• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar BelakangPersoalanPapuadiIntegrasikankedalampangkuanNegaraKesatuanRepublikIndonesia(NKRI)hinggadewasainiterusdipersoalkan.SejarahbangsaIndonesiadanPapuamemilikirangkaianriwayatyangkompleks.Diawalitahun1961dengankejanggalanyangterja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IPENDAHULUAN1.1Latar BelakangPersoalanPapuadiIntegrasikankedalampangkuanNegaraKesatuanRepublikIndonesia(NKRI)hinggadewasainiterusdipersoalkan.SejarahbangsaIndonesiadanPapuamemilikirangkaianriwayatyangkompleks.Diawalitahun1961dengankejanggalanyangterja"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persoalan Papua di Integrasikan kedalam pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga dewasa ini terus dipersoalkan. Sejarah bangsa Indonesia dan Papua memiliki rangkaian riwayat yang kompleks. Di awali tahun 1961 dengan kejanggalan yang terjadi dalam proses menuju PEPERA dan berakhir dengan Operasi Trikora yang dilancarkan oleh Soeharto.1 Namun bagi Indonesia, proses integrasi wilayah Papua Barat dalam NKRI itu dilakukan sesuai dengan standar, prinsip dan hukum internasional. (Robin Osborne, 1985:30) Sehingga, Papua merupakan bagian terpenting dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Indonesia dan Papua dihadapkan dalam dua sudut pandang yang berbeda. Hal ini, berdampak pada prinsip masing – masing subjek yang berakhir bias dan tidak menemukan solusi. Jika ditinjau selama 53 tahun Papua di integrasikan kedalam NKRI. Tujuh kepemimpinan presiden, Papua jauh dari perhatian pusat. Pergolakan daerah melahirkan nasionalisme lama bagi rakyat Papua yang beruntun pada sentimen disintegrasi. Situasi ini kemudian coba dikonstruksikan berbeda ketika rejim presiden Jokowi. Melalui upaya regulasi kebijakan yang berpihak pada masyarakat Papua. Lewat kebijakan Nawacita2, beliau mulai fokus pada infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi Papua.

Indikator dalam melihat konflik Papua merdeka tentu saja berbeda dalam setiap paradigma orang. Orang Papua melihat konflik Papua merdeka tidak terbatas pada pembangunan infrastruktur, kesejahteraan ekonomi, Pendidikan dan aspek lain. Walaupun aspek – aspek tersebut membantu perkembangan dan pertumbuhan masyarakat Papua.

Namun, jauh dari itu terdapat dua faktor yang mempengaruhi secara psikologi kehidupan rakyat Papua, antara lain; distorsi sejarah dan pelangaran terhadap Hak Asasi Manusia Orang Papua. (Alexander, F Rangga OFM, 2018:17)3Faktor ini kemudian menjadi variabel

3

2 Pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla merancang sembilan agenda prioritas sebagai presiden dan wakil presiden. Sembilan program itu disebut Nawa Cita. Program ini digagas untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan

1Materi Fokus KNPB: Menurut pandangan, Orang Papua: Masalah utama bangsa Papua Barat adalah status politik wilayah Papua Barat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang belum final, karena proses memasukan wilayah Papua Barat dalam NKRI itu dilakukan dengan penuh pelanggaran terhadap standar-standar, prinsip-prinsip hukum dan HAM internasional oleh Amerika Serikat, Belanda, Indonesia dan PBB sendiri demi kepentingan ekonomi politik mereka. Karena proses itu merupakan hasil kongkalingkong (persekongkolan) pihak-pihak internasional, sehingga, inilah yang menjadi alasan mengapa, konflik politik tentang status politik wilayah Papua Barat harus diselesaikan pada tingkat internasional

(2)

penting bagaimana kebijakan dari pusat selalu bias dan tidak mendapatkan tempat dalam hati orang Papua. Kondisi di atas sebenarnya telah dituangkan dalam sebuah program negara yang dinamakan Otonomi Khusus (OTSUS) (Krinus, Kum, 2014:2).4 Otonomi khusus telah berjalan sejak rejim Presiden Megawati Soekarnoputri. Implementasi OTSUS sendiri lahir atas tiga aspek penting; pertama, meredam isu Papua merdeka. Kedua, Pelangaran Hak Asasi Manusia (HAM) dan ketiga, kesenjangan pembangunan. Sementara pada aspek ketiga, presiden Joko Widodo mengarahkan seluruh pembangunan ke Indonesia bagian timur, salah satunya Papua. Di Papua sendiri presiden Jokowi berusaha menggenjot pembangunan di Papua, yang terdiri dari Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, terutama lewat proyek infrastruktur.

