• Tidak ada hasil yang ditemukan

INVIGORASI UNTUK MENINGKATKAN VIGOR BENIH, PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL BENIH KEDELAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INVIGORASI UNTUK MENINGKATKAN VIGOR BENIH, PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL BENIH KEDELAI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

INVIGORASI UNTUK MENINGKATKAN VIGOR BENIH,

PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL BENIH KEDELAI

Andy Saryoko1), Satriyas Ilyas2), Memen Surahman3) 1) Peneliti BPTP Banten/Mahasiswa Program Studi Magister Profesional Perbenihan (MPB) IPB

2) Dosen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB

Email1): abangblue@yahoo.com ABSTRAK

Benih kedelai cepat mengalami penurunan viabilitas dan vigor, terutama jika disimpan pada kondisi kurang optimum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih yang telah menga-lami deteriorasi dapat ditingkatkan performanya melalui invigorasi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa teknik invigorasi benih terhadap viabilitas dan vigor benih, pertumbuhan tanaman, dan hasil kedelai. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Singamerta BPTP Banten dan laboratorium pengujian benih Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Propinsi Banten sejak bulan Agustus sampai Desember 2010. Percobaan terdiri atas dua faktor, yaitu dua varietas (Wilis dan Grobogan) dan lima perlakuan invigorasi yaitu: kontrol, inokulasi menggunakan tanah bekas pertanaman kedelai, inokulasi menggunakan inokulan komersial, matriconditioning menggunakan serbuk arang sekam, dan

matriconditioning plus inokulan komersial dan serbuk arang sekam. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap untuk percobaan lapangan dan rancangan acak lengkap untuk percobaan laboratorium, masing-masing empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan invigorasi matriconditioning menggunakan serbuk arang sekam plus inokulan dapat meningkatkan viabilitas dan vigor benih, pertumbuhan tanaman, dan hasil kedelai.

Matriconditioning plus inokulan dapat meningkatkan daya berkecambah, daya tumbuh, dan hasil kedelai masing-masing 15%, 25,5%, 46,9% dan 16,2%. Penggunaan tanah sebagai inokulan yang diintegrasikan sebagai perlakuan invigorasi dapat menurunkan viabilitas dan vigor benih. Perlakuan invigorasi tidak mempengaruhi mutu hasil benih.

Kata kunci: invigorasi, kedelai, perlakuan benih

ABSTRACT

Invigoration technique to improve seed vigor, plant growth and yield of soybean. Soybean seed deteriorates quickly and as a consequence its viability and vigor reduced, espe-cially under sub-optimum storage condition. Deteriorated seeds can be improved using seed invigoration technique. The aim of the research was to know the effect of seed invigoration treatment on seed vigor, plant growth and yield of soybean. The research was conducted at Experimental Farm of BPTP Banten and Seed Laboratory of BPSB Banten from August to December 2010. Two varieties (Wilis and Grobogan) and five levels of seed treatment were arranged in randomized complete block design (for field experiment) and completely rando-mized design (for laboratory experiment) with four replications. The results showed that matriconditioning using rice-hull ash plus inoculants improved the viability and vigor of seeds, plant growth and yield. Matriconditioning plus inoculants improved germination, field emer-gence, yield and yield potential by 15%; 25,5%; 46,9% and 16,2% respectively. Using soil as inoculants integrated as seed treatment decreased seed viability and vigor. Seed treatment did not influence the quality of seed resulted from the treated crops.

(2)

PENDAHULUAN

Benih kedelai cepat mengalami deteriorasi atau penurunan viabilitas dan vigor teru-tama jika disimpan pada kondisi simpan yang kurang optimum. Menurut Ilyas (2006), penggunaan benih bermutu rendah dengan viabilitas dan vigor yang rendah akan meng-hasilkan persentase pemunculan bibit yang rendah, bibit tidak toleran terhadap cekaman abiotik, dan lebih sensitif terhadap penyakit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih yang telah mengalami deteriorasi dapat ditingkatkan performanya melalui invigorasi. Invigorasi merupakan upaya memperlakukan benih sebelum tanam dengan menyeimbangkan potensial air benih untuk merangsang kegiatan metabolisme di dalam benih sehingga benih siap berkecambah, tetapi struktur penting embrio (radikula) belum muncul. Salah satu perlakuan invigorasi benih yang telah terbukti efektif adalah matriconditioning dan matriconditioning plus. Matriconditioning adalah perlakuan hidrasi benih terkontrol dengan media padatan lembab yang didominasi oleh kekuatan matriks untuk memperbaiki pertumbuhan bibit (Khan et al. 1990). Hasil penelitian Ilyas et al. (2003) menunjukkan bahwa penggunaan matriconditiong plus ino-kulan Bradyrhizobium japonicum dan Azospirillum lipoferum pada benih kedelai selama 12 jam terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil kedelai serta menghemat penggunaan pupuk N. Ilyas et al. (2000; 2002; dan Ilyas 2006) juga melapor-kan bahwa perlakuan matriconditioning menggunakan serbuk gergaji dapat meningkatkan mutu benih cabai dan kacang panjang. Menurut Andreoli dan Khan (1999), benih cabai dan tomat yang diberi kombinasi perlakuan matriconditioning dan giberelic acid (GA) mampu berkecambah tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan benih yang tidak diberi perlakuan.

