• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJI TERAP TEKNOLOGI PENINGKATAN MUTU BUAH MANGGA SEGAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJI TERAP TEKNOLOGI PENINGKATAN MUTU BUAH MANGGA SEGAR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KAJI TERAP TEKNOLOGI PENINGKATAN MUTU

BUAH MANGGA SEGAR

Suhardi, Gunawan, Bonimin dan Jumadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur

ABSTRAK

Produk buah mangga segar di Jawa Timur dirasa masih rendah, sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan pasar. Pengkajian ini bertujuan untuk mengenalkan dan menerapkan SPO budidaya dan pasca panen mangga pada kelompok tani guna meningkatkan produksi dan mutu buah. Pengkajian dilakukan di kelompok tani desa Klampok, Tongas, Probolinggo dengan menerapkan SPO yang telah disepakati bersama. Penerapan SPO dilakukan di dua kebun, Kebun I sebanyak 25 pohon milik kelompok dan Kebun II sebanyak 75 pohon milik petani. Di kebun I dilakukan pemupukan, pemacuan pembungaan dengan paklobutrazol 5 cc/l untuk setiap pohon, perangkap lalat buah dan perawatan kebun, sedangkan di kebun II dilakukan pemeliharaan kebun dan pembrongsongan buah. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pemeliharaan di kebun I dan kebun II dapat meningkatkan produksi buah mangga Arumanis sebanyak 2 kali lipat. Secara organoleptik (kenampakan dan rasa), buah mangga Arumanis yang dibrongsong disukai oleh panelis. Mutu buah mangga Arumanis yang berasal dari sawah lebih baik dari segi ukuran, tetapi dari segi mutu kimia dan rasa, buah mangga yang berasal dari tegal mempunyai nilai yang lebih tinggi. Biaya produksi untuk kebun I sebesar Rp.33.800,-/pohon dan di kebun II sebesar Rp.15.300,-/pohon. Namun kebun II mempunyai hasil/pendapatan yang lebih besar, yaitu Rp.35.500,-/pohon dibanding kebun II yang sebesar Rp34.280,-/pohon. Petani belum semuanya memberikan respon positif terhadap penerapan SPO budidaya mangga walaupun beberapa pengurus kelompok tani sudah menerapkan SPO pada sebagian tanaman mangga yang dikelolanya.

Kata Kunci : Kaji terap, SPO, mutu, mangga. PENDAHULUAN

Salah satu penyebab rendahnya ekspor mangga adalah karena mutu mangga yang dihasilkan petani tidak memenuhi standar ekspor. Mutu mangga pada dasarnya dipengaruhi oleh agroekologi, budidaya dan penanganan pasca panen (Hoffman, 1996). Kegiatan pasca panen meliputi penentuan saat panen, cara panen, pencucian, sortasi, grading, perlakuan pasca panen, pengemasan, penyimpanan, pengangkutan dan distribusi/pemasaran. Sebelum grading, buah dicuci (Suhardjo, 2002).

Dalam pengembangan industri pertanian, tantangan yang dihadapi antara lain: (1) permintaan pangan, pakan dan bahan baku industri yang terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan pengembangan industri, (2) tuntutan konsumen terhadap keamanan dan mutu hasil pertanian yang terus meningkat, (3) sistem pasar yang semakin terbuka mengharuskan komoditas yang diusahakan mempunyai daya saing yang tinggi, berarti diperlukan sistem usaha yang lebih efisien, (4) globalisasi perdagangan