Walaupun Jokowi fokus terhadap pembangunan infrastruktur di Papua namun, aspirasi merdeka terus diwacanakan oleh kelompok - kelompok pro Papua merdeka. Upaya - upaya Jokowi masih saja dihadapkan pada persoalan gerakan Papua merdeka. Problem ini sering menjadi diskursus dalam kalangan elit politik dan intelektual, baik pro rejim atau sebaliknya.

Dalam pandangan, ketua Dewan Adat Papua (DAP), Fadal Al Hamid dalam wawancaranya bersama BBC Indonesia menyatakan bahwa:

"Saya pikir pemerintah terlalu menggampangkan masalah Papua. Pemerintah melihat Papua itu hanya dari aspek pembangunan ekonomi, infrastruktur dan lainnya.

Mereka mengabaikan fakta bahwa ada perbedaan pandangan yang tajam terkait dengan sejarah Papua,"5

Pandangan Fadal Al Hamid diatas disampingkan, hingga saat ini aspirasi merdeka tetap hidup meskipun pembangunan digalakkan di Papua, termasuk menggelontorkan dana otonomi khusus sekitar Rp 7 triliun untuk tahun 2017, belum termasuk dana-dana lain.6 Teriakan-teriakan merdeka itu bukan mereda tetapi sebenarnya dibungkam. Fadal Al Hamid menyatakan bahwa “dalam kebungkaman itu, ada persoalan yang akan berbalik menghancurkan kedaulatan NKRI”. Terutama beliau menyoroti kasus terhadap pelanggaran kemanusiaan di Papua dan meningkat impunitas terhadap pelaku pelanggar HAM.

Kekawatiran Dewan Adat Papua itu, terlihat pada keperihatinan komunitas internasional atas situas Papua. Perhatian dunia internasional tertujuh ketika Indonesia melaporkan

6Ibid.

5BBC Indonesia, 2014 Rohmatin Bonasir: Pembangunan di Papua digalakkan Jokowi, tapi mengapa aspirasi merdeka tetap hidup?,http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42184924diakses 31 Mei 2018

4Implementasi OTSUS khusus di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, hingga juli 2017 telah memasuki 24 tahun. Jika diteropong kebelakang, UU Nomor 21 Tahun 2001 yang kini menjadi dasar pelaksanaan OTSUS Papua telah dittetapkan oleh DRP RI pada 22 Oktober 2001. Kemudian, oleh Presiden Megawati Soekarnoputri UU tersebut disahkan 21 November 2001 dan dinyatakan berlaku mulai 1 Januari 2002.

(3)

Tinjauan Periodik Universal (UPR)7 di Dewan HAM PBB. (Cipry, Dale; Dalam Indoprogress, 2017) Persoalan yang sama diangkat oleh tujuh Negara Pasifik pada 29 September 2016 lalu8.

Persoalan Papua kembali mengusik Indonesia dengan kampanye dan dukungan-dukungan internasional semakin luas dan semakin terbuka. Dukungan internasional ini disinyalir oleh gerakan Beny Wenda di Inggris. Pada 29 April 2013 terbentuknya kantor Free West Papua Campainge (FWPC) di Oxford, Inggris. FWPC dibentuk oleh Beny Wenda, putra asli Papua sebagai mantan TAPOL yang meminta suaka di Inggris.9 Pembentukan kantor FWPC bertujuan untuk mengkampanyekan persoalan Papua di dunia Internasional. Beny Wenda sendiri merupakan salah satu korban dari ribuhan bahkan jutaan orang Papua, dimana menurut orang Papua dalam proses sejarah pendapat rakyat (1961) penuh dengan ketidakadilan. Sejarah akan ketidakadilan terus membekas pada tiap generasi, terus diwacanakan dalam perbincangan orang Papua.

Diperparah dengan kekerasan negara lewat operasi militer diberbagai daerah di Papua.

