• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN BENTUK DAN FUNGSI TARI BEDANA DI SANGGAR CANTIKA LARAS BANDAR LAMPUNG - ISI Denpasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KAJIAN BENTUK DAN FUNGSI TARI BEDANA DI SANGGAR CANTIKA LARAS BANDAR LAMPUNG - ISI Denpasar"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

KAJIAN BENTUK DAN FUNGSI TARI BEDANA

DI SANGGAR CANTIKA LARAS

BANDAR LAMPUNG

OLEH:

NI LUH PUTU EVA SAVITRI NIM: 2010 01 006

PROGRAM STUDI S-1 SENI TARI JURUSAN SENI TARI

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA

(2)

SKRIPSI

KAJIAN BENTUK DAN FUNGSI TARI BEDANA

DI SANGGAR CANTIKA LARAS

BANDAR LAMPUNG

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Seni (S1)

PROGRAM STUDI S-1 SENI TARI JURUSAN SENI TARI

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA

(3)

SKRIPSI

KAJIAN BENTUK DAN FUNGSI TARI BEDANA

DI SANGGAR CANTIKA LARAS

BANDAR LAMPUNG

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Seni (S1)

MENYETUJUI :

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

(4)

Skrip karya ini telah digelarkan dan diuji oleh Dewan Penguji, Fakultas

Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar, pada:

Hari/tanggal : Selasa, 13 Mei 2014.

Ketua : I Wayan Suharta, SSKar., M.Si (...) NIP. 19630730 199002 1 001

Sekretaris : I Dewa Ketut Wicaksana, SSP., M.Hum (...) NIP. 19641231 199002 1 040

Disahkan pada tanggal : Senin, 19 Mei 2014

Mengesahkan : Mengetahui :

Fakultas Seni Pertunjukan Jurusan Seni Tari Institut Seni Indonesia Denpasar Ketua,

Dekan,

(5)

MOTTO

FOLLOW YOUR HEART

TRUST IN GOD

AND

DO THINGS SLOWLY BUT SURE

SO THE WORLD WILL SEE YOUR HARD WORK

IKUTI KATA HATIMU

PERCAYA PADA TUHAN

DAN

LAKUKAN SESUATU SECARA PELAN TAPI PASTI

MAKA DUNIA AKAN MELIHAT KERJA KERASMU

(6)

KATA PENGANTAR

OM SWASTIASTU

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nyalah Tugas Akhir karya tulis

(skripsi) yang berjudul Kajian Bentuk dan Fungsi Tari Bedana di Sanggar

Cantika Laras, Bandar Lampung dapat disusun tepat pada waktunya. Skripsi ini

merupakan suatu proses sebagai bagian untuk memperoleh gelar Sarjana Seni

(S1) Jurusan Seni Tari, Bidang Pengkajian, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut

Seni Indonesia Denpasar. Dalam proses penyusunan skripsi tari Bedana ini,

penulis memperoleh banyak bantuan, bimbingan, arahan, saran-saran, serta

dorongan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini, tidak lupa

penulis sampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

Bapak Dr. I Gede Arya Sugiartha, SSKar., M.Hum., selaku Rektor Institut

Seni Indonesia Denpasar beserta jajarannya. Bapak I Wayan Suharta, SSKar.,

M.Si., selaku Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar

beserta jajarannya. Ibu Anak Agung Ayu Mayun Artati, SST., M.Sn., selaku

Ketua Jurusan Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia

Denpasar beserta jajarannya. Seluruh pegawai dan staf Tata Usaha, baik yang ada

di Rektorat Institut Seni Indonesia Denpasar, maupun yang ada di Fakultas Seni

Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar dan seluruh Dosen Seni Tari dari

(7)

Ibu Ni Wayan Iriani, SST., M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang

selalu mengarahkan dan membimbing dari awal perkuliahan hingga akhir. Ibu Ni

Nyoman Manik Suryani, SST., M.Si., selaku Pembimbing Tugas Akhir

(Pembimbing I) yang dengan kesabaran memberikan arahan, masukan, dan

koreksi dalam penyusunan skripsi ini. Ibu Dra. Antonia Indrawati, M.Si., selaku

Pembimbing Tugas Akhir (Pembimbing II) yang penuh dengan ketelitian

meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan demi

kelancaran skripsi tari Bedana ini. Ibu Dr. Ni Made Wiratini, SST., M.A dan Ibu

Dra. Dyah Kustiyanti, M.Hum. yang telah membimbing dan mengarahkan dari

awal proses penyusunan skripsi tari Bedana pada mata kuliah Bimbingan

Penulisan Skripsi I dan II serta mata kuliah Seminar I dan II.

Terimakasih untuk staf Perpustakaan Institut Seni Indonesia Denpasar,

Perpustakaan Daerah Provinsi Lampung, Perpustakaan Taman Budaya Bandar

Lampung, Perpustakaan Universitas Lampung (Unila), Perpustakaan Pemerintah

Provinsi Dati I Bali, narasumber, dan Dosen Jurusan Seni Tari Institut Seni

Indonesia, yang sudi meminjamkan data penelitian berupa buku penunjang dalam

penyusunan skripsi ini. Terimakasih juga kepada para informan yakni Bapak

Nugraha Amijaya, Dra. Titik Nurhayati, Andesba, S.Si., Santi Tania, S.Pd., Aulia

Nurfebrilianti, Ivana Christiani, dan Shintya Sardi yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan informasi tentang tari Bedana yang ada

di Bandar Lampung.

Skripsi ini dipersembahkan untuk kedua orang tua penulis, I Wayan Jena

(8)

Nyoman Dharma Jaya Putra karena selalu memberikan dukungan baik moral dan

material dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan, walaupun terpisahkan

oleh jarak. Terimakasih juga kepada orang terpenting dalam hidup penulis

Komang Rikma Bonatama yang telah membantu mencari data,

mendokumentasikan tari Bedana, tempat berbagi keluh dan kesah, memberikan

semangat dan motivasi, serta memberikan masukan-masukan yang bermanfaat

kepada penulis hingga skripsi ini terselesaikan dengan lancar, meskipun

terkadang terdapat hambatan yang tidak terduga.

Tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada teman-teman Jurusan

Seni Tari angkatan 2010, khususnya untuk teman-teman Pengkajian yaitu Iga

Ananta, Dian Arista, Trisna Dewi, dan Bu Nyoman Suartini yang telah bersedia

diajak bertukar pikiran, saling memberikan dukungan, membantu dan bekerja

sama dari awal penjurusan Pengkajian hingga penyusunan Tugas Akhir.

Terimakasih juga kepada sahabat-sahabat penulis, Grace Wiguna, Putu Ari

Darmastuti, Ni Ketut Pitriasih, Imawati, Fitriah Purnama Putri, Ria Nuliyatini,

Noviyanti Anita Wulandari, dan teman-teman satu kos, Garis, Putra, Vika, Degol,

Aya, Bela, Kisna yang memberikan dorongan, masukan, membantu proses

perkuliahan hingga penyusunan Tugas Akhir. Terimakasih karena telah menjadi

sahabat sekaligus keluarga di kala sedih maupun senang. Semoga Ida Sang

Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya

bagi semua umat yang berhati mulia.

Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.

(9)

agar dapat berkembang dan diterima oleh para pembaca, maka dengan

kerendahan hati dan ketidaksempurnaan tulisan ini dibutuhkan kritik dan saran

yang membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, baik para

insan akademis seni maupun masyarakat luas dalam memperkaya

pengetahuannya tentang seni tari, khususnya tari yang berasal dari Lampung.

OM SANTI, SANTI, SANTI OM

Denpasar, Mei 2014

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

(11)

BAB III METODE PENELITIAN ... 12

BAB IV BENTUK DAN FUNGSI TARI BEDANA DI SANGGAR CANTIKA LARAS BANDAR LAMPUNG ... 23

4.1 Bentuk Pertunjukan Tari Bedana ... 28

(12)

BAB V PENUTUP ... 63

5.1 Simpulan ... 63

5.2 Saran-saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(13)

DAFTAR NOTASI LABAN

Notasi 1. Khesek Gantung ... 33

Notasi 2. Khesek Injing ... 33

Notasi 3. Ayun ... 34

Notasi 4. Humbak Moloh ... 34

Notasi 5. Jimpang ... 35

Notasi 6. Tahtim ... 35

Notasi 7. Belitut ... 36

Notasi 8. Gelek ... 36

(14)

DAFTAR FOTO

Foto 1. Tari Bedana Massal ... 27

Foto 2. Gerak Sembah Tari Bedana ... 30

Foto 3. Perbedaan Gerak Penari Putra dan Putri ... 31

Foto 4. Sikap Awal Penari Ketika Memasuki Tempat Pementasan ... 38

Foto 5. Pola Lantai Tari Bedana ... 40

Foto 14. Sual Kira, Kembang Melati, dan Kembang Merah ... 47

Foto 15. Subang Giwir ... 48

Foto 16. Gelang Pipih ... 48

Foto 17. Bulu Serattei ... 49

Foto 18. Foto penari putri hadap depan ... 49

Foto 19. Foto penari putri hadap belakang ... 49

Foto 20. Kawai Teluk Belangan ... 50

Foto 21. Kain Betumpal ... 50

(15)

