2
1 3
1 " 3 3
1 0 3 3
31
1
1 .
,* . . 9
:5** 1 1 . ;,1,,/<+. 7*1*456,. 3 1 3 .
3 1 0
3 1
3
1
2
! "
# #
$ %
$
# &' $ $
()''
* $
+& &&,-.$
# ' '/)0&$
$
# #
1
#
2
,1, " 1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 ,
,1- ! 1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111
-,1/ 0 111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 /
,14 111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 /
,15 ' 11111111111111111111111111111111111111111111111111 4
,1< 1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 5
A
-1, ! # 0 111111111111111111111111111111111111 <
-1- " # 3 1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 6
-1-1, 111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 ,*
-1-1- 111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 ,/
-1/ 1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 ,5
-14 1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 ,:
-15 5 ,6
/1, " # 1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 -*
/1,1, " # 3 # 11111111111111111111111111111111111111111111111111 -*
/1,1- " # 11111111111111 -,
/1- 1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111
--/1-1, 11111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111
--/1-1- B 11111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111
--/1-1-1, B " 1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 -/
/1-1-1- B 0 111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 -/
/1-1/ 3 & 111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 -/
/1-14 1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 -/
/1/ 11111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 -5
/1/1, # 1111111111111111111 -5
A
/1/1/ -<
/1/14 1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 -:
/1/141, 5 " # 3
1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 -:
/1/141, 111111111111111111111111111111111111111111111111 -:
/14 # 11111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 -6
/141, ' 111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 -6
/141- 11111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 -6
41, ' 11111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 -+
41,1, ' 5 111111111111111111111111111111111 -+
41,1- ' 111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 /*
41,1-1, ' # 1111111111111111111111111 //
41- 1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 /5
51, 11111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 /6
51- 111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 /6
A
$ %&%' ('()(*
0 -1, 3 (
0 # CCCC11 6
0 -1- CCCC ,/
0 /1, CCCCC11 -5
0 41, '
C11 /,
0 41- '
C1
/-0 41/ $ # 11 //
0 414 ' !
6!
7CCCCCCCCCC11 /4
0 415 ' !
A
$ %&%' ('()(*
-1, $
CCCCCCCCCCC11 +
-1- 3 CCCCCCCCCC1 ,5
-1/
5 CCCCCCCC111 ,+
/1, " # 3 # CCCCC -,
/1- " #
CCCCCCCCCCCCC
--41, ' 5
" CCCCCCCCCCC11 -+
41- ' 5
A
$ %&%' ('()(*
3 41,
A 2
$ %&%' ('()(*
, CCCCCC111 4,
- ' CCC1 4/
41
! " # $
" %
%
% &
'"(
) * ' +
" , %
&
- * (
" * ,
42
. $
"
, %
. * ! *
" $
/ (
* "
0 &
" ,
,
! &
43
1 2 3 4
8
5 6
9
44
t t
One Samnle
Kolmogorov Smirnov Test n value ≥
! " "
# #
$ %& %& %& %&
$ # ' ( ) &* & % + & &*%,* ,&%
- " %& & + %& % + %* *
) ./
- 00 1
2
% %&+ %+
# " % %&+ %&&
$ " , %%% %%+ %+
" " 3 , &&, 4&+
2 ' ( , ,*4 +& **
$
5 1 0
t
# 1
) $ - "
. )
# % #
&* & %& %& & * 4*%
#
% + & %& + %& %4+, 4
#
&*%,* %& % + 4* *
* # ! "## $ %& ' %& %& %
% %% &, 4 + , % % ,4 &&+ % %
( ' %& (
%
* 4% %4,+,4 *+* %*&, ,& %
n value t n value ≤0.05
0 n value >0.05
0
t
6 1
# $ ) - "
. )
# # %& &* & %& & * 4*%
%& &*%,* % + 4* *
# # %& % + & + %& %4+, 4
%& ,&% %* * & 4&
# %& % %% &, 4 + , %
7
8 " 9 0
.: 0 ; 1 0 .: 0 )
' (
)
- 00 1
. - 00 1
, < 5 0 1 7 " 0
- 00 1
8
#
.: " 1
,,% & & 4 %% , , %% % ,
.: " 1
,,% & & 4 %% , + %% %++
#
.: " 1
% %& % %,% ,, +&, + % % %
.: " 1
% %& % %,% ,, + *& % & &
.: " 1
% % , %*& * + %%+, % ,+4 %
.: " 1
% % , %*& * + +%+ % &% 4
n value t n value
! " # $
% & ' ( ) * !
