• Tidak ada hasil yang ditemukan

Feasibility Study, Kajian Lingkungan, Pembebasan Lahan, Perencanaan Detail (DED), Pembangunan IPLT (Fisik), Pengadaan Truck Sedot Tinja dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Feasibility Study, Kajian Lingkungan, Pembebasan Lahan, Perencanaan Detail (DED), Pembangunan IPLT (Fisik), Pengadaan Truck Sedot Tinja dan"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

RINGKASAN EKSEKUTIF

Jumlah penduduk Kabupaten Sidenreng Rappang pada tahun 2011 sebanyak 274.652 jiwa yang terdiri dari 133.672 jiwa penduduk laki-laki dan 140.980 jiwa penduduk perempuan, dengan penduduk terbanyak berada di Kecamatan Maritengngae yaitu sebesar 46.643 jiwa. Kepadatan penduduk di Kabupaten Sidenreng Rappang pada tahun 2011 sekitar 146 jiwa/Km2. Kepadatan

penduduk tertinggi berada di Kecamatan Panca Rijang yaitu sekitar 803 jiwa/Km2. Sedangkan

kepadatan terendah berada di Kecamatan Pitu Riase yaitu sekitar 24 Jiwa/Km2.. Luas wilayah

1.883,25 Km2, yang secara administratif terdiri dari 11 Kecamatan dan 106 Desa/Kelurahan.

Berdasarkan dokumen Buku Putih Sanitasi terdapat area berisiko sanitasi di Kab. Sidenreng Rappang. Dari 106 desa/kelurahan terdapat 7 desa/kelurahan berada di risiko 4 atau sangat berisiko, 47 daerah di risiko 3 atau berisiko dan sisanya 52 desa kelurahan yang berada di risiko 2 dan risiko 1

Sasaran pembangunan air limbah yang akan dicapai pada akhir perencanaan berkurangnya praktek BABS dari 23% menjadi 0% pada tahun 2018. Untuk mengitung kebutuhan kegiatan pada akhir perencanaan maka diasumsikan bahwa tingkat pertumbuhan BABS setara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yaitu 1,29% pertahun sehingga praktek BABS pada akhir perencanaan adalah 0 % dari prediksi jumlah penduduk tahun 2018 yaitu 297.977 jiwa atau 59.595 KK.

Dengan system pengembangan sanitasi air limbah domestik direncanakan menggunakan Sistem Setempat (on site) individual maupun komunal akan dilaksanakan :

- Pembangunan MCK Komunal yang berlokasi di Kec. Tellu LimpoE, Kec. Panca Lautang, Kec. Wattang Sidenreng, Kec. Pitu Riawa, Kec. Dua PituE, dan Kec. Pitu Riase.

- Perencanaan Detail (DED) IPAL Komunal dan Pembangunan IPAL Komunal untuk Perumahan Sederhana Sehat, pengalokasiannya di Kec. Wattang Pulu dan MaritengngaE.

Dengan system pengembangan sanitasi air limbah domestic direncanakan menggunakan Sistem Terpusat (off site) medium akan dilaksanakan :

- Master Plan Air Limbah, yang berlokasi di Kec. MaritengngaE dan Kec. Panca Rijang.

- Kajian Lingkungan Pembangunan Sarana IPAL Kawasan, Pembebasan Lahan, Perencanaan Detail (DED) IPAL Kawasan dan Pembangunan IPAL Kawasan, Kesemuanya berlokasi di Kec. MaritengngaE dan Kec. Panca Rijang.

• Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang terdiri dari proses pelaksanaan dengan kegiatan :

(3)

3

• Feasibility Study, Kajian Lingkungan, Pembebasan Lahan, Perencanaan Detail (DED), Pembangunan IPLT (Fisik), Pengadaan Truck Sedot Tinja dan Operasional dan Maintanance dengan lokasi di Kab. Sidrap.

Sasaran pelayanan persampahan adalah dari 10% menjadi 70% pada akhir perencanaan. Sasaran yang lain adalah pengurangan sampah wilayah perkotaan dari sumbernya menjadi 1,43% pada akhir perencanaan. Pelayanan persampahan akan diprioritaskan untuk daerah perkotaan.

• Rencana Pengurangan Sampah

Rencana pengurangan sampah di Kabupaten Sidenreng Rappang dapat dilakukan dengan system :

1. Peningkatan cakupan pelayanan (RT-TPS-TPA) + Penyapuan jalan dengan lokasi di Kecamatan MaritengngaE terdiri dari Kel. Pangkajene, Kel. RijangPittu, Kel. Lautang Benteng, Kel. Wala, Kel. Majjelling, Kel. Majjelling Wattang dan Kel. Lakessi.

2. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat + pemilahan sampah berbasis Rumah Tangga dengan lokasi Kec. Panca Rijang : Kel. Rappang dan Kel. Lalebata.

• Rencana Penanganan Sampah :

Dengan system pengembangan persampahan dalam Dokumen BPS dan SSK bahwa Zona III merupakan area dengan kepadatan penduduk kurang dari 100 org/ha (rural area), kawasan ini dilayani dengan system tidak langsung yaitu sampah dari rumah tangga dipilah dan dibuang ke Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) baru diangkut oleh armada untuk dibuang ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA), meliputi 97 Desa/Kelurahan.

Dengan system pengembangan drainase bahwa zona I merupakan area komersial dan padat penduduk (peri urban) serta resiko kesehatan lingkungan cukup tinggi sehingga kawasan ini harus ditangani dalam jangka pendek atau segera dilakukan untuk mengatasi/mengurangi genangan 50% dari seluruh genangan yang ada di Kabupaten Sidenreng Rappang, dengan demikian akan direncanakan :

1. Pembangunan drainase primer di Kecamatan MaritengngaE

2. Pembangunan Infrastruktur drainase Sekunder di Kecamatan MaritengngaE 3. Pembangunan Infrastruktur drainase Tersier di Kecamatan MaritengngaE

4. Pembangunan drainase Primer di Kecamatan : Panca Rijang, Kulo, Panca Lautang, Tellu LimpoE, dan Wattang Pulu.

5. Pembangunan Drainase Sekunder di Kecamatan : Panca Rijang, Kulo, Panca Lautang, Tellu LimpoE, dan Wattang Pulu.

6. Pembangunan Drainase Tersier di Kecamatan : Panca Rijang, Kulo, Panca Lautang, Tellu LimpoE, dan Wattang Pulu.

(4)

4

Peningkatan pendanaan sanitasi dari 2,74% menjadi 3% dari total belanja langsung APBD setiap tahun anggaran. Rencana anggaran sanitasi selama 5 (lima) tahun dari tahun 2014-2018 yang bersumber Pemerintah dan Non Pemerintah adalah sebesar Rp. 238.112.000.000,- dimana dari Pemerintah sebesar Rp. 237.950.000.000,- dan dari Non Pemerintah yaitu dari CSR-Swasta-Masyarakat sebesar Rp. 1.162.000.000,-. Dana Pemerintah terdiri atas dana APBD Kab. Sidenreng Rappang sebesar Rp. 31.395.000.000,- , dana APBD Provinsi sebesar Rp. 72.640.000.000,- dan dana APBN sebesar Rp. 134.565.000.000,-

- Kebutuhan biaya yang harus dicarikan sumber pendanaan karena belum ada kesepakatan Sementara biaya yang belum ada kesepakatan adalah sebesar Rp. 14.709.000.000,-. Untuk Tahun n+2 yaiu tahun 2015 yang masih harus dilengkapi dengan kriteria kesiapan yaitu :

- Pembangunan IPAL Kawasan dan IPAL Komunal - Pembangunan MCK Komunal

Untuk Tahun n+3 yaitu tahun 2016 yang masih harus dilengkapi dengan kriteria kesiapan yaitu : - Pembangunan IPLT

- Ringkasan rencana monitoring dan evaluasi.

Untuk pelaksanaan monitoring dan evaluasi tahunan dilaksanakan secara bertahap dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Dalam masing-masing tahapan dilaksanakan pemantauan usulan program dan kegiatan yang sesuai dengan kesepakatan dalam Dokumen Memorandum Program Sanitasi. Selain itu dilakukan juga monitoring terhadap kesiapan Readiness Criteria dari masing-masing program dan kegiatan. Disamping itu dilakukan updating MPS setiap tahun.

(5)

5

KATA PENGANTAR

Memorandum Program merupakan kesepahaman dan kesepakatan bersama antara para pemangku kepentingan dalam rangka percepatan pembangunan sanitasi permukiman di daerah, yang terdiri dari perwakilan Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten/ Kota dan sumber pendanaan lainnya.. MPS disusun oleh Pokja AMPL Kabupaten Sidenreng Rappang didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi Sulawesi Selatan.

Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang memiliki komitmen yang tinggi terhadap pembangunan sanitasi dan mendukung pencapaian target MDG’s tingkat pelayanan sanitasi 62,41% pada tahun 2015, melalui arah kebijakan Percepatan Pembangunan Infrastruktur Permukiman, sanitasi dan air bersih yang layak dan sehat dan kegiatan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman. Komitmen ini diwujudkan dalam peningkatan pendanaan sanitasi dari 2,74% naik menjadi 3% dari total belanja langsung APBD setiap tahun anggaran. Untuk mendukung komitmen ini maka Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang memasukkan/mengintegrasikan hasil dari MPS dalam proses pemograman dan penganggaran reguler di Pemerintah Daerah.

. Tujuan dari penyusunan dokumen Memorandum Program Sanitasi adalah sebagai komitmen kesepakatan bersama yang dijadikan sebagai pedoman pembangunan sanitasi di Kabupaten Sidenreng Rappang oleh semua pihak terkait.. Dalam pelaksanaannya dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala setiap tahun untuk melihat perkembangan kemajuan pelaksanaan program kegiatan secara terpadu.

