• Tidak ada hasil yang ditemukan

KANDUNGAN FLUORIDA DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS PADA AIR SUMUR YANG DIKONSUMSI SECARA LANGSUNG DI DESA ADAT BUALU KECAMATAN KUTA SELATAN TAHUN 2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KANDUNGAN FLUORIDA DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS PADA AIR SUMUR YANG DIKONSUMSI SECARA LANGSUNG DI DESA ADAT BUALU KECAMATAN KUTA SELATAN TAHUN 2016."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

KANDUNGAN FLUORIDA DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS PADA AIR SUMUR YANG DIKONSUMSI SECARA LANGSUNG DI DESA

ADAT BUALU, KECAMATAN KUTA SELATAN TAHUN 2016

NI MADE CANDRA KUSUMA DEWI NIM. 1220025063

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

UNIVERSITAS UDAYANA

KANDUNGAN FLUORIDA DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS PADA AIR SUMUR YANG DIKONSUMSI SECARA LANGSUNG DI DESA ADAT

BUALU, KECAMATAN KUTA SELATAN TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

NI MADE CANDRA KUSUMA DEWI NIM. 1220025063

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 18 Juli 2016

Pembimbing

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipresentasikan dan diujikan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 18 Juli 2016 Tim Penguji Skripsi Ketua ( Penguji 1 )

Sang Gede Purnama, S.Km., M.Sc. NIP. 19810404 2006 04 1 005

Anggota ( Penguji 2 )

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Kandungan Fluorida dan Kualitas Bakteriologis pada air sumur yang dikonsumsi secara langsung di Desa Adat Bualu, Kecamatan Kuta Selatan Tahun 2016” ini tepat pada waktunya.

Ucapan terimakasih diberikan atas kerjasamanya dalam penyusunan proposal penelitian ini kepada:

1. dr. I Md Ady Wirawan, MPH., Ph.D. selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana.

2. I Gede Herry Purnama, S.T., M.T., M.IDEA. selaku Kepala Bagian Peminatan Kesehatan Lingkungan yang telah menyediakan waktu dalam memberikan masukan dalam penyusunan proposal penelitian ini.

3. Made Ayu Hitapretiwi Suryadhi, SSI., M.Hsc. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu dalam memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan proposal penelitian ini.

4. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf pegawai Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan arahan, saran dan bantuannya dalam penyusunan proposal ini.

(6)

vi

6. Bendesa Desa Adat Bualu dan Desa Adat Bualu yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk memperoleh data profil desa yang mendukung skripsi ini. 7. Orang tua dan adik yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Semua teman-teman Pabo yang selalu membantu dalam pengambilan data dan selalu memberikan saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.

9. Gede Adhi Arya Wiryanatha yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

10.Semua teman-teman IKM 12 dan semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari adanya keterbatasan kemampuan dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mengharapkan adanya saran dan kritik dari pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Demikian skripsi ini disusun semoga dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak lain yang menggunakan.

.

Denpasar, 18 Juli 2016

(7)

vii

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

JUNI 2016

NI MADE CANDRA KUSUMA DEWI

KANDUNGAN FLUORIDA DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS PADA AIR SUMUR YANG DIKONSUMSI SECARA LANGSUNG DI DESA ADAT

BUALU, KECAMATAN KUTA SELATAN TAHUN 2016

ABSTRAK

Air minum dapat diperoleh salah satunya dari air sumur. Air yang layak konsumsi adalah air yang bebas bakteri dan fluoridanya sesuai standar yang berlaku.

Coliform dan fecalcoli merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan

sebagai indikator untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Fluorida merupakan kandungan yang dapat membantu kesehatan gigi namun dapat merusak apabila melebihi standar yang telah ditetapkan. Masyarakat Desa Adat Bualu masih memiliki kebiasaan untuk meminum air langsung dari sumur. Kebiasaan ini dapat mengganggu kesehatan jika dikonsumsi terus menerus seperti diare berdarah berinvasi ke usus besar dan kerapuhan tulang serta osteoporosis.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif / univariat dengan tujuan hanya sebatas melihat gambaran serta presentase hasil dari uji bakteriologi dan fluoride serta menyimpulkan apakah air sumur di Desa Adat Bualu layak dikonsumsi atau tidak. Sampel penelitian ini berjumlah 30 sampel air sumur gali dan 60 Responden yang mengkonsumsi air sumur tersebut. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik

Perposive Sampling. Pemeriksaan sampel air menggunakan metode Ragam 555 dan

Spadns Reagent.

