• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI SPIRITUAL DALAM NOVEL SYAHADAT CINTA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI SPIRITUAL DALAM NOVEL SYAHADAT CINTA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH

DITA INDI NUR OTAPIYANI

NIM: 111-12-222

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

ُناَس ْحلإا لاِإ ِناَسْحلإا ُءاَزَج ْلَه

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula (QS.Ar-Rahman: 60)

"

ّذَج ٍَْي

َذَج َٔ

"

Barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka dialah yang berhasil (Umar bin Abd Aziz)

Segera laksanakan rencana keberhasilanmu di hari ini, jangan tunda lagi, jangan buang waktu, karena waktu tidak bisa menunggu

(7)

vii Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Orang tuaku tercinta bapak Ngateno dan ibu Sri Anjayani, yang senantiasa

mencurahkan kasih sayang, dukungan moral maupun materiil dan do‟a yang tak pernah putus untuk putra-putrinya.

2. Adik-adikku tercinta Naendy Anang Setiawan dan Al-Syafa Hilmi Ramadhan, yang selalu mendukungdanmemberikan semangat.

3. Bapak Imam Mas Arum yang telah sabar membimbing dan mendo‟akan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Teman-temanku angkatan 2012 yang sama-sama berjuang dan belajar di IAIN Salatiga.

5. Teman-teman KOPMA FATAWA yang senantiasa memberi dukungan dan mendo‟akan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Sahabat-sahabatku Rahmat Dewi Hartanti, Dody Ariyadi, Fitri Windaryanti, Rodliyana Ulfa, dan Laily Agustini yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan do‟a dalam penyusunan skripsi ini.

(8)

viii Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya hingga penulis dapat menyelesikan skripsi ini yang berjudul “Nilai Tanggung

Jawab Dalam Film Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata”.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang menjadi suri teladan serta tokoh inspirasi bagi semua umat khususnya bagi penulis.

Dengan selesainya skripsi ini, merupakan satu bentuk tanggung jawab penulis sebagai mahasiswa terhadap akademiknya dalam menempuh pendidikan strata 1 dan tanda bakti kepada keluarga tercinta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang dengan ikhlas membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(9)

ix 5. Ibu Maslikhah, S.Ag., M.Si. selaku pembimbing akademik yang selalu

memberi semangat dan bimbingan kepada penulis.

6. Bapak dan ibu dosen, karyawan/karyawati Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

7. Ayah dan ibu yang selalu memberikan materi, doa, restu dan bimbingan kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di IAIN Salatiga. 8. Naendy Anang Setiawan dan Al-Syafa Hilmi Ramadhan, adik tersayang yang

selalu memberikan semangat, doa dan bimbingan kepada penulis.

9. Keluarga besar KOPMA FATAWA yang telah memberikan semangat, doa dan dorongan kepada penulis.

10.Teman-teman seperjuangan yang kita selalu menyemangati satu sama lain. 11.Semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu.

Tiada kata yang dapat penulis sampaikan kepada mereka semua kecuali ucapan terimakasih serta iringan doa semoga Allah SWT membalasnya dengan balasan yang baik. Amin

(10)

x Wassalamualaikum Wr.Wb.

Salatiga, 18 April 2016 Penulis,

(11)

xi Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.

Kata kunci: Spiritual

Seorang sastrawan berperan sebagai pendidik yang menyampaikan ajarannya melalui komunikasi dalam sebuah teks.Saat ini, cerita-cerita keteladanan tokoh dikemas menjadi lebih menarik lagi yang menjadi sarana hiburan sekaligus pendidikan. Sebuah karya fiksi ditulis pengarangnya untuk menerapkan pesan moral dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan pandangan pengarangnya tentang konsep moral. Pesan-pesan yang disampaikan dalam sebuah karya fiksi diharapkan dapat dihayati dan kemudian dapat diterapkan dalam kehidupannya, misalnya nilai spiritual. Peneliti tertarik meneliti nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang: 1) nilai-nilai spiritual, 2) karakteristik tokoh, 3) implementasi dalam kehidupan sehari-hari dari novel tersebut. Setelah melakukan penelitian secara mendalam diharapkan peneliti dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang nilai-nilai spiritual dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kepustakaan (library research). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati pada sumber-sumber tertentu, mencari, menelaah buku-buku, artikel atau lainnya yang berkaitan dengan skripsi ini. Pengumpulan data dibagi menjadi dua sumber yaitu data primer dan sekunder yang digunakan peneliti yaitul kepustakaan (library research). Sedangkan analisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis isi (content analysis).

(12)

xii

JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Metode Penelitian ... 7

F. Penegasan Istilah ... 11

(13)

xiii B. Karakteristik novel Taufiqurrahman al-Azizy ... 16 C. Karya-karya Taufiqurrahman al-Azizy ... 18 D. Novel Syahadat Cinta ... 19 BAB III HASIL TEMUAN

A. Nilai-Nilai Spiritual ... 41 B. Karakteristik Tokoh Utama ... 70 BAB IV PEMBAHASAN

A. Pembahasan Nilai-Nilai Spiritual ... 73 B. Implementasi ... 128 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 131 B. Saran ... 134 DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv 2. Ringkasan Novel

3. Daftar SKK

(15)
(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan manusia akan pendidikan merupakan suatu yang sangat mutlak dalam hidup ini, dan manusia tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pendidikan. John Dewey (dalam Zakiyah Daradjat, 1982:1) menyatakan bahwa: pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia guna membentuk dan mempersiapkan pribadinya agar hidup dengan disiplin (Yasin, 2008:15).

Pendidikan bukan hanya berpusat pada pendidikan umum saja, tetapi juga pada pendidikan Islam. Islam sendiri juga sebagai pandangan hidup bagi manusia, maka tujuan-tujuan pendidikan sesuai dengan Islam. A.Fatah Yasin (2008:20) mengatakan “pendidikan Islam adalah proses

pengembangan potensi manusia dalam segala aspeknya. Proses pengembangan potensi manusia tersebut berarti suatu aktivitas atau kegiatan yang bisa saja sudah didesain, dikonsep, atau dirancang dengan sengaja sebelumnya, untuk dilaksanakan di suatu tempat (lembaga), atau berupa kegiatan tanpa dirancang, namun berdampak pada pengembangan pribadi manusia dalam segala aspeknya sesuai dengan ajaran Islam”.

Begitu pentingnya pendidikan Islam bagi kehidupan manusia, karena dengan pendidikan Islam dapat membentuk pola pikir dan kepribadian yang memiliki spriritualitas. Sehingga tidak hanya memiliki

(17)

kecerdasan intelektual saja, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional dan spiritual.

Proses pengembangan potensi dalam pendidikan Islam salah satunya adalah spiritual. Spirit berasal dari bahasa latin spiritus, yang berarti napas. Dalam dunia modern kata ini merujuk ke energi hidup dan ke suatu dalam diri kita yang “bukan fisik”, termasuk emosi dan karakter

ini juga mencakup kualitas-kualitas vital seperti energi, semangat, keberanian, dan tekad. Kecerdasan spiritual berkembang secara alami dari kecerdasan personal (pengetahuan, penghayatan, dan pemahaman tentang diri sendiri), melalui kecerdasan sosial, sampai ke penghayatan dan pemahaman berbagai bentuk kehidupan lain dan jagat raya sendiri (Buzan, 2003:xix).

Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini pendidikan tidak hanya bisa didapat di sekolah atau lembaga pendidikan formal saja ,tetapi pendidikan bisa didapat dari mana saja. Banyak media yang digunakan dalam proses pendidikan. Salah satunya melalui sebuah karya sastra yang bermutu dan berkualitas.

Saat ini, cerita-cerita keteladanan tokoh dikemas menjadi lebih menarik lagi yang menjadi sarana hiburan sekaligus pendidikan. Bukan hanya di era modern, menurut Redyanto Noor, “dalam masyarakat

(18)

fungsi keduanya. Kebanyakan karya sastra hanya menyuguhkan hiburan saja.

Sebuah karya fiksi ditulis pengarangnya untuk menerapkan pesan moral dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan pandangan pengarangnya tentang konsep moral. Pesan-pesan yang disampaikan dalam sebuah karya fiksi diharapkan dapat dihayati dan kemudian dapat diterapkan dalam kehidupannya.

Banyak pesan-pesan yang disampaikan dalam sebuah novel, seperti pesan tentang nilai-nilai Aqidah, nilai-nilai syari‟ah, nilai-nilai pendidikan akhlak, nilai-nilai pendidikan moral, nilai-nilai pendidikan karakter, dan sebagainya. Selain disampaikannya nilai-nilai dalam sebuah karya sastra, juga ada analisis suatu masalah didalamnya. Sehingga nilai-nilai spiritualitas berpangkal pada nilai-nilai agama, maupun nilai-nilai adat atau kebiasaan agar dapat meningkatkan spiritualitas seseorang.