Semoga dengan tersusunnya dokumen Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2014, permasalahan sanitasi dapat diatasi melalui percepatan pembangunan sanitasi sebagaimana diprogramkan dalam Visi Misi Pembangunan daerah Kabupaten Sidenreng Rappang tahun 2014-2018.

PANGKAJENE, 29 AGUSTUS 2014 BUPATI SIDENRENG RAPPANG

(6)

LEMBAR KESEPAKATAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

Nomor :...

Menghadapi dinamika perubahan yang terjadi, disadari pula diperlukan keselarasan dalam cara pandang atau paradigma dalam pengembangan sektor sanitasi secara komprehensif dan terintegrasi, baik dalam lingkup

kewilayahan maupun dalam keterkaitan dengan pengembangan sektor lain yang berkelanjutan.

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, pada hari ini Senin tanggal Delapan Belas bulan Agustus tahun Dua Ribu Empat Belas kami Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang sepakat untuk mengalokasikan dukungan pendanaan dalam perencanaan dan pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) tahun 2014 – 2018 sebagaimana tertuang dalam dokumen MEMORANDUM PROGRAM SANITASI ini. Implementasi rencana penganggaran ini akan ditindak lanjuti sesuai aturan yang berlaku.

Demikian kesepakatn ini dibuat berdasarkan kepedulian dalam upaya Percepatan Pembangunan Sanitasi yang terintegrasi dan berkelanjutan.

Pemerintah Kabupten Sidenreng Rappang Kepala Daerah

H. RUSDI MASSE

(7)

LEMBAR KESEPAKATAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN Nomor :...

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ditetapkan pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kab/Kota. Pembangunan dan pelayanan dasar menjadi kewajiban Pemerintah Kab/Kota, sehingga lebih mendekatkan interaksi antara pemandu kebijakan dengan masyarakat. Disadari bahwa terdapat keterbatasan pendanaan pemerintah Kabupaten/Kota dalam pembangunan sektor sanitasi, sehingga diperlukan dukungan dari Pemerintah Provinsi, Pusat maupun pihak / instansi lain yang memiliki kepedulian terhadap sanitasi.

Disadari pula diperlukan keselarasan dalam cara pandang atau paradigma dalam pengembangan sanitasi secara komprehensif, terintegrasi dan berkelanjutan, baik dalam lingkup kewilayahan maupun dalam keterkaitan

dengan pengembangan sektor lain yang berkelanjutan.

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, pada hari ini Senin tanggal Delapan Belas bulan Agustus tahun Dua Ribu Empat Belas kami Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sepakat untuk memberikan dukungan/bantuan pendanaan dalam Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) tahun 2014 – 2018 sebagaimana tertuang dalam dokumen MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Kabupaten Sidenreng Rappang, Implementasi rencana penganggaran ini akan ditindak lanjuti sesuai aturan yang berlaku.

Demikian kesepakatan ini dibuat berdasarkan kepedulian pemerintah provinsi dalam upaya Percepatan

Pembangunan Sanitasi di Kabupaten/Kota yang terintegrasi dan berkelanjutan.

Pemerintah Provinsi Sulawesi selatan Kepala Daerah

DR. H. SYAHRUL YASIN LIMPO SH.,M.Si., MH

(8)

LEMBAR KESEPAKATAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Nomor :

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ditetapkan pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kab/Kota. Pembangunan dan pelayanan dasar menjadi kewajiban Pemerintah Kab/Kota, sehingga diharapkan dapat lebih mendekatkan interaksi antara pemandu kebijakan dengan masyarakat. Disadari bahwa terdapat keterbatasan pendanaan pemerintah Kabupaten/Kota dalam pembangunan sanitasi, sehingga diperlukan dukungan dari berbagai sumber terkait, termasuk sumber pendanaan dari Pusat.

Disadari pula diperlukan keselarasan dalam cara pandang atau paradigma dalam pengembangan sanitasi secara komprehensif, terintegrasi dan berkelanjutan, baik dalam lingkup kewilayahan maupun dalam keterkaitan

dengan pengembangan sektor lain yang berkelanjutan.

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, pada hari ini Senin tanggal Delapan Belas bulan Agustus tahun Dua Ribu Empat Belas kami yang bertandatangan dibawah ini sepakat untuk memberikan dukungan/bantuan pendanaan dalam Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) tahun 2014 – 2018 sebagaimana tertuang dalam dokumen MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Kabupaten Sidenreng Rappang, Implementasi rencana penganggaran ini akan ditindak lanjuti sesuai aturan yang berlaku.

Demikian kesepakatan ini dibuat berdasarkan kepedulian dalam upaya Percepatan Pembangunan Sanitasi yang terintegrasi dan berkelanjutan.

Pemerintah Pusat Republik Indonesia Kementerian Pekerjaan Umum

Kepala Satker PPLP Propinsi Sulawesi Selatan

IR. H. HASIR TJENNE, M.Si

(9)

LEMBAR KESEPAKATAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI

PT. JAPFA COMFEED Nomor :...

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ditetapkan pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kab/Kota. Pembangunan dan pelayanan dasar menjadi kewajiban Pemerintah Kab/Kota, sehingga lebih mendekatkan interaksi antara pemandu kebijakan dengan masyarakat. Disadari bahwa terdapat keterbatasan pendanaan pemerintah Kab/Kota dalam pembangunan sektor sanitasi, sehingga diperlukan dukungan dari Pemerintah Provinsi, Pusat maupun pihak / instansi lain yang memiliki kepedulian terhadap sanitasi.

Menghadapi dinamika perubahan yang terjadi, disadari pula diperlukan keselarasan dalam cara pandang atau paradigma dalam pengembangan sektor sanitasi secara komprehensif dan terintegrasi, baik dalam lingkup

kewilayahan maupun dalam keterkaitan dengan pengembangan sektor lain yang berkelanjutan.

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, pada hari ini Senin tanggal Delapan Belas bulan Agustus tahun Dua Ribu Empat Belas, kami PT. JAPFA COMFEED sepakat untuk memberikan dukungan/bantuansesuai dengan tugas dan tanggungjawab kami kami dalam rangka Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) tahun 2014 – 2018 sebagaimana tertuang dalam dokumen MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Kabupaten Sidenreng Rappang.

Dalam rangka pelaksanaan dari kesepakatan ini, kami bersama-sama dengan pemerintah kabupaten Sidenreng Rappang akan melakukan koordinasi lebih lanjut.

Demikian kesepakatan ini dibuat berdasarkan kepedulian dan partisipasi kami dalam upaya Percepatan

Pembangunan Sanitasi yang terintegrasi dan berkelanjutan.

PT. JAPFA COMFEED. Direktur Umum

Cap dan Tanda tangan (N a m a)

(10)

LEMBAR KESEPAKATAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI

Kelompok Masyarakat xxx Nomor :...

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ditetapkan pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kab/Kota. Pembangunan dan pelayanan dasar menjadi kewajiban Pemerintah Kab/Kota, sehingga lebih mendekatkan interaksi antara pemandu kebijakan dengan masyarakat. Disadari bahwa terdapat keterbatasan pendanaan pemerintah Kab/Kota dalam pembangunan sektor sanitasi, sehingga diperlukan dukungan dari Pemerintah Provinsi, Pusat maupun pihak / instansi lain yang peduli. Menghadapi dinamika perubahan yang terjadi, disadari pula diperlukan keselarasan dalam cara pandang atau paradigma dalam pengembangan sektor sanitasi secara komprehensif dan terintegrasi, baik dalam lingkup

kewilayahan maupun dalam keterkaitan dengan pengembangan sektor lain yang berkelanjutan.

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, pada hari ini...tanggal...bulan...tahun..., kami atas nama Kelompok Masyarakat xxxsepakat untuk memberikan kontribusi dan partisipasidalam pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) tahun 2013 – 2017 sebagaimana tertuang dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi.

Demikian kesepakatan ini dibuat berdasarkan kepedulian dalam upaya percepatan pelaksanaan pembangunan sektor sanitasi yang terintegrasi dan berkelanjutan.

Perwakilan Mayarakat/Kelompok Masyarakat... Tanda tangan

(11)

7

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... 1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... 2 KATA PENGANTAR ... 5 SURAT KESEPAKATAN ... 6 DAFTAR ISI ... 7 DAFTAR TABEL ... 9 DAFTAR GAMBAR ... 10 DAFTAR ISTILAH ... 1

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... 2

1.1 Latar Belakang ... 2

1.2 Maksud Dan Tujuan ... 3

1.3 Wilayah Perencanaan ... 4

1.4 Methodologi ... 8

BAB 2 REVIEW SSK DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN SANITASI ... 9

2.1 Profil Kabupaten Sidenreng Rappang ... 9

2.1.1Kependudukan ... 9

2.1.2Area Berisiko ... 13

2.1.3Keuangan Daerah ... 19

2.2 Air Limbah ... 21

2.2.1Permasalahan air limbah ... 21

2.2.2Sasaran Pembangunan Air Limbah ... 23

2.2.3Prioritas Pembangunan Air Limbah ... 22

2.3 Persampahan ... 23

2.3.1Permasalahan Persampahan ... 23

2.3.2Sasaran Pembangunan Persampahan ... 25

2.3.3Prioritas Pembangunan Persampahan ... 26

2.4 Drainase ... 28

2.4.1Permasalahan Drainase ... 28

2.4.2Sasaran Pembangunan Drainase ... 30

2.4.3Prioritas Pembangunan Drainase ... 30

2.5 Kesehatan (PHBS) ... 31

2.5.1PermasalahanKesehatan (PHBS) ... 31

2.5.2Sasaran Pembangunan Kesehatan (PHBS) ... 31

2.5.3Prioritas Pembangunan Kesehatan (PHBS) ... 32

2.6 KerangkaKerjaLogis ... 33

BAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI ... 40

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah ... 40

3.2 Rencana Kegiatan Persampahan ... 46

3.3 Rencana Kegiatan Drainase ... 54

3.4 Rencana Kegiatan PHBS ... 60

BAB 4 RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN SANITASI ... 64

4.1 Rekapitulasi Anggaran ... 64

4.2 Rencana Anggaran Pemerintah ... 65

4.2.1APBD Kabupaten Sidenreng Rappang ... 65

4.2.2APBD Provinsi Sulawesi Selatan ... 66

4.2.3APBN ... 66

4.3 Rencana Anggaran Non Pemerintah ... 67

(12)

