• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEMATIK BERBASIS SCIENTIFIC UNTUK SISWA KELAS IV SD TEMA TEMPAT TINGGALKU SUB TEMA KEUNIKAN DAERAH TEMPAT TINGGALKU PEMBELAJARAN 1 - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEMATIK BERBASIS SCIENTIFIC UNTUK SISWA KELAS IV SD TEMA TEMPAT TINGGALKU SUB TEMA KEUNIKAN DAERAH TEMPAT TINGGALKU PEMBELAJARAN 1 - repository perpustakaan"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Tematik

Salah satu ciri dari Kurikulum 2013 yakni menggunakan pembelajaran tematik. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan BPSDMP dan KPMP (2013) “pembelajaran tematik terpadu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Sesuai dengan karakteristik peserta didik dalam memahami berbagai konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya”. Prastowo (2013: 117) “model pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran, sehingga dapat memberi pengalaman bermakna pada siswa”.

(2)

B. Pembelajaran Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 terdiri dari dua proses pembelajaran yakni pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak langsung. Menurut Permendikbud No.81 A (2013: 4) “proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan dimana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan ketrampilan psikomotorik melalui interaksi langsung...”. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang

menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4.

Menurut Permendikbud No 81 A (2013: 4) “pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus”. Pembelajaran tidak langsung berkaitan dengan nilai dan sikap yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI-2. Penentuan kompetensi ini mengacu pada teori tentang taksonomi yang dikelompokan dalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Penjelasan ini secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 2.1 Taksonomi pengetahuan, sikap dan ketrampilan Pada kurikulum 2013

SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN

Menerima Mengingat Mengamati

Menjalankan Memahami Menanya

Menghargai Menerapkan Mencoba

Menghayati Menganalisis Menalar

Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji

Mencipta

(3)

C. Pendekatan Saintifik

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, ketrampilan dan pengetahuan peserta didik. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) memaparkan kriteria pembelajaran berbasis ilmiah :

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon siswa dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir kritis, analitis, dan tepat mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4. Mendorong dan mengispirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

(4)

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

8. Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non ilmiah.

Langkah-langkah pembelajaran Scientific menurut Kementrian Pendidikan Nasional (2013) didasarkan pada penekanan proses pembelajaran menyentuh tiga ranah yaitu sikap „peserta didik tahu mengapa‟, pengetahuan „peserta didik tahu apa‟, dan ketrampilan „peserta didik tahu bagaimana‟

sehingga, menghasilkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Bagan 2.1 Langkah-langkah pembelajaran Scientific

Pendekatan Scientific mencakup tiga ranah yakni sikap, keterampilan dan pengetahuan. Ranah sikap memuat materi ajar agar peserta didik tahu mengapa sesuatu yang ia pelajari dapat terjadi, ranah keterampilan memuat materi ajar agar peserta didik tahu bagaimana, sedangkan ranah pengetahuan

Sikap (Tahu Mengapa)

Ketrampilan (Tahu Bagaimana)

Produktif Inovatif

Kreatif Afektif

(5)

didik yang memiliki kemampuan pada aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan, sehingga diharapkan mampu meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan untuk menjadi manusia yang baik, cakap dan memiliki pengetahuan yang baik. Sejalan dengan eksperimen yang dilakukan oleh Permata (2014) bahwa “pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis”.

Marjan, Arnyana, dan Setiawan (2014) menyatakan “berdasarkan hasil penelitan maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pendekatan saintifik lebih baik dari pada model pembelajaran langsung dalam meningkatkan hasil belajar biologi dan keterampilan proses sains”. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Mahzum (111: 2014) hasil penelitian menyatakan bahwa “aplikasi pendekatan pembelajaran saintifik metode inquiry based learning

dapat meningkatkan hasil belajar siswa”.

“Pendekatan Scientific dalam pembelajaran dimaksud meliputi

mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran” (Kementrian Pendidikan Nasional, 2013)

Bagan 2.2 Pendekatan Scientific dalam Proses Pembelajaran

Bagan di atas merupakan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Scientific, dimana unsur tersebut tidak harus

(6)

dilakukan secara runtut. Abdullah (2014: 53) menyatakan “tahapan aktivitas belajar yang dilakukan dengan pembelajaran saintifik tidak harus dilakukan melalui prosedur yang kaku, namun dapat disesuaikan dengan pengetahuan yang hendak dipelajari”.