(19)

Kisah-kisah yang didasarkan pada ajaran Al-Qur‟an dan Hadits seringkali digunakan sebagai media atau bahan yang disampaikan kepada pembacanya untuk menyampaikan ajaran agama Islam.Dari kisah-kisah yang diambil maupun didasarkan kepada kedua sumber hukum Islam tersebut agar dapat diambil yang haknya, dan hal-hal yang batil ditinggalkan. Dengan begitu seseorang dapat mengambil pelajarannya dari hal tersebut dan memiliki akhlak yang mahmudah. Selain itu, pengarang juga mengajak pembacanya untuk memiliki kepribadian yang islami atau kepribadian muslim. Karena yang dimaksud kepribadian seorang muslim adalah kepribadian yang mempunyai ciri khusus ajaran Islam yang merupakan cermin, sifat, dan tingkah laku, serta mengabdi kepada Allah SWT sebagai landasannya. Selain itu, novel religius yang berdasarkan ajaran-ajaran Al-Qur‟an dan al-Hadits juga agar dapat menggugah spiritualitas pembacanya.

Tren perkembangan ilmu pengetahuan di bidang SDM terkini, dunia telah mengarah pada aspek etika bahkan aspek spiritualitas dalam membangun SDM-nya. Prof Dr Gay Hendrick dan Kate Ludeman dalam bukunya mengatakan: “ saat ini tren perusahaan-perusahaan raksasa dunia

(20)

spiritual dalam memaknai kehidupan ini, walaupun belum keseluruhan dari masyarakat yang ada memahaminya.

Tren kebangkitan spiritualitas di seluruh dunia ini sesungguhnya adalah tanda-tanda keruntuhan paham materialisme, dan inilah awal kebangkitan spiritualitas. Dengan kata lain, spiritualitas akan segera ditempatkan diatas materialisme sebagai nilai, makna dan tujuan hidup tertinggi (Agustian, 2007: 10).

Dewasa ini, banyak novel religius yang berdasarkan kisah-kisah yang ada di dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadits yang nantinya agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu karya sastra religius adalah novel karya Taufiqurrahman al-Azizy yaitu seorang pengarang novel yang ingin menggugah spiritual pembacanya. Novel ini juga diperkuat dengan dalil-dalil Al-Qur‟an dan Hadits. Sehingga cerita yang ada didalamnya bukan hanya sekedar imajinasi tetapi juga ada nilai pembelajaran didalamnya. Dengan kata lain, novel ini tidak hanya bernilai estetis, tetapi juga bernilai edukatif. Dari berbagai nilai yang dapat dipelajari dari novel tersebut, salah satunya yaitu nilai spiritualitas.

(21)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, penulis memfokuskan masalah sebagai berikut:

1. Nilai-nilai spiritual apa saja dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy?

2. Bagaimanakah karakteristik tokoh utama dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy?

3. Bagaimanakah implementasi nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy pada kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan pernyataan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada rumusan masalah, kalimatnya berbentuk kalimat pernyataan (STAIN Salatiga, 2008:16)

Penelitian berjudul “Nilai-nilai Spiritual dalam Novel Syahadat

Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy” bertujuan untuk:

1. Mengetahui nilai-nilai spiritual apa saja dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy.

(22)

3. Mengetahui implementasi nilai spiritual yang terkandung dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy pada kehidupan sehari-hari.

D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkn dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Secara teoritis

a. Menambah wawasan bagi pembaca tentang keberadaan karya-karya satra, khususnya novel yang memuat nilai-nilai positif. b. Menambah dan memperkaya keilmuan media sebagai sarana

pendidikan.

c. Bagi peminat sastra pada umumnya diharapkan akan lebih mudah dalam memahami nilai-nilai atau pesan-pesan yang terkandung dalam sebuah karya sastra.

2. Secara praktis

a. Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam mengetahui nilai-nilai spiritualitas yang terkandung dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy.

b. Memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.

E. Metode Penelitian

(23)

yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu objek atau subjek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya (Ruslan, 2014:24).

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis (descriptive of analyze research). Deskriptif analisis ini mengenai blibliografi yaitu pencarian fakta, hasil dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis, membuat interprestasi serta melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang di lakukan (Moleong, 2005:29). Prosedur dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan data dekriptif yang berupa data tertulis setelah dilakukan analisis pemikiran (content analyze) dari suatu teks (Robert B & Steven J, dalam Moleong, 1995:31).

(24)

2. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2006: 231).

Penelusuran dokumentasi ini penting untuk mengumpulkan data guna menjadi referensi dalam penyusunan skripsi ini. Melalui dokumentasi ini juga dapat ditemukan teori-teori yang bisa dijadikan bahan pertimbangan berkenaan dengan judul penelitian ini.

3. Sumber data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006:129).

a. Data primer

Sebagai sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy.

b. Data sekunder

(25)

4. Teknik analisis data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi (content analys). Penelitian dengan metode analisis isi digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi, yang disampaikan dalam bentuk lambang yang terdokumentasi atau dapat didokumentasikan. Metode ini dapat dipakai untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, seperti pada surat kabar, buku, puisi, film, cerita rakyat, peraturan perundang-undangan, dan sebagainya (Hadi, 2005:175).

Dengan menggunakan analisis isi, peneliti dimungkinkan mengobservasi pesan-pesan publik komunikator pada waktu dan tempat sendiri yang dipilih oleh peneliti. Prosedur penggunaannya pun tidak terlalu rumit. Setidaknya ada tiga macam alasan mengenai perlunya suatu metode penelitian analisis isi terhadap pernyataan seseorang, buku, media massa, atau yang lain (Hadi, 2005:175). Dengan menggunakan metode analisis isi, akan diperoleh suatu hasil atau pemahaman terhadap berbagai isi pesan.

(26)

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data, dengan demikian maka dapat ditarik kesimpulan. F. Penegasan Istilah

Untuk mempermudah pembaca memperoleh pemahaman dan gambaran yang pasti terhadap istilah tersebut, maka penulis akan menjabarkan terlebih dahulu yaitu:

1. Nilai

Nilai (value) adalah panduan-panduan untuk bertindak atau bersikap yang berasal dari dalam diri kita sendiri (Buzan, 2003:22). Sedangkan nilai menurut (Rokeach, dikutip dalam Darmiyati Zuchdi, 2011:195) merupakan suatu keyakinan yang dalam tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan dianggap jelek.Nilai menurut (Tyler, dikutip dalam dikutip dalam Darmiyati Zuchdi, 2011: 195) nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu yang mengendalikan pendidikan dalam mengarahkan minat, sikap dan kepuasan.

Dari pendapat para ahli atas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai adalah suatu objek, ide, tindakan atau perbuatan yang dianggap baik atau dianggap jelek yang selaras dengan kepercayaan.

2. Spiritual

(27)

“bukan fisik” termasuk emosi dan karakter. Ini mencakup kualitas

-kualitas vital seperti energi, semangat, keberanian, dan tekad (Buzan, 2003: xix). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Spiritual merupakan rohani, batin, kejiwaan, mental, moril lw jasmani, fisik, materiil (Poerwadarminta:675).

Spiritual adalah kesadaran dini dimana individu mengikutinya kemanapun kesadaran diri itu membawanya. Kesadaran dini ini mendorong individu untuk secara terus menerus mengaktualisasikan dirinya secara optimal dan utuh (Safaria, 2007:16).

Jadi nilai spiritual adalah suatu nilai yang berhubungan dengan sesuatu yang sakral dan agung. Nilai spiritual merupakan nilai tertinggi dan bersifat mutlak karena bersumber kepada Tuhan Yang Maha Esa. 3. Novel

Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya dalam bentuk cerita (Maslikhah, 2013:126).Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian ceritakehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

(28)

membangun karya fiksi itu sendiri sehingga menjadi suatu wacana. Pada sisi lain, dalam rangka memaparkan isi, pengarang akan memaparkannya melalui penjelasan atau komentar dialog maupun monolog, dan melalui perbuatan action.

Novel adalah cerkan yang panjang , yang mengetengahkan tokoh-tokoh dan menampakkan serangkaian peristiwa dan latar (setting) secara terstruktur(Noor, 2009:27).