▸ Baca selengkapnya: rpph tema tanaman buah mangga kelompok a

(2)

berpengaruh terhadap daya saing produk pertanian sehingga kualitas yang dipersyaratkan oleh pasar menjadi semakin kompleks dan mendasar, (5) kesempatan usaha masyarakat pedesaan, dan (6) lahan pertanian yang semakin menyempit (Moeljoprawiro, 2002). Menghadapi tuntutan ini Kementerian Pertanian telah menyusun pedoman cara berproduksi pertanian yang baik dan benar berdasarkan Good Agriculture Practice (GAP) dan Standard Prosedur Operasional (SPO). Penerapan GAP dengan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan dimaksudkan untuk memperoleh mutu dan produktivitas tinggi secara berkelanjutan, keuntungan optimum dengan memperhatikan aspek keamanan produk, pencegahan penularan OPT, dan prinsip traceability (suatu produk dapat ditelusuri asal-usulnya dari pasar sampai kebun) serta melibatkan petani secara partisipatif (Direktorat Tanaman Buah, 2004). Penerapan GAP dan SPO budidaya menghasilkan produk pertanian bermutu baik dan aman dikonsumsi dalam bentuk segar. Namun produk tersebut belum tentu menjadi aman dan bermutu sampai ditangan konsumen, bila tidak diikuti dengan penerapan SPO pasca panen.

Diperta Propinsi Jatim (2007) telah melakukan percontohan pengelolaan kebun mangga berdasarkan GAP dan SPO di 5 kabupaten. Percontohan hanya terbatas pada SPO budidaya (pra panen), belum diikuti dengan penerapan SPO pasca panen. Dalam laporannya belum diketahui seberapa jauh peningkatan mutu yang diperoleh, dan sejauh mana tanggapan petani terhadap penerapan SPO mangga tersebut. Untuk itulah dilakukan kaji terap teknologi peningkatan mutu buah mangga segar, dengan tujuan untuk mengenalkan dan menerapkan SPO budidaya dan pasca panen mangga pada kelompok tani di Probolinggo, Jawa Timur.

BAHAN DAN METODE

Pengkajian dilaksanakan di kebun milik petani anggota kelompok tani desa Klampok, kecamatan Tongas, kabupaten Probolinggo, dimulai bulan Januari s/d Desember 2009. Tahapan pelaksanaan penelitian ini adalah: (1) mencari lokasi penelitian dengan berkonsultasi dengan Dinas Pertanian kabupaten Probolinggo, (2) pertemuan dengan kelompok tani kooperator untuk membicarakan pelaksanaan kaji terap, (3) menentukan tanaman contoh untuk aplikasi penerapan SOP mangga, (4) pelaksanaan aplikasi, yang didahului dengan pertemuan kelompok, serta (5) pengamatan dan pengumpulan data.

Pengkajian dilakukan dengan menerapkan SPO teknologi budidaya dan pasca panen secara partisipatif di tempat usahatani mangga Arumanis. Untuk percontohan penerapan SPO dilakukan pada tanaman mangga sebanyak 100 pohon. Tanaman mangga ini dikelola berdasarkan SPO budidaya dan pasca panen sesuai dengan permintaan pasar (eksportir, mitra kerja) (Tabel 1).

Lokasi pengkajian ditentukan bersama tim penguatan kelembagaan. Kaji terap dilakukan di kelompok tani mangga dengan mengikut sertakan seluruh anggotanya (sekitar 25 orang). Dilakukan pertemuan dengan petani kooperator untuk membahas SPO budidaya dan pascapanen yang telah dibuat oleh Dirjen Bina Produksi Hortikultura Kementerian Pertanian. Selanjutnya ditentukan jadual

(3)

pelaksanaan penerapan teknologi sesuai dengan yang telah disepakati. Dalam pelaksanaan SPO budidaya dan SPO pasca panen dikoordinir oleh ketua kelompok tani mangga.

Tabel 1. SPO budidaya dan pasca panen buah mangga segar. No. Komponen

Teknologi

Kegiatan I. SPO Pra Panen

1, Syarat tumbuh Tanah bertekstur lempung, lempung berdebu, lempung liat berdebu, dan liat berdebu. PH 5,5-8,0 dan lapisan tebal. Tinggi tempat < 600 m dpl dan kelerengan < 15 %. Suhu harian 24-30oC dan curah hujan 759-2000 mm/th dengan bulan basah (< 60 mm) 405 bulan 2. Penyediaan bibit Bibit dari penangkar yang terpercaya (vigor kuat, bebas HP, berasal

dari blok mata tempel). Tinggi bibit 60-80 cm, umur >6 bulan, warna daun hijau mengkilat dan memben-tuk 3 cabang/flush.

