• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Kepala Madrasah - Riaswati Adi BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Kepala Madrasah - Riaswati Adi BAB II"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Kepala Madrasah

1. Pengertian manajemen kepala madrasah

Sebelum ke pengertian manajemen kepala madrasah, terlebih

dahulu penulis jabarkan tentang apa itu manajemen? Dan apa itu kepala madrasah? Dari berbagai sumber agar dapat menarik kesimpulan tentang apa sebenarnya manajemen kepala madrasah itu.

Jika ditinjau dari segi bahasa, manajemen berasal dari kata,“to

manage” yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, dan

mengelola. Manajemen menurut para ahli, berikut pemaparannya:

Pertama, Paul Hersay dan Kenneth Blanchard memberikan

batasan manajemen sebagai suatu usaha yang dilakukan dengan dan

bersama individu atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi (Ula, 2013:7).

Kedua, Stoner dan Freeman mengemukakan bahwa manajemen

merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang

ditetapkan (Ula, 2013:9).

Ketiga, Robbin dan Coulter (2007:8) dalam bukunya Saefullah

(2)

aktivitas – aktivitas kerja sehingga dapat selesai secara efektif dan efisien dengan dan melalui orang lain.

Keempat, Hock mengemukakan manajemen berarti

menyelesaikan masalah atau tugas organisasi melalui tangan orang lain

atau melalui bawahan dari seorang manajer (Barlian, 2013: 32).

Kelima, manajemen adalah melakukan pengelolaan sumber daya

yang dimiliki oleh madrasah/organisasi yang diantaranya adalah

manusia, uang, metode, material, mesin, dan pemasaran yang dilakukan dengan sistematis dalam suatu proses (Rohiat, 2010:14).

Keenam, Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah

proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif

dan efisian. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada

dilaksanakan secara benar, terorganisir dan sesuai dengan jadwal. Efektif merujuk pada tujuan hasil guna, sedangkan efisien merujuk pada daya guna, cara, dan lamanya suatu proses mencapai tujuan tersebut (Danim,

2009:2).

Pada hakekatnya manajemen merupakan proses merencanakan,

(3)

Dari berbagai definisi manajemen di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses yang meliputi

perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya yang ada untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan

dalam suatu organisasi.

Kemudian kepala madrasah. Menurut Wahjosumidjo, kepala madrasah terdiri dari dua kata, yaitu kepala dan madrasah. Kata kepala

dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi sedangkan madrasah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan

memberi pelajaran. Dengan demikian, secara sederhana kepala madrasah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu madrasah di mana diselenggarakan proses

belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran (Wahjosumidjo,

2008:82).

Kepala madrasah juga merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas

pendidikan (Mulyasa, 2009:24).

Jadi kepala madrasah ialah seorang guru yang diberi tugas dan

tanggung jawab tambahan untuk memimpin madrasah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Sesuai dengan pengertian di atas, jika manajemen yang dilakukan

(4)

madrasah dalam menyelesaikan berbagai kegiatan di madrasah tidak bekerja sendiri melainkan dibantu oleh para stafnya, baik staf

administrasi maupun akademik.

Dari pengertian tersebut, tersirat adanya lima unsur manajemen

menurut Saefullah (2012:4), yaitu: 1. Pimpinan

2. Orang-orang (pelaksana) yang dipimpin

3. Tujuan yang akan dicapai

4. Kerja sama dalam mencapai tujuan tersebut

5. Sarana atau peralatan manajemen (tools of management) yang terdiri atas enam macam (dikenal dengan 6 M), yaitu: man (manusia/orang), money (uang), materials (bahan-bahan), machine

(mesin), method (metode), dan market (pasar).

Dalam memberi pengarahan dan menggerakan para stafnya,

kepala madrasah terlebih dahulu merencanakan, mengorganisasikan, dan mengoordinasikan segala sesuatunya. Pada saat-saat yang tepat, kepala madrasah melakukan supervisi terhadap kinerja para stafnya. Di samping

itu, ia terus memberikan motivasi agar para staf dapat berinovasi sehingga pekerjaan mereka dapat berhasil dengan baik, kreatif dan

(5)

2. Fungsi-Fungsi Manajemen

Ada empat fungsi manajer atau manajemen (Pidarta, 2011:2),

yaitu: Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling (POAC), semuanya terangkum sebagai berikut:

a. Planning (Perencanaan)

Perencanaan dapat diartikan proses memikirkan dan menetapkan kegiatan-kegiatan atau progam-program yang akan

dilakukan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu (Sagala, 2011:56).