8

4.3.2Potensi Kontribusi Masyarakat ... 67

4.4 Antisipasi Funding-Gap ... 68

BAB 5 RENCANA IMPLEMENTASI ... 69

5.1 Kondisi Kesiapan Pelaksanaan ... 69

5.1.1Studi & Disain, dan Dokumen Tender ... 86

5.1.2Pembebasan lahan dan Resettlement ... 86

5.1.3Kesiapan Organisasi Pengelola ... 86

(13)

9

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk 3 (tiga) TahunTerakhir ... 11

Tabel 2. 2 Jumlah Penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 (lima) Tahun ... 12

Tabel 2. 3 Analisa Penetapan Area Beresiko ... 14

Tabel 2. 4 Proyeksi Besaran Pendanaan APBD Kabupaten Sidenreng Rappang untuk Sanitasi ... 20

Tabel 2. 5 Permasalahan Mendesak Air Limbah Domestik ... 21

Tabel 2. 6 Tujuan dan Sasaran Air Limbah Domestik ... 23

Tabel 2. 7 Rencana Pengembangan Jangka Menengah Air Limbah Domestik ... 23

Tabel 2. 8 Prioritas Program dan Kegiatan Air Limbah Domestik ... 22

Tabel 2. 9 Permasalahan Persampahan ... 23

Tabel 2. 10 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Persampahan Domestik ... 25

Tabel 2. 11 Rencana Pengembangan Jangka Menengah Persampahan ... 26

Tabel 2. 12 Prioritas Implementasi Program dan Kegiatan Persampahan Domestik ... 26

Tabel 2. 13 Permasalahan Drainase ... 28

Tabel 2. 14 Resume Tujuan dan Sasaran Utama Pembangunan Drainase ... 30

Tabel 2. 15 Rencana Pengembangan Jangka Menengah Drainase ... 30

Tabel 2. 16 Prioritas Implementasi Program dan Kegiatan Drainase ... 30

Tabel 2. 17 Permasalahan Mendesak PHBS Terkait Sanitasi ... 31

Tabel 2. 18 Tujuan Dan Sasaran PHBS Terkait Sanitasi ... 31

Tabel 2. 19 Prioritas implementasi program dan kegiatan PHBS terkait sanitasi ... 32

Tabel 2. 20 Kerangka Kerja Logis Air Limbah ... 33

Tabel 2. 21 Kerangka Kerja Logis Persampahan ... 35

Tabel 2. 22 Kerangka Kerja Logis Drainase ... 36

Tabel 2. 23 Kerangka Kerja Logis PHBS ... 37

Tabel 3. 1 Rencana Kegiatan Air Limbah ... 44

Tabel 3. 2Rencana Kegiatan Persampahan ... 51

Tabel 3. 3 Rencana Kegiatan Drainase ... 59

Tabel 3. 4 Rencana Kegiatan PHBS terkait Sanitasi ... 60

Tabel 3. 5 Daftar pendek sumber pendanaan negara-negara donor, ... 62

Tabel 3. 6 Daftar perusahaan penyelenggara CSR yang memiliki potensi berpartisipasi ... 63

Tabel 4. 1 Rekapitulasi Anggaran Per Sumber Anggaran ... 64

Tabel 4. 2 Rekapitulasi Anggaran ... 65

Tabel 4. 3 Rekapitulasi APBD Kab. Sidenreng Rappang ... 65

Tabel 4. 4 Rekapitulasi APBD Provinsi Sulawesi Selatan ... 66

Tabel 4. 5 Rekapitulasi APBN ... 66

Tabel 4. 6 Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Partisipasi Swasta ... 67

Tabel 4. 7 Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Masyarakat ... 67

Tabel 4. 8 Funding Gap APBD Kabupaten/Kota ... 68

Tabel 5. 1 Kriteria Kesiapan dalam Mekanisme Penganggaran Tahun 2015 ... 69

Tabel 5. 2 Kriteria Kesiapan Implementasi Infrastruktur tahun 2015 ... 73

Tabel 5. 3 Kriteria Kesiapan dalam Mekanisme Penganggaran Tahun 2016 ... 77

Tabel 5. 4 Kriteria Kesiapan Implementasi Infrastruktur tahun 2016 ... 80

Tabel 5. 5 Kriteria Kesiapan Studi dan Perencanaan Teknis ... 86

Tabel 5. 6 Identifikasi Permasalahan Lahan ... 86

(14)

10

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Skema Proses Perencanaan PPSP ... 4

Gambar 3. 1 Peta Lokasi Infrastruktur Air Limbah dan Volumenya yang ada saat ini ... 41

Gambar 3. 2Peta Lokasi Infrastruktur Air Limbah dan Volumenya yang akan dibangun ... 42

Gambar 3. 3 Peta Lokasi Infrastruktur Persampahan dan Volume yang ada saat ini ... 47

Gambar 3. 4 Peta Lokasi Infrastruktur Persampahan dan Volume yang akan dibangun ... 48

Gambar 3. 5 Peta Lokasi Infrastruktur Drainase dan Volumenya yang saat ini ... 56

Gambar 3. 6 Peta Lokasi Infrastruktur Drainase dan Volumenya yang akan dibangun ... 57

(15)

1

DAFTAR ISTILAH

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah BPS : Buku Putih Sanitasi

DAK : Dana Alokasi Khusus DAU : Dana Alokasi Umum DSS : Diagram Sistem Sanitasi PHBS : Pola Hidup Bersih dan Sehat

PMHSJK : Pemberdayaan Masyarakat Hiegienis yang Sensitif Jender dan Kemiskinan POKJA : Kelompok Kerja

PPSP : Program Percepatan Sanitasi Permukiman

RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah

SKPD : Satuan Kerja Perangkat Dinas SSA : Sanitation Supply Assesment TPA : Tempat Pembuangan Akhir

(16)

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan sanitasi secara umum di Indonesia diakibatkan oleh masih lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi, dimana perencanaan yang dilakukan tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, tidak berkelanjutan, dan kurangnya perhatian masyarakat pada perilaku hidup bersih dan sehat. Olehnya itu diperlukan perencanaan yang terpadu dengan melibatkan berbagai pihak baik itu Pemerintah, Swasta dan Masyarakat sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dimana Pemerintah Kabupaten/Kota wajib mengelola sanitasinya. Kondisi ini mendorong Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang ikut dalam Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP).

Dalam Program PPSP Kabupaten/Kota diwajibkan untukmenyusun 3 (tiga) Dokumen Perencanaan terkait sanitasi antaralain : 1. Buku Putih Sanitasi (BPS), 2. Strategi Sanitasi Kota (SSK) dan 3.Memorandum Program Sanitasi.(MPS).Pada tahun 2013 Kabupaten Sidenreng Rappang telah menyelesaikan 2 (dua) dokumen yaitu BPS dan SSK, dan untuk tahun 2014 akan disusun dokumen MPS.Dokumen MPS ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik sinkronisasi dan koordinasi pada tingkat Kabupaten, Provinsi maupun Kementerian/Lembaga untuk periode jangka menengah. Dari sisi penganggaran, dokumen ini juga memuat rancangan dan komitmen pendanaan untuk implementasinya, baik komitmen alokasi penganggaran pada tingkat Kabupaten, Provinsi, Pusat maupun dari sumber pendanaan lainnya.

Untuk sumber pendanaan dari sektor Pemerintah, keseluruhan komitmen dalam dokumen ini akan menjadi acuan dalam tindaklanjut melalui proses penganggaran formal tahunan.

Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain :

v Pemrograman telah mempertimbangkan komitmen bersama antara kemampuan APBD Pemerintah Daerah dan pendanaan Pemerintah Pusatmaupun partisipasi dari sector pendana lain yang peduli sanitasi;

v Program dan Anggaran untuk 5 tahun kedepan sudah diketahui, sehingga perencanaan lebih optimal dan matang;

v Memorandum program investasi Kabupaten merupakan rekapitulasi dari semua dokumen perencanaan sanitasi dan telah disusun dengan mempertimbangkan kemampuan Pemerintah Kabupaten dari aspek teknis, biaya dan waktu;

(17)

3

v Memorandum program investasi ini dilengkapi dengan kesepakatan pendanaan yang diwujudkan melalui persetujuan dan tandatangan dari Bupati selaku kepala daerah;

v Program investasi sektor sanitasi ini telah disusun berdasarkan prioritas menurut kebutuhan Kabupaten untuk memenuhi sasaran dan rencana pembangunan Kabupaten Sidenreng Rappang;

Penyusunanrencana program investasi ini telah ditekankan aspek keterpaduan antara pengembangan wilayah/kawasan dengan pengembangan sector bidang yang terkait kesanitasian, yang mencakup : KoordinasiPengaturan, IntegrasiPerencanaan, dan Sinkronisasi Program berdasarkan skala prioritas tertentu atau yang ditetapkan paling sesuai dalam rangka menjawab tantangan pembangunan.

Memorandum program ini dilengkapi dengan table-tabel rencana investasi program, rencana pelaksanaannya sampai akhir 5 (lima) tahun kedepan, peta-peta pokok yang dapat menjelaskan arah pengembangan dan struktur kota.