3. Penyiapan lahan Buat parit untuk pengairan, ada jalan kebun dan jarak tanam antar baris 8-10 m dan dalam baris 6-8 m.

4. Penanaman Buat lubang 1 m x 1 m x 1 m (tanah liat) atau 70 cm x 70 cm x 70 cm (tanah gembur), dibiarkan 2 minggu. Pupuk kandang 80 liter (tanah liat) atau 40 liter (tanah gembur). Pupuk SP 36 200 g, kapur 2 kg.

5. Pengairan Dilakukan pada musim kemarau, fase pembungaan dan fase pemben-tukan dan perkembangan buah. Pengairan 5 - 7 hari sampai bunga menjadi pentil, dilanjutkan 7-10 hari sampai buah dipanen. Kebutuhan air sejak terbentuk buah sampai 2 minggu sebelum dipanen 70-100 liter. Setelah panen juga perlu diairi dan diiukuti pemupukan N tinggi.

4. Pemupukan Pupuk organik 1 kali/th pada fase vegetatif dan 1 kali/th pada fase generatif dilakukan awal musim hujan. Pupuk anorganik 4- 6 kali/tahun (masing-masing ½ dosis anjuran) pada fase vegetatif dan 3 kali/tahun pada fase generatif (1/2 bulan setelah panen, dosis sisa sebelumnya) dengan N tinggi, inisiasi bunga dosis 2/5 bagian (P tinggi) dan pemasakan buah (8 bulan sejak inisiasi) 1/5 bagian dan K tinggi.

5. Pemangkasan Pemangkasan bentuk (tanaman muda) dengan memelihara 3-4 cabang. Pemangkasan pemeliharaan pada tanaman produksi. diusahakan tanaman mangga memiliki tinggi < 5-6 m.

6. Pemeliharaan buah 1 buah didukung 20- 25 daun. Penjarangan dilakukan pada buah yang cacat (bentuk, terserang hama dan penyakit, dilakukan pada saat buah sebesar kelereng.Pembungkusan buah dengan kertas koran dan diberi tanda perkiraan waktu panen.

7. Pengendalian Hama Penyakit.

Penyemprotan dilakukan sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Lalat buah dikendalikan menggunakan alat perangkap (ME).

8. Panen Penyemprotan dihentikan 2 minggu sebelum panen. Buah siap dipanen bila paruh buah hampir hilang, lilin cukup tebal, cabang tangkai buah telah kering 65 %, dan lain-lain. Buah dipetik pada jam 09.00 – 15.00, dengan memotong tangkai buah sepanjang 1 buku dengan menggunakan gunting, bila tidak terjangkau digunakan galah berpisau dan berjaring di ujung galah.

II. SPO Pasca Panen

1. Pencucian Buah dibiarkan dulu semalam agar getah sudah berhenti mengalir. Dicelupkan dalam air hangat 55oC selama 5 menit.

2. Sortasi dan grading Buah dikering-anginkan pada suhu ruangan (25oC), kemudian dilakukan sortasi. Dipisahkan buah yang cacat, buah muda/terlalu tua, bentuk tdak normal. Penyortir harus menggunakan sarung tangan dari kain. Grading sesuai ukuran yang diminta pasar/konsumen.

3. Pengemasan Kemasan dalam keadaan baru, bersih, mampu mencegah

kerusakan produk selama transportasi. Kemasan menggunakan karton bergelom-bang dan berventilasi dengan kapasitas maksimal 5 kg.