Penelitian ini menunjukan tingginya kandungan bakteriologi yang melebihi baku mutu sebanyak 26 sampel air (87%) dan fluoride sebanyak 26 sampel air sumur (87%). Dari hasil penelitian bakteriologi dapat disimpulkan bahwa dengan hasil bakteriologi pada umumnya air sumur pasti mengandung coliform. Adanya hasil nol pada sumur disebabkan penambahan kaporit dalam air. Sedangkan hasil fluoride tinggi dapat disebabkan karena dekatnya jarak laut dan air sumur yang selanjutkan menyebabkan intrusi air laut yang menyebabkan air sumur terasa asin. Dari kejadian tersebut dapat disimpulkan Air Sumur di Desa Adat Bualu tidak layak untuk dikonsumsi secara langsung. Oleh sebab itu masyarakat di Desa Adat Bualu diharapkan mengganti konsumsi air sumur secara langsung dengan menggunakan air kemasan atau merebus terlebih dahulu sebelum diminum.

(8)

viii PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

FACULTY OF MEDICAL UDAYANA UNIVERSITY ENVIRONMENTAL HEALTH

JUNE 2016

NI MADE CANDRA KUSUMA DEWI

BACTERIOLOGICAL AND FLUORIDE CONTENT IN GROUND WATER THAT CONSUMED DIRECTLY IN ADAT BUALU VILLAGE, DISTRICT

OF SOUTH KUTA 2016 ABSTRACT

Drinking water can be obtained either by well water. Drinkable water is water that is free of bacteriological and fluoride according to prevailing standards. Bacteriology (coliform and fecalcoli) is a class of microorganisms commonly used as an indicator to determine the source of water that has been contaminated by pathogenic or not. Fluoride is the womb that can help dental health but can be damaging if it exceeds a predetermined standard. The society in Bualu Village still have habit to drink water directly from wells. This habit can be detrimental to health if consumed continuously such as bloody diarrhea and colon invention to bone fragility and osteoporosis.

This research using descriptive analysis techniques / univariate with the intention by only see the depiction and percentage results of bacteriological and fluoride testing, and deduce whether water wells in Bualu Village is consumable or not. The amount of the research sample are 30 samples of water wells and 60 Respondents whose consume water from the water wells. Sampling was done by Perposive Sampling techniques. The examination of water samples using methods Variety 555 and Spadns Reagent.

This study shows the high content of the bacteriological which is exceeding as much as 26 samples (87%) and fluoride as many as 26 well water samples (87%). The results of bacteriological research can be concluded that with the results of bacteriological generally well water must contain coliform. The existence of zero results in wells due to the addition of chlorine in water. While the results of the high fluoride can be caused due to the proximity of the sea and water wells furthermore causing seawater intrusion and make the well water tastes salty. From these events we can conclude Well Water in Bualu Village are not feasible for consumption directly. Therefore, people in Bualu Village are expect to substitute the consumption of well water directly to use bottle water or boil it before drink it.

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

COVER ... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4 Tujuan ... 5

1.4.1 Tujuan umum ... 5

1.4.2 Tujuan khusus ... 5

1.5 Manfaat penelitian ... 6

1.5.1 Manfaat teoritis ... 6

1.5.2 Manfaat praktis... 6

1.6 Ruang lingkup penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

(10)

x

2.2 Air Tanah ... 11

2.3 Kualitas Air Bersih dan Air Minum ... 15

2.4 Fluorida ... 18

2.5 Bakteriologi ... 22

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 26

3.1 Kerangka Konsep ... 26

3.2 Variabel dan Definisi Operasional ... 27

BAB IV METODE PENELITIAN ... 29

4.1 Desain Penelitian ... 29

4.2 Langkah-langkah kegiatan ... 30

4.2.1 Lokasi dan waktu penelitian... 30

4.2.2 Subjek penelitian ... 30

4.2.3 Pengumpulan data ... 31

4.2.4 Teknik analisis data ... 38

BAB V HASIL ... 39

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39

5.2 Karakteristik Responden ... 40

5.3 Kualitas Bakteriologi Air Sumur Gali ... 42

5.4 Kualitas Fluorida Air Sumur Gali ... 45

5.4.1 Pengetahuan Masyarakat mengenai Air bersih dan Fluorida ... 47

5.5 Sikap Perilaku Masyarakat dan Hasil Observasi ... 48

5.5.1 Karakteristik Rumah Masyarakat ... 49

5.5.2 Hasil Observasi ... 50

(11)

xi

6.1 Nilai MPN Bakteriologi pada Air Sumur ... 51

6.2 Nilai Kadar Fluoride pada Air Sumur ... 54

6.3 Keterbatasan Penelitian ... 56

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 57

7.1 Simpulan ... 57

7.2 SARAN ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian ... 26 Gambar 2. Desain Penelitian ... 29

Gambar 3. Wilayah Pengambilan Sampel………...40

Gambar 4. Klasifikasi Temuan Bakteriologi Berdasarkan Jenisnya Pada Air Sumur

Gali………..43

Gambar 5. Klasifikasi Temuan Bakteriologi Secara Keseluruhan Pada Air Sumur

Gali………...………44

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Responden berdasarkan Umur, Tingka Pendidikan dan Jenis

kelamin ……….40

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Bakteriologi air sumur ………..42

