• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cemaran Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Pada Organ Dalam Sapi Bali Yang Diberi Sampah Kota Denpasar Sebagai Pakan Utama.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Cemaran Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Pada Organ Dalam Sapi Bali Yang Diberi Sampah Kota Denpasar Sebagai Pakan Utama."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Bidang Ungulan:Ketahanan Pangan 216/Produksi Ternak

LAPORAN KEMAJUAN

HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

CEMARAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

PADA ORGAN DALAM SAPI BALI YANG DIBERI SAMPAH

KOTA DENPASAR SEBAGAI PAKAN UTAMA

Tim Peneliti,

Drs. I Wayan Budiarta, M.Si (Ketua) NIDN: 0004055503

Dr. Ir.I Ketut Sukada,MS NIDN: 0021055712

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

(2)
(3)

Halaman Pengesahan:

1. Judul Penelitian : Cemaran Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pada Organ Dalam Sapi bali yang Diberi Sampah Kota Denpasar Sebagai Pakan Utama.

2. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Drs. I Wayan Budiarta, M.Si b. Jenis Kelamin : L

c. Nip/NIDN : 195505041982031003/0004055503 d. Jabatan Struktural : -

e. Jabatan Fungsional: Lektor Kepala f. Fakultas/Jurusan : Peternakan g. Pusat Penelitian : Denpasar

h. Alamat : Jl.PB.Sudirman-Denpasar i. Telepn/Fax. : 0361.702771

j. Alamat Rumah : Jln. Nuansa Udayana Utara VI/29 Jimparan k. Tlp. E-mail : 085338488285/ budiarta_wayan55@yahoo.com 3. Jumlah anggota peneliti : 1 orang

4. Jumlah mahasiswa : 2 orang

5. Pembiayan :

Jumlah yang diajukan ke Fakultas : Rp. 25.000.000,- Jumlah biaya yang disetujui : Rp. 25.000.000,-

Denpasar, 5 Agustus 2015

Mengetahui, Ketua Peneliti

(Dr.Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS) (Drs. I Wayan Budiarta, M.Si) Nip.195903121986011001 Nip.195505041982031003

Mengetahui,

Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana

(4)

RINGKASAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sampah yang berasal dari berbagai sumber diseputaran Kodya Denpasar dan sebagian daerah kota Mangupura (Kabupaten Tk.II Badung), terhadap tingkat cemaran bahan berbahaya dan beracun (B3)pada organ dalam sapi sebabagi akibat dari pemberian sampah kota Denpasar sebagai sumber pakan utama selama pemeliharaan. Manejemen peternakan sapi bali, yang meliputi perkandangan, pemberikan pakan, maupun lingkungan yang memadai merupakan hal penting yang harus diperhatikan, sehingga proses produksi optimal dapat dipertanggung jawabkan. Pemeliharaan ternak sapi bali yang dilaksanakan oleh peternak di area tempat pembuangan akhir (TPA) di Banjar Pesanggaran- Desa Pedungan-Denpasar sangat jauh dari standar manejemen beternak sapi bali yang baik dan benar. Hal menarik adalah dugaan adanya bahan berbahaya dan beracun (B3) di dalam organ dalam sapi bali.

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survey terhadap responden peternak sapi bali dan jumlah ternak sapi yang depelihara di lokasi TPA Pesanggaran-Pedungan, Denpasar Selatan selanjutnya diteruskan dengan monitoring terhadap managemen pemeliharaan, penanganan kesehatan hewan dan produktivitas ternak. Penentuan sampel dilakukan secara purposive random sampling yang diambil dari sampel pada grup penelitian. Data yang yang diamati meliputi: Data postmortem yang dicari meliputi Jenis B3, cemaran B3, tingkat cemaran, dan cemaran B3 tertinggi diantara organ dalam sapi bali yang digembalakan di area TPA. Analisis data dilakukan secara deskripsi, selanjutnya dilakukan perbandingan dengan standar nasional atau hasil-hasl penelitian.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak, konsumen, dan pemerintah daerah yang berkompeten/pemegang kebijakan tentang dampak dari pemberian sampah kota Denpasar sebagai pakan di area TPA Suwung-Pesanggaran-Denpasar terhadap organ dalam sapi bali.

(5)

BAB I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Analisis keamanan pangan adalah sebagai bagian yag tidak terpisahkan dengan ketahanan pangan pada masyarakat itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang no. 18 Tahun 2012 tentang yang mengatur tentang keamanan pangan, dinyatakan bahwa kondisi dan upaya pencegahan pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Zat kimia yang tergolong berbahaya dan dinyatakan beracun jika ada di dalam bahan dengan dosis seperti, Mercury: 0,2 mg/L, Cupper: 10,0 mg/L, dan Cadmium (Cd): 1,0 mg/L (PP.no.85/1999). Kandungan timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) di dalambahan pangan tidak melebihi 1,0 ppm dan 0,3 ppm (BPOM.,2009).

