• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas – batas topografi secara alami sehingga setiap air hujan yang jatuh dalam DAS tersebut akan mengalir melalui titik tertentu (titik pengukuran di sungai) dalam DAS tersebut. Pengertian DAS tersebut menggambarkan suatu wilayah yang mengalirkan air yang jatuh diatasnya beserta sedimen dan bahan terlarut melalui titik yang sama sepanjang suatu aliran atau sungai. DAS atau watersheed dapat terbagi menjadi sub DAS dan sub – sub DAS, sehingga luas DAS pun akan bervariasi dari beberapa puluh meter persegi sampai ratusan ribu hektar tergantung dimana titik pengukuran ditempatkan (Sinukaban, 2001)

Hadinugroho (2002) mengemukakan bahwa DAS merupakan suatu sistem lahan yang lengkap secara fisik dan terbatasi jelas, didalamnya dapat dijumpai bebagai kombinasi topografi, tanah, hidrologi dan iklim. Dengan pengertian ini, maka DAS membekali suatu jaringan pengatur tertentu dengan air beserta bahan terlarut di dalam air.

DAS sebagai suatu sistem dan pengembangannya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara lestari, sehingga sasaran pengembangan DAS akan menciptakan ciri – ciri seperti : (1) mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi, (2) mampu menjamin kelestarian DAS, yaitu mampu menjamin produktivitas yang tinggi, erosi/ sedimen yang rendah dan fungsi DAS sebagai penyimpan air dapat memberikan “water yield” yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun, (3) mampu menjaga adanya pemerataan pendapatan petani (equity) dan (4) mampu mempertahankan kelestarian DAS terhadap goncangan yang terjadi (relisilient) (Sinukaban, 1999).

(2)

2.2 Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Pengelolaan DAS adalah suatu kegiatan untuk menggunakan semua sumberdaya lahan, biofisik, sosial, ekonomi dalam DAS secara maksimal dalam waktu yang tidak terbatas dan menekan bahaya kerusakan seminimal mungkin untuk mencapai tujuan produksi pertanian yang optimum. Menurut Asdak (2002) pengelolaan DAS adalah suatu proses formulasi dan implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumberdaya alam dan manusia yang terdapat di daerah alian sungai untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya air dan tanah, yang berarti sebagai pengelolaan dan alokasi sumberdaya alam di daerah aliran sungai termasuk pencegahan banjir dan erosi serta perlindungan nilai keindahan yang berkaitan dengan sumberdaya. pengelolaan DAS perlu mempertimbangkan aspek – aspek sosial, ekonomi, budaya dan kelembagaan yang beroperasi di dalam dan di luar daerah aliran sungai yang bersangkutan.

Menurut Sinukaban (2006) tujuan umum dari pengelolaan DAS adalah keberlanjutan yang diukur dari pendapatan, produksi, teknologi dan erosi. Teknologi yang dimaksud adalah teknologi yang dapat dilakukan oleh petani dengan pengetahuan lokal tanpa intervensi dari pihak luar dan teknologi tersebut dapat direplikasi berdasarkan faktor – faktor sosial budaya petani itu sendiri. Selanjutnya erosi harus lebih kecil dari erosi yang dapat ditoleransi agar kelestarian produktivitas dapat dipertahankan, sehingga dalam pengelolaan DAS ada 7 hal yang harus dilakukan, yaitu : (1) mengkaji kemampuan lahan di wilayah DAS melalui studi klasifikasi kemampuan lahan. (2) menggunakan tanah sesuai kemampuannya dan melindungi tanah dari kerusakan yang diakibatkan oleh aktivitas yang merusak, (3)

(3)

mengurangi bahaya banjir dan sedimentasi, (4) meningkatkan dan mempertahankan kesuburan tanah, (5) meningkatkan produkivitas tanah, (6) memperbaiki dan mempertahankan fungsi hidrologis DAS dan (7) meningkatkan kesejahteraan manusia di dalam DAS.