Fungsi perencanaan antara lain menentukan tujuan atau kerangka tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan dilakukan dengan mengkaji kekuatan dan kelemahan

organisasi, menentukan kesempatan dan ancaman serta menentukan strategi, kebijakan, taktik, dan program (Rohiat, 2010:3).

Perencanaan adalah langkah awal sebelum melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya (Usman, 2008:58).

b. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian merupakan penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan struktur organisasi, sumber daya yang

dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya (Usman, 2008:141).

Pengorganisasian adalah proses pembagian kerja ke dalam

(6)

orang yang sesuai dengan kemampuannya, mengalokasikan sumber daya, dan mengkoordinasikannya demi efektivitas pencapaian tujuan

organisasi (Ula, 2013:18-19).

c. Actuating (Penggerakan)

Fungsi pengerakan menggambarkan bagaimana seorang manajer mengarahkan dan mempengaruhi bawahan dan bagaimana orang lain melaksanakan tugas yang esensial dalam menciptakan

suasana yang menyenangkan untuk bekerja sama (Rohiat, 2010:3). Penggerakan merupakan salah satu fungsi terpenting dalam

manajemen karena usaha-usaha perencanaan dan pengorganisasian bersifat vital tapi tak akan ada output konkrit yang dihasilkan tanpa adanya implementasi aktivitas yang di usahakan dan diorganisasikan

dalam suatu tindakan actuating atau usaha yang menimbulkan action (Marno, 2008:20).

d. Controlling (Pengawasan)

Pengawasan erat kaitannya dengan perencanaan karena melalui pengawasan efektivitas manajemen dapat diukur

(Rohiat, 2010:3).

Oleh karena itu, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang

perlu dilakukan oleh setiap pelaksana terutama yang memegang jabatan pimpinan. Tanpa pengawasan, pimpinan tidak dapat melihat adanya penyimpangan-penyimpangan dari rencana yang telah

(7)

lebih baik sebagai hasil dari pengalaman yang lalu (Marno, 2008:24).

3. Kepemimpinan Kepala Madrasah yang Efektif

Kepala madrasah merupakan motor penggerak, penentu arah

kebijakan madrasah yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan madrasah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan. Menurut Mulyasa (2004:126) kepemimpinan kepala madrasah yang efektif dapat

dilihat berdasarkan kriteria berikut:

a. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses

pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif.

b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

c. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka

mewujudkan tujuan madrasah dan pendidikan.

d. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di madrasah.

e. Bekerja dengan tim manajemen.

f. Berhasil mewujudkan tujuan madrasah secara produktif sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

(8)

a. Adil dan tegas dalam mengambil keputusan b. Membagi tugas secara adil kepada guru

c. Menghargai partisipasi staf d. Memahami perasaan guru

e. Memiliki visi dan berupaya melakukan perubahan f. Terampil dan tertib

g. Berkemampuan dan efisien

h. Memiliki dedikasi dan rajin, serta tulus dan ikhlas

Untuk menjadi pemimpin kepala madrasah yang efektif, seorang

kepala madrasah juga harus memiliki visi dan misi serta strategi manajemen pendidikan secara utuh dan berorientasi kepada mutu. Menurut Mulyasa (2011:98), kepala madrasah harus mampu

melaksanakan pekerjaannya, diantaranya adalah: a. Kepala madrasah sebagai Educator

Dalam melaksanakan fungsinya sebagai educator, kepala madrasah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di madrasahnya. Menciptakan

iklim madrasah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga madrasah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga

kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti: team teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi bagi peserta didik yang cerdas di atas normal

(9)

Menurut Mulyasa (2011:100-101), upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala madrasah dalam meningkatkan kinerjanya sebagai

educator, khususnya dalam peningkatan kinerja tenaga kependidikan

dan prestasi belajar peserta didik dapat dideskripsikan sebagai

berikut:

Pertama, mengikutsertakan guru-guru dalam

penataran-penataran untuk menambah wawasan para guru. Kepala madrasah

juga harus memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Misalnya memberikan kesempatan bagi para guru yang belum mencapai jenjang sarjana untuk mengikuti kuliah di Universitas terdekat dengan madrasah

yang pelaksanaannya tidak mengganggu kegiatan pembelajaran. Kepala madrasah harus berusaha untuk mencari beapeserta didik

bagi para guru yang melanjutkan pendidikan, melalui kerjasama dengan masyarakat, dengan dunia usaha atau kerjasama lain yang tidak mengikat.

