• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PARIWISATA PANTAI LIANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PARIWISATA PANTAI LIANG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN UMUM KAWASAN PARIWISATA PANTAI LIANG

Bab ini menggambarkan keadaan wisata di Maluku seperti kebijakan pengembangan pariwisata, gambaran umum objek wisata pantai Liang serta kedudukan dan kondisi wisata pantai Liang baik secara administrasi maupun kondisi fisiknya

3.1 Kebijakan Pemerintah di Bidang Pariwisataan

3.1.1 Kebijakan Pemerintah dalam Peningkatan Kepariwisataan

Secara nasional kebijakan politik tentang pembangunan daerah telah diberikan pedoman sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia No 16 Tahun 2005, Tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata. Didalam kebijakan ini setiap provinsi dan kabupaten/kota harus menyusun RIPPDA (Rencana Induk Pembangunan dan Pengembangan Daerah). Provinsi Maluku telah memiliki RIPPDA yang disusun pada tahun 2005. Tetapi Kabupaten Maluku Tengah dimana pantai Liang berada belum memiliki RIPPDA. Oleh karenanya acuan yang dipergunakan untuk mengembangkan pantai Liang menggunakan pedoman yang tertera dalam RIPPDA tersebut.

Dalam RIPPDA Provinsi Maluku, dilakukan penilaian dan evaluasi terhadap potensi ODTW, aksesibilitas dan potensi ekonomi kemudian dikelompokan menjadi 5 (lima) buah KPP (Kawasan Pengembangan Pariwisata). Pantai yang menjadi studi yaitu pantai Liang terletak dalam KPP I (Kawasan Pulau Pulau) Ambon, Pulau Haruku, Saparua, Nusalaut, dan kepulauan Banda.

3.1.2 Tinjauan Tata Ruang

Analisis struktur tata ruang wilayah provinsi pada pola dan struktur tata ruang wilayah nasional dan konteks provinsi dalam kaitan dengan wilayah eksternal dan juga secara internal kota-kota kabupaten yang berada di dalam wilayah Provinsi Maluku. Analisis ekaternal berkaitan dengan pusat-pusat lain di luar provinsi dan analisis internal struktur tata ruang berkaitan dengan hubungan antar kota-kota kabupaten dengan ibukota Provinsi Maluku.

Struktur tata ruang Provinsi Maluku merupakan alat operasional dalam mengkoordinasikan dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan pembangunan sektoral secara spasial dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan yang

(2)

berwawasan lingkungan dan kegiatan pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini penting artinya untuk mewujudkan keserasian pemanfaatan ruang sesuai dengan kebutuhan pembangunan daerah dan kemampuan daya dukung lingkungan.

3.2 Gambaran Umum Kawasan Pariwisata Pantai Liang

Pantai Liang terletak di suatu wilayah pesisir dalam lingkup Kecamatan Salahutu. Secara makro wilayah pesisir ini direncanakan untuk kepentingan kawasan budidaya. Kawasan pesisir dapat dimanfaatkan dengan memperhatikan kelestariannya.

3.2.1 Letak Wilayah dan Letak Administratif

Studi ini memilih kawasan pariwisata pantai Liang di Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku. Pemilihan studi kawasan pariwisata didasari oleh perkembangan pariwisata Maluku terutama di Kabupaten Maluku Tengah yang belum terencana dengan baik, baik secara kualitas maupun secara kuantitas.

Adapun Ruang lingkup daerah studi terletak di Desa Liang Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah dengan batas administratif sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Teluk Piru

b. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Wai c. Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Morela d. Sebelah Timur : berbatasan dengan Selat Haruku

Untuk lebih jelasnya mengenai batas wilayah studi dapat dilihat pada Gambar 3.1 Peta Administrasi Kawasan Pariwisata Pantai Liang.

3.2.2 Kondisi Topografi

Keadaan topografi Desa Liang seperti halnya Desa lain yang berada di pesisir Provinsi Maluku pada umumnya. Tanah datar membentang di pinggir pantai, di mana pada daerah ini terdapat pemukiman dan berbagai fasilitas lainnya. Desa Liang adalah suatu kawasan desa pantai yang terletak pada bagian utara Kawasan Salahutu dan berhadapan langsung dengan Teluk Piru.