Berbagai bahan inokulan komersial telah banyak dijual yang umumnya mengandung

rhizobium. Bakteri rhizobium sangat bermanfaat untuk tanaman Leguminoceae karena

mampu bersimbiosis dengan tanaman inangnya untuk membentuk bintil akar sebagai tem-pat penambatan N2 (Somasegaran dan Hoben 1994, Gunarto 2000, Albareda et al. 2009). Hasil penelitian Suharjo (2001) menunjukkan bahwa tanah bekas tanaman kedelai yang telah diinokulasi satu musim sebelumnya dapat digunakan sebagai bahan inokulan.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa teknik invigorasi benih terhadap viabilitas dan vigor benih, pertumbuhan tanaman, dan hasil kedelai.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Singamerta BPTP Banten, sejak bulan Agustus sampai Desember 2010. Pengujian laboratorium dilaksanakan di laboratorium pengujian benih Balai Pengawasan dan Setifikasi Benih (BPSB) Propinsi Banten, Serang.

Penelitian ini secara keseluruhan terdiri atas tiga bagian, yaitu 1) pengaruh perlakuan invigorasi terhadap viabilitas dan vigor benih kedelai, 2) pengaruh perlakuan invigorasi terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil benih kedelai, dan 3) pengaruh perlakuan invigorasi terhadap mutu benih kedelai yang dihasilkan.

Percobaan terdiri atas dua faktor, yaitu varietas dan perlakuan invigorasi. Varietas kedelai yang digunakan adalah Wilis (V1) dan Grobogan (V2). Perlakuan invigorasi terdiri atas lima taraf, yaitu 1) kontrol (M1), 2) inokulasi menggunakan tanah bekas pertanaman kedelai dengan perbandingan 10:1:1 (b/b) benih, tanah dan air (M2), 3) inokulasi menggunakan inokulan komersial (M3), 4) matriconditioning menggunakan serbuk arang sekam dengan perbandingan 9 : 6 : 7 (b/b) benih, serbuk arang sekam dan air kemudian

(3)

diinkubasi selama 12 jam pada suhu kamar (M4), dan 5) matriconditioning plus inokulan komersial, menggunakan serbuk arang sekam dengan perbandingan 9 : 6 : 7 (b/b) benih, serbuk arang sekam dan air ditambah dengan inokulan komersial lalu diinkubasi selama 12 jam pada suhu kamar (M5). Dari kedua faktor tersebut didapat 10 kombinasi perla-kuan, setiap kombinasi perlakuan diulang empat kali.

Percobaan 1 dan 3 dilakukan di rumah kaca dan laboratorium benih menggunakan rancangan acak lengkap. Pengujian viabilitas dan vigor menggunakan substrat pasir dengan 100 butir benih tiap satuan percobaan. Percobaan 2 dilaksanakan di lapang menggunakan rancangan acak kelompok lengkap. Petak percobaan berukuran 3 m x 3m jarak tanam 30 cm x 30 cm, dua biji per lubang tanam.

Benih kedelai varietas Wilis dan Grobogan diproduksi petani penangkar benih di Keca-matan Cibaliung Kabupaten Pandeglang, hasil panen Mei 2010. Benih dari kedua varietas tersebut dikemas menggunakan plastik tebal dan disimpan di dalam suhu kamar selama 4 bulan. Hasil pengujian mutu awal benih varietas Wilis dan Grobogan sebelum disimpan masing-masing memiliki daya berkecambah 91% dan 88% dengan kadar air 10,7% dan 8,9%. Serbuk arang sekam yang lolos saringan 0,5 mm digunakan sebagai bahan

matri-conditioning. Inokulan komersial dan tanah bekas pertanaman kedelai digunakan sebagai

bahan inokulan. Inokulan komersial merupakan produk dari Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian yang mengandung bahan aktif Rhizobium, Bacillus sp, Pseudomonas sp

dan Okubakter. Analisis biologi tanah terhadap tanah bekas pertanaman kedelai yang

digunakan sebagai inokulan menunjukkan tanah mengandung total bakteri 6.3 x 108 cfu dan 3.0 x 103 cfu di antaranya adalah Rhizobium.