Kedua, kepala madrasah harus berusaha menggerakan tim

evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja,

(10)

Ketiga, menggunakan waktu belajar secara efektif di madrasah, dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan

mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk kepentingan

pembelajaran.

b. Kepala madrasah sebagai Manajer

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai

manajer, kepala madrasah harus memiliki strategi yang tepat untuk

memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama, memberi

kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program madrasah

(Mulyasa, 2011: 103).

c. Kepala madrasah sebagai Administrator

Kepala madrasah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh

program madrasah.Secara spesifik, kepala madrasah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi

(11)

dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas madrasah (Mulyasa, 2011:107).

d. Kepala madrasah sebagai Supervisor

Salah satu tugas kepala madrasah adalah sebagai supervisor,

yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam

mempelajari tugas sehari-hari di madrasah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang

lebih baik pada orang tua peserta didik dan madrasah serta berupaya menjadikan madrasah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif. Oleh karena itu, kepala madrasah harus mampu melakukan berbagai

pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol

agar kegiatan pendidikan di madrasah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak

melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya (Mulyasa, 2011:111).

e. Kepala madrasah sebagai Leader

Kepala madrasah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga

(12)

tugas. Kepala madrasah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman,

dan pengetahuan profesional serta pengetahuan administrasi dan pengawasan. Kemampuan yang harus diwujudkan kepala madrasah

sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi madrasah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi (Mulyasa,

2011:115).

f. Kepala madrasah sebagai Innovator

Kepala madrasah sebagai innovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara-cara konstruktif, delegatif, integratif, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin serta

adaptabel dan fleksibel. Kepala madrasah sebagai innovator harus mampu mencari, menemukan dan melaksanakan berbagai

pembaharuan di madrasah (Mulyasa, 2011:118-119). g. Kepala madrasah sebagai Motivator

Menurut Mulyasa (2011:120) kepala madrasah sebagai

motivator harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan

motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan

(13)

berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar ( PSB ).

B. Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Menurut Usman, kompetensi adalah suatu hal yang

menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang

kualitatif maupun kuantitatif. Sedangkan menurut Johnson (1974) mengatakan bahwa kompetensi merupakan perilaku rasional guna

mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 Ayat 10, disebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan (Sagala, 2011: 23).

Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan

pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar.

(14)

pemahaman peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi, dan profesionalitas (Musfah, 2012:27).

Jadi kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru untuk

dapat melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.

Sedangkan istilah “profesional” berasal dari kata sifat profession (pekerjaan) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Profesional

menunjuk pada dua hal. Pertama, penampilan seseorang yang sesuai dengan tuntunan yang seharusnya, misalnya: “Dia sangat profesional”

tapi bisa saja menunjuk pada orangnya, “Dia seorang yang profesional”, misal: dokter, insinyur dan lain-lain. Kedua, menunjuk pada orang yang mampu memangku jabatan/tugas pekerjaan dengan memenuhi

persyaratan yang dicirikan sebagai profesi. Definisi lain menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa profesional adalah

pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta

memerlukan pendidikan profesi (Kunandar, 2009:45).

Jadi profesional adalah suatu pekerjaan yang menuntut adanya

keahlian atau keterampilan sesuai dengan bidangnya.

Jika di atas sudah dijelaskan tentang kompetensi dan profesional, maka sekarang penulis akan menjelaskan apa itu kompetensi profesional

(15)

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan dalam Musfah (2012:54) mendefinisikan kompetensi profesional adalah kemampuan

penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi:

a) Konsep, struktur dan metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar.

b) Materi ajar yang ada dalam kurikulum madrasah.

c) Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait.

d) Penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

e) Kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.

Menurut Ni’am (2006:199), yang dimaksud kompetensi

profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Tidak jauh berbeda dengan Ni’am, Mulyasa (2009:135)

mengemukakan bahwa kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi, pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar

kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan

Dengan demikian, kompetensi profesional adalah kumpulan

(16)

Dalam konteks pendidikan Islam, pendidik disebut dengan

murrabi, mu’allim, mu’addib, mudarris, dan mursyid. Murabi berasal

dari kata rabba, yurabbi yang mempunyai makna memelihara. Kata murabbi lebih cenderung pada pemeliharaan terhadap peserta didik baik

jasmani maupun rohani, proses ini sering terlihat sebagai tugas orang tua kepada anaknya. Mu’allim lebih fokus terhadap pemindahan atau transformasi pengetahuan kepada anak didik, hal ini sering terlihat di

madrasah, pondok pesantren atau lembaga pendidikan lainnya. Muaddib terfokus pada dua-duanya yaitu memelihara dan memindah pengetahuan,

dalam artian kata muaddib memiliki fungsi memelihara jasmani, memberikan ilmu serta mendidik atau menanamkan nilai agama.