Sumber pakan sapi bali yang digembalakan di area TPA Pesanggaran, desa Suwung-Denpasar adalah campuran sampah kota Denpasar yang mengandung berbagai macam bahan-bahan yang bersifat toksik. Sampah tersebut akan masuk ke dalam tubuh sapi bali sebagai ransum utama, yang selanjutnya didistribusikan ke seluruh tubuh sapi. Dapat diasumsikan sapi bali tersebut memiliki resiko tinggi terpapar bahan toksik. Salah satu bahan toksik yang berpotensi menjadi faktor resiko adalah logam timbal (Frans PK, dkk.,2013). Tercemarannya daging, organ dalam, dan seluruh tubuh sapi bali oleh logam berat dapat menimbulkan bahaya kesehatan pada manusia (konsumen). Pengaruh logam berat terhadap kesehatan manusia tergantung pada bagian mana dari logam berat tersebut yan terikat di dalam tubuh serta besarnya dosis paparan. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh keracunan logam berat adalah anemia, gangguan pada berbagai organ tubuh, dan penurunan kecerdasan.

(6)

sebagai daging sapi. Disisi lain organ dalam ternak sapi masih dikonsumsi sebagai daging olahan. Sapi dengan berat 400 kg, memakan Pb 9 mg/kg/hari akan menyebabkan keracunan. Limbah logam berat yang menyatu dengan sampah sebagai pakan sapi masuk ke saluran pencernaan, darah, organ dalam, dan jaringan tubuh sapi. Melihat fakta di area TPA, produksi organ sebagai daging konsumsi, dan adanya dugaan cemaran B3 pada organ dalam sapi bali yang digembalakan di area TPA, maka sangat perlu diketahui kajian tingkat cemaran pada organ dalamnya.

Tujuan khusus penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Mengetahui jenis-jenis bahan berbahaya dan beracun (B3) yang ada didalam organ dalam sapi bali yang digembalakan di area TPA.

b. Mengetahui tingkat cemaran bahan berbahaya dan beracun (B3) di dalam organ dalam sapi bali yang digembalakan di area TPA.

c. Mengetahui dan menentukan tingkat cemaran bahan berbahaya dan beracun (B3) yang tertinggi diantara organ dalam sapi bali yang dipelihara di TPA.

d. Menghasilkan informasi ilmiah untuk peternak, konsumen, dan pemerintah daerah yang berkompeten/pemegang kebijakan tentang pengaruh pakan sampah/limbah kota Denpasar di area TPA terhadap tingkat cemaran bahan berbhaya dan beracun (B3) pada organ dalam sapi bali yang digembalakan di area TPA Pesangaran-Suwung-Denpasar. Urgensi (keutamaan) Penelitian

(7)

berpotensi menjadi faktor resiko adalah logam timbal (Frans PK, dkk.,2013). Tercemarannya daging, organ dalam, dan seluruh tubuh sapi bali oleh logam berat dapat menimbulkan bahaya kesehatan pada manusia (konsumen). Pengaruh logam berat terhadap kesehatan manusia tergantung pada bagian mana dari logam berat tersebut yan terikat di dalam tubuh serta besarnya dosis paparan. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh keracunan logam berat adalah anemia, gangguan pada berbagai organ tubuh, dan penurunan kecerdasan.

(8)

secara langsung akan mempengaruhi kesehatan sebagai efek negatif dari logam tersebut (McDowell, 1992).

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

Sampah Kota dan TPA

Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola makan, dan perubahan gaya hidup terutama prilak masyarakat di kota besar seperti kota Denpasar telah meningkatkan secara langsung volume tumpukan sampah kota dan di tempat pembuangan akhir (TPA) Suwung-Pesanggraran-Denpasar. Peningkatan volume sampah diikuti dengan peningkatan jenis, keberagaman, dan karakteristik sampah. Peningkatan jumlah sampah tersebut tidak diikuti dengan perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk pengelolalaan sampah. Hal tersebut menyebabkan permasalahan sampah menjadi kompleks, tertundanya pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah, dan selanjutnya terjadi pembuangan sampah liar (Selintung M. dkk.,2013).