Variabel yang diamati untuk melihat viabilitas dan vigor benih serta mutu benih yang dihasilkan mengacu pada prosedur ISTA (2007). Variabel yang diamati adalah daya berkecambah, indeks vigor, dan kecepatan tumbuh. Variabel yang diamati untuk melihat pertumbuhan tanaman adalah daya tumbuh, tinggi tanaman dan jumlah daun umur 2 dan 4 minggu setelah tanam, jumlah polong isi, hasil per tanaman, hasil per petak, bobot 1.000 butir dan potensi hasil. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan sidik ragam

(Anova). Apabila dalam perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap variabel

yang diamati, maka dilakukan uji lanjut menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf nyata 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Viabilitas dan Vigor Benih Kedelai

Analisis ragam terhadap variabel viabilitas dan vigor benih (daya berkecambah, indeks vigor dan kecepatan tumbuh) menunjukkan adanya pengaruh yang sangat nyata yang disebabkan oleh varietas dan perlakuan benih secara tunggal.

Pengaruh perlakuan invigorasi terhadap daya berkecambah, indeks vigor, dan kece-patan tumbuh disajikan pada Tabel 1. Varietas Grobogan pada perlakuan kontrol memiliki daya berkecambah 63%, sedangkan varietas Wilis 77%. Daya berkecambah benih dari kedua varietas pada perlakuan kontrol lebih rendah dibandingkan mutu awal sebelum disimpan. Hal ini menunjukkan adanya penurunan mutu benih selama penyimpanan. Benih varietas Wilis dan Grobogan sebelum disimpan masing-masing memiliki daya ber-kecambah 91% dan 88% dengan kadar air 10,7% dan 8,9%. Penyimpanan menggunakan plastik tebal pada suhu kamar tanpa pendingin ruangan selama 4 bulan menurunkan daya berkecambah benih 30,8% (Wilis) dan 12,5% (Grobogan). Penurunan daya berkecambah

(4)

varietas Wilis lebih besar dibanding Grobogan. Hal ini disebabkan karena kadar air awal varietas Wilis lebih tinggi. Hasil penelitian Astriani dan Dinarto (2008) menunjukkan benih kedelai varietas Wilis dengan kadar air awal 9% dan daya berkecambah 98% mengalami peningkatan kadar air dan penurunan daya berkecambah setelah disimpan selama 3 bulan pada suhu kamar menggunakan plastik kedap, masing-masing menjadi 10,2% dan 80,4%.

Tabel 1. Pengaruh invigorasi pada benih kedelai varietas Wilis dan Grobogan terhadap daya

kecambah, indeks vigor, dan kecepatan tumbuh. Banten, Agustus−Desember 2010.

Perlakuan Daya kecambah (%) Indeks vigor

(%) Kecepatan tumbuh (%/etmal)t

Varietas Wilis 69,0b 53,4b 14,45b Grobogan 79,8a 64,6a 16,77a Invigorasi M1 70,0b 54,0ab 14,31ab M2 63,0b 46,5b 12,86b M3 73,0ab 56,0ab 15,03ab M4 80,5a 66,5ab 17,22a M5 80,5a 72,0a 18,65a KK 8,23% 20,00% 11,02%

Keterangan: M1 = kontrol, M2 = inokulasi menggunakan tanah, M3 = invigorasi menggunakan inokulan komersial, M4 = matriconditioning, M5 = matriconitioning plus inokulan komersial. Angka yang diikuti huruf sama pada kolom atau baris yang sama tidak berbeda nyata pada (α=0,05) uji DMRT.