1.2 Maksud Dan Tujuan

Maksud dari penyusunan Dokumen Memorandum Program Sanitasi (MPS) ini adalah sebagai berikut :

a. Tersusunnya dokumen rencana strategi dan komitmen pendanaan oleh pemerintah kabupaten Sidenreng Rappang dan pihak terkait stakeholders untuk implementasi pembangunan sektor sanitasi kabupaten jangka menengah dalam rangka pelaksanaan pembangunan sanitasi yang komprehensif pada tingkat Kabupaten.

b. Mendorong para stakeholders melaksanakan kebijakan pengembangan sanitasi yang lebihefektif, partisipatif, dan berkelanjutan.

c. Mendorongpihak lain seperti swasta, donor dan masyarakat untuk mau mengambil peran dalam penanganan sektor sanitasi di Kabupaten Sidenreng Rappang.

Adapun Tujuan Penyusunan Dokumen MPS Kabupaten Sidenreng Rappang adalah :

a. Dokumen ini diharapkan dapat dipakai sebagai pedoman penganggaran untuk implementasi pelaksanaan pembangunan sanitasi mulai tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 yang telah tercantum dalam dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Sidenreng Rappang.

b. Dapat memberikan gambaran tentang kebijakan pendanaan untuk implementasi pembangunan Sanitasi Kabupaten Sidenreng Rappang selama 5 tahun yaitu tahun 2014 sampai dengan tahun 2018.

(18)

4

c. Dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Operasional tahapan pembangunan sanitasi.

d. Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi Kabupaten Sidenreng Rappang.

Adapun proses perencanaan pembangunan bidang sanitasi secara keseluruhan digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. 1 Skema Proses Perencanaan PPSP

1.3 Wilayah Perencanaan

Kabupaten Sidenreng Rappang dengan ibukota Pangkajene sebagai salah satu sentra produksi beras di Sulawesi Selatan, terletak 183 Km sebelah utara Makassar (ibukota Provinsi Sulawesi Selatan) dengan luas wilayah 1.883,25 Km2, yang secara administratif terdiri dari 11 Kecamatan dan

106 Desa/Kelurahan. Kabupaten Sidenreng Rappang berbatasan dengan :

Ø Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pinrang dan Enrekang; Ø Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu dan Wajo;

Ø Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pinrang dan Kota Parepare; Ø SebelahselatanberbatasandenganKabupatenBarrudanSoppeng.

Kabupaten Sidenreng Rappang dengan letak geografis 3o43’ – 4o09’ Lintang Selatan (LS) dan

119o41’ – 120o10’ Bujur Timur dengan posisi strategis dan aksebilitas yang tinggi, sehingga memiliki

peluang pengembangan ekonomi melalui keterkaitan wilayah khususnya keterkaitan dengan daerah yang mendukung pembangunan social ekonomi dan budaya.

Kondisi kelerengan yang ada di Kabupaten Sidenreng Rappang terbagi dalam 4 (empat) kategoriyaitu :

(19)

5

Ø Kemiringan lereng 0 – 2 %, yang tersebar diseluruh wilayah kecamatan.

Ø Kemiringan lereng 2 – 15 %, yang termasuk dalam kategori tersebar adalah pada 5 (lima) kecamatan.

Ø Kemiringan lereng 15 – 40 %, yang juga termasuk pada kategori ini terdapat pada 5 (lima) kecamatan.

Ø Kemiringan lereng diatas 40 %, pada kategori ini terdapat di 5 (lima) kecamatan.

Kelerengan sangat terkait dengan kondisi drainase, yaitu keadaan tergenangnya bagian permukaan tanah oleh air pada saat tertentu, yang tidak ditunjukkan khusus seperti kolam dan lainnya. Keadaan drainase disuatu tempat ditentukan oleh kemiringan tanahnya, semakin tinggi dan semakin bervariasi kemiringan maka cenderung drainasenya makin baik. Keadaan tofografi di Kabupaten Sidenreng Rappang yang bervariasi mulai dari datar sampai curam agak menguntungkan dari aspek ketergantungannya. Pengaturan air yang semakin baik dan berfungsinya saluran pengairan menyebabkan daerah tidak tergenang kecuali jika terjadi banjir dan bencana alam lainnya. Daerah yang kadang tergenang terdapat di Kecamatan Panca Lautang, Tellu Limpoe, Maritengngae danWatang Sidenreng dengan luasan yang sempit. Sedangkan Daerah yang tergenang terdapat di Kecamatan Maritengngae, Watang Sidenreng, Pitu Riawa dan Pitu Riase, merupakan Daerah rawa.

Selanjutnya adalah masalah erosi.terjadinya erosi dipengaruhi oleh kemiringan tanah, ketinggian tempat, tekstur, jenis tanah, curah hujan dan tumbuhan penutup tanah (vegetasi). Oleh karena itu keadaan erosi disuatu tempat akan bervariasi tergantung dari banyaknya faktor pendukung terjadinya erosi yang ada ditempat itu. Berdasarkan terkikisnya tanah permukaan, maka tanah di Kabupaten Sidenreng Rappang dibedakan atas daerah yang ada erosi dan tidak erosi.

Keadaan iklim Kabupaten Sidenreng Rappang adalah identik dengan keadaan iklim wilayah lain yang ada di PulauSulawesi secara keseluruhan, hal ini dapat dilihat pada temperatur udara maksimum 35 oC dan suhu udara minimum 26 oC dengan jumlah curah hujan rata-rata 991,50

mm/tahun.

Pada umumnya kondisi hidrologi di Kabupaten Sidenreng Rappang sangat berkaitan dengan tipe iklim dan kondisi geologi yang ada. Kondisi hidrologi permukaan ditentukan oleh sungai-sungai yang ada yang pada umumnya berdebit kecil, oleh karena sempitnya daerah aliran sungai sebagai wilayah tangkapan air (cathmen area) dan sistem sungainya. Kondisi tersebut diatas menyebabkan banyaknya aliran sungai yang terbentuk. Air tanah bebas (watertable groundwater) dijumpai pada endapan aluvial dan endapan pantai. Kedalaman air tanah sangat bervariasi yang tergantung pada keadaan dan jenis lapisan batuan.

Pada wilayah Kabupaten Sidenreng Rappang, sistem jaringan sumber daya air yang merupakanwilayah Sungai (WS) Nasionalada 2 yaitu Wilayah Sungai Walanae Cenranae sebagai

(20)

6

wilayah sungai strategis nasional yang meliputi DAS Walanae – Cenranae (7.924 Km2), DAS Bila

(1.368 Km2), DAS Siwa (268.40 Km2) dan DAS Gilireng (518 Km2) serta Wilayah Sungai Saddang

sebagai wilayah sungai lintas provinsi yang meliputi DAS Kariango, DAS Rappang (379 Km2), dan DAS

Karajae (142,45 Km2) sepertipadaTabel1.1. Terdapat 38 (Tiga Puluh Delapan) sungai yang mengaliri

berbagai kecamatan. Di Kecamatan Panca Lautang terdapat 6 (enam) aliran sungai sepanjang 33.750 meter, Kecamatan Tellu Limpoe dengan panjang 18.000 meter, Kecamatan Watang Pulu dengan panjang 39.000 meter, Kecamatan Baranti dengan panjang 15.000meter, Kecamatan Panca Rijang dengan panjang 19.550 meter, Kecamatan Kulo dengan panjang 25.700 meter, Kecamatan MaritengngaE dengan panjang 5.000 meter, Kecamatan Dua Pitue dengan panjang 68.460 meter, merupakan Kecamatan yang memiliki aliran sungai terpanjang di Kabupaten Sidenreng Rappang, Kecamatan Pitu Riawa dengan panjang 7.500 meter.

(21)

7

Gambar 1.1: Peta Administrasi

Kabupaten/Kota

(22)

8

1.4 Methodologi

Methodologi yang dipakai pada proses PenyusunanDokumen Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Sidenreng Rappang adalah sebagaiberikut :

1. Review terhadapDokumenStrategiSanitasi Kota(SSK) 2. Internalisasi

3. Konsultasi dengan Pokja Provinsi dan Satker terkait di provinsi. 4. Akses Sumber Pendanaan Non-Pemerintah

5. Pengawalan Program dan Kegiatan kedalam mekanisme penganggaran.

Proses penyusunan MPS terdiri dari beberapa tahapan yang tidak dapat terlepas antara satu dengan lainnya, antara lain sebagaiberikut:

1. Melakukan Review SSK khususnya untuk Kerangka Logis, Program, Kegiatan dan Penganggaran serta Prioritasi Program.

2. Melakukan konsultasi kepada SKPD terkait di Kabupaten

3. Melakukan konsultasi teknis kepada Pokja Provinsi dan Satker terkait.

4. Melakukan pertemuan dengan sumber-sumber alternatif non pemerintah ditingkat Kab./Kota 5. Melakukan pengawalan kepada mekanisme penganggaran.

Sistematika penyusunan dokumen Memorandum Program Sanitasi (MPS) terdiri dari 5 bab yaitu sebagai berikut:

Ø Bab pertama: berisi pendahuluan yang menggambarkan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, wilayah perencanaan dan Methodologi penyusunan MPS;

Ø Bab kedua :menyajikan hasil review SSK yang menyangkut profil Kabupaten, kondisi eksisting sanitasi, Prioritasi Program, kerangka logis;

Ø Bab ketiga :berisi tentang rencana implementasi program dan kegiatan, perhitungan volume kebutuhan infrastruktur dan non infrastruktur;

Ø Bab keempat :berisi tentang rencana kebutuhan biaya untuk implementasi dan sumber pendanaan bagi masing-masing kegiatan. Disamping itu dalam bab ini juga menguraikan rencana antisipasi bilamana terjadi funding gap;

Ø Bab kelima :berisi inventarisasi status kesiapan dari masing-masing kegiatan, langkah-langkah dan tindaklanjut yang harus dilakukan bagi kegiatan yang belum memenuhi kriteria kesiapan dan rencana Monev.

(23)

9

BAB 2 REVIEW SSK DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN SANITASI

2.1 Profil Kabupaten Sidenreng Rappang

2.1.1 Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Sidenreng Rappang pada tahun 2011 sebanyak 274.652 jiwa yang terdiri dari 133.672 jiwa penduduk laki-laki dan 140.980 jiwa penduduk perempuan, dengan penduduk terbanyak berada di Kecamatan Maritengngae yaitu sebesar 46.643 jiwa.