Limbah

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 19 tahun 1994 tentang pengolahan limbah berbahaya dan beracun (B3), dinyatakan Limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan dan/atau proses produksi; Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan/ataumencemarkan l ingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan kesehatan manusia; dan seterusnya…seperti yang tercantum pada Bab.I ayat 1. Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi (Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 Tentang : Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun):

(9)

3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

Penyediaan pangan yang bermutu, aman, dan layak dikonsumsi telah

diatur dengan UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan UU Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen. Khusus untuk pangan asal hewan (daging,

susu, dan telur) diatur dalam UU Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan

Kesehatan Hewan, kemudian dijadikan kebijakan pemerintah terhadap daging

yang harus memenuhi konsep penyediaan daging yang aman, sehat, utuh, dan

halal (ASUH). Pemkot Semarang pun telah menerbitkan Perda Nomor 6 Tahun

2007 tentang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner. Kesehatan

masyarakat veteriner adalah segala urusan yang berhubungan dengan hewan dan

produk hewan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan

manusia.

Beberapa penyakit hewan yang bersifat zoonosis (penyakit yang dapat

ditularkan dari hewan kepada manusia) dapat ditularkan melalui daging

(meat-borne disease). Selain itu, daging juga dapat mengandung residu obat hewan dan

hormon, cemaran logam berat, pestisida atau zat-zat berbahaya lain, sehingga

daging juga dapat dikategorikan sebagai pangan yang berpotensi berbahaya bagi

kesehatan manusia (potentially hazardous food/PHF). Agar daging tetap bermutu

baik, aman, dan layak untuk dikonsumsi, maka perlu penanganan daging yang

aman dan baik mulai dari peternakan sampai dikonsumsi. Konsep tersebut dikenal

sebagai safe from farm to table concepts.

Proses keamanan pangan daging ini harus dilakukan sedini mungkin,

mulai peternakan (farm) hingga daging dikonsumsi (di meja makan). Jadi, salah

satu permasalahan cukup penting dalam proses panjang ini adalah pola

pemeliharaan ternak apakah membawa penyakit yang bersifat zoonosis atau

mengandung cemaran logam berat yang dapat berakibat penyakit bagi yang

mengonsumsinya

Sapi merupakan ternak herbivora sehingga secara wajar sapi diberi makan hijauan

pakan ternak berupa rumput dengan makanan tambahan kosentrat sesuai potensi

(10)

sampah merupakan pemanfaat sampah organik yang terdapat di lokasi tersebut.

Namun perlu kita ketahui bahwa sampah di TPA merupakan kumpulan dari

berbagai jenis sampah, dan sapi tidak dapat memilah mana yang harus dikonsumsi

dan mana yang mengandung logam berat.

Sapi Bali

Eksistensi dan potensi ternak sapi sebagai produsen daging sampai saat kini masih diperhitungkan. Peningkatan kearah produksi/kualitas karkas dan daging terus dilakukan, baik dari segi teknis pemeliharaan ataupun peningkatan kualitas pakannya (Anon, 2012). Kualitas karkas adalah nilai karkas yang dihasilkan oleh ternak relatif terhadap suatu kondisi pemasaran. Faktor yang menentukan nilai karkas meliputi berat karkas, jumlah daging yang dihasilkan, dan kualitas daging dari karkas yang bersangkutan. Nilai karkas dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin atau tipe ternak yang menghasilkan karkas, umur atau kedewasaan ternak, dan jumlah lemak intramuskular atau marbling di dalam otot. Faktor nilai karkas dapat diukur secara obyektif atau absolut, misalnya berat karkas dan daging, dan secara subjektif, misalnya dengan pengujian organoleptik atau metode panel (Soeparno, 2009). Berat hidup dan berat masing-masing komposisi tubuh akan berubah selama penanganan sebelum pemotongan hingga pemotongan berlangsung, tetapi yang terpenting adalah berat karkasnya. Parameter non karkas (offals), terutama hati perlu diperhatikan sebagai efek dari penanganan ternak sebelum pemotongan (Saka, 1983).

(11)

suatu ukuran palatabilitas yang diharapkan, dan (b) kombinasi hasil potongan-potongan eceran karkas. Panjang karkas rata-rata, ketebalan lemak punggung dan luas urat daging mata rusuk (UDMR) otot Longssimus dorsi (LD) pada urutan antara rusuk ke 10 dan 11, adalah beberapa pengukuran yang biasa dilakukan untuk menjelaskan dan menentukan karakteristik karkas. Nilai perkiraan terutama dipengaruhi oleh jumlah lemak yang dapat dipisahkan dari karkas dan perototan ( Soeparno, 2005 ).