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Fluoride air sumur ………..………..45

Tabel 4. Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Air Bersih ……….47

Tabel 5. Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Fluoride ………48

Tabel 6. Karakteristik Jarak septic tank dengan air sumur ………..49

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Badung dengan luas wilayah 418,52 km2, memiliki penduduk sebanyak 327.206 jiwa, merupakan wilayah di Bali yang memiliki penduduk terpadat kedua setelah Denpasar, dengan kepadatan penduduk 781,82 jiwa/km2. Sebelum terjadi pemekaran, Kabupaten Badung terdiri dari 4 wilayah kecamatan, dan kini setelah terjadi pengembangan maka secara administrative Wilayah Kabupaten Badung terdiri dari 6 kecamatan yaitu: Kecamatan Petang, Abiansemal, Mengwi, Kuta Utara, Kuta dan Kuta Selatan. Dari keenam kecamatan tersebut ternyata Kecamatan Kuta memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu 1846,86 jiwa/km2 dan kedua Kuta Utara yaitu 1273,12 jiwa/km2 (Sudra, 2006).

(15)

2

lagi 228 l/dt akan dipenuhi dari air tanah dalam yang disedot melalui air tanah. (Budiana dalam Sudra, 2006).

Air adalah zat yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan makanan. Tanpa air, manusia tidak akan bisa bertahan hidup lama. Selain berguna untuk manusia, air pun diperlukan oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang layak diminum tanpa mengganggu kesehatan (Depkes RI, 2006).

Menurut Slamet (2004) dalam buku Kesehatan Lingkungan, air dalam tubuh manusia berkisar antara 50 – 70% dari seluruh berat badan. Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat dari jumlah air yang ada di dalam organ, seperti 80% dari darah terdiri atas air, 25% dari tulang, 75% dari urat syaraf, 80% dari ginjal, 70% dari hati, dan 75% dari otot adalah air. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian yang diakibatkan oleh dehidrasi. Karenanya orang dewasa perlu minum minimal sebanyak 1,5 – 2 liter sehari untuk keseimbangan dalam tubuh dan membantu proses metabolisme.

(16)

3

Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri.

Air tanah di suatu daerah tidak semuanya mempunyai potensi air tanah yang baik. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik daerah seperti curah hujan, jenis batuan, sifat fisik dan kimia batuan penyusunnya, Kemiringan lereng, dan panjang lereng, dan perubahan penggunaan lahan oleh manusia di daerah tersebut. Pengambilan air tanah di pesisir pantai memicu adanya intrusi yang merupakan masuknya air laut ke dalam air tawar. Ancaman kenaikan muka air laut yang disebabkan oleh global warming dan juga pasang surut air laut yang berubah - ubah, dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya perubahan sistem hidrogeologi akibat dari penggunaan air tanah yang berlebihan, hal itu akan mengakibatkan berkurangnya sumber air bersih (Vineastra, 2010).

(17)

4

konsumsi air yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah beriklim dingin (Munadziroh dalam Yodifta, 2010).

Desa Adat Bualu merupakan desa yang terletak di pesisir pantai selatan Pulau Bali. Ketinggian daerah tersebut hampir 0 km dari permukaan air laut. Air yang keluar dari mata air cukup jernih. Beberapa ada yang berasa asin, tetapi beberapa ada yang tidak asin. Air tanah di daerah Kuta Selatan diperoleh dengan cara membuat sumur. Pada saat direbus, air akan menghasilkan kerak di sekitar panci. Hal tersebut ada kemungkinan disebabkan oleh kesadahan air cukup tinggi. Oleh karena itu, air harus diendapkan dan disaring terlebih dahulu sebelum digunakan untuk air minum atau memasak. Gejala kesadahan air yang tinggi juga dapat diamati dari sabun yang sulit berbusa. Akibatnya, masyarakat menambahkan detergent cukup banyak untuk keperluan mencuci (Sulistyani, 2012).

Air Tanah di daerah dekat pantai seperti di Desa Adat Bualu, memiliki potensi tercemar, bila dilihat dari faktor-faktor seperti daerah yang dekat pantai, penduduk yang mulai padat, memiliki tanah yang berkapur, dan tanah yang berbukit. Masyarakat di daerah tersebut menggunakan air sumur gali dan sumur bor untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih sehari – hari. Dimana air tersebut digunakan untuk Kebutuhan domestik maupun industri. Untuk daerah tinggal penduduk, masyarakat menggunakan air sumur gali dan sumur bor untuk mandi, mencuci dan kegiatan rumah tangga lainnya termasuk untuk dikonsumsi. Namun untuk keperluan konsumsi masyarakat, air tersebut dikonsumsi secara langsung tanpa dilakukan proses seperti memasak air.