Foto 24. Foto penari putra hadap depan ... 52

Foto 25. Foto penari putra hadap belakang ... 52

Foto 26. Gambus Lunik ... 53

Foto 27. Rebana ... 53

Foto 28. Karenceng ... 54

Foto 29. Accordion ... 54

Foto 30. Foto pemusik hadap depan ... 56

Foto 31. Foto pemusik hadap belakang ... 56

Foto 32. Foto Bersama Penari dan Pemilik Sanggar Cantika Laras ... 77

Foto 33. Foto Bersama Pemusik di SMP Negeri 1 Bandar Lampung ... 77

Foto 34. Foto Saat Wawancara dengan Bapak Nugraha Amijaya ... 78

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Glosarium ... 71

Lampiran 2. Daftar Informan ... 73

Lampiran 3. Daftar Pertanyaan ... 75

Lampiran 4. Peta Lampung ... 76

Lampiran 5. Denah Lokasi Penelitian ... 76

Lampiran 6. Foto-foto ... 77

Lampiran 7. Notasi Musik untuk Permainan Rebana ... 79

Lampiran 8. Notasi Musik Accordion Penayuhan ... 80

Lampiran 9. Notasi Musik Accordion Bedana ... 81

Lampiran 10. Notasi Musik Accordion Mata Kipit ... 82

Lampiran 11. Surat Pra Penelitian ... 83

(17)

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji bentuk dan fungsi tari Bedana yang berasal dari Lampung, tepatnya masyarakat Lampung Saibatin yang sebagian besar tinggal di daerah Pesisir. Tari Bedana adalah sebuah tari hiburan yang ditarikan secara berpasangan oleh penari putra dan putri. Tari ini mencerminkan tentang tata kehidupan masyarakat Lampung serta perwujudan simbolis dari adat istiadat dan agama yang telah menyatu bersama pola hidup masyarakat Lampung. Untuk menganalisis permasalahan dalam tari Bedana, maka digunakan metode kualitatif yang berpedoman pada teori Estetika dan Fungsional. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh melalui beberapa cara, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan.

Tari Bedana merupakan wujud refleksi kebudayaan Lampung dan Melayu. Akulturasi atau perpaduan budaya inilah yang menjadi keunikan dari tari tersebut. Keunikan dari tari Bedana dapat dilihat dari musik iringan dan tata busana yang digunakan. Tari ini juga mempunyai ciri khas, yaitu dalam penyampaian ragam gerak tarinya, tari ini tidak memperkenankan para penari yang berlawanan jenis (putra dan putri) bersentuhan dengan pasangannya. Ragam gerak yang dimiliki oleh tari Bedana Lampung ada sembilan macam, yang dapat dikombinasikan antara ragam gerak yang satu dengan yang lain. Sembilan macam ragam gerak itu terdiri dari khesek gantung, khesek injing, jimpang, ayun, tahtim, gelek, humbak moloh, gantung, dan belitut. Pertunjukannya dapat ditarikan secara massal (banyak orang), tetapi tidak mengurangi keindahan susunan pola lantai dan komposisinya.

Dilihat dari fungsinya, tari ini mempunyai fungsi primer sebagai tari hiburan yang digunakan untuk menyambut tamu agung (biasanya orang penting yang datang ke Lampung), acara hiburan yang ada di pernikahan, acara hiburan untuk kegiatan pariwisata, dan acara-acara lain yang ada hubungannya dengan kebudayaan Lampung. Selain sebagai tari hiburan, tari ini juga memiliki beberapa fungsi lain, yaitu sebagai sarana pendidikan, pengikat dan pembangkit rasa solidaritas, media komunikasi, sarana terapi, dan perangsang produktivitas. Masyarakat Lampung memperkenalkan kebudayaan kesenian mereka melalui tari Bedana dari generasi ke generasi agar tarian ini tidak punah dan terus dilestarikan.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Lampung memiliki kesenian yang sebagian besar mendapat pengaruh dari

budaya Melayu. Hal ini terlihat jelas dengan adanya gerakan tari yang lemah

gemulai dengan identitas budaya Melayu dan iringan tarinya memakai alat musik

yang biasanya digunakan tari-tarian Melayu. Beberapa macam tari yang

merupakan aset budaya Provinsi Lampung, yaitu tari Sembah, tari Melinting, tari

Bedana, tari Bedayo Tulang Bawang, dan tari Cangget. Tarian-tarian tersebut

sering digunakan untuk penyambutan atau penghormatan kepada tamu agung atau

undangan yang datang ke daerah Lampung, upacara adat pernikahan, serta pengisi

acara-acara hiburan lainnya.

Masyarakat Lampung sendiri terbagi menjadi dua bagian, yaitu Lampung

Pepadun dan Lampung Saibatin. Lampung Pepadun adalah sebutan bagi orang

Lampung yang berasal dari Sekala Brak di punggung Bukit Barisan (sebelah

Barat Lampung Utara) dan menyebar ke Utara, Timur, dan Tengah provinsi ini.

Adapun Lampung Saibatin adalah sebutan bagi orang Lampung yang berada di

sepanjang pesisir pantai selatan Lampung. Sebagaimana masyarakat lainnya,

mereka juga menumbuhkembangkan kesenian yang tidak hanya berfungsi sebagai

hiburan semata, tetapi juga sebagai identitas masyarakat pendukungnya.

Tarian yang cukup terkenal yang berasal dari masyarakat Lampung

(19)

secara berpasangan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan I Wayan Dibia dalam

bukunya yang berjudul Selayang Pandang Seni Pertunjukan Bali, bahwa

pengertian dari tari hiburan sendiri adalah tarian yang dititikberatkan pada segi

hiburan pada umumnya, berbentuk tari pergaulan dan ditarikan secara

berpasangan (1999:8).

Tari Bedana merupakan wujud refleksi kebudayaan Lampung dan Melayu.

Dalam buku Indonesia Indah Seri Ketujuh: Tari Tradisional Indonesia, penulis

R.M. Soedarsono dkk., dikatakan bahwa secara garis besar tari yang berciri Islam

banyak berkembang di Sumatera serta daerah-daerah pantai Kalimantan yang

dihuni orang Melayu. Tari Melayu pada umumnya lebih mengandalkan permainan

langkah kaki dengan posisi kaki selalu tertutup dan tidak merendah. Kebanyakan

posisi badan selalu bergerak seperti ombak mengalun di pantai dan sikap posisi

lengannya yang tertutup pula (1996:69 dan 285). Pernyataan ini membuktikan

bahwa masyarakat Melayu dipengaruhi oleh unsur agama Islam, sehingga

masyarakat Melayu yang menetap di Lampung membawa pengaruh kebudayaan

Melayu yang berciri Islam ke tanah Lampung. Akulturasi atau perpaduan budaya

antara Lampung dan Melayu ini menjadi keunikan yang dimiliki oleh tari Bedana.

Hal ini dapat dilihat dari penggunaan busana dan alat musik yang digunakan

dalam tari Bedana. Tari Bedana menggunakan busana yang tertutup sesuai dengan

budaya masyarakat Melayu beragama Islam yang tidak boleh memperlihatkan

aurat, tetapi tetap menggunakan riasan kepala dengan budaya masyarakat

Lampung asli. Akulturasi budaya Lampung dan Melayu juga dapat dilihat dari

(20)

accordion merupakan alat musik yang sering digunakan masyarakat Melayu. Hal

ini terkait dengan pernyataan Asnawi Murani dalam buku Kapita Selekta

Manifestasi Budaya Indonesia, bahwa musik Melayu dikenal khususnya di daerah

pesisir pantai Barat Sumatera sebagai salah satu hasil hubungan masyarakat

dengan pedagang-pedagang asing. Lagu yang dipakai biasanya syair dengan

bahasa setempat. Musik ini mempunyai pengaruh yang kuat dari Portugis, Arab,

dan diwarnai pula oleh anasir-anasir India dan Cina (1984:133).

Ciri khas dari tari Bedana sendiri ada tiga macam, yaitu pertama, dalam

penyampaian ragam gerak tarinya, tari ini tidak memperkenankan para penari

yang berlawanan jenis (putra dan putri) bersentuhan dengan pasangannya. Hal itu

merupakan refleksi suatu pergaulan masyarakat dan muda-mudi yang saling

menjaga kehormatan diri untuk tidak bersentuhan dengan orang yang bukan

mukhrim-nya, seperti kebiasaan orang Arab yang telah membawa tarian ini ke

tanah Lampung. Kedua, ragam gerak yang dimiliki oleh tari Bedana Lampung ada

sembilan ragam gerak pokok, yang dapat dikombinasikan antara ragam gerak

yang satu dengan yang lain. Sembilan ragam gerak pokok itu terdiri dari khesek

gantung, khesek injing, ayun, humbak moloh, jimpang, tahtim, belitut, gelek, dan

gantung. Ketiga, terletak pada bentuk pertunjukannya yang dapat ditarikan secara

massal (banyak orang), tetapi tidak mengurangi keindahan susunan pola lantainya.