Jumlah lemak pada sapi atau tingkat perlemakan pada karkas sapi sering

disebut “ finish“. Faktor tunggal terbesar yang menentukan nilai potongan karkas

adalah rasio daging terhadap lemak yang dapat dipisahkan (diiris). Satu cara yang banyak digunakan untuk mengukur tingkat perlemakan karkas adalah rata-rata dari tiga pengukuran ketebalan lemak subkutan (punggung) yang diukur pada rusuk ke 1 (satu), rusuk terakhir, dan vertebrae lumbar terakhir. Variasi tingkat perlemakan merupakan faktor yang paling penting yang mempengaruhi hasil daging. Ketebalan lemak punggung yang umumnya sekitar 1,0 inci (2,54 cm) dianggap optimum untuk karkas dengan berat kira-kira 140 pound (kira-kira 65,3 kg). Lemak sebaiknya padat dan tidak berminyak, terutama pada ujung loin atau pada paha .

(12)

lemak eksterior yang menyelimutinya adalah padat, putih, dan kering, (f) kulitnya halus dengan bagian dagingnya juga halus, dan (g) shanknya relatif halus dan bersih. Sebaliknya, ham yang relatif kurang baik berwarna abu-abu sampai merah gelap, otot yang berdekatan dengan tulang berwarna lebih gelap daripada lainnya, dan bertekstur kasar dengan sedikit atau tanpa marbling. Ham yang jelek berwarna pucat, sangat lunak, dan berair / basah (Judge,1989).

Daging merupakan bahan pangan yag mengandung nilai gizi tinggi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti protein, mineral, dan vitamin. Nilai suatu daging ditentukan oleh kandungan protein yang terdapat di dalamnya, sebab protein merupakan komponen bahan yang terdapat dalam daging. Di samping itu, nilai nutrisi daging yang tinggi disebabkan karena daging mengandung asam-asam amino yang lengkap dan seimbang. Berdasarkan kondisi fisik, daging dapat diklasifikasikan menjadi 7, yaitu daging segar, daging segar layu, daging dingin, daging beku, daging masak, produk daging olahan, dan daging organ (Forrest et al. 1975; Soeparno, 2009). Jaworska et al. (2009) melaporkan korelasi antara kualitas penerimaan konsumen dengan teknik pemotongan dan nilai fisik karkas perlu dipertimbangkan. Kualitas visual daging (warna dan marbling ) yang tepat berasal dari karkas dengan meatiness (perdagingan) di atas 56,7 %.

(13)

masak, sedangkan penilaian kualitas daging secara subjektif meliputi warna daging, tekstur, aroma, dan citarasa.

Terdapat kaitan antara kontraksi otot dengan produksi daging, termasuk kualitas dagingnya. Bila ternak ada pada kondisi cekaman (stress), banyak bergerak, maka kontraksi otot meningkat. Untuk itu, diperlukan banyak energi, sehingga bila ternak disembelih ototnya akan sedikit pucat, sehingga warna daging yang dihasilkannya juga akan kurang baik, mudah rusak, dan daya simpannya berkurang. Dianjurkan agar hewan ditenangkan dahulu, cara penyembelihannya sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan oleh agama dan peraturan pemerintah, agar ternak mati dalam kondisi otot yang tenang. Bila ternak mati dalam kondisi otot berkontraksi, oksigen pada myoglobin menurun dan metabolisme oksidatif sangat berkurang. Tanpa metabolisme oksidatif, maka pH otot meningkat, warna daging (otot) lebih merah tua dan dengan pH yang tinggi sehingga otot/daging mudah membusuk. Hal ini harus menjadi perhatian para jagal dan pengelola RPH dalam menangani pemotongan ternak. Pada pomotongan ternak yang dilakukan di luar RPH yang sudah ditentukan oleh peraturan pemerintah, sering terjadi perlakuan-perlakuan yang kasar terhadap ternak sebelum dipotong (Adriani et al., 2010).

(14)

BAB III.

METODE PENELITIAN

3.1. Materi dan Metode

Materi penelitian adalah ternak sapi bali dengan berat ± 270 kg umur 3-4 tahun (I2-I3) sebanyak ± 6 ekor, selanjutnya diambil rgan dalamnya (hati, ginjal, jantung, parum dan limpa) yang merupakan sampling dari jumlah sapi yang digembalakan di area TPA. Semua materi penelitian dipelihara oleh peternak di area tempat pembuangan akhir (TPA) desa Pesanggaran-Denpasar. Ternak sapi yang telah ditentukan sebagi sampel, selanjutnya diberi tanda/kode pada telinganya dengan “Ear Tag”.

Penelitian ini menggunakan metode purposive random sampling, yaitu mengambil sampel dari jumlah materi pada masing-masing grup yang dipergunakan pada peneletian. Tahapan pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1). Ternak sapi sebelum dipotong dilakukan pemuasaan selama 18-24 jam. 2). Setelah proses pemotongan, dilakukan pengambilan sampel organ dalam

dan karakteristik organ dalam.