Berikut ini uraian kegiatan pembelajaran serta kompetensi yang harus dikembangkan pada setiap unsur pembelajaran scientific :

1. Melakukan Pengamatan atau Observasi

Abdullah (2014: 54) “observasi adalah menggunakan panca indra

untuk memperoleh informasi. Sebuah benda dapat diobservasi untuk mengetahui karakteristiknya, misalnya : warna, bentuk, suhu, volume, berat, bau, suara, dan teksturnya”. Menurut Kementrian Pendidikan Nasional (2013) “kegiatan belajarnya berupa melihat, membaca,

mendengar, menyimak baik menggunakan alat maupun tidak. Kompetensi yang dikembangkan pada kegiatan ini berupa melatih kesungguhan, ketelitian, serta mencari informasi”.

(7)

biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran”. (Kemendikbud, 2013)

Pengamatan sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik untuk menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Menurut Kemendikbud (2013) Pengamatan dibagi dalam beberapa jenis sebagai berikut :

a. Observasi biasa (Common Observation).

Peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan observasi

(complete observer) dan sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.

b. Observasi terkendali (Controlled Observation).

Peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Pada observasi terkendali pelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan. c. Observasi partisipatif (Participant observation).

Peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati. Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik melibatkan diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati.

(8)

“Pengamatan yang cermat sangat dibutuhkan untuk dapat menganalisis suatu permasalahan atau fenomena”. (Abdullah, 2014: 57)

2. Menanya

Kegiatan menanya menurut Kemendikbud (2013) “mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik”. Kegiatan menanya dapat dilakukan baik oleh guru maupun siswa. Guru dapat mengajukan pertanyaan untuk meningkatkan keingintahuan siswa. Abdullah (2014: 57) mengungkapkan “siswa perlu dilatih untuk merumuskan pertanyaan terkait dengan topik yang akan dipelajari”.

“Siswa pada pendidikan dasar perlu dibimbing dalam menganalisis

permasalahan yang dihadapi dengan melatih mereka mengajukan pertanyaan yang bersifat konvergen. Proses ini dilakukan dalam diskusi kelompok kecil dengan menerapkan metode curah pendapat

(brainstorming) dalam mengumpulkan ide yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan” (Abdullah,2014: 60).

Menurut Abdullah (2014: 62) “kegiatan bertanya dapat dilakukan

(9)

peserta didik kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan dengan kritis.

Saat guru bertanya, pada saat itu pula secara tidak langsung guru membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, maka ketika itu pula dia mendorong peserta didiknya untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.

3. Melakukan Eksperimen/ Mengumpulkan Informasi

Menurut Abdullah (2014: 62) “belajar dengan menggunakan pendekatan ilmiah akan melibatkan siswa dalam melakukan aktivitas menyelidiki fenomena dalam upaya menjawab suatu permasalahan”. Kemendikbud (2013) “kegiatan belajarnya berupa melakukan eksperimen,

membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian, aktivitas, wawancara dengan narasumber”.

Kegiatan mengumpulkan data dengan menggunakan berbagai aktivitas ilmiah dapat mengembangkan kompetensi berupa sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar sepanjang hayat.

4. Menalar/ Mengasosiasikan/ Mengolah

Kemendikbud (2013) “kegiatan belajarnya berupa mengolah

(10)

mengumpulkan informasi”. Menurut Abdullah (2014: 66) “kemampuan

mengolah informasi melalui penalaran dan berpikir rasional merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki oleh siswa. Informasi yang diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang dilakukan harus diproses untuk menemukan keterkaitan suatu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mengolah informasi diperoleh dari kegiatan mengamati dan mengumpulkan data. Mengolah informasi membutuhkan penalaran dan berpikir rasional yang secara langsung mampu mengembangkan kompetensi berupa pengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur, dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

5. Mengembangkan Jaringan dan Mengkomunikasikan

Kemendikbud (2013) “kegiatan belajarnya berupa menyampaikan

hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya”. Abdullah (2014: 71) “kemampuan untuk membangun jaringan dan berkomunikasi perlu dimiliki oleh siswa karena kompetensi tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman”.

