• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengelolaan Pembelajaran - ULIL AZMI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI A. Pengelolaan Pembelajaran - ULIL AZMI BAB II"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengelolaan Pembelajaran

Pengelolaan adalah suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang

dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja

dalam mencapai tujuan tertentu, yang meliputi kegiatan merencanakan,

melaksanakan, sampai dengan penilaian, dan pengawasan (Koswara &

Suryadi, 2007). Menurut Rohman & Amri (2012:36) Pengelolaan adalah

proses pengintegrasian sumber-sumber manusiawi dan material ke dalam

suatu sistem keseluruhan untuk mencapai tujuan tertentu.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, agar dapat terjadi proses

pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan keterampilan, serta

pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik (Sagala, 2010).

Menurut Rukmana & Suryana (2008:10) Pembelajaran merupakan suatu

proses melihat dan mengalami, mengamati, dan memahami sesuatu yang

dipelajari untuk memperoleh hasil yang ditentukan, melalui pembinaan,

(2)

“Prinsip dalam pengelolaan pendidikan antara lain: (1) tujuan pendidikan dan perkembangan anak didik harus mendasari semua kegiatan pengelolaan, (2) penggunaan waktu, tenaga, alat secara efektif, (3) memprioritaskan tujuan dan mekanisme kerja, (4) mengkoordinasi wewenang dan tanggung jawab, (5) tanggung jawab harus disesuaikan dengan kemampuan orang, (6) mengenal secara baik faktor psikologis manusia, (7) adanya fleksibilitas dan relativitas nilai (Koswara & Suryadi, 2007:16)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan pengelolaan

pembelajaran merupakan proses untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan proses panjang yang

dimulai dengan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan

pembelajaran.

Tahapan pengelolaan pembelajaran dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut meliputi : perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan

pengawasan.

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan dasar tindakan pengelolaan agar berhasil

dengan baik, yang dilakukan seseorang pengelola untuk memikirkan

dengan matang tujuan atau sasaran yang hendak dicapai, menetapkan

jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefektif

dan seefisien mungkin. Perencanaan juga dapat merumuskan program,

tujuan-tujuan dan teknik-teknik untuk dapat mewujudkan tujuan

tersebut (Koswara & Suryadi, 2007).

Proses perencanaan di sekolah harus dilaksanakan secara

kolaboratif, artinya mengikutsertakan personil sekolah dalam semua

(3)

ikut memiliki yang dapat memberikan dorongan kepada guru untuk

berusaha agar rencana tersebut berhasil. Lingkup perencanaan meliputi

semua komponen pengelolaan sekolah seperti perencanaan kurikulum,

keuangan, sarana dan prasarana, kepegawaian, hubungan masyarakat,

proses belajar mengajar, dan ketatausahaan sekolah (Koswara &

Suryadi, 2007).

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan pembelajaran

meliputi:

1) Menetapkan hal yang akan dilakukan, kapan, dan bagaimana cara

melakukannya dalam implementasi pembelajaran

2) Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk

mencapai hasil

3) Mengembangkan alternatif-alternatif yang sesuai dengan strategi

pembelajaran

4) Mengumpulkan dan menganalisis informasi yang penting untuk

mendukung kegiatan pembelajaran

5) Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dan

keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran kepada

pihak yang berkepentingan.

6) Melakukan evaluasi rencana

7) Melaksanakan revisi dan perencanaan kembali (Sagala, 2010).

Salah satu tugas utama guru dalam perencanaan pembelajaran

(4)

merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperkirakan tindakan

yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Mulyasa

(2009:219), prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan RPP

meliputi: (1) Kompetensi yang dirumuskan dalam pelaksanaan

pembelajaran harus jelas, (2) Rencana pelaksanaan pembelajaran harus

sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan

pembelajaran, dan pembentukan kompetensi peserta didik, (3) Rencana

pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan harus utuh dan

menyeluruh, serta jelas pencapaiannya, dan (4) harus ada koordinasi

antar pelaksana program di sekolah agar tidak mengganggu jam-jam

pelajaran yang lain.

Berdasarkan prinsip pengembangan RPP di atas, perlu dilakukan

pembagian tugas guru, penyusunan kalender pendidikan dan jadwal

pembelajaran, pembagian waktu yang digunakan secara proporsional,

penetapan penilaian, pencatatan kemajuan belajar, peningkatan

kualitas pembelajaran, dan pembelajaran remedial.