Tari Bedana merupakan salah satu tarian wajib yang diajarkan di

sekolah-sekolah di Bandar Lampung, mulai dari Sekolah Menengah Pertama (SMP)

sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas 1. Setiap pembelajaran atau

(21)

Lampung selalu diawali dengan memberikan kesembilan ragam gerak pokok tari

tersebut. Kini, banyak sanggar yang membuat tari Bedana menjadi tari kreasi

yang dalam bentuk dan struktur pertunjukannya menjadi berbeda antara sanggar

yang satu dengan yang lain.

Salah satu sanggar yang mempunyai pelatihan tari Bedana adalah Sanggar

Cantika Laras yang beralamat di Jalan Cemara 2 nomor 30, Tanjung Senang,

Bandar Lampung. Pemilik sanggar ini bernama Nugraha Amijaya. Selain

membuat tari Bedana Kreasi, sanggar ini juga tetap mempertahankan budaya asli

daerah Lampung dengan mengajarkan tari Bedana yang asli. Tidak hanya itu

keunggulan dari sanggar ini, dalam penyampaian materi, Pak Nugraha terbilang

tegas dan tidak pernah main-main. Anak didiknya harus benar-benar menguasai

sembilan ragam gerak pokok yang ada dalam tari Bedana. Pola lantai dan susunan

tari Bedana yang dilakukan oleh Pak Nugraha juga sangat bervariasi, sehingga

banyak orang yang mempercayakan sanggar Cantika Laras untuk membawakan

tari Bedana secara massal di berbagai macam acara, bahkan sampai di tingkat

Festival Krakatau yang merupakan festival kesenian terbesar di Lampung. Dengan

demikian, tari Bedana asli yang diangkat dalam penelitian ini akan terus ditarikan

dan dilestarikan.

1.2Perumusan Masalah

Sehubungan dengan judul yang diangkat yaitu “Kajian Bentuk dan Fungsi

(22)

1. Bagaimanakah bentuk dan struktur pertunjukan tari Bedana di Sanggar

Cantika Laras, Bandar Lampung?

2. Apakah fungsi tari Bedana bagi masyarakat Lampung dan sekitarnya ?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui bentuk dan struktur pertunjukan tari Bedana di

Sanggar Cantika Laras, Bandar Lampung.

2. Untuk mengetahui fungsi tari Bedana bagi masyarakat Lampung dan

sekitarnya.

1.4Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang didapat dari penelitian tari Bedana diharapkan dapat

memberikan gambaran yang jelas kepada masyarakat, khususnya seniman di

bidang tari, dalam menambah pengetahuannya tentang seni pertunjukan tari dari

daerah Lampung. Seniman juga dapat mengakulturasi kebudayaan yang satu

dengan yang lain, khususnya dalam bentuk tari, sehingga lebih banyak tari kreasi

tercipta dan dapat dinikmati oleh penikmat seni. Diharapkan juga kepada

masyarakat Lampung atau penduduk yang ada di Lampung untuk melestarikan

tari Bedana, agar tidak hilang dan tetap dilestarikan untuk generasi penari dan

(23)

1.5Ruang Lingkup Penelitian

Suatu penelitian memiliki batasan-batasan yang terkait dengan

permasalahan dari penelitian tersebut sehingga tidak akan menyimpang dari

pokok permasalahan yang ada. Dalam ruang lingkup ini dibatasi secara terperinci,

sistematis, konsisten dan sejalan dengan rencana penelitian. Adapun ruang

lingkup dalam penelitian ini terkait pada bentuk dan struktur pertunjukan serta

fungsi dari tari Bedana yang ada di Sanggar Cantika Laras, sehingga tari ini tetap

(24)

BAB II

KAJIAN SUMBER DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Sumber

Sumber-sumber data berupa buku penunjang sebagai pedoman dan acuan

dalam menambah referensi untuk penyelesaian penelitian ini, menjadi salah satu

hal terpenting agar dapat mendukung dan menegaskan segala pernyataan yang

disampaikan. Sumber tersebut hendaknya relevan dengan penelitian yang

dilakukan. Informasi tersebut akan berpengaruh sebagai pedoman, acuan, serta

landasan yang kuat dalam menguraikan berbagai macam permasalahan yang

ditemukan pada penelitian tari Bedana di Sanggar Cantika Laras, Bandar

Lampung. Fungsi dari kajian pustaka sendiri adalah untuk menunjukkan

hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, untuk

memposisikan penelitian yang sedang dilakukan dan untuk menghindari

terjadinya duplikasi atau penjiplakan. Berikut ini merupakan sumber-sumber buku

atau kajian pustaka dalam penelitian tari Bedana di Sanggar Cantika Laras.

Buku Diskripsi Tari Bedana disusun oleh Hafizi Hasan dkk., tahun 1992

dan buku Mengenal Tari Bedana yang disusun oleh Junaidi Firmansyah, Hafizi

Hasan dan M. Kamsadi, tahun 1996, membahas secara global atau garis besar

bagaimana bentuk tari Bedana. Buku ini hanya menuliskan secara singkat dan

tidak diuraikan secara keseluruhan tentang musik pengiring, busana tari serta

make up yang digunakan. Walaupun demikian, buku ini sangat membantu dalam

(25)

dengan itu, dalam penelitian ini akan diuraikan secara keseluruhan bentuk dan

struktur pertunjukan dari tari Bedana.

Buku Tari-tarian Indonesia I oleh Sudarsono, yang dalam penulisannya

tidak disebutkan tahun penerbitannya, membahas tentang pengertian serta aplikasi

tarian secara keseluruhan. Buku ini secara spesifik menjelaskan jenis-jenis tarian

yang ada di Indonesia salah satunya tentang tari Melayu, sehingga buku ini dapat

menjadi salah satu pendukung penting dalam penelitian tari Bedana. Tari Bedana

merupakan salah satu contoh tarian Nusantara yang tentu saja memiliki ciri khas

yang berbeda dari tari daerah lain. Apalagi dengan akulturasi antara budaya

Lampung asli dengan Melayu yang bernafaskan agama Islam membuat hubungan

antara sumber buku ini dengan tari Bedana menjadi sangat terkait antara satu

dengan yang lain.

Buku Indonesia Indah Seri Ketujuh: “Tari Tradisional Indonesia” oleh

R.M. Soedarsono dkk., tahun 1996, membahas tentang pengertian tari, tari dari

masa budaya pra-sejarah, tari dengan ciri-ciri pengaruh budaya Hindu, dan tari

dengan ciri-ciri pengaruh budaya Islam. Isi buku hampir sama dengan buku

Tari-tarian Indonesia I yang membahas tentang tari Nusantara, hanya saja dalam buku

ini lebih menekankan pada perkembangan tarian dari masa ke masa. Tari Bedana

sendiri merupakan sebuah tari dengan refleksi kebudayaan Islam, sehingga buku

ini sangat membantu dalam menyampaikan perkembangan pengaruh budaya

Islam dalam tari ini.

Buku Tari Komunal Buku Pelajaran Kesenian Nusantara untuk Kelas XI

(26)

membahas tentang tari-tarian yang ada di Indonesia, khususnya tentang tari

komunal atau kerakyatan, dan fungsi tari sebagai tari hiburan. Buku ini sangat

berguna, khususnya untuk menjelaskan tari Bedana sebagai sebuah tari kerakyatan

yang mempunyai fungsi sebagai tari hiburan dan ditarikan secara berpasangan

oleh masyarakat adat Saibatin. Selain itu, buku ini berguna sebagai sarana

pendidikan sehingga berkaitan dengan fungsi tari Bedana yang lain, yaitu sebagai

mata pelajaran kesenian untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai

dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas 1.

2.2 Landasan Teori

Teori adalah suatu alat yang dipakai untuk menjelaskan masalah yang akan

diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk

menyusun instrumen penelitian (Sugiyono, 2012:213). Untuk menjelaskan

permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, dipergunakan Teori

Estetika (A.A.M. Djelantik) dan Teori Fungsional (R.M. Soedarsono).

2.2.1 Teori Estetika

Dalam buku Estetika: Sebuah Pengantar oleh A.A.M. Djelantik (2004),

diungkapkan bahwa keindahan buatan manusia pada umumnya disebut dengan

kesenian. Estetika merupakan nilai sebuah keindahan, sehingga dapat dikatakan

kesenian adalah salah satu wadah yang mengandung unsur-unsur keindahan. Ada

(27)

1. Wujud atau rupa (appearance) yaitu: unsur yang mendasar yang

terdiri dari bentuk (form) dan susunan atau struktur (structure).