3.2.3 Jenis Tanah

Di wilayah Desa Liang terdapat jenis tanah Tropohemist. Jenis tanah Tropohemist merupakan tanah berwarna, setengah terurai, masan kadang-kadang asin dan merupakan tanah organik di daerah beriklim panas termasuk tanah pada rawa gambut. Tanah jenis ini biasanya terdapat pada daerah

(3)

cekungan rawa dan payau pada dataran alluvium, bakau atau diantara dua dataran tinggi dan di antara gigir.

3.2.4 Kondisi Hidrologi

Di wilayah Desa Liang pada umumnya penduduk mendapatkan air bersih dari air permukaan (mata air) dan atau memanfaatkan sumur dangkal. Permukaan sumur pada umumnya dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pada saat ini pasang air surut biasanya menjadi asin atau payau. Pada saat ini di daerah tersebut sudah mempunyai jaringan air bersih yang sumber airnya diambil dari pegunungan.

Kondisi pantai di daerah Liang relatif datar dengan gelombang yang cukup besar pada saat musim gelombang, namun relatif tenang. Sebagaian besar pantai berpasir putih dengan dengan luas yang relatif luas. Beberapa pantai sudah diusahakan sebagai daerah rekreasi, baik oleh pemerintah daerah ataupun pihak swasta. Sebagian dari mereka membuat bangunan groin/jetty untuk menahan pasir sehingga mereka mendapatkan daerah pantai berpasir putih yang cukup luas. Namun, bangunan ini sebenarnya merugikan bangunan lain, karena dapayt mempercepat erosi daerah “down-drift”.

3.2.5 Kondisi Geologi

Karakteristik Desa Liang pada umumnya didominasi oleh batuan gamping/kapur yang diselingi basa menengah dan vulkanik. Sebagian besar pantai terdiri dari pasir putih dan tebing di ujung pantai. Di daerah Liang pantainya relatif datar dan landai dengan dasar pantai pasir yang landai.

3.2.6 Iklim dan Curah Hujan

Desa Liang merupakan daerah yang beriklim tropis, dan musim hujan umumnya terjadi pada bulan April sampai September. Cura hujan rata-rata setiap bulannya adalah 176,6 mm dengan hujan rata-rata sekitar 4,5 mm hari/bulan. Suhu maksimal yang terjadi adalah 34,0oC, sedangkan suhu minimum adalah 19,4oC.

3.2.7 Pengunaan Lahan

Penggunaan lahan di sekitar kawasan wisata pantai Liang sangat bervariasi. Seperti kegiatan pertanian lahan kering (tanaman tahunan kelapa,

(4)

cengki, pala serta ladang), permukiman, dan sebagai wilayah pesisir terdapat juga kegiatan perikanan budidaya. Pemanfaatan lahan lainnya yang sangat menonjol adalah penggunaan lahan untuk kegiatan wisata bahari, yang merupakan kegiatan utama pada kawasan ini. Kawasan permukiman terpusat di sebelah timur desa terutama di sekitar jaringan jalan, bersama dengan pemanfaatan untuk kebun dan ladang.

3.3 Objek dan Daya Tarik Wisata Pantai Liang

Sebagai salah satu objek wisata, Pantai Liang mempunyai kekhasan daya tarik/atraksi yang tidak dapat dijumpai di lokasi lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.1 Identifikasi Atraksi Objek Wisata Pantai Liang.

Tabel 3.1

Identifikasi Atraksi Objek Wisata Pantai Liang

No Jenis Atraksi Gambar Daya Tarik Wisata

1 Pantai (karang dan berpasir)

- Air laut yang bersih, pasir putih, pantai berkarang, taman laut yang indah.

- Keadaan lingkungan yang masih alami dan sejuk

- Snorkling, mancing dan menyelam serta berenang dan bermain perahu

2 Ruang Terbuka - Sebagai tempat

rekreasi, bersantai, bermain di pinggir pantai.

(5)

No Jenis Atraksi Gambar Daya Tarik Wisata

3 Olahraga Pantai - Pantai yang tenang

dan landai sangat menjadi kegemaran para pengunjung untuk berenang dengan keluarga mereka. - Selain berenang mereka juga dapat melakukan olahraga air lainnya seperti dayung atau snorkling - Pasir pantai yang

indah dan halus menjadi media bermain anak-anak

maupun orang

dewasa.

3 Kuliner - Rujak Liang/ Liang

menjadi daya tarik tersendiri pantai ini, rujak ini sangat dikenal masyarakat Ambon dengan rasa yang khas dan unik. Para pengunjung dapat menikmati kesejukan pantai dengan menikmati hidangan rujak.

