• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN OPEN-ENDED

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN OPEN-ENDED"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN OPEN-ENDED DAN KONSTRUKTIVIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK

BAHASAN FUNGSI TURUNAN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA KELAS XI IPS

KABUPATEN BOYOLALI

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister

Pendidikan Matematika

Oleh :

ENDANG SUSILOWATI NIM. S851002005

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012 commit to user

(2)

ii

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN OPEN-ENDED DAN KONSTRUKTIVIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK

BAHASAN FUNGSI TURUNAN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA KELAS XI IPS

KABUPATEN BOYOLALI

TESIS

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

ENDANG SUSILOWATI NIM. S851002005

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012 commit to user

(3)

iii

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN OPEN-ENDED DAN KONSTRUKTIVIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK

BAHASAN FUNGSI TURUNAN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA KELAS XI IPS

KABUPATEN BOYOLALI TESIS Oleh : ENDANG SUSILOWATI NIM. S851002005 Komisi Nama Pembimbing

Pembimbing I Dr. Mardiyana, M.Si.

NIP. 19660225 199302 1 002

Pembimbing II Drs. Pangadi, M.Si.

NIP. 19571012 199103 1 001

Tanda tangan Tanggal

……… ……….

……… ………..

Telah dinyatakan memenuhi syarat Pada tanggal ……….. 2012

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Budiyono, M. Sc. NIP. 19530915 197903 1 003commit to user

(4)

iv

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN OPEN-ENDED DAN KONSTRUKTIVIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK

BAHASAN FUNGSI TURUNAN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA KELAS XI IPS

KABUPATEN BOYOLALI

TESIS

Oleh :

ENDANG SUSILOWATI NIM. S851002005

Jabatan Nama Terang Tanda Tangan Tanggal Ketua Prof. Dr. Budiyono, M. Sc ……… ..…….………

NIP. 19530915 197903 1 003

Sekretaris Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph D. ……… ..…….……… NIP. 19630826 198803 1 002

Anggota I Dr. Mardiyana, M.Si. ………. ….………... NIP. 19660225 199302 1 002

Anggota II Drs. Pangadi, M.Si. ………. …….……… NIP. 19571012 199103 1 001

Telah dipertahankan didepan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat

Pada tanggal ...2012

Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS. NIP. 19610717 198601 1 001

Ketua Program

Studi Pendidikan Matematika

Prof. Dr. Budiyono, M. Sc. NIP. 19530915 197903 1 003 commit to user

(5)

v

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul : “EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN OPEN-ENDED

DAN KONSTRUKTIVIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN FUNGSI TURUNAN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA KELAS XI IPS

KABUPATEN BOYOLALI” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan

bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No. 17, tahun 2010) 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain

harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs-UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Biosains PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Biosains PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, 12 Juni 2012 Mahasiswa,

Endang Susilowati S851002005 commit to user

(6)

vi ABSTRAK

Endang Susilowati. NIM. S851002005. Efektivitas Pembelajaran Open-Ended dan Konstruktivis terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Fungsi Turunan Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI IPS Kabupaten Boyolali. Pembimbing I: Dr. Mardiyana, M.Si., Pembimbing II: Drs. Pangadi, M.Si. Tesis, Surakarta: Program Pascasarjana Pendidikan Matematika, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara penggunaan pendekatan Open-Ended dengan pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran matematika, (2) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan motivasi belajar sedang, siswa yang memiliki motivasi belajar sedang dengan motivasi belajar rendah, dan siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan motivasi belajar rendah. (3) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan motivasi belajar sedang, siswa yang memiliki motivasi belajar sedang dengan motivasi belajar rendah, dan siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan motivasi belajar rendah pada pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended.(4) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan motivasi belajar sedang, siswa yang memiliki motivasi belajar sedang dengan motivasi belajar rendah, dan siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan motivasi belajar rendah pada pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. (5) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara pendekatan Open-Ended dengan pendekatan konstruktivis pada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi.(6) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara antara pendekatan Open-Ended dengan pendekatan konstruktivis pada siswa yang memiliki motivasi belajar sedang. (7) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara pendekatan Open-Ended dengan pendekatan konstruktivis pada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi–experimental research). Teknik sampling yang digunakan yaitu stratified cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS yang sebanyak 208 siswa atau 6 kelas dari 3 SMA di Kabupaten Boyolali. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui dokumentasi, penyebaran angket motivasi, dan soal-soal tes prestasi belajar. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah varian dua jalan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Prestasi belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-Ended lebih baik dari pada penggunaan pendekatan konstruktivis. (2) Siswa dengan motivasi tinggi memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa dengan motivasi sedang, siswa dengan motivasi sedang memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa dengan motivasi rendah, dan siswa dengan motivasi tinggi memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa dengan motivasi rendah. (3) Pada pembelajaran dengan commit to user

(7)

vii

menggunakan pendekatan Open-Ended, siswa dengan motivasi tinggi memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa dengan motivasi sedang, siswa dengan motivasi sedang memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa dengan motivasi rendah, dan siswa dengan motivasi tinggi memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa dengan motivasi rendah. (4) Pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontruktivis, siswa dengan motivasi tinggi memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa dengan motivasi sedang, siswa dengan motivasi sedang memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa dengan motivasi rendah, dan siswa dengan motivasi tinggi memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa dengan motivasi rendah. (5) Prestasi belajar matematika siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dalam pembelajaran dengan pendekatan

Open-Ended lebih baik dari pada dalam pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis.

(6) Prestasi belajar matematika siswa yang memiliki motivasi belajar sedang dalam pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended lebih baik dibanding dalam pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis.(7) Prestasi belajar matematika siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dalam pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended lebih baik dibanding dalam pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis.

Kata kunci: Open-Ended, Konstruktivis, Motivasi, Prestasi Belajar

(8)

viii ABSTRACT

Endang Susilowati, S851002005. The Effectiveness of the Open-Ended and Constructivist Learning Models on the Learning Achievement in Mathematics with the Topic of Discussion of Differential Viewed from the Learning Motivations of the Students in Grade XI of Social Program in Boyolali Regency. Principal Advisor: Dr. Mardiyana, M.Si., Co-advisor: Drs. Pangadi, M.Si. Thesis: Surakarta: The Graduate Program in Mathematics Education, Sebelas Maret University, Surakarta 2012.

The objectives of this research are to investigate: (1) Which learning model between the open-ended learning model and the constructivist learning model results in a better achievement in Mathematics; (2) which learning motivation between the students’ high learning motivation and the students’ medium learning motivation, between the students’ medium learning motivation and the students’ low learning motivation, and between the students’ high learning motivation and the students’ low learning motivation results in a better achievement in Mathematics; (3) which learning motivation between the students’ high learning motivation and the students’ medium learning motivation, between the students’ medium learning motivation and the students’ low learning motivation, and between the students’ high learning motivation and the students’ low learning motivation results in a better achievement in Mathematics taught with the open-ended learning model; (4) which learning motivation between the students’ high learning motivation and the students’ medium learning motivation, between the students’ medium learning motivation and the students’ low learning motivation, and between the students’ high learning motivation and the students’ low learning motivation results in a better achievement in Mathematics taught with the constructivist learning model; (5) which learning model between the open-ended learning model and the constructivist learning model results in a better learning achievement in Mathematics of the students with the high learning motivation; (6) which learning model between the open-ended learning model and the constructivist learning model results in a better learning achievement in Mathematics of the students with the medium learning motivation; (7) which learning model between the open-ended learning model and the constructivist learning model results in a better learning achievement in Mathematics of the students with the low learning motivation.

This research used the quasi-experimental research. The samples of the research were as many as 208 students in Grade XI or six classes of three Senior Secondary Schools in Boyolali regency. The samples were taken by using the stratified cluster random sampling. The data of the research were gathered through documentation, questionnaire tests of learning achievement. The data were then analyzed by using a two-way analysis of variance.

The results of the research are as follows: (1) the learning achievement in Mathematics of the students taught with the open-ended learning model is better than that of the students taught with the constructivist one; (2) the students with the high learning motivation have a better learning achievement in Mathematics than those with the medium learning motivation, the students with the medium learning commit to user

(9)

ix

motivation have a better learning achievement in Mathematics than those with the low learning motivation, the students with the high learning motivation have a better learning achievement in Mathematics than those with the low learning motivation; (3) in the open-ended learning model, the students with the high learning motivation have a better learning achievement in Mathematics than those with the medium learning motivation, the students with the medium learning motivation have a better learning achievement in Mathematics than those with the low learning motivation, the students with the high learning motivation have a better learning achievement in Mathematics than those with the low learning motivation; (4) in the constructivist learning model, the students with the high learning motivation have a better learning achievement in Mathematics than those with the medium learning motivation, the students with the medium learning motivation have a better learning achievement in Mathematics than those with the low learning motivation, the students with the high learning motivation have a better learning achievement in Mathematics than those with the low learning motivation; (5) the students with the high learning motivation taught with the open-ended learning model have a better learning achievement in Mathematics than those taught with the constructivist one; (6) the students with the medium learning motivation taught with the open-ended learning model have a better learning achievement in Mathematics than those taught with the constructivist one; and (7) the students with the low learning motivation taught with the open-ended learning model have a better learning achievement in Mathematics than those taught with the constructivist one.

Keywords: Open-ended learning model, constructivist learning model, motivation, and learning achievement.

(10)

x MOTTO

Kemenangan bukanlah segalanya,

tapi cara untuk mendapatkan kemenangan adalah segalanya.

(Vince Lombardi)

Kita dilarang takabur dan mencari nama, tetapi kita tidak dilarang memperbaiki diri sendiri hingga menjadi seseorang yang terhormat.

(Imam Ghozali)

Kebahagiaan terbesar dalam hidup ini adalah bila kita berhasil melakukan apa yang menurut orang lain tidak dapat kita lakukan.

(Walter Begenhot)

(11)

xi

PERSEMBAHAN

Sebuah karya kecil ini kupersembahkan kepada:

v Belahan jiwa yang kan menemaniku sampai akhir hayat

v Anak-anakku tercinta

v Almamaterku

(12)

xii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta dengan usaha yang sungguh-sungguh, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Open-Ended dan Konstruktivis terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Fungsi Turunan Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI IPS Kabupaten Boyolali” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Proses penyusunan tesis ini tak terlepas dari segala hambatan dan rintangan yang tentunya akan memacu proses pendewasaan berpikir penulis dalam mengaruhi bahtera hidup selanjutnya. Bantuan dan bimbingan senantiasa penulis peroleh dari berbagai pihak demi kesempurnaan tesis ini. Untuk itu, pada kesempatan yang berbahagia ini, penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M. S. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis. 2. Prof. Dr. Budiyono, M. Sc. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.

3. Dr. Mardiyana, M. Si. Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

4. Drs. Pangadi, M.Si. Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

5. Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Matematika pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan studi.

6. Kepala SMAN 1 Boyolali, SMAN 3 Boyolali, SMAN 1 Simo, SMAN 1 Ampel, dan SMAN 1 Teras, beserta seluruh Guru/ Karyawan yang telah ikut berpartisipasi dalam penyelesaian tesis ini. commit to user

(13)

xiii

7. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan studi.

8. Suami dan ketiga anakku tercinta yang telah memberikan dorongan moral dalam penyelesaian studi penulis.

9. Semua pihak yang telah mendukung terselesaikannya penyusunan tesis ini. Kritik dan saran konstruktif penulis harapkan, sebagai upaya perbaikan penyusunan tesis ini. Kurang lebihnya mohon maaf, dan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkompeten dalam memajukan dunia pendidikan.

Surakarta, Febuari 2012

Penulis

(14)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... viii

HALAMAN MOTTO ... x

HALAMAN PERSEMBAHAN ... xi

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 10 C. Pembatasan Masalah ... 11 D. Perumusan Masalah ... 12 E. Tujuan Penelitian ... 13 F. Manfaat Penelitian ... 15

BAB II LANDASAN TEORI ... 16

A. Kajian Teori ... 16

1. Pengertian Belajar Mengajar ... 16

2. Pendekatan Konstruktivis ... 28

3. Pendekatan Open-Ended ... 35

4. Motivasi Belajar ... 43

5. Prestasi Belajar Matematika ... 45

B. Penelitian yang Relevan ... 49

C. Kerangka Berpikir ... 51 D. Perumusan Hipotesis ... commit to user 55

(15)

xv

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 57

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 57

B. Jenis Penelitian ... 58

C. Populasi, Sampel dan Sampling ... 59

D. Variabel Penelitian ... 62

E. Metode Pengumpulan Data ... 64

F. Instrumen Penelitian ... 66

G. Teknik Analisis Data ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 84

A. Hasil Penelitian ... 84

1. Uji Coba Instrumen ... 84

2. Hasil Uji Keseimbangan ... 88

3. Deskripsi Data ... 90

4. Analisis Data ... 91

B. Pembahasan ... 96

C. Keterbatasan Penelitian ... 107

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 109

A. Kesimpulan ... 109 B. Implikasi ... 110 C. Saran ... 111 DAFTAR PUSTAKA ... 112 LAMPIRAN ... 115 commit to user

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian ... 54

Tabel 3.2. Kategori Sekolah ... 57

Tabel 3.3. Rerata UN Matematika SMA se-Kabupaten Boyolali Tahun 2010 57 Tabel 3.4. Pengelompokan Motivasi Belajar Matematika ... 60

Tabel 3.5. Kriteria penilaian Angket ... 62

Tabel 3.6. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan ... 76

Tabel 3.7. Rangkuman Anava Dua Jalan ... 78

Tabel 4.1. Rangkuman hasil uji normalitas setiap kelompok eksperimen ... 85

Tabel 4.2. Rangkuman hasil uji homogenitas variansi pada pasangan kelompok eksperimen ... 86

Tabel 4.3. Statistik deskriptif data kemampuan menyelesaikan tes prestasi Belajar ... 87

Tabel 4.4. Rangkuman hasil uji normalitas setiap kelompok ... 88

Tabel 4.5. Rangkuman hasil uji homogenitasvariansi setiap pasangan Kelompok ... 89

Tabel 4.6. Rangkuman hasil uji anava dua jalan ... 90

Tabel 4.7. Rerata marginal dan rerata masing masing sel ... 91

Tabel 4.8. Rangkuman komparasi ganda antar kolom ... 91

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1

Lampiran 2

: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Open-ended ... : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kontruktivis...

115 121

Lampiran 3 : Kisi-kisi Soal Tes Prestasi Belajar Matematika ... 130

Lampiran 4 : Soal uji coba Tes Prestasi Belajar Matematika ... 133

Lampiran 5 : Lembar Validasi Instrumen Tes Prestasi Belajar ... 138

Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 : Tingkat Kesukaran Tes Prestasi Belajar ... : Daya Beda Soal Tes Prestasi Belajar ...…. : Tingkat Reliabilitas Soal Tes Prestasi Belajar………. 142 149 154 Lampiran 9 : Soal Tes Prestasi Belajar Matematika setelah diuji ... 155

Lampiran 10 : Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar ... 159

Lampiran 11 : Angket Motivasi Belajar ... 160

Lampiran 12 : Lembar Validasi Instrumen Angket Motivasi Belajar ... 163

Lampiran 13 Lampiran 14 : Konsistensi Internal Angket Motivasi belajar... : Reliabilitas Angket Motivasi belajar... 167 177 Lampiran 15 : Angket Motivasi Belajar setelah diuji... 178

Lampiran 16 : Daftar Nama dan Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas Eksperimen ... 180

Lampiran 17 : Uji Normalitas Eksperimen 1 ... 186

Lampiran 18 : Uji Normalitas Eksperimen 2 ... 190

Lampiran 19 : Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen ... 194

Lampiran 20 : Uji Keseimbangan ... 198

Lampiran 21 : Data Induk Penelitian ... 202

Lampiran 22 : Uji Normalitas Eksperimen 1 ... 210

Lampiran 23 : Uji Normalitas Eksperimen 2 ... 208

Lampiran 24 : Uji Normalitas motivasi Belajar tinggi ... 212

Lampiran 25 : Uji Normalitas motivasi Belajar sedang... 214

Lampiran 26 : Uji Normalitas motivasi Belajar rendah... 219 Lampiran 27 : Uji Homogenitas pendekatan Pembelajaran ... 221 commit to user

(18)

xviii

Lampiran 28 : Uji Homogenitas motivasi Belajar ... 226

Lampiran 29 : Uji Analisis Variansi ... 231

Lampiran 30 : Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi ... 241

Lampiran 31 : Surat Ijin Penelitian ... 243

Lampiran 32 : Surat Keterangan telah melaksanakan Penelitian ... 244

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu pesat dan cepat. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sangat diperlukan untuk mengimbangi perkembangannya. Untuk menciptakan SDM yang berkualitas diperlukan pendidikan yang mencakup penguasaan teknologi, memperluas keragaman produk, dan mutu produk. Pencapaian SDM yang berkualitas akan menentukan kelangsungan hidup yang lebih baik, perkembangan IPTEKS dan kemenangan pada persaingan global. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan berperan penting dalam mempersiapkan dan mencetak generasi baru yang berkualitas, sehingga menjadikan SDM yang berkualitas.

Salah satu tujuan belajar adalah menanamkan sikap belajar yang baik, karena dengan belajar yang baik diharapkan dapat mengubah sikap seseorang menjadi manusia yang ulet, tangguh, menguasai keterampilan hidup, menguasai bidang akademik dan seni sehingga menjadi manusia Indonesia yang mempunyai kepribadian kuat serta berakhlaq mulia. Dengan demikian, belajar tidak hanya untuk mencapai prestasi akademik belaka, akan tetapi merupakan wahana peserta didik dalam mengembangkan kepribadian dan memunculkan sikap agar supaya tiap peserta didik mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi.

Motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya

(20)

2

tujuan. Dari pengetian tersebut, terdapat tiga elemen penting tentang motivasi yaitu : (1) Motivasi mengawali terjadinya suatu perubahan energi pada diri setiap individu manusia. (2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling, afeksi seseorang. (3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi merupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan, dimana tujuan tersebut menyangkut dengan kebutuhan (Sadirman, 2001: 73).

Apabila peserta didik telah mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar, maka akan mudah mencapai prestasi seperti yang diharapkan. Sebaliknya, peserta didik yang tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka tidak ada daya yang mendorong peserta didik untuk memahami suatu pelajaran, sehingga prestasi belajarnya akan cenderung rendah.

Kabupaten Boyolali merupakan daerah yang terletak di lereng Gunung Merbabu dan berada di antara kota besar. Peserta didik yang sekolah di sini pada umumnya mempunyai kemampuan yang sedang, karena yang mempunyai kemampuan tinggi kebanyakan masuk sekolah luar kota, misalnya Solo, Klaten atau Salatiga.

Matematika sebagai salah satu ilmu pengetahuan ilmu dasar harus diajarkan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA/ SMK dan Perguruan Tinggi. Pada jenjang pendidikan SMA, peserta didik dijuruskan ke tiga bidang ilmu yaitu IPA, IPS dan Bahasa pada waktu kenaikan dari kelas X ke kelas XI. Namun penjurusan tersebut tergantung dari kondisi sekolah dan minat serta kemampuan peserta didik. Umumnya, di sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta hanya terdapat dua jurusan yaitu jurusan IPA dan jurusan IPS sedangkan

(21)

3

jurusan Bahasa hanya terdapat pada sekolah-sekolah tertentu. Penjurusan tersebut didasarkan pada kemampuan peserta didik, jurusan IPA adalah peserta didik yang mempunyai kemampuan di bidang Ilmu Eksak (matematika, fisika, kimia dan biologi), Jurusan IPS untuk peserta didik yang memiliki kemampuan di bidang Ilmu Sosial (ekonomi/ akuntansi, sejarah dan geografi) dan Jurusan Bahasa adalah peserta didik yang memiliki kemampuan di bidang Ilmu Bahasa (bahasa inggris dan bahasa indonesia).

Peserta didik yang mengambil jurusan IPS pada umumnya ingin menghindari pelajaran eksak terutama matematika, namun mereka kembali mendapat pelajaran matematika di kelas, sehingga mereka kurang bergairah dan malas dalam mengikuti pelajaran matematika. Padahal matematika merupakan salah satu mata pelajaran dari Ujian Nasional. Disini guru dituntut lebih kreatif dalam memberikan materi kepada peserta didik agar mereka tidak merasa bosan dan mudah dalam memahami materi yang diajarkan.

Mutu pendidikan di kabupaten Boyolali sekarang ini masih sangat memprihatinkan, hasil UN pada tahun pelajaran 2008/ 2009 dan tahun pelajaran 2009/ 2010 banyak peserta didik yang tidak lulus dikarenakan nilai matematika tidak mencapai batas kelulusan yaitu 4,01. Selama ini peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran, sehingga kemampuan pemecahan masalahnya masih kurang dan tidak berkembang. Hal tersebut menyebabkan hasil belajar peserta didik, terutama aspek pemecahan masalah masih rendah, peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan merupakan masalah yang selalu menuntut perhatian. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran

(22)

4

merupakan kegiatan yang paling pokok. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan terutama ditentukan oleh pembelajaran yang dialami peserta didik. Peserta didik yang belajar akan mengalami perubahan baik dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap. Agar perubahan tercapai dengan baik, maka perlu diterapkan pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang efektif dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan sesuai kompetensi dasar yang harus dicapai. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu diperhatikan kondisi internal, eksternal, serta strategi dan model pembelajaran yang digunakan. Pembelajaran yang efektif akan terlaksana jika guru dapat memilih strategi dan model pembelajaran dengan pendekatan yang tepat sehingga tercapai hasil yang semaksimal mungkin.

Dalam pembelajaran guru harus mengajar secara efektif dan mengupayakan agar peserta didik mau untuk belajar. Dalam pembelajaran yang efektif, guru harus banyak memberi kebebasan kepada peserta didik untuk dapat menyelidiki, mengamati, belajar, dan mencari pemecahan masalah secara mandiri. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari di sekolah. Oleh karena itu peserta didik harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif pada saat pelajaran matematika. Proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar apabila dilakukan secara kontinu. Di dalam proses belajar matematika, terjadi juga proses berpikir, karena seseorang dikatakan berpikir bila orang tersebut melakukan kegiatan mental dan orang yang belajar matematika mesti melakukan kegiatan mental. Matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi dan berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep yang

(23)

5

tersusun secara hirarkis dan penalarannya bersifat deduktif (Herman Hudojo, 2000 : 3). Pembelajaran matematika tidak hanya memberi tekanan pada keterampilan menghitung dan kemampuan menyelesaikan soal, sikap dan kemampuan menerapkan matematika merupakan penopang penting untuk membentuk kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah sehari-hari yang dihadapinya kelak. Berdasarkan kegunaan-kegunaan inilah matematika perlu diberikan kepada peserta didik pada setiap jenjang pendidikan.

Sebagaimana tercantum dalam kurikulum, bahwa tujuan diberikannya matematika antara lain agar peserta didik mampu menghadapi perubahan keadaan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif (Erman Suherman dkk., 2003: 89). Gagne dalam Suherman dkk. (2003: 89) mengemukakan bahwa keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pemecahan masalah. Pendekatan pemecahan masalah yang merupakan fokus dalam pembelajaran matematika ada beberapa tipe, yaitu (a) pemberian masalah tertutup dengan solusi tunggal, (b) pemberian masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan (c) pemberian masalah dengan berbagai cara penyelesaian.

Pendekatan pembelajaran yang sesuai untuk pemecahan masalah dalam matematika adalah Open-Ended, karena pendekatan Open-Ended memberikan masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal atau dapat diselesaikan dengan berbagai cara oleh peserta didik. Pembelajaran Open-Ended merupakan pembelajaran yang memberikan keleluasaan berpikir secara aktif dan mampu mengundang peserta didik untuk menjawab permasalahan melalui berbagai

(24)

6

strategi sehingga memacu perkembangan kemampuan matematika. Pendekatan pembelajaran merupakan salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan suatu hasil belajar matematika, sehingga diperlukan adanya pendekatan-pendekatan yang baru dalam pelaksanaannya. Untuk melaksanakan pembelajaran matematika tersebut, guru hendaknya berupaya agar peserta didik dapat memahami ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis yang terkandung di dalam matematika itu sendiri.

Secara konseptual, Open-Ended dalam pembelajaran matematika adalah masalah-masalah matematika yang dirumuskan sedimikian rupa, sehingga memiliki beberapa atau bahkan banyak solusi yang benar, dan banyak cara untuk mencapai solusi itu. Pendekatan ini memberikan kesempatan pada peserta didik untuk "Experience in finding something new in the process" (Schoenfeld, 1997: 334). Pendekatan Open-Ended juga sering digunakan untuk melakukan evaluasi proses, sebab dalam hal ini peserta didik dituntut bukan hanya untuk mencari solusi masalah itu, tapi juga dituntut untuk menjelaskan bagaimana mereka sampai pada solusi itu, dan mengapa mereka menggunakan cara tertentu untuk memecahkan masalah itu. Dari sini dapat dilihat secara jelas bahwa pendekatan pembelajaran matematika yang berorientasi pada masalah-masalah Open-Ended per definisi memiliki kesamaan tujuan dengan butir-butir maskot baru pembelajaran matematika yang diuraikan di depan, yaitu pembelajaran matematika yang berorientasi mengembangkan kemampuan dan aktivitas Problem

Solving, kemampuan berargumentasi dan berkomunikasi logis matematis

(mathematical reasoning and communication), mengembangkan kreativitas dan

(25)

7

produktivitas berpikir matematis (Land, 2000: 61-78), juga lebih mendorong peserta didik untuk membangun, mengkontruksi dan mempertahankan solusi-solusi yang argumentatif dan benar (learn to construct and defend reasonable

solutions) (Schoenfeld, 1997: 367).

Pada umumnya, soal-soal dalam matematika bersifat tertutup (closed

ended) yaitu permasalahan yang telah diformulasikan dengan baik dan lengkap

sehingga bersifat unik karena hanya ada satu solusi (Suherman, dkk. 2003: 123). Menurut Foong (2000) soal tertutup adalah soal yang telah terstruktur dengan lengkap dan memiliki satu jawaban benar serta dikerjakan dengan suatu cara (aturan) yang sudah baku. Soal-soal matematika yang bersifat closed ended seperti ini menyebabkan (1) peserta didik takut pada pelajaran matematika, (2) matematika dianggap sulit dan abstrak, (3) pelajaran matematika membuat peserta didik stres terutama peserta didik pada jurusan IPS, (4) bahan yang dipelajari terlalu banyak, (5) matematika penuh dengan rumus, (6) guru matematika umumnya terlalu galak, (7) situasi belajar dalam kelas serius dan kurang menyenangkan.

Ketidaksenangan terhadap mata pelajaran matematika ini dapat mempengaruhi keberhasilan belajar matematika peserta didik. Namun keberhasilan belajar peserta didik tidak hanya tergantung pada faktor peserta didik saja, tapi bahwa keberhasilan belajar peserta didik juga sangat dipengaruhi berbagai faktor, yakni kompetensi guru, kemampuan peserta didik dan karakteristik dari mata pelajarannya.

(26)

8

Guru bidang studi matematika memiliki peran utama dalam menyingkirkan anggapan-anggapan yang kurang baik oleh sebagian masyarakat terhadap pembelajaran matematika. Untuk itu, guru harus bisa mengubah cara pembelajarannya yaitu dengan cara mengubah paradigma lama ke paradigma baru. Paradigma lama adalah pengajaran yang berpusat pada guru saja, sehingga proses pembelajaran peserta didik berlangsung pasif dan monoton. Pola itu harus diubah dengan menggunakan paradigma baru, yaitu mengajak peserta didik aktif bermain. Dengan menggunakan sistem bermain diharapkan peserta didik tidak akan jenuh dan tidak beranggapan bahwa matematika itu sulit, sehingga inilah anggapan yang akan terjadi pada anak didik, orang tua dan masyarakat.

Pada bagian ini akan dicoba pendekatan pembelajaran Open-Ended dan konstruktivis. Open-Ended merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan keleluasaan berpikir pada peserta didik secara aktif dan kreatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan, dalam mata pelajaran matematika. Pendekatan pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kompetensi peserta didik adalah pembelajaran yang dapat mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam berpikir, sehingga peserta didik diharapkan dapat memperoleh kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Teori konstruktivis didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari atau membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada. Pembelajaran konstruktivis mengutamakan keaktifan peserta didik dalam mengkonstruksikan

(27)

9

pengetahuan berdasarkan pengalamannya dalam belajar. Peserta didik mempunyai akses terhadap berbagai sumber informasi yang dapat digunakan untuk belajar. Perilaku dari pembelajaran konstruktivis menunjukkan kemampuan peserta didik untuk menghasilkan sesuatu (generate), menunjukkan suatu kinerja (demonstrate

performance), dan memamerkan hasil karyanya kepada umum (exhibit), sehingga

bukan hanya mengulang apa yang diajarkan guru (Brooks & Brooks, 1993). Pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik, jika peserta didik tidak diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Pada akhir proses pembelajaran, peserta didik memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda sesuai dengan kemampuannya. Untuk memutuskan (menilai) keputusannya, peserta didik harus bekerja sama dengan peserta didik yang lain. Guru harus mengakui bahwa peserta didik membentuk dan menstruktur pengetahuannya berdasarkan modalitas belajar yang dimilikinya, seperti bahasa, matematika, musik dan lain-lain.

Menurut faham konstruktivis, dalam proses belajar mengajar guru tidak serta merta memindahkan pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk yang serba sempurna. Dengan kata lain, pesera didik harus membangun suatu pengetahuan itu berdasarkan pengalamannya masing-masing. Pembelajaran adalah hasil dari usaha peserta didik itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk peserta didik. Fikiran peserta didik tidak akan menghadapi kenyataan dalam bentuk yang terasing dalam lingkungan sekitar. Realita yang diketahui peserta didik adalah realita yang dia bina sendiri, peserta didik sebenarnya telah

(28)

10

mempunyai satu set idea dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap lingkungan.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Efektivitas Pembelajaran Open-Ended dan Konstruktivis terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Fungsi Turunan Ditinjau dari Motivasi Belajar peserta didik SMA kelas XI IPS Kabupaten Boyolali.

B. Identifikasi Masalah

Berdasar uraian di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah yang bisa mempengaruhi prestasi belajar matematika khususnya pada pokok bahasan fungsi turunan, antara lain:

1. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika peserta didik disebabkan model pembelajaran yang kurang tepat sehingga pembelajaran kurang efektif. Dari dugaan ini muncul masalah yang dapat diteliti, apakah penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan prestasi peserta didik.

2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika peserta didik disebabkan tingkat motivasi peserta didik yang berbeda. Dari dugaan ini muncul masalah yang dapat diteliti, apakah tingkat motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi peserta didik.

3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika peserta didik disebabkan kurangnya inovasi pembelajaran yang dilakukan guru. Dari dugaan

(29)

11

ini muncul masalah yang dapat diteliti, apakah pembelajaran yang inovatif berpengaruh terhadap prestasi peserta didik.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini hanya akan ditujukan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan penggunaan pendekatan pembelajaran Open-Ended dan konstruktivis serta pengaruhnya terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan fungsi turunan ditinjau dari motivasi belajar peserta didik kelas XI IPS SMA Kabupaten Boyolali. Mengingat luasnya ruang lingkup yang dibahas, maka dalam penelitian ini perlu dibatasi yaitu antara lain:

1. Model pembelajaran yang digunakan dibatasi pada model pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended pada kelas eksperimen 1 dan model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis pada kelas eksperimen 2.

2. Materi pelajaran matematika dalam penelitian ini dibatasi pokok bahasan fungsi turunan yang diajarkan pada peserta didik SMA kelas XI IPS tahun pelajaran 2010/2011 sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMA di Kabupaten Boyolali.

3. Prestasi belajar matematika pada penelitian ini dibatasi pada hasil belajar peserta didik yang dicapai melalui proses belajar mengajar melalui tes formatif pada pokok bahasan fungsi turunan pada peserta didik SMA kelas XI IPS tahun pelajaran 2010/2011.

(30)

12

4. Motivasi belajar peserta didik dibatasi pada motivasi peserta didik dalam belajar matematika yang dikategorikan ke dalam motivasi tinggi, motivasi sedang, dan motivasi rendah.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara

penggunaan pendekatan Open-Ended dengan pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran matematika?

2. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan motivasi belajar sedang, peserta didik yang memiliki motivasi belajar sedang dengan motivasi belajar rendah, dan peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan motivasi belajar rendah?

3. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan motivasi belajar sedang, peserta didik yang memiliki motivasi belajar sedang dengan motivasi belajar rendah, dan peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan motivasi belajar rendah pada pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended? 4. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara

peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan motivasi belajar commit to user

(31)

13

sedang, peserta didik yang memiliki motivasi belajar sedang dengan motivasi belajar rendah, dan peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan motivasi belajar rendah pada pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis? 5. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara

pendekatan Open-Ended dengan pendekatan konstruktivis pada peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi?

6. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara antara pendekatan Open-Ended dengan pendekatan konstruktivis pada peserta didik yang memiliki motivasi belajar sedang?

7. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara pendekatan Open-Ended dengan pendekatan konstruktivis pada peserta didik yang memiliki motivasi belajar rendah?

E. Tujuan Penelitian

Segala kegiatan yang dilakukan secara terencana dan sistematis pastilah mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan manusia, karenanya dengan adanya tujuan manusia untuk melaksanakan aktivitasnya akan semakin jelas dan terarah. Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara penggunaan pendekatan Open-Ended dengan pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran matematika.

2. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi commit to user

(32)

14

dengan motivasi belajar sedang, peserta didik yang memiliki motivasi belajar sedang dengan motivasi belajar rendah, dan peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan motivasi belajar rendah.

3. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan motivasi belajar sedang, peserta didik yang memiliki motivasi belajar sedang dengan motivasi belajar rendah, dan peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan motivasi belajar rendah pada pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended.

4. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan motivasi belajar sedang, peserta didik yang memiliki motivasi belajar sedang dengan motivasi belajar rendah, dan peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan motivasi belajar rendah pada pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis.

5. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara pendekatan Open-Ended dengan pendekatan konstruktivis pada peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi.

6. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara antara pendekatan Open-Ended dengan pendekatan konstruktivis pada peserta didik yang memiliki motivasi belajar sedang.

(33)

15

7. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik antara pendekatan Open-Ended dengan pendekatan konstruktivis pada peserta didik yang memiliki motivasi belajar rendah.

F. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai berikut:

1. Bagi peserta didik, dapat mendorong untuk aktif mengembangkan kemampuan dan ketrampilan dalam proses pembelajaran.

2. Sebagai informasi bagi guru matematika dalam upaya meningkatkan prestasi peserta didik melalui pendekatan pembelajaran yang relevan.

3. Sebagai pertimbangan guru matematika kelas XI IPS SMA dalam melakukan usaha mengatasi kesulitan peserta didik dalam belajar matematika.

4. Sebagai informasi bagi penentu kebijakan terhadap banyaknya materi pembelajaran yang harus diselesaikan selama satu tingkat pendidikan.

5. Bagi sekolah, sebagai masukan dan dapat dikembangkan dalam pembelajaran pada mata pelajaran yang lain.

6. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan dan mendukung teori-teori yang telah ada, pada penelitian selanjutnya.

(34)

16 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar Mengajar

Mengajar merupakan salah satu kompetensi guru sebagai pendidik. Pengertian mengajar mengalami perkembangan, bahkan hingga sekarang ini belum ada definisi yang tepat mengenai mengajar. Ada beberapa ahli yang memberikan pengertian mengajar, diantaranya yaitu Nana Sudjana (2003) yang menyatakan bahwa mengajar adalah membimbing peserta didik dalam belajar. Mengajar adalah mengatur dan mengawasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik yang melakukan kegiatan belajar. Menurut Oemar Hamalik (2000), mengajar adalah proses penyampaian pengetahuan dan kecakapan kepada peserta didik. Mengajar adalah aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan proses belajar secara aktif. Para ahli juga sudah merumuskan arti belajar, walaupun antara ahli yang satu dengan ahli lain berbeda ide namun adanya perbedaan tersebut dapat saling melengkapi dan memperjelas pengertian mengajar. Belajar adalah setiap kegiatan yang menghasilkan suatu perubahan (WS. Winkel, 1999: 102). Berdasarkan definisi tersebut, berarti bahwa seseorang dikatakan belajar kalau dapat memperoleh perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dalam mempelajari pengetahuan. Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang

(35)

17

baru berkat pengalaman dan latihan (Oemar Hamalik, 2000: 21). Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku (Slameto, 2005: 2).

Berdasarkan beberapa definisi mengenai belajar mengajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan penyusunan pengetahuan dari pengalaman kongkret, aktivitas kolaboratif, reflektif, dan interpretasi untuk memahami suatu konsep. Sedangkan mengajar berarti menata lingkungan agar pelajar termotivasi dalam menggali makna dan menghargai ketidakmenentuan suatu pengetahuan. a. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Dalam mencapai tujuan belajar perlu dipertimbangkan faktor lain yang mempengaruhi belajar. Faktor yang satu dengan yang lain saling mempengaruhi dalam tercapainya tujuan proses belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar (Dalyono, 2005: 55) antara lain:

1) Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) a) Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar.

b) Minat dan Motivasi

Sebagaimana halnya dengan intelegensi dan bakat maka minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang juga besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar.

(36)

18

c) Cara Belajar

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

2) Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) a) Keluarga

Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar.

b) Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut, mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, semua itu turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak.

c) Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak bersekolah dan pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang sehingga motivasi belajar berkurang.

(37)

19

d) Lingkungan sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalam mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberhasilan peserta didik dalam proses belajar tidak hanya ditentukan dari faktor intern semata, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor ekstern yang ada di sekitar peserta didik.

b. Pembelajaran Efektif

1). Pengertian Pembelajaran Efektif

Pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Efektif itu artinya mencapai target yang ditetapkan dalam rencana. Oleh karena itu perencanaan pembelajaran yang efektif adalah yang menetapkan kriteria target dan guru melakukan pengukuran pencapaian. Jadi, mengajar yang efektif itu jika pelaksanaannya terdapat instrumen untuk mengukur keberhasilan dan melaksanakan pengukuran. Pembelajaran yang efektif dapat juga dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses, pembelajaran dianggap efektif jika peserta didik terlibat secara aktif melaksanakan tahapan-tahapan prosedur pembelajaran. Dari segi hasil, dianggap efektif jika tujuan pembelajaran dikuasai peserta didik secara tuntas. Bentuk perubahan dari hasil belajar meliputi tiga aspek, yaitu:

a). Aspek kognitif meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan dan perkembangan keterampilan atau kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut. commit to user

(38)

20

b). Aspek efektif meliputi perubahan-perubahan dalam segi sikap mental, perasaan dan kesadaran.

c). Aspek psikomotor meliputi perubahan-perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik. (Daradjat, 1995: 197) Prestasi belajar peserta didik yang diperoleh dalam proses belajar-mengajar disekolah dapat dilihat dan diketahui dari nilai hasil ujian semester, yang kemudian dituangkan dalam daftar nilai raport.

2). Definisi Pembelajaran Efektif

Pembelajaran yang efektif ditandai dengan sifatnya yang menekankan pada pemberdayaan peserta didik secara aktif. Pembelajaran menekankan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang dikerjakan, tetapi lebih menekankan pada internalisasi, tentang apa yang dikerjakan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan hayati serta dipraktekkan dalam kehidupan oleh peserta didik (E. Mulyasa, 2003:149).

Pembelajaran efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap demokratis bagi peserta didik. Lebih dari itu pembelajaran efektif menekankan bagaimana agar peserta didik mampu belajar dengan cara belajarnya sendiri. Melalui kreativitas guru, pembelajaran di kelas menjadi sebuah aktivitas yang menyenangkan. Perwujudan pembelajaran efektif dan memberikan kecakapan hidup kepada peserta didik.

(39)

21

3). Ciri Pembelajaran Efektif

Dikatakan pembelajaran yang efektif, jika dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sesuai dengan indikator pencapaian. Pembelajaran yang efektif dapat diketahui dengan ciri:

a). Belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Aktif secara mental

ditunjukkan dengan mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan berfikir kritis. Dan secara fisik, misalnya menyusun intisari pelajaran,

membuat peta dan lain-lain.

b). Metode yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian peserta didik dan kelas menjadi hidup.

c). Motivasi guru terhadap pembelajaran di kelas. Semakin tinggi motivasi seorang guru akan mendorong peserta didik untuk giat dalam belajar.

d). Suasana demokratis di sekolah, yakni dengan menciptakan lingkungan yang saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan peserta didik, tenggang rasa, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri, menghargai pendapat orang lain.

e). Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata.

f). Interaksi belajar yang kondusif, dengan memberikan kebebasan untuk mencari sendiri, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar

(40)

22

pada pekerjaannya dan lebih percaya diri sehingga anak tidak menggantungkan pada diri orang lain.

g). Pemberian remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang muncul, mencari faktor penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai perbaikan, jika diperlukan (Slameto, 1991:94-97).

4). Pelaksanaan Pembelajaran Efektif

Pembelajaran memang harus tidak dilakukan secara sembarangan, diperlukan mulai dari perencanaan yang matang, pembuatan perangkat pembelajaran, pemilihan strategi, media, teknik, metode pembelajaran, hingga evaluasi pembelajaran yang semua itu saling berkesinambungan.

Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran adalah penggunaan metode-metode pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan peserta didiknya agar dalam pembelajaran yang dilakukan dapat lebih variatif dan berjalan lancar. Penggunaan model pembelajaran ini juga disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan sehingga kesesuaian antara keduanya dan semua komponen menjadi tepat guna.

Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai peserta didik setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika

(41)

23

pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.

5).Teknik Pembelajaran Efektif

Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang harus dilakukan agar metode ceramah berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya, berceramah pada siang hari setelah makan siang dengan jumlah peserta didik yang banyak tentu saja akan berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah peserta didik yang terbatas.

c. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan salah satu faktor ekstern yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru dengan guru, guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik lain yang berupa pelatihan, pengalaman untuk mendapatkan pengalaman baru.

Menurut Eggen dan Kauchak yang dikutip oleh Sri Whardani (2005:17), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Sedangkan Isjoni (2005: 7) model pembelajaran adalah model yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar

(42)

24

dikalangan peserta didik, mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal.

Hal ini sesuai definisi yang dikemukakan oleh Emily Lin dalam ProQuest

Education Journals yang berjudul “ Cooperatitve Learning in the Science

Classroom” yaitu Cooperitave learning is an instructional method in wich

students work in small groups to accomplish a common learning goal under the

guidance of teacher yang artinya pembelajaran kooperatif adalah metode

pembelajaran yang mana peserta didik bekerja dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran umum dengan panduan guru

Pembelajaran menurut pandangan konstruktivis membantu peserta didik untuk membangun konsep-konsep, prinsip-prinsip dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep/prinsip itu terbangun kembali, transformasi yang diperoleh menjadi konsep/prinsip baru.

Dalam proses pembelajaran mengajar, seorang guru pastilah akan dihadapkan dengan bermacam-macam materi yang harus diajarkan. Keyakinan diperlukan untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dengan melihat karakteristik dari masing-masing materi yang berbeda. Menurut Anita Lie (2010: 23-29) terdapat tiga macam model pembelajaran, yaitu:

1) Model Kompetisi

Dalam model pembelajaran kompetisi, peserta didik belajar dalam suasana persaingan. Tidak jarang pula, guru memakai imbalan atau hadiah sebagai sarana untuk memotivasi peserta didik dalam memenangkan kompetisi.

(43)

25

2) Model Individu

Dalam model pembelajaran individu, setiap anak didik belajar dengan kecepatan yang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Setiap peserta didik diberi paket-paket pelajaran untuk di pelajari sendiri.

3) Model CooperativeLearning

Model pembelajaran Cooperative Learning disebut juga dengan model pembelajaran gotong royong dimana peserta didik bekerja sama dalam kelompok untuk membahas dan menyelesaikan soal yang diberikan guru.

Dengan demikian dalam proses pembelajaran, setiap guru memiliki beberapa alternatif pilihan model pembelajaran yang akan digunakan sesuai dengan karakteristik masing-masing materi pelajaran.

d. Pendekatan Pembelajaran

Erman Suherman (2003: 220) mengemukakan bahwa pendekatan dalam pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau peserta didik dalam pencapaian tujuan pembelajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pembelajaran atau materi pembelajaran itu, umum atau khusus. Erman Suherman (2003: 221) menyatakan pula bahwa pendekatan pembelajaran merupakan suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sementara itu Soedjadi R. (2001: 102), membedakan pendekatan pembelajaran matematika menjadi dua, sebagai berikut.

a. Pendekatan materi (material approach), yaitu proses penjelasan topik matematika tertentu dengan menggunakan materi matematika lain.

(44)

26

b. Pendekatan pembelajaran (teaching approach), yaitu proses penyampaian atau penyajian topik matematika tertentu agar peserta didik mudah memahaminya.

Johnson and Holubec dalam Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan (2007) dalam Journal of Mathematic, Science & Technology Education berjudul

Promoting Cooperative Learning in Science and Mathematics Education”

mengatakan bahwa: five essential elements of cooperative learning:

1) Positive interdependence: The success of one leaner is dependent on the

success ot the other leaners.

2) Promotive interaction: Individual can achieve promotive interaction by helping

each other, exchanging resources, challenging each other’s conclusions, providing feedback, encouraging and striving for mutual benefits.

3) Individual accountability: teachers should assess the amount of effort that each

member is contributing. These can be done by giving an individual tes to each student and randomly calling students to present their group’s work.

4) Interpersonal and small-group skills: Teachers must provide opportunities for

group members to know each other, accept and support each other, communicate accurately and resolve differences constructively.

5) Group processing: Teachers must also provide opportunities for the class to

assessgroup progress. Group processing enables group to focus on good working relationship, facilitates the learning of cooperative skills and ensures that members receive feedback.

Yang dapat diartikan sebagai berikut:

Lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif adalah

1) Saling ketergantungan positif: Keberhasilan peserta didik yang satu tergantung pada keberhasilan peserta didik yang lain.

2) Saling berinteraksi untuk mencapai kemajuan: Individu dapat mencapai kemajuan dengan cara saling membantu satu dengan yang lain, pertukaran pengetahuan, menantang masing-masing kesimpulan, memberi umpan balik, mendorong dan berusaha untuk saling menguntungkan.

3) Tanggung jawab individu: Guru seharusnya menilai usaha yang dilakukan commit to user

(45)

27

masing-masing anggota. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi tes individu kepada peserta didik secara acak untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

4) Kemampuan berhubungan antar anggota dan ketrampilan dalam kelompok kecil: Guru harus memberi kesempatan pada anggota kelompok untuk mengenal satu dengan yang lain, saling menerima dan mendukung, berkomunikasi secara benar dan menyelesaikan perbedaan- perbedaan secara konstruktif.

5) Proses dalam kelompok: Guru harus memberi kesempatan kepada kelas

untuk menilai kemajuan kelompok. Proses yang terjadi dalam kelompok memungkinkan kelompok untuk fokus pada kerja sama yang baik, memfasilitasi ketrampilan pembelajaran kooperatif dan menjamin semua anggota menerima umpan balik.

Sedangkan Himazoe dan Aldrich dalam Effandi Zakaria, Lu Chung Chin and Md. Yusoff Daud (2010) dalam journal of social science yang berjudul “The Effects of Cooperative Learning on Students’ Mathematics Achievement and

Attitude towards Mathematics“ menyebutkan beberapa manfaat penggunaan

pembelajaran kooperatif untuk peserta didik yaitu :

1) Cooperative learning promotes deep learning of materials.

2) Students achieve better grades in cooperative learning compared to

competitive or individual learning.

3) Students learn social skills and civic values.

4) Students learn higher-order,critical thinking skills.

5) Ccooperative learning promotes personal growth.

Yang berarti :

1) Pembelajaran kooperatif meningkatkan pemahaman materi pembelajaran. commit to user

(46)

28

2) Peserta didik mencapai hasil belajar yang lebih baik dalam pembelajaran kooperatif dibandingkan dengan pembelajaran individual.

3) Peserta didik belajar keterampilan sosial dan nilai-nilai kemasyarakatan. 4) Peserta didik yang belajar dengan tingkat materi yang lebih tinggi,

mempunyai keterampilan berpikir yang makin kritis.

5) Pembelajaran kooperatif meningkatkan pertumbuhan pribadi.

Pendekatan pembelajaran dalam penelitian ini adalah suatu cara yang dipakai dalam pencapaian materi pelajaran kepada peserta didik. Jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran matematika antara lain pendekatan konstruktivis, pendekatan pemecahan masalah matematika, pendekatan Open-Ended, dan pendekatan realistik. Lebih lanjut dalam penelitian ini akan dibahas pendekatan konstruktivis dan Open-Ended.

2. Pendekatan Konstruktivis a. Pengertian Pendekatan Konstruktivis

Konsep pembelajaran konstruktivis didasarkan kepada kerja akademik para ahli psikologi dan peneliti yang peduli dengan konstruktivisme. Belajar dipandang sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman kongkrit, aktivitas kolaboratif, reflektif, dan interpretasi (Brooks dan Brooks, 1993). I Nyoman Sudana Degeng (1998: 11) menyatakan bahwa konstruktivis memandang pengetahuan bersifat temporer, non objektif, selalu berubah, dan tidak menentu. Oleh karena itu, mengajar berarti menata lingkungan agar pelajar termotivasi dalam menggali makna dan menghargai ketidakmenentuan itu.

(47)

29

Teori konstruktivis didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivis sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivis mempunyai beberapa konsep umum seperti:

1) Peserta didik aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.

2) Dalam konteks pembelajaran, peserta didik seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.

3) Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran berikutnya.

4) Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.

5) Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. 6) Faktor ini berlaku apabila seorang peserta didik menyadari

gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.

7) Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai keterkaitan dengan pengalaman peserata didik untuk menarik minat peserta didik.

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Tabel 3.2: Kategori Sekolah
Tabel 3.4  Pengelompokan Motivasi Belajar Matematika  No.
Tabel 3.5. Kriteria penilaian angket
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dian Reho Sawilti, MT Uniwsitas Dian Nuswantorc iISTEM IDENTIFIKASI DAN OIAGNOSIS GANGGUAN PADA :AN INN]ISTtrI RFRNASIS KFEFRNASAN RIIATAN Bersaino Hibah Binaan 3 ilika

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada atau tidaknya hubungan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi kelas X; (2) ada

Pengeluaran Konsumsi yaitu pengeluaran rutin negara dalam hal ini belanja pegawai yang mencakup gaji dan pensiun, tunjangan serta belanja barang-barang dalam negeri, dana

Nilai koefisien variabel respon pengembangan bioetanol bertanda negatif menunjukkan terjadinya pengalihan pendapatan yang berasal dari bagian gula petani kepada pendapatan baru

srukturalnya, seperti yang dilakukan oleh teori baru Parsons, adalah tidak. bertentangan dengan pengalaman kolektif, dengan realitas personal

Untuk mengatasi masalah penurunan laba tersebut, maka dalam menghitung besarnya tunjangan pajak yang ditanggung oleh pemberi kerja sebesar pajak penghasilan

[r]

Dalam hal ini pemeliharaan pada mesin Boiler Feed Water Pump ataupun mesin – mesin yang terdapat pada perusahaan dilaksanakan secara routin maupun