelatihan Topik Larutan ... 49

Tabel 4.2 Bentuk Instrumen Kebutuhan Pelatihan Topik RPP ... 51

Tabel 4.3 Bentuk Instrumen Kebutuhan Pelatihan Inkuiri ... 53

Tabel 4.4 Profil Peserta Pelatihan ... 55

Tabel 4.5 Kualitas Alat Evaluasi ... 70

Tabel 4.6 Perbandingan Nilai Pretes dan Postes ... 71

Tabel 4.7 Parameter Statistik Perhitungan Homogenitas ... 73

Tabel 4.8 Parameter Statistik Uji-t ... 74

Tabel 4.9 Jawaban Guru tentang Persiapan Mengajar ... 75

Tabel 4.10 Model Rancangan Pembelajaran yang Dibuat Guru ... 76

Tabel 4.11 Merencanakan Pembelajaran Kimia Berbasis Inkuiri ... 76

Tabel 4.12 Faktor yang Mempengaruhi Guru dalam Membuat RPP... 77

(6)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A

1. Satuan Acara Pembelajaran I ... 86

2. Satuan Acara Pembelajaran II ... 88

3. Kisi-kisi Soal ... 91

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Standar ... 116

Lampiran B 1. Instrumen Analisis Kebutuhan Pelatihan ... 120

2. Soal Pilihan Ganda ... 123

3. Soal Membuat RPP ... 133

4. Instrumen Profil dan Data Individu Guru ... 137

5. Pedoman Wawancara ... 141

Lampiran C 1. Analisis Ujicoba Soal Pilihan Ganda ... 143

2. Skor Perhitungan Reliabilitas ... 148

3. Perhitungan Normalitas Gain ... 149

4. Perhitungan Uji Normalitas... 150

5. Perhitungan Uji Homogenitas ... 155

(7)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.

Sebagai implikasi dari undang-undang tersebut, banyak penelitian di bidang pendidikan yang telah dilakukan baik oleh para pakar pendidikan di Perguruan Tinggi, maupun oleh mahasiswa pendidikan. Disamping itu untuk meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya pendidikan, sudah sering dilaksanakan kegiatan-kegiatan yang menunjang peningkatan mutu dan kualitas guru, seperti musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), diklat mata pelajaran dan lesson study. Hal tersebut dilakukan karena guru memiliki peranan strategis dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Di kelas, dalam kegiatan pembelajaran diperlukan seorang guru yang profesional untuk dapat mengimplementasikan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tersebut.

(8)

guru dituntut memiliki kompetensi, yaitu seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dalam Undang-Undang tersebut, secara eksplisit disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban: a) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; b) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan melalui pembinaan dan pengembangan profesi dan karier.

Salah satu pengembangan profesi guru adalah pengembangan profesi melalui pembinaan berkelanjutan yang dirancang dalam upaya pembinaan (oversight) bersistem untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) serta sikap (attitude) seorang guru, misalnya peningkatan kualitas guru melalui pelatihan (Mansyur, 2009).

Pemahaman guru terhadap perangkat kurikulum, perangkat pembelajaran dan materi kurikulum, menunjukkan kompetensi keprofesionalan seorang guru yang memiliki wawasan luas tentang pendidikan, serta memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai, dalam merancang, melaksanakan dan mengelola Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM).

(9)

pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar kimia dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pengetahuan yang telah dipelajari siswa menjadi bermakna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat di sekitarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dalam mengajarkan konsep-konsep kimia menggunakan proses dan sikap ilmiah.

Ilmu Kimia merupakan ilmu yang termasuk dalam rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakter yang sama dengan IPA. Karakter tersebut berkaitan dengan proses penemuan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, dan prinsip saja. Pelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung dalam arti bekerja ilmiah sebagai lingkup proses. Lingkup proses berkaitan erat dengan konsep, maka bekerja ilmiah adalah mengintegrasikan isi pelajaran kimia ke dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran yang membekali pengalaman belajar siswa secara langsung.