(18)

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis dapat merumuskan permasalahan yaitu Bagaimana Kandungan Fluorida dan Kualitas Bakteriologis pada air sumur yang dikonsumsi secara langsung di Desa Adat Bualu, Kecamatan Kuta Selatan Tahun 2016.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Apakah kualitas air sumur di Desa Adat Bualu yang dikonsumsi secara langsung memenuhi syarat untuk air minum?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui Kandungan Fluorida dan Bakteriologi dalam air sumur yang dikonsumsi secara langsung di Desa Adat Bualu, Kecamatan Kuta Selatan.

1.4.2 Tujuan khusus

- Untuk mengetahui rata-rata Kandungan Fluorida dan Bakteriologi di Desa Adat Bualu.

- Untuk mengetahui status Kandungan Fluorida dan Bakteriologi dalam air di Desa Adat Bualu.

(19)

6

1.5 Manfaat penelitian 1.5.1 Manfaat teoritis

Untuk pengembangan ilmu :

Menambah informasi tentang senyawa fluorida dan bakteriologi dalam air sumur di Desa Adat Bualu, Kecamatan Kura Selatan.

1.5.2 Manfaat praktis

1. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan pengetahuan mengenai kualitas air sumur yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat.

2. Sebagai bahan masukan kepada Kepala Puskesmas dan masyarakat terutama memberikan informasi yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam penggunaan air sumur di wilayah Kecamatan Kuta Selatan.

1.6 Ruang lingkup penelitian

(20)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat padat, cair, dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya 30% berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung zat cair (uap air) sebanyak 15% dari tekanan atmosfer. (Gabriel, 2001)

Sumber air secara garis besar dapat dibagi menjadi : 1. Laut : Air laut

Air yang dijumpai di dalam alamberupa air laut sebanyak 80%, sedangkan sisanya berupa air tanah/daratan, es, salju, dan hujan. Air laut turut menentukan iklim dan kehidupan di bumi. Kadar garam dalam air laut sangat bervariasi dari setiap tempat. Misalnya Laut hitam memiliki kadar garam sagat tinggi dibandingkan degan kadar garam pada samudra pasifik.

(21)

8

penting untuk manusia memelihara dan menjaga laut. Namun seiring berubahnya zaman, banyak bangunan yang dibangun dan industri-industri yang membuang limbah ke laut.

Air laut mendapatkan pencemaran dari 3 tempat, yaitu dari darat, udara, dan laut. Dari darat ; hampir 90% bahan pencemar berasal dari darat, melalui sungai, air rembesan yang belum disaring dengan baik, melalui pipa WC. Dari udara ; bahan pencemar yang dibuang dari pesawat terbang. Dari laut ; bahan ppencemar dibuang dari kapal laut dan perahu nelayan.

Bahan cemaran laut berupa sampah keluarga, bahan kimia dari industri (organik maupun non organik), dan yang paling berbahaya adalah bahan sisa radioaktif. Oleh karena suatu kecelakaan, misalnya tenggelamnya kapal tanker pembawa minyak bumi sehingga laut dicemari baha tambang berupa minyak bumi. Hal ini sangat tidak diharapkan karena sulit mengatasi cemaran tersebut.

Pengolahan air laut sebagai air minum di negara- negara di timur tengah memanfaatkan bongkahan es sebagai air minum, selain itu mengolah air laut menjadi air minum melalui teknologi modern. 2. Darat : Air Tanah

(22)

9

danau akan pasang. Dan untuk air jauh dari oermukaan atau disebut pula air tertekan yaitu air yang tersimpan di dalam lapisan tanah. Yang termasuk dalam air jauh dari permukaan adalah air sumur bor dan sumur gali.

3. Udara : Air Hujan

Meurut Gabriel secara umum, terdapat 2 musim di indonesia, yaitu musim panas dan musim penghujan. Tetapi sebenarnya tidaklah demikian apabila dikaji lebih mendalam, misalnya:

a. Musim hujan terjadi seitar pertengahan Nopember sampai dengan pertengahan Maret (4 bulan).

b. Musim panas terjadi mulai dengan pertengahan Maret sampai dengan pertengahan Juli. Musim panas dibagi dalam 2 tahap yaitu transisi (selama 2 bulan) ada hujan dan panas silih berganti dan musim panas sebenarnya (selama 2 bulan).

c. Musim pancaroba terjadi mulai pertengahan bulan juli sampai dengan pertengahan bulan September. Pada bulan-bulan ini udara terasa panas dan terdapat angin kencang yang berubah – ubah arah.

d. Musim dingin terjadi pertengahan bulan September sampai denganpertengahan bulan Nopember. Pada musim ini siang hari terasa sangat panas dan malam hari terasa dingin sekali.

(23)

10

(penguapan), tumbuh-tumbuhan, hewan maupun manusia terjadi proses transpirasi/penguapan pula.Uap air ini akan melambung naik ke atas sampai suatu titik dimana suhu udara sekitarnya sama dengan suhu uap air yang menguap, selanjutnya terjadi titik kondensasi dan terbentu awan. Pada saat ini akan terjadi proses presipitasi (Proses turunnya hujan).