Mudarris berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas

kebodohan mereka, serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Mursyid, pendidik menjadi panutan, teladan,

dan konsultan bagi peserta didiknya (Abdul Mujib, 2008:87-92).

Menurut Ahmad Tafsir dalam Mujib, pendidik dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta

didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa).

Sedangkan menurut Suryosubrata dalam Mujib menyatakan bahwa pendidik berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan

(17)

memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT, dan mampu

melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri (Mujib, 2008:87).

Dalam paradigma jawa, pendidik diidentikan dengan guru (gu dan ru) yang berarti “ digugu dan ditiru “. Dikatakan digugu (dipercaya)

karena guru memiliki seperangkat ilmu yang memadai yang karenanya ia

memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang

utuh, yang karenanya segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri teladan oleh peserta didiknya. Pengertian ini diasumsikan bahwa tugas guru tidak sekedar transformasi ilmu, tapi juga bagaimana ia

mampu menginternalisasikan ilmunya pada peserta didiknya (Mujib, 2008: 90).

Jadi, guru adalah orang-orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di madrasah atau di kelas. Lebih khususnya diartikan orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran

yang ikut bertanggung jawab dalam membentuk anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing.

Menurut Zakiyah Daradjat (2009:86) Pendidikan Agama Islam (PAI) ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah pendidikannya selesai dapat memahami dan mengamalkan

(18)

Pendidkan agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasar ajaran Islam

Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani (2005: 132) Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik

dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Menurut Zuhairini (2004:54) Guru Pendidikan Agama Islam

(GPAI) adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan ajaran Islam, ia juga bertanggung jawab kepada Allah SWT.

Menurut Ahmad D. Marimba (1998:98) bahwa Guru Pendidik Agama Islam (GPAI) adalah orang yang bertanggung jawab,

mengarahkan, dan membimbing anak didik berdasarkan hukum-hukum Islam.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Guru Pendidikan

Agama Islam (GPAI) adalah orang yang mengajarkan bidang studi agama Islam atau orang dewasa yang memiliki kemampuan agama Islam

secara baik dan diberi wewenang untuk mengajarkan bidang studi agama Islam untuk dapat mengarahkan, membimbing, dan mendidik peserta didik berdasarkan hukum-hukum Islam untuk mencapai kebahagiaan

(19)

Dari definisi-definisi di atas, maka dapat di simpulkan bahwa kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam adalah kemampuan

penguasaan materi secara luas dan mendalam yang harus dimiliki oleh seorang guru yang mendapat wewenang untuk mengajarkan materi

pendidikan agama Islam untuk mengarahkan, membimbing, dan mendidik peserta didik berdasarkan hukum-hukum Islam untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat.

2. Ruang Lingkup Kompetensi Profesional

Adapun ruang lingkup kompetensi profesional menurut

Mulyasa (2009:135) adalah sebagai berikut :

a) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya.

b) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik.

c) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya.

d) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang

bervariasi.

e) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media,

dan sumber belajar yang relevan.

f) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran.

(20)

h) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik

Seorang pendidik agama, terutama agama Islam harus memiliki

kompetensi profesional dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik dan pengajar karena menurut Abdul Majid dan Dian Andayani

(2005:134-135) pendidikan agama Islam berfungsi sebagai berikut:

a) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

b) Sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

c) Untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.

d) Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e) Untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

f) Sebagai pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem dan fungsi sosialnya.

g) Menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang

(21)

Selain itu, dalam kurikulum PAI (2002:5) pendidikan agama Islam dalam bukunya Abdul Majid dan Dian Andayani (2005:135)

dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui

pemberian dan pemupukan pngetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimannya,

ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

C. Penelitian Terdahulu

Peneliti menggunakan 3 skripsi sebagai pembanding. Skripsi pertama

oleh Masmudin Affandi, mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, tahun penelitiannya 2007, dalam skripsinya

yang berjudul Peranan Kepala Madrasah dalam Peningkatan Mutu Madrasah di MTs Al Hidayah Nusawungu Cilacap tahun pelajaran 2007/2008. Jenis penelitiannya deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitiannya dapat diketahui

bahwa peranan kepala MTs Al Hidayah Nusawungu Cilacap dalam peningkatan mutu madrasah sebagai berikut:1) Upaya di bidang fisik, sarana

dan prasarana antara membangun atau membuat gedung, ruang, atau lokal baru, merehab gedung, ruang atau lokal, menambah atau mengganti fasilitas belajar mengajar madrasah, pembenahan administrasi madrasah, penambahan