Dalam penelitian kali ini, peneliti akan meneliti isi dari Novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy sebagai bahan penelitian yang mengandung nilai-nilai spiritualitas dengan meneliti isi dan memperhatikan unsur-unsur intrinsik pembangun novelnya.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi yang disusun terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi, halaman daftar lampiran.

Bagian inti atau isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima bab yang rinciannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

(29)

istilah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II BIOGRAFI NOVEL

Dalam bab ini akan diuraikan tentang paparan novel itu sendiri dan biografi dari pengarang Novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy.

BAB III HASIL TEMUAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang nilai-nilai spiritual yang ada dalam Novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy.

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pembahasan dalam Novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy dan implementasi nilai-nilai spiritual dalam Novel Syahadat Cinta di kehidupan sehari-hari.

BAB V PENUTUP

(30)

BAB II

PEMAPARAN NOVEL

A. Biografi Penulis

Nama Taufiqurrahman al-Azizy merupakan nama seorang penulis di Indonesia. Nama aslinya Taufiqurrahman al-Azizy adalah Muhammad Muhyidin. Meskipun Taufiqurrahman al-azizy adalah salah satu penulis yang menghasilkan karya-karya yang sebagian termasuk bestseller, akan tetapi sulit untuk mencari biodata atau biografi Taufiqurrahman al-Azizy. Karena Taufiqurrahman al-Azizy tidak pernah memasukkan foto atau biografinya di setiap akhir karyanya. Berbeda dengan penulis lain yang selalu mencantumkan foto dan biografinya di setiap akhir karyanya.

Berikut ini informasi yang penulis dapatkan mengenai biografi Taufiqurrahman al-Azizy dari berbagai sumber di internet (http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/78/jtptiain-gdl

alimulhuda-3865-1-3102327 -p.pdf). Taufiqurrahman al-Azizy lahir pada tanggal 9 Desember 1975 di Boyolali dengan nama asli Muhammad Muhyidin. Anak kedua dari dua bersaudara dari Sunaim Ibnu Abu Darda‟ dan Robiyatun ini besar di Wonosobo dan menghabiskan waktuya untuk menulis.

Pengalaman pendidikannya diawali di SD Impres Seworan, Boyolali. Kemudian beliau berpindah ke Wonosobo dan melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Wonosobo. Selesai menamatkan studinya di Wonosobo, beliau hijrah ke Jakarta dan sempat kuliah di Institut Ilmu

(31)

Qur‟an (IIQ) dan mondok di Pesantren Ilmu al-Qur‟an Hidayatul Qur‟an

yang diasuh oleh K.H Drs. Ahsin Wijaya al-Hafizh, M.A selama tiga tahun. Karena tanggung jawab keluarga, beliau kembali lagi ke Wonosobo dan melanjutkan studinya di Universitas Sains Qur‟an (UNSIQ). Beliau

juga aktif di beberapa organisasi kampus baik intra maupun ekstra, diantaranya pernah menjadi ketua senat mahasiswa Fakultas dakwah di UNSIQ, ketua lembaga dakwah mahasiswa mahasiswa UNSIQ, dan ketua HMJ Cabang Wonosobo selama dua periode tahun 1999 dan 2000. Selain itu, beliau juga terlibat di berbagai Penelitian Sosial Ekonomi, interfaith Commite (IFC), dan fasilitator pada Bagian Pemberdayaan Perempuan Setda Wonosobo. Disamping itu, karena produktifitasnya dalam menulis, beliau juga diangkat sebagai Ketua Ikatan Penulis Wonosobo.

B. Karakteristik Novel Taufiqurrahman al-Azizy

Ciri khas penulis Taufiqurrahman al-Azizy ini adalah sebagian besar mencoba mengajak pembacanya untuk kembali kepada Allah secara kaffah, dengan berusaha mengkaji lebih dalam ajaran-ajaran Islam, sehingga tidak terkesan kaku dan dapat diterima seluruh umat Islam. Taufiqurrahman mempunyai ciri khas tersebut karena backgroundnya dalam ilmu dakwah, sehingga idealismenya terefleksi dalam setiap buku yang dihasilkan.

(32)

hiburan bagi kegairahan intelektual. Lebih dari itu, tujuannya adalah untuk menunjukkan dan mengajak para sahabat untuk menikmati keindahan beragama dalam rangka mendekati dan berada dekat dengan Allah SWT.

“selalu berupaya untuk memperbaiki kualitas hidup; yang kaya menggunakan sayap syukur untuk mencapai ridha Allah, sedang yang miskin terbang bersama sayap sabar mencapai cita-Nya. Untuk menjadi lebih baik, tak ada jalan kecuali merevolusi diri memegang teguh kebaikan. Untuk menjadi benar, tak ada jalan lain kecuali berupaya meningkatkan derajat pemahaman akan nilai-nilai kebenaran. Dan cinta adalah tujuan dari setiap hamba. Kenikmatan dan kelezatan hidup di dunia ini hanya akan terjadi tatkala cinta telah disandarkan secara total kepada Allah”. Kalimat yang sangat menginspirasi dan dapat menggugah spiritualitas seseorang.

Menurutnya, Allah memberikan akal dan pikiran untuk digunakan dengan sebaik-baiknya, mengkaji ayat-ayat al-Qur‟an agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Pemikirannya ini teraktualisasi dalam setiap karyanya yang kebanyakan membahas masalah psikologi agama.

Begitulah karakteristik novel karya Taufiqurrahman al-Azizy. Sederhana dan menginspirasi sehingga mudah dipahami oleh pembaca serta pesan yang ingin disampaikan dalam novel dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca. Sehingga dapat memberikan manfaat yang besar setelah membaca karya-karyanya.

(33)

penuh keteladanan, dan menginspirasi yang dikemas dalam novel spiritual pembangun iman.

C. Karya-Karya Taufiqurrahman al-Azizy

Sebagai seorang penulis, beliau tergolong sebagai penulis yang produktif. Selama kurun waktu lima tahun, sudah seratus buku lebih yang ia hasilkan. Dan beberapa diantaranya termasuk kategori bestseller.

Berikut ini penulis menuliskan karya-karya Taufiqurrahman al-Azizy yang telah diterbitkan dan sudah tersebar. Karya-karyanya diantaranya adalah:

1. Mengajar Anak Berakhlak al-Qur‟an (2004)

2. Buku Pintar Mendidik Anak Sholeh dan Sholehah Sejak dalam Kandungan sampai Remaja (2006)

3. Nggak Kaya Duit Asal Kaya Hati (2006) 4. Misteri Energi Istighfar (2006)

5. Kasidah-kasidah Cinta (2007) 6. Keajaiban Shodaqoh (2007) 7. Misteri Energi Wudhu (2007)

8. Sejuta Keajaiban Sholawat Nabi (2007) 9. Membelah lautan jilbab (2007)

10. Syahadat Cinta (2007) 11. Musyafir Cinta (2007) 12. Ma‟rifat Cinta (2007)

(34)

14. Misteri shalat Tahajud (2007) 15. The Truth Power of Heart (2007) 16. Menagih Janji Tahajud (2007)

17. Bibir Tersenyum Hati Menangis (2007) 18. Orang Kota Mencari Allah (2008) 19. Dan lain-lain

D. Novel

1. Profil Novel

Judul : Syahadat Cinta

Penulis : Taufiqurrahman al-Azizy Penyunting : Agus CH.

Tata sampul & isi : Hendra

Pracetak : Ita, Yanto, Dwi, Ismanto Penerbit : DIVA Press

Sampangan Gg. Perkutut No.325-B Jl. Wonosari, Baturetno

Banguntapan Yogyakarta Tebal buku : 520 halaman

Novel Syahadat Cinta ini merupakan buku pertama dari trilogi Ma‟rifat Cinta. Dua novel yang lain adalah Musyafir Cinta dan Ma‟rifat Cinta. Novel trilogi ini berisi tentang semangat pencarian

(35)

Trilogi ini digarap seusai menafakuri salah satu ayat al-Qur‟an yang mengisahkan tentang pencarian Tuhan oleh Nabi Ibrahim as. Inspirasi besar itulah yang mendorong Taufiqurrahman al-Azizy mengarang buku bacaan islami. Novel spiritual ini menjadi kesaksian (syahadat) pengembaraan religius seorang anak metro dalam tempias wajah Ilahiyah yang sarat gesekan spiritual. Perjalanan spiritual tokoh utama dalam mencari cinta dan agama menimbulkan pergolakan pemikiran Islam dalam latar Pondok Pesantren.

2. Sinopsis Novel

Cerita dalam novel ini dimulai dari seorang anak metro yang baru tinggal di Pesantren Tegal Jadin, Solo. Namanya adalah Iqbal. Iqbal hampir selama dua bulan di pesantren tersebut yang kesehariannya adalah mengambil air dari telaga untuk dibawa ke pesantren.