Air merupakan sumber daya alam yang melimpah, dapat ditemukan disetiap tempat di permukaan bumi, air juga merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan dibutuhkan setiap mahluk hidup. Bagi manusia kebutuhan air amat mutlak, hampir semua aktifitas manusia memerlukan air, kebutuhan air bagi manusia tidak saja untuk keperluan hidup seharihari seperti makan dan minum tetapi juga sebagai alat transportasi, pembangkit tenaga, pertanian, peternakan dan banyak lagi kepentingan dari air.

Air yang dimanfaatkan manusia untuk keperluan hidup sehari-hari adalah air yang berkualitas sesuai standar yang telah ditetapkan oleh instansi/lembaga dimana standar tersebut merupakan hasil riset mutakhir sesuai dengan ilmu dan teknologi kesehatan yang berkembang saat ini sehingga dapat memberikan jaminan kesehatan, namun air yang melimpah itu kualitasnya banyak yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan itu sehingga diperlukan usaha untuk memperbaikinya. (Sapparudin, 2010)

(24)

11

Wujud air dapat berupa cairan, gas (uap air) dan padatan (es). Air yang berwujud cairan merupakan elektrolit lemah, karena di dalamnya terkandung ion-ion dengan reaksi kesetimbangan sebagai berikut:

2H2O H3O+ + OH-

Secara keseluruhan tubuh manusia mengandung 60-85 % air. Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, air dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti air hujan (rain water), air permukaan (surface water), air tanah (ground water) dan air laut (seawater). Air tersebut tidak dapat langsung dimanfaatkan, karena tercampur dengan pengotor-pengotor tertentu yang berasal dari bermacam-macam sumber pengotor (industri, rumah tangga, pertanian dan lain-lain).

2.2 Air Tanah

Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri.

Air tanah memiliki beberapa kerugian atau kelemahan dibanding sumber yang lainnya karena air tanah mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi tinggi. Zat-zat tersebut antara lain magnesium, kalsium, dan besi yang menyebabkan kesadahan.

(25)

12

1. Air Permukaan Tanah

Yang termasuk dalam air permukaan tanah adalah sungai, rawa-rawa, danau, waduk (buatan). Jumlah air permukaan tanah ditentukan oleh intensitas hujan. Dimana apabila terjadi hujan lebat, air permukaan akan pasang. Beberapa keuntungan penggunaan air hujan sebagai salah satu alternatif sumber air bersih adalah sebagai berikut :

(1) meminimalisasi dampak lingkungan ; Penggunaan instrumen yang sudah ada (atap rumah, tempat parkir, taman, dan lain-lain) dapat menghemat pengadaan instrumen baru dan meminimalisasi dampak lingkungan.

(2) lebih bersih: air hujan yang dikumpulkan relatif lebih bersih dan kualitasnya memenuhi persyaratan sebagai air baku air bersih dengan atau tanpa pengolahan lebih lanjut

(3) kondisi darurat: Air hujan sebagai cadangan air bersih sangat penting penggunaannya pada saat darurat atau terdapat gangguan sistem penyediaan air bersih, terutama pada saat terjadi bencana alam. Selain itu air hujan bisa diperoleh di lokasi tanpa membutuhkan sistem penyaluran air

(4) sebagai cadangan air bersih: permanenan air hujan dapat mengurangi ketergantungan pada sistem penyediaan air bersih.

(5) sebagai salah satu upaya konservasi.

(26)

13

2. Air Jauh dari Permukaan Tanah

Air jauh dari permukaan tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri. Yang termasuk dalam air jauh dari permukaan tanah yaitu :

1. Sumur Gali

Diameter dari sumur gali adalah antara 0,8-1 meter dan kedalaman sumur gali tergantung dari lapisan tanah, ketinggian dari permukaan laut, ada tidaknya air bebas di bawah lapisan tanah. Umumnya :

a. Tanah Sawah : sumur gali kedalaman cukup 3-5 meter telah memperoleh air bebas.

b. Tanah Berpasir : sumur gali kedalaman cukup 6-8 meter telah memperoleh air bebas.

c. Tanah Liat/Berpadas : kedalaman sumur gali ≥12 meter baru

mmeperoleh air bebas.

d. Tanah Kapur/Berbukit : umumnya sumur gali harus ≥40 meter

baru diperoleh air bebas. Keadaan/sifat air sumur gali :

a. Ketinggian air bebas umunya sekitar 1-3 meter dari dasar sumur.