Kenyataan di lapangan dewasa ini mengindikasikan bahwa proses pembelajaran kimia di sekolah-sekolah masih belum sesuai dengan harapan. Masih banyak guru dalam mengajar tidak membuat perencanaan pembelajaran terlebih dahulu, salah satunya adalah persiapan membuat rancangan pembelajaran. Kalaupun ada bentuknya hanya sekedar untuk memenuhi tugas rutin saja. Hal ini disebabkan keterbatasan waktu dan fasilitas serta ketidakmampuan guru dalam membuat rancangan pembelajaran yang sesuai.

(10)

proses pembelajaran dengan strategi belajar mengajar yang tepat, harus dimiliki oleh seorang guru agar mampu mengelola kegiatan pembelajaran dengan kreatif dan inovatif. Untuk mengajarkan sains tersedia banyak cara penyajian materi pelajaran yang telah dikembangkan oleh para pakar perancang model pembelajaran. Apabila seorang guru dibekali dengan perangkat pembelajaran yang sesuai, maka guru dapat memanfaatkan waktu dengan baik dalam melaksanakan proses belajar mengajar dengan optimal.

Salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut adalah pengembangan perangkat pembelajaran yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kimia di SMA. Pembelajaran inkuiri merupakan salah satu metode pembelajaran yang cocok untuk mencapai tujuan tersebut. Metode ini pada prinsipnya menekankan bahwa siswa memiliki kebebasan dalam belajar. Siswa harus diberikan motivasi untuk memulai proses inkuiri. Sedangkan guru dapat menempatkan dirinya sebagai pencipta situasi masalah, pemberi respon terhadap proses inkuiri yang ditunjukkan siswa, dan memperluas proses inkuiri siswa dengan mengembangkan tipe informasi yang diperoleh siswa.

(11)

bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit. Pada pokok bahasan tersebut siswa dapat melakukan eksperimen dan pengamatan sebagai pengetahuan yang bersifat prosedural (pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu). Pengetahuan deklaratif (pengetahuan untuk mengetahui sesuatu) dapat dilakukan oleh siswa dengan menjelaskan pengertian larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Agar siswa dapat melakukan eksperimen dan pengamatan dengan baik dan berhasil, maka sangatlah perlu untuk menggunakan pengetahuan deklaratif dan prosedural ini dalam mengajarkan pokok bahasan larutan elektrolit dan non elektrolit melalui rancangan pembelajaran berbasis inkuiri.

Guru yang berkualitas merupakan faktor kunci dalam meningkatkan kualitas pendidikan sains dan pencapaian target siswa. Guru sebagai produk lembaga pendidikan dituntut untuk memiliki beberapa kompetensi antara lain menguasai bidang studi tertentu secara mendalam dan meluas, dapat melaksanakan pembelajaran dan penilaian yang mendidik, berkepribadian, dan memiliki komitmen dan perhatian terhadap perkembangan peserta didik.

(12)

dalam membuat perencanaan pembelajaran berbasis inkuiri, perlu dilaksanakan pelatihan perencanaan pembelajaran berbasis inkuiri, khususnya dalam konsep larutan elektrolit dan non elektrolit.

B. Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini secara umum dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah desain pelatihan perencanaan pembelajaran berbasis inkuiri bagi guru-guru kimia SMA pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit ?”

Secara khusus masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana analisis kebutuhan yang harus dilakukan dalam menyusun desain

pelatihan perencanaan pembelajaran berbasis inkuiri bagi guru-guru kimia SMA pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit?

2. Bagaimana strategi penyusunan desain pelatihan perencanaan pembelajaran berbasis inkuiri bagi guru-guru kimia SMA pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit ?

(13)

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan kebutuhan yang harus dilakukan dalam penyusunan desain pelatihan perencanaan pembelajaran berbasis inkuiri bagi guru-guru kimia SMA pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit

2. Mendeskripsikan strategi penyusunan desain pelatihan perencanaan pembelajaran berbasis inkuiri bagi guru-guru kimia SMA pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit.