Jumlah penduduk perempuan hampir di semua kecamatan lebih banyak dibanding penduduk laki-laki. Hal ini dilihat dari rasio jenis kelamin (sex ratio) yang lebih kecil dari 100, kecuali di Kecamatan Pitu Riase. Ratio jenis kelamin di Kabupaten Sidenreng Rappang pada tahun 2011 sebesar 94,82%. Artinya dalam setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 95 penduduk laki-laki.

Kepadatan penduduk per Km2 dapat dijadikan salah satu indikator penyebaran penduduk di suatu

wilayah. Kepadatan penduduk di Kabupaten Sidenreng Rappang pada tahun 2011 sekitar 146 jiwa/Km2.

Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Panca Rijang yaitu sekitar 803 jiwa/Km2. Sedangkan

kepadatan terendah berada di Kecamatan Pitu Riase yaitu sekitar 24 Jiwa/Km2.

Perkembangan atau pertumbuhan penduduk merupakan indeks perbandingan jumlah penduduk pada suatu tahun terhadap jumlah penduduk pada tahun sebelumnya. Perkembangan jumlah penduduk dalam suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor kelahiran dan kematian (pertambahan alami), selain itu juga dipengaruhi adanya faktor migrasi penduduk yaitu perpindahan keluar dan masuk. Pada dasarnya tingkat pertumbuhan jumlah penduduk, dapat digunakan untuk mengasumsikan prediksi atau meramalkan perkiraan jumlah penduduk dimasa yang akan datang. Prediksi perkiraan jumlah penduduk dimasa yang akan datang dilakukan dengan pendekatan matematis dengan pertimbangan pertumbuhan jumlah penduduk 3 tahun terakhir.

Data jumlah penduduk Kabupaten Sidenreng Rappang 3 tahun terakhir menunjukkan jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak 252.483 jiwa, sedangkan pada tahun 2011 mencapai 274.652 jiwa. Hal tersebut memperlihatkan adanya perkembangan jumlah penduduk yang tidak menentu. Dimana pada tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah penduduk yang sangatsigfikanyaitu sebanyak 19.428 jiwa, sedangkan pertambahan jumlah penduduk selama kurun waktu tahun 2010ketahun 2011 sekitar 2741 jiwa.

Untuk proyeksi pertumbuhan penduduk Kabupaten Sidenreng Rappang digunakan laju pertumbuhan penduduk rata-rata selama 10 tahun terakhir (2000-2010) yakni sebesar 1,29% seperti yang dilangsir oleh BPS hasil sensus 2010.

(24)

10

Dengan Menggunakan persentase laju pertumbuhan tersebut maka untuk menghitung proyeksi pertumbuhan penduduk 5(lima) tahun kedepan dipakai rumus pertumbuhan Linier sebagai berikut:

Rumus proyeksi jumlah Penduduk; Pn = P0 . (1 + r)n

Pn = ProyeksiJumlahPenduduktahunberikutnya

po = JumlahpendudukSekarang

r = Rata-rata tingkatpertumbuhanpenduduk n ` = Jumlah Tahun Proyeksi

(25)

11

Tabel 2. 1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk 3 (tiga) TahunTerakhir

Nama Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan Penduduk

2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011 Panca Lautang 17.071 17.241 17.339 4.317 4.303 4.427 91 93 93 111 112 113 Tellu Limpoe 21.511 22.728 22.871 5.440 5.155 5.304 89 90 90 208 220 222 Watang Pulu 25.959 30.128 30.582 6.567 7.289 7.500 96 97 97 172 199 202 Baranti 26.569 28.068 28.369 6.720 7.042 7.246 91 93 93 493 521 526 Panca Rijang 25.258 27.086 27.332 6.389 6.450 6.637 93 93 93 742 796 803 Kulo 10.660 11.345 11.462 2.695 2.761 2.841 94 94 95 142 151 153 Maritengngae 40.767 46.139 46.643 10.311 10.678 10.987 93 94 94 619 700 708 Watang Sidenreng 15.729 17.051 17.203 3.979 4.077 4.195 94 96 96 130 141 142 Dua Pitue 26.340 27.272 27.549 6.663 6.257 6.438 93 94 95 376 390 394 Pitu Riawa 24.212 24.980 25.213 6.124 5.767 5.934 96 97 97 115 119 120 Pitu Riase 18.407 19.873 20.089 4.657 4.734 4.871 102 101 101 22 24 24 TOTAL 252.483 271.911 274.652 63.862 64.513 66.380 94 95 95 134 144 146

(26)

12

Tabel 2. 2 Jumlah Penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 (lima) Tahun

Sumber :Buku Putih Sanitasi (BPS) Bab 2

Nama Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kepadatan Penduduk (org/Ha)

2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 Panca Lautang 17.789 18.019 18.251 18.487 18.725 4.542 4.601 4.660 4.720 4.781 - 229 232 235 238 1,16 1,17 1,19 1,20 1,22 Tellu Limpoe 23.465 23.768 24.074 24.385 24.699 5.442 5.512 5.583 5.655 5.728 - 303 307 311 315 2,27 2,30 2,33 2,36 2,39 Watang Pulu 31.376 31.781 32.191 32.606 33.027 7.695 7.794 7.895 7.996 8.100 - 405 410 415 421 2,07 2,10 2,13 2,15 2,18 Baranti 29.106 29.481 29.861 30.247 30.637 7.434 7.530 7.627 7.726 7.825 - 375 380 385 390 5,40 5,47 5,54 5,61 5,69 Panca Rijang 28.042 28.403 28.770 29.141 29.517 6.809 6.897 6.986 7.076 7.168 - 362 366 371 376 8,24 8,35 8,46 8,57 8,68 Kulo 11.760 11.911 12.065 12.221 12.378 2.915 2.952 2.990 3.029 3.068 - 152 154 156 158 1,57 1,59 1,61 1,63 1,65 Maritengngae 47.854 48.471 49.097 49.730 50.372 11.272 11.418 11.565 11.714 11.865 - 617 625 633 642 7,26 7,36 7,45 7,55 7,64 Watang Sidenreng 17.650 17.877 18.108 18.342 18.578 4.304 4.359 4.416 4.473 4.530 - 228 231 234 237 1,46 1,48 1,50 1,52 1,54 Dua Pitue 28.264 28.629 28.998 29.372 29.751 6.605 6.690 6.777 6.864 6.953 - 365 369 374 379 4,04 4,09 4,14 4,20 4,25 Pitu Riawa 25.868 26.201 26.539 26.882 27.229 6.088 6.167 6.246 6.327 6.408 - 334 338 342 347 1,23 1,25 1,26 1,28 1,29 Pitu Riase 20.611 20.877 21.146 21.419 21.695 4.997 5.062 5.127 5.193 5.260 - 266 269 273 276 0,24 0,25 0,25 0,25 0,26 TOTAL 281.784 285.419 289.101 292.830 296.608 68.104 68.982 69.872 70.773 71.686 0 3635 3681,9 3729 3778 1,50 1,52 1,54 1,55 1,57

(27)

13

2.1.2 Area Berisiko

Penentuan area berisiko berdasarkan tingkat resiko sanitasi dilakukan dengan menggunakan data sekunder dan data primer berdasarkan hasil penilaian oleh SKPD dan hasil studi EHRA. Penentuan area berisiko berdasarkan data sekunder adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat risiko sebuah area (kelurahan/desa) berdasarkan data yang telah tersedia di SKPD mengenai Kepadatan Penduduk, Jumlah KK miskin, Ketersediaan Air Bersih (SR/HU/KU), Ketersediaan Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga; serta bila data tersedia, Luas Genangan. Penentuan area berisiko berdasarkan Penilaian SKPD diberikan berdasarkan pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi yang dimiliki individu anggota pokja kabupaten Sidenreng Rappang. Adapun penentuan area berisiko berdasarkan hasil studi EHRA adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat resiko berdasarkan: kondisi sumber air; pencemaran karena air limbah domestik; pengelolaan persampahan di tingkat rumahtangga; kondisi drainase; aspek perilaku (cuci tangan pakai sabun, higiene jamban, penangan air minum, buang air besar sembarangan).

Penetapan area beresiko sanitasi di Kabupaten Sidenreng Rappang didapatkan dari kompilasi hasil skoring terhadap data sekunder sanitasi, persepsi SKPD terkait sektor sanitasi dan hasil studi EHRA. Skoring data sekunder memiliki bobot 30% dari total penilaian, skoring persepsi SKPD memiliki bobot 30%,Sedangkanskoring hasil studi EHRA berbobot 40%, Skor diberikan antara 1 - 4 untuk menggambarkan tingkat risiko dimana skor 4 = risiko yang sangat tinggi ditunjukkan warna merah; skor 3 = risiko tinggi ditunjukkan warna kuning; skor 2 = risiko rendah ditunjukkan warna hijau; skor 1 = risiko sangat rendah ditunjukkan warna biru.

Proses penentuan area berisiko dimulai dengan analisis Data Sekunder, diikuti dengan penilaian SKPD dan analisis berdasarkan hasil studi EHRA. Penentuan area berisiko dilakukan bersama-sama seluruh anggota Pokja berdasarkan hasil dari ketiga data tersebut. Penentuan area berisiko berdasarkan tingkat/derajat risiko ini akan disajikan dalam bentuk tabel dan peta.