Cara pengembangan RPP secara garis besar mengikuti

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengisi kolom identitas

2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang

telah ditetapkan

3) Menentukan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar

(5)

4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK dan KD, serta

indikator yang telah ditentukan.

5) Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok

6) Menentukan metode dan model pembelajaran yang akan digunakan

7) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan

awal, inti, dan akhir

8) Menentukan alat, bahan, dan sumber belajar yang digunakan.

9) Menyusun kriteria penilaian, contoh soal, dan teknik penskoran

(Mulyasa, 2009).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa

perencanaan merupakan bagian penting yang harus diperhatikan oleh

guru dalam pembelajaran. Perencanaan akan menentukan kualitas

pembelajaran secara keseluruhan, dan menentukan kualitas

pendidikan, serta kualitas SDM.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah kegiatan mengimplementasikan rencana yang

telah ditetapkan secara efektif dan efisien (Koswara & Suryadi, 2007).

Proses implementasi rencana pembelajaran terdiri dari

pengorganisasian dan penggerakan. Pengorganisasian pembelajaran

meliputi aspek: (1) menyediakan pendukung pembelajaran seperti

fasilitas, perlengkapan, dan personel yang dibutuhkan dalam

melaksanakan proses pembelajaran yang efisien; (2) Pengelompokan

(6)

membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi

pembelajaran. Penggerakan dalam proses pembelajaran dilakukan oleh

pendidik dengan suasana yang edukatif, agar siswa dapat

melaksanakan tugas belajar dengan penuh antusias, dan

mengoptimalkan kemampuan belajarnya dengan baik (Sagala, 2010).

Menurut Rukmana & Suryana (2008:12) langkah-langkah yang

harus dilakukan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran meliputi

rangkaian kegiatan sebagai berikut:

1) Membuka kegiatan pembelajaran melalui apersepsi, yaitu

mengaitkan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan

materi yang sudah dipelajari sebelumnya, maupun dengan

pengalaman atau pemahaman yang sudah dimiliki peserta didik

2) Menjelaskan program pembelajaran yang harus dilakukan peserta

didik, yaitu menginformasikan tujuan dan program pembelajaran

yang dirancang guru

3) Mengorganisasikan pelaksanakan kegiatan belajar peserta didik

(individual, kelompok, atau klasikal)

4) Penyajian belajar dengan metode dan model pembelajaran yang

sesuai melalui pemanfaatan sumber belajar dan fasilitas belajar

yang tersedia

5) Memotivasi kegiatan peserta didik melalui penguatan, penjelasan,

penghargaan, ataupun apresiasi terhadap perilaku belajar peserta

(7)

6) Melakukan penyesuaian-penyesuaian kegiatan belajar peserta

didik berdasarkan analisis aktual kondisi proses pembelajaran

yang terjadi, agar kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan

peserta didik.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan pembelajaran adalah kegiatan melaksanakan dan

menerapkan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang

dibuat oleh guru dalam RPP. Kegiatan pembelajaran dapat berjalan

dengan efektif dan optimal jika didukung dengan sarana dan fasilitas

belajar yang memadai.

c. Penilaian

Menurut Koswara & Suryadi (200:51) Penilaian merupakan

seperangkat kegiatan yang menentukan baik tidaknya

program-program atau kegiatan-kegiatan yang sedang dijalankan untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Tyler dalam

(Arikunto, 2009:3) Penilaian adalah sebuah proses pengumpulan data

untuk menentukan pencapaian tujuan pendidikan.

Guru dalam melakukan penilaian pembelajaran menggunakan alat

pengumpul informasi yang dinamakan tes. Menurut sagala (2010) tes

yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dibedakan

menjadi dua macam tes, yaitu:

1) Tes formatif adalah tes yang dilaksanakan guru setiap mengakhiri

(8)

2) Tes sumatif adalah tes yang dilaksanakan setelah berakhirnya

pemberian sekelompok program, dalam pengalaman di sekolah,

tes sumatif biasanya dilaksanakan pada tiap akhir semester.