4. Penyimpanan Penyimpanan dianjurkan pada suhu 13oC, RH 85 %. Sumber: Dirjen Bina Produksi Hortikultura Deptan (2002)

(4)

Pengamatan dilakukan terhadap mutu buah, biaya input-output dan penerimaan petani terhadap teknologi yang dianjurkan. Data hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif dan ekonomi mengenai usaha tani mangga.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaan lokasi

Desa Klampok, kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo adalah merupakan bekas wilayah Prima Tani, terdiri dari 5 dusun, dengan populasi tanaman mangga 2878 pohon dimiliki oleh 843 keluarga. Umumnya tanaman mangga berada di pekarangan dan terpencar. SOP diterapkan pada 100 tanaman mangga bermur 7-10 tahun, terbagi dalam dua kebun, kebun I 25 pohon dan kebun II 10 pohon (total 100 pohon), semuanya terletak di tegal. Kebun I adalah tanaman mangga monokultur yang dikelola kelompok, dan diperlakukan pemupukan dan pemberian paklobutrazol untuk memacu pembungaan. Sebaliknya tanaman mangga di kebun II adalah milik petani yang hampir tidak ada perawatan,dan dikelola secara tumpang sari dengan tanaman pangan (jagung).

Produksi

Tahun 2008 tanaman mangga di kebun I berproduksi 400 kg (rata-rata 16 kg/phn), ditebaskan Rp.800.000,-, sedangkan di kebun II produksinya tidak diketahui dan ditebaskan Rp.1.500.000,-. Adapun perlakukan yang sudah diberikan kepada kebun I dan kebun II disajikan pada Tabel 2.

Hasil dari perlakuan kedua kebun mangga percontohan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan produksi yang sangat besar. Kebun I produksinya meningkat dari 16 kg/phn menjadi 34,04 kg/phn, meningkat lebih dari 2 kali. Demikian pula kebun II yang pada tahun 2008 berproduksi hanya 12,1 kg/phn, meningkat menjadi 25,4 kg/phn, juga meningkat lebih dari 2 kali (Tabel 3). Kebun II terjadi peningkatan yang sangat besar dimungkinkan karena selain ada perawatan, juga secara tidak langsung mendapat pemupukan secara tidak langsung saat petani memupuk tanaman pangannya. Selain itu adanya sifat ”binial bearing” pada tanaman mangga.

Mutu buah

Berdasar klas (grade) yang biasa dilakukan oleh pedagang untuk tujuan pasar Jakarta/Bandung, Mutu buah mangga Arumanis hasil panen kebun I dan kebun II klas Boom dan Super lebih sedikit dibanding hasil panen dari sawah (Tabel 4). Hal ini disebakan karena di sawah kemungkinan sering mendapat pengairan, sehingga buah menjadi besar-besar. Namun bila dilihat sifat kimianya, buah yang dari tegal (kebun I dan kebun II) tampak lebih baik, dengan terlihat kandungan PTT yang lebih tinggi dan kadar asam dan air serta susut bobot yang lebih rendah dibanding buah mangga yang berasal dari sawah (Tabel 5 dan 6).

(5)

Tabel 2. Perlakuan yang sudah dilakukan pada tanaman mangga

No. Jenis Perlakuan Bulan Pelaksanaan

Keterangan Kebun I

1. Pemupukan I Januari 2009 Pukan ± 35 kg + pupuk organik cair 4 liter (dosis 1 l pupuk organik diberi air 20 l) per pohon.

Campuran Urea, SP-36, KCl (2 : 1 : 1) sebanyak 1 kg/phn. 2. Pemupukan II Maret 2010 Campuran Urea, SP-36, KCl (2

: 1 : 1) sebanyak 1 kg/phn 3. Paklobutrazol Februari 2009 5 cc/l per pohon.

4. Pengairan September 2009 60 l/pohon

5. Pengendalian H & P September 2009 7 trap eugenol dan oli bekas untuk perekat lalat buah.. 6. Perawatan (membersihkan

kebun, ranting rusak, dan lain-lain)

Setiap saat Pembersihan benalu, cabang kering, cabang air, dll.