Proses pengintegrasian ini berdampak pada akumulasi pengetahuan bersama terhadap sejarah yang tidak adil, bersamaan kenangan atas operasi militer di Papua. Hasil pemaknaan ini membimbing paradigma rakyat Papua terhadap posisi politik pemerintah Indonesia di atas tanah Papua. Tidak berhenti disitu, proses pemaknaan ini menuntun kelompok – kelompok pro Papua merdeka terlibat organ – organ yang telah dibentuk bersama. Salah satunya merupakan pria asal Baliem, Beny Wenda yang telah membentuk gerakan kampanye FWPC dan membuka kantor OPM di Oxford, Inggris.

Skema diatas tidak terlepas dan bersifat saling kait - mengkait. Terutama pada implementasi kebijakan pembangunan di rejim Jokowi. Percepatan pembangunan di era Jokowi cukup signifikan, terutama pada proyek infrastruktur. Dengan adanya infrastruktur, jalan toll, pelabuhan dan pembukaan lahan- lahan baru, dilihat sebagai upaya percepatan pembangunan orang Papua. Namun, proses ini mengalami sebuah benturan terhadap peradaban orang Papua. Menurut Adriana Elisabeth peneliti LIPI kajian Papua; “pertama, konsep pembangunan pada rejim Jokowi, tidak bersandar pada basis masyarakat Papua pembangunan lebih bergaya kapitalis, kedua, orang Papua memiliki tingkat kebudayaan

9Beny Wenda merupakan Ketua dari Internasional Parlementarian For West Papua (IPWP).

8Dunia.tempo.co Tujuh Negara pasifik Beberkan situasi Papua di dewan HAM, diakses;

https://dunia.tempo.co/read/851798/tujuh-negara-pasifik-beberkan-situasi-papua-di-dewan-ham-pbb, pada,12 Mei 2018

7

(4)

yang tinggi dan semua bergantung pada alam, belum siap secara dalam menerima persaingan global mengakibatkan mereka harus tersingkir”10

Proses pembangunan Papua yang tidak berbasis rakyat yang dikatakan oleh Elisabeth, menjadi salah satu indikator mengapa pembangunan selalu tidak “subur“ bagi orang Papua, sebaliknya bagi investor global tanah papua sangat "menjanjikan”.

Walaupun pembangunan Papua sudah didongkrak dengan OTSUS, dengan tujuan membantu orang Papua mandiri secara ekonomi, politik dan sosial. Namun OTSUS tidak mampu meredam wacana Papua merdeka yang dikampanyekan oleh kelompok pro Papua merdeka, seperti Beny Wenda.

Ketika, Beny Wenda ditanyakan oleh Wartawan BBC Indonesia: Bukankah dengan otonomi khusus, dengan status khusus ini dan dengan dana yang lebih besar masyarakat Papua bisa memanfaatkan kesempatan itu?

“Saya pikir otonomi khusus tidak bisa membangun di atas tulang belulang. Otonomi khusus tidak pernah mengubah rakyat Papua dan tidak pernah memberikan dampak yang baik karena keterlibatan Indonesia punya militer langsung, sehingga itu tidak akan pernah terjadi.11

Pembangunan terus diupayakan oleh Jokowi namun konflik sosial bercampur luka - luka pembangunan membentuk realita yang berbeda, khusus bagi Orang Papua. Otonomi Khusus tidak menyelesaikan persoalan persoalan Papua, hanya memperburuk kehidupan orang Papua. Jika pemerintah tidak memupuk persoalan ini dengan baik maka tentu Sakit hati dan memilih sikap ketidakpercayaan terhadap negara akan terus berkembang. Hal ini diperlihatkan oleh Beny Wenda dan Aktivis lainya di beberapa negara.

Pembentukan organisasi Free West Papua Campainge (FWPC) kemudian dilihat sebagai masuknya persoalan Papua dalam bentuk yang baru. Ditandai dengan adanya deklarasi dan dukungan untuk kemerdekaan Papua dari negara-negara tetangga di kepulauan Pasifik hingga tokoh politik penting di Inggris Raya.12 Pembentukan organisasi ini menjadi babak baru dan memberi efek domino pada tingkat domestik dan nasional hingga menjadi konsumsi masyarakat internasional. Dukungan Papua merdeka berhasil merambat hingga sampai pada kawasan pasifik dan didukung oleh tujuh negara13. Tidak hanya itu, aktivis Papua yang melarikan diri ke Eropa, Belanda, Inggris, Australia, Amerika