3). Pengambilan sampel organ dalam untuk uji laboratorim terhadap kandungan logam berbahaya pada masing-masing organ.

Peubah yang diamati adalah:

a. Menentukan jenis-jenis bahan berbahaya dan beracun (B3) yang ada didalam organ dalam sapi bali yang digembalakan di area TPA.

(15)

c. Menentukan tingkat cemaran bahan berbahaya dan beracun (B3) yang tertinggi diantara organ dalam sapi bali yang dipelihara di area TPA.

Data yang diperoleh dari masing-masing parameter selanjutnya ditabulasi, kemudian dianalisa secara deskriptif. Untuk melihat tingkat cemaran bahan berbahaya dan beracun ada masing organ dalam sebagai akibat dari pemeliharaan ternak sapi bali dilakukan perbandingan dengan nilai standar kandungan B3 dari BPOM dan WHO.dan hasil-hasil penelitian, selanjut uji dilakukan dengan Uji T (T-test) untuk dua sampel yang independent (bebas). Untuk mengetahui kualitas karkas dan kualitas daging dari pola pemeliharaan, dilakukan dengan subsample (Steel dan Torie, 1989).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengamatan dan pengukuran terhadap penampilan ternak sapi bali dilakukan di area TPA selama 8 bulan (tahun pertama). Pengukuran dan evaluasi karkas dilakukan di rumah potong hewan (RPH) di Pesanggaran, Denpasar selatan-Denpasar. Pengujian kualitas dan cemaran pada organ dalam dilakukan di laboratorium THT (Teknologi Hasil Ternak), Fakultas Peternakan, Laboratorium THP (Teknologi Hasil Pertanian) Fakultas Teknologi Pertanian, dan Laboratorium Analitik Universitas Udayana. Uji laboratorium terhadap kandungan logam-logam berbahaya pada daging sapi dilakukan di Laboratorium Daerah Prov. Bali. Penelitian dilakukan selama 8 (delapan).

3.3. Luaran Penelitian

Target luaran kegiatan penelitian di tahun kedua adalah:

1. Laporan penelitian.

2. Publikasi di Jurnal/Majalah nasional atau internasional terakreditasi. 3. Informasi penting untuk peternak, konsumen daging sapi, dan data bagi

(16)

4. Buku Ajar “Pemanfaatan sampah di area TPA sebagai makanan utama sapi bali serta dampaknya terhadap Organ Dalam sapi bali”.

3.4. Indikator Kegiatan

Indikator keberhasilan kegiatan penelitian terperinci dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1. Indikator Capaian Kegiatan Penelitian

Kegiatan Bulan Indikator

Kegiatan Persiapan dan Pengamatan Rapat koordinasi tim peneliti dan pemantapan proposal

Maret 2015 pembagian tugas dan schedule kegiatan telah ditentukan Penelusuran lokasi penelitian dan

pendataan jumlah ternak sapi penelitian

April 2015 Ditemukan sapi bali yang akan dipakai materi penelitian

Pemilihan ternak sapi bali sebagai materi penelitian, selanjutnya dilakukan penandaan pada telinganya.

Mei 2015 (mgg I-II)

Ternak sapi dengan berat ±250 kg sudah diberi tanda (”Ear Tag”)

Pengawasan terhadap

pemeliharaan, kesehatan dan aktivitas ternak sapi

Mei-2015 Diperoleh data menejemen pemeliharaan dan kesehatan ternak sapi

Pengacakan ternak untuk dipotong.

Penimbangan berat badan akhir, koordinasi dengan RPH

Pesanggaran

Juni-2015 (mgg I)

Diperoleh data berat badan akhir

Kegiatan Pengukuran Sampel Penimbangan bobot badan ternak dan persiapan pemotongan ternak serta pengambilan sampel darah (uji profil lipida)

Juni-2015 (mg II)

Data bobot potong (BP) ternak telah diperoleh dan data profil lipida (kholesterol, HDL dan LDL).

Pemotongan ternak, penganbilan data postmortem: pengambilan sampel daging organ untuk uji kualitas daging, profil mikroba, dan kandungan lagam berbahaya

Juni-2015 (mg III)

Diperoleh data Organ dalam dan analisa Lab. Ttg.

Kandungan logam berbahaya

Kegiatan Produksi Luaran Penelitian

Tabulasi data dan analisis data Juli-2015 - IV)

Ada hasil analisis (anova dan ranking skor)

(17)

(mg III-IV) Publikasi

Seminar Hasil Penelitiab Oktober Naskah Seminar Oral di Htel Patra Jasa Kuta-Bali

BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

a. Biaya

Penelitian ini akan dilakukan selama 1 (satu) tahun, di bawah ini (Tabel 4.1) disampaikan anggaran biaya.