(28)

14

Tabel 2. 3 Analisa Penetapan Area Beresiko Kecamatan Kelurahan Tingkat Risiko Perkotaan/Perd

esaan Penanganan Kebutuhan /Penyebab Utama

Eisiko

SIDENRENG RAPPANG

PancaLautang

Bilokka Sedang Perkotaan Drainase &

Persampahan

Lajonga Tinggi Perkotaan Prohisan & Daeah

Banjir

Wettee Sangat Tinggi Perdesaan Limbah, Sampah &

PHBS

L i s e Kurang Perdesaan Persampahan

Corawali

Tinggi Perdesaan Persampahan & Drainase, PHBS

Wanio Tinggi Perdesaan PHBS

WanioTimoreng Tinggi Perdesaan Daerah Banjir

Bapangi Tinggi Perdesaan PHBS

Allesalewo Sangat Tinggi Perdesaan Air Limbah & PHBS

Cenrana Tinggi Perdesaan Air Limbah & PHBS

TelluLimpoe

Amparita

Tinggi Perkotaan Limbah, Sampah & Drainase, Air PHBS

Arateng Tinggi Perkotaan Persampahan &

PHBS

ToddangPulu

Sangat Tinggi Perkotaan Limbah, Sampah & Drainase, Air PHBS

Baula

Tinggi Perkotaan Limbah, Sampah & Drainase, Air PHBS

Pajalele Sedang Perkotaan Drainase, &

Persampah

Massepe Tinggi Perkotaan PHBS & Akses Air

Bersih

Teppo Sedang Perdesaan Drainase & Sampah

Teteaji Tinggi Perdesaan Drainase & Sampah

Polewali Sedang Perdesaan Drainase & Sampah

WatangPulu

Lainungan Sedang Perkotaan Drainase &

Persampahan

Carawali Kurang Perdesaan Persampahan

Buae Sedang Perdesaan Drainase &

Persampahan

Mattirotasi Sedang Perdesaan Drainase &

Persampahan

Ciro-ciroe Sedang Perdesaan Drainase &

Persampahan

(29)

15

Persampahan

Arawa Sedang Perkotaan Drainase &

Persampahan

Lawawoi Sedang Perkotaan Drainase &

Persampahan

Uluale Sedang Perkotaan Drainase &

Persampahan

Bangkai Tinggi Perkotaan Persampahan &

PHBS

Baranti

Baranti Tinggi Perkotaan Persampahan &

PHBS

Manisa Tinggi Perkotaan Persampahan &

PHBS

Duampanua Sedang Perkotaan Drainase &

Persampahan

Panreng Kurang Perkotaan Persampahan

Benteng Kurang Perkotaan Persampahan

Passeno Sedang Perdesaan Drainase &

Persampahan

Tonrongnge Kurang Perdesaan Persampahan

Sipodeceng Kurang Perdesaan Persampahan

TonrongRijang Sedang Perdesaan Drainase &

Persampahan PancaRijang

Rappang Sedang Perkotaan Drainase &

Persampahan

Lalebata Sedang Perkotaan Drainase &

Persampahan

Maccorawalie Sedang Perkotaan Drainase &

Persampahan

Kadidi Sedang Perkotaan Drainase &

Persampahan

TimorengPanua Sedang Perdesaan Drainase &

Persampahan

BuloWattang Tinggi Perdesaan Persampahan &

PHBS

BuloTimoreng Sedang Perdesaan Drainase &

Persampahan

CipoTakari Sedang Perdesaan Drainase &

Persampahan

Kulo

K u l o Sedang Perkotaan Drainase &

Persampahan

Maddenra Sedang Perdesaan Drainase &

Persampahan

RijangPanua Sedang Perdesaan Drainase &

Persampahan

Abbokongang Tinggi Perdesaan PHBS

M a r i o Tinggi Perdesaan PHBS

BinaBaru Sedang Perdesaan Drainase &

Persampahan Maritengngae

Pangkajene Kurang Perkotaan Persampahan

(30)

16

Lakessi Sedang Perkotaan Drainase &

Persampahan

Majjelling Kurang Perkotaan Persampahan

MajjellingWattan

g Sedang Perkotaan Persampahan Drainase &

LautangBenteng Kurang Perkotaan Persampahan

W a l a

Tinggi Perkotaan Persampahan & Drainase, PHBS

Sereang

Tinggi Perdesaan Persampahan & Drainase, PHBS

Kanie

Tinggi Perdesaan Persampahan & Drainase, PHBS

Allakuang Tinggi Perdesaan PHBS & Akses Air

Bersih

Tanete Kurang Perdesaan Persampahan

Takkalasi Tinggi Perdesaan Drainase &

Persampahan WatangSidenreng

Kanyuara Tinggi Perkotaan Air Limbah & PHBS

Empagae Tinggi Perkotaan Persampahan &

PHBS

Sidenreng Sedang Perkotaan Drainase &

Persampahan

Aka-akae Tinggi Perdesaan Persampahan &

PHBS

Mojong Tinggi Perdesaan Banjir & PHBS

Talumae Sangat Tinggi Perdesaan Air Limbah & PHBS

Damai Kurang Perdesaan Persampahan

Talawe Sedang Perdesaan Drainase &

Persampahan DuaPitue

TanruTedong

Tinggi Perkotaan Persampahan & Banjir, PHBS

SaloMallori

Sangat Tinggi Perkotaan Persampahan, Air Drainase, Limbah & PHBS

SaloBukkang

Tinggi Perdesaan Persampahan & Banjir, PHBS

KalosiAlau Kurang Perdesaan Persampahan

Padang

LoangAlau Tinggi Perdesaan Persampahan

Padang Loang Tinggi Perdesaan Persampahan

Kalosi Sedang Perdesaan Drainase &

Persampahan

Bila Kurang Perdesaan Persampahan

Taccimpo Sedang Perdesaan Drainase &

Persampahan

Kampale Tinggi Perdesaan Persampahan &

PHBS PituRiawa

(31)

17

Lancirang Tinggi Perkotaan Persampahan &

Drainase

Ponrangae

Tinggi Perkotaan Rendahnya akses PHBS & air bersih

Sumpang Mango Tinggi Perdesaan Air Limbah & PHBS

Lasiwala Sangat Tinggi Perdesaan Air Limbah & PHBS

Anabanna Sedang Perdesaan Drainase &

Persampahan

Ajubissu Kurang Perdesaan Persampahan

Otting Sedang Perdesaan Drainase &

Persampahan

Dongi Tinggi Perdesaan Drainase

BuluCenrana

Tinggi Perdesaan & rendahnya akses Air Limbah, PHBS air bersih

Kalempang Tinggi Perdesaan Air Limbah & PHBS

Betao Tinggi Perdesaan Air Limbah & PHBS

BetaoRiase Sedang Perdesaan Drainase &

Persampahan PituRiase

Batu Tinggi Perkotaan PHBS

Bola Bulu Tinggi Perdesaan Drainase

BilaRiase Sedang Perdesaan Drainase &

Persampahan

Botto Tinggi Perdesaan Banjir & PHBS

Leppangeng Tinggi Perdesaan Banjir & PHBS

Belawae Sangat Tinggi Perdesaan PHBS

Lagading Sedang Perdesaan Drainase &

Persampahan

Tanatoro Tinggi Perdesaan PHBS & Akses Air

Bersih

Compong Tinggi Perdesaan Air imbah, sampah

& PHBS

Lombo Tinggi Perdesaan Air imbah, sampah

& PHBS

Dengeng-Dengeng Tinggi Perdesaan Air imbah, sampah & PHBS

BuntuBuanging Tinggi Perdesaan Air imbah, sampah

(32)

18

Gambar 2.1

(33)

19

2.1.3 Keuangan Daerah

Faktor penting lain yang sangat menentukan penentuan sistem dan cakupan pelayanan sanitasi adalah faktor pembiayaan yang sangat tergantung pada kemampuan keuangan daerah. Dalam buku Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sidenreng Rappang tergambar beberapa sumber pendanaan dan besaran nilai pendanaan yang direncanakan akan termuat dalam APBD Kabupaten Sidenreng rappang maupun bantuan provinsi. Alokasi belanja untuk sektor sanitasi di Kabupaten Sidenreng rappang mengalami penurunan yang cukup signifikan selama 5 (lima) tahun terakhir, dimana rata-rata pertumbuhan pendanaan mencapai -19,19% pertahun.

Untuk air limbah domestik mengalami penurunan dengan rata-rata pertumbuhan -0,18%. Sedangkan untuk pendanaan sampah rumah tangga persentase pertumbuhan rata-rata 42,24%, drainase lingkungan tingkat rata pertumbuhan -39,61% dan Prohisan juga mengalami penurunan dengan rata-rata pertumbuhan -44,39%. Untuk DAK sanitasi rata-rata-rata-rata pertumbuhan tiap tahun 29,80%. Persentase APBD murni Sanitasi terhadap belanja langsung untuk tahun 2009-2013 adalah rata-rata 2,74%. Melihat masih kurangnya pendanaan untuk sanitasi di Kabupaten Sidenreng rappang, maka kami berdasarkan komitmen POKJA Kabupaten Sidenreng Rappang untuk pendanaan sanitasi dinaikkan menjadi 3,5 % dari total belanja langsung. Lebih rinci dapat dilihat pada tabel 2.4.

Proyeksi pendanaan belanja langsung APBD Kabupaten Sidenreng Rappang tahun 2014 - 2018 mencapai Rp. 2.289.883.383.750,-, sedangkan perkiraan belanja APBD murni untuk sanitasi mencapai Rp. 62.738.635.882-. Perkiraan pendanaan sanitasi tahun 2014 - 2018 berdasarkan komitmen POKJA adalah 3,5% dari belanja langsung APBD diproyeksikan mencapai 54.182.908.707,-. Berikut tabel perkiraan pendanaan APBD Kabupaten Sidenreng Rappang untuk sanitasi tahun 2014 - 2018.