+ ,
- .. / . $ ! 0 - 12
- 3. / . $ ! 0 1- *2
- 4 . / . $ ! 0 *- 2
- 4 . / . $ ! 0 - 2
1
Resin akrisik tesah banyak digunakan di bidang kedokteran gigi sebagai
sandasan gigi tiruan sebagian sepasan. Bagian permukaan non anatomis sandasan
gigi tiruan harus hasus dan terposes dengan baik agar didapatkan kenyamanan
serta kesehatan jaringan musut, mesasui pencegahan akumusasi psak, kosonisasi
mikroorganisme dan pewarnaan permukaan. Penyesesaian dan pemosesan
bertujuan untuk menghisangkan goresan hasus ataupun dasam. Nisai rerata
mengenai kekasaran permukaan resin akrisik yang ideas yaitu 0,12µm. Kekasaran
permukaan resin akrisik yang sudah diposes umumnya yaitu 0,03µm – 0,75µm.
Kekasaran permukaan resin akrisik sebih dari 2µm menyebabkan kosonisasi
bakteri yang signifikan.1,2
Tersedia banyak tipe bahan abrasif, tetapi hanya beberapa yang sering
digunakan di kedokteran gigi. Bahan abrasif asami yg digunakan di kedokteran
gigi antara sain : batu Arkansas, kapur, (sisikon karbida) ,
pumis, , pasir sisika, triposi dan zirconium sisikat. Bahan abrasif yang biasa
digunakan untuk memoses resin akrisik yaitu pumis.3
Pumis merupakan bahan abrasif yang berasas dari debu vuskanik, berwarna
abu abu cerah, dan tinggi akan kandungan materias sisika. Umumnya berbentuk
2
jenis sediaan pumis dapat digunakan pada materias resin akrisik, enames gigi,
restorasi emas, dan amasgam..3,
Kaosinatau asumina sisika dihidrat (As2O32SiO22H2O) atau sering juga disebut
juga sebagai sempung cina merupakan bioposimer yang memisiki
kandungan sisikat 46.3%, asumina 39.8% dan air 13.9%. Kaosin banyak terdapat
di Indonesia yaitu di Kasimantan Barat, Kasimantan Sesatan, dan Pusau Bangka
dan Besitung, serta potensi sainnya tersebar di Pusau Sumatera, Pusau Jawa, dan
Susawesi Utara. Berdasarkan komposisi kimia dan bentuk partikesnya kaosin
dapat digunakan sebagai bahan abrasif karena kandungan sisika membuat partikes
sebih keras, bentuk partikes yang pipih dapat mengabrasi permukaan yang akan
diabrasi. 5,6,7
Berdasarkan satar besakang yang tesah disebutkan di atas, penusis dapat
mengidentifikasi masasah sebagai berikut:
1) Apakah kaosin sebagai bahan abrasif dapat mengurangi kekasaran
permukaan resin akrisik?
2) Apakah kaosin sebagai bahan abrasif dapat mengurangi kekasaran
3
!
Maksud penesitian ini adasah untuk mendapatkan bahan abrasif sain untuk
memoses permukaan sandasan akrisik yaitu bubuk kaosin.
Tujuan penesitian ini adasah sebagai berikut:
1) Mengetahui apakah kaosin sebagai bahan abrasif dapat mengurangi kekasaran
permukaan resin akrisik.
2) Mengetahui apakah kaosin sebagai bahan abrasif dapat mengurangi kekasaran
permukaan resin akrisik sebih baik daripada pumis
" #
Kegunaan dari penesitian ini terdiri dari kegunaan ismiah dan kegunaan praktis
yang akan diuraikan sebagai berikut:
" #
Hasis penesitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi yang
bermanfaat bagi pengembangan ismu pengetahuan di bidang materias kedokteran
gigi, khususnya mengenai kaosin sebagai bahan abrasif asternatif di Indonesia dan
dapat disakukan penisitian sesanjutnya untuk mendapatkan bahan abrasif yang
sebih baik.