Perlakuan invigorasi menggunakan matriconditioning (M4) dan matriconditioning plus inokulan (M5) mampu meningkatkan daya berkecambah 15% lebih tinggi dibanding kontrol (M1). Hal ini juga menunjukkan perlakuan matriconditioning (M4) dan

matri-conditioning plus inokulan (M5) mampu meningkatkan jumlah kecambah normal

diban-ding kontrol (M1). Perlakuan benih menggunakan inokulan tanah (M2) tidak berbeda nyata dengan kontrol namun cenderung menurunkan daya berkecambah 11,1%. Hal ini diduga disebabkan oleh air yang digunakan untuk melembabkan berimbibisi ke dalam benih secara tidak terkontrol sehingga terjadi imbibitional injury dan menurunkan daya berkecambah.

Varietas Grobogan (64,6%) memiliki indeks vigor lebih tinggi 21% dibandingkan varietas Wilis (53,4%). Indeks vigor pada perlakuan matriconditioning plus inokulan (72%) berbeda nyata dengan perlakuan benih menggunakan inokulan tanah (46,5%). Indeks vigor pada perlakuan benih menggunakan matriconditioning plus inokulan (M5) tidak berbeda nyata dengan kontrol (M1), perlakuan benih dengan inokulan (M3), dan perla-kuan benih dengan matriconditioning (M4), namun cenderung lebih tinggi. Hal senada juga dilaporkan oleh Suhartiningsih (2003) dimana perlakuan benih dengan

matricondi-tioning plus inokulan pada suhu kamar mampu meningkatkan daya berkecambah dan

indeks vigor benih kedelai.

Kecepatan tumbuh varietas Grobogan lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Wilis. Kecepatan tumbuh tertinggi dijumpai pada perlakuan benih dengan matriconditioning plus inokulan (M5), disusul oleh perlakuan benih dengan matriconditioning (M4), berturut-turut sebesar 18,7%/etmal dan 17,2%/etmal. Kecepatan tumbuh pada perlakuan benih dengan

matriconditioning (M4) dan matriconditioning plus inokulan (M5) secara statistik belum

(5)

cenderung meningkat. Perlakuan benih menggunakan inokulan tanah (M2) menghasilkan kecepatan tumbuh yang cenderung lebih rendah dibanding kontrol (M1).

Pertumbuhan Tanaman dan Hasil Benih Kedelai

Analisis ragam menunjukkan adanya perbedaan nyata pada variabel tinggi tanaman pada umur 2 minggu setelah tanam (MST) dan jumlah daun padaumur 4 MST yang disebabkan oleh perlakuan benih secara tunggal. Perbedaan yang sangat nyata dijumpai pada daya tumbuh dan tinggi tanaman pada umur 4 MST. Jumlah daun pada umur 2 MST tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

Tingginya curah hujan pada bulan pertama mencapai 168 mm dengan 13 hari hujan, membuat lahan sangat basah dan jenuh air sehingga menyebabkan rendahnya daya tumbuh. Daya tumbuh dua varietas yang diuji tergolong rendah, 48,7–67,7% (Tabel 2). Rata-rata daya tumbuh varietas Wilis dan Grobogan berturut-turut 55,6% dan 60,7%. Perbedaan nyata dijumpai pada variabel daya tumbuh yang disebabkan oleh perlakuan benih secara tunggal, tetapi tidak oleh varietas dan interaksinya.

Invigorasi dengan matriconditioning (M4) dan matriconditioning plus inokulan (M5) mampu meningkatkan daya tumbuh benih masing-masing 23,5% dan 25,5% lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Matriconditioning dapat mempengaruhi proses perkem-bangan benih dengan menghambat pemunculan radikula dan memperpanjang fase II (imbibisi), sehingga benih mengalami perubahan fisiologi dan biokemis dengan cepat sehingga memiliki perkecambahan yang serentak pada saat ditanam (Khan 1992, Khan et

al. dalam Ilyas 1995). Sadjad (1994) menyatakan benih yang memiliki vigor yang tinggi

akan lebih cepat berkecambah dan mampu berkecambah pada kondisi suboptimum.

Tabel 2. Pengaruh perlakuan invigorasi pada benih kedelai varietas Wilis dan Grobogan terhadap

daya tumbuh kedelai 2 MST. Banten, Agustus−Desember 2010.

Perlakuan Daya tumbuh umur 2 MST (%)

Varietas Wilis 55,6 Grobogan 60,70 Invigorasi M1 53,4b M2 49,1b M3 54,1ab M4 67,1a M5 67,0a KK 16,9%

MST = minggu setelah tanam, MM1 = kontrol, M2 = inokulasi menggunakan tanah, M3 = invigorasi menggu-nakan inokulan komersial, M4 = matriconditioning, M5 = matriconitioning plus inokulan komersial. Angka yang diikuti huruf sama pada kolom atau baris yang sama tidak berbeda nyata pada (α =0,05) uji DMRT.