(6)

3.3.1 Prasarana dan Sarana Tarnsportasi Wisata Pantai Liang

Kondisi sarana dan prasarana jalan sudah relatif bagus dan sudah diperkeras dengan aspal. Jalan tersebut sudah bisa dilewati kendaraan roda dua maupun roda empat. Potensi pencapaian menuju objek relatif mudah, dan sudah terdapat rambu-rambu penunjuk arah walaupun jumlahnya masih terbatas. Rute angkutan umum melewati jaringan jalan Ambon – Tulehu dengan panjang ± 25 km, yang merupakan jalan provinsi. Tersedia juga area parkir yang cukup luas di lokasi objek wisata Liang, baik utuk kendaraan roda dua maupun roda empat.

3.3.2 Prasarana dan Sarana Pendukung Wisata Pantai Liang

Di lokasi objek wisata Pantai Liang terdapat beberapa fasilitas penunjang wisata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.2 Sebaran Fasilitas Wisata Pantai Liang.

Tabel 3.2

Sebaran Fasilitas Wisata Pantai Liang 1. Ticket Box

Tempat Penjualan tiket bagi para pengunjung, terletak di pintu masuk sebelah timur.

2. Area Parkir

Terdapat dua tempat parkir yang cukup luas untuk pengunjung yang membawa kendaraan roda dua, roda empat, maupun dengan bus. Masing-masing terletak di sebelah barat dan timur.

(7)

3. Toilet

Sudah terletak toilet di lokasi wisata, yang letaknya dekat dengan pantai dan pintu masuk. Bangunan yang unik berbentuk segi lima.

4. Warung Makan

Terdapat beberapa warung makan di lokasi wisata yang menyediakan makanan dan minuman bagi para pengunjung.

Pada sepanjang jalan juga terdapat

bangunan kios non permanen yang digunakan oleh warga sekitar untuk menjual makan khas seperti rujak Liang, pisang goreng dan es kelapa muda.

5. Shelter dan Tempat Duduk

Tersedia di pantai untuk duduk-duduk dan bersantai sambil menikmati pemandangan pantai. Namun, fasilitas tersebut kurang berfungsi dengan maksimal karena keteduhan kurang.

6. Tempat Duduk dan Tempat Bersantai

Biasa digunakan oleh para pengunjung untuk duduk-duduk, bersantai, dan beristirahat sambil menikmati keindahan dan kesejukan udara pantai. Jumlah tempat duduk dan tempat bersantai yang tersebar di lokasi wisata, terletak di dekat pantai.

7. Penginapan

Terdapat tempat penginapan di lokasi wisata yang terletak di dekat pintu masuk Sumber: Hasil Observasi, 2010

3.4 Komponen Pengembangan Wisata Pantai Liang Berdasarkan Permintaan (Demand)

3.4.1 Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Pariwisata Pantai Liang

Berdasarkan pengamatan langsung yang telah dilakukan di lapangan, motivasi wisatawan yang datang berkunjung ke area Pantai Liang sebagian besar dengan tujuan berwisata. Mereka yang datang ke lokasi wisata Pantai

(8)

Liang biasanya memanfaatkan objek wisata untuk berenang, terdiri dari anak-anak, remaja, dan dewasa. Selain itu, untuk berekreasi dan bersantai sambil menikmati suasana pantai, atau hanya sekedar berkumpul dan mengobrol bagi remaja atau bersama keluarga. Anak-anak juga bisa bermain di pantai dengan pasir putihnya. Pengunjung juga bisa menyewa perahu bagi yang ingin berkeliling ke area laut Pantai Liang.

Disamping menikmati keindahan pantai para pengunjung juga dapat menikmati rujak Liang. Rujak ini khas dari daerah Pantai Liang, makanya dikenal dengan nama rujak Liang. Selain itu pengunjung juga dapat menikmati es kelapa muda dan hangatnya pisang goreng.

3.4.2 Asal Wisatawan

Dari pengamatan langsung yang dilakukan di lapangan, segmen pasar berupa wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata Pantai Liang sebagian besar didominasi oleh wisatawan nusantara atau wisatawan lokal. Dilihat dari segi kewilayahan, asal wisatawan yang merupakan wisatawan lokal dan regional tersebut rata–rata berasal dari wilayah Kota Ambon. Selain itu terdapat pula wisatawan mancanegara yang sebagian besar berasal dari Eropa.