Tabel 1. Anggaran Biaya pada tahun II (kedua-2015)

No Jenis Pengeluaran Jumlah

Pengeluaran (Rp.) uji kandungan logam berbahaya, sewa ternak

6.000.000,-

4 Perjalanan 2.500.000,-

5 Dan lain-lain (analisadata, cetak laporan, jurnal, dan seminar).

5.000.000,-

Total 25.000.000,-

Dua Puluh Lima Juta rupiah

4.2 Jadwal Kegiatan (Lampiran 3)

JADWAL PENELITIAN Tabel 4.2. Jadwal Penelitian (2015).

Jenis kegiatan Bulan ke :

(18)

Pembuatan proposal X X

Persiapan penelitian X X

Pelaksanaan Penelitian X X X X X X

Tabel 1. Data Antemortem (sebelum pemotongan) Sapi bali sebagai Kontrol (K) dan Sapi yang Berasal dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA): (T).

(19)

Tabel 2. Uji Kandungan Lgam Berbahaya pada Daging dan Organ Sapi Kontrol dan TPA. (Masing-masing sampel diulang sebanyak 3 kali).

NO Kode Sampel

Analisa (mg/Kg) *) Timbal

(Pb)

Rataan Kadmium (Cd)

Rataan Tembaga (Cu)

Rataan

1 ISP.K1 1,075 0,784 0,721 0.762 2,475 2,484

2 ISP.K2 1,043 0,698 2,555

3 ISP.K3 0,234 0,877 2.423

4 ISP.T1 4,461 4,938 1,427 1,549 2,745 3,507

5 ISP.T2 4,987 0,654 3,988

6 ISP.T3 5,365 2,566 3,789

7 HT.K1 0,492 O,608 0,607 0,795 1,291 1,726

8 HT.K2 0,787 1,322 1,889

9 HT.K3 0,545 0,455 1,999

10 HT.T1 1,913 2,043 1,922 1,530 2,901 3,264

11 HT.T2 2,673 1,345 3,233

12 HT.T3 1,544 1,322 3,657

13 GJ.K1 1,021 0,922 0,987 0,949 2,228 2,157

14 GJ.K2 0,890 0,855 1,988

15 GJ.K3 0,855 1,006 2,256

16 GJ.T1 1,922 1,978 1,340 1,704 3,289 3,473

17 GJ.T2 1,990 1,782 3,345

18 GJ.T3 2,023 1,990 3,786

19 JT.K1 0,789 0,896 0,546 0,546 1,890 1,786

20 JT.K2 0,877 0,912 1,456

21 JT.K3 1,023 1,023 2,012

22 JT.T1 1,099 1,329 1,223 0,778 2,786 2,770

23 JT.T2 1,345 0,992 3,009

(20)

25 PR.K1 0,589 0,648 0,987 0,977 2,346 2,017

Keterangan: *) Analisa Lab. Analitik Unud. 2015

ISP: Isi Saluran Pencernaan, HT: Hati, GJ: Ginjal, JT: Jantung PR: Paru

Tabel 3. Nilai Rataan Uji Kandungan Logam Berbahaya pada Daging dan Organ Sapi Kontrol dan TPA.

HT.T 2,043 1,530 3,264

3 GJ.K 0,922

GJ.T 1,978 1,704 3,473

4 JT.K 0,896

JT.T 1,329 0,778 2,770

5 PR.K 0,648

PR.T 1,500 1,688 3,142

Keterangan: *). Analisa Laboratorium Analitik Universitas Udayana (2015) ISP:isi sal.pencernaan. HT:hati, GJ:ginjal, JT:jantung, PR:paru

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Adriani. L., L.,E, Hermawan, K. A. Kamil dan A. Mushawwir. 2010. Fisiologi Ternak. Fenomena dan Nomena Dasar, Fungsi, dan Interaksi Organ pada Hewan. Penerbit Widya Padjadjaran. Bandung

BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan).2009. Penetapan Batas Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan.

Anonymous. 2012. Informasi Data Peternakan Provinsi Bali Tahun 2011. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Provinsi Bali 2011. Denpasar

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2009. Penetapan Batas Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan

Badan Standarisasi Nasional, 2004. Standar Nasional Indonesia 06-6989.16-2004 Tentang Cara Uji Kadmium (Cd) dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (AAS)-Nyala. Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional, 2009. Standar Nasional Indonesia 6989.8:2009 Tentang Cara Uji Timbal (Pb) dengan Metode SpektrofotometriSerapan Atom (AAS)-Nyala. Jakarta.

