• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam masyarakat Indonesia, teh hampir menjadi salah satu minuman utama.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam masyarakat Indonesia, teh hampir menjadi salah satu minuman utama."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teh adalah minuman yang sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari. Dalam masyarakat Indonesia, teh hampir menjadi salah satu minuman utama. Sehabis makan jika tidak minum air putih, pasti minum teh. Begitu juga jika makan di restoran maupun warung di pinggir jalan, jika ditanya oleh penjual minuman apa yang ingin dipesan, kita seringkali secara spontan menjawab, “Minum teh manis, es teh, atau teh botol” (Ajisaka, 2012).

Begitu juga hal tersebut terjadi di kalangan mahasiswa yang kebanyakan hidup merantau di kota lain. Gaya hidup praktis sering dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam memilih produk teh, banyak ragam dan cara dilakukan mulai dari menyeduh hingga yang paling mudah yakni membeli teh yang sudah dalam bentuk jadi seperti teh dalam kemasan.

Di Cina, bila ada seorang laki-laki pemalas dan tidak bergairah, akan dijuluki sebagai laki-laki yang kurang minum teh, sebaliknya seorang laki-laki yang penuh semangat dan vitalitas akan menyandang gelar laki-laki yang gemar minum teh. Sementara di Jepang, orang-orang berkata bahwa minum teh dapat membuat mulut lebih bersih (Anantaboga, 2012).

Teh sendiri kini hadir dalam berbagai jenis sediaan, Indonesia sendiri walau jumlah penjual dan pengonsumsi tehnya besar, bahkan sekali minum teh menggunakan gelas yang lumayan besar, tidak juga termasuk sebagai negara

(2)

penikmat teh di mata dunia, justru negara seperti Jepang dan China yang termasuk di dalamnya.

Sir Arthur Nibru berpendapat bahwa di mana ada teh di situ muncul ide-ide segar. Alexander Pushkin, seorang penyair terkenal Rusia mengatakan bahwa kebahagiaan berada pada segelas teh dan sejumput gula yang disentuhkan ke bibir. William Gladstone, mantan Perdana Menteri Inggris berkata bahwa jika anda kedinginan, teh akan membuat tubuh menjadi lebih hangat, Jika suhu tubuh anda panas, teh akan membuat suhu tubuh kembali normal. Jika anda dalam keadaan murung, barangkali teh dapat membuat anda ceria, dan jika anda dalam keadaan letih, barangkali teh akan membuat tubuh lebih segar (Anantaboga, 2012).

Sebagai seorang Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, sudah menjadi kewajiban yang melekat sebagai ujung tombak pengetahuan mengenai apa saja yang terkandung dalam suatu produk yang dikonsumsi orang banyak, yakni teh yang merupakan suatu bahan alam, untuk kemudian dapat dibagikan ilmu tersebut kepada masyarakat luas. Meski begitu kebiasaan sebagai mahasiswa tak jarang muncul yakni seringkali melupakan manfaat dan lebih memilih harga dan rasa.

Yang belum diketahui banyak peminum teh, ternyata teh mengandung banyak manfaat bagi kesehatan. Di Indonesia kaya akan tanaman dan produk teh, dan di sini minum teh begitu murah harganya. Menurut berbagai hasil penelitian, teh memiliki berbagai kandungan senyawa yang mampu mengobati sejumlah penyakit ringan dan mencegah serangan berbagai penyakit berat.

(3)

Selain itu karena teh itu minuman alami, maka relatif aman dari berbagai efek samping yang merugikan kesehatan (Ajisaka, 2012).

Penelitian dan uji-uji klinis tentang kandungan teh sudah jamak dilakukan, sementara penelitian non eksperimental yang melibatkan mahasiswa di lapangan belum begitu banyak diadakan. Hal tersebut menarik minat peneliti untuk memperoleh data dan fakta dari sisi lain, yakni sisi sosial dan empiris.