(22)

Upaya di bidang pembelajaran antara lain: melengkapi sarana atau fasilitas belajar mengajar, menyesuaikan kualifikasi pendidikan guru dengan mata

pelajaran yang diampu, mengadakan pembinaan guru, mengadakan supervisi guru, mengirim guru untuk mengikuti penataran, diklat, dan MGMP, serta

menciptakan suasana KBM yang kondusif, 3) Upaya di bidang prestasi siswa meliputi peningkatan prestasi akademik yaitu mewujudkan proses pembelajaran yang bermutu, memotivasi belajar siswa, mengadakan lomba

mata pelajaran antar kelas, mengadakan tambahan jam pelajaran, dan meningkatkan kedisiplinan siswa. Selain itu, melalui peningkatan prestasi non

akademik. Prestasi non akademik yaitu menyelenggarakan ekstrakurikuler dan mengikutkan siswa dalam berbagai kegiatan lomba, 4) Upaya di bidang hubungan dan kerjasama dengan masyarakat meliputi: mengadakan hubungan

dengan yayasan Al Hidayah Nusawungu, mengadakan hubungan dengan tokoh-tokoh masyarakat/agama, mengadakan hubungan dengan

majelis-majelis ta’lim, mengadakan hubungan dengan orang tua siswa, dan mengadakan hubungan dengan para donatur.

Perbedaannya terletak pada variabel yang mengikutinya yakni

penelitian terdahulu pada peningkatan mutu sedangkan penulis pada kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam (PAI).

Skripsi kedua oleh Cholifah, mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto, tahun penelitiannya 2008, dalam skripsinya yang berjudul Kompetensi Profesional Guru PAI di Madrasah

(23)

skripsinya penelitian lapangan (field research). Dari hasil penelitiannya diketahui bahwa dari 20 guru, 8 guru atau 40 % mempunyai kategori sangat

berkompeten, 11 guru atau 55 % berkompeten, dan 1 orang guru atau 5 % kurang berkompeten. Dengan demikian, maka terbukti bahwa guru PAI SD

Negeri di kecamatan Banyumas kabupaten Banyumas berkompetensi profesional baik.Perbedaannya, pada penulis fokus utamanya adalah manajemen kepala madrasahnya terutama dalam peningkatan kompetensi

profesional guru Pendidikan Agama Islam sedangkan pada penelitian terdahulu hanya kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam.

Skripsi ketiga oleh Mimi Permanasari, mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto, tahun penelitiannya 2013, dalam skripsinya yang berjudul guru Pendidikan Agama Islam Profesional

dalam Pembentukan Kepribadian Muslim Peserta Didik. Jenis penelitiannya penelitian kepustakaan (library research). Hasil penelitian ini menunjukan

bahwa guru PAI professional atau biasanya dijuluki dengan ustadz dituntut untuk komitmen terhadapa profesionalisme dalam mengemban tugasnya, sikap komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, selalu berusaha

memperbaiki dan memperbaharui model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zaman, dan memiliki karakter seperti berjiwa ikhlas,

(24)

Perbedaannya adalah jika penelitian terdahulu fokus pada guru PAI professional dalam kepribadian muslim peserta didik, pada penulis fokus

pada manajemen kepala madrasah dalam peningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam. Selain itu, pada penelitian

Referensi

Dokumen terkait

53 Leora Ardita Kusuma SMPN Satu Atap Loceret 34. 54 Zarina Febriana SMPN 2

Profesionalisme merupakan cerminan keterampilan dan keahlian aparatur yang dapat berjalan efektif apabila didukung dengan kesesuaian tingkat pengetahuan atas dasar latar

Kecenderungan Burnout Guru BK SMKN Negeri di Kota Bandung berdasarkan Usia dan Masa Kerja ... Kecenderungan Burnout Guru BK SMKN Negeri di Kota Bandung berdasarkan Gender

Dari data di atas diketahui bahwa biosurfaktan mampu mendeteksi penyakit mastitis, dilihat dari reaksi positif yaitu berupa perubahan viskositas susu akibat kandungan

Hal itu sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan

juga yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen yaitu. karakter

6 Oleh karena itu, untuk dapat meningkatkan kinerja maka organisasi UMKM harus mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi individu atau karyawan dalam menghasilkan

The researcher found eleven taboos from those events, they are: 1.It is forbidden to eat the dishes without being ritualized, to touch and make any sound from