Dilihat dari kategori usia, berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, wisatawan yang datang berkunjung ke Pantai Liang sangat beragam. Dari kelompok usia anak–anak, remaja, dewasa, hingga orang tua. Tetapi, yang paling dominan terlihat adalah wisatawan dari kelompok usia muda atau remaja. Dengan demikian, area pantai Liang merupakan objek wisata yang dapat dinikmati oleh semua kalangan/kelompok usia.

3.4.3 Moda Angkutan yang Digunakan Wisatawan

Desa Liang yang merupakan lokasi objek wisata dapat dicapai dengan jalan darat dari Ambon. Pengunjung dapat menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Waktu tempuh ± 45 menit perjalan dengan menggunakan mobil, atau sejauh ± 14 km dari Kota Ambon. Saat ini transportasi umum menuju desa juga sudah tersedia cukup banyak. Rute angkutan umum yang dapat ditempuh adalah Ambon – Galala – Passo – Tulehu.

(9)

Gambar 3.1

Sarana Transportasi Menuju Objek Wisata Pantai Liang Sumber: Hasil Observasi, 2014

3.4.4 Kondisi/Sistem Pengelolaan Kawasan Wisata

Kawasan objek wisata Pantai Liang terletak di daerah/kawasan yang relatif sudah terbangun, dalam artian di sekitar kawasan tersebut terdapat permukiman penduduk dan berbatasan langsung dengan jalan. Dalam pengelolaan kawasan, sepenuhnya dipegang atau dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah, dengan menempatkan beberapa orang staf untuk berjaga dan mengelola kawasan tersebut.

Perencanaan pengembangan, operasional, sistem manejemen sepenuhnya dipegang kendali oleh Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah. Petugas yang ditempatkan dilokasi berjumlah 2 (dua) orang, dan biasanya aktif berjaga pada tiap hari.

3.4.5 Pendapatan Kawasan Wisata Pantai Liang

Pendapatan daerah pada objek wisata Liang melalui retribusi masuk pengunjung, parkir kendaraan, penjual makanan, jasa sewa bangunan dan sarana yang tersedia. Kegiatan kepariwisataan sebagai suatu industri, mengaitkan berbagai bidang lain, yang secara langsung maupun tidak menyerap tenaga kerja, terutama di dalam dan sekitar obyek wisata, seperti penjual penganan, pengemudi ojek, penyewa perahu dan pelampung, pemilik penginapan, pemilik restoran dan lain-lain.

3.5 Dampak Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Liang

Sebagai suatu potensi wisata (alam), pantai diindikasikan telah mengalami penurunan kualitas lingkungan fisik. Punurunan kualitas lingkungan fisik objek tersebut ditandai dengan berbagai kondisi di lapangan, baik secara

(10)

fisik maupun non fisik, meliputi abrasi oleh air laut di sepanjang garis pantai, lingkungan yang kotor oleh banyaknya sampah, dan penataan pengembangan kawasan yang tidak terencana secara baik.

Abrasi yang terjadi mengakibatkan pengikisan daratan pada garis pantai dan merusak habitat pohon yang tumbuh di sekitar pantai. Abrasi di Pantai Liang sangat menghawatirkan sekali karena pantai sudah berbatasan langsung dengan jalan sehingga sengaja membangun Talud oleh pemerintah dan masyarakat untuk mencegah agar jalan tidak terkikis air laut. Hal ini bisa dimengerti, karena kondisi geografi pantai yang berhadapan langsung dengan Laut Banda, sehingga aliran arus laut tidak ada yang menahan dan langsung di teruskan kearah pantai. Abrasi air laut terhadap daratan tidak dapat dihindari, dan ini terjadi setiap tahun ketika musim pasang air laut tiba.

3.6

Nilai Sosial dan Budaya

Nilai budaya nilai nilai sosial budaya yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat maluku merupakan salah satu modal dasar bagi peningkatan persatuan dan kesatuan termasuk menyemangati masyarakat dalam melaksanakan pembangunan di daerah ini. Hubungan kekerabatan adat dan budaya harus terus didorong, sehingga dapat menciptakan sinergitas yang andal bagi upaya bersama membangun maluku baru di masa mendatang.