" #
Penemuan kaosin sebagai bahan abrasif untuk sandasan akrisik diharapkan
dapat digunakan sebagai bahan abrasif asternatif pada bidang kedokteran gigi
yang sebih baik. Serta mendorong pemanfaatan sumber daya asam Indonesia
4
$ # %&
Resin akrisik umum digunakan sebagai sandasan gigi tiruan. Permukaan
sandasan akrisik yang tidak hasus akan menyebabkan akumusasi psak, peningkatan
kosonisasi bakteri, mengurangi estetik, dan menganggu kesehatan jaringan musut.
Pada penesitian terdahusu persekatan awas mikroorgasnisme berhubungan dengan
kekasaran permukaan, kekasaran permukaan secara positif berhubungan dengan
tingkat kosonisasi bakteri dan fungi.14 Sehingga disakukan prosedur penyesesaian
dan pemosesan dengan menggunakan bahan abrasif untuk mendapatkan kehasusan
sandasan resin akrisik yang ideas. Bahan abrasif yang sering digunakan dasam
penyesesaian akrisik diantaranya adasah kapur, batu apung, pumis, pasir sisika, dan
sisikon karbida. Pumis adasah bahan yang pasing umum digunakan karena
memisiki kekerasan yang cukup tinggi untuk menghasuskan permukaan resin
akrisik, tetapi kekurangannya adasah susit untuk mengontros tingkat ke
abrasifannya..3,8,15
Kaosin adasah sasah satu sempung yang banyak ditemukan di Indonesia sebagai
pengisi materias keramik dan porsesen. Kaosin memisiki komposisi yang sama
dengan pumis yaitu asumina dan sisika, tetapi kaosin memisiki bentuk dan ukuran
partikes yang sebih pipih dan hasus. Kaosin merupakan mineras asam yang tersedia
secara mesimpah di Indonesia, maka persu disakukan pemanfaatan sumber daya
asam yaitu kaosin untuk apsikasi atau pemakaian bahan abrasif untuk resin akrisik
5
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, penusis menyimpuskan
hipotesis penesitian adasah kaosin digunakan sebagai bahan abrasif dan
menghasiskan permukaan resin akrisik yang sebih hasus daripada pumis.
' &
Penesitian ini merupakan penesitian eksperimentas saboratorium. Jumsah
sampes yang digunakan adasah tiga pusuh dua sampes.
Hasis penesitian dihitung dengan menggunakan uji berpasangan dan tidak
berpasangan dengan perangkat sunak SPSS, kemaknaan berdasarkan nisai
0,05 dan anasisis disakukan dengan menggunakan program komputer.
( & )
Penesitian disakukan pada busan Jusi sampai November 2012 di
di fakustas Teknik Fisika dan Fakustas
Teknosogi Industri, ITB. Laboratorium Metasurgi Fisika dan Keramik, Fakustas
Teknik Pertambangan dan Perminyakan, ITB. Pusat Penesitian Geosogi dan
39
!! "
#
$ % & '
( ) * + ,
- * ( ( ./(. ( 0 (1 /( . ''/ '1 '' . /
. ' .('/(1 . /. ( 0 /0. (1 /( ( /( (1 /(1. ( (1
' + - , 2 3 4 # ! 5 ! " # $
% # % & . .'1/.' .'1/.' .'1/.'
.'1/.' .'
1 6 7 # # '( )'(
# # # # 5 8 9
# 3 8 5 8 '(/'0
: : 8 ! 8 3 8 !
: ;; 3! ! 8 ; ;, ; :<= >, + !!9
> 0 + !!>,
. + - , 2 3 4 # ! 5 ! " # $
% # % & . (0 (0 (0 /(0
4 8 ? @ 4 *
- * ( 1 . . . (
(/ ' 1
0 5 ? 4 6 A ++ ) + # 1 . 1
40
$ 3 ! $ 11( (./'0
+ ! # 7 B # % , , - #
5 8 9#5 1 /10
5 3 3 # @ C+ # . / %
% / 4 4 00 ( 0/( '
( 5 ! 8 6 # # . # / # #
/ D 8 3 , 0 00/
' # /4 + ) ) $ 5 4 @ ! 4 +
# 4 0 1*
E7 ):: E + + % & % & .
1 ! 5 A 2 5 # 0 2