2. Bobot yang terdiri dari tiga aspek, yaitu suasana (mood), gagasan

(idea), dan ibarat atau pesan (message).

3. Penampilan yang terdiri dari tiga unsur, yaitu bakat (talent),

keterampilan (skill), sarana atau media (Djelantik, 2004:9).

Suatu keindahan yang diresap oleh indera penglihatan dan perasaan dapat

ditunjukkan melalui beberapa komponen. Komponen yang menunjukkan

keindahan yaitu kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan

(symmetry), keseimbangan (balance), dan perlawanan (contrast) (Soedarsono,

2007:2). Keindahan dalam penelitian ini adalah hal menarik yang dapat

diperlihatkan oleh tari Bedana kepada masyarakat, sehingga tari ini terus

dilestarikan sampai sekarang. Teori estetika ini digunakan untuk menguraikan dan

menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang bentuk tari Bedana melalui konsep

keindahan dari tarian tersebut.

2.2.2 Teori Fungsional

Soedarsono dalam Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa

menyatakan bahwa ada 2 fungsi dari seni pertunjukan, yaitu fungsi primer dan

fungsi sekunder. Fungsi primer dari seni pertunjukan dibagi menjadi tiga, yaitu

sebagai sarana ritual yang penikmatnya adalah kekuatan-kekuatan yang tak kasat

mata, sebagai sarana hiburan pribadi yang penikmatnya adalah pribadi-pribadi

(28)

yang disajikan kepada penonton. Dalam penelitian ini, fungsi primer tidak hanya

sebagai sarana hiburan saja, tetapi juga sebagai pendidikan dan komukatif. Ini

didukung oleh pendapat The Liang Gie dalam bukunya yang berjudul Filsafat

Seni Sebuah Pengantar bahwa seni memiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi

spiritual (kerohanian), fungsi hiburan (hedonistis), fungsi pendidikan (edukatif)

dan fungsi komunikatif (Gie, 2004:47-49).

Adapun fungsi sekundernya antara lain: 1) sebagai pengikat solidaritas; 2)

sebagai pembangkit rasa solidaritas; 3) sebagai media komunikasi; 4) sebagai

media propaganda keagamaan; 5) sebagai media propaganda politik; 6) sebagai

propaganda program-program pemerintahan; 7) sebagai media meditasi; 8)

sebagai sarana terapi; 9) sebagai perangsang produktivitas dan sebagainya

(Soedarsono, 2001:170-172). Melalui teori fungsional tersebut, pembahasan

tentang fungsi tari Bedana menjadi jelas, sehingga dalam menguraikannya tidak

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012:2). Tujuan penelitian tersebut yaitu

untuk mengetahui, mengembangkan, dan membuktikan kebenaran dari sebuah

ilmu pengetahuan. Dengan adanya metode penelitian, diharapkan penelitian tari

Bedana di Sanggar Cantika Laras ini dapat berjalan lancar dan data-data yang

dihasilkan lebih akurat dan semaksimal mungkin. Metode-metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

3.1Rancangan Penelitian

Suatu penelitian ilmiah selalu dimulai dengan sebuah perencanaan yang

disusun secara sistematis dan dapat digunakan sebagai petunjuk untuk melakukan

sebuah penelitian. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menguraikan

bentuk dan struktur pertunjukan tari Bedana di Sanggar Cantika Laras dan

menjelaskan fungsi dari tari Bedana itu sendiri. Penelitian kualitatif merupakan

metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang

alamiah, apa adanya, dan peneliti disebut sebagai instrumen kunci (Sugiyono,

2012:9). Jenis temuan penelitiannya diperoleh melalui prosedur pengumpulan

data dengan pengamatan atau observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Dalam penelitian kualitatif ada yang disebut batasan masalah atau

(30)

bersifat umum. Hal ini dikarenakan terlalu luasnya masalah sehingga peneliti

membatasi penelitian dalam satu atau lebih variabel (Sugiyono, 2012:207).

Penelitian ini menguraikan dua hal secara rinci. Pertama merumuskan tentang

bentuk dan struktur pertunjukan tari Bedana di Sanggar Cantika Laras. Bentuk

pertunjukan ini terdiri dari struktur pertunjukan, penari, tata rias dan busana,

musik iringan, dan tempat pementasan. Kedua, merumuskan tentang fungsi tari

Bedana bagi masyakat sekitarnya.

Penelitian kualitatif bersifat fleksibel atau luwes, maksudnya memberi

kemungkinan bagi perubahan-perubahan yang ditemukan saat penelitian tentang

sesuatu yang mendasar, menarik, dan unik serta bermakna di lapangan (Bungin,

2003:39). Uraian ini menyimpulkan bahwa seorang peneliti dapat secara bebas

mengungkapkan kejadian yang ditemukan di lapangan apabila terdapat

perubahan-perubahan ketika penelitian tersebut dilaksanakan. Demikian pula,

observasi yang dilakukan akan lebih baik jika tidak hanya dilakukan sekali, tetapi

juga beberapa kali untuk lebih memahami dan mendalami pertunjukan tari Bedana

di Sanggar Cantika Laras pada saat pertunjukan berlangsung.

3.2Lokasi Penelitian

Tari Bedana merupakan salah satu tari populer di kalangan masyarakat

Lampung, bahkan hampir semua masyarakat Lampung pernah menyaksikan tari

ini, sehingga tidak sulit mencari tempat atau lokasi diadakannya pertunjukan tari

Bedana. Berbagai macam acara di Lampung biasanya mementaskan tarian ini

(31)

tarian wajib atau pokok yang diajarkan di beberapa sekolah di Lampung,

khususnya Kota Bandar Lampung, mulai dari tingkat Sekolah Menengah Pertama

(SMP) sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).

Lokasi penelitian tari Bedana berada di Sanggar Cantika Laras yang

beralamat di Jalan Cemara 2 nomor 30 Tanjung Senang Bandar Lampung. Akses

menuju sanggar ini strategis dan mudah dijangkau karena lokasinya yang

berdekatan dengan jalan raya By Pass Soekarno Hatta. Pemilik sanggar ini

bernama Nugraha Amijaya, yaitu guru kesenian yang mengajarkan tari Bedana di

SMP Negeri 1 Bandar Lampung. Dalam penyampaian materi, Pak Nugraha

terbilang tegas dan tidak pernah main-main. Anak didiknya harus benar-benar

menguasai sembilan ragam gerak pokok yang ada dalam tari Bedana, sehingga

materi yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami.

3.3Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif

berupa kata-kata, kalimat, ungkapan, dan tindakan. Penelitian ini menguraikan

bentuk dan struktur pertunjukan tari Bedana Sanggar Cantika Laras, dan

menjelaskan fungsi dari tari Bedana itu sendiri.

Sumber data yang digunakan dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan

data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari informan dan data dari

hasil observasi langsung di lapangan berbentuk catatan dan rekaman hasil

wawancara, pengamatan langsung baik dari pelaku seni (penari dan penabuh),

(32)

juga data primer diambil melalui dokumentasi dalam bentuk foto dan rekaman

video dari pertunjukan yang sedang diteliti.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka (library

research) melalui buku-buku penunjang yang relevan dengan penelitian.

Buku-buku tersebut berupa data-data yang terkait dengan tari Bedana dan hasil

penelitian terdahulu yang berkaitan dengan objek penelitian dan fenomena budaya

masyakat setempat.

3.4Instrumen Penelitian

Penggunaaan instrumen penelitian merupakan bagian mutlak untuk

digunakan dalam setiap penelitian ilmiah. Instrumen dapat dipilih dan digunakan

sesuai dengan kepentingan peneliti, sehingga dapat menjaga tingkat validitas dan

reliabilitas data yang diperoleh. Instrumen utama dalam penelitian tari Bedana di

Sanggar Cantika Laras adalah peneliti sendiri yang mengumpulkan data dan

mengolah data tersebut secara sistematis. Instrumen ini dilakukan dengan

observasi, wawancara, dan pengambilan dokumentasi untuk mendukung

keabsahan dalam penelitian.

Instrumen penunjang yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain:

peralatan tulis menulis, camera, tape recorder dan video camera. Peralatan tulis

menulis sendiri terdiri dari kertas yang berupa buku catatan kecil dan pena.

Penelitian ini menggunakan camera Canon Power Shot A3300 IS dan Sony

(33)

Curve, sedangkan Video Camera menggunakan Sony Handycam. Penulisan atau

pengetikan penelitian dituangkan melalui Laptop Toshiba Satellite L630.

3.5Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data dalam penelitian merupakan suatu hal yang

penting, maka diperlukan metode-metode yang tepat untuk proses

pengumpulannya. Dalam penelitian ini ditetapkan empat buah teknik

pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi

kepustakaan.

3.5.1 Observasi

Observasi adalah metode atau cara menganalisis dan mengadakan

pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau

mengamati individu atau kelompok secara langsung. Metode ini digunakan untuk

melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti

memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti

(Basrowi dan Suwandi, 2008:93-94). Cara ini dilakukan oleh peneliti agar

memperoleh gambaran yang jelas tentang objek penelitian tersebut.