(27)

14

c. Rasa dan warna air tergantung jenis tanah yang ada. Tanah sawah airnya kekuning-kuningan, tanah berpasir airnya jernih dan rasanya sejuk, tanah liat/padas airnya terasa sedikit sepat, dan tanah kapur airnya terasa sedikit sepat serta warnanya kehijau hijauan.

d. Mudah tercemar oleh karena kelalaian dalam menutup mulut sumur.

e. Mengandung algae dalam jumlah sedikit. f. Mengandung bakteri cukup banyak. 2. Sumur Bor

Sumur yang terbentuk melalui pengeboran disebut sumur bor. Menurut Gabriel, 2001 Lubang sumur biasanya 4 dim atau 5 dim dan kedalaman sumur tergantung lapisan tanah :

a. Tanah berpasir : kedalaman sumur bor antara 20-40 meter sudah memperoleh air. Biasanya airnya naik 5-7 meter dari permukaan tanah.

b. Tanah liat/padas : kedalaman sumur bor antara 40-60 meter akan diperoleh air yang baik dan air akan naik mencapai 7 meter dari permukaan tanah.

c. Tanah berkapur : biasanya sumur dibuat dengan kedalaman diatas 60 meter kemungkinan baru mendapat air dan apabila ada air, airnya sukar/tidak bisa naik ke atas dengan sendirinya. d. Tanah berbukit : biasanya sumur dibuat diatas 100 meter atau

(28)

15

yang diperoleh sukar atau tidak bisa naik ke atas dengan sendirinya.

Keadaan atau sifat air sumur bor : a. Air jernih dan rasanya sejuk.

b. Percemara air kemungkinan tipis untuk terjadi. c. Jumlah bakteri jauh lebih kecil dari sumur gali.

d. Jumlah algae di dalam sumur bor jauh lebih banyak dibandingkan dengan air sumur gali.

Air sumur yang berada di Desa Adat bualu dimanfaatkan sebagai keperluan domestik dan industri. Dimana salah satunya adalah untuk dikonsumsi. Air sumur yang dikonsumsi oleh masyarakat desa adat bualu adalah dengan cara diminum langsung. Perilaku masyarakat tersebut tentu saja dapat dikatakan kurang baik untuk kesehatan. Secara umum air sumur hanya digunakan untuk air bersih. Namun masyarakat Desa Adat Bualu meyakini air tersebut sudah bersih maka dari itu air sumur tersebut dikonsumsi tanpa adanya proses sebelum dikonsumsi.

2.3 Kualitas Air Bersih dan Air Minum

Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Nilai kualitas air ditunjukkan berdasarkan masing-masing golongan. Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut.

(29)

16

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

4. Golongan D yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.

Syarat-Syarat Air Minum Menurut Sutrisno (2007), dari segi kualitas air minum harus memenuhi:

1. Syarat Fisik

a. Air tidak boleh berbau

Air minum yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. Misalnya, bau amis dapat disebabkan oleh tumbuhnya Algae.

b. Air tidak boleh berasa

Air minum biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Rasa logam/amis, rasa pahit, asin, dan sebagainya. Efeknya tergantung pada penyebab timbulnya bau tersebut.

c. Air tidak boleh berwarna

Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna.

d. Kekeruhan

(30)

17

lapukan tanaman dan hewan. Buangan industri juga dapat menyebabkan kekeruhan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung perkembang biakannya.

e. Suhu air hendaknya di bawah sela udara (sejuk ± 250C)

Suhu air hendaknya di bawah sela udara agar Tidak pelarutan kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan kesehatan, Menghambat reaksi-reaksi biokimia didalam saluran/pipa, Mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak, Bila diminum air dapat menghilangkan dahaga.

f. Jumlah zat padat terlarut (TDS)

TDS biasanya terdiri dari zat organik, garam anorganik dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan juga akan naik pula.

2. Syarat Kimia

Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampui batas yang telah ditentukan.

3. Syarat Bakteriologi.

Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukan yaitu 0 Coli/100 ml air.

Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar (feaces) dan tanah. Bakteri patogen yang mungkin ada dalam air antara lain adalah:

(31)

18

e) Bakteri enteritis (penyakit perut)

Air yang mengandung Coli dianggap telah terkontaminasi (tercemar) dengan kotoran manusia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum dimana untuk Bakteriologi atau Mikrobiologi kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 0 per 100 ml sample. Dan untuk Fluoridenya 1,5 mg/l.

2.4 Fluorida

2.4.1 Definisi Fluorida

(32)

19

2.4.2 Sumber Fluorida

Beberapa sumber-sumber fluor antara lain : a. Fluor di lithosphere

Fluorine merupakan elemen kimia yang bersifat paling elektronegatif karena itu tidak pernah ditemukan di alam dalam bentuk elemen bebas. Fluorine hanya terdapat dalam bentuk ikatan kimiawi, mempunyai urutan elemen ke-17 yang paling sering ditemukan dan merupakan 0,06 - 0,9% dari keseluruhan kulit bumi. Fluor dalam batu dan tanah ditemukan dalam berbagai minum. Seperti : fluor spar, kriolit, apatit, mika, minum hitam (horn black) dan sejumlah

“pegmatif” sepertitopaz dan tourmalin.

b. Fluor dalam air

(33)