Hal yang harus diperhatikan guru dalam melakukan penilaian hasil

belajar adalah guru harus menilai siswa secara menyeluruh, baik dari

segi pemahamannya terhadap materi, maupun dari segi sikap, dan

pengamalannya. Arikunto (2009) mengemukakan ada tiga ranah yang

harus dilakukan dalam penilaian hasil belajar, yaitu (1) ranah kognitif

berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya

kemampuan mengenal, menghafal, memahami, menerapkan,

menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi; (2) ranah afektif,

mencakup sikap, perilaku, minat, nilai, dan moral; (3) ranah

psikomotor, berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya

melalui keterampilan dan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya

tubuh dan bagian-bagiannya.

Sesuai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian hasil

belajar merupakan rangkaian proses yang dilakukan guru guna

mendapatkan data tentang proses belajar yang dilakukan secara

kontinyu. Data yang diperoleh tersebut kemudian akan dianalisis,

sehingga menjadi sebuah informasi yang berarti dalam pengambilan

(9)

d. Pengawasan

Pengawasan adalah suatu kegiatan yang berusaha untuk

mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana,

dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai (Rohman & Amri,

2012:28). Menurut Koswara & Suryadi (2007:42) fungsi pengawasan

mencakup pengendalian, penilaian, pelaksanaan, dan pengambilan

tindakan yang sifatnya represif dan preventif terhadap kegiatan

pengelolaan. Apabila dalam tindakan pengawasan ditemukan hambatan

atau penyimpangan, hendaknya diambil tindakan positif berupa

perbaikan atau perubahan dalam pelaksanaannya.

Implikasi dari pengawasan ini, bahwa derajat produktivitas sistem

pengelolaan pendidikan ditentukan oleh mekanisme kerja sistem

pengawasan yang dikembangkan oleh pengelola. Pengawasan

pembelajaran dilakukan oleh kepala sekolah dan Dinas Pendidikan

setempat sesuai dengan bidang keahliannya, melalui supervisi.

Supervisi diartikan sebagai aktivitas yang menentukan kondisi atau

syarat-syarat yang esensial yang menjamin tercapainya tujuan-tujuan

pendidikan (Koswara & Suryadi, 2007).

(10)

Pengawas Dinas Pendidikan mempunyai tugas sesuai dengan

fungsinya yaitu: 1) Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan

pegawai sekolah di dalam menjalankan tugasnya dengan baik; 2)

Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah

yang diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses

belajar-mengajar; 3) Bersama guru berusaha mengembangkan, mencari, dan

menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan

tuntunan kurikulum yang berlaku; 4) Berusaha mempertinggi mutu dan

pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain dengan

mengadakan diskusi-diskusi kelompok, menyediakan perpustakaan

sekolah, dan mengirim mereka untuk penataran dan seminar, sesuai

dengan bidangnya masing-masing (Fathurrohman & Suryana, 2011).

Menurut Permendiknas No. 41 Tahun 2007, tindak lanjut kegiatan

pengawasan adalah sebagai berikut.

a. Penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah

memenuhi standar.

b. Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum

memenuhi standar.

c. Guru diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau penataran

lebih lanjut.

Sesuai dengan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa peran

pengawas sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di

(11)

kepala sekolah dan Dinas Pendidikan dengan tindak lanjut berupa

pembinaan kepada para guru.

B. Bahasa Inggris di SD

Bahasa Inggris adalah bahasa asing yang dianggap penting diajarkan

untuk tujuan penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi,

dan seni budaya, serta pengembangan hubungan antar bangsa (Herlianasari,

2013:3).

Kedudukan Bahasa Inggris di SD saat ini adalah ada yang sebagai mata

pelajaran untuk kelas 2,3,5,6, dan untuk kelas 1 dan 4 karena berlakunya

kurikulum 2013 maka dilaksanakan sebagai ekstrakurikuler. Sekolah dapat

mengajarkan Bahasa Inggris sebagai muatan lokal atau pelajaran tambahan

selama konten yang diberikan tidak membebani dan dapat diterima baik

oleh siswa, selain itu juga mempertimbangkan kesiapan berbagai

komponen pembelajaran yang ada seperti tenaga pengajar, sarana dan

prasarana, kurikulum, dan bahan pengajaran.