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi terfokus

yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu

sehingga dapat menemukan fokus (Sugiyono, 2012:231). Penelitian tentang tari

Bedana difokuskan di Sanggar Cantika Laras, Bandar Lampung dengan cara

(34)

atau pementasan tarian ini berlangsung. Observasi penelitian ini dilakukan

beberapa kali untuk mendapatkan hasil pengamatan yang lebih akurat. Observasi

pertama dilakukan pada bulan April 2013 dengan mendatangi UPTD (Unit

Pelaksana Teknis Daerah) Taman Budaya Lampung dan bertemu langsung

dengan pemilik Sanggar Cantika Laras, melihat lokasi, membaca situasi dan

memastikan kapan pementasan berlangsung. Observasi kedua dilakukan pada

bulan Oktober 2013 di Sanggar Cantika Laras untuk mendokumentasikan tari

Bedana, wawancara dengan pemilik sanggar, penari, dan pemusik. Observasi

ketiga dilakukan selama bulan Februari sampai April 2014. Observasi ini

dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih mendalam khususnya ragam gerak

dan musik iringan tari Bedana.

3.5.2 Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju atau pemberi pernyataan dan

yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu

(Basrowi dan Suwandi, 2008:127). Wawancara diarahkan kepada informan kunci

(key informan) ditambah informan lain yang sudah ditentukan dan memang

memiliki pengetahuan yang mendalam tentang tari Bedana. Selain itu, untuk

memperkuat dan memperkaya informasi tentang tari Bedana juga dilakukan

wawancara dengan responden, yaitu pakar tari, seniman, penari, dan pemusik.

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini terjadi dalam dua hal yaitu

(35)

Wawancara tahap pertama dilakukan pada tanggal 2 April 2013 di SMA YP Unila

saat penulis bertemu dengan guru kesenian yang bernama Santi Tania dan

diarahkan untuk bertemu dengan Pak Nugraha selaku pemilik Sanggar Cantika

Laras. Setelah itu pada tanggal 4 April 2013, dilakukan wawancara dengan dua

orang penting yaitu Titik Nurhayati, budayawan yang bekerja di UPTD Taman

Budaya Lampung, dan Nugraha Amijaya sebagai pemilik Sanggar Cantika Laras.

Kedua wawancara ini membahas tentang asal usul, ragam gerak, dan

perkembangan tari Bedana saat ini.

Wawancara tahap kedua dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2013 di

Sanggar Cantika Laras dengan pemilik sanggar dan penari. Wawancara ini

dilakukan setelah diadakan pengambilan dokumentasi tari Bedana, baik itu berupa

foto dan video. Selanjutnya wawancara dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2013

di SMP Negeri 1 Bandar Lampung yang kebetulan pada saat itu sedang ada

sebuah latihan untuk pementasan musik pengiring tari Bedana bersama anak-anak

SMP 1, dengan narasumber Aulia Nurfebrilianti, yaitu seniman pemusik yang ada

di Bandar Lampung dan juga seorang guru kesenian di SMP tersebut. Aulia inilah

yang membantu dalam memperlancar penelitian ini. Wawancara tidak hanya

dilakukan sebatas itu saja, terkadang jika ada materi yang kurang jelas atau kurang

lengkap, maka diadakan wawancara tidak langsung melalui handphone dengan

mengirimkan pesan singkat/SMS (Short Message Service), telepon, dan melalui

(36)

3.5.3 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang

(Sugiyono, 2012:240). Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengadakan pemeriksaan terhadap data-data atau dokumen penting yang

diperoleh baik dari rekaman berupa kaset, tape recorder, CD, VCD, DVD, dan

foto-foto tentang tari Bedana yang diambil oleh orang lain. Hal ini dilakukan

untuk membandingkan dan menambah bahan materi penelitian yang diambil dari

sisi orang lain.

Dokumentasi yang dipakai dalam penelitian ini berupa video tari Bedana

yang sudah pernah diambil oleh orang lain. Ada dua buah video tari Bedana, yang

pertama video tari Bedana produksi Sanggar Classic Dance asuhan Budi

(37)

3.5.4 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah proses pemahaman data penelitian melalui

penelusuran kepustakaan yang bermanfaat untuk memperdalam pengetahuan,

penguasaan materi terkait dengan objek penelitian yang dilakukan. Studi

kepustakaan ini diperlukan untuk memperoleh data sekunder (Muhadjir, 1996:29).

Data yang dikumpulkan berupa sumber tertulis seperti buku-buku yang terkait

dengan penelitian ini dan hasil penelitian terdahulu yang memperkaya informasi

tentang tari Bedana. Buku penunjang yang sangat berperan penting dalam

penelitian ini yaitu Buku Diskripsi Tari Bedana disusun oleh Hafizi Hasan dkk.

tahun 1992 dan buku Mengenal Tari Bedana yang disusun oleh Junaidi

Firmansyah, Hafizi Hasan dan M. Kamsadi tahun 1996. Data dari kedua buku

tersebut menunjang penelitian ini sehingga lebih akurat, valid dan sesuai dengan

objek yang diteliti. Buku-buku tersebut didapatkan di Perpustakaan Daerah

Provinsi Lampung, Perpustakaan Taman Budaya Bandar Lampung, dan

Perpustakaan Universitas Lampung (Unila).

3.6Analisis Data

Analisis data merupakan usaha atau proses memilih, memilah, membuang,

dan menggolongkan data untuk menjawab dua permasalahan pokok, yaitu tema

dan beberapa data yang dapat menyokong tema tersebut (Basrowi dan Suwandi,

2008:192). Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,

dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan

(38)

2012:243). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif

analisis dengan cara mendeskripsikan apa yang didapat di lapangan saat penelitian

berlangsung, sehingga diperoleh gambaran tentang bentuk dan struktur

pertunjukan, serta fungsi tari Bedana yang ada di Sanggar Cantika Laras. Data

dikumpulkan dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi

kepustakaan. Setelah mengumpulkan data, hasil penelitian dipilih dan dipilah

kembali dengan cara melihat hasil dokumentasi saat penelitian berlangsung yang

kemudian dituangkan ke dalam tulisan.

3.7Penyajian Data

Hasil penelitian tari Bedana di Sanggar Cantika Laras ini disajikan dengan

mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Lembaga Institut Seni Indonesia

Denpasar berupa buku Pedoman Tugas Akhir Fakultas Seni Pertunjukan tahun

2013.

Berdasarkan format penulisan yang ada, maka skripsi ini disajikan dalam 5

bab, yaitu:

- BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian.

- BAB II Kajian Sumber dan Landasan Teori. Kajian sumber menguraikan

tentang sumber-sumber data tertulis berupa buku-buku dan jurnal ilmiah

tentang tari Bedana, tari Nusantara, tari hiburan dan tari pergaulan, yang

(39)

Landasan Teori berisi tentang teori-teori yang digunakan untuk mengkaji

dan menjawab permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini.

- BAB III Metode Penelitian, berisi metode atau cara-cara yang digunakan

dalam penelitian ini mencakup rancangan penelitian, lokasi penelitian,

jenis dan sumber data, instrumen penelitian, pengumpulan data, serta

analisis data dan penyajian data.

- BAB IV Bentuk dan Fungsi Tari Bedana di Sanggar Cantika Laras

Bandar Lampung, berisi kajian bentuk dan fungsi tari Bedana yang ada di

Sanggar Cantika Laras yang di dalamnya mencakup deskripsi data dan

hasil penelitian.

- BAB V Penutup, berisi kesimpulan dari jawaban rumusan masalah dan

saran-saran.

- Pada akhir tulisan ini dilengkapi daftar pustaka dan lampiran-lampiran

(40)

BAB IV

BENTUK DAN FUNGSI TARI BEDANA

DI SANGGAR CANTIKA LARAS BANDAR LAMPUNG

Lampung adalah provinsi yang berbatasan dengan provinsi Bengkulu dan

Sumatera Selatan. Ibukotanya adalah Bandar Lampung, yang merupakan

gabungan dari kota Tanjung Karang dan Teluk Betung. Masyarakatnya terdiri dari

berbagai macam suku sesuai dengan semboyan Lampung, yaitu “Sang Bumi Ruwa Jurai” atau Satu Bumi Dua Cabang. Dua cabang ini maksudnya adalah dua kelompok atau golongan yang ada dalam masyarakatnya, yaitu masyarakat asli

Lampung dan masyarakat pendatang yang menetap di Lampung (sumber:

http://saliwanovanadiputra.blogspot.com/2009/03/sang-bumikhuwjukhai .html.?m

=1, diakses pada 27 November 2013).