Perlakuan invigorasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 MST dan jumlah daun umur 4 MST, sangat nyata pada variabel tinggi tanaman pada umur 4 MST tetapi tidak nyata pada variabel jumlah daun pada umur 2 MST (Tabel 3).

Tanaman pada umur 2 MST pada perlakuan invigorasi dengan matriconditoning plus inokulan (12,1 cm) lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (11,3 cm). Tinggi tanaman pada umur 2 MST pada perlakuan invigorasi dengan matriconditioning (M4) tidak berbeda nyata dengan kontrol tetapi cenderung lebih tinggi. Sadjad et al. (1999) menyatakan bahwa benih yang vigor mampu tumbuh normal walaupun dalam kondisi suboptimal.

(6)

Perlakuan invigorasi dengan matriconditioning plus inokulan (M5) mampu meningkatkan vigor benih dilihat dari tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (M1). Hal ini sejalan dengan penelitian Suhartiningsih (2003), Ilyas (2003), dan Faisal (2005) di mana invigorasi benih kedelai dengan matriconditioning plus inokulan mikroba mampu meningkatkan vigor benih dan pertumbuhan tanaman kedelai.

Tabel 3. Pengaruh invigorasi pada benih kedelai varietas Wilis dan Grobogan terhadap tinggi

tanaman dan jumlah daun pada umur 2 dan 4 MST. Banten, Agustus−Desember 2010.

Perlakuan Tinggi tanaman

umur 2 MST (cm) Jumlah daun umur 2 MST umur 4 MST (cm) Tinggi tanaman Jumlah daun umur 4 MST

Varietas Wilis 11,5 b 1,9 16,5 4,4 Grobogan 11,9 a 1,9 16,8 4,5 Invigorasi M1 11,3b 1,9 16,1b 4,2b M2 11,5 ab 1,9 16,1b 4,3b M3 11,6 ab 1,9 16,9ab 4,4ab M4 12,0ab 1,9 16,8ab 4,5ab M5 12,1a 1,9 17,4a 4,9a KK 4,10 % 4,52 % 4,65 % 5.57 %

MST = minggu setelah tanam, M1 = kontrol, M2 = inokulasi menggunakan tanah, M3 = invigorasi menggu-nakan inokulan komersial, M4 = matriconditioning, M5 = matriconitioning plus inokulan komersial. Angka yang diikuti huruf sama pada kolom atau baris yang sama tidak berbeda nyata pada (α=0,05) uji DMRT.

Hal yang berbeda ditunjukkan pada jumlah daun pada umur 2 MST, dimana tidak ada pengaruh yang nyata yang disebabkan oleh varietas dan perlakuan invigorasi, baik secara tunggal maupun interaksinya. Rata-rata jumlah daun varietas Wilis dan Grobogan pada umur 2 MST masing-masing 1,9 daun/tanaman. Pengamatan terhadap variabel tinggi tanaman dan jumlah daun pada umur 4 MST menunjukkan adanya pengaruh nyata yang disebabkan oleh perlakuan invigorasi. Tanaman tertinggi dihasilkan oleh benih dengan perlakuan matricondioning plus inokulan (17,37 cm), lebih tinggi dibanding kontrol (16,1 cm). Hal yang sama juga ditunjukkan oleh jumlah daun pada umur 4 MST. Perlakuan invigorasi dengan matricondioning plus inokulan (4,9) menghasilkan tanaman dengan jumlah daun umur 4 MST lebih banyak dibanding kontrol (4,2).

Hasil analisis ragam terhadap variabel komponen hasil menunjukkan adanya pengaruh yang sangat nyata yang disebabkan oleh varietas pada seluruh variabel yang diamati. Pengaruh nyata yang disebabkan oleh perlakuan invigorasi dijumpai pada jumlah polong isi, bobot biji per tanaman, dan potensi hasil. Sementara itu, perlakuan invigorasi tidak menyebabkan pengaruh nyata terhadap bobot 1.000 butir. Pengaruh perlakuan invigorasi terhadap bobot biji per tanaman, bobot biji per petak, bobot 1.000 butir, dan potensi hasil disajikan pada Tabel 4.