Mata pelajaran Bahasa Inggris dapat diajarkan di SD apabila dianggap

perlu oleh masyarakat yang bersangkutan di daerah yang bersangkutan, dan

didukung dengan adanya guru yang berkemampuan untuk mengajarkan

mata pelajaran tersebut. Oleh karena itu, Bahasa Inggris tidak diwajibkan

dilaksanakan di SD melainkan diselenggarakan sebagai muatan lokal

(12)

Mata pelajaran Bahasa Inggris berfungsi sebagai wahana

pengembangan diri siswa dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

budaya sehingga pertumbuhan mereka tetap berkepribadian Indonesia

(Mutmainah, 2011:8).

Mata pelajaran Bahasa Inggris di SD diajarkan kepada siswa,

diharapkan siswa memiliki kemampuan (language competence) yang

mencakup unsur-unsur tata bunyi, kosakata, tata bahasa, tata tulis, dan tata

budaya serta memiliki keterampilan menggunakan (language performance)

unsur-unsur tersebut dalam bentuk yang sederhana (Mutmainah, 2011:10).

Tujuan pembelajaran Bahasa Inggris di SD adalah agar peserta didik

mampu :

a. mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan secara

terbatas untuk mengiringi tindakan (language accompanying action)

dalam konteks sekolah

b. memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya Bahasa Inggris

untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global

(Janah, 2011:1)

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris di SD mencakup

kemampuan berkomunikasi lisan secara terbatas dalam konteks sekolah

yang mencakup aspek-aspek sebagai berikut (Suyanto, 2010:5):

a. Mendengarkan

Memahami instruksi, informasi, dan cerita sangat sederhana yang

(13)

b. Berbicara

Mengungkapkan makna secara lisan dalam wawancara interpersonal

dan transaksional sangat sederhana dalam bentuk instruksi dan

informasi dalam konteks kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar.

c. Membaca

Membaca nyaring dan memahami makna dalam instruksi, informasi,

teks fungsional pendek, dan teks deskriptif bergambar sangat

sederhana yang disampaikan secara tertulis dalam konteks kelas,

sekolah, dan lingkungan sekitar.

d. Menulis

Menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional pendek sangat

sederhana dengan ejaan dan tanda baca yang tepat.

Komponen Bahasa Inggris di SD meliputi :

a. Kosakata atau vocabulary, merupakan kumpulan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa dan memberikan makna bila kita menggunakan

bahasa tersebut. Kosakata Bahasa Inggris yang perlu dipelajari oleh

siswa SD diperkirakan sebanyak lebih kurang 500 kata.

b. Tata bahasa atau grammar, merupakan pola dan aturan yang harus

diikuti bila kita mau belajar suatu bahasa dengan benar. Komponen ini

merupakan kerangka bahasa yang harus diikuti agar bahasa bisa

diterima.

c. Pelafalan atau pronunciation, adalah cara mengucapkan kata-kata suatu

bahasa. Ucapan Bahasa Inggris sangat berbeda dengan sistem ucapan

(14)

Topik utama pembelajaran Bahasa Inggris di SD meliputi:

Tabel 2.1 Topik utama pembelajaran Bahasa Inggris di SD

Kelas Materi

f) Things in classroom g) Family

II a) Greeting and parting (Reinforcement)

b) Number (1-30)

c) Things in the classroom d) My body (simple)

e) Fruits and vegetables f) Parts of house

g) Families and home activities

V a) Time

d) Describing people and objects e) Shopping

f) ownership

(15)

C. Karakteristik Anak SD

Menurut Suyanto (2010:15), salah satu tujuan penting dalam

pembelajaran Bahasa Inggris di SD adalah menumbuhkan minat anak

dalam belajar Bahasa Inggris. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut

kita perlu memahami karakteristik anak sehingga bisa memilih metode

dan bahan pembelajaran yang tepat bagi mereka.

Menurut Nasution (dalam Djamarah, 2008:123-124), masa usia

sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari

usia enam tahun hingga kira-kira sebelas atau dua belas tahun.

Karakteristik anak masa kelas-kelas rendah sekolah dasar dan masa

kelas-kelas tinggi sekolah dasar sebagai berikut :

a. Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar

1) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan

pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.

2) Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi

peraturan-peraturan permainan yang tradisional.