3. Mendeskripsikan pelatihan perencanaan pembelajaran berbasis inkuiri bagi guru-guru kimia SMA pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit ?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi guru kimia, penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu proses refleksi dan menilai kemampuan mereka sendiri dalam membuat rancangan pembelajaran berbasis inkuiri untuk pengembangan tenaga kependidikan yang lebih professional.

(14)

E. Defenisi Operasional

1. Desain adalah kerangka bentuk; rancangan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 2002)

Desain dalam penelitian ini adalah rancangan pelatihan perencanaan pembelajaran berbasis inkuiri bagi guru-guru SMA pada konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit yang dibuat oleh peneliti.

2. Pelatihan adalah setiap aktivitas formal dan informal yang memberikan kontribusi pada perbaikan dan peningkatan tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap karyawan, Suryana (2006:2).

Pelatihan dalam penelitian ini adalah pelatihan perencanaan pembelajaran berbasis inkuiri bagi guru-guru kimia SMA pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit.

3. Perencanaan Pembelajaran adalah proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, serta penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, Majid (2006:17)

(15)
(16)

35 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini mencoba mengembangkan pelatihan perencanaan pembelajaran kimia berbasis inkuiri pada guru-guru kimia SMA, dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan guru-guru kimia SMA dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran kimia dengan menggunakan pendekatan inkuiri di sekolah.

Pelatihan perencanaan pembelajaran berbasis inkuiri ini dilaksanakan melalui pola in-service, dimana pelatih dalam hal ini peneliti secara langsung mengenalkan bagaimana cara merencanakan pembelajaran kimia berbasis inkuiri, dan selanjutnya peserta diminta membuat perencanaan pembelajaran kimia berbasis inkuiri pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit.

Pada saat pelatihan (in-service) pelatih melakukan pengamatan terhadap guru melalui diskusi untuk memecahkan kesulitan yang ditemukan guru pada saat menyusun perencanaan pembelajaran, dengan maksud agar guru dapat melaksanakan pembelajaran kimia berbasis inkuiri di kelas sesuai dengan tujuan pelatihan.

Pada akhir pelatihan semua peserta melalui angket, dan wawancara diminta pula tanggapannya tentang kemampuan pemahaman terhadap model pembelajaran inkuiri yang dikembangkan dalam pembelajaran kimia.

(17)

untuk menjaring data kebutuhan pelatihan yang diperlukan oleh guru kimia, dengan maksud untuk memperoleh data awal tentang materi kimia apa yang diperlukan oleh guru, bagian mana yang dianggap sulit oleh guru dalam merencanakan pembelajaran, dan pada tahap apa yang dianggap sulit oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran kimia berbasis inkuiri di sekolah.

Pada awal pelatihan, dilakukan pretes terhadap semua peserta, dengan maksud untuk mengetahui kemampuan awal peserta tentang konsep larutan elektrolit dan non elektrolit, model pembelajaran inkuiri dan perencanaan pembelajaran kimia. Setelah pelatihan berakhir, kemudian dilakukan postes lagi terhadap semua peserta pelatihan dengan menggunakan alat tes yang sama seperti pada waktu pretes. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran kimia berbasis inkuiri pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, yaitu suatu penelitian yang tidak menggunakan kelompok kontrol dan tidak melakukan penugasan random melainkan menggunakan kelompok subjek yang sudah ada (Ali dalam Devi, 2001).

(18)

menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam membuat rancangan pembelajaran yang berbasis inkuiri sebelum dan setelah mengikuti pelatihan. Data yang terkumpul dianalisis dan diinterpretasikan, kemudian dideskripsikan untuk menggambarkan kondisi yang terjadi pada subjek penelitian. Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi, maupun mempelajari implikasi. Dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan karena tujuan penelitian ini adalah melukiskan variabel atau kondisi “apa yang ada” dalam suatu situasi (Furhan, 2005).