(11)

mengembangkan kompetensi berupa sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengumngkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Tabel 2.2 Skenario Pembelajaran Menggunakan Elemen Pendekatan Saintifik

Elemen Pembelajaran

Saintifik Kegiatan Belajar

Observasi/ Mengamati  Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat)

 Mengumpulkan data melalui berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, wawancara atau kegiatan mengamati. Menanya  Mengajukan pertanyaan atau masalah yang terkait dengan

data dan informasi yang dikumpulkan.

 Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan bersifat hipotetik)

Mencoba/ mengumpulkan informasi/ eksperimen

 Melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati kejadian.

 Membuat hipotesis dan merancang eksperimen untuk menguji hipotesis. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah : merumuskan hipotesis, membuat rancangan percobaan, melakukan percobaan sesuai rancangan, mengumpulkan data dengan pengamatan atau melakukan pengukuran parameter atau variabel yang ditetapkan dalam hipotesis.

Menalar  Data yang diperoleh berdasarkan hasil observasi dan

percobaan harus dianalisis dengan melakukan penalaran. Peserta didik perlu menalar dengan proses sebagai berikut :  Melihat hubungan antar variabel

 Mengamati pola

 Melakukan analisis, sintesis atas hubungan dan pola yang diamati

 Melakukan pengujian hipotesis berdasarkan analisis data hasil percobaan.

Networking/ Komunikasi

 Jaringan dikembangkan oleh peserta didik ketika melakukan investigasi. Kemampuan komunikasi dan keterampilan interpersonal sangat dibutuhkan dalam membangun jaringan. Peserta didik juga dapat melatih kemampuan komunikasi ketika menyampaikan informasi yang ditemukan baik melalui tulisan atau yang disampaikan secara lisan di depan kelas.

(12)

D. Definisi Bahan Ajar

Daryanto dan Dwicahyono (2014: 171) “bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas”. Menurut Pusat Kurikulum (2008: 7) “bahan ajar dapat dimaknai sebagai bentuk pengemasan, pemaparan,

penjelasan tentang pengetahuan, pengalaman dan ilustrasi fakta secara sistematis dan logis yang dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran”.

National Center for Vocational Education Research Ltd/ National

Center for Competency Based Training (Departemen Pendidikan Nasional,2008: 8) “bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis”. Hernawan, dkk (www.file.upi.edu) mengemukakan “bahan Pembelajaran (learning materials) merupakan seperangkat materi atau substansi pelajaran yang disusun secara runtut dan sistematis serta menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran”.

(13)

tertentu; 3) disusun sistematis dan sederhana; dan 4) disertai petunjuk pembelajaran”.

Berdasarkan uraian definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar (learning materials) adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, sehingga memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi secara utuh dan membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran. Bahan ajar tersebut memuat materi, pesan atau isi mata pelajaran yang berupa ide, fakta, konsep, prinsip, kaidah atau teori yang tercakup dalam mata pelatihan sesuai disiplin ilmu serta informasi lain dalam pembelajaran.

E. Tujuan Penyusunan Bahan Ajar

Menurut Depdiknas (2008: 11), Daryanto dan Dwicahyono (2014: 171) dan Prastowo (2013: 302) terdapat empat poin yang menjadi tujuan penyusunan bahan ajar, diantaranya sebagai berikut :

1. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkann kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik;

2. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku teks yang terkadang sulit diperoleh;

3. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

(14)

F. Macam-macam Bahan Ajar

Trianto dalam Prastowo (2014: 145) berdasarkan bentuk kegiatan pembelajarannya, maka bahan ajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis :

“pertama, bahan ajar untuk pengajar sebagai fasilitator dan siswa belajar sendiri; kedua, bahan ajar untuk pengajar sebagai sumber tunggal dan siswa belajar darinya; ketiga, bahan ajar untuk pengajar sebagai penyaji bahan ajar yang dipilihnya atau dikembangkannya”. Pengembangan bahan ajar yang disusun termasuk dalam kategori bahan ajar yang dapat digunakan oleh pengajar sebagai penyaji. Daryanto dan Dwicahyono (2014:173) macam-macam bahan ajar adalah sebagai berikut : 1. Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) seperti

handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan non cetak (non printed) seperti model/market.

2. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan

compact disk audio.

3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film.

