• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. membuat laporan keuangan tentang perusahaan. Kepentingan antara manajer dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. membuat laporan keuangan tentang perusahaan. Kepentingan antara manajer dan"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Para pemilik perusahaan memberikan kewenangan kepada manajer untuk mengelola perusahaannya dan sebagai bentuk pertanggungjawaban manajer membuat laporan keuangan tentang perusahaan. Kepentingan antara manajer dan pemilik perusahaan yang berbeda menimbulkan manajer seringkali memanipulasi laporan keuangan yang dibuat sesuai dengan kepentingannya. Jika manajemen suatu perusahaan dengan sengaja mengelabuhi masyarakat dengan menyajikan laporan keuangan yang seolah-olah sehat, maka dana investor akan mengalir secara salah ke perusahaan tersebut. Akibatnya dana masyarakat mengalir ke perusahaan yang beroperasi tidak efisien, yang pada akhirnya akan berdampak kepada kerugian ekonomi secara keseluruhan. Sehingga hal ini perlu dilakukan adanya proses auditing (Mulyadi, 2013).

Laporan keuangan memuat informasi keuangan yang tidak sesuai akan sangat merugikan pihak-pihak pemakai laporan keuangan. Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua karakteristik terpenting yang harus ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik tersebut sangatlah sulit untuk diukur (Elisha Muliani Singgih dan Icuk Rangga Bawono, 2010).

(2)

Sehingga baik manajemen perusahaan maupun pihak luar perusahaan yang berkepentingan terhadap perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga agar dapat dipercaya. Tanpa menggunakan jasa auditor independen, manajemen perusahaan tidak akan dapat meyakinkan pihak luar perusahaan bahwa laporan keuangan yang disajikan berisi informasi yang dapat dipercaya. Karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga untuk menilai keandalan pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh manajemen dalam laporan keuangannya, keadaan ini memicu timbulnya kebutuhan jasa profesi akuntan publik. Profesi ini merupakan profesi kepercayaan mayarakat. Sehingga masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2013).

Akuntan publik sebagai pihak ketiga juga bertugas memberikan opini tentang kewajaran laporan keuangan sebagai dasar dalam pembuatan keputusan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen dapat dipercaya. Kepercayaan yang telah diberikan kepada akuntan publik, mengharuskan akuntan publik untuk memperhatikan kualitas audit yang dilakukannya. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik, kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak atau belum diaudit. Audit perlu dilakukan karena audit merupakan suatu proses sistematik yaitu berupa suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis, bererangka, dan terorganisasi. Proses tersebut ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang

(3)

dibuat oleh individu atau badan usaha, serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut (Mulyadi, 1998).

Menurut De Angelo (1981) Kualitas audit adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya (dalam Winda Kurnia, Khomsiyah, dan Sofie, 2014).

Kualitas audit yang baik pada prinsipnya dapat dicapai jika auditor menerapkan standar-standar dan prinsip-prinsip audit, bersikap bebas tanpa memihak (Independen), patuh kepada hukum serta mentaati kode etik profesi. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah pedoman yang mengatur standar umum pemeriksaan akuntan publik, mengatur segala hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental (Piter Simanjuntak, 2008).

Kualitas audit menjadi perhatian publik, setelah terjadinya kasus-kasus atau skandal-skandal keuangan baik di luar maupun di dalam negeri. Skandal-skandal keuangan tersebut melibatkan perusahaan-perusahaan besar dan KAP besar. Kualitas audit menjadi harapan dari pengguna jasa audit terutama publik atau pemegang saham yang menaruh harapan tinggi bahwa laporan keuangan yang telah diaudit oleh KAP tentunya merupakan laporan keuangan yang bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Nyatanya dengan banyaknya kasus keuangan yang terjadi mengakibatkan kualitas audit dipertanyakan. Berbagai kasus audit yang telah terjadi, salah satunya kasus yang terjadi di Indonesia adalah Kasus PT KAI, terjadi manipulasi data dalam

(4)

laporan keuangan PT KAI tahun 2005, perusahaan BUMN itu dicatat meraih keutungan sebesar Rp 6,9 Miliar. Padahal apabila diteliti dan dikaji lebih rinci, perusahaan seharusnya menderita kerugian sebesar Rp 63 Miliar. Laporan keuangan itu telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik S. Manan.

