BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kata dalam bahasa yang diucapkan mengandung makna atau arti. Salah satu bidang linguistik yang mengkaji tentang makna adalah semantik. Menurut Pateda (2010: 2) semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan tentang makna. Dengan kata lain yang menjadi objek penelitian dalam semantik berupa makna pada bahasa. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat dalam berinteraksi tidak lepas dari penggunaan kata atau kalimat yang bermuara pada makna. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Dengan demikian makna dapat dikaji melalui kata, frasa, klausa, dan kalimat yang membangun wacana.
Makna dapat berubah karena sifat makna yang dinamis atau berkembang seiring dengan penggunaannya dalam masyarakat pemakai bahasa. Perkembangan masyarakat bahasa ini menghasilkan berbagai perubahan makna dengan berbagai kategori, salah satunya yaitu makna asosiatif. Makna asosiatif dapat ditemukan dalam sebuah lirik lagu. Lagu sendiri merupakan bagian dari seni yang lahir di masyarakat dan setiap lirik di dalamnya mengandung makna. Bahasa yang dipilih dalam lagu adalah bahasa yang indah dan mengandung fungsi puitis sebagai curahan pikiran, perasaan, dan pesan dari pengarang yang ingin disampaikan kepada pendengarnya.
Saat ini banyak musisi di Indonesia yang mahir dalam menciptakan lagu-lagu yang indah dan mampu membuat banyak prestasi. Namun kesuksesan terkadang membuat seseorang lupa dengan kesopanan dan aturan yang berlaku sehingga mereka sesuka hati menciptakan lagu dengan lirik-lirik yang tidak sopan dan mengandung
unsur negatif. Meskipun seni tidak membatasi kreativitas seseorang. Salah satunya yaitu grup band Slank, grup band ini pernah mengalami permasalahan dengan DPR karena pada lirik lagu mereka yang berjudul Gosip Jalanan dianggap tidak sopan dan dituding telah memberi penghinaan kepada lembaga pemerintahan sehingga lagu tersebut tidak layak untuk diperdengarkan publik. Berikut lirik lagu tersebut.
Apa benar ada mafia pemilu Entah gaptek apa manipulasi data Ujungnya beli suara rakyat Mau tau gak mafia di Senayan Kerjanya tukang buang peraturan Bikin UUD, ujung-ujungnya duit
Lirik lagu di atas merupakan salah satu contoh lirik lagu yang mengandung unsur negatif. Namun tidak semua musisi Indonesia menciptakan lirik lagu yang mengandung unsur negatif. Salah satunya adalah Muhammad Tulus Rusydi atau kerap dipanggil Tulus. Penyanyi ini memiliki lirik lagu yang unik dan menarik serta tidak mengandung unsur negatif maupun SARA. Hal tersebut ditemukan pada saat peneliti mendengarkan lagu-lagu Tulus dalam album Tulus, Gajah, dan Monokrom. Lirik lagu pada ketiga album tersebut pilihan katanya sangat unik, menarik, aneh, dan berbeda dengan lirik lagu dari musisi lain. Selain itu, setiap lagu Tulus mengandung makna tersirat di dalamnya yang berupa makna asosiatif. Makna asosiatif merupakan perubahan makna kata akibat persamaan sifat (makna yang dapat dihubungkan dengan benda lain yang dianggap mempunyai kesamaan sifat).
Penelitian mengenai analisis makna asosiatif pada lirik lagu menarik minat atau perhatian peneliti. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Anang Widijayanto mahasiswa Universitas Negeri Semarang dengan judul Makna Konseptual dan Makna Asosiatif dalam Teks Lagu Sheila On 7 pada tahun 2015. Penelitian tersebut
membahas tentang perwujudan makna konseptual dan makna asosiatif dalam teks lagu Sheila On 7 dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian tersebut berupa perwujudan makna konseptual dan makna asosiatif dalam teks lagu Sheila On 7 di album kisah klasik untuk masa depan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti membahas tentang jenis makna asosiatif yang terdapat dalam lirik lagu Tulus dalam ketiga albumnya. Berikut contoh kata yang mengandung makna asosiatif pada lagu berjudul Kisah Sebentar.
(1)Ku rasa bahagia dan hati berbunga-bunga
Kau buatku tergila-gila, tunduk hati aku setia (I.C.7)
Kata “tunduk hati” digunakan untuk menggambarkan perasaan seseorang yang patuh dan takluk kepada kekasihnya. Secara umum kata “tunduk” merupakan tindakan menghadapkan wajah ke bawah, jika itu menundukkan kepala. Selain itu kata “tunduk” juga berarti menyerah kalah dan patuh terhadap perintah maupun aturan. Namun kata tersebut pada lagu mengalami perubahan makna menjadi kepatuhan dan ketidakberdayaan hati seseorang terhadap perasaannya sendiri yang sedang dialaminya tersebut.