20

c. Fluor di udara

Fluor di udara berasal dari debu tanah yang mengandung fluor dari limbah gas industri dari pembakaran batu bara domestik dan dari gas yang dikeluarkan dari daerah gunung berapi.

d. Fluor dalam makanan dan minuman

Berbagai evaluasi terhadap makanan pembawa fluor memperlihatkan bahwa fluor dalam makanan menunjukkan konsentrasi yang rendah sebelum diproses (0,1 – 2,5 mg/kg). Tanaman teh mempunyai konsentrasi fluor berkisar antara 3,2 – 4,00 mg/kg. Sementara seduhannya mengandung fluor sampai dengan 8,6 mg/liter.

e. Fluor dalam garam

Sejumlah penelitian mengemukakan hasilnya bahwa garam berfluor mempunyai pengaruh, yang besar dalam menghambat karies, sama dengan fluor dalam air minum bilamana digunakan pada konsentrasi dan pemakaian yang tepat.

2.4.3 Dampak Kekurangan Fluorida

Dampak Kekurangan Fluor dapat menyebabkan : 1. Kerusakan gigi yang berlebihan.

2. Kekurangan fluor ini akan mengakibatkan gigi menjadi rapuh. 3. Selain gigi menjadi rapuh, bila kekurangan flour ini dapat

menyebabkan gigi mudah terserang karies atau gigi gigis (caries dentis).

(34)

21

2.4.4 Dampak Kelebihan Fluorida

Tingginya kandungan fluor pada air minum mengakibatkan kerusakan pada gigi. Semua zat bila digunakan tidak semestinya atau berlebihan maka akan menyebabkan masalah atau berbahaya bagi kesehatan. Konsumsi 2 ppm fluor dapat menyebabkan mottled enamel, 5 ppm dapat menyebabkan osteosklerosis, 50 ppm dapat menyebabkan kelainan kalenjar tiroid, 120 ppm dapat menyebabkan retardasi mental, 125 ppm dapat menyebabkan penyakit ginjal, dan 2,5 gram sampai 5 gram dapat menyebabkan dosis akut dan kematian. Kelebihan flour dapat mengakibatkan kelainan tulang dan gigi. Flour dalam tubuh separuhnya akan disimpan dalam tulang dan terus bertambah sesuai umur, akibatnya tulang menjadi mudah patah karena terjadi flourosis pada tulang. Pemerintah telah menetapkan batasan kandungan fluoride dalam air minum melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum. Dalam aturan tersebut, air minum tidak boleh mengandung lebih dari 1,5 mg per liter. Batasan yang sama juga ditetapkan oleh World Health Organization (WHO, 2011) sebesar 1,5 mg per liter. Batasan yang lebih ketat bahkan ditetapkan dalam SNI 01-3553-2006 tentang Air Minum dalam Kemasan bahwa kandungan fluoride dalam air mineral tidak boleh melebihi 1 mg per liter. Akan tetapi untuk hasil penelitian ini peraturan yang akan dibandingkan adalah Peraturan Gubernur Bali No. 8 Tahun 2007 tentang kadar fluoride berdasarkan kelas.

(35)

22

Journal of Public Health Dentistry : "Memperkirakan kejadian eksposur fluorida beracun nasional juga diperumit oleh adanya bias. Orang tua atau pengasuh mungkin tidak menyadari gejala yang terkait dengan toksisitas fluorida ringan seperti kolik atau gastroenteritis, terutama jika mereka tidak melihat anak menelan fluorida. Demikian pula, karena sifat spesifik dari gejala ringan sampai sedang, dokter tidak mungkin untuk memasukkan toksisitas fluorida tanpa riwayat konsumsi fluorida." Meskipun insiden kejadian tertelan nya pasta gigi pada anak banyak yang tidak terdiagnosis, jumlah laporan ke Poison Control Center di AS mengalami peningkatan sejak Food and Drugs Administration (FDA) mengeluarkan peringatan bahaya racun Flourida. Memang, di awal 1990-an (sebelum peringatan FDA), ada sekitar 1.000 laporan keracunan setiap tahun dari pasta gigi fluoride. Saat ini, terdapat peningkatan 20 kali lipat sejak FDA menambahkan peringatan. (Savirah, 2014)

2.5 Bakteriologi

Air sumur pada umumnya lebih bersih daripada air permukaan, karena air yang merembes ke dalam tanah itu telah difiltrasi (disaring) oleh lapisan tanah yang dilewatinya, namun kebersihan air secara kasat mata belum tentu mengindikasikan terbebasnya air tersebut dari kontaminasi bakteri, kebersihan dan kontaminasi bakteri pada air sumur sangat berkaitan erat dengan lingkungan sekitar sumur (Nurdin, 2007).

(36)

23

bermacam-macam racun seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebih di dalam tubuh (Pracoyo, 2006).