Selain hal-hal tersebut, masih banyak alasan seorang mahasiswa dalam membeli dan mengonsumsi suatu produk teh. Membeli segelas minuman, lalu duduk, berbincang, atau bermain internet berjam-jam. Itulah fenomena di kalangan anak-anak muda yang suka berkumpul di toko-toko kelontong di daerah perkotaan (Apriyani, 2012). Pemilihan produk minuman, termasuk teh, barangkali tidak hanya dipengaruhi oleh manfaatnya, dari penelitian diharapkan dapat disari faktor-faktor yang berpengaruh.

Penelitian yang berhubungan dengan hal tersebut di Indonesia misalnya yang dilakukan di IPB, bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi kopi-teh serta analisis dampaknya berdasarkan persepsi pada mahasiswa TPB (Tahap Persiapan Bersama) IPB (Institut Pertanian Bogor) tahun ajaran 2007/2008. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar responden putra maupun responden putri mengonsumsi jenis teh hitam masing-masing sebesar 86,7% dan 89,1%. Berdasarkan hasil uji beda, tidak terdapat perbedaan jenis teh yang dikonsumsi pada responden putra dan putri (p>0,05) (Dewi et al, 2009).

(4)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Seperti apakah gambaran pembelian produk teh secara umum?

2. Seperti apakah pertimbangan Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada dalam pemilihan produk teh?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian bertujuan: 1. Untuk mengetahui gambaran pembelian produk teh secara umum.

2. Untuk mengetahui pertimbangan Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada dalam pemilihan produk teh.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi responden: dapat memberikan saran melalui data yang diperoleh melalui diskusi dan wawancara untuk pemberian informasi yang lebih tepat kepada responden sehingga meningkatkan pengetahuan mereka dalam memanfaatkan produk teh.

2. Bagi mahasiswa farmasi: hasil penelitian mengeksplorasi fenomena-fenomena di masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan produk teh sedetail mungkin menurut hasil pengamatan sehingga diharapkan mahasiswa farmasi mampu melihat dan melakukan terobosan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat melalui inovasi produk teh.

(5)

3. Bagi masyarakat: penelitian sekaligus juga memberikan informasi mengenai kebiasaan konsumsi produk teh, dapat meningkatkan pengetahuan mengenai teh pada masyarakat dan secara luas dapat meningkatkan derajat kesehatan serta kualitas hidup masyarakat.

E. Tinjauan Pustaka 1. Teh (Camellia sinensis(L.)O.K)

Kedudukan teh dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Theales Famili : Theaceae Genus : Camellia

(6)

Gambar 1. Varietas Teh

Pada dasarnya ada dua varietas utama teh yang dihasilkan berbagai negara produsen teh, yaitu varietas assamica yang berasal dari India dan varietas sinensis yang berasal dari Cina. Menurut kabar, kualitas teh assam

lebih unggul karena kandungan katekinnya lebih besar. Ada juga versi yang menyebutkan teh Darjeeling India merupakan teh yang berkualitas di dunia. Perbedaan kualitas itu bergantung pada kondisi tanah, iklim, dan cara mengolahnya (Ajisaka, 2012).

Ditinjau dari jenisnya, teh dapat dibagi menjadi dua, yaitu teh merah (atau teh hitam) dan teh hijau. Teh merah lebih populer di Mesir, negara-negara Arab bagian timur, dan juga di Eropa. Adapun teh hijau lebih populer di negara-negara Arab bagian barat, seperti Tunisia, Aljazair, Maroko, dan juga di negara-negara asia, terutama di Cina dan Asia Tenggara (Anantaboga, 2012).

Teh diartikan dengan gaya hidup dan kebiasaan pemenuhan gizi seperti yang diperkenalkan ke negara-negara lain. Ritual di Cina, Jepang,

(7)

dan Inggris menggambarkan cara mengonsumsi teh yang unik, yakni antara minuman belaka dan fungsi sosial, makanan sangat erat kaitannya dengan keadaan pikiran. Waktu minum teh biasanya ditetapkan selama sore hari antara makanan utama dalam suasana santai. Gaya hidup modern cenderung untuk mengubah hubungan tersebut dan menempatkan teh seperti minuman-minuman lainnya dan makanan cepat saji. Tapi bukti ilmiah tentang tindakan diet pada metabolisme telah mengubah persepsi makanan, dan data tentang manfaat kesehatan teh bisa memodifikasi sikap terhadap minuman yang sangat kuno tersebut. Bersama dengan undang-undang tentang kesehatan terbaru, hal tersebut dapat meningkatkan konsumsi teh (Dufresne dan Farnworth, 2000).