3) Ada kecenderungan memuji sendiri.

4) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain kalau

hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.

5) Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu

dianggap tidak penting.

6) Pada masa ini (terutama pada umur 6-8 tahun) anak

menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat

(16)

b. Masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar

1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang

konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk

membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

2) Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.

3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan

mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai

mulai menonjolnya faktor-faktor.

4) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau

orang-orang dewasa lainnya.

5) Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya,

biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam

permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada aturan

permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri

(Djamarah, 2008:124).

Menurut Suyanto (2010:15) Ciri-ciri dari pembelajar muda secara

umum yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan dalam

belajar Bahasa Inggris yaitu :

a. Pada umumnya, anak-anak usia 5-7 tahun memiliki sikap egocentric

di mana ada kecenderungan mereka suka menghubungkan apa yang

mereka pelajari atau mereka lakukan dengan dirinya sendiri.

b. Pembelajar muda kelompok Level One, yaitu usia 5-7 tahun masih

(17)

c. Anak-anak juga cenderung imajinatif dan aktif. Mereka menyukai

pembelajaran melalui permainan, cerita maupun lagu sehingga

mereka akan lebih termotivasi untuk belajar Bahasa Inggris

walaupun secara tidak langsung.

d. Perasaan mudah cepat bosan juga merupakan salah satu ciri

anak-anak. Mereka mempunyai tingkat konsentrasi dan perhatian yang

pendek.

e. Kehidupan anak-anak penuh warna dan keceriaan. Kegiatan dan

tugas yang disertai dengan gambar yang menarik dan

berwarna-warni akan membuat anak-anak lebih gembira.

f. Anak-anak menyukai cerita sebagaimana mereka menyukai

permainan. Melalui cerita, siswa dapat dilatih untuk lebih

memusatkan perhatian pada konteks secara keseluruhan daripada

jika dinyatakan kata per kata.

g. Secara alami sebagai pelajar pemula, younger group lebih menyukai

mengerjakan tugas sendiri, tetapi dengan teman di dekatnya.

Mereka belum bisa berbagi dan sangat self centered sampai batas

usia 7 tahun.

h. Pelajar usia 8-10 tahun cukup mempunyai kesadaran dan kesiapan

berbahasa. Kesiapan berbahasa yang mereka miliki akan mereka

usung ke dalam kelas Bahasa Inggris.

i. Pada dasarnya, anak-anak menyukai percakapan intrinsik

(18)

pembelajar Bahasa Inggris sangat penting bagi pembelajar bahasa.

j. Last but not least, hal penting yang harus diingat, siswa SD umumnya adalah pembelajar yang merupakan pemikir aktif. Mereka

senang belajar sesuatu, termasuk juga belajar bahasa dengan cara

melakukan sesuatu (learning by doing), misalnya bermain atau

bernyanyi dengan menggerakkan anggota tubuh untuk memberi

isyarat atau memberi makna ungkapan yang diucapkan.

D. Perkembangan Bahasa Anak

Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi entah itu lisan, tertulis atau

isyarat-isyarat yang berdasarkan pada suatu sistem dari simbol-simbol.

Bahasa terdiri dari kata-kata yang digunakan oleh masyarakat beserta

aturan-aturan tertentu untuk menyusun berbagai variasi dan

mengkomunikasikannya (Santrock, 2007:353).

Tahapan perkembangan bahasa anak menurut Santrock (2007:358)

adalah :

a. Masa Bayi

Bayi-bayi secara efektif mengeluarkan suara sejak ia dilahirkan.

Tujuan komunikasi awal ini adalah menarik perhatian

pengasuh-pengasuhannya dan orang-orang lain dalam lingkungannya.

Kata-kata pertama antara usia 8 sampai 12 bulan, bayi seringkali

mengindikasikan pemahaman kata-kata mereka yang pertama.