4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

G. Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

(15)

1. Prinsip relevansi artinya keterkaitan

Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagai contoh, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan.

2. Prinsip konsistensi artinya keajegan

Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengoprasian bilangan yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

3. Prinsip kecukupan

Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai materi kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga.

(16)

1. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak.

Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar lainnya.

2. Pengulangan akan memperkuat pemahaman.

Pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu konsep. Walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan lebih berbekas pada ingatan siswa. Pengulangan dalam penulisan bahan belajar harus disajikan secara tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan.

3. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa.

Seringkali kita menganggap remeh dengan memberikan respon yang sekedarnya atas hasil kerja siswa. Padahal respon yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa. Perkataan seorang guru seperti ‟ya benar‟ atau ‚‟ya kamu pintar‟ atau,‟itu benar, namun akan lebih baik kalau begini...‟ akan menimbulkan

(17)

semangat siswa. Oleh karena itu, jangan lupa berikan umpan balik yang positif terhadap hasil kerja siswa.

4. Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar.

Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam belajar. Oleh karena itu, salah satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar siswa mau belajar. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian, memberikan harapan, menjelaskan tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun menceritakan sesuatu yang membuat siswa senang belajar, dan lain sebagainya.

5. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu.

Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan untuk mencapai suatu kompetensi inti yang tinggi. Oleh karena itu, guru perlu menyusun tujuan pembelajaran dengan tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa. Tahapan yang harus dilalui siswa tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator kompetensi.

6. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan.

(18)

peserta didik akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya sendiri, namun mereka semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu yang berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar tuntas.

Menurut Akbar (2013: 34) terdapat delapan ciri-ciri buku ajar yang baik adalah sebagai berikut :

1. Akurat (Akurasi)

Keakuratan antara lain dapat dilihat dari aspek kecermatan penyajian, benar memaparkan hasil penelitian, dan tidak salah mengutip pendapat pakar. Akurasi dapat pula dilihat dari dan teori dengan perkembangan mutakhir dan pendekatan keilmuan yang bersangkutan. 2. Sesuai (Relevansi)

Buku ajar yang baik memiliki kesesuaian antara kompetensi yang harus dikuasai dengan cakupan isi, kedalaman pembahasan, dan kompetensi pembaca. Relevansi hendaknya juga menggambarkan adanya relevansi materi, tugas, contoh penjelasan, latihan dan soal, kelengkapan uraian, dan ilustrasi dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh pembaca sesuai tingkat perkembangan pembacanya.

3. Komunikatif

(19)

4. Lengkap dan Sistematis

Buku ajar yang baik menyebutkan kompetensi yang harus dikuasai pembaca, memberikan manfaat pentingnya penguasaan kompetensi bagi kehidupan pembaca, menyajikan daftar isi dan menyajikan daftar pustaka. Uraian materinya sistematis, mengikuti alur pikir dari sederhana ke kompleks, dari lokal ke global.

5. Berorientasi pada Student Centered

Pendidikan dengan kurikulum yang cenderung konstruktivis membutuhkan buku ajar yang dapat mendorong rasa ingin tahu siswa, terjadinya interaksi antara siswa dengan sumber belajar, merangsang siswa membangun pengetahuan sendiri, menyemangati siswa belajar secara berkelompok dan menggantikan siswa mengamalkan isi bacaan.

6. Berpihak pada Ideologi Bangsa dan Negara

Keperluan pendidikan Indonesia, buku ajar yang baik adalah buku ajar harus mendukung ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa; mendukung nilai kemanusiaan; mendukung kesadaran akan kemajemukan masyarakat; mendukung tumbuhnya rasa nasionalisme; mendukung tumbuhnya kesadaran hukum dan mendukung cara berpikir logis.

7. Kaidah Bahasa Benar

(20)

8. Terbaca

Buku ajar yang keterbacaannya tinggi mengandung panjang kalimat dan struktur kalimat sesuai pemahaman pembaca, panjang alineanya sesuai pemahaman pembaca.