2. Persepsi Masyarakat tentang Teh

Produsen mempengaruhi konsumen agar bersedia membeli produk yang ditawarkan dengan melakukan kegiatan pemasaran. Oleh karena itu sangat diperlukan pemahaman mengenai tingkah laku konsumen, sehingga produsen dapat mempengaruhi persepsi calon konsumen. Maguire dan Haslam (2009) menyatakan, persepsi dapat mempengaruhi sikap dan akan menentukan perilaku yang akan mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan (cit. Ayundia, 2012).

Perilaku masyarakat dalam membeli suatu barang atau jasa dapat dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya personal, dan psikologis. Meskipun penjual tidak dapat mengendalikan sepenuhnya faktor-faktor tersebut,

(8)

penjual harus memahami dan mempertimbangkannya. Seorang penjual perlu memahami dengan baik aspek-aspek sosial dan budaya dafri konsumen yang menjadi pasar sasaran. Strategi penjualan termasuk promosi produk yang dilakukan oleh perusahaan perlu memperhitungkan secara seksama aspek sosial dan budaya yang menjadi akar dari kehidupan konsumen tersebut (Sampurno, 2011).

Persepsi seseorang merupakan proses aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi stimulus. Individu dalam hubungannya dengan dunia luar selalu melakukan pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan yang diterima dan alat indera dipergunakan sebagai penghubungan antara individu dengan dunia luar. Agar proses pengamatan itu terjadi, maka diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan bertindak (Walgito, 2005).

Orang Jawa biasanya suka minum teh. Tidak harus Jawa, tapi juga mahasiswa yang merantau ke Jogja dapat ikut suka minum teh. Secara empiris, orang-orang tua dahulu juga suka menyeduh teh di pagi hari atau sore hari lengkap dengan gula batu yang berbongkah-bongkah. Teh diseduh dengan air yang mendidih, kemudian ditutup, dan tunggu hingga

(9)

30 menit untuk siap di seruput dengan lepek / cawan kecil yang biasa digunakan untuk alas gelas. Sambil ditiup-tiup dan ditemani kue kering atau dengan pisang goreng yang juga berasap panas. Pagi yang dingin dimulai dengan perut yang hangat, segelas teh manis hangat, membuat pagi hari demikian bertenaga (Anonim, 2011).

3. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Pada dasarnya teknik sampling dikelompokkan menjadi dua yaitu : Probability Sampling dan Non Probability Sampling. Probability Sampling meliputi simple random,

proportionate stratified random, disproportianote stratified random, dan

area random. Non Probability Sampling meliputi sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh dan snowball sampling (Sugiyono, 2011).

Pengambilan sampel (sampling) adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya akan membuat dapat menggeneralisasikan sifat atau karakteristik tersebut pada elemen populasi. Pengkajian terhadap sampel pada dasarnya dimaksudkan untuk menemukan generalisasi atas populasi atau karakteristik populasi (parameter), sehingga dapat dilakukan penyimpulan (inferensi) tentang

(10)

universe. Oleh karena itu, penarikan sampel jangan sampai bias dan harus menggambarkan seluruh unsur dalam populasi secara proporsional. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan kesempatan yang sama pada seluruh elemen dalam populasi (Noor, 2011).

Dalam penelitian kualitatif, teknik yang sering digunakan adalah teknik purposive sampling dan snowball sampling. Purposive sampling

adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Misalnya seorang peneliti ingin menelaah mengenai transmigrasi manusia, maka untuk memudahkan pengamatannya, peneliti memilih beberapa orang transmigran yang terdekat dengannya, bisa tetangga, sahabat dan lain sebagainya (Sugiyono, 2011).