Berikutnya pada lagu Gajah, peneliti menemukan makna asosiatif didalamnya yaitu :
(2)Waktu kecil dulu mereka menertawakan, Mereka panggilku gajah, ku marah (II.D.10)
Kata “gajah” pada lirik lagu tersebut digunakan untuk memanggil atau menjuluki seseorang yang memiliki tubuh besar/ gemuk. Secara umum kata “gajah” merupakan salah satu hewan berkaki empat yang bertubuh besar, bertelinga lebar, dan mempunyai belalai. Kata tersebut telah mengalami perubahan makna, perubahan makna tersebut digolongkan ke dalam makna asosiatif berupa makna stilistik karena
kata “gajah” yang merupakan binatang paling besar dijadikan penggambaran tubuh seseorang dan dijadikannya sebagai julukan dalam lingkungan sosial.
Kemudian dalam lagu yang berjudul Kisah Sebentar, peneliti menemukan makna asosiatif, yaitu :
(3)Ku nikmati setiap detikku dengan namamu dihatiku Ku rasa bahagia dan hati berbunga-bunga (I.C.6)
Kata “berbunga-bunga” mengambarkan tentang seseorang yang sedang jatuh cinta. Kata tersebut digunakan oleh pengarang untuk menggambarkan hati seseorang yang sedang bahagia. Secara umum kata “berbunga-bunga” yaitu mempunyai hiasan yang bagus-bagus atau banyak bunga. Kata tersebut mengalami perubahan makna yang tergolong ke dalam makna asosiatif berupa makna afektif. Hal ini karena kata “berbunga-bunga” mencerminkan perasaan senang penutur, kata tersebut juga mencerminkan sikap penutur serta penutur pada saat mengucapkan kata tersebut dengan intonasi dan nada yang lembut.
Pada lagu Sewindu, peneliti menemukan kembali kata yang mengandung makna aossiatif sebagai berikut.
(4)Sudah sewindu ku di dekatmu,
Ada di setiap pagi di sepanjang harimu (I.D.1)
Kata “sewindu” pada lagu penggunaannya masih sama seperti kata yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari yaitu untuk menyatakan jangka waktu delapan tahun/ waktu yang sangat lama. Jadi selama delapan tahun, orang tersebut menunggu seseorang dan berharap cintanya terbalas. Kata “sewindu” dalam lagu tersebut masih digunakan dalam lingkungan yang sama dan masih digunakan untuk menyatakan sesuatu yang sama yaitu jangka waktu delapan tahun. Kata tersebut berasosiasi karena kata “sewindu” digunakan untuk menyatakan sesuatu yang sangat lama.
Selanjutnya pada lagu Lagu untuk Matahari, peneliti menemukan kembali makna asosiatif di dalamnya yaitu pada lirik berikut :
(5)Mungkin mereka bulan (II.F.10) Tapi ingat kau matahari (II.F.11)
Kata “bulan” dan “matahari” secara harfiah merupakan dua benda langit yang menjadi sumber cahaya bagi bumi, namun pada lirik lagu tersebut kata “bulan” dan “matahari” mengalami perubahan makna menjadi analogi untuk menyadarkan lawan tutur lebih baik dari orang lain. Perubahan makna ini dapat digolongkan makna asosiatif berupa makna reflektif. Hal ini karena kata “bulan” dan “matahari” merupakan dua kata yang membentuk pengertian baru.
Berdasarkan fenomena tersebut, adapun yang menarik untuk diteliti dari lirik lagu Muhammad Tulus Rusydi pada album Tulus, Gajah, dan Monokrom yaitu makna asosiatif yang terdapat didalamnya. Hal inilah yang menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Makna Asosiatif pada Lirik Lagu Muhammad Tulus Rusyidi dalam Album Tulus, Gajah, dan Monokrom.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Apa saja jenis makna asosiatif yang terdapat dalam lirik lagu Muhammad Tulus Rasydi dalam Album Tulus, Gajah, dan Monokrom.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang dilakukan sebagai berikut : Mendeskripsikan jenis makna asosiatif yang terdapat dalam lirik lagu Muhammad Tulus Rasydi dalam Album Tulus, Gajah, dan Monokrom.
D. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan dapat memberi manfaat kepada pembaca, baik manfaat teoritis maupun praktis.
1. Manfaat teoretis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu dalam bidang bahasa yang membahas mengenai makna dalam kata atau kalimat.
b. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan memperkaya penelitian yang sudah ada.
2. Manfaat praktis
a. Bagi pembaca diharapkan dapat menambah wawasan mengenai perubahan makna asosiatif yang terkandung di dalam lirik lagu.
b. Bagi pembaca diharapkan dapat mengetahui dan memahami pesan dalam lirik lagu Muhammad Tulus Rusyidi dalam album Tulus, Gajah dan Monokrom yang mengandung makna asosiatif di dalamnya.