13 Tujuh negara Pasifik (Vanuatu, Tonga, Palau, Tuvalu, Kepualauan Marshall, Nauru dan Kepulauan Solomon)

12Tirto. id. Akhmad Muawal Hasan: Politik, Dukungan Internasional Untuk Papua merdeka. Diakses:

https://tirto.id/dukungan-internasional-untuk-papua-merdeka-cu9opada,21 Januari 2018

11BBCIndonesia, 2014, Rohmatin Bonasir : Benny Wenda: Otsus tidak pernah ubah rakyat Papua

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/12/141128_papua_separatis_tanya_jawabdiakses 31 Mei 2018

10Kasus MIFFE di Merauke, PT.Freeport Indonesia diTimika, kepalasawit di Sarmi, Industri Kayu di sorong ( KLGI), pabrik semen dimanokwari (PT Semen Tonasa berafiliasi investor China), minyak di bintuni milik Inggris (BP)

(5)

dan Pasifik semakin kuat dalam oraganisasi yang telah terbentuk diatas United Liberation Movement For West Papua (ULMWP),14 yang membuat internasionalisasi isu Papua kian meningkat.15 Setelah terbentuknya kantor Free West Papua Campaign (FWPC) di kota Oxford, Inggris. Beny Wenda kembali membangun solidaritas dan dukungan simpati pemimpin politik, pemimpin pemerintahan serta berbagai organisasi sipil di Selandia Baru, Inggris, Amerika, Belanda bahkan Afrika berhasil masuk dalam partai dan memenangkan opini dan perhatian publik16

Hal lain yang dilihat penting adalah upaya pembangunan opini publik di Eropa, selain dikawasan Pasifik. Setelah terbentuknya kantor Free West Papua Campainge di Inggris.

Beny Wenda membangun dukungan lewat organisasi strategis. Beliau membentuk IPWP dan ILWP, kedua organisasi ini diluncurkan di Houses of Parliament, London, pada tanggal 15 Oktober 2008. Kemudian, pada 24 Januari 2017, gerakan Beny Wenda melahirkan penggalangan pendandatanganan petisi global. Dalam situs organisasi avaaz.org, dengan judul “Help to end the genocide in West Papua”. Jangka waktu penandatanganan dibuka sejak peluncuran hingga bulan Agustus 2017 mendatang dengan target awal 10.000 penandatangan. Sejak petisi ini diluncurkan, hanya dalam waktu satu hari, jumlah penandatangan telah mencapai 3000 tanda tangan. Berdasarkan hasil pantauan (WANI), penandatangan datang dari dunia Internasional maupun dalam Negeri termasuk dari kalangan masyarakat Indonesia. Selanjutnya setelah petisi Global ini dikumpulkan, kemudian akan dibawa berenang oleh tim Swim for West Papua (Berenang untuk West Papua) sejauh 69 km menyeberangi Danau Geneva untuk menyerahkannya langsung ke tangan Sekjen (PBB) Antonio Guterres di markas besar Perserikatan Bangsa Bangsa, Jenewa-Swiss.17

17Tabloid Wani, 2017. PNWP. Petisi "Internationally Supervised Vote for West Papua"

http://www.tabloid-wani.com/2017/04/petisi-internationally-supervised-vote-for-west-papua.htmldiakses 14 november 2017

16Radionz.co.nz., West Papuan leader sees solidarity grow in NZ, Diakses:

http://www.radionz.co.nz/international/pacific-news/330553/west-papuan-leader-sees-solidarity-grow-in-nz

Pada 3 oktober 2017 . Pada tanggal 11 mei 2017 dukungan dari Selandia Baru, namun kali ini berasal dari sebelas anggota parlemen yang terdiri dari empat partai politik, yakni Partai Hijau (Catherine Delahunty, Barry Coates, Mojo Mathers, Jan Logie dan Steffan Browning), Partai Buruh (Louisa Wall, Carmel Sepuloni, Adrian Rurawhe, dan Aupito S’ua William Sio), Partai Nasional (Chester Burrows), dan Partai Maori (Marama Fox). Kesebelas perwakilan tersebut menandatangani Deklarasi Westminster yang dibawa oleh pemimpin dan pelobi internasional untuk kemerdekaan Papua, Benny Wenda.