(34)

20

Tabel 2. 4 Proyeksi Besaran Pendanaan APBD Kabupaten Sidenreng Rappang untuk Sanitasi Tahun 2014 – 2018

2014 2015 2016 2017 2018

PerkiraanBelanja Langsung 390.437.100.250 424.206.888.500 457.976.676.750 491.746.465.000 525.516.253.250 2.289.883.383.750

PerkiraanBelanja APBD Murni

untuk Sanitasi 10.697.265.739 11.622.496.458 12.547.727.176 13.472.957.895 14.398.188.614 62.738.635.882

Perkiraan Pendanaan Sanitasi

berdasar komitmen 13.665.298.509 14.847.241.098 16.029.183.686 17.211.126.275 18.393.068.864 80.145.918.431

Prosentase Komitmen terhadap

belanja langsung 3,5% 3,5% 3,5% 3,5% 3,5% 3,5%

No Uraian Perkiraan Kebutuhan (Rp) Total

1

2

3

(35)

21

2.2 Air Limbah

2.2.1 Permasalahan air limbah

Tabel 2. 5 Permasalahan Mendesak Air Limbah Domestik

A. Sistem Air Limbah Permukiman:

1.Aspek

Pengembangan Sarana dan Prasarana:

User Interface:

§ Kepemilikan Jamban di Kab.Sidenreng Rappang berdasarkan studi ehra adalah 85,5 % dengan rincian 77,2% ke tangki septic, 0,7 % penyaluran tinja ke pipa sewer, 4,5 % yang menggunakan cubluk/lubang tanah, 1,5 % penyalurannya ke drainase, 0,5 % buang air besar ke sungai/danau, 0,2 % buang air besar di kolam/sawah; 0,5 % buang tinja ke kebun/tanah lapang sedangkan ada 14,9 % yang tidak tahu penyaluran tinjanya (n=1000). Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan tinja

Pengumpulan & Penampungan / Pengolahan Awal:

§ kondisi tangki septik yang ada di Kabupaten Sidenreng Rappang menunjukkan bahwa 51,4 % termasuk suspek aman sedangkan yang tidak termasuk suspek aman sebesar 48,6 %. Tangki septik suspek aman tertinggi di cluster 2 sebesar 57,5% dan terendah di cluster 1 sebesar 45% (n=1000). Kondisi ini menujukkan besarnya potensi pencemaran tanah dan air tanah yang akan berpengaruh terhadap penyehatan lingkungan. Dengan adanya pencemaran air tanah, akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia

77,2% 0,7% 4,5% 1,5% 0,5% 0,2% 0,5% 14,9% Tangki septik Pipa sewer Cubluk/lobang tanah Langsung ke drainase Sungai/danau/pantai Kolam/sawah Kebun/tanah lapang Tidak tahu

(36)

22 Pengangkutan /

Pengaliran: § belum ada pengangkutan oleh Pemerintah Daerah, hanya dilakukan pengangkutan melalui kab/kota terdekat yang memiliki angkutan/pengaliran

Pengolahan Akhir

Terpusat § Belum ada tempat pengolahan akhir terpusat Daur Ulang /

Pembuangan Akhir: § belum dilakukannya praktek pendeteksian kualitas limbah Perencanaan Teknis

dll. § Belum adanya Master Plan Air Limbah Permukiman yang terintegrasi dengan RTRW perkotaan

B. Lain-lain:

2. Aspek Pendanaan: § Rendahnya skala prioritas penangan pengelolaan air limbah permukiman § Belum tertariknya sektor swasta untuk melakukan investasi

§ Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat

3. Aspek Kelembagaan: § Belum tersedianya pengelolaan secara khusus terhadap air limbah permukiman seperti IPLT.

§ Masih rendah dan terbatasnya SDM yang terkait pengelolaan § Rendahnya koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan 4. Aspek Peraturan

Perundangan dan penegakan hukum:

§ Belum tersedianya payung hukum untuk menjamin adanya situasi lingkungan yang lebih sehat dan aman.

§ Belum adanya pedoman dasar dalam pengelolaan air limbah domestik 5. Aspek Peran serta

Masyarakat dan Dunia Usaha / Swasta:

§ Masih rendahnya kesadaran masyarakat

§ Terbatasnya penyelenggaraan pengembangan system yang berbasis masyarakat

§ Masih kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya pengelolaan

§ Rendahnya koordinasi antar instansi terkait dalam menggerakkan peran masyarakat

6. Aspek Komunikasi,

PMJK dll. § Belum adanya media yang secara khusus melakukan kegiatan promosi terhadap air limbah 52,5 55,0 42,5 43,3 55,0 48,6 47,5 45,0 57,5 56,7 45,0 51,4 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 0 1 2 3 4 Kab. Sidrap Kluster Desa/Kelurahan Suspek aman Tidak aman

(37)

23

2.2.2 Sasaran Pembangunan Air Limbah

Tabel 2. 6 Tujuan dan Sasaran Air Limbah Domestik

Air Limbah Permukiman

1) Meningkatnya jumlah jamban keluarga dari 72% tahun 2013 menjadi 85 % atau 56.432 RT tahun 2018

2) Terbangunnya tangki septic aman dari 51,4 % di tahun 2013 menjadi 60% atau 39.828 RT tahun 2018.

3) Terbangunnya MCK Komunal dari 1,2% atau 2200 jiwa terlayani tahun 2013 menjadi 5 % atau 30 unit yang melayani 5560 jiwa tahu 2018

4) Terbangunnya IPLT untuk skala kota dengan tingkat pelayanan 32.215 jiwa pada tahun 2016 5) Terbangunnya 5 unit IPAL skala Kawasan yang melayani 55.498 jiwa pada tahun 2017.

6) Adanya regulasi atau peraturan daerah yang mengatur sistem pengelolaan air limbah pada tahun 2015.

7) Tersedianya 2% anggaran APBD untuk sektor sanitasi Pemerintah Daerah

8) Adanya keterlibatan media cetak dan elektronik khususnya dalam melaksanakan promosi dan liputan sanitasi.

Tabel 2. 7 Rencana Pengembangan Jangka Menengah Air Limbah Domestik

No Sistem Cakupan layanan eksisting (2013) Tahun Keteran gan 2014 2015 2016 2017 2018

(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i)

A Sistem On-Site

A.1 Individual (tangki septik)

- Tangki Septik aman 36.55% 37.34% 38.63% 39.92% 41.21% 42.50%

- Tangki Septik tdk aman 34.55% 29.39% 30.68% 31.97% 33.26% 34.55%

A.2 Sistem Komunal

1 MCK, MCK++ 1.20% 1.34% 1.48% 1.62% 1.76% 1.90%

2 Cubluk dan Sejenisnya 4.5% 4.30% 4.10% 3.90% 3.7% 3.50%

3 IPAL Komunal 0% 0.5% 1.0% 1.5% 3.0% 4.0% B Sistem Off-site 3 Skala Kota 0% 0.0% 0.0% 0.0% 1.0% 2.0% - 4 Skala Kawasan 0% 0% 0% 0% 0% 0.5% - C Sasaran BABS 23.20% 17% 14% 12% 5% 0%

(38)

22

2.2.3 Prioritas Pembangunan Air Limbah

Tabel 2. 8 Prioritas Program dan Kegiatan Air Limbah Domestik

No. Program/Kegiatan Score (dan bobot)

Penerim a manfaat Permasalah an mendesak Persepsi

Pokja Pro-poor Redines Craeteri a

Total

Score Prioritas

20% 30% 20% 20% 10%

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Master Plan Air

Limbah 4 4 4 4 1 3.7 1

2 Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Limbah Domestik

4 4 4 4 1 3.7 1

3 Pembangunan MCK

Komunal 3 4 4 4 2 3.6 1

4 Pembangunan Prasarana Air Limbah Domestik untuk Perumahan Sederhana Sehat (RSH) 4 4 4 3 3 3.5 1 5 Penyuluhan,

Kampanye & Edukasi 2 2 3 3 1 2.8 2

6 Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja ( IPLT)

3 3 4 3 4 3.6 1

7 Pembentukan Badan

Pengelola IPLT 2 3 3 1 2 2.3 2

8 Penyusunan

(39)

23

2.3 Persampahan

2.3.1 Permasalahan Persampahan

Tabel 2. 9 Permasalahan Persampahan

A. Sistem Persampahan 1.Aspek Pengembangan Sarana dan Prasarana User Interface:

Tingkat Pengolahan Sampah Rumah Tangga (RT) sbb:

§ Tingkat layanan penanganan sampah RT: 10,7 % yang dikumpulkan dan dibuang ke TPS, 86,5% tidak diangkut Tukang Sampah (dikubur, dibakar, dibuang ke sungai, dibuang ke lahan kosong dsb) dan 2,8 % yang sampahnya dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang.

§ Pengelolaan Sampah pada RT:

Keterangan:

- Produksi Sampah Kota/Kab. per hari = 678,6 m3/hari m3/hari

- Timbulan Sampah Wil. Perkotaan per hari =

10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0 0 1 2 3 4 Kab. Sidrap Kluster Desa/Kelurahan

Dikumpulkan oleh kolektor

informal yang mendaur ulang - 6,8 - 0,4 - 2,8 Dikumpulkan dan dibuang ke

TPS 17,5 17,3 3,6 8,8 - 10,7

Dibakar 60,0 57,0 59,9 54,2 22,5 55,9

Dibuang ke dalam lubang dan

ditutup dengan tanah - - - 1,3 - 0,3 Dibuang ke dalam lubang

tetapi tidak ditutup dengan

tanah 2,5 1,8 3,9 1,7 - 2,3

Dibuang ke

sungai/kali/laut/danau 7,5 10,3 12,2 20,4 45,0 14,5 Dibiarkan saja sampai

membusuk 2,5 - - 1,3 - 0,4 Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk 10,0 5,8 20,4 10,0 32,5 12,1 Lain-lain - 1,0 - 2,1 - 0,9 Tidak tahu - 0,3 - - - 0,1

(40)

24

- Pelayanan Sampah 10,7 % per hari = 72,6 m3/hari, yang pada akhir tahun 2013 terdapat

penambahan jumlah armada pengangkutan sehingga pelayanan menjadi 104 m3/hari

§ Praktek Pemilahan Sampah oleh RT:

Keterangan:

- Pemilahan sampah yang sudah dilakukan oleh RT : 30,1 % (204,26 m3/hari)

- Pengurangan sampah dari sumbernya (RT) : 0.3 % (xxx m3/hari)

Pengumpulan setempat

§ Sampai saat ini telah tersedia : 12 unit Motor Tiga Roda, kapasitas angkut: @ 1,5 m3/hari (total: 18 m3/hari).