http://cendimaullana.blogspot.co.id/2015/11/kasus-pelanggaran-etika-skandal.html Selanjutnya kasus Kredit Macet BRI Cabang Jambi 2010. Seorang akuntan publik yang membuat laporan keuangan perusahaan Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52 miliar dari BRI Cabang Jambi pada 2009, diduga terlibat kasus korupsi dalam kredit macet. Semestinya data laporan keuangan Raden Motor yang diajukan ke BRI saat itu harus lengkap, namun dalam laporan keuangan yang diberikan tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor ada data yang diduga tidak dibuat semestinya dan tidak lengkap oleh akuntan publik.

http://regional.kompas.com/read/2010/05/18/21371744/Akuntan.Publik.Diduga.Terlibat Publik mulai mempertanyakan tentang kualitas audit yang diberikan akuntan publik dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan kliennya. Adanya kasus-kasus seperti itulah yang mengakibatkan turunnya kepercayaan publik terhadap profesi akuntan publik atas rendahnya kualitas audit yang dilakukannya. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kualitas audit adalah pengalaman, etik profesi, objektifitas, time deadline pressure, dan juga sikap skeptisme.

Pengalaman auditor dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Pengetahuan auditor akan semakin berkembang seiring bertambahnya pengalaman-pengalamannya

(5)

dalam melakukan tugas audit. Paragraf ketiga SA seksi 210 menyebutkan: “Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing”. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit (PSA No 4).

Kualitas hasil audit dipengaruhi Etik Profesi. Etik Profesi merupakan nilai-nilai tingkah laku atau aturan-aturan tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh organisasi profesi akuntan yang meliputi kepribadian, kecakapan profesional, tanggung jawab, pelaksanaan kode etik dan penafsiran dan penyempurnaan kode etik (Kusuma, 2012) dalam Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono, 2016. Didalam menjalankan tugasnya Auditor tentu harus memperhatikan kode etik dan standar audit. Kode etik ditujukan agar auditor menjaga perilakunya dalam menjalankan tugasnya. Standar audit juga harus diterapkan oleh auditor guna menjaga mutu hasil audit yang telah dihasilkan oleh auditor. Kode etik dan standar audit inilah yang nantinya menjadi modal awal auditor untuk dipublikasikan kepada masyarakat ataupun untuk pengguna laporan sehingga peran auditor akan lebih maksimal dalam menjalankan tugasnya (Najib, 2013) dalam Fildzah dan Bambang Suryono, 2016.

Kualitas hasil audit juga dipengaruhi oleh objektifitas seorang auditor. Objektif adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip objektifitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan

(6)

kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain. Prinsip objektifitas itulah yang mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas (Mulyadi, 2013)

Sebab lain yang bisa saja menjadi alasan terjadinya penyimpangan seorang auditor yakni adanya stress bekerja di bawah tekanan. Tekanan yang dimaksud adalah tekanan terhadap batas waktu penyelesaian tugas audit yang diberikan untuk menyelesaikan pekerjaan audit dengan tanggal tertentu. Maulina et al., (2010) dalam Fidzah Syahmina dan Bambang Suryono, 2016 menyatakan adanya batas waktu (time deadline) menyebabkan seseorang dituntut untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan segera dan apabila hal tersebut tidak tercapai maka akan menimbulkan konflik karena waktu yang telah ditentukan untuk suatu pekerjaan audit terlewati serta kualitas dapat terganggu sehingga akan menimbulkan perilaku penghentian prematur atas prosedur audit. Tuntutan laporan yang berkualitas dengan waktu yang terbatas tentu saja merupakan tekanan tersendiri bagi auditor (Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono, 2016).

Selain itu rendahnya sikap skeptisme professional yang dimiliki akan mengurangi kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan sehingga auditor tidak mampu memenuhi tuntutan untuk menghasilkan laporan yang berkualitas. Padahal jika auditor mampu mendeteksi adanya temuan dan keadaan yang sesungguhnya dalam laporan keuangan klien maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik. Sikap skeptis yang harus dimiliki auditor tidak hanya dapat digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan, namun dalam melakukan pekerjaan lapangan serta untuk mendapatkan bukti audit kompeten

(7)

yang cukup maka seorang auditor pun wajib untuk menjunjung skeptisme guna meningkatkan kualitas dari laporan yang dihasilkan (Ade Wisteri Sawitri Nandari dan Made Yenni Latrini, 2015) .

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan Kualitas Audit, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono (2016) yang berjudul “Pengaruh Pengalaman, Etik Profesi, Objektifitas, dan Time Deadline Pressure Terhadap Kualitas Audit” menunjukkan hasil penelitiannya bahwa Pengalaman, Etik Profesi, Objektifitas, Time Deadline Pressure berpengaruh terhadap Kualitas Audit.