Islam adalah agama mayoritas di Provinsi Lampung. Ada sekitar 96% dari

7.691.007 total penduduk yang memeluk agama ini. Agama Islam masuk ke

Lampung sekitar abad ke-15 melalui 3 pintu utama, yaitu dari arah Minangkabau

masuk melalui Lampung Barat, dari arah Komering, pada masa pemerintahan

Adipati Arya Damar (1443), dari arah Banten melalui Labuhan Maringgai di

Keratuan Pugung (1525) oleh Fatahillah atau Sunan Gunung Jati. Dari ketiga

pintu masuk agama Islam itu, yang paling berpengaruh melalui jalur Selatan

(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Lampung, diakses pada 2

(41)

Masyarakat Lampung yang beragama Islam sebagian besar merupakan

masyarakat suku Melayu yang berasal dari Kerajaan Melayu yang berada di

kawasan Sungai Batanghari. Dalam perkembangannya, Kerajaan Melayu takluk

dan menjadi bawahan Kerajaan Sriwijaya. Masyarakat ini bermukim di sebagian

besar pesisir Timur Sumatera. Masuknya agama Islam ke Nusantara, diserap

baik-baik oleh masyarakat Melayu. Islamisasi tidak hanya terjadi di kalangan

masyarakat jelata, namun telah menjadi corak pemerintahan kerajaan-kerajaan

Melayu (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Melayu, diakses pada 2

Desember 2013). Informasi tentang masuknya Suku Melayu dan Agama Islam ke

wilayah Lampung membuat akulturasi kebudayaan di daerah ini dipengaruhi oleh

kebudayaan Lampung dan Melayu yang kuat dengan agama Islamnya.

Menurut sejarah, tari Bedana hidup dan berkembang di daerah Lampung

seiring masuknya agama Islam (Firmansyah, Hasan dan Kamsadi, 1996:3). Hal ini

juga dipertegas oleh pernyataan Hafizi Hasan dkk. dalam buku yang berjudul

Diskripsi Tari Bedana yang menyatakan:

Tari Bedana merupakan salah satu dari berbagai macam kesenian yang melekat pada masyarakat Lampung, ajaran moral, serta berisi nasehat yang sangat berharga bagi perkembangan masyakarat di masa sekarang maupun masa yang akan datang. Mengenai asal usul Tari Bedana adalah sebuah tarian yang dibawa oleh orang Arab pada sekitar tahun 1930 yang kemudian mengajarkan pada tiga (3) orang yaitu Makruf, Amang Kuta serta Abdulah yang selanjutnya menyebarluaskan seluruh persada daerah Lampung (1992:3).

Walaupun begitu, masyarakat Lampung tetap memberikan kesempatan

kepada masyarakat yang beragama lain untuk mempelajari seni budaya setempat

termasuk seni tarinya. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Lampung adalah

(42)

tinggal di daerah pesisir biasanya lebih menonjolkan tarian hiburan karena saat

mereka pulang dari berlayar dan membawa banyak tangkapan, mereka akan

mengadakan sebuah pesta dan menari bersama-sama untuk meramaikan acara

tersebut. Sedangkan masyarakat yang tinggal di daerah dataran tinggi biasanya

lebih menonjolkan tarian yang bersifat ritual dan mistis. Hal ini merupakan suatu

cara masyarakatnya untuk berterimakasih kepada alam semesta yang memberikan

mereka kehidupan. Menurut Nugraha Amijaya, saat wawancara di Sanggar

Cantika Laras pada tanggal 20 Oktober 2013, tari Bedana terwujud dari kegiatan

sehari-hari masyarakat Lampung pesisir yang kompak, ramah, selalu bekerja sama

antar masyarakatnya, dan merasa bahwa tanah Lampung adalah tanah mereka. Hal

ini dipertegas oleh Firmansyah, Hasan, dan Kamsadi dalam buku Mengenal Tari

Bedana yang menyatakan bahwa tari Bedana merupakan tari tradisional

kerakyatan daerah Lampung yang mencerminkan tata kehidupan masyarakat

Lampung sebagai perwujudan simbolis adat istiadat, agama, etika yang telah

menyatu, dan kehidupan masyarakat (1996:3).

Akulturasi atau perpaduan budaya antara Lampung dan Melayu dalam tari

Bedana menjadi keunikan yang dimiliki tari ini. Hal ini dapat dilihat dari

pemakaian busana dan alat musik yang digunakan. Tari Bedana menggunakan

busana yang tertutup sesuai dengan budaya masyarakat Melayu beragama Islam

yang tidak boleh memperlihatkan aurat, tetapi tetap menggunakan riasan kepala

dengan budaya masyarakat Lampung asli. Alat musik yang digunakan seperti

rebana dan accordion juga merupakan alat musik yang sering digunakan

(43)

saling bersentuhan antara yang satu dengan yang lain merupakan salah satu

kebiasaan masyarakat Melayu yang beragama Islam, sehingga dengan demikian

banyak perpaduan dari budaya Lampung dan Melayu yang dapat dilihat melalui

tari Bedana.

Tari Bedana banyak ditarikan sebagai tari hiburan saat acara pernikahan,

penyambutan tamu agung, dan untuk mengisi acara hiburan lain di tempat umum.

Hampir seluruh masyarakat Lampung mengenal dan mengetahui tari Bedana.

Apalagi dengan semakin banyaknya kreasi-kreasi baru yang berasal dari tari

Bedana yang menjadi inspirasi para koreografer dalam mengolah suatu tarian.

Dalam perkembangannya, tari Bedana yang sudah dikreasikan tidak hanya

ditarikan oleh penari putra dan putri, namun dapat ditarikan oleh penari putri saja

karena saat ini sulit untuk mencari penari putra.

Masyarakat Lampung, khususnya para seniman yang berkecimpung dalam

dunia tari, sangat antusias untuk melestarikan tari Bedana. Hal tersebut ditandai

dengan banyaknya sanggar yang membuat tari Bedana sesuai dengan kreasinya

masing-masing, seperti pernyataan yang diungkapkan oleh Made Bambang Oka

Sudira dalam buku Ilmu Seni – Teori dan Praktik bahwa seni akan mengalami

perubahan dan perkembangan di setiap suku-suku dikarenakan adanya pengaruh

seni dan budaya luar (2010:134). Dari semula tari Bedana tidak menggunakan

properti, banyak tari Bedana kreasi menggunakan properti seperti kipas, rebana

kecil atau ketipung, dan selendang. Perkembangan yang begitu pesat membuat

persaingan antarsanggar memunculkan inovasi serta kreasi para koreografernya,

(44)

Eksistensi tari Bedana dalam dunia berkesenian di Lampung sendiri dapat

dikatakan cukup membuat bangga masyarakat Lampung. Tari Bedana tercatat

dalam Rekor Muri sebagai peserta penari massal terbanyak, yaitu sebanyak 2.000

penari. Rekor ini dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2013 di Stadion Pahoman,

Bandar Lampung. Para penari adalah pelajar yang berasal dari kota Bandar

Lampung (sumber: koran online Radar Lampung tanggal 21 Juni 2013). Tari

Bedana yang ditampilkan pada kesempatan ini adalah tari Bedana yang sudah

dikreasikan dengan menggunakan properti kipas. Hal ini membuktikan bahwa tari

Bedana menumbuhkan ide-ide kreatif dari para seniman yang ada di Lampung,

untuk terus mengembangkan kreativitasnya dalam berkarya sehingga banyak tari

kreasi yang tercipta.

Foto 1. Tari Bedana Massal (Dokumentasi: Google, 2014)

Salah satu sanggar yang berperan penting dalam pelestarian tari Bedana

adalah Sanggar Cantika Laras yang berada di Jalan Cemara 2 nomor 30, Tanjung

Senang, Bandar Lampung. Pemilik sanggar ini bernama Nugraha Amijaya,

seorang seniman yang bekerja di UPTD Taman Budaya Lampung yang

membidangi seni tari. Sanggar ini berdiri pada tahun 1997 dengan mengambil

(45)

saat pemilik sanggar tersebut menjadi pengajar di SMPN 1. Walaupun

perkembangan tari Bedana Kreasi sedang digemari masyarakat, tetapi sanggar ini

tetap melestarikan tari Bedana asli dengan sembilan ragam gerak pokok yang

dituangkan dalam komposisi dengan perpaduan antara pola gerak yang satu

dengan yang lain dan diperindah dengan pola lantai yang menarik sesuai dengan

koreografi atau rasa estetika khas Nugraha Amijaya. Oleh sebab itu, hal-hal yang

diteliti dalam penelitian ini difokuskan pada Sanggar Cantika Laras, Bandar

Lampung.

4.1 Bentuk Pertunjukan Tari Bedana

Dalam mengkaji tari Bedana yang ada di Sanggar Cantika Laras

dibutuhkan beberapa teori. Untuk menguraikan tentang bentuknya, teori yang

pertama terdapat dalam buku Estetika: Sebuah Pengantar oleh A.A.M. Djelantik

(2004), diungkapkan bahwa salah satu aspek yang menjadi unsur estetika adalah

wujud atau rupa, yaitu unsur yang mendasar yang terdiri dari bentuk (form) dan

susunan atau struktur (structure) (2004:9). Wujud yang dimaksud dalam tari

Bedana di Sanggar Cantika Laras adalah wujud nyata yang dapat dilihat dan

ditangkap oleh panca indera manusia, yang terbentuk dalam sebuah sajian seni

pertunjukan.