Pendukung kebudayaan di Maluku terdiri dari ratusan sub suku, yang dapat diindikasikan dari pengguna bahasa lokal yang diketahui masih aktif dipergunakan sebanyak 117 dari jumlah bahasa lokal yang pernah ada kurang lebih 130–an. Meskipun masyarakat di daerah ini mencerminkan karakteristik masyarakat yang multikultur, tetapi pada dasarnya mempunyai kesamaan- kesamaan nilai budaya sebagai representasi kolektif. Salah satu di antaranya adalah filosofi siwalima yang selama ini telah melembaga sebagai world view atau cara pandang masyarakat tentang kehidupan bersama dalama kepelbagian, di dalam folosofi ini, terkandung berbai pranata yang memiliki common values dan dapat ditemukan di seluruh wilayah Maluku. sebutlah pranata budaya seperti: masohi, maren, sweri, sasi, hawear, pele gandong, dan lain sebaigainya. Adapun filosofi siwalima dimaksud telah menjadi simbol identitas daerah karena selama ini sudah dipaterikan sebagai dan menjadi logo dari pemerintah daerah Maluku

(11)

1. Keaslian budaya

Kehidupan sehari-hari yang sebagian besar yang sebagian besar belum banya mengalami perubahan akan membuat wisatawan minat khusus (terutama minat sosial budaya). Sangat terkesan oleh apa yang mereka di kecamatan salahutu. Apalagi sebagian besar adat istiadat masih dipertahankan sebagaimana adanya. Belum terlalu banyak perubahan-perubahan dalam adat istiadat sehari-hari

2. Masih bertahanya tradisi

Berbagai tradisi lama yangmasih ada di Kecamatan Salahutu pada dasarnya menyimpan potensi–potensi sosial yang dapat digunakan untuk mendukung perkembangan kepariwisataan di daerah ini. Misalnya berbagai bentuk kerja sama yang ditunjukkan untuk mengatasi masalah-masalah tertentu. Selain beberapa potensi di atas, daerah Kecamatan Slahutu juga menyimpan sejumlah masalah sosial budaya yang perlu di selesaikan bilaman aperistiwa di daerah ini memang diinginkan berkembang dengan baik dan cepat. Masalah sosial budaya di Kecamatan Salahutu antara lain:

a. Adat kebersihan

Kebersihan lingkungan tampaknya merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan di tempat wisata, terutama di kawasan desa- desa adat. Peningkatan kebersihan tidak harus berarti menubah keadaan-keadaan semula di desa ini. Sebuah desah kelihatan kotor akan membuat wisatawan enggan datang kedua kalinya, dan sekaligus juga bukan alat promosi yang baik.

b. Kesiapan masyarakat

Warga masyarakat desa-desa adat secara umum tampaknya belum siap untuk memberikan perlakuan yang diharapkan oleh wisatawan, yakni bersikap sewajarnya atau tidak memberikan sambutan yang berlebihan jika wisatawan datang selain itu, perlu ada pengaturan dalam hal cara penduduk desa menawarkan kain atau cinderamata yang lain agar wisatawan tidak merasa terganggu oleh hal itu. Dalam hal ini warga desa adat yang banyak dikunjungi wisatawan perlu disiapkan dengan baik dan diberi petunjuk tentang bagaimana sebaiknya memperlakukan wisatawan yang datang ke desa mereka.

(12)

Gambar 3.2

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi inilah yang membuat pers memiliki kekuatan besar dalam kehidupan masyarakat pers (media cetak) membentuk opini publik, mempengaruhi sikap dan tingkah laku masyarakat

Karang Taruna adalah Organisasi Sosial wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atasdasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat

Kesimpulan dari penelitian ini adalah fraksi n-heksana, etil asetat, dan etanol biji jintan hitam memiliki aktivitas antifungi terhadap jamur Candida albicans, tetapi aktivitas yang

Terlaksananya kegiatan pelatihan konselor sebaya ini telah memberikan manfaat bagi pihak mitra, antara lain (a) guru BK di SMA mitra terbantu dengan hadirnya siswa yang terlatih

Dengan ciri-ciri tersebut maka il merupakan jenis kohesi gramatikal pengacuan endofora (karena acuannya berada di dalam teks), yang bersifat anaforis (karena acuannya telah

Dari hasil perbandingan dengan standar FCR ikan nila larasati yang diperoleh dari hasil penelitian yang sebelumnya, maka nilai FCR hasil penelitian dengan

dimanfaatkan untuk memudahkan masyarakat mendapatkan informasi terkait Pengadilan Agama Semarang, proses pendaftaran, biaya perkara, jadwal persidangan, notifikasi

Hasil penelitian mendapatkan frekuensi buang air besar sembarangan sebesar 37.1%, tidak melakukan cuci tangan pakai sabun sebanyak 19.9%, seluruh responden telah