Penelitian yang dilakukan Ade Wisteri Sawitri Nandari dan Made Yenni Latrini (2015) yang berjudul “Pengaruh Sikap Skeptis, Independensi, Penerapan Kode Etik, dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit” menunjukkan hasil penelitiannya bahwa Penerapan Kode Etik berpengaruh terhadap Kualitas Audit, sedangkan Sikap Skeptis, Independensi, dan Akuntabilitas tidak berpengaruh terhadap Kualitas Audit.

Penelitian dilakukan oleh Ni Putu Piorina Fortuna Sari dan I Wayan Ramantha (2015) yang berjudul “Pengaruh Sikap Skeptisme, Pengalaman Audit, Kompetensi, dan Independensi Auditor Pada Kualitas Audit” menunjukkan hasil penelitiannya bahwa Sikap Skeptisme, Kompetensi, dan Independensi berpengaruh terhadap Kualitas Audit, sedangkan Pengalaman Audit tidak berpengaruh terhadap Kualitas Audit.

Penelitian dilakukan oleh Putu Septiani Futri dan Gede Juliarsa (2014) yang berjudul “Pengaruh Independensi, Profesionalisme, Tingkat Pendidikan, Etika

(8)

Profesi, Pengalaman, dan Kepuasan Kerja Auditor Pada Kualitas Audit Kantor Akuntan Publik di Bali” menunjukkan hasil penelitiannya bahwa Tingkat Pendidikan, Etika Profesi, dan Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap Kualitas Audit. Sedangkan Independensi, Profesionalisme, dan Pengalaman tidak berpengaruh terhadap Kualitas Audit.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Dini Mustika Wati dan Kurnia (2013) yang berjudul “Pengaruh Etika Profesional, Akuntabilitas, Kompetensi dan Due Professional Care Terhadap Kualitas Audit” menunjukkan hasil penelitiannya bahwa Etika Profesional, Akuntabilitas, Kompetensi, dan Due Professional Care berpengaruh terhadap Kualitas Audit.

Terdapat perbedaan hasil penelitian antara penelitian satu dengan yang lain berkaitan dengan Kualitas Audit. Variabel Pengalaman hasil penelitian Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono (2016) mengatakan berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan hasil penelitian Ni Putu Piorina Fortuna Sari dan I Wayan Ramantha (2015) dan Putu Septiani Futri dan Gede Juliarsa (2014) tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

Sedangkan untuk variabel Etik Profesi hasil penelitian Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono (2016), Ade Wisteri Sawitri Nandari dan Made Yenni Latrini (2015), Putu Septiani Futri dan Gede Juliarsa (2014), dan Dini Mustika Wati dan Kurnia (2013) mengatakan berpengaruh terhadap kualitas audit.

Begitu pula untuk variabel Objektifitas baru satu peneliti yang melakukan yaitu Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono (2016), hasil penelitiannya mengatakan berpengaruh terhadap kualitas audit.

(9)

Variabel Time Deadline Pressure juga baru satu peneliti yang melakukan yaitu Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono (2016), hasil penelitiannya mengatakan berpengaruh terhadap kualitas audit.

Dan variabel Sikap Skeptisme hasil penelitian Ni Putu Piorina Fortuna Sari dan I Wayan Ramantha (2015) mengatakan berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan hasil penelitian Ade Wisteri Sawitri Nandari dan Made Yenni Latrini (2015) tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan Kualitas Audit menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Berikut tabel perbedaan hasil penelitian tersebut.

Tabel 1.1

Perbedaan Hasil Penelitian Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono (2016) Ade Wisteri Sawitri Nandari dan Made Yenni Latrini (2015)

Ni Putu Piorina Fortuna Sari dan I Wayan Ramantha (2015) Putu Septiani Futri dan Gede Juliarsa (2014)

Dini Mustika Wati dan Kurnia (2013) Pengalaman B - TB TB - Etik Profesi B B - B B Objektifitas B - - - - Time Deadline Pressure B - - - - Sikap Skeptisme - TB B - - Independensi - TB B TB - Akuntabilitas - TB - - B Kompetensi - - B - B Profesionalisme - - - TB - Tingkat Pendidikan - - - B - Kepuasan Kerja Auditor - - - B - Due Profesional Care - - - - B Keterangan : B = Berpengaruh, TB = Tidak Berpengaruh

(10)

Penelitian ini merupakan replikasi dan pengembangan dari penelitian Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono (2016). Penambahan variabel ini berdasarkan jurnal Ade Wisteri Sawitri Nandari dan Made Yenni Latrini (2015) dan Ni Putu Piorina Fortuna Sari dan I Wayan Ramantha (2015). Peneliti menambahkan variabel ini karena masih terdapat perbedaan hasil penelitian.