C. Subjek Penelitian

(19)

D. Prosedur Penelitian

Secara rinci tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

Gambar 1. Alur Penelitan

Prosedur yang ditempuh adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan

Kegiatan pokok yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun pembelajaran dan mempersiapkan instrument penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan adalah 1) Melakukan analisis dan identifikasi pelatihan kebutuhan guru 2) Analisis materi pelatihan, 3) Penyusunan desain pelatihan.

Analisis Materi Pelatihan

tahap

pengumpulan data

Implementasi Pelatihan

wawancara

Postes angket

Analisis Hasil Pelatihan tahap

analisis data

Temuan dan Pembahasan Pretes

Penyusunan Desain Pelatihan

Kesimpulan

Analisis dan Identifikasi Kebutuhan Guru tahap

(20)

2. Tahap Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah 1) Pelaksanaan pretes kemampuan guru dalam membuat rancangan pembelajaran kimia, 2) Implementasi pelatihan, 3) Penyebaran angket, 4) Pelaksanaan postes kemampuan guru dalam membuat rancangan pembelajaran kimia, 5) wawancara.

3. Tahap analisis data dan penyusunan laporan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah 1) Analisis data yang telah didapatkan pada tahap dua, 2) Pembahasan hasil penelitian yang dilakukan dengan menafsirkan hasil analisis data, 3) Menarik kesimpulan.

E. Instrumen

1. Instrumen Kebutuhan Pelatihan

(21)

topik perencanaan pembelajaran dan model-model pembelajaran. Untuk mengukur kebutuhan pelatihan yang diperlukan oleh guru, ada 4 skala kebutuhan yang digunakan, yaitu (1) tidak dibutuhkan; (2) agak dibutuhkan; (3) dibutuhkan; (4) sangat dibutuhkan. Bentuk instrumen kebutuhan pelatihan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Bentuk Instrumen Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Akademik Larutan

No Topik Terpilih Skala Kebutuhan

1 2 3 4

1 Kelarutan dan faktor yang mempengaruhinya 2 Larutan jenuh dan tak jenuh

3 Larutan elektrolit dan non elektrolit 4 Larutan buffer

5 Teori asam basa 6 Hidrolisis

Tabel 3.2 Bentuk Instrumen Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Pedagogik Perencanaan Pembelajaran

No Topik Terpilih Skala Kebutuhan

1 2 3 4

1 Pengembangan silabus 2 Analisis materi pelajaran

3 Analisis konsep dan peta konsep 4 Membuat RPP

5 Membuat LKS

Tabel 3.3 Bentuk Instrumen Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Pedagogik Model-model Pembelajaran

No Topik Terpilih Skala Kebutuhan

1 2 3 4

1 Inkuiri

2 Pemecahan masalah/problem solving 3 Pembelajaran berbasis masalah/PBL 4 Contextual teaching and learning/CTL 5 Sains teknologi masyarakat/STM 6 Cooperative Learning

(22)

Data yang terhimpun kemudian dianalisis dan dipresentasikan. Supaya penelitian yang akan dilakukan dapat lebih terfokus maka dalam penetapan materi pelatihan, peneliti hanya akan mengambil satu sub topik dari masing-masing topik berdasarkan pada presentasi terbesar pada kategori sangat dibutuhkan

2. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan tiga jenis instrumen pengumpul data yaitu, tes kemampuan guru, angket dan wawancara.

1. Tes Kemampuan Guru

Tes kemampuan guru dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data kuantitatif berupa kemampuan guru-guru kimia dalam merencanakan pembelajaran.

Bentuk soal ini adalah pilihan berganda dengan alasan, untuk melihat bagaimana mereka membuat rancangan pembelajaran kimia beserta pemahaman mereka dalam membuat rancangan pembelajaran tersebut. Selain tes pilihan berganda dengan alasan, peserta juga diberikan tugas untuk membuat perencanaan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang dikehendaki pada topik larutan yang dipilih. Berdasarkan perencanaan pembelajaran dibuat oleh peserta pelatihan, peneliti menafsirkannya sebagai seberapa besar tingkat kemampuan peserta pelatihan dalam merencanakan pembelajaran kimia berbasis metode pembelajaran terpilih.