Dalam sebuah bentuk pertunjukan tentu terdapat elemen-elemen yang

mendasari pertunjukan tersebut. Elemen-elemen yang terdapat dalam uraian

bentuk pertunjukan tari Bedana di Sanggar Cantika Laras terdiri dari struktur

(46)

pementasan. Tari Bedana ditarikan pada saat acara hiburan, seperti penyambutan

tamu agung (biasanya orang penting yang datang ke Lampung), acara hiburan di

pernikahan, acara hiburan untuk kegiatan pariwisata, dan acara-acara lain yang

ada hubungannya dengan kebudayaan Lampung. Masyarakat Lampung

memperkenalkan kesenian mereka melalui tari Bedana dari generasi terdahulu ke

generasi berikutnya sehingga tarian ini tidak akan punah. Hal ini dipertegas dalam

buku Mengenal Tari Bedana, bahwa tari Bedana merupakan kesenian rakyat yang

akrab dan bersatu serta mengandung nilai budaya yang dapat dijadikan cara dalam

menginterpretasikan pergaulan, persahabatan, kasih sayang yang tulus, dan dapat

diterima oleh pewaris generasi ke generasi (Firmansyah, Hasan, dan Kamsadi,

1996:4).

Tari Bedana merupakan tari tradisi kerakyatan dimana pengertian tari

kerakyatan adalah tari yang tumbuh dan berkembang di kalangan rakyat dan

memiliki pola gerak sederhana, bersifat kegembiraan, memiliki ungkapan yang

dinamis, bersifat komunal/sosial. Pola garapannya memiliki penyajian yang baku,

tetapi tidak memiliki keterikatan teknis yang kuat (Winarto dan Harini, 2011:33).

Menurut Titik Nurhayati saat wawancara di UPTD Taman Budaya Lampung pada

tanggal 4 April 2013, pada mulanya ragam gerak tari Bedana tidak memiliki nama

yang baku. Ada yang menyebutnya gerak arab 1, gerak dana 1, dan

sebutan-sebutan lain di daerah pesisir. Setelah dilakukan penelitian dan penggalian tari

Bedana oleh Taman Budaya, barulah ditetapkan sembilan ragam gerak tari, yaitu

khesek gantung, khesek injing, ayun, humbak moloh, jimpang, tahtim, belitut,

(47)

4.1.1 Struktur Pertunjukan

Sanggar Cantika Laras adalah salah satu sanggar yang melestarikan tari

Bedana dengan sembilan ragam gerak pokok. Struktur pertunjukannya dibagi

menjadi 8 bagian. Pada bagian pertama ditandai dengan adanya gerakan sembah

yang dilakukan oleh para penari. Gerak sembah ini ditujukan kepada penonton

sebagai penghormatan awal tarian ini dimulai. Tiap pergantian antara bagian satu

ke bagian selanjutnya ditandai dengan pukulan rebana yang lebih kuat dan

memakai ragam gerak tahtim, jimpang atau gelek. Pada bagian pertama dan kedua

biasanya seluruh ragam gerak pokok ditampilkan terlebih dahulu, lalu bagian

ketiga sampai kedelapan merupakan pengulangan dari sembilan ragam gerak

dengan perpaduan ragam gerak satu dengan yang lain yang disusun oleh

koreografer. Pada akhir gerakan di bagian ketujuh juga dilakukan gerakan sembah

yang menandai berakhirnya tari Bedana. Bagian kedelapan penari melakukan

gerak tarian sambil keluar dari tempat pementasan.

(48)

Tari Bedana termasuk dalam tarian yang mudah ditarikan oleh penari putra

dan putri. Walaupun tari ini ditarikan oleh putra dan putri, tetapi tidak ada

perbedaan ragam gerak antara penari, hanya sikap pokok geraknya yang berbeda.

Sikap pokok gerak untuk penari perempuan lebih gemulai dan sempit (kaki dan

tangannya tertutup), sedangkan untuk penari pria lebih gagah dan lebar (kaki dan

tangannya terbuka). Gerakan dari tari Bedana lebih didominasi oleh gerakan kaki

sehingga gerakan tangannya hanya mengikuti.

Foto 3. Perbedaan Gerak Penari Putra dan Putri (Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)

Sebagai kelengkapan untuk lebih memperjelas ragam gerak tari Bedana,

maka tulisan ini dilengkapi dengan notasi Laban pada ragam gerak kakinya.

Penotasian hanya dilakukan pada ragam gerak kaki dikarenakan dalam tarian ini

lebih didominasi oleh gerakan kaki, sedangkan untuk anggota tubuh yang lain

hanya mengikuti saja. Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh Soedarsono

dalam buku Seni Pertunjukan Indonesia dan Pariwisata bahwa ciri utama tari

Melayu terletak pada langkah kaki (1999:403). Berikut adalah uraian gerak tangan

(49)

a. Untuk gerak tangan ada dua macam yaitu bekelai dan kimbang. Kedua

gerak ini, posisi tangannya ditekuk kurang lebih 45 derajat di depan dada

dan jari tangan mengepal. Pada gerak tangan bekelai, tangan selalu

mengikuti langkah kaki. Jika kaki kanan maju, tangan kiri ikut maju,

begitupun sebaliknya sehingga gerak tangan selalu dilakukan bersama

dengan gerak kaki. Sedangkan pada gerak tangan kimbang, tangan kanan

dan kiri ditekuk lalu diayunkan sesuai dengan gerakan kaki. Jika kaki

kanan maju, tangan kiri ikut diayunkan ke arah kaki kanan, begitupun

sebaliknya. Tangan dengan ragam kimbang diayunkan seperti ombak

sehingga gerakan tangannya lebih gemulai.

b. Untuk gerak kaki:

b.1. Ragam gerak khesek gantung: Ragam gerak ini dilakukan 8 hitungan

dengan 4 hitungan maju dan 4 hitungan mundur dengan menggunakan

(50)

1.Langkah kaki kanan maju

2.Langkah kaki kiri maju

3.Tarik kaki kanan ke arah samping kanan (jinjit)

4.Tarik kaki kanan merapat ke samping kiri (angkat)

5.Langkah kaki kanan mundur

6.Langkah kaki kiri mundur

7.Tarik kaki kanan ke arah samping kanan (jinjit)

8.Tarik kaki kanan merapat ke samping kiri (angkat)

b.2.Ragam gerak khesek injing: Ragam gerak ini hampir sama dengan

ragam gerak khesek gantung. Ragam ini menggunakan gerak tangan

bekelai.

1.Langkah kaki kanan maju

2.Langkah kaki kiri maju

3.Kaki kanan tutup merapat ke samping kiri (jinjit)

4.Tarik kaki kanan ke arah samping kanan (jinjit)

5.Langkah kaki kanan mundur

6.Langkah kaki kiri mundur

7.Kaki kanan tutup merapat ke samping kiri (jinjit)

8.Tarik kaki kanan ke arah samping kanan (jinjit)

b.3. Ragam gerak ayun: Ragam gerak ini memiliki ragam gerak yang sama

dengan khesek gantung, hanya pada gerak keempat dan kedelapan

gerakan kaki seolah-olah menendang dengan diayunkan. Ragam ini

(51)

1.Langkah kaki kanan maju

2.Langkah kaki kiri maju

3.Langkah kaki kanan mundur

4.Angkat kaki kiri (ayun) dan tendang ke arah samping kanan

5.Langkah kaki kiri maju

6.Langkah kaki kanan maju

7.Langkah kaki kiri mundur

8.Angkat kaki kanan (ayun) dan tendang ke arah samping kiri

b.4.Ragam gerak humbak moloh: Gerak ini lebih seperti gerakan ombak

yang digerakkan ke kanan dan kiri. Pada gerak keempat dan kedelapan

gerakan kaki seolah-olah menendang dengan diayunkan. Ragam ini

menggunakan gerak tangan bekelai.

1.Kaki kanan melangkah ke samping kanan

2.Kaki kiri melangkah ke samping kanan dengan diombak

3.Kaki kanan melangkah ke samping kanan

4.Angkat kaki kiri (ayun) dan tendang ke arah samping kanan

5.Kaki kiri melangkah ke samping kiri

6.Kaki kanan melangkah ke samping kanan dengan diombak

7.Kaki kiri melangkah ke samping kiri

8.Angkat kaki kanan (ayun) dan tendang ke arah samping kiri

b.5.Ragam gerak jimpang: Ragam ini memakai gerak full 1x8 hitungan,

tetapi pada prinsipnya sama seperti gerak lain yaitu diawali dengan

(52)

1.Langkah kaki kanan maju

2.Langkah kaki kiri maju

3.Kaki kanan mundur

4.Langkah kaki kiri maju

5.Langkah kaki kanan maju

6.Putar kaki kiri ke samping kiri

7.Kaki kanan mengikuti dan balik putar ke arah depan

8.Angkat kaki kiri merapat ke samping kanan (jinjit)

b.6.Ragam gerak tahtim: Ragam gerak ini dilakukan pada awal tarian

dengan melakukan penyembahan kepada tamu atau penonton. Ragam

ini menggunakan gerak tangan kimbang.