Sehingga perbedaan penelitian ini dengan penelitian Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono (2016) adalah didalam penelitian ini menambah variabel baru yang tidak digunakan dalam penelitian Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono (2016) yaitu sikap skeptisme.

Selain itu sampel yang digunakan dalam penelitian Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono (2016) adalah di Kantor Akuntan Publik (KAP) wilayah Surabaya. Sedangkan penelitian ini akan dilakukan di Kantor Akuntan Publik (KAP) Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Seiring persaingan yang semakin meningkat dari banyaknya KAP yang ada di daerah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), jadi dilakukan penelitian ini kepada para auditor untuk meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan di daerah tersebut agar dapat bersaing dengan KAP di daerah yang lain.

Dari berbagai uraian diatas, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena maraknya hasil audit yang tidak relevan sehingga berpengaruh terhadap kualitas audit. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian terhadap “Pengaruh Pengalaman, Etik Profesi, Objektifitas, Time Deadline Pressure, dan Sikap Skeptisme Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)”.

(11)

1.2 Rumusan Masalah

Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik, kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak atau belum diaudit. Audit perlu dilakukan karena audit merupakan suatu proses sistematik yaitu berupa suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis, bererangka, dan terorganisasi. Proses tersebut ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha, serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut (Mulyadi, 1998). Jasa profesional yang independen dan obyektif dalam hal ini adalah akuntan publik.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan, pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Apakah Pengalaman berpengaruh terhadap Kualitas Audit ?

2) Apakah Etik Profesi berpengaruh terhadap Kualitas Audit ?

3) Apakah Objektifitas berpengaruh terhadap Kualitas Audit ?

4) Apakah Time Deadline Pressure berpengaruh terhadap Kualitas Audit ?

(12)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Pengalaman, Etik Profesi, Objektifitas, Time Deadline Pressure, dan Sikap Skeptisme Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

1.4 Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoritis :

 Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya dan sebagai literatur penambah ilmu pengetahuan.

 Bagi lingkungan akademis memberikan informasi dan gambaran mengenai pengaruh pengalaman, etik profesi, objektifitas, time deadline pressure, dan sikap skeptisme terhadap kualitas audit. Sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu bacaan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam melakukan pengakajian masalah yang berkaitan dengan topik yang dibahas dalam penelitian ini.

2) Manfaat Praktis :

 Auditor dan Kantor Akuntan Publik (KAP), sebagai tinjauan literatur yang diharapkan dapat dijadikan informasi untuk meningkatkan kinerja para auditornya.

(13)

 Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang kinerja auditor serta dapat menambah pengetahuan akuntansi khusunya auditing dengan memberikan bukti empiris tentang pengaruh pengalaman, etik profesi, objektifitas, time deadline pressure, dan sikap skeptisme pada auditor terhadap kualitas auditnya.

 Perusahaan atau user dari jasa KAP, diharapkan dapat bermanfaat dalam menilai kualitas pekerjaan audit yang dihasilkan oleh auditor eksternal.

(14)

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 3.1.1 Variabel Penelitian

Penelitian merupakan segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai Variabel atau proksi atau representasi dari construct yang dapat diukur dari berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai fenomena. Construct adalah abstraksi dari fenomena-fenomena nyata yang diamati. Variable penelitian merupakan mediator antara construct yang abstrak dengan fenomena yang nyata (Indriantoro dan Supomo, 2014). Tipe-tipe variabel dalam penelitian ini adalah variabel dependen (variabel terikat) dan variabel independen (variabel bebas).

a. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen adalah tipe variabel terikat yang dijelaskan dan besarnya tergantung oleh variabel independen. Dalam variabel dependen yang dipengaruhi atau akibat dinyatakan dengan “Y”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kualitas Audit.

b. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen. Dalam variabel independen yang mempengaruhi atau yang mengakibatkan dinyatakan dengan “X”.