H. Bahan Ajar Tematik

Prastowo (2013: 297) “bahan ajar tematik adalah bahan ajar yang mengandung karakteristik pembelajaran tematik, sehingga mampu mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran tematik”. Secara lengkap Prastowo (2014: 139) menjelaskan bahwa “bahan ajar tematik merupakan segala bahan (baik informasi, alat maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa melalui proses pembelajaran yang mendorong keterlibatan siswa secara aktif dan menyenangkan, yakni tidak semata-mata mendorong siswa untuk mengetahui (learning to know), tetapi juga melakukan (learning to do), menjadi (learning to be) dan hidup bersama (learning to live together) serta holistik dan autentik, dengan tujuan sekaligus perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran”.

I. Fungsi Bahan Ajar Dalam Pembelajaran Tematik

(21)

1. Fungsi bahan ajar bagi guru adalah : (a) Menghemat waktu dalam mengajar; (b) mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi fasilitator; (c) meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif; (d) pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang semestinya diajarkan kepada siswa; 5) alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran.

2. Fungsi bahan ajar bagi siswa adalah : (a) Siswa dapat belajar tanpa harus ada guru atau teman siswa yang lain; (b) Siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja ia kehendaki; (c) Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing; (d) Siswa dapat belajar berdasarkan urutan yang dipilihnya sendiri; (e) Membantu potensi siswa untuk menjadi pelajar yang mandiri; (f) Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasainya.

J. Karakteristik Bahan Ajar Tematik

Prastowo (2013: 313) Bahan Ajar Tematik harus memunculkan berbagai karakteristik dasar pembelajaran tematik yaitu 1) menstimulasi siswa agar aktif; 2) menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan

(joyful learning); 3) menyuguhkan pengetahuan yang holistik (tematik); dan 4) memberikan pengalaman langsung (direct experiences) kepada siswa.

(22)

secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional, guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa, sehingga mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar.

Menarik atau menyenangkan, artinya bahan ajar memiliki sifat mempesona, merangsang, nyaman dilihat, dan banyak kemanfaatannya sehingga siswa senantiasa terdorong untuk terus belajar dan belajar darinya.

Holistik, artinya bahan ajar memuat kajian suatu fenomena dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Keberadaan bahan ajar tersebut memungkinkan siswa dapat memahami suatu fenomena dari segala sisi, menjadi lebih arif dan bijaksana.

Autentik, artinya karakteristik dari bahan ajar tematik yang menekankan pada sisi autentik atau pengalaman langsung yang diberikan oleh suatu bahan ajar. Bahan ajar memberikan sebuah pengalaman dan pengetahuan yang dapat diperoleh oleh siswa sendiri. Selain itu, bahan ajar tersebut memberikan informasi yang kontekstual dengan kenyataan empiris atau fenomena sosial budaya di sekitar siswa. Hal ini berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari.

K. Pengembangan Bahan Ajar Tematik

Pusat Kurikulum (2008: 12) langkah-langkah yang dapat menjadi pertimbangan dalam mengembangkan bahan ajar adalah :

(23)

materi pokok yang akan dicapai dan dibahas serta proses pembelajaran untuk mencapai hal tersebut. Silabus akan membantu proses penataan struktur bahan yang akan disajikan dalam bahan ajar.

2. Merencanakan materi pokok atau substansi yang disusun dalam silabus kajian tambahan untuk mencapai suatu kompetensi dasar yang diinginkan. Struktur ini memberikan gambaran tentang arah dan konten serta proses pembelajaran yang diinginkan. Sekaligus memberikan gambaran utuh tentang kompetensi dan substansi kajian yang harus dikuasai.

3. Menulis gagasan pokok dari setiap materi pokok atau substansi kajian. Berdasarkan struktur kompetensi dan substansi kajian yang terdapat dalam silabus, pendidik dapat menuliskan garis besar uraian materi inti dari setiap substansi kajian inti sebagai penjelas dari substansi kajian menjadi awal pengembangan bahan ajar dari suatu proses pembelajaran yang dilakukan pendidik.

4. Menelaah gagasan pokok dari setiap materi pokok atau substansi kajian. Berdasarkan uraian pada langkah ketiga, pengembangan bahan ajar dapat dilanjutkan dengan menyusun dan menelaah berbagai ilustrasi penjelasan pada uraian pokok terdahulu. Ilustrasi penjelasan dapat memberikan pemahaman yang lebih kongkrit, jelas dan mendalam pada pembaca tentang berbagai konsep, hukum, prinsip atau prosedur tertentu.