1.Langkah kaki kanan maju

2.Langkah kaki kiri maju

3.Langkah kaki kanan maju badan miring, angkat kaki kiri

4.Kaki kiri mundur balik badan ke belakang kiri

5.Langkah kaki kanan mundur

6.Kaki kanan maju badan miring ke depan

7.Kaki kiri dan kanan melompat ke depan

8.Kaki kiri dan kanan melompat ke depan, kaki kanan jinjit dan

melakukan sembah

b.7.Ragam gerak belitut: Pada gerak ini dilakukan putar ke samping kanan

jika diawali dengan langkah kaki kanan, memutar ke samping kiri jika

(53)

sambil berayun. Ragam ini menggunakan gerak tangan bekelai dan

kimbang.

1.Langkah kaki kanan silang ke samping kiri

2.Kaki kiri melangkah ke samping kiri

3.Langkah kaki kanan silang ke samping kiri

4.Kaki kiri melangkah ke samping kiri

5.Kaki kanan maju

6.Silang kaki kiri ke kanan putar badan

7.Mundur kaki kanan

8.Angkat kaki kiri (ayun) dan tendang ke arah samping kanan

b.8.Ragam gerak gelek: Pada gerak ini diawali dengan menendang sambil

berayun dan diakhiri dengan gerakan yang sama. Ragam ini

menggunakan gerak tangan kimbang.

1.Angkat kaki kanan (ayun) dan tendang ke depan

2.Langkah kaki kanan maju

3.Langkah kaki kiri maju

4.Langkah kaki kanan ke samping kanan

5.Kaki kiri mundur

6.Silang kaki kanan ke arah samping kiri

7.Silang kaki kiri ke arah samping kanan

8.Angkat kaki kanan (ayun) dan tendang ke depan

b.9.Ragam gerak gantung: Pada gerak ini hanya dilakukan di tempat

dengan gerakan menaruh kaki secara naik turun dengan mengayunkan

(54)

khesek gantung 4 hitungan lalu dilanjutkan dengan gantung 4

hitungan. Ragam tangan yang dipakai adalah gerak bekelai.

a. Langkah kaki kiri

1.Angkat kaki kiri ke arah samping kanan

2.Merendah kaki kanan

3.Angkat kaki kiri ke arah samping kanan

4.Merendah kaki kanan

b. Langkah kaki kanan

1.Angkat kaki kanan ke arah samping kiri

2.Merendah kaki kiri

3.Angkat kaki kanan ke arah samping kiri

4.Merendah kaki kiri

Perlu diketahui, dalam pementasannya, tari Bedana mempunyai pola lantai

yang fleksibel, artinya koreografer dapat dengan bebas mengatur pola lantai sesuai

dengan daya kreativitasnya. Berikut ini pola lantai yang digunakan pada saat

(55)

Foto 4. Sikap Awal Penari Ketika Memasuki Tempat Pementasan (Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)

Keterangan simbol pola lantai

: Penari Putri

: Penari Putra

: Arah yang akan dituju penari

No. Pola Lantai Keterangan

1.

Penari memasuki tempat pementasan.

2.

(56)
(57)

8.

Penari memasuki bagian ketujuh dan melakukan gerakan tahtim.

9.

Penari melakukan gerakan sembah untuk mengakhiri tari Bedana.

10.

Penari melakukan gerakan sambil bergerak keluar dari panggung.

(58)

4.1.2 Penari

Tari Bedana merupakan sebuah tari pergaulan yang ditarikan secara

berpasangan oleh penari putra dan putri. Tidak ada ketentuan umur dalam

menarikan tari Bedana, hanya saja akan terlihat lebih bagus jika ditarikan oleh

remaja putra dan putri. Walaupun tari ini tergolong dalam sebuah tari rakyat yang

berbentuk hiburan, tetapi para penari tidak bersentuhan antara yang satu dengan

yang lain. Hal ini sesuai dengan adat agama Islam yang ikut dalam membentuk

kebudayaan masyarakatnya, bahwa seorang yang bukan mukhrim-nya dilarang

saling bersentuhan antara yang satu dengan yang lain.

Foto 6. Penari Putra dan Putri (Dokumentasi: Eva Savitri, 2013)

Tari Bedana dapat ditarikan secara berkelompok, biasanya terdiri dari

empat sampai delapan orang penari. Tidak hanya itu, tari ini juga dapat ditarikan

secara massal. Untuk sebuah pertunjukan besar, biasanya tari Bedana ditarikan di

sebuah lapangan. Susunan pola lantai dari tari ini akan semakin terlihat

keindahannya ketika ditarikan secara massal. Kreativitas dari seorang koreografer

akan terlihat pada garapan ini apabila perpaduan antara gerak dan musik itu

(59)

4.1.3 Tata Rias dan Tata Busana

Suatu pertunjukan tidak akan bisa lepas dari elmen-elemen yang

mendukungnya. Salah satu elemen tersebut adalah tata rias dan tata busana. Dari

tata rias dan busana ini akan terlihat ciri khas serta identitas budaya masyarakat

pendukung pertunjukan. Tata rias yang dimaksud adalah riasan wajah atau muka

penari saat pertunjukan tersebut berlangsung. Riasan yang digunakan oleh penari

akan membuat wajah penari putri terlihat lebih cantik dan penari putra akan

terlihat lebih ganteng. Riasan juga berfungsi untuk mempertegas bentuk wajah

seseorang. Pertunjukan tari Bedana di Sanggar Cantika Laras juga

mempergunakan rias wajah untuk penarinya. Tidak hanya penari putri saja, penari

putra juga menggunakan tata rias untuk mempertegas bentuk wajah mereka,

hanya saja lebih lembut atau soft. Penari putri mempergunakan riasan untuk

sebuah pementasan tari dengan mempergunakan alas bedak, bedak padat, pensil

alis, eye shadow, blush on, dan lipstick. Untuk penari putra mempergunakan

sedikit alas bedak dan bedak senada warna kulit.

(60)

Tata busana adalah salah satu elemen penunjang keindahan sebuah

pertunjukan. Busana tari yang digunakan memperlihatkan identitas dan karakter

dari tari yang dibawakan. Di Lampung sendiri mempunyai ciri khas untuk busana

setiap tarian. Lampung memiliki hiasan kepala yang diberi nama siger. Siger

sebenarnya berukuran sangat besar, tetapi untuk hiasan kepala pada pertunjukan

tari, siger yang digunakan lebih kecil. Tidak hanya siger, kain tapis Lampung

juga merupakan salah satu ciri khas busana Lampung.

Tari Bedana sebenarnya mempunyai tata busana yang sudah dibakukan

untuk setiap pementasannya, hanya saja hal ini disesuaikan dengan warna kostum

yang dipakai. Ciri khas warna busana daerah Lampung sendiri adalah putih,

merah, dan kuning keemasan. Keindahan perpaduan warna dalam penataan

busana menjadi salah satu faktor penting, sehingga pemakaian perlengkapan

busana tari Bedana terkesan memiliki warna yang berbeda antara yang satu

dengan yang lainnya tetapi tetap memiliki standar yang sama. Berikut ini adalah

tata busana yang digunakan oleh penari putri dan putra tari Bedana di Sanggar

Cantika Laras, Bandar Lampung.

1. Busana Tari Bedana Putri:

a. Baju kurung

Baju kurung adalah baju khas Lampung, biasanya berbahan dasar

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam pembelajaran tari bedana pada kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 26 Bandar Lampung.. Peneliti

Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran tari Bedana menggunakan media audio visual di SMA YP Unila Bandar Lampung, dapat disimpulkan bahwa media audio visual yang

Berdasarkan proses penelitian penggunaan metode drill dalam pembelajaran tari bedana pada kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 2 Bandar Lampung sudah berjalan dengan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: Proses pembelajaran Tari Bedana pada siswa-siswi kelas VIII.A SMP Negeri 7 Bandar

Terdapat kesesuaian antara perolehan proses gerak tari bedana terhadap perolehan hasil pengamatan nilai-nilai afektif pada pembelajaran tari bedana di kelas X.MIA 3 SMA YP

Peneliti memilih SMP Negeri 26 Bandar Lampung karena di SMP tersebut pada kegiatan ekstrakurikuler tari nya yaitu tari bedana, di SMP Negeri 26 Bandar Lampung ini tidak

Berdasarkan proses penelitian penggunaan metode drill dalam pembelajaran tari bedana pada kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 2 Bandar Lampung sudah berjalan dengan

Berdasarkan hasil penelitian studi evaluasi tentang evaluasi pem- belajaran Tari Bedana pada siswa kelas X.5 SMA Negeri 14 Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014,