(15)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Pengalaman, Etik Profesi, Objektifitas, Time Deadline Pressure, dan Sikap Skeptisme. 3.1.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan suatu definisi yang diberikan kepada variabel, dengan tujuan memberikan arti atau menspesifikasikannya. Dalam penelitian ini definisi operasional variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Variabel Independen 1) Pengalaman

Pengalaman Audit merupakan pengalaman seseorang yang semakin lama menjadi auditor akan membuat auditor memiliki kemampuan untuk memperoleh informasi yang relevan, mendeteksi kesalahan dan mencari penyebab munculnya kesalahan. Indikator yang digunakan untuk mengukur pengalaman audit diantaranya lamanya bekerja sebagai auditor dan banyaknya tugas pemeriksaan. Pengalaman audit diukur menggunakan skor pada kuesioner yang sebelumnya telah diujikan oleh Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono (2016) dengan pertanyaan terdiri dari 8 item yang diukur dengan 5 poin skala Likert., dimana sangat tidak sesuai diberi nilai 1, tidak sesuai diberi nilai 2, netral diberi nilai 3, sesuai diberi nilai 4, dan sangat sesuai diberi nilai 5.

2) Etik Profesi

Etik Profesi adalah nilai-nilai tingkah laku atau aturan-aturan tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh organisasi profesi akuntan yang meliputi

(16)

kepribadian, kecakapan profesional, tanggung jawab, pelaksanaan kode etik dan penafsiran dan penyempurnaan kode etik (Kusuma, 2012 dalam Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono, 2016). Pada variabel ini digunakan 5 item pertanyaan yang diukur dengan 5 poin skala Likert dimana sangat tidak sesuai diberi nilai 1, tidak sesuai diberi nilai 2, netral diberi nilai 3, sesuai diberi nilai 4, dan sangat sesuai diberi nilai 5. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur etik profesi dalam penelitian ini adalah

1. Kepribadian.

2. Kecakapan profesional. 3. Tanggung Jawab. 4. Pelaksanaan Kode Etik.

5. Penafsiran dan Penyempurnaan kode etik. 3) Objektifitas

Objektifitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip objektifitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain (Mulyadi, 2013). Pada variabel ini digunakan 8 item pertanyaan yang diukur dengan 5 poin skala Likert. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur etik profesi dalam penelitian ini adalah :

1) Bebas dari benturan kepentingan. 2) Pengungkapan kondisi sesuai fakta.

(17)

4) Time Deadline Pressure

Time deadline pressure dapat muncul dari dalam lingkungan KAP ketika auditor senior menuntut auditor junior untuk segeramenyelesaikan tugas audit agar tujuan audit tercapai dengan batasan waktu, begitu pula supervisor atau manajer yang menuntut auditor senior untuk segera menyelesaikan tugas audit dengan batasan waktu dan seterusnya. Untuk mengukur variabel time deadline pressure dalam penelitian ini, digunakan instrumen yang dikembangkan oleh Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono, 2016. Pada variabel ini digunakan 5 item pertanyaan yang diukur dengan 5 poin skala Likert.

5) Sikap Skeptisme

Skeptisme berasal dari kata skeptis yang berarti kurang percaya atau ragu-ragu (dalam Gusti dan Ali 2008). Dalam menggunakan skeptisme profesional, auditor tidak boleh puas dengan bukti yang kurang meyakinkan walaupun menurut anggapannya manajemen adalah jujur. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama ini menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional. Skeptisme profesional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit (Fikri Muhammad Attamimi dan Ahmad Riduwan, 2015). Untuk mengukur variabel sikap skeptisme digunakan 6 item pertanyaan yang diukur dengan 5 poin skala Likert.

(18)

b. Variabel Dependen Kualitas Audit

Kualitas hasil audit adalah kualitas kerja auditor yang ditunjukkan dengan laporan hasil pemeriksaan yang dapat diandalkan berdasarkan standar yang telah ditetapkan. Konstruk ini diukur dengan menggunakan 10 item kuesioner yang dikembangkan di dalam penelitian Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono, 2016 yang terdiri dari beberapa indikator yang diukur dengan 5 poin skala Likert. Adapun Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas hasil audit dalam penelitian ini adalah:

1) Kesesuaian pemeriksaan dengan standar audit. 2) Kualitas hasil laporan pemeriksaan.

Tabel 3.1 berikut ini merupakan tabel definisi operasional dan indikatornya yaitu : Tabel 3.1

Definisi Operasional

No Nama

Variabel

Definisi Variabel Indikator Sumber

1 Kualitas Audit

Kualitas audit adalah segala kemungkinan yang terjadi saat auditor melakukan audit atas laporan keuangan klien dapat menemukan adanya pelanggaran dalam sistem pencataan akuntansi klien dan melaporkan dalam bentuk laporan keuangan auditan, dimana laporan tersebut harus berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang berlaku.

a. Kesesuaian Pemeriksaan dengan Standar Audit. b. Kualitas Laporan Hasil Pemeriksaan Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono, 2016

2 Pengalaman Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam

melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani.

a. Lamanya bekerja sebagai Auditor b. Banyaknya tugas Pemeriksaan Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono, 2016