(19)

ucapan dua kata ketika anak berusia 18 hingga 24 bulan, mereka

lazimnya mengucapkan ucapan-ucapan dua kata.

b. Masa kanak-kanak Awal

Ketika anak-anak meninggalkan tahapan dua kata, mereka bergerak

cepat menuju kombinasi tiga-empat-lima kata. Peralihan dari

kalimat-kalimat sederhana (yang mengekspresikan preposisi tunggal)

menjadi kalimat-kalimat kompleks diawali antara usia 2 hingga 3

tahun dan lanjut hingga SD. Pada usia 4 tahun, anak-anak

mengembangkan kepekaan besar terhadap kebutuhan orang lain

dalam percakapan. Anak-anak sekitar usia 4 hingga 5 tahun belajar

mengubah pola percakapan mereka sesuai situasi. Contohnya,

seorang anak berusia 4 tahun akan membedakan cara berbicaranya

terhadap anak usia 2 tahun dibandingkan ketika berbicara dengan

anak-anak yang sebaya dengannya, mereka menggunakan

kalimat-kalimat yang lebih pendek ketika berbicara dengan anak berusia 2

tahun.

c. Masa kanak-kanak Menengah Akhir

Selama masa kanak-kanak menengah dan akhir, anak-anak membuat

banyak kemajuan dalam kosakata serta tata bahasa mereka. Selama

tahun-tahun sekolah dasar, anak-anak lebih mampu memahami dan

menggunakan tata bahasa yang kompleks. Contohnya, anak mampu

menyatakan kalimat seperti “the boy who kissed his mother who

(20)

sebuah topi). Mereka juga belajar menggunakan bahasa dalam cara

yang lebih teratur. Sekarang mereka dapat membuat percakapan

yang „rapi‟, menghubungkan kalimat yang satu dengan yang lain dan

menghasilkan deskripsi, definisi, dan cerita (narasi) yang saling

melengkapi serta masuk akal.

d. Masa Remaja

Perkembangan bahasa selama masa remaja meliputi peningkatan

penguasaan dalam penggunaan kata-kata yang kompleks. Ketika

mereka mengembangkan pemikiran abstrak, para remaja menjadi

lebih baik daripada anak-anak dalam menganalisa fungsi suatu kata

yang berperan dalam sebuah kalimat.

Dari perkembangan bahasa di atas dapat diketahui bahwa masa

kanak-kanak menengah akhir yang ditandai anak masuk sekolah

dasar perkembangan Bahasa anak sudah mulai meningkat. Anak juga

sudah mulai menghasilkan deskripsi, definisi, dan narasi. Oleh

karena itu, pada usia ini sangat ideal bagi anak untuk dikenalkan

berbagai kosa kata dalam berbagai bahasa khususnya Bahasa Inggris

karena dapat memperkaya wawasan anak sekaligus akan mudah

(21)

E. Pemerolehan Bahasa Anak di SD

Salah satu asumsi dari banyak penelitian mutakhir tentang bahasa

anak adalah sistematisitas proses pemerolehan. Dari tata bahasa proses

hingga ujaran tiga-empat kata, hingga kalimat lengkap yang panjangnya

nyaris tak tertentu, anak-anak memperlihatkan kemampuan luar biasa

untuk menerka sistem fonologis, struktural, leksikal, dan semantik

bahasa. Menurut Brown (2007:47) proses pemerolehan bahasa anak

melalui:

a. Peniruan

Dalam pengamatan umum, anak-anak adalah peniru yang baik.

Peniruan adalah salah satu strategi penting yang dipakai anak dalam

pemerolehan bahasa. Kesimpulan ini secara umum dipercaya.

Bahkan, penelitian membuktikan bahwa menirukan berulang-ulang

adalah strategi sangat penting dalam pembelajaran bahasa dan

merupakan aspek penting penguasaan fonologis usia dini. Peniruan

sejalan dengan prinsip-prinsip pemerolehan bahasa menurut kaum

behavioris-prinsip yang relevan, paling tidak untuk tahap-tahap

awal

b. Latihan dan Frekuensi

Persoalan lebih luas yang berkaitan dengan gagasan tentang

peniruan adalah bagaimana karakteristik latihan dalam Bahasa

anak-anak. Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa anak-anak

(22)

mereka mengeluarkan ujaran satu-dua kata. Sebuah model

behavioristik pemerolehan bahasa pertama akan menyatakan bahwa

latihan dengan pengulangan dan asosiasi adalah kunci bagi

pembentukan kebiasaan melalui pengkondisian. Latihan yang

dilakukan oleh anak-anak tampaknya merupakan kunci bagi

pemerolehan bahasa.