Bahar, B. 2002. Panduan Praktis Memilih Produk Daging Sapi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktoran Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.

Forrest, J. 2011. Meat Quality and Safety. Ag.ansc.purdue. edu/meat_qualty/maf _stress.html- Amerika Serikat.

(22)

(2009), No. 1 pp.65-74.

Kafier, F.P., P. Setyono, A.R. Handono. 2013. Analisis Cemaran Logam Berat (Pb dan Cd) pada Sapi Potong di TPA. Sampah Putri Cempo Surakarta. J. Ekosains. Vol. V/no.2/ Juli2013.

Lawrie, R.A. 2003. Ilmu Daging. (Aminudin Parakasi) Edisi ke-5. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta

McDowell L.R. 1992. Minerals in Animal and Human Nutrition. Academic Press,. New York

McGlone, J.J., J.L. Lumpkin, R.L. Nicholson, M. Gibson and R.L. Norman. 1993. Shipping Stress and Social Status Effects on Pig Oerformance, Plasma Cortisol, Natural Killer Cell Activity, and Leukocyte Numbers. J. Animal Science, Vol. 71.

Mudita, I M., T.I. Putri, T.G.B. Yadnya, dan B. R. T. Putri. 2010. Penurunan Emisi Polutan Sapi Bali Penggemukan Melalui Pemberian Ransum Berbasis Limbah Inkonvensional Terfermentasi Cairan Rumen. Prosiding Seminar Nasional, Fakultas Peternakan Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto. ISBN: 978-979-25-9571-0

Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999. Tentang : Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya Dan Beracun

Putri, T. I., T.G.B. Yadnya, I M. Mudita, dan Budi Rahayu T.P. 2009. Biofermentasi Ransum Berbasis Bahan Lokal Asal Limbah Inkonvensional dalam Pengembangan Peternakan Sapi Bali Kompetitif dan Sustainable. Laporan Penelitian Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional. Universitas Udayana, Denpasar

Selintung, M., Achmad Zubair, dan Ellen Anneka. 2013. Studi Karakteristik Sampah pada Tempat Pembuangan Akhir di Kabupaten Maros. Jur. Teknik Sipil. Unhas. Makasar.

Soeparno. 2011. Ilmu Nutrisi dan Gizi Daging. Gadjah Mada University Press. Cetakan Pertama. Yogyakarta.

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1989. Prinsip Dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik. PT. Gramedia. Jakarta.

(23)

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008. Tentang Pengelolaan Sampah.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012. Tentang Pangan.

WHO. 2000. Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan, alih bahasa: Palup Widyastuti, Editor Edisi Bahasa Indonesia: Monica Ester.Jakarta.

Lampiran 1. Jastifikasi Anggaran Penelitian

1.Honor

(24)

3. Bahan Habis Pakai Material Justifikasi

Pemakaian

Kuantitas Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

Analisa Lab. Uji kualitas daging, frofil

Kuantitas Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

Perjalanan I Ke lokasi penelitian (persiapan-pemntauan)

5 bulan 100.000,- 500.000,-

(25)

Jilid laporan Penggandaan laporan

20 25.000,- 500.000,-

Seminar Desiminasi hasil penelitian

- - -

Publikasi Desiminasi hasil penelitian

- - -

Sewa

kameradigital, handycam, cetak foto

Dokumentasi 1 unit 500.000,- 500.000,-

Cetak buku ajar

Pembuatan buku ajar

- - -

Sub Total 2.000.000,-

TOTAL 17.500.000,00

(26)

Lampiran 2.

CATATAN HARIAN PELAKSANAAN PENELITIAN (LOGBOOK)

CEMARAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PADA ORGAN DALAM SAPI BALI YANG DIBERI SAMPAH KOTA DENPASAR

(27)

CATATAN HARIAN PELAKSANAAN PENELITIAN (LOGBOOK)- 2015

NO TANGGAL.2015 U R A I A N KETERANGAN

1 3 Maret Finalisasi Proposal Tim Peneliti

2 5 Maret Konsolidasi dengan peternak di area TPA, Rumah Potong Hewan

Tim Peneliti, mahasiswa, ketua kelompok peternak

3 7 Maret - Koordinasi dengan

peternak tentang maksud dan tujuan penelitian di area TPA. Permohonan ijin untuk melakukan penelitian di area TPA Pesanggaran Denpasar melalui Dinas Kebersihan Kota (DKP) Denpasar dan Badung. - Sembahyang (atur piuning

kehadapan pemilik Nis di Pura area TPA.