(19)

No Nama Variabel

Definisi Variabel Indikator Sumber

3 Etik Profesi Etik Profesi merupakan nilai-nilai tingkah laku atau aturan-aturan tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh organisasi profesi akuntan yang meliputi kepribadian, kecakapan profesional, tanggung jawab, pelaksanaan kode etik dan penafsiran, serta penyempurnaan kode etik. a. Kepribadian b. Kecakapan Profesional c. Tanggung Jawab d. Pelaksanaan Kode Etik e. Penafsiran dan Penyempurnaan Kode Etik Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono, 2016

4 Objektifitas Objektifitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip objektifitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak

berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain. a. Bebas dari benturan kepentingan b. Pengungkapan kondisi sesuai fakta Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono, 2016 5 Time Deadline pressure

Time deadline pressure merupakan

tekanan batas waktu yang dialami oleh seorang auditor.

Time deadline pressure dapat muncul dari dalam lingkungan KAP ketika auditor senior menuntut auditor junior untuk segeramenyelesaikan tugas audit agar tujuan audit tercapai dengan batasan waktu, begitu pula supervisor atau manajer yang menuntut auditor senior untuk segera menyelesaikan tugas audit dengan batasan waktu dan

seterusnya. a. Pendapat auditr apakah sering mengaudit beberapa perusahaan dalam periode yang bersamaan. b. Pendapat auditor apakah tidak memiliki waktu istirahat atau cuti karena pekerjaan audit yang harus diselesaikan tepat waktu. c. Pendapat auditor apakah penugasan audit yang diberikan tidak sebanding dengan batasan waktu yang ditetapkan Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono, 2016

(20)

No Nama Variabel

Definisi Variabel Indikator Sumber

sehingga saya merasa bahwa dalam pelaksanaan audit, waktu yang tersedia kurang. d. Pendapat auditor apakah ketika tugas audit saya belum selesai mendekati batas waktu yang telah ditentukan, terkadang saya mengabaikan salah satu prosedur audit. e. Pendapat auditor apakah sering lembur ketika tugas audit telah mendekati batas waktu yang ditentukan. 6 Sikap

Skeptisme

Skeptisme berasal dari kata skeptis yang berarti kurang percaya atau ragu-ragu. Skeptisme profesional merupakan sikap yang mencakup pikiran yang selalu

mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. a. Pendapat auditor apakah auditor diharapkan mempunyai sikap skeptisme terhadap proses audit. b. Pendapat auditor apakah sikap skeptisme berpengaruh dalam menemukan pelanggaran-pelanggaran dalam laporan keuangan. c. Pendapat auditor apakah auditor Ni Putu Piorina Fortuna Sari dan I Wayan Ramantha, 2015

(21)

No Nama Variabel

Definisi Variabel Indikator Sumber

dalam mengevaluasi temuan audit harus menggunakan sikap skeptisme. d. Pendapat auditor apakah tuntutan profesional seorang auditor dalam mengaudit mengakibatkan tumbuh sikap skeptisme. e. Pendapat auditor apakah auditor diharapkan mempunyai sikap skeptis terhadap temuan audit yang berhubungan dengan wajar dan tidaknya laporan keuangan. f. Pendapat auditor apakah bersikap cermat dan seksama melaksanakan audit merupakan faktor sikap skeptisme. 3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor pada Kantor Akuntan Publik yang ada di Jawa Tengah yang terdaftar di

(22)

IAPI (Ikatan Akuntan Publik Indonesia) 2016. Terdapat 22 KAP di Jawa Tengah yang terdiri dari 17 KAP di Semarang, 4 KAP di Surakarta, 1 KAP di Purwokerto, dan 11 KAP di Yogyakarta.

(http://iapi.or.id/Iapi/membership_kap/membership_kap/jakarta-570e12c27fea2.pdf) Sampel adalah bagian dari populasi atau dapat dikatakan bahwa sampel mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang tidak secara acak dari populasi dan sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Penentuan sampel dengan kriteria auditor yang bekerja pada KAP di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam kurun waktu minimal 1 tahun.

Setiap KAP diberikan 5-10 kuesioner, tetapi untuk jumlah kuesioner yang diterima disesuaikan dengan ketersediaan KAP tersebut, dikarenaan sebagai alasan seperti kesibukan atau staf auditnya beberapa masih di luar kota.