Dua bulan yang lalu, Iqbal adalah anak dari seorang pengusaha minyak yang kaya raya, anak tunggal Daeng Abdillah. Segala yang diinginkan pasti dituruti dan bisa melakukan semuanya. Iqbal selalu menggunakan waktunya untuk bersenang-senang, sering mendatangi night club, minum minuman keras, dan keras kepala. Iqbal bisa demikian keras kepala kepada orang lain, tetapi tidak dengan ibunya yang begitu sabar terhadapnya.

(36)

mabuk. Ibu menghampirinya untuk memapah Iqbal, tetapi Iqbal mendorong ibunya keras-keras hingga jatuh. Pagi hari ketika bangun, Iqbal diberitahu kalau ibunya dirawat di rumah sakit yang koma selama beberapa hari dikarenakan ada pendarahan di otaknya, saat itulah pertama kali Iqbal teringat pada Allah, lalu memohon ampunan-Nya dan memohon belas kasih-Nya. Iqbal terus berdo‟a, tetapi tidak shalat karena tidak tahu bagaimana caranya shalat, wudlupun juga sama.

Beberapa hari kemudian ibunya sadar. Iqbal minta maaf dan bilang kepada ibunya jika ingin berubah, yaitu belajar agama. Mendengar permintaan anaknya, ibunya menangis bahagia. Dan ibunya teringat ada pondok pesantren yang bagus di Solo, di tempat kiai Shidiq. Iqbal bertekad bulat untuk ke pesantren, bulan Juli ia berangkat. Tiba-tiba ia diserang keraguan yang amat sangat, ia merasa sangat takut. Kembali ia teringat ibu, dan ingatan inilah yang telah memberikan kekuatan untuk mengusir keraguan.

Sesampainya di pondok pesantren, Iqbal disapa oleh kang Rakhmat. Setelah sekian menit bercakap-cakap, kang Rakhmat mengajak Iqbal ke rumah kiai. Di rumah itu, dia ditemui oleh seorang kiai yang nantinya menyuruh Iqbal mengambil air dari telaga.

(37)

tempatnya para santri untuk menimba dan melaksanakan ilmu agama, bukan mencari air sepertinya. Ia pergi ke rumah kiai sepuh. Iqbal mengutarakan maksudnya kepada kiai Subadar, dan diceritakan semua riwayat hidupnya. Saat bercakap-cakap dengan kiai Subadar, kiai sepuh mendekati Iqbal dan kiai Subadar. Saat itu juga Iqbal disuruh mengambil air selama dua bulan lagi.

Wujudnya memang Iqbal mengambil air dan melaksanakan perintah kiai sepuh, tetapi ia merasa jengkel atas perintah kiai sepuh kepadanya. Iqbal terus mengumpat. Lalu ada suara seorang gadis yang tiba-tiba muncul dari belakangnya dengan omongan kasar. Iqbal kemudian mencaci maki, menjelek-jelekkan gadis tersebut sampai menangis kemudian lari meninggalkannya. Semua kejengkelannya ditumpahkan kepada gadis itu.

Ketika hampir sampai di pesantren, ada Ihsan yang mendatangi Iqbal dan memberitahu jika kiai Subadar sudah mencarinya karena telah mencaci maki putrinya, Neng Aisyah. Ihsan memberikan nasihat kepadanya agar meminta maaf kepada kiai Subadar juga neng Aisyah. Karena rasa takutnya, Iqbal memilih untuk menenangkan diri pergi dari pesantren. Dia memilih untuk pergi ke Salatiga, saat di Bus Iqbal mendapat kenalan Khaura dan Priscillia.

(38)

memberikan shadaqah kepada ibu tersebut. Iqbal tertarik untuk ikut ibu tersebut pulang kerumahnya, dan ibu itu (bu Jamilah) meng-iyakan.

Rutinitas keluarga bu Jamilah seusai shalat subuh adalah mengaji, dan Iqbal meminta Iryad untuk diajari membaca al-Qur‟an, dan akhirnya sampai bisa membaca ayat suci al-Qur‟an. Tak terasa sepuluh hari Iqbal meninggalkan pesantren, selama sepuluh hari pula ia sudah hafal bacaan shalat, bisa membaca al-Qur‟an, dan telah membaca banyak buku.

Suatu ketika, Iqbal kedatangan tamu tiga orang pemuda jamaah Majlis Taklim Masjid Kauman yang meminta Iqbal untuk meminta pergi dari rumah Ibu Jamilah karena bukan mahramnya. Lalu Iqbal didatangi tiga orang polisi untuk dibawa ke kantor polisi karena dikira seorang teroris yang berteman dengan ketiga orang tadi. Selama dipenjara Iqbal mengajak teman-temannya untuk beribadah. Akhirnya bu Jamilah dan anak-anaknya beserta Priscillia bisa mengeluarkannya dari penjara, saat itu juga Priscillia masuk agama Islam.

(39)

ajaran Islam. Saat itu Iqbal dikeroyok teman pondoknya lalu dihadapkan pada kiai Subadar dan kiai sepuh. Akhirnya Iqbal dikeluarkan dan didawuhi kiai sepuh untuk kembali tiga tahun lagi menjemput mereka berdua (Zaenab dan Priscillia).

Melanjutkan novel Syahadat Cinta, Iqbal pun pergi meninggalkan pesantren Tegal Jadin. Namun ia tidak tahu harus pergi kemana. Dalam bis Iqbal bertemu dengan Firman, dan keluarganya memintya Iqbal memintanya untuk tinggal di rumah Firman karena menganggapnya sebagai mukjizat Allah yang dapat mengajak Firman kembali mendirikan shalat. Selama Iqbal tinggal disana ia memutuskan untuk menghafalkan al-Qur‟an. Ia pun kini telah hafal al-Qur‟an.

Ia memutuskan untuk kembali ke pesantren seperti janjinya kepada Kyai sepuh untuk mempersunting seorang atau tiga gadis. Ia pun diantar keluarga dan para sahabatnya.iqbal pun merasa senang sekali dan grogi bahwa setelah tiga tahun ia akan bertemu kekasihnya. Selamat tinggal Banjarnegara.

Berlanjut dalam novel Ma‟rifat cinta, ketibaan Iqbal di Pondok Tegal Jadin mendapat kejutan bahwa kang Rakhmat sakit karena penyesalan terhadap perbuataanya kepada Iqbal. Namun setelah mendengar perkataan maaf sendiri dari Iqbal, Rakhmat menghembuskan nafas terakhir dalam pelukan Iqbal.

(40)

Iqbal menyerahkan urusan tersebut kepada Kyai sepuh untuk memilih calon istri dari ketiga gadis tersebut. Akhirnya setelah mendapat restu, Iqbal dinikahkan dengan Fatimah Priscillia Zahra dengan mahar surah ar-Rahman bersaksikan semua pelajar Pondok Tegal Jadin.

E. Unsur Intrinsik Novel

Setiap karya sastra mengandung unsur-unsur intrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Adapun unsur-unsur intrinsik dalam novel Syahadat Cinta adalah sebagai berikut:

1. Tema

Tema novel ini adalah pengembaraan religius seorang anak metro, dan berisi tentang semangat pencarian kebenaran Islam yang kaffah (menyeluruh/ totalitas), dengan demikian agar menjadi seorang mu‟min yang kaffah berarti menjadi mukmin yang total.