Sewa mobil untuk trasnportasi ke TPA: Rp. 150.000,-/rate

Bengkel besi. Transport

5 12 Maret Pemasangan kandang fiksasi/jepit Tim peneliti

7 13 Maret Pinjam/sewa 1 uni timbangan sapi kap. 1000 kg : Rp. 200.000,-

UPT.Pembibitan ternak Baturiti-Tabanan 8 15 Maret Pendataan ternak sapi yang dibagi

menurut lakasi menjadi 3 kelompok (A, B, C). dengan berat badan: 200-300 kg/ umur: 2-3 tahun.

Tim peneliti bersama peternak

9 16 Maret Pendataan ternak sapi yang dibagi menurut lakasi menjadi 3 kelompok (A, B, C).

Tim peneliti bersama peternak

10 17 Maret

Pk.9-10.00

Penimbangan ternak sapi dari kelompok A: 2 ekor, B: 2 ekor, dan

(28)

C: 2 ekor

11 20 Maret Pengamatan tingkah laku makan dan aktivitas lainnya pada sapi selama sehari

Tim peneliti

12 26 Maret-20 Juni Pengamatan rutin dan penentuan sampel ternak untuk pengangbilan data selanjutnya

Timpeneliti dan peternak

13 25 Juni Persiapan pengambilan data dimensi tubuh dan penimbangan berat badan sapi. Pemberian kontribusi/sewa ternak sapi kepada peternak

Tim peneliti

14 26 Juni Penimbangan ternak sapi dan pengukuran dimensi tubuh sapi dari kelompok A: 2 ekor, B: 2 ekor, dan C: 2 ekor

Tim peneliti dan peternak

15 26 Juni Penimbangan dan pengukuran

dimensi ternak sapi dari kelompok A: 2 ekor, B: 2 ekor, dan C: 2 ekor

Tim peneliti dan peternak

16 27 Juni Penimbangan ternak sapi dari kelompok A: 2 ekor, B: 2 ekor, dan C: 2 ekor

Tim peneliti dan peternak

17 28 Juni Persiapan pemindahan materi penelitian dari TPA ke RPH-Darmasaba Kab. Badung

Tim Peneliti

18 15-20 Juli Pemotonan ternak sapi dilakukan, selanjutnya persiapan pengambilan sampel organ dalam

Tim Peneliti

19 21 Juli Pengambilan sampel organ dalam sapi untuk dibawa ke Labratorium Analitik Unud. Untuk uji

kandungan logam berbahaya.

Tim Peneliti

20 22 Juli-5 Agustus Menunggu hasil uji Laboratorium -

21 5 Agustus- Tabulasi data sementara Peneliti

Denpasar, 5 Agustus 2015 Ketua Peneliti,

Gambar

Tabel 1. Anggaran Biaya pada tahun II (kedua-2015) No Jenis Pengeluaran
Tabel 1. Data Antemortem (sebelum pemotongan) Sapi bali sebagai Kontrol (K)                dan Sapi yang Berasal dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA): (T)
Tabel 3. Nilai Rataan Uji Kandungan Logam Berbahaya pada Daging dan Organ                Sapi Kontrol dan TPA

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh Atribut Produk yang terdiri dari variabel Harga, Kualitas Produk, Merek, Kemasan, dan Label terhadap

Pada tahap eksplorasi hal yang perlu diperhatikan adalah penilaian kebutuhan ( need assesment ) yaitu melihat hasil penelitian, silabus, RPP, siswa/guru, sehinggga

Beberapa Ketentuan dalam Peraturan Walikota Surakarta Nomor 46 Tahun 2012 tentang Pedoman Uraian Tugas Jabatan Struktural Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas Pendidikan, Pemuda dan

Marx’ı izleyen çalışmalarda yabancılaşma kavramı, çalışma yaşamı ile bağlantılı hale getirilmiş ve düşünürler tarafından yapılan incelemelerde iş

menimbulkan suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen non-struktural, dan mungkin besarnya berubah selama umur jembatan. Jembatan dianalisis harus mampu memikul

Perihal ini sejalan dengan studi yang dicoba oleh Wulandari dkk di Wilayah Kerja Puskesmas Ulak Muid Kabupaten Melawi pada tahun 2016 memberi tahu jika bunda dengan

sikap peduli sesama, tenggang rasa, atau setiap hal baik yang kita lakukan dan dapat menjadi berkat bagi orang lain dengan adanya kehadiran kita merupakan bahasa Roh kudus yang

Zulkarnain, Tahir Imran Gulzar (2011) meneliti dengan judul Factors Behind The Brand Loyalty, Developing And Proposing A Conceptual Model (Interdisciplinary Joural Of