Data dikumpulkan melalui kuesioner yang disebarkan secara langsung untuk auditor di KAP Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kuesioner bersumber dari penelitian sebelumnya, yaitu Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono, 2016. Untuk menjaga kerahasiaan responden maka identitas diri yang dicantumkan akan dijamin kerahasiaannya. Penjelasan petunjuk pengisian kuesioner dibuat sederhana dan sejelas mungkin untuk memudahkan pengisian jawaban sesungguhnya dengan lengkap.

(23)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dibagi menjadi 2 yaitu : 1) Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan pengukuran atau pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Sugiyono, 2009 dalam Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono, 2016). Untuk memperoleh data tersebut, penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik kuesioner dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan yang akan diisi oleh responden.

2) Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain (pihak ketiga), tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya (Sugiyono, 2009 dalam Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono, 2016). Data sekunder dalam penelitian ini yaitu daftar nama-nama Kantor Akuntan Publik yang terdaftar dalam Institut Akuntan Publik Indonesia di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), gambaran umum dan struktur organisasi KAP, serta data yang diperoleh dari buku-buku literatur.

Penelitian ini menggunakan data primer yang berasal dari jawaban responden atas kuesioner yang dibagikan yang sebelumnya didahului dengan penjelasan singkat mengenai tujuan pengisian kuesioner serta penjelasan lain jika terjadi kesulitan interprestasi untuk dapat ditanyakan kepada peneliti. Sumber data penelitian ini adalah skor total yang diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah dikirim kepada auditor yang bekerja di KAP.

(24)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.

a. Penelitian Pustaka (Library Research)

Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder. Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, directory kantor akuntan publik 2016, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan kualitas audit.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah auditor yang masih aktif bekerja di Kantor Akuntan Publik. Masing-masing KAP diberikan 5 hingga 10 kuesioner dengan jangka waktu pengembalian 2 minggu terhitung sejak kuesioner diterima oleh responden.

Setiap responden diminta untuk memilih salah satu jawaban dalam kuesioner yang sesuai dengan persepsinya di antara alternatif jawaban yang telah disediakan. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dibuat menggunakan skala 1 sampai dengan 5 untuk mendapatkan rentang jawaban sangat setuju sampai dengan jawaban sangat Tidak setuju dengan memberi tanda cek (√) atau tanda silang (X) pada kolom yang dipilih.

(25)

3.5 Metode Analisis Data

Kegiatan pengolahan data dengan melakukan tabulasi terhadap kuesioner dengan memberikan dan menjumlahkan bobot jawaban pada masing-masing pertanyaan untuk masing-masing variabel. Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan tekhnik statistik antara lain :

3.5.1 Uji Kualitas Data 1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Imam Ghozali, 2012).

Validitas item-item pertanyaan kuesioner dapat diukur dengan melakukan korelasi antara skor item pertanyaan dengan total skor variabel atau konstruk. Apabila korelasi antara masing-masing item atau indikator terhadap total skor variabel menunjukkan hasil probabilitas <0,01 atau <0,05 berarti angka probabilitas tersebut signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing item pertanyaan adalah valid (Ghozali, 2006 dalam Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono, 2016 ).

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.Suatu kuesioner dikatan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu kewaktu (Imam Ghozali, 2012).

(26)

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik cronbach Alpha. Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan cronbach alpha lebih besar dari 0,7. Nunnally (Ghozali, 2012). Jika koefisien cronbach alpha lebih besar dari r tabel (α = 5%, df = n-2) maka instrument dianggap reliable.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolonieritas, dan uji autokorelasi. Berikut ini penjelasan uji asumsi klasik yang digunakan. 1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Imam Ghozali, 2012).

Untuk mendeteksi apakah nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal atau tidak, dapat digunakan metode analisis grafik dengan pendekatan Normal Probability Plot. Namun karena pengujian melalui grafik Normal Probability Plot dapat memberikan hasil yang subyektif. Artinya, antara orang yang satu dengan yang lain dapat berbeda dalam interprestasikannya. Maka dalam penelitian ini juga dilakukan uji Kolmogrov-Smirnov yang bertujuan untuk memastikan bahwa data benar-benar sudah terdistribusi normal. Apabila hasil uji Kolmogrov-Smirnov (nilai Sig) berada di atas α = 0,05, maka asumsi normalitas dianggap sudah terpenuhi (dalam Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono, 2016 ).

(27)

2. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Imam Ghozali, 2012).

Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai TOL (Tolerance) dan Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat (Suliyanto, 2011 dalam Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono, 2016). Jika nilai VIF tidak lebih dari 10, maka model dinyatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2012).

1. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot, dimana sumbu Y adalah Y dan sumbu X adalah residual (Imam Ghozali, 2012).