Pencemaran air yang disebabkan oleh kontaminasi limbah toilet (fecal contamination) merupakan permasalahan yang cukup serius, dikarenakan adanya potensi penularan penyakit oleh patogen (organisme penyebab penyakit). Seringkali konsentrasi patogen yang berasal dari kontaminasi limbah toilet terdapat dalam jumlah yang relatif kecil, namun demikian besar kemungkinan adanya patogen lain yang terikut pada saat terjadi kontaminasi. Hal tersebut menyebabkan pengujian patogen dalam setiap sampel air yang diambil menjadi tidak praktis dan efisien. Pengamatan keberadaan patogen secara praktis dapat dilakukan dengan melakukan pengujian keberadaan organisme indikator pencemaran seperti bakteri Koliform. Bakteri tersebut berasal dari sumber yang sama dengan organisme patogenik. Bakteri Koliform cukup mudah diidentifikasi dan pada umumnya terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan patogen yang lebih berbahaya. Selain itu, karakteristik cara penanganan bakteri coliform di lingkungan, instalasi pengolahan limbah serta instalasi pengolahan air memiliki banyak kesamaan dengan banyak patogen. Oleh karena itu, pengujian keberadaan bakteri coliform merupakan metode yang rasional sebagai indikasi keberadaan bakteri patogen lain di lingkungan.

Adanya bakteri coliform di dalam makanan atau minuman menunjukan kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Bakteri coliform dapat di bedakan menjadi dua golongan yaitu ;

1. Bakteri coliform golongan fekal misalnya Escherichiacoli

(37)

24

E. Coli jika masuk ke dalam saluran pencernaan dalam jumlah banyak dapat membahayakan kesehatan. Walaupun E. Coli merupakan bagian dari mikroba normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah terbukti bahwa galur-galur tertentu mampu menyebabkan gastroenteritis taraf sedang hingga parah pada manusia dan hewan. Sehingga, air yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit infeksius (Suriaman, 2008).

Indonesia sejak tahun 1968 E.coli lebih banyak diperhatikan sebagai penyebab diare pada bayi atas dasar hasil yang diperoleh pada tahun tersebut di Bandung oleh Soeprapti Thaib dkk.(1968) yaitu 41,9% (88 dari 210 tinja) pada bayi yang berumur 0-6 bulan dan 35,3% (45 dari 136 tinja) pada bayi umur 6-12 bulan, Ono Dewanoto dkk.(1969) melaporkan 36,2% (163 dari 448 tinja) untuk bayi berumur 0-24 bulan dan Gracey dkk.(1973) melaporkan angka 35,0% (7 dari 20 tinja bayi 0-24 bulan yang dirawat di Bangsal Gastroenterologi Anak RSCK/FKUI Jakarta) pada tahun 1973. Sejak tahun 1975, perhatian terhadap penyakit diare akut beralih dari E.Coli enteropatogenik (EPEC) ke E.coli enterotoksigenik (ETEC) disamping Rotavirus dan Salmonella Oranienburg. E. coli enteroinvasif (enteroinvasive E.coli (EIEC)). Beberapa E.coli dapat menyebabkan diare berdarah dan berinvasi ke usus besar. Strain ini terdiri dari sejumlah kecil serogrup yang dapat dibedakan dari E.coli Enterotoksegenik dan E.coli enteropatogenik dan disebut E.coli enteroinvasif. Strain ini seperti organisme lain yang bersifat invasif, sering juga terdapat dalam tinja yang penuh dengan leukosit dan eritrosit (Suharyono, 2008).

(38)

25

tinggi daripada bayi, namun e.coli juga dapat berakibat terganggunya aktifitas sehari-hari bagi orang Dewasa.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa persentase level pertanyaan pada soal cerita yang terdapat dalam buku teks matematika

penyediaan layanan di Kantor Desa Kotabaru Seberida belum mencapai standar pelayanan minimal dan pola layanan dalam penyampaian jasa di Kantor Desa Kotabaru Seberida masih

Penelitian ini mengukur tingkat kesiapan penerapan e-learning menggunakan model Aydin & Tasci yang mengukur empat faktor utama yaitu manusia, teknologi, pengembangan

Hal ini terjadi karena masih lemahnya sumber daya manusia (SDM), penegakan hukum, dan tingginya tingkat kemiskinan penduduk Indonesia. Untuk mengurangi atau menekan

 Unit usaha kontraktor penambangan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 29,2 triliun atau turun 26% dibandingkan tahun 2019 yang mencapai Rp 39,31 triliun.. 

Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dengan guru matematika MAN 1 Banjarmasin untuk menganalisis kebutuhan yang diperlukan untuk pengembangan. Data

Sesuai dengan Undang-Undang RI No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan Peraturan Akademik Tahun 2010 yang berlaku di Politeknik Negeri Jakarta, bahwa

Penelitian ini meneliti pengaruh strategi Customization terhadap kinerja perusahaan dengan karakteristik informasi Sistem Akuntansi Manajemen yang bersifat Broad