Bobot biji per tanaman varietas Grobogan (4,39 g) lebih tinggi dibanding varietas Wilis (3,16 g). Perlakuan benih dengan matriconditioning plus inokulan (M5) mampu mening-katkan bobot biji per tanaman dibandingkan dengan kontrol (M1), perlakuan benih dengan inokulan tanah (M2), dan perlakuan benih dengan matriconditioning (M4) masing-masing 14,1%, 15,0% dan 14,6%.

Varietas Grobogan memiliki bobot biji per petak lebih tinggi dibanding varietas Wilis. Hal ini sesuai dengan deskripsi kedua varietas, dimana varietas Grobogan memiliki potensi hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Wilis. Pada Tabel 4 terlihat perlakuan

(7)

invigorasi menggunakan matriconditioning plus (M5) mampu meningkatkan bobot biji per petak 32,0% lebih tinggi dibandingkan kontrol (M1) dan 34,4% dibanding dengan perlakuan invigorasi menggunakan inokulan tanah (M2). Bobot biji per petak pada perlakuan invigorasi dengan matriconditioning plus inokulan (M5) adalah 373,6g, tidak berbeda nyata dengan perlakuan benih menggunakan inokulan komersial (M3) dan perlakuan benih menggunakan matriconditioning (M4), namun cenderung lebih tinggi. Bobot biji per petak ditentukan oleh bobot biji per tanaman, daya tumbuh tanaman dan populasi tanaman per petak. Analisis menunjukkan adanya korelasi yang nyata antara bobot per petak dengan bobot per tanaman dan daya tumbuh tanaman dengan koefisien korelasi masing-masing 0,333 dan 0,496.

Tabel 4. Pengaruh invigorasi pada benih kedelai varietas Wilis dan Grobogan terhadap bobot biji per tanaman, bobot biji per petak, bobot 1.000 butir, dan potensi hasil. Banten,

Agustus−Desember 2010.

Perlakuan bobot biji per

tanaman (g) bobot biji per petak (g) Bobot 1000 butir (g) Potensi hasil (ton/ha)

Varietas Wilis 3,2b 263,5b 112,2b 1,01b Grobogan 4,4a 303,8a 193,6a 1,41a Invigorasi M1 3,7b 254,2b 153,0 1,17b M2 3,6b 224,5b 153,1 1,16b M3 3,7ab 270,2ab 153,6 1,20ab M4 3,6b 296,0ab 151,8 1,16b M5 4,3a 373,6a 153,0 1,36a KK 10,60% 10,45 % 3,43% 10,59%

Bobot biji per petak didapat dari petak berukuran 3 x 3 m. M1 = kontrol, M2 = inokulasi menggunakan tanah, M3 = invigorasi menggunakan inokulan komersial, M4 = matriconditioning, M5 = matriconitioning plus inokulan komersial. Angka yang diikuti huruf sama pada kolom atau baris yang sama tidak berbeda nyata pada (α =0,05) uji DMRT

Rata-rata potensi hasil varietas Grobogan dan Wilis pada penelitian masing-masing 1,41 t dan 1,01 ton/ha. Kondisi curah hujan yang tinggi, tanah yang lembab, dan gulma yang sulit dikendalikan diduga menjadi salah satu penyebab pertanaman kedelai tidak mampu berproduksi optimal. Perlakuan invigorasi dengan matriconditioning plus inokulan (M5) mampu meningkatkan hasil biji kedelai 16,2% atau meningkat 0,19 t/ha dibanding kontrol.

Mutu Benih Kedelai yang Dihasilkan

Benih kedelai hasil panen dikeringkan di bawah sinar matahari hingga mencapai kadar air ±11%. Analisis terhadap viabilitas dan vigor benih menunjukkan tidak adanya penga-ruh yang nyata terhadap semua variabel mutu benih yang disebabkan oleh perlakuan invigorasi sebelumnya, varietas, maupun interaksinya. Hal ini menunjukkan perlakuan invigorasi dan varietas hanya berpengaruh terhadap viabilitas dan vigor benih, pertum-buhan tanaman, dan hasil, tetapi tidak berpengaruh terhadap mutu benih. Hal serupa dilaporkan oleh Ilyas et al. (2003) dimana perlakuan benih awal tidak mempengaruhi mutu benih yang dihasilkan. Berbeda dengan hasil penelitian Faisal (2005) dimana

matri-conditioning plus Bradyrhizobium lipoferum dan Azotobacter japonicum meningkatkan

daya berkecambah dan indeks vigor benih berturut-turut 2,8% dan 9,5% dibanding kontrol.