§ Belum adanya skema strategi untuk kerjasama dengan swasta/kelompok masyarakat dalam pengelolaan persampahan.

Penampungan Sementara (TPS):

§ Sampai saat ini tersedia: 24 unit TPS, kapasitas @ 1 m3/hari (total: 24 m3/hari).

§ Sampai saat ini tersedia: 19 unit kontainer, kapasitas @ 4 m3/hari (total: 76 m3/hari).

Sehingga total timbulan sampah 100 m3/hari atau setara dengan 14,7 % dari timbulan sampah Kab./Kota.

Pengangkutan: § Jumlah Dump truck Kap. 4 m3/hari adalah 4 truk pengangkut untuk wilayah perkotaan.

§ Jumlah Arm Roll Kap. 4 m3/hari adalah 6 Arm Roll untuk wilayah perkotaan

(Semi) Pengolahan Akhir Terpusat

§ 69,9 % masih belum melakukan pemilahan, baru ada 1 kelompok proyek 3R

Daur Ulang / Tempat Pemrosesan Akhir:

§ TPA PATOMMO seluas 2 Ha sedang ditingkatkan system pengelolaannya dari Open Daumping

menjadi Sanitary Landfill

Perencanaan § Telah tersedia UKL/UPL untuk peningkatan System Open Dumping menjadi Sanitary Lanfill.

100,0 66,0 70,0 77,3 69,9 0,0 34,0 30,0 22,7 30,1 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 0 1 2 3 Kab. Sidrap Kluster Desa/Kelurahan Dipilah Tidak Dipilah

(41)

25

A. Lain-lain:

2. Aspek Kelembagaan: § Dinas masih berfungsi sebagai operator dan regulator § SDM kurang memadai, baik dari kuantitas dan kualitas

3. Aspek Pendanaan: § Penganggaran terkait pengelolaan persampahan baru mencapai 0.3% § Pengelolaan sampah masih belum menjadi prioritas

§ Pola penanganan sampah belum optimal § Rendahnya dana penarikan restribusi 4. Aspek Peran Serta

Masyarakat dan Dunia Usaha / Swasta:

§ Potensi masyarakat belum dikembangkan secara sistematis § Rendahnya investasi dunia usaha / swasta

5. Aspek Peraturan Perundangan dan penegakan hukum:

§ Penerapan sanksi hukum dari Perda belum efektif

§ Belum tersosialisasinya ketentuan penangan sampah terhadap masyarakat

2.3.2 Sasaran Pembangunan Persampahan

Tabel 2. 10 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Persampahan Domestik

Persampahan

1) Mengurangi volume timbulan sampah semaksimal mungkin yang dimulai dari sumbernya dengan Ujicoba pengembangan replikasi 3R di daerah pemukiman kawasan Kota Pangkajene dan sekitarnya Tahun 2014

2) Meningkatkan cakupan pelayanan pengelolaan persampahandari 10,7 % tahun 2013 menjadi 48,5 % atau 32.194 RT pada tahun 2018.

3) Meningkatkan layanan TPA Patommo dari Open Dumping 2013 menjadi Sanitary Landfill Tahun 2014 4) Meningkatkan partispasi pemerintah dan swasta di sektor pendanaan pada sektor persampahan

menjadi 2 % dari dana APBD.

5) Tersusunnya perencanaan dan pengelolaan sampah secara terpadu dan komperehensive dengan menyusun dokumen rencana teknis dan manajemen persampahan tahun 2015 serta mengefektifkan pelaksanaan Perda no. 12 tahun 2012 dan Perbup No. 12 tahun 2012 menyangkut persampahan 6) Memaksimalkan sosialisasi dan advokasi sanitasi memalui media cetak dan elektronik utamanya media

(42)

26

Tabel 2. 11 Rencana Pengembangan Jangka Menengah Persampahan

No Sistem Cakupan

layanan eksisting

Sasaran Tahun Keterangan

2014 2015 2016 2017 2018

(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i)

A Penanganan Langsung 1 Sistem Langsung 10,70% 5,612 % 5,612 % 5,612 % 5,612 % 5,612 % 2 Penyapuan Jalan 11,53% 2,306 % 2,306 % 2,306 % 2,306 % 2,306 % 3 Full coverage+pemilahan sampah berbasis RT 0% 0,2 % 0,2 % 0,2 % 0,2 % 0,2 % B Penanganan tidak langsung 2,80% 3,888 % 3,888 % 3,888 % 3,888 % 3,888 % C Penanganan berbasis masyarakat 1 Sistem 3R 0% 0,286% 0,286% 0,286% 0,286% 0,286%

D Belum Ada Pengelolaan

Persampahan 86,50%

2.3.3 Prioritas Pembangunan Persampahan

Tabel 2. 12 Prioritas Implementasi Program dan Kegiatan Persampahan Domestik

No. Program/Kegiatan Score (dan bobot)

Penerima

manfaat Permasalahan mendesak Persepsi Pokja poor Pro- Readeness

Kriteria Total score Prioritas 20% 30% 20% 20% 10% 1 Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan 4 4 4 4 4 4 1 2 Pembebasan lahan TPST 4 4 4 4 4 4 1 3 Pengadaan Tempat Sampah terpilih untuk rumah tangga

4 4 4 4 4 4 1

4 Pengadaan Tempat Sampah terpilih untuk Tempat Umum/Jalan

4 4 4 4 4 4 1

5 Pengadaan Arm Roll

Truck 4 4 3 3 4 3,6 3

6 Pengadaan Kontainer

(43)

27

No. Program/Kegiatan Score (dan bobot)

Penerima

manfaat Permasalahan mendesak Persepsi Pokja poor Pro- Readeness

Kriteria Total score Prioritas 20% 30% 20% 20% 10% 7 Pengadaan Dump Truck 4 4 4 4 4 4 1 8 Pengadaan TPST

Unit Daur Ulang 3 3 3 4 4 3,3 3

9 Pembangunan TPS Permanen 3 4 4 4 4 3,8 2 10 Pengadaan Alat Berat 3 4 3 4 3 3,5 2 11 Pembangunan TPA Patommo 4 4 4 4 4 4 1 12 Pembangunan Prasarana Dasar/Fasilitas Umum TPA (Pagar, Jembatan dan pembebasan lahan)

3 3 3 4 3 3,2 3

13 Pembangunan Fasilitas Penunjang TPA (Pos jaga, garasi alat, tempat cuci mobil dan Workshop) 3 4 4 4 4 3,8 2 14 Peningkatan operasi/pemeliharaan Prasarana dan Sarana Persampahan 3 4 4 4 4 3,8 2 15 Pelatihan 3R untuk aparat pengelola persampahan 4 4 4 4 4 4 1 16 Pelatihan Pengelola TPA 3 3 3 3 3 3 3 17 Pembentukan lembaga pengelola TPST Daur Ulang 3 3 3 3 3 3 3 18 Pelatihan Pengolahan dan pengelola Sampah 3R 3 3 3 3 3 3 3 19 Penyuluhan dan pembimbingan kepada masyarakat tentang persampahan 4 4 4 4 4 4 1

(44)

28

2.4 Drainase

2.4.1 Permasalahan Drainase

Tabel 2. 13 Permasalahan Drainase

A. Sistem Drainase

User

Interface: § § Lama genangan bila terjadi banjir yang lebih dari 1 hari: 3% Rumah Tangga yang mengalami banjir rutin:

Frekuensi genangan secara rutin dialami oleh sekitar 32,4 % rumah tangga sementara, sebagian besar atau 67,6% tidak secara rutin mengalami.

Data Genangan:

No. Lokasi Genangan Genangan Luas Genangan Lama Tinggi Genangan (> atau <30 cm) 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 0 1 2 3 4 Kab. Sidrap Kluster Desa/Kelurahan 50,0 35,6 17,5 38,2 80,0 32,4 50,0 64,4 82,5 61,8 20,0 67,6

PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENGALAMI

BANJIR RUTIN DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

TAHUN 2013

Tidak Ya

Gambar

Gambar 1. 1 Skema Proses Perencanaan PPSP
Gambar 1.1: Peta Administrasi  Kabupaten/Kota
Tabel 2. 1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk 3 (tiga) TahunTerakhir
Tabel 2. 2 Jumlah Penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 (lima) Tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut yang ibu ketahui, posisi mulut bayi salah saat menyusui sangatb. berpengaruh terhadap terjadinya

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh latihan aerobik naik turun bangku terhadap peningkatan kapasitas anaerobik, dengan menggunakan rancangan penelitian Ranaomized

Orang yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng..

Disamping dua prasyarat tersebut di atas, kenyataan terjadinya informasi asimetris antara manager sebagai pengelola perusahaan dengan para pemegang saham sebagai pemilik

Hasil dari analisis faktor (uji KMO, P : 0.754, 0.00) terdapat empat faktor utama yang melatarbelakangi pengambilan keputusan mahasiswa, antara lain yaitu : faktor dukungan dosen,

Penurunan kemampuan kognitif dan psikomotor pada klien dengan halusinasi juga merupakan konsekuensi yang harus dihadapi sebagai beban keluarga dalam membantu

keterampilan siswa SMA untuk menulis bahasa Jerman pada tingkat SMA kelas.. XI dengan

Sehingga dilakukanlah survei luas panen dan luas lahan tanaman pangan tahun 2015 sebagai upaya pengumpulan data dengan metode yang lain.. TUJUAN DAN