(24)

Penulisannya dapat dilakukan dalam bentuk tekstual, naratif, eksplanatory, deskriptif, argumentatif dan perintah.

6. Menguji coba dan mengevaluasi keterbacaan, kecermatan isi dan perwajahan. Tahap uji coba ini merupakan proses untuk mengetahui efektifitas bahan ajar yang telah dikembangkan melalui beragam reaksi dari berbagai pihak terhadap bahan ajar tersebut.

7. Melakukan revisi. Proses evaluasi di atas diperlukan untuk memperbaiki bahan ajar, sehingga menjadi bahan ajar yang baik.

Pusat Kurikulum (2008: 13) dalam memilih dan mengembangkan bahan ajar pada suatu mata pelajaran perlu diperhaikan beberapa persyaratan pokok, antara lain :

1. Kecermatan isi

Suatu bahan ajar harus menujukkan kecermatan isi dalam struktur dan pemaparan yang memiliki landasan keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan. Kecermatan isi merujuk pada validitas (ketepatan) bahan ajar dalam memberikan bahan secara logis, runtut dan dapat dipertanggung jawabkan secara konseptual (keilmuan) maupun fakta secara empiris.

2. Ketepatan cakupan

(25)

3. Keterencanaan bahan (pemaparan, penyajian materi, ilustrasi, alat bantu, formating, penjelasan relevansi)

Pemaparan bahan ajar seharusnya menyajikan materi dan berbagai ilustrasinya yang mudah dicerna dan dipahami oleh para pembaca.

4. Penggunaan Bahasa

Bahan ajar yang baik seharusnya menggunakan gaya bahasa yang komunikatif, ringan dan mudah dipahami orang lain. Namun demikian, bahasa yang dipergunakan tetap menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.

5. Perwajahan atau Pengemasan

Bagian yang tidak kalah pentingnya dalam mengembangkan bahan ajar adalah perwajahan atau pengemasan bentuk dan isi. Pada bagian ini perlu diperhatikan penataan margins, pemaparan ilustrasi contoh serta penempatan data (seperti tabel, grafik dan sebagainya).

Pusat Kurikulum (2008: 14) dalam pengembangan bahan ajar tetap mengacu pada tujuan untuk :

1. Memberikan panduan utama bagi pendidik tentang gagasan, pengetahuan atau konsep kunci yang harus dikuasai dalam proses pembelajaran.

2. Menuntun pendidik untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran secara kreatif sesuai dengan lingkungan sekitar dan kebutuhan.

(26)

menggunakan berbagai buku referensi atau bahan ajar lainnya yang melengkapi atau lebih lengkap.

4. Memberikan pemahaman tentang penyusunan dan pengembangan bahan ajar yang appropriate.

5. Membantu anak didik untuk menguasai kompetensi dasar dan menambah wawasan, keterampilan, dan sikap.

L. Pengembangan Bahan Ajar Cetak : Handout

Bahan ajar cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk, namun fokus penelitian ini adalah pengembangan bahan ajar cetak dalam bentuk

handout. Depdiknas (2008: 14) “handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik”. Menurut kamus oxford (Depdiknas, 2008: 14) “handout is prepared statement given”.

Handout adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara. Mohammad (Prastowo, 2014: 78) memaknai “handout sebagai selembar (atau beberapa

lembar) kertas yang berisi tugas atau tes yang diberikan pendidik membuat ringkasan suatu topik, makalah suatu topik, lembar kerja siswa, petunjuk praktikum, tugas, atau tes, dan diberikan kepada peserta didik secara terpisah-pisah, maka pengemasan materi pembelajaran tersebut termasuk dalam kategori handout”.

Prastowo (2014: 79) dalam Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif mengemukakan bahwa “handout adalah bahan pembelajaran yang

(27)

didik. Bahan ajar ini diberikan kepada peserta didik guna memudahkan mereka saat mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, bahan ajar ini tentunya bukanlah suatu bahan ajar yang mahal, melainkan ekonomis dan praktis”.