(8)

Tabel 5. Pengaruh invigorasi pada benih kedelai varietas Wilis dan Grobogan terhadap mutu benih yang dihasilkan. Bentul, Agustus−Desember 2010.

Perlakuan Daya berkecambah (%) Indeks vigor (%) Kecepatan tumbuh

(%/etmal) Varietas Wilis 86,2 75,0 18,7 Grobogan 85,2 74,0 18,3 Invigorasi M1 84,5 73,5 18,3 M2 85,0 76,0 18,4 M3 84,5 72,5 17,9 M4 86,0 74,0 18,6 M5 88,5 76,5 19,1 KK 3,76% 8,89% 4,50%

M1 = kontrol, M2 = inokulasi menggunakan tanah, M3 = invigorasi menggunakan inokulan komersial, M4 = matriconditioning, M5 = matriconitioning plus inokulan komersial. Angka yang diikuti huruf sama pada kolom atau baris yang sama tidak berbeda nyata pada (α =0,05) uji DMRT

Perlakuan invigorasi sebelumnya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap daya berkecambah, indeks vigor, dan kecepatan tumbuh benih. Daya berkecambah benih berkisar antara 84–90% dengan rata-rata untuk varietas Wilis dan Grobogan 86,2% (Tabel 5). Tingginya curah hujan selama periode panen menyebabkan benih sulit dikeringkan dan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama sehingga mempengaruhi mutu benih. Indeks vigor benih pada varietas Wilis dan Grobogan masing-masing 75% dan 74%. Nilai indeks vigor benih selalu lebih rendah dibandingkan daya berkecambah benih tetapi cenderung mendekati pertumbuhan bibit di lapang. Miguel dan Filho (2002) melaporkan bahwa pada benih jagung perhitungan pertama pada pengujian perkecambahan dapat menunjukkan keragaan pertumbuhan bibit di lapang (seedling emergence).

KESIMPULAN

1. Perlakuan invigorasi menggunakan matriconditioning dan matriconditioning plus inokulan dapat meningkatkan viabilitas dan vigor benih yang ditunjukkan oleh nilai daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh dan daya tumbuh.

2. Perlakuan invigorasi terbaik dijumpai pada matriconditioning plus inokulan karena dapat meningkatkan viabilitas dan vigor benih sekaligus meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil benih kedelai.

3. Penggunaan tanah sebagai inokulan yang diintegrasikan sebagai perlakuan invigorasi dapat menurunkan viabilitas dan vigor benih

4. Perlakuan invigorasi tidak mempengaruhi mutu hasil benih. DAFTAR PUSTAKA

Albareda M, Rodriguez-Navaro DN, Temprano FJ. 2009. Soybean inoculation: dose, N fertilizer supplementation and rhizobia persistence in soil. Filed Crop Research. 113 : 352–356.

Andreoli C, Khan AA. 1999. Matriconditioning integrated with giberelic acid to hasten seed

germination and improve stand establishment of pepper and tomato. Pesq. Agropec. Bras.,

Brasilia. 34(10): 1953−1958.

Astriani D, Dinanto W. 2008. Kualitas benih kedelai pada penyimpanan selama tiga bulan dalam

berbagai kadar air dan wadah. Di dalam : Prosiding Seminar Nasional dan Workshop

Perbenihan dan Kelembagaan;Yogyakarta, 10–11 November 2008. Yogyakarta : Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Hlm. III-81 – III-90

(9)

Faisal. 2005. Perlakuan benih menggunakan matriconditioning plus inokulan mikroba untuk meningkatkan efisiensi pemupukan nitrogen, pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman kedelai. [tesis]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Gunarto L. 2000. Mikroba rhizosfer: potensi dan pemanfaatannya. Jurnal Litbang Pertanian 19 (2): 39–48.

Ilyas S. 1995. Perubahan fisiologi dan biokimia benih dalam proses seed conditioning. Keluarga Benih. 6(20) 70–79.

Ilyas S. 2006. Seed treatment using matriconditioning to improve vegetable seed quality. Bul. Agron. 34 (2): 124–132.

Ilyas S, Hasan A, Siregar UJ and Sudarsono. 2000. Matriconditioning improve yard-long bean seed quality. Third International Crop Science Congress, Hamburg, 17–22 August 2000.

Ilyas S, Sutariati GA, Suwarno FC and Sudarsono. 2002. Matriconditioning improve hot pepper seed quality. Seed Technology. 24 (1) : 65–75.

Ilyas S, Surahman M, Saraswati R, Gunarto L dan Aisarwanto T. 2003. Peningkatan mutu benih dan produktivitas kedelai dengan teknik invigorasi benih menggunakan matriconditioning dan inokulan mikroba. Laporan Hasil Penelitian. LPPM IPB - PAATP. Bogor. 61 hal.

[ISTA] International Seed Testing Association. 2007. International Rules for Seed Testing. Ed 2007. ISTA. Zurich. Switzerland.

Khan AA. 1992. Preplant physiological seed conditioning. P. 131–181. In J. Janick (ed). Review. Willey and Sons Inc.

Khan AA, Miura H, Prusinski J and Ilyas S. 1990. Matriconditioning of seed to improve emergence.

Proceedings of The Symposium on Stand Establishment of Horticultutal Crop. Minneapolis, 4– 6 April 1990. Minneapolis, USA.

Miguel MVC, Filho JM. 2002. Potassium leakage and maize seed physiological potential. Scientia Agricola 59(2): 315−319.

Sadjad S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Somasegaran, Hoben. 1994. Hand book for rhizobia. Spiringer Verlag, New York: XVI: 450p. Suharjo UKJ. 2001. Efektivitas nodulasi Rhizobium japonicum pada kedelai yang tumbuh di tanah

sisa inokulasi dan tanah dengan inokulasi. Jurnal Imu-Ilmu Pertanian.Vol. 3 (1). Hlm 31–35. Suhartiningsih, 2003. Peningkatan mutu benih dan pertumbuhan tanaman kedelai kedelai (Glycine

max (L.) Merr) dengan matriconditioning yang diintergrasikan dengan inokulan mikroba.

[tesis]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor

.

DISKUSI

Alfin : Dalam penelitian digunakan 2 varietas yang berbeda ukuran bijinya. Apakah relevan

bila kedua varietas tersebut dibandingkan?

Jawaban : Tujuan penelitian adalah melihat respon kedua jenis varietas dengan ukuran biji

yang berbeda sehingga menggunakan data rata-rata agar lebih mewakili. Bukan untuk membedakan respon antar kedua varietas.

Budi Santoso Rajit (Balitkabi): Benih yang digunakan dalam penelitian mempunyai kadar air berapa?

Jawaban : Kadar air 10,9% dan 8,9%

Suismono (BB Pasca Panen): Bagaimana sifat fisiko kimia dari media yang digunakan?

Bagaimana cara panen yang dilakukan?

Jawaban : Sifat fisiko-kimia media sudah dianalisis tetapi data tidak disajikan Panen

Gambar

Tabel 3.  Pengaruh invigorasi pada benih kedelai varietas Wilis dan Grobogan terhadap tinggi  tanaman dan jumlah daun pada umur 2 dan 4 MST
Tabel 4.   Pengaruh invigorasi pada benih kedelai varietas Wilis dan Grobogan terhadap bobot biji  per tanaman, bobot biji per petak, bobot 1.000 butir, dan potensi hasil
Tabel 5.   Pengaruh invigorasi pada benih kedelai varietas Wilis dan Grobogan terhadap mutu  benih yang dihasilkan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data hasil observasi pendahuluan pada lokasi berbeda dan berdekatan, dapat diperoleh hasil bahwa lalat sebagai vektor mekanis pembawa bakteri patogen dan

Penyedia yang dikenakan sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam berdasarkan penetapan BUMN/BUMD, lembaga donor, pemerintah negara lain dan/atau putusan Komisi Pengawas

Fotocopy berkas yang tercantum didalam formulir isian kualifikasi penawaran yang saudara sampaikan pada paket pekerjaan tersebut untuk diserahkan pada Pokja sebanyak 1

Dalam mesin perkakas terdapat bidang, bagian permukaan, garis ataupun gerakan komponen yang dalam interaksinya harus sejajar satu dengan lainnya sedemikian

sistem pengendalian internal berfungsi dengan baik, diperlukan kelima komponen tersebut sehingga akan mendorong terlaksananya struktur sistem pengendalian internal yang

Puji syukur ke hadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan barokahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “PEMBUATAN GAME 2D

Dr.Diah Karmiyati.,M.Si, selaku pembimbing pertama saya yang membantu saya, memberikan masukan dan ilmu kepada saya selama saya mengerjakan thesis saya hingga

Disamping itu orang tua dapat melihat kegiatan anak di laboratorium, di bengkel, dan di kebun (Soetopo, dan Soemanto 1989, hlm. Kunjungan orang tua siswa ke sekolah