2. Penokohan

Berikut ini adalah tokoh-tokoh dalam Novel Syahadat Cinta: a. Iqbal

(41)

mendatangi night club, tidak menyelesaikan kuliahnya, dan senang bertengkar. Tetapi karena sesuatu hal, Iqbal berniat untuk berubah, dan ingin belajar agama. Iqbal memiliki prinsip yang kuat untuk berubah dalam pengembaraan religiusnya. Seperti percakapannya dengan ibu ketika ingin berubah berikut ini:

“aku ingin belajar agama, ibu. Aku malu kepada diriku sendiri. Juga kepada ibu, kepada pak Kardi, kepada bik Inah. Dan...aku malu kepada Allah, ibu. Aku ini seorang muslim, tetapi aku tidak bisa shalat. Wudlu pun aku tak tahu. Betapa kotornya aku ini, ibu. Aku ingin berubah....” (al-Azizy, 2007:23).

b. Ibu

Ibu adalah sosok yang penyayang, perhatian, ramah, bahasanya lembut, sikapnya sopan, dan selalu sabar. Seperti kata Iqbal:

“kata orang kesabaran itu ada batasnya. Tetapi aku tidak melihat batasan itu pada diri ibu. Melihat ulahku yang seperti itu, yang setiap harinya menghambur-hamburkan uang, yang setiap malam menghabiskan waktu untuk bersenang-senang, yang setiap siang hanya tidur dan tidur lagi, ibu tetap sabar”. (al-Azizy, 2007:14).

c. Daeng Abdillah

(42)

dikarenakan tidak pernah ada waktu untuk Iqbal dan ayahnya untuk saling mengakrabkan diri, seperti kata Iqbal:

“ayah pernah sangat marah kepadaku gara-gara aku ingin menembak laki-laki bangsat itu, setelah seorang sahabatku melaporkan kepadanya. Melihat ayah yang demikian marah, aku tantang ayah untuk berduel sekalian. Aku berani demikian kepada ayah sebab aku tidak demikian akrab dengannya. Waktu membuat kami tidak pernah merasakan keakraban sama sekali”. (al-Azizy, 2007:15).

d. Pak kardi

Pak kardi adalah tokoh tukang kebun dirumah Iqbal yang patuh terhadap majikannya. Seperti kutipan berikut ini:

“Demikian ketakutan pak Kardi kepadaku. Wajahnya demikian pucat. Beribu-ribu maaf dia lontarkan.” (al-Azizy, 2007:17).

e. Bik Inah

Bik Inah adalah pembantu di rumah Iqbal. Sama seperti pak Kardi, Bik Inah juga pembantu yang taat dan patuh kepada majikannya.

f. Kang Rakhmat

(43)

Seperti percakapannya dengan Rusli, Dawam, Amin, dan Iqbal:

“kebaikan dan kebenaran seorang murid adalah ketika dia melaksanakan perintah-perintah sang kiai. Bukan kebaikan dan kebenaran apabila si murid tidak menuruti perintah kiai.” (al-Azizy, 2007: 75).

g. Kang Rusli

Kang Rusli juga merupakan teman satu kamarnya Iqbal. Kang Rusli merupakan tokoh yang taat kepada dawuh kiai, sabar, tulus, dan ikhlas dalam mengajari Iqbal tata cara shalat. Seperti kata Iqbal:

“ketulusan hait kang Rakhmat, keceriaan wajah Dawam, Amin, dan kang Rusli dalam mengajariku. Betapa tulus. Betapa ikhlas.” (al-Azizy, 2007:59).

h. Dawam

Dawam adalah teman satu kamarnya Iqbal yang taat kepada dawuh kiai, sabar, tulus, dan ikhlas dalam mengajari Iqbal dalam tata cara shalat. Seperti kata Iqbal:

“ketulusan hati kang Rakhmat, keceriaan wajah Dawam, Amin, dan kang Rusli dalam mengajariku. Betapa tulus. Betapa ikhlas.” (al-Azizy, 2007:59).

i. Amin

(44)

“ketulusan hati kang Rakhmat, keceriaan wajah Dawam, Amin, dan kang Rusli dalam mengajariku. Betapa tulus. Betapa ikhlas.” (al-Azizy, 2007:59).

j. Ihsan

Ihsan adalah teman Iqbal di Pondok Tegal Jadin. Ihsan adalah tokoh yang baik hati, memberikan nasihat kepada Iqbal di saat Iqbal mendapatkan masalah ketika mencaci maki neng Aisyah, tulus dan ikhlas dalam membantu teman. Maka Iqbal mengatakan:

“Ihsan, siapakah kau ini? Tanyaku dalam hati. Kamu orang yang baik. Masyaallah kenapa selama ini aku tidak menyadari kebaikan hatimu. Engkau memberikan nasihat kepadaku tanpa merendahkanku. Kata-katamu menyentuh kalbuku. Aku ingin memiliki kata-kata yang seperti itu, Ihsan, yang keluar dari sanubari yang terdalam, maujud berupa ketulusan dan keikhlasan. Kamu mendatangiku di saat para sahabat lain tidak melakukannya. Kamu merupakan sosok yang sangat dihormati oleh santri-santrinya dan semua santri ingin mendapatkan barakah sang kiai. Kiai sepuh selalu berwibawa dan bijaksana. Seperti kutipan dialog kiai ketika menyuruh Iqbal berhujjah atas yang ia lakukan:

“katakanlah,” perintah kiai. “aku tidak mungkin akan memutus salah salah dan benar pada dirimu tanpa memberikan kesempatan kepadamu untuk menyatakan hujjah-hujjahmu.” (al-Azizy, 2007:503).

(45)

Kiai Subadar adalah putra tunggal dari kiai Sepuh. Kiai subadar adalah tokoh yang sangat menyayangi anaknya, memiliki kharisma yang luar biasa karena kedisiplinan, ketaatan, dan kehati-hatian dalam menjalankan syari‟at. Seperti kata Iqbal:

“yang menjadikan kiai Subadar memiliki kharisma yang luar biasa adalah kedisiplinn beliau, ketaatan beliau, dan kehati-hatian beliau dalam menjalankan syari‟at. Hampir setiap kali kiai Subadar berkata, tidak lupa dia akan mengutip ayat al-Qur‟an atau hadis nabi sebagai penjelasnya.” (al-Azizy, 2007: 44).

m. Neng Aisyah

Neng Aisyah adalah putri tunggal kiai Subadar yang mondok di Jawa Timur. Neng Aisyah adalah orang yang di caci maki oleh Iqbal di belakang pesantren saat mengambil air karena neng Aisyah juga di wilayah pondok putra. Bertepatan dengan kekesalan Iqbal terhadap kiai sepuh untuk mengambil air lagi, maka kemarahannya dilampiaskan kedapa Neng Aisyah. Tetapi awalnya Iqbal tidak tahu kalau neng Aisyah adalah putri dari kiai Subadar. Neng Aisyah adalah sosok yang manja, sangat disayangi oleh kiai dan nyai, keras, ingin menang sendiri, dan cerdas. Seperti dalam dialog Ihsan dan Iqbal berikut ini:

(46)

mau ngaji kepada abahnya sendiri. Sekian lama di Jawa Timur ternyata tidak membuat sifatnya berubah. Walau sesungguhnya gadis yang cerdas.” (al-Azizy, 2007: 93).

n. Khaura

Khaura adalah tokoh seorang siswi kelas 2 di SMA N 1 Boyolali yang bertemu dengan Iqbal di bus saat akan menenangkan diri dari masalahnya di Pesantren. Sosok Khaura sangat ingin berkenalan dengan Iqbal saat berada di Bus. Khaura adalah gadis yang akan dijodohkan oleh orang tuanya untu menikah dengan orang yang tidak dicintainya, bahkan tidak dikenalnya. Tetapi dia bingung harus melawan perintah orang tuanya atau tidak.

o. Priscillia

Priscillia adalah sosok gadis muallaf, yang dulunya seorang kristiani yang taat dan teguh dalam menjalankan agamanya. Priscillia adalah teman dialog dan diskusi antar agama Iqbal, serta memiliki kebajikan-kebajikan kristen yang dianutnya, sedang kuliah di UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) berada di semester 4. Priscillia mempunyai hasrat keingintahuan yang tinggi, tidak membeda-bedakan orang baik dalam hal agama maupun kekayaan. Seperti kata Iqbal berikut ini:

(47)

menyembunyikan cinta, dan tidak mampu membuat tabir untuk menutupi rasa kemanusiaan. Rasa inilah yang diperlihatkan Priscillia kepada Fatimah dan bu Jamilah.” (al-Azizy, 2007: 256).

p. Bu Jamilah

Bu Jamilah adalah sosok ibu pengemis yang laksana kehilangan tongkat penopang hidup sejak suaminya meninggal. Ibu Jamilah orang tua tunggal yang pekerja keras, sabar, tabah, sangat menyayangi anak-anaknya, baik terhadap sesama, dan berjuang dengan sedemikian rupa untuk menyekolahkan anaknya. Seperti ceritanya kepada Iqbal:

“tapi setelah Irsyad naik ke kelas dua, kehidupan saya demikian sangat berat. Saya tidak lagi bisa berjualan, padahal hidup harus terus berjalan dan sekolah Irsyad harus terus berlanjut. Akhirnya ibu bekerja apa saja: menjadi tukang cuci, tukang masak, dan apa saja. Bahkan seperti yang nak Iqbal lihat, ibu terpaksa menjadi pengemis. Ibu tidak ingin melihat Irsyad gagal sekolah, tetapi tidak pula ingin melihat Fatimah kelaparan. Ibu tahu dan sering mendengar kata-kata ustadz,‟tanga diatas itu lebih baik daripada tangan di bawah‟. Tapi tanpa tangan di bawah ibu tidak sanggup membayangkan apa yang terjadi dengan sekolah Irsyad. Sering ibu dihadapkan pada pilihan sulit, antara keinginan untuk terus menyekolahkan Irsyad dan keinginan untuk terus bisa bertahan hidup.”(al-Azizy, 2007:152).