Besarnya sampel sebaiknya sebanyak mungkin; semakin besar sampel yang diambil umumnya akan semakin representatif dari populasinya dan hasil penelitian lebih dapat digeneralisasikan. Masalah jumlah pasti besarnya sampel merupakan hal yang sulit untuk dijawab, sebab terkadang dipengaruhi oleh dana yang tersedia untuk melakukan penelitian. Namun demikian, hal yang penting untuk diperhatikan ialah terdapat alasan yang logis untuk pemilihan teknik sampling serta besarnya sampel dilihat dari sudut metodologi penelitian (Noor, 2011).

4. Metode Kualitatif

Perhatian kepada metode kualitatif semakin hari semakin besar, hal tersebut bukan sekedar paradigma penelitian kualitatif menjadi

(11)

dominan dalam studi-studi ilmu sosial kontemporer, akan tetapi karena kesadaran bahwa temuan-temuan pada studi-studi kualitatif lebih menjawab persoalan sebenarnya daripada sekedar angka-angka (Bungin, 2003).

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang

terdiri dari atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin diketahui ”apa yang terjadi didalamnya”. Tetapi sebenarnya objek penelitian kualitatif, juga bukan semata-mata pada situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen tersebut, tetapi juga bisa berupa peristiwa alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, kendaraan dan sejenisnya. Jika seorang peneliti mengamati secara mendalam perkembangan tumbuh-tumbuhan tertentu, kinerja mesin, menelusuri rusaknya alam adalah proses penelitian kualitatif (Sugiyono, 2011).

Kata kualitatif menyiratkan penekanan pada proses dan makna yang tidak terkaji secara ketat atau belum diukur dari sisi kuantitas, jumlah, intensitas, atau frekuensinya. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan tersebut, peneliti menekankan sifat realitas yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dan subjek yang diteliti (Noor, 2011).

(12)

Pada penelitian tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan pada situasi sosial yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif, bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori (Sugiyono, 2011).

Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan. Adapun dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori” (Creswell, 2013).

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi objek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, mengembangkan teori, memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan (Noor, 2011).

(13)

F. Keterangan Empiris

Melalui penelitian, diharapkan diperoleh keterangan mengenai gambaran pembelian produk teh secara umum, sehingga akan didapatkan paparan yang lebih jelas terkait pertimbangan pemilihan produk teh di kalangan Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.

Gambar

Gambar 1. Varietas Teh

Referensi

Dokumen terkait

Pada umumnya manusia sekarang ini, sudah memiliki ketergantungan pada suatu sistem informasi yang sudah terintegrasi dengan baik sehingga dapat melakukan komunikasi antara

Menganalisis hubungan tingkat pendidikan, paritas dan usia pertama berhubungan seksual dengan kejadian lesi pra kanker serviks pada wanita yang melakukan

Tabel 2 menunjukkan bahwa variabel luas lahan merupakan variabel yang memiliki nilai elastisitas paling tinggi dan berpengaruh nyata terhadap produksi padi semi

Hal ini terjadi selain hasil alat-alat rekaman, hasil produksi rekamannya bagus.Didirikan tahun 2008, studio ini sudah mampu menghasilkan beberapa band indie yang

a) Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari langkah-langkah penelitian Siklus I yaitu peningkatan kompetensi Instalasi Motor Listrik peserta didik melalui model

Cara pengamatan populasi nematoda parasit pada akar dan tanah adalah sebagai berikut: Untuk pengambilan contoh akar tanaman kopi pada petak yang diperlakukan dan petak kontrol

Dengan demikian, tingkat superelevasi 12 % tampaknya mewakili nilai maksimum praktis dimana salju dan es tidak ada.Laju superelevasi 12 % dapat digunakan pada

Kasim maupun Ketua Muhammadiyah pada waktu itu, dimutasi paksa oleh Pemerintah Belanda ke Makassar (1934). Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa struktur politik yang