7. Pemupukan I untuk musim panen 2010

Desember2009/ Januari 2010

½ kg Urea + ½ kg NPK + pukan 35 kg per pohon

Kebun II

1. Perawatan (membersihkan kebun, ranting rusak, dan lain-lain)

Setiap saat Pembersihan benalu, cabang kering, cabang air, dan lain-lain

2. Pembrongsongan buah September 2009 Setap pohon dibrongsong sekitar 15 – 30 buah.

3. Pemupukan I untuk musim panen 2010

Desember2009/ Januari 2010

½ kg Urea + ½ kg NPK

Tabel 3. Rata-rata produksi buah mangga pada musim panen tahun 2008 dan 2009

No. Lokasi Tahun 2008 Tahun 2009

1. Kebun I 16,0 kg/pohon 34,04 kg/pohon

2. Kebun II 12,1 kg/pohon 25,40 kg/pohon

Dari uji organoleptik, buah yang dibrongsong lebih disukai oleh panelis, baik kenampakan maupun rasanya dibanding tanpa dibrongsong maupun dari sawah (Tabel 7). Buah yang dibrongsong mempunyai kenampakan yang lebih baik dan tingkat ketuaan yang lebih seragam. Hal ini disebabkan oleh saat melakukan pembrongsongan, dipilih contoh buah yang memiliki tingkat ketuaan seragam, sehingga pada saat panen sudah tidak perlu melakukan pemilihan lagi, sedangkan pada buah yang tidak dibrongsong, meskipun juga ada pemilihan tingkat ketuaan, kemungkinan tingkat ketuaan buah tidak sama dengan yang dibrongsong. Buah mangga yang berasal dari sawah mempunyai rasa kurang manis dan kandungan air paling tinggi (Tabel 6).

(6)

Tabel 4. Komposisi mutu buah mangga Aumanis berdasar klas hasil panen di kebun I, kebun II dan di sawah, Probolinggo 2009

No. Klas Buah Bobot Buah Persentase

Kebun I Kebun II Sawah 1. Boom >550 g 3,53 0,58 14,52 2. Super 500 – 549 9,40 24,03 48,76 3. Top 450 – 499 27,61 19,84 15,32 4. O-3 (OOO) 400 – 449 33,49 28,87 9,68 5. HK 350 – 399 22,44 24,84 9,68 6. Sisa sortasi Tidak masuk klas karena

ukuran, rusak (cacat, bentuk abnormal)

3,53 1,84 1,24

T o t a l 100 100 100

Tabel 5. Rata-rata sifat kimia buah mangga pada saat mentah.

Asal buah Vit C (mg/100 g) Asam (%) TSS (%) Air (%) BR TBR SW 7,35 8,33 5,59 0,70 1,22 1,24 10,00 9,00 9,00 78,68 78,03 80,75

Ketrangan: BR = buah mangga dari kebun tegal yang dibrongsong TBR = buah mangga dari kebun tegal yang tidak dibrongsong SW = buah mangga dari sawah,

Tabel 6. Rata-rata sifat kimia dan susut bobot buah mangga setelah matang

Asal buah Vit c (mg/100 g)

Asam (%)

TSS (%)

Air (%) Susut bobot (%) BR TBR SW 2,17 2,31 2,05 0,21 0,23 0,22 20,35 21,50 16,60 78,31 76,09 80,23 8,45 8,74 9,59

Ketrangan: BR = buah mangga dari kebun tegal yang dibrongsong TBR = buah mangga dari kebun tegal yang tidak dibrongsong SW = buah mangga dari lahan sawah

Biaya in put-out put

Hasil analisis in put-out put menunjukkan bahwa biaya produksi untuk kebun I sebesar Rp.33.800,-/pohon dan di kebun II sebesar Rp.15.300,-/pohon, namun di kebun II pendapatannya lebih besar (Rp