Steffen dan Peter Ballstaedt (Prastowo, 2014: 80), fungsi handout

antara lain :

1. Membantu peserta didik agar tidak perlu mencatat 2. Sebagai pendamping penjelasan pendidik

3. Sebagai bahan rujukan peserta didik

4. Memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar 5. Pengingat pokok-pokok materi yang diajarkan 6. Memberi umpan balik, dan

7. Menilai hasil belajar

Prastowo (2014: 80) menambahkan dalam fungsi pembelajaran, pembuatan handout memiliki beberapa tujuan, yaitu:

1. untuk memperlancar dan memberikan bantuan informasi atau materi pembelajaran sebagai pegangan bagi peserta didik

2. untuk memperkaya pengetahuan peserta didik

3. untuk mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan pendidik

Handout sebagai salah satu bentuk bahan ajar memiliki struktur yang

(28)

materi pokok atau materi pendukung pembelajaran yang akan disampaikan”.

(Prastowo: 2014).

Jenis handout dibedakan menjadi dua, untuk lebih jelasnya perhatikan bagan berikut ini :

Bagan 2.3 Jenis-jenis Handout

Prastowo (2014: 198) “susunan handout mata pelajaran nonpraktik, \

dapat dibuat dengan ketentuan, sebagai berikut : sebagai acuan handout

adalah SAP (Satuan Acara Pembelajaran) ; format handout terdiri dari bebas (slide, transparansi, paper based) dan dapat berbentuk narasi kalimat tetapi singkat atau skema atau flowchart dan gambar; tidak perlu menggunakan

header maupun footer untuk setiap slide. Adapun berkaitan dengan kontent (isi) handout, meliputi overview materi dan perincian materi.

Prastowo (2014: 198-199) memaparkan bahwa “berdasarkan ketergantungannya dengan bahan ajar lain, maka handout dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu handout yang terlepas sama sekali dari buku utamanya dan handout yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari buku atau modul yang digunakan untuk materi tertentu. Handout akan berisi materi

Jenis Handout

Menurut Mata Pelajaran

Handout Praktik Handout Teori

(29)

baru jika dalam perkembangan pembelajaran ditemukan konsep atau pemikiran atau masalah baru yang belum dibahas dalam modul atau buku sumber yang digunakan. Sementara itu, handout akan berisi penjelasan yang lebih lengkap dari materi yang sudah dibahas dalam modul atau buku atau diberikan dalam pembelajaran secara lisan.”

M. Langkah-langkah Pembuatan Handout

Handout dapat dibuat berdasarkan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa. Oleh karena itu, penyusunan handout harus diturunkan dari kurikulum. Prastowo (2014: 199) adapun langkah-langkah penyusunannya, sebagai berikut :

1. Lakukan analisis kurikulum dengan menggunakan matrik analisis kurikulum.

2. Menentukan judul handout dan sesuaikan dengan kompetensi dasar dan materi pokok yang akan dicapai. Pada tahap ini, lakukanlah dengan berdasarkan penyusunan peta bahan ajar yang telah kita buat dengan mengidentifikasi materi pokok.

3. Mengumpulkan reverensi sebagai bahan penulisan. Upayakan referensi terkini dan relevan dengan materi pokoknya.

(30)

tetapi bobot dari kalimat yang lebih diutamakan. Sehingga, penyajian paragraf bisa singkat namun mampu menjelaskan secara lengkap informasi yang ingin disampaikan kepada siswa.

5. Memperbaiki handout sesuai dengan kekurangan yang ditemukan.

6. Gunakanlah berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi

handout, misalnya : buku, majalah, internet dan jurnal hasil penelitian.

Handout sebagai bahan ajar haruslah menampilkan sebuah isi dan tampilan yang menarik dan menyenangkan sehingga siswa memiliki rasa ingin tahu ketika belajar. Prastowo (2014: 201) terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan dalam pengembangan handout tematik : 1) peta atau diagram konsep yang menghubungkan antartopik atau bagian dalam topik; 2)

annotated bibliography, ini merupakan kumpulan abstrak dari sumber yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari. Handout yang memiliki kandungan annotated bibliography ini akan membantu peserta didik yang membutuhkan informasi lebih lanjut tentang materi ajar tertentu; 3) informasi tambahan untuk meluruskan kesalahan dan bias yang ada dalam bahan ajar; 4) memberikan contoh baru dan contoh tambahan untuk konsep yang sulit dipahami oleh peserta didik; 5) memberikan kasus untuk dipelajari dan diselesaikan, baik secara individual maupun kelompok.