(28)

2. Uji Glejser, mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003) dalam Imam Ghozali, 2012.

3. Uji Park, Park mengemukakan metode bahwa variance (s2) merupakan fungsi dari variabel-variabel independen (Imam Ghozali, 2012).

4. Uji White, uji ini pada dasarnya mirip dengan uji park dan uji glejser. Menurut White, uji ini dapat dilakukan dengan meregres residual kuadrat dengan variabel independen, variabel independen kuadrat dan perkalian variabel independen (Imam Ghozali, 2012).

Dalam penelitian ini, menggunakan Uji Park. Dimana dalam hasil memberikan koefisien parameter untuk variabel independen tidak ada yang signifikan ( > 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat Heteroskedastisitas, begitu juga sebaliknya (Imam Ghozali, 2012).

3.5.3 Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menguji kemampuan variabel independen yaitu pengalaman, etik profesi, objektifitas, time deadline pressure, dan sikap skeptisme dalam mempengaruhi variabel dependen yaitu kualitas audit. Secara sistematik persamaan tersebut dirumuskan sebagai berikut:

Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ 𝜺

Keterangan:

Y = Kualitas Audit α = Konstanta

(29)

𝛽1−4 = Koefisien regresi

X1 = Pengalaman X2 = Etik profesi X3 = Objektifitas

X4 = Time deadline pressure X5 = Sikap skeptisme 𝜺 = Eror

3.5.4 Uji Hipotesis

1. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial (per variabel) terhadap variabel tergantung. Sehingga apakah variabel tersebut memiliki pengaruh yang berarti terhadap variabel tergantung atau tidak (Suliyanto, 2011 dalam Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono, 2016).

Uji t ini menghasilkan suatu nilai t hitung dengan nilai koefisien korelasi parsial yang digunakan untuk melihat seberapa kuat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dengan asumsi variabel yang lain konstan. Dalam penelitian ini, uji t digunakan untuk menguji hipotesis. Kriteria pengambilan keputusan dalam uji t dengan α = 0,05 yaitu:

a. Apabila sig t < α, maka H2 dapat diterima b. Apabila sig t > α, maka H2 tidak dapat diterima

H2 dapat diterima berarti pengalaman, etik profesi, objektifitas, time deadline pressure, dan sikap skeptisme secara parsial mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit.

(30)

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Pengujian ini dilakukan guna untuk mengetahui penetapan model penelitian pengaruh pengalaman, etik profesi, objektifitas dan time deadline pressure terhadap kualitas audit. Hasil dari pengujian kesesuaian model ini terdapat pada outputt SPSS yang dapat dilihat pada tabel ANOVA yang menunjukkan bahwa variabel independen berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen dengan melakukan perbandingan antara p-value pada kolom signifikansi dengan level of significant (dalam Fildzah Syahmina dan Bambang Suryono, 2016).

Penelitian ini menggunakan model regresi berganda untuk mendukung hipotesis 1. Kriteria pengambilan keputusan dalam uji F dengan α = 0,05 yaitu :

a. Jika sig F < α, maka H1 dapat diterima b. Jika sig F > α, maka H1 tidak dapat diterima

H1 dapat diterima berarti pengalaman, etik profesi, objektifitas, time deadline pressure, dan sikap skeptisme secara simultan mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit.

3. Koefisien Determinasi (𝐑𝟐)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel-variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel

(31)

dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2013).

Gambar

Tabel 3.1 berikut ini merupakan tabel definisi operasional dan indikatornya yaitu :

Referensi

Dokumen terkait

10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

Signifikansi tersebut lebih kecil dari p value 5%, maka dapat disimpulkan hipotesa nol ditolak yang artinya kompetensi mengoperasikan aplikasi komputer akuntansi

Dari hasil analisis pengamatan menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Tutor Sebaya berpusat pada siswa, aktivitas siswa lebih dominan dibandingkan aktivitas guru

Prevalensi protozoa usus bagi penderita yang tidak patuh terhadap terapi ARV adalah stadium klinis dengan gejala sedang dan berat adalah faktor risiko yang paling

Ekspresi adalah pernyataan yang menghasilkan nilai dengan tipe tertentu, contoh ekspresi yang paling sederhana adalah operasi aritmatika seperti 5 + 2 (ekspresi yang menghasilkan

Hasil dari pembuatan sistem ini adalah halaman-halaman informasi yang nantinya dijalankan dengan web browser. Adapun sub-menu yang terdapat di dalam sistem pada

Cookies yang paling tidak disukai panelis yaitu cookies dengan perlakuan F4 karena subtitusi tepung millet merah dan tepung ubi jalar ungu paling banyak