TINJAUAN TERHADAP PUTUSAN MA No. 483 K/Pdt/2010 TENTANG TUNTUTAN GANTI RUGI IMMATERIIL DIHUBUNGKAN DENGAN
KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN HERZIENE INDONESISCH REGLEMENT (H.I.R)
ABSTRAK
DEBBIE DAMAYANTI PERTIWI 110110110233
Seringkali hak seseorang untuk menyampaikan informasi dianggap sebagai perbuatan melawan hukum yang mencemarkan nama baik, salah satunya kasus antara PT. Duta Pertiwi dengan Khoe Seng Seng. PT. Duta Pertiwi yang merasa nama baiknya telah dicemarkan, mengajukan gugatan ganti rugi immateriil akibat perbuatan melawan hukum pada Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Tuntutan ganti rugi immateriil yang diajukan PT. Duta Pertiwi (Penggugat Dalam Konvensi) dikabulkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara dan dikuatkan oleh Putusan MA No. 483 K/Pdt/2010. Permasalahan yang berkenaan dengan hal tersebut yaitu, bagaimana Putusan MA No.483 K/Pdt/2010 yang mengabulkan gugatan dalam konvensi tentang tuntutan ganti rugi immateriil Pemohon Kasasi/Penggugat Dalam Konvensi ditinjau dari KUH Perdata dan Putusan No. 483 K/Pdt/2010 yang dalam rekonvensi menyatakan gugatan rekonvensi Penggugat Dalam Rekonvensi/Tergugat Dalam Konvensi tidak dapat diterima ditinjau dari Herziene Indonesisch Reglement (HIR).
Pendekatan penelitian yang digunakan Penulis adalah yuridis normatif, dengan spesifikasi penulisan bersifat deskriptif analitis dengan teknik pengumpulan data secara kualitatif, yaitu menggambarkan suatu permasalahan dengan mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Herziene Indonesisch Reglement (H.I.R) dan putusan pengadilan.