(23)

Tabel 3.4 Kriteria Umum Penskoran

Skor Jawaban Siswa

2 Baik, jawaban benar dan alasan benar

1 Kurang, jawaban benar dan alasan salah atau tidak ada alasan 0 Tidak ada jawaban atau jawaban dan alasan salah

Data yang berhasil dikumpulkan selanjutnya dianalisis dan dipersentasikan sebagai kemampuan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran berbasis model pembelajaran terpilih.

2. Angket

Teknik ini digunakan untuk mengetahui identitas dan profil guru. Data yang berhasil dikumpulkan dari angket tersebut selanjutnya dianalisis dengan harapan dapat melengkapi dan memperkuat analisis data yang berasal dari jawaban soal-soal tes kemampuan dan wawancara.

3. Pedoman Wawancara

(24)

3. Kualitas Alat Evaluasi/Tes

Suatu soal yang baik adalah soal yang dapat memenuhi syarat valid (sahih), memiliki taraf kesukaran, memiliki daya pembeda, dan reliabel (andal). Untuk itu sebelum soal tersebut digunakan sebaiknya terlebih dahulu dilakukan ujicoba soal untuk mengetahui apakah soal tersebut dapat digunakan atau tidak. Langkah-langkah ujicoba butir soal yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a. Validitas

Menghitung validitas item butir soal dengan menggunakan rumus korelasi product moment angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson, yaitu korelasi antara skor butir item dengan skor total, dengan rumus sebagai berikut:

rXY =

(

)( )

ΣY = jumlah benar jawaban siswa

ΣX2 = jumlah benar jawaban per item kuadrat

ΣY2 = jumlah benar jawaban siswa dikuadratkan

b. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen

itu sudah baik (Arikunto, 2002). Suatu instrumen mempunyai reliablitas tinggi

(25)

sama atau mendekati sama.

Pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan internal

consistency yang dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja,

kemudian data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan rumus KR-20 (Kuder Richardson) (Sugiyono, 2006).

dimana:

r = reliabiltas secara keseluruhan k = jumlah pokok uji dalam instrumen

p = proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar q = proporsi banyaknya subyek yang menjawab salah s2 = variansi total

Kemudian data yang diperoleh tersebut diinterpretasikan pada suatu koefisien reliabilitas seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.5 Klasifikasi Analisis Reliabilitas Tes (Arikunto, 2002)

(26)

c. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang tidak terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauan (Arikunto, 2001:211). Persamaan yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran adalah:

P = JS

B

(Suharsimi Arikunto, 2008)

Dimana: P = tingkat kesukaran

B = jumlah teste yang menjawab benar JS = jumlah seluruh teste

Klasifikasi indeks kesukaran menurut Arikunto (2001:214) adalah: 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar

0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah d. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D).

Persamaan yang digunakan untuk menghitung indeks diskriminasi adalah:

D =

(27)

Keterangan D = daya pembeda

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah 4. Analisis Data Hasil Tes

Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya tingkat penguasaan konsep guru terhadap konsep-konsep yang telah diberikan. Untuk memperoleh hasil atau informasi tentang hal tersebut, maka sebagai langkah awal adalah menghitung hasil pretes dan postes setelah pelatihan diberikan, dengan menghitung skor maksimum, skor minimum, rerata, simpangan baku dan varians. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistik uji-t, yaitu sebagai berikut:

(28)

Keterangan: x1 = rata-rata skor pretes

Untuk menghitung indeks gain dari hasil pretes dan postes, digunakan rumus persamaan Meltzer sebagai berikut:

etes

Langkah berikutnya adalah uji normalitas dan uji homogenitas varians. Untuk uji

normalitas karena jumlah n<30 maka digunakan rumus uji lilliefors

(Sudjana,1975) dengan prosedur sebagai berikut:

1. Menghitung harga zi dengan menggunakan rumus:

s

2. Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung

peluang F(zi)=P(z≤zi).