N. Kerangka Berpikir

(31)

beberapa mata pelajaran dalam satu tema, sehingga dapat memberi pengalaman bermakna pada siswa. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang menggunakan langkah-langkah ilmiah meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan mengkomunikasikan.

Permata, Mahrjan dan Mahzum (2014) telah melakukan penelitian tentang pendekatan saintifik. Ketiga penelitian tersebut menghasilkan bahwa saintifik baik untuk diterapkan. Siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional kongkret dan pembelajaran tematik sesuai dengan tahap berpikir siswa. Hasil penelitian Sutari (2012) mengenai pembelajaran tematik dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil membaca, menulis dan berhitung.

(32)

Berdasarkan kajian teori, penelitian dan temuan di sekolah dapat disimpulkan bahwa pembelajaran belum memfasilitasi kebutuhan. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan Bahan Ajar Tematik Berbasis saintifik dengan pendalaman materi, pengembangan sajian materi berskala lokal, dan memfasilitasi kegiatan saintifik siswa yang diharapkan dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih baik.

Penelitian-penelitian :

Saintifik dapat meningkatkan hasil belajar siswa, aktivitas belajar siswa, ketrampilan proses sains, kemampuan berpikir kreatif, menuntun siswa berpikir logis, sistematis, dan mendalam.

Siswa SD berada pada tahap operasional kongkret dan pembelajaran tematik sesuai dengan karakteristik belajar siswa yang kongkret, integratif, dan hierarkis.

Pembelajaran tematik dapat

meningkatkan hasil belajar Calistung siswa SD.

Temuan-temuan di sekolah :

kesulitan guru melaksanakan

pembelajaran tematik dalam

mengalihkan antar muatan pelajaran.

Kurangnya kedalam materi akibat dari kegiatan saintifik yang belum difasilitasi secara maksimal.

Penyajian materi pada buku guru dan buku siswa masih berskala nasional, tidak adanya skala lokal yang dapat

memudahkan siswa membangun

pengetahuannya sendiri sesuai dengan teori belajar konstruktivisme.

Pembelajaran belum memfasilitasi kebutuhan

Pengembangan bahan ajar dengan pendalaman materi, pengembangan sajian materi berskala lokal, dan memfasilitasi

kegiatan saintifik siswa.

Tidak Layak Layak

Bahan ajar tematik berbasis Saintifik di SD Kelas IV Digunakan dalam Pembelajaran

(33)

O. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh Bahan Ajar Tematik Berbasis Saintifik terhadap prestasi belajar PKN.

2. Terdapat pengaruh Bahan Ajar Tematik Berbasis Saintifik terhadap prestasi belajar IPS.

Gambar

Tabel 2.1 Taksonomi pengetahuan, sikap dan ketrampilan
Tabel 2.2 Skenario Pembelajaran Menggunakan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam upaya menggali potensi agrowisata di Desa Balate untuk dijadikan sebagai destinasi berbasis agrowisata di Kabupaten Boalemo, telah dilakukan penelitian di Lahan Pertanian

Struktur yang bekerja berdasarkan prinsip gaya tarik, terdiri dari kabel baja, sendi, batang, yang menyangga sebuah penutup bangunan, struktur ini mudah berubah bentuk apabila

(7) Pendirian dan/atau penempatan Bangunan dan Instalasi di Laut lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan setelah mendapat persetujuan dari menteri yang

mikrokontroler, untuk menguji pengiriman tersebut, sebagai contoh program CNT 010 dengan kode instruksi CNT=0001 0011b (13h) dan kode operand 010=0000 1010b (0Ah) akan dikirim

Agar kegiatan ini dapat berkelanjutan program ini akan bekerjasama dengan PKK dan kelompok tani di Dusun Bantut, Dusun Kemirisewu dan Dusun Dongkelan, pemerintah Desa Sidorejo,

Output atau hasil dari sistem pakar ini adalah sebuah program yang dapat digunakan untuk mendiagnosa kemungkinan penyakit pada sapi berdasarkan gejala- gejala yang

The pdf does something intriguing with the respective traditions introduced in Deep Magic - essentially, this book provides 30 magic schools (alongside the necessary information

Dari berbagai term yang digunakan Alquran untuk memperkenalkan konsep lingkungan, dapat disimpulkan bahwa konsep lingkungan hidup dalam perspektif Alquran