Deklarasi yang mendukung penentuan nasib sendiri bagi rakyat Papua lahir dalam pertemuan IPWP dengan delegasi dari berbagai negara di House of Parliament London, Inggris. Solidaritas dan dukungan lainya datang dari African Carribean and the Pacific (ACP), Dalam pernyataan bersama itu mereka menyatakan keprihatinan atas pelanggaran HAM di Papua serta mendukung penentuan nasib sendiri.

15Tempo.co, Sita Planasari A: OPM Sebut Protes Indonesia Tak Beralasan, diakses

https://nasional.tempo.co/read/482833/opm-sebut-protes-indonesia-tak-beralasan 2 oktober 2017

14ULMWP merupakan persatuan Gerakan Pembebasan Papua Barat yang didalamnya terdapat tiga koalisi antara lain West Papua National Coalition for Liberation WPNCL, Parlemen Nasional West Papua (PNWP) yang keanggotaannya, salah satunya, adalah Komite Nasional Papua Barat (KNPB), dan Negara Republik Federal Papua Barat (NRFPB).

(6)

Proses perjalanan Beny Wenda dalam latar belakang ini dilihat penting dan menarik untuk dikaji. Bagaimana melihat pembangunan dan Otsus tidak mendapatkan perhatian dalam hati masyarakat Papua, Pelanggaran HAM meningkat setiap tahun dan dihantui persoalan psikologi. Skema – skema ini dilihat penting oleh kelompok Beny Wenda untuk terus diperjuangkan ke ranah Internasional.

Berdasarkan data dan hasil Deskrptif objektif diatas yang menjadi pertanyaan peneliti adalah bagaimana Bagaimana peran Beny Wenda Dalam Upaya Membangun Opini Publik Terkait Isu Papua Merdeka di Dunia Internasional dan Regional?

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana peran Beny Wenda dalam upaya membangun opini publik terkait isu Papua merdeka di dunia internasional dan regional?

1.3 Tujuan Penelitian

Mendeskripsikan bagaimana peran Beny Wenda dalam upaya membangun opini publik terkait Isu Papua merdeka di dunia internasional?

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Praktis

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai peran Beny Wenda dalam upaya membangun opini publik di dunia internasional dan regional.

1.4.2. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian ini di harapkan dapat di gunakan sebagai bahan materi pembelajaran terkait konsep kontruktivisme yakni gagasan dalam bentuk;

Norma, Nilai, Identitas dan Hukum. Sehingga, secara teoritis dapat memberikan sebuah relevansi kontruktivisme sebagai studi hubungan internasional dalam melihat peran aktor di rana internasional.

(7)

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penulisan penelitian ini agar lebih terarah dan berjalan dengan baik, maka perlu kiranya dibuat suatu batasan mengenai apa saja yang hendak diteliti. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas, yaitu: peran Beny Wenda di rana internasional dalam kampanye – kampanye yang digunakan sebagai upaya membangun opini publik terkait isu Papua merdeka. Lalu, Bagaimana strategi yang digunakan untuk mewacanakan dan memfremingkan isu Papua merdeka di masyarakat internasional dan regional.

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan dasar ke arah pengembangan industri berorientasikan eksport pada awal tahun 1970an membolehkan Malaysia menikmati faedah daripada keadaan ekonomi dunia

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Hasjrat Abadi Manado, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa diduga Produk, Harga, Tempat, Promosi, Orang, Proses, dan Tampilan Fisik secara bersama berpengaruh

(1) Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Camat, yang mempunyai tugas

Dari perencanaan ini dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:  Unit pengolahan yang diperlukan untuk mengolah air banjir di Surabaya menjadi air minum adalah unit

Kasus malaria positif: Selama tahun 2005 atau satu tahun sesudah gempa bumi dan tsunami, di antara 29.760 kasus malaria klinis di seluruh kabupaten hasil Passive Case Detection

Penelitian ini menggunakan instrumen SGRQ versi Indonesia sebagai alat pengumpul data untuk mengukur kualitas hidup pada pasien yang sedang mengalami kontrol PPOK di

Tujuan pembuatan Panduan Tata Naskah Dinas dan Dokumen adalah untuk memastikan bahwa setiap naskah dinas dan dokumen yang digunakan di Rumah Sakit Paru Respira