3. Kemudian dihitung proporsi Z1, Z2,..., Zn yang lebih kecil atau sama dengan

(29)

S(zi) = banyaknya z1, z2,..., Zn≤zi

N

4. Hitung selisih F(zi)-S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya

5. ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selesih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini sebagai Lo.

6. Jika harga L>Lo maka populasi berdistribusi normal. Sedangkan uji homogenitas adalah:

2 2 2 1 S S Fhitung =

Ket: Fhitung = Uji homogenitas hitung S12 = Variansi besar

S22 = Variansi kecil

(30)

F. Jadwal Pelaksanaan

Sebelum pelaksanaan penelitian, instrumen yang telah disusun peneliti, terlebih dahulu dikonsultasikan dengan pembimbing. Hal ini dilakukan agar instrumen yang digunakan benar-benar baik dan layak digunakan sebagai alat penelitian.

Ujicoba butir soal tes kemampuan guru dilakukan pada mahasiswa SPS UPI Jurusan Pendidikan IPA Konsentrasi Pendidikan Kimia SL angkatan 2007 dan 2008.

(31)

87 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan analisis data, temuan dan pembahasannya, dapat disajikan rumusan kesimpulan, keterbatasan dan saran-saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Hasil analisis kebutuhan pelatihan diperoleh bahwa 60% memilih topik larutan elektrolit dan non elektrolit, 53% memilih topik membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan 53% memilih topik model pembelajaran inkuiri untuk dijadikan materi pelatihan, sehingga dapat disimpulkan bahwa kebutuhan calon peserta adalah pelatihan dalam membuat perencanaan pembelajaran berbasis inkuiri dengan konsep larutan elektrolit dan non elektrolit.

2. Dalam desain pelatihan ada tiga hal penting yang harus dilakukan, yaitu: Pertama, perencanaan terdiri atas langkah mengidentifikasi kebutuhan, tujuan pelatihan, menyusun program pelatihan, menetapkan peserta pelatihan, menyusun alat penilaian awal dan akhir peserta pelatihan. Kedua, pelaksanaan pelatihan meliputi kegiatan memanggil peserta pelatihan, melaksanakan penilaian awal peserta pelatihan, melaksanakan program pelatihan, memantau program pelatihan, dan melaksanakan penilaian akhir peserta pelatihan. Ketiga, Penilaian mencakup penilaian terhadap proses, hasil dan pengaruh program pelatihan.

(32)

sebesar 42% sedangkan peningkatan terkecil terjadi pada tahap menentukan alat, bahan dan sumber belajar yaitu sebesar 17%. Pelatihan ini juga dapat meningkatkan pemahaman konsep guru, ditunjukkan dengan persentase N-gain rata-rata hasil pretes dan postes, yaitu sebesar 64,2% untuk keseluruhan guru dan harga thitung=8.211 > ttabel=2.07

B. Rekomendasi

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (1983). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Algesindo

Amin, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”, Bagian 1.Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara Brady, James. (1999). Kimia Universitas Asas dan Struktur. Alih Bahasa oleh

Sukmariah Maun, dkk. Jakarta. Binarupa Aksara

Dahar, R. W. (1996). Peranan Praktikum IPA dalam Pendidikan Guru IPA. Makalah disajikan Pada Lokakarya Pengembangan Kurikulum Program Studi Pendidikan Biologi, Fisika dan Kimia. Bandung. UPI

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta. Penerbit Erlangga Dahlan, (1990). Model-model Mengajar, Bandung. Diponegoro Darliana (1996). Keterampilan Proses IPA. Bandung. PPPG Daryanto. (2007). Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta

Depdiknas, 2004, Standar kompetensi guru Pemula. Jakarta. Dirjen DIKTI. Djamarah, S. B. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.