q. Irsyad

(48)

mendapat juara sejak di SMP, dan juga taat beribadah. Seperti kata Iqbal saat Priscillia berkenalan dengan Irsyad berikut ini:

“dari nada pembicaraannya, tampaknya Priscillia juga ingin memuji kecerdasan Irsyad dan ia merasa kagum karenanya. Hukum kecerdasan selalu mengatakan bahwa orang yang cerdas pasti akan senang dipuji kecerdasannya. Tidak hanya kecerdasan di sekolah yang coba dicari tahu oleh Priscillia, melainkan juga kecerdasan agama.” (al-Azizy, 2007:259).

r. Fatimah

Fatimah adalah anak kedua ibu Jamilah yang masih berusia dua tahun. Fatimah selalu diajak mengemis ibunya setiap hari. Fatimah selalu menemani Iqbal setiap siang dan mempercepat pemahaman Iqbal terhadap huruf-huruf al-Qur‟an. Seperti dalam kutipan monolog Iqbal berikut ini:

“dan Fatimah, kesucian hatinya telah membakar semangatku untuk mengejar ketertinggalan seorang pemuda dari kitab sucinya. Fatimah-lah yang selama ini menemani siang-siangku, dan mempercepat pemahamanku terhadap huruf-huruf al-Qur‟an, walau dia

sendiri telah tertinggal jauh dariku.” (al-Azizy,

2007:242). s. Anbar

Anbar adalah sosok teman dekat Priscillia. Anbar merupakan seorang muslimah yang taat, tetapi lebih banyak diam. Seperti kata Iqbal:

“yang justru membuatku bertanya-tanya adalah temanya itu, Anbar. Dia lebih banyak diam daripada menyambung perbincangan kita. Dia lebih banyak mendengar. Dia lebih banyak menyerahkan urusan kepada Allah SWT.” (al-Azizy, 2007:209).

(49)

Ahmad adalah seorang jamaah Majlis Taklim Masjid Kauman. Ahmad adalah sosok tiga pemuda yang meminta Iqbal pergi dari rumah bu Jamilah. Diantara kedua temannya dialah yang paling ramah. Seperti yang terdapat dalam monolog Iqbal berikut:

“pemuda yang menyebut dirinya Ahmad itu mendesah dan

menghembuskan nafas pelan-pelan. Wajahnya yang paling ramah diantara kedua temannya.” (al-Azizy, 2007:270).

u. Radli dan Ridlo

Radli dan Gufron adalah teman Ahmad yang juga jamaah Majlis Taklim Masjid Kauman. Radli dan Ghufron mempunyai tatapan yang kurang bersahabat dan tidak ramah dengan Iqbal saat mendatangi rumah bu Jamilah untuk meminta pergi Iqbal. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut ini:

“yang diperkenalkan dengan nama Radli dan Ridlo itu menatapku dengan tajam. Sebagai mantan penjahat, aku kenal jenis tatapan seperti itu-tatapan yang kurang bersahabat.” (al-Azizy, 2007:270).

v. Zaenab

Zaenab merupakan sosok santri putri yang cantik dan telah membuat Iqbal jatuh cinta kepadanya. Zaenab adalah seorang yang paling cerdas, paling baik, dan paling shalihah. Seperti dialog Ihsan berikut ini:

(50)

sebab Allah menciptakan semua makhluk perempuan sebagai makhluk yang cantik. Lebih dari itu, Zaenab adalah citra seorang santri putri yang ideal. Dia adalah santri putri yang paling cerdas, paling baik, paling shalihah.” (al-Azizy, 2007:425).

w. Pak Togar

Pak Togar adalah tokoh pengacara yang membebaskan Iqbal saat di dalam penjara. Pak Togar ikhlas dalam menjalankan tugasnya sebagai pengacara. Seperti dialognya berikut:

“biaya? Biayanya berikan saja pada Tuhan. Atau, kalau toh mas mau membayar saya, ada yang lebih berhak untuk dibayar ketimbang saya. Sungguh saya tidak mengharapkan imbalan apa-apa. Saya hanya menjalankan tugas.” (al-Azizy, 2007:334).

x. Ibrahim

Ibrahim adalah teman satu ruangan di Kamar 14 saat Iqbal di penjara. Ibrahim merupakan seorang yang menghibur Iqbal saat digelandang petugas, dan mau berubah untuk beribadah. Juga merupakan korban fitnah dan pembunuhan. Seperti dalam dialognya:

“gadis yang saya nikahi itu ternyata masih dicintai mantan pacarnya. Lalu terjadilah tregedi malam itu: dia diperkosa dan dibunuh, dan saya yang dituduh sebagai pemerkosa dan pembunuhnya.” (al-Azizy, 2007:288).

y. Burhan

(51)

Iqbal saat digelandang petugas, dan mau berubah untuk beribadah. Seperti dialognya berikut:

“tiba-tiba Burhan berdiri dia melangkah menuju ke terali besi. Lalu dia berteriak keras-keras, „Duhai para sahabat di kamarnya masing-masing! Aku Burhan penghuni kamar 14. Aku dan sahabat-sahabat di sini segera akan membaca surat al-Fatikhah, al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Naas. Masing-masing sebanyak 100 kali.” (al-Azizy, 2007:315).

z. Suroso dan Nugroho

Suroso juga teman satu ruangan Iqbal saat di penjara. Mereka juga merupakan korban fitnah. Ikut menghibur Iqbal juga dan mau berubah untuk beribadah kepada Allah.

3. Alur/Plot

Alur dalam cerita novel ini adalah alur maju (progresif) yaitu apabila peristiwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Dan juga alur mundur (progresive) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung. Jadi alur dalam novel ini adalah alur campuran.

Kutipan novel:

(52)

4. Sudut pandang

Dalam novel ini, penulis (Taufiqurrahman al-Azizy) menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal ini dikarenakan tokoh utama selalu menyebut dirinya dengan kata “aku”.

Kutipan novel:

“tiba-tiba aku merasa tak ada gunanya kemajuan yang telah aku dapatkan selama ini. Aku bisa wudlu dan bisa shalat dengan baik, memang kenyataan yang membahagiakanku. Aku bisa mengaji, tentu juga sangat membahagiakan. Aku bisa mengasah pemikiran dan pemahamanku terhadap agama melalui dialog-dialogku dengan Priscillia dan melalui buku-buku yang aku baca, ini juga mampu memberikan kebahagian tersendiri kepadaku. Tetapi apakah semua ini cukup untuk menebus dosa dan kesalahanku terhadap Aisyah, kiai Subadar, kiai Sepuh, dan semua sahabat-sahabat di pesantren?.” (al-Azizy, 2007:356).

5. Gaya bahasa

Gaya bahasa yang digunakan penulis dalam novel ini sederhana, inspiratif, dan sarat dengan makna. Sehingga dari setiap kata-katanya, pembaca dapat merasakan kekuatan pandangan hidup yang dapat memotivasi dan membangkitkan semangat.

Kutipan novel:

(53)

untuk santapan manusia. Allah menjadikan binatang yang hanya memiliki bahasa binatang dan tidak memiliki bahasa manusia.” (al-Azizy, 2007: 394).

6. Latar atau setting

Latar atau setting adalah segala sesuatu keteragan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra (Melani dkk, 2002:86). Adapun lattar atau setting dalam novel ini adalah:

a. Pegunungan Tegal Jadin-Pagi Kutipan novel:

“memang, pada saat-saat seperti ini, biasanya angin akan bertiup dari arah utara, dari balik pegunungan Tegal Jadin. Setiap pagi aku harus berlari-lari kesana, memikul dua jerigen,

mengambi air, dan membawanya ke bawah.” (al-Azizy, 2007:

8).

b. Rumah-Dini hari Kutipan novel:

“hingga malam. Hingga aku pulang hampir jam setengah dua. Aku terlalu banyak minum malam ini. Kepalaku pening. Setengah sadar, aku gedor-gedor pintu. Bik Inah membukakannya. Aku melangkah gontai menuju kamarku yang ada di lantai dua.” (al-Azizy, 2007: 18).

c. Rumah-Pagi Kutipan novel:

“pagi harinya, ketka aku bangun, suara berisik terdengar. Ada tangis membuncah. Tangis bik Inah. Menceritakan ibuku koma, dan setelah sadar bahwa akulah yang menyebabkan ibu menderita begitu, aku segera berangkat ke rumah sakit.” (al-Azizy, 2007:19).