c. Masukan

Peran masukan dalam pemerolehan bahasa anak jelas sangat

penting. Masukan orang dewasa tampaknya membentuk

pemerolehan bahasa anak-anak dan pola-pola interaksi antara anak

dan orang tua berubah mengikuti peningkatan keterampilan

berbahasa si anak. Pengasuhan dan lingkungan jelas sangat penting

dalam hal ini, walaupun tetap harus dilihat seberapa penting

masukan orang tua sebagai bagian dari keseluruhan masukan.

d. Wacana

Anak tidak hanya belajar bagaimana memulai sebuah percakapan

tetapi juga bagaimana merespon ujaran orang lain. Pertanyaan

bukan sekadar pertanyaan, tetapi dimengerti fungsinya sebagai

permintaan akan informasi, tindakan, dan pertolongan. Pada usia

relatif muda, anak-anak mempelajari perbedaan-perbedaan terkecil

antara kata-kata, pernyataan dan penentangan. Mereka mempelajari

bahwa ujaran mempunyai makna baik harfiah maupun tersirat atau

(23)

Proses pemerolehan bahasa tersebut berkaitan dengan pelaksanaan

pembelajaran Bahasa Inggris. Proses pembelajaran bahasa yang

memperhatikan karakteristik dan perkembangan anak tentu akan lebih

diterima. Suyanto (2010:21) mengemukakan faktor yang

mempengaruhi pembelajaran English for Young Learners meliputi: bahasa ibu, bahan ajar, interaksi sosial, media pengajaran, dan latar

belakang keluarga. Dalam pembelajaran, hal tersebut harus benar-benar

diperhatikan, misalnya dalam penggunaan media, penggunaan alat

bantu ajar atau media yang berbentuk benda nyata seperti gambar,

puppets, dan miniatur dapat membuat penyajian materi lebih menarik dan menyenangkan.

Richard da Rodg (dalam (Brown, 2007:54) meringkas

prinsip-prinsip metode langsung yang dapat diterapkan dalam pembelajaran

bahasa sebagai berikut:

a. Instruksi di kelas diberikan hanya dalam bahasa yang diajarkan.

b. Hanya kosakata atau kalimat sehari-hari yang diajarkan.

c. Keterampilan komunikasi lisan dibangun bertahap melalui tanya

jawab antara guru dan siswa dalam kelas kecil dan intensif.

d. Tata bahasa diajarkan sambil berjalan.

e. Poin-poin pengajaran baru diperkenalkan secara lisan.

f. Kosakata konkret diajarkan melalui peragaan, objek, dan gambar,

kosakata abstrak diajarkan melalui asosiasi gagasan.

g. Pemahaman wicara dan menyimak diajarkan.

Referensi

Dokumen terkait

zoea I dan zoea II membutuhkan rotifer ber' ukuran t 150 pm, Ukuran rotifer tipe SS mendekati ukuran rotifer yang dibutuhkan oleh zoea tersebut, sehingga tingkat

Berdasarkan nilai indeks penyakit tungro dan kriteria ketahanan (Tabel 3), lima varietas (Cigelis, Cilamaya Muncul, Inpari 13, Juita, Situbagendit) dari tujuh varietas

Penutupan ruangan akibat premature loss gigi sulung ini dapat terjadi selama 6 bulan setelahnya, tetapi dapat juga terjadi dalam hitungan minggu; (2) Apabila gigi anterior

Dinding bata tidak berfungsi sebagai beban melainkan berfungsi sebagai penerima beban saat terjadi pembebanan geser, ini dibuktikan dari hasil pengujian terjadinya

Ritus kolektif pada pantang larang masyarakat Melayu Pontianak di dapat dilihat pada prosesi perkawinan dan masa kehamilan yang dilakukan dengan cara menyampaikan pantang larang

Seperti yang sudah dijelaskan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan juga kepala sekolah, antara lain yaitu untuk menanamkan kebiasaan melaksanakan shalat 5 waktu

Pada Gambar 10 dapat dilihat grafik pengaruh lamanya proses pelapisan terhadap ukuran butir lapisan nikel, yaitu semakin lama proses pelapisan maka ukuran butir semakin

Gambar 3.11 Grafik grafik penderita tuberkolosis di Kabupaten Semarang dan Kota Semarang