Jakarta. Rineka Cipta

Fathurrohman, P dan Sobry Sutikno. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung. Refika Aditama

Furqon. (2004). Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta

Glynn, S., Duit, R. (1995). Learning Science in The School; Research Reforming Practice. New Jersey; Lawrence Erlbaum Associates.

Hamalik, Oemar. (2003). Manajemen Pendidikan dan Pelatihan. Bandung. Y.P. Pemindo

(34)

Joyce, Bruce and Weil. (1995). Models of Teaching (Fourth Edition). Messachussetts. Allyn and Bacon Publishing Company.

Keenan, Kleinfelter, and Wood. (1995). Kimia Untuk Universitas. Alih Bahasa Oleh Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta. PT. Erlangga

Marnita. (2005). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Inkuiri pada Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus. Tesis Magister SPS UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

Majid, A. (2008). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung. Rosda Karya

Matson, J.O. (2006). Misconceptions About The Nature of Science, Inquiry Based Instruction, and Constructivism : Creating Confusion in the Science Classroom. Electronic Journal of Literacy Through Science. Vol. 5 (6).

Nasution. (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bina Aksara

Purba, M. 2006. KIMIA untuk SMA Kelas X. Jakarta. Penerbit Erlangga Pramudyo, C.D. (2007). Cara Pinter Jadi Trainer. Jakarta. Buku Kita

Russeffendi, H. E. T. (1998). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. IKIP Bandung Press

Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenada Media Group

Sastrawijaya, T. (1988). Proses Belajar Mengajar Kimia. Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi PPLPTK

Silberman, M. (2002). Active Learning 101 Strategi Pembelajaran. Yogyakarta Yappendis

Sudjana, H. D. (2007). Sistem dan Manajemen Pelatihan. Bandung. Falah Production

Sunarya, Y. (2002). Kimia Dasar II. Bandung. Alkemi Grafisindo Press. Bandung

(35)

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta. Bumi Aksara

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Administrasi. Bandung. Alfabeta

Sunardi. 2007. Kimia Bilingual Untuk SMA/MA Kelas X. Bandung. Yrama Widya

Syaodih, N. (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung. Remaja Rosda Karya

Tilaar, H. A. R. (2004). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta. Rineka Cipta

Uno, Hamzah. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara Uzer, U. (2007). Menjadi Guru Profesional. Bandung. Rosda Karya

Gambar

Gambar 1. Alur Penelitan
Tabel 3.1 Bentuk Instrumen Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi
Tabel 3.4  Kriteria Umum Penskoran
Tabel 3.5 Klasifikasi Analisis Reliabilitas Tes (Arikunto, 2002)

Referensi

Dokumen terkait

Antara yang berikut, yang manakah merupakan bukan keperluan asas manusia?.A. Antara berikut, apakah makanan yang memberikan

Koordinat awal dari setiap subjek dapat diperoleh melalui cara yang sama seperti metode MDS metrik dengan asumsi bahwa meskipun data bukan jarak informasi yang

Uji Perbedaan Rerata N-Gain Koneksi Siswa Kategori KAM tinggi Independent Samples Test. Levene's Test for

Kelompok yang ditunjuk, mempresentasikan hasil eksplorasi dan terjadi tanya jawab antara kelompok yang presentasi dan kelompok lain yang mempunyai pendapat yang

Sehubungan dengan pekerjaan : Pengawasan Penanganan Jalan Sumber Dana Alokasi Khusus ( DAK) Reguler Sarana dan Prasarana Penunjang Jalan 1 maka dengan ini kami: POKJA Dinas

Penyerahan mahasiswa PPL UNY untuk keperluan observasi dilakukan pada bulan Agustus 2015. Observasi lapangan merupakan kegiatan pengamatan terhadap karakteristik

Waktu wisatawan diperhitungkan dengan mempertimbangkan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt). Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata disajikan

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa kecerdasan emosi yang memadai, akan membantu guru untuk mengelola emosi diri sendiri hingga mengenali dan memahami