(54)

Kutipan novel:

“kejengkelanku membawa langkahku memikul jerigen dan menuju telaga kecil itu. Karena kejengkelan itu aku tak peduli akan waktu semakin sore.” (al-Azizy, 2007:77).

e. Telaga-Di Atas Batu-Malam Kutipan novel:

“sudah jam berapa sekarang? Aku tidak tahu pasti. Yang jelas isya‟ sudah lama berlalu. Dan aku masih duduk di atas batu tempatku menjalankan shalat ashar, maghrib dan isya.” (al-Azizy, 2007:101)

f. Pondok pesantren-Kamar-Pagi Kutipan novel:

“di saat aku tengah mempersiapkan bawaanku itulah kang Rakhmat terbangun. Jam dinding menunjuk angka setengah empat. Kang rakhmat mungkin akan menjalankan shalat lail.” (al-Azizy, 2007:112).

g. Desa Bandung-Jalan Utama-Pagi Kutipan novel:

“keringatku sudah membasahi wajah dan tubuhku, ketika aku sampai di jalan utama desa Bandung. Jam tangan di tanganku menunjuk angka enam lebih dua puluh menit.” (al-Azizy, 2007: 119).

h. Terminal Karanggede-Pagi Kutipan novel:

“jam tujuh kurang seperempat aku sudah sampai di Terminal Karanggede.” (al-Azizy, 2007: 121).

i. Salatiga-Siang Kutipan novel:

(55)

Salatiga di siang hari cukup sibuk untuk ukuran kota kecil.” (al-Azizy, 2007:142).

j. Rumah Pengemis-Siang Kutipan novel:

“setengah jam kemudian, kami sampai. Yah inilah rumah seorang pengemis.” (al-Azizy, 2007: 148).

k. Kampus UKSW-Siang Kutipan novel:

“kampus agak sepi di siang ini, barangkali para mahasiswa tengah masuk.” (al-Azizy, 2007:249).

l. Restoran-Siang Kutipan novel:

“siang itu, saya mengajak Fatimah dan Priscillia makan di sebuah restoran yang anggun, menghidangkan seafood yang segar dan lezat.” (al-azizy, 2007:256).

m. Penjara-Kamar 14-Pagi Kutipan novel:

“si pembawa makanan yang berpakaian putih akan segera mengetok kamarku. Pintu besi berkiut dibuka. Tanpa sepatah kata pun, ia meletakkan makanan pagi diatas meja kecil disudut kamar ini .” (al-Azizy, 2007:295).

n. Penjara-Pagi Kutipan novel:

“pukul 08.00..udara kebebasan mulai menyapaku. Sekali lagi kutoleh kebelakang, dan kuucapkan selamat tinggal pada penjara beserta orang-orang yang ada di dalamnya.” (al-Azizy, 2007:329).

(56)

“aku melangkah memasuki halaman pesntren. Suasana masih sepi seperti dulu. Lengang. Sepi. Jam-jam begini para sahabat pastilah sedang sibuk dikamarnya masing-masing.” (al-Azizy, 2007:358).

p. Rumah Kiai Kutipan novel:

“beberapa saat kemudian, aku sudah duduk di depan kiai. Aisyah yang tadinya berkeinginan untuk langsung masuk ke dalam kamarnya, oleh kiai diminta untuk duduk disamping kananku.” (al-Azizy, 2007:442).

q. Pesantren-Teras Kamar-Malam Kutipan novel:

“aku sendiri lagi. Aku duduk di teras kamarku ditemani oleh sinar rembulan dan kerlap-kerlip bintang.” (al-Azizy, 2007:478).

7. Amanat

Amanat yang ingin disampaikan dalam Novel Syahadat Cinta ini adalah menjadi manusia itu untuk memahami baik dan buruk serta benar dan salah. Dan nafsu yang dimiliki manusia menjadi hijab diantaranya.

Kutipan novel:

(57)

42 A. Nilai-nilai Spiritual

Dalam diri manusia sudah ada potensi keagamaan, yaitu berupa dorongan untuk mengabdi kepada sesuatu yang diyakininya memiliki kekuasaan yang lebih tinggi (Supriyatno, 2009:75). Setiap hamba Allah harus tunduk dan taat kepada penciptanya. Sebagai hamba Allah manusia diwajibkan beribadah dan mengabdi kepada penciptanya, dalam arti selalu tunduk dan taat terhadap segala perintah-Nya guna mengesakan dan mengenal-Nya. Pengabdian yang dilaksanakan oleh manusia selaku hamba-Nya hendaknya pada sikap keikhlasan, tumbuh dari hati nurani dan atas dasar kesadaran diri dan kebutuhan manusia itu sendiri untuk selalu mengabdikan diri kepada Allah.

Manusia hidup tidak akan terlepas dari ikatan nilai. Karena nilai itu melekat pada manusia dan mampu memberikan arti bagi manusia. Selain itu, nilai yang dianut oleh seseorang dapat menentukan perilakunya.

Kecerdasan spiritual bersumber dari suara hati. Sedangkan suara-suara hati itu tenyata cocok dengan nama-nama serta sifat-sifat Ilahiah yang “terekam” dalam setiap jiwa manusia. Sifat-sifat tersebut adalah:

(58)

Adapun nilai-nilai spiritual dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy adalah sebagai berikut:

1. Nilai pendidikan Aqidah

Merupakan nilai yang bersumber dari Tuhan yang dititahkan melalui para rasul-Nya yang berbentuk iman, taqwa, adil yang diabadikan dalam wahyu Ilahi. Nilai-nilai selamanya tidak mengalami perubahan, nilai Ilahi yang fundamental mengandung kemutlakan bagi kehidupan manusia , serta tidak berkecenderungan untuk berubah mengikuti hawa nafsu manusia dan berubah-ubah sesuai dengan tuntutan perubahan sosial, dan tuntutan individual (Muhaimin, 2002:111). Nilai ini bersifat statis dan kebenarannya mutlak. Firman Allah:

َْٛحَْٔأ ِ٘زَّنأَ

ََّّنا ٌَِّإۗ َِّْٚذَٚ ٍََْٛث بًَِن بًقِّذَصُي ُّقَحْنا َُْٕ ِةبَتِكْنا ٍَِي َكَْٛنِإ بَُ

ٌشِٛصَث ٌشِٛجَخَن ِِِدبَجِعِث

“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al Kitab (Al Qur'an) itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” (QS. Fatir: 31).

2. Nilai pendidikan Syari‟ah

Syari‟ah adalah hukum-hukum yang diciptakan oleh Allah SWT

(59)

3. Nilai Pendidikan Akhlak

Akhlak adalah keadaan rohaniah yang tercermin dalam tingkah laku, atau dengan kata lain yaitu sikap yang merupakan wujud dari sikap batin. Baik sikap tersebut diarahkan terhadap Allah SWT, manusia, maupun terhadap lingkungan.

4. Peduli

Kepedulian berasal dari kata “peduli” yang artinya memperhatikan,

menghiraukan (Purwadarminto, 2006:85). Jadi kepedulian adalah sikap akan memperhatikan sesuatu.

5. Tenggang Rasa, adalah saling menghargai atau saling menghormati antar sesama manusia.

6. Nilai Muamalah (ajaran sabar dan ikhlas)

Sabar yang berarti tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah: ia menerima nasibnya, dan tenang; tidak tergesa-gesa; tidak terburu nafsu.

7. Jujur

Jujur yang berarti lurus hati; tidak berbohong(misal dengan kata apa adanya), tidak curang, tulus, ikhlas. Kejujuran adalah sifat (keadaan) jujur; ketulusan (hati); kelurusan (hati) (Pusat bahasa, 2007: 479).

(60)

9. Integritas

Integritas adalah sebuah kesungguhan, bekerja secara total, sepenuh hati, dan dengan semangat tinggi berapi-api. Integritas merupakan melakukan sesuatu hal secara sungguh-sungguh karena kesadaran dari dalam, bukan karena orang lain. Orang yang mampu melakukan shalat lima waktu secara disiplin akan menghasilkan sebuah pribadi yang memiliki integritas kuat (Agustian, 2007:291).

10.Rasa Syukur

Merupakan rasa penuh terimakasih menerima kemurahan hati, pengertian, dan sikap yang tidak mementingkan diri sendiri, dan menunjukkan penghargaan atas kebaikan yang telah ditawarkan (Buzan, 59).

11.Adil

Adil yang berarti sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak, berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran, sepatutnya; tidak sewenang-wenang. Berarti, keadilan adalah sifat (perbuatan, perlakuan, dsb) yang adil (Pusat Bahasa, 2007: 8).

12.Keberanian

(61)

13.Rasa percaya

Percaya adalah keberanian yang datang dari kepastian tentang kemampuan, nilai-nilai, dan tujuan hidup (Nasution, 2009:14).

14.Kesederhanaan

Berasal dari kata “sederhana” yang artinya bersahaja; tidak

berlebih-lebihan, sedang (Pusat bahasa, 2007:1008). Sedangkan kesederhanaan adalah keadaan atau sifat yang tidak berlebih-lebihan. 15.Kedamaian,adalah keadaan tidak ada kerusuhan, tentram, tenang, dan

keadan rukun (Pusat bahasa, 2007:233). 16.Tanggungjawab

Tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1139) mempunyai arti wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan). Menurut kemdiknas (dalam Doni Koesoema, 2012: 188) tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, budaya, negara, dan Tuhan Yang Maha Esa).

17.Kemurnian hati

Kemurnian berasal dari kata “murni” yang artinya tidak bercampur

(62)

bahasa, 2007:765). Jadi dapat disimpulkan bahwa kemurnian hati adalah kesucian hati.

18.Ketekunan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ketekunan berasal dari kata “tekun” yang artinya rajin, keras hati dan bersungguh-sungguh.

Sedangkan ketekunan adalah perihal tekun; kekerasan dan kesungguhan (bekerja, belajar); keasyikan: dengan penuh (Pusat bahasa, 2007:1159). Jadi ketekunan adalah melakukan sesuatu dengan rajin dan bersungguh-sungguh.

19.Cinta

Asal kata cinta lovedapat ditemukan dalam kata kuno bahasa Jerman dan Inggris “leof” yang berarti “tercinta” dan “menyenangkan”. Cinta mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan, menenangkan, memberi kekuatan, menaklukkan, mengilhami, dan memberi kehidupan (Buzan, 2003: 135).

(63)

Berikut di bawah ini tabel nilai-nilai spiritual dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy sebagai berikut:

a. Nilai Pendidikan Aqidah

Kutipan Dialog dalam Novel Halaman “sebelum syahadah ini kita lakukan. sebelum ukhtina

Priscillia berbaiat terhadap agama Islam, saya ingin bertanya kepada ukhti, apakah ukhti memilih islam karena keterpaksaan karena desakan, karena ketakutan, atau karena kesadaran?”

“perjalanan sayalah yang menyebabkan saya memilih Islam. Saya mengetahui, saya memahami dan saya sadar untuk memilih Islam.”

340

“demikianlah, satu per satu aku baca dan aku hafalkan huruf-huruf hijaiyah. Dan Allahu akbar, aku tidak mengalami kesulitan untuk menirukan Irsyad mengeja huruf-huruf ini. Bahkan, saat ini juga, aku telah hafal seluruh huruf hijaiyah yang berjumlah 30 buah itu (apabila huruf hamzah dan lam alif dimasukkan). Irsyad mengujiku: dia memintaku membaca huruf-huruf ini dari berbagai arah.

“Alhamdulillah, ini adalah berkah Allah SWT kepadaku. Aku yakin, apabila kita berniat sungguh-sungguh dengan kebaikan yang kita lakukan, Allah akan mempermudah jalan bagi kita.

193

b. Nilai pendidikan Syari’ah

Kutipan Dialog dalam Novel Halaman “kalau shalat gimana?”

“shalat dhuhur ada berapa rakaat?”tanya Amin “apa itu rakaat?” tanyaku

Kang Rusli yang menjawab, “Rakaat itu bilangan atau jumlah masing-masing shalat. Shalat itu terdiri dari berdiri, lalu rukuk, berdiri kembali, sujud, duduk di antara dua sujud, kemudian sujud kembali. Ini dihitung satu rakaat.”

(64)

Lalu kang Rakhmat meminta Amin untuk mengajarkan cara berwudlu kepadaku. Aku meminta sekalian praktik di tempat wudlu sana, tetapi Amin berkata di sini saja. Yang penting aku tahu caranya.

56-57

c. Nilai pendidikan Akhlak

Kutipan Dialog dalam Novel Halaman “tetapi menurutku nih kang,--kang Iqbal jangan

marah, kamu mempunyai beberapa ketidakbenaran.” “Maksudku ketidakbenaran. Aku lebih suka mengatakan demikian. Pertama, kang Iqbal merasa jengkel dengan kyai. Jengkel itu sendiri merupakan penyakit, kang. Penyakit yang menggerogoti hati kang Iqbal. Kedua, kejengkelan tersebut kamu tujukan kepada kyai kita, padahal kyai kita tidak jengkel kepadamu. Ketiga, kejengkelan itu kamu lampiaskan kepada orang yang salah, walaupun dia juga bersalah kepadamu. Keempat, dan ini yang paling parah, kang Iqbal mencaci maki neng Aisyah. Demi Allah kang Dia telah berfirman: “Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui.” diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. Dia juga berfirman: Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.”

(65)

d. Peduli

Kutipan Dialog dalam Novel Halaman Akhi belum shalatkah? Tiba-tiba kang Rakhmat

bertanya kepadaku. Ini pertanyaan yang tidak biasa diajukan oleh siapapun orangnya yang berada di pesantren ini.

55

Kang Rakhmat kemudian memberikan nasihatnya bahwa aku harus bisa. Memang tidak harus sekarang bisanya, tetapi suatu ketika nanti aku harus menjalankan shalat lengkap dengan bacaannya dan dibaca dengan benar pula.

58

Ihsan, siapakah kau ini? Tanyaku dalam hati. Kamu orang yang baik. Masyaallah kenapa selama ini aku tidak menyadari kebaikan hatimu. Engkau

memberikan nasihat kepadaku tanpa

merendahkanku. Kata-katamu menyentuh kalbuku. Aku ingin memiliki kata-kata yang seperti itu, Ihsan, yang keluar dari sanubari yang terdalam, maujud berupa ketulusan dan keikhlasan. Kamu mendatangiku di saat para sahabat lain tidak melakukannya. Kamu memberi masukan kepadaku di saat aku tidak tahu harus bagaimana.

98

Timbul niatku untuk menyebrang jalan, mendekati ibu dan memberikan shadaqah uang yang aku miliki. Akupun bangkit, menunggu nyala lampu merah, lalu melintas. Kurogoh saku celanaku. Kudapatkan uang lima ribu. Kuberikan uang itu kepada si ibu.

144

Bukankah ibu tadi berkata kepada saya bahwa sesama muslim bersaudara? Dan sesama saudara harus tolong-menolong? Ibu, selama ini tak ada kisah kemiskinan dan kekurangan harta dalam hidup saya, sedangkan tak ada kebaikan dan keluhuran sikap dan perbuatan yang pernah saya miliki. Saya pernah mendengar seorang ustadz yang mengatakan bahwa terhadap harta, Allah akan meminta pertanggungjawaban melalui dua cara, yakni darimana harta itu didapat dan ke mana harta itu dibelanjakan. Jika ibu ingin tahu, semua uang yang pernah aku miliki selama ini telah saya belanjakan dengan sia-sia. Dan malam ini, ibu...malam ini

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan dari tiga perlakuan kemasan dan suhu yang digunakan selama penyimpanan, terjadi peningkatan dan penurunan nilai slope yang terkecil pada

Telah berhasil dibuat sebuah video pendek persuasif berbasis animasi 3 dimensi berjudul “Cahaya Bintang” sebagai media informasi kepada masyarakat untuk

didik pada kelas yang akan menjadi obyek penelitian. 2) Menyusun waktu yang tepat untuk melakukan pelaksanaan tindakan. 3) Menentukan materi yang akan dibantu dengan media

Tidak terdapat hubungan yang nyata antara tingkat pendapatan konsumen dengan respon konsumen terhadap faktor kemasan bermerk dari produk beras pada pembelian beras

30 (Revisi 2007), dalam sewa pembiayaan, Kelompok Usaha mengakui aset dan liabilitas dalam laporan posisi keuangan konsolidasian pada awal masa sewa, sebesar nilai

Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa pola permainan machina dan prounga pada Keroncong Tugu memiliki kesamaan dengan permainan alat musik keroncong dan tenor dalam pola permainan

Hal ini juga akan berdampak pada harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal yang diharapkan juga akan semakin meningkat seiring dengan

dengan tujuan untuk dapat meningkatkan kualitas seorang akuntan yang menguasai dan mempunyai keahlian dalam bidang akuntansi dan juga dapat meningkatkan pendapatan