2.3 Penggunaan Lahan

Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi, dimana faktor – faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya. Termasuk di dalamnya adalah akibat – akibat kegiatan manusia, baik pada masa lalu maupun sekarang, seperti reklamasi di daerah – daerah pantai, penebangan hutan dan akibat – akibat yang merugikan seperti erosi dan akumulasi garam (Hardjowigeno et all. 2001).

Lahan merupakan sumberdaya alam yang mempunyai keterbatasan baik jumlah maupun daya dukungnya. Oleh karena itu dalam fenomena penggunaan lahan diperlukan suatu perencanaan penggunaan lahan yang efisien berdasar atas kesamaan hak dan dapat diterima oleh masyarakat serta bersifat lestari. Untuk menentukan alternatif penggunaan lahan untuk pertanian pada suatu lokasi, perlu adanya penyesuaian dengan penggunaan lahan yang telah ada, keinginan petani, kemampuan sumberdaya manusia dan kemampuan modal agar memudahkan bagi petani dalam menerima teknologi yang disarankan (Ramdan, 1999).

2.4 Banjir

Banjir (floods) adalah salah satu bentuk ekstrim aliran permukaan (runoff exstremes) di mana tinggi muka air sungai atau debit sungai melebihi suatu batas yang ditetapkan untuk kepentingan tertentu (Isnugroho, 2002). Selanjutnya Hewlett (1982) mengatakan bahwa banjir adalah 1) setiap aliran yang merusak harta benda manusia, 2) setiap ketinggian muka air tubuh air alami (sungai, danau) yang melebihi

(4)

ketinggian normalnya. Pada suatu keadaan banjir, kerusakan terhadap harta benda disebabkan oleh :

1. Ketinggian banjir atau ketinggian air, yang biasanya terjadi pada debit maksimum

2. Lama waktu penggenangan, atau berapa lama air tertinggal pada atau di atas ketinggian harta benda

3. Pelepasan sedimen atau pengendapannya, yang menentukan seberapa banyak kerusakan lapangan atau timbunan lumpur akan terjadi.

4. Energi kinetik aliran banjir, atau seberapa besar energi yang diberikan pada bangunan, lapangan, jembatan atau dam.

5. Penambahan massa tanah yang menyebabkan kolapsnya tebing, urugan dan bangunan pengendali erosi tebing (hillsides)

6. Kesalahan dalam menzonasi daerah dataran banjir atau batas atas harta benda. Bila dihubungkan dengan penyebab banjir, dikenal lima jenis banjir:

1. Banjir karena curah hujan lama/ long – rain floods, banjir ini berhubungan dengan curah hujan yang turun selama beberapa hari atau minggu dengan intensitas rendah (tipe hujan siklon atau frontal). Kapasitas penyimpanan permukaan dari DAS akhirnya dilewati dan sehingga tambahan hujan yang turun bergerak cepat ke sungai.

2. Banjir karena mencairnya salju yang diakibatkan dari cepatnya peningkatan suhu di daerah bersalju.

3. Banjir seketika/ flash floods, adalah banjir yang berasosiasi dengan hujan konveksional atau dengan besarnya dari hujan selama siklonik storms.

(5)

4. Banjir karena tanah yang membeku/ frozen – soil floods adalah banjir yang berasosiasi dengan jenis tanah yang spesifik yang membeku dan disebut concrete frost.

5. Banjir pasang surut air laut/ tidal floods yang terjadi di daerah pantai, dan seringkali diperburuk oleh air banjir pada bagian hulu sungai yang berlawanan dengan naiknya air laut.

Dari ke lima jenis banjir tersebut, banjir yang umum terjadi di Indonesia adalah banjir karena curah hujan yang lama, banjir seketika dan banjir pasang surut air laut. Pada beberapa kejadian banjir, penyebabnya adalah kombinasi dari beberapa jenis banjir tersebut.

Dalam kaitannya dengan pencegahan banjir maupun kekeringan (dalam konsep DAS, upaya mencegah banjir di musim penghujan berarti juga mengurangi bencana potensi bencana kekeringan pada saat musim kemarau) maka upaya yang dilakukan adalah memanipulasi satu atau beberapa proses sekaligus yang terjadi dalam sistem DAS tersebut yang berpengaruh terhadap hasil air dengan sasaran untuk memperkecil potensi banjir dan dampaknya melalui berbagai pendekatan yang efisien dan efektif antara lain dengan penerapan – penerapan konservasi tanah dan air (KTA) yang tepat. Konsep konservasi tanah dan air tidak hanya difokuskan pada proses yang berkaitan dengan erosi dan akibat lanjutan dari erosi tetapi juga mencegah kerusakan tanah baik dari segi sifat fisiknya akibat erosi, atau sifat kimianya akibat penurunan kesuburan dan memelihara produktivitas lahan melalui kombinasi pengelolaan dan penggunaan tanah yang tepat.

Teknik KTA dalam pengendalian banjir adalah teknik manipulasi proses dalam sistem DAS yang bertujuan mengurangi debit aliran pada musim penghujan dan mempertahankan debit pada saat musim kemarau (salah satu indikator kondisi

(6)

DAS yang baik adalah kecilnya ratio debit maksimum dan minimum). Secara sederhana, teknik yang dilakukan adalah untuk memelihara keseimbangan siklus hidrologi dalam system DAS melalui upaya agar air hujan yang jatuh ke permukaan bumi lebih banyak tertahan dan meresap ke dalam tanah sehingga dapat menambah persediaan air tanah sekaligus menurunkan laju aliran permukaan agar tidak mengalir dalam jumlah dan kecepatan yang membahayakan (banjir). Pada intinya upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut di bagian hulu adalah meningkatkan kapasitas infiltrasi, menurunkan laju aliran permukaan, mencegah sedimentasi, dan pada bagian hilir adalah meningkatkan kapasitas infiltrasi ( Fakhrudin, 2003).

2.4 Dam Parit

Dam parit (channel reservoir) adalah suatu bangunan konservasi air yang dapat menahan air atau menampung air pada saat musim hujan dan menyimpannya untuk dipergunakan pada saat musim kemarau sebagai sumber irigasi. Untuk dapat berfungsi dengan baik maka penentuan lokasi dam parit dilakukan berdasarkan kondisi topografi setempat, jadi sangat spesifik. Dam parit bisa dibangun pada alur sungai atau pada lahan yang tidak produktif, sehingga tidak mengurangi areal lahan pertanian karena adanya dam parit. Posisi dam parit ditetapkan dengan memperhitungkan tiga hal :

1. Kapasitas tampung air maksimal dam parit. 2. Distribusi air untuk suplemen irigasi. 3. Biaya yang efisien.

Prinsip dam parit adalah menampung kelebihan air pada musim hujan berupa aliran permukaan (run off) dan menahan air lebih lama berada di hulu, agar dapat mengisi cadangan air tanah (recharging). Bila air yang tersedia sepanjang tahun atau berada di permukaan tanah akan memudahkan petani untuk melakukan budidaya dan

(7)

perencanaan yang baik, maka peluang untuk meningkatkan produktifitas lahan meningkat (Balitklimat, 2005).

Efisiensi pemanen air DAS akan lebih meningkat apabila dam parit dibuat secara bertingkat (cascade) atau dam parit linier dalam cascade sesuai dengan topografi yang ada (Irianto., et al., 2001). Air yang dapat dipanen pada dam dam parit pertama akan dialirkan secara gravitasi ke lahan irigasi tanaman dan kelebihan air yang tidak tertampung di dam parit 1 akan mengalir mengikuti sungai alamiah yang kemudian akan ditampung kembali di dam parit ke 2. Demikian seterusnya, air lebih dari dam parit ke 2 akan ditampung kembali di dam parit ke 3. Jadi prinsipnya, air hujan ditampung sebagai sumber air irigasi seefisien mungkin, dan yang mengalir ke laut sesedikit mungkin. Secara totalitas,, air hujan yang jatuh ke permukaan tanah digunakan semaksimal mungkin dan hanya sedikit yang terbuang atau tidak dimanfaatkan. Konsep demikian dikenal dengan istilah penggunaan kembali (reuse) sumber daya air yang bertujuan untuk meningkatkan secara maksimal nilai tambah air dan meminimalkan resiko pertanian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram alir dan ilustrasi pada Gambar 1.

(8)

Bangunan dam parit sekurang-kurangnya terdiri dari :

1. Talud/Jagaan ”(free board)”, berfungsi untuk menjaga pinggir parit tidak tergerus oleh air dan akan menjadi pegangan bangunan bendung.

2. Bangunan bendung/tanggul, berfungsi untuk membendung aliran/meninggikan muka air di parit.

3. Pengendali/Pintu Air, berfungsi untuk mengendalikan muka air di dalam parit untuk dialirkan ke lahan usaha tani melalui saluran irigasi. Pengendali/pintu air ini dapat dibangun di pinggir atau di tengah tanggul.

4. Saluran irigasi/drainase, berfungsi menyalurkan air dari bendung ke lahan usaha tani.

2.5 Hujan

Hujan merupakan air yang jatuh dipermukaan bumi. Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi yang paling banyak diukur selain salju, es, kabut dan embun. Di daerah tropis umumnya dan di Indonesia khususnya yang dimksud presipitasi yang diukur adalah hujan. Presipitasi adalah bentuk pengendapan atau pengembalian air yang telah diuapkan ke atmosfir ke permukaan bumi. Pengembalian ini akan berlangsung setelah uap air tersebut memenuhi syarat untuk dikembalikan ke permukaan bumi, diantaranya adalah apabila uap air telah mengalami pengembunan sehingga butir air atau es dan menmpunyai kecepatan jatuh dan ukuran yang cukup.

Sifat – sifat hujan yang penting lama hujan, intensitas hujan dan distribusi hujan. (Sukartaatmaja, 2004). Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata – rata di seluruh daerah yang bersangkutan. Hal yang penting dalam pembuatan rancangan dan rencana adalah distribusi curah hujan. Distribusi curah hujan berbeda –

(9)

beda sesuai dengan jangka waktu yang ditinjau yaitu curah hujan harian, curah hujan bulanan dan curah hujan tahunan. Hasil – hasil yang diperoleh ini dapat digunakan untuk menentukan prospek dikemudian hari dan akhirnya untuk perancangan sesuai dengan tujuan yang dimaksud.

Gambar

Gambar 1. Ilustrasi Dam Parit Bertingkat (Sumber Balitklimat., 2004)

Referensi

Dokumen terkait

(d) Sekiranya kad debit-i OCBC Al-Amin Pelanggan Berkelayakan dibatalkan untuk sebarang sebab, oleh Pelanggan Berkelayakan atau oleh OCBC Al-Amin, maka kesemua amaun

Proses belajar pendidikan jasmani merupakan suatu peristiwa belajar yang dilakukan oleh seluruh siswa dan siswi di sekolah, di mana dalam pelaksanaannya diperlukan adanya suatu

Berdasarkan hasil uji statistik di dapat ( p-value < α, α= 0,05) sebesar 0,015 yang berarti dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara pengetahuan laki-laki dan

 Jumlah tamu asing di Sulawesi Tengah pada bulan September 2012 sebanyak 342 orang, WNA dari Asia sebagai tamu asing terbanyak dengan jumlah 275 orang, disusul oleh

Secara khusus untuk mengetahui pengelolaan sarana transportasi yang dilakukan oleh dinas kesehatan/Puskesmas, rumah sakit, masyarakat dan Palang Merah Indonesia (PMI),

Telah disebutkan bahwa masalah yang dibahas di dalam penelitian ini adalah orientasi kritik sastra Indonesia di Yogyakarta dan lingkup kajiannya dibatasi pada

Telah dilakukan analisis kandungan logam berat mangan dan nikel pada sedimen di sekitar Pesisir Teluk Lampung.. Konsentrasi logam mangan dan nikel ditentukan

Hasil penelitian pengembangan LKS berbasis CTL pada materi Perubahan Lingkungan untuk Kelas X SMA yang telah dilakukan dapat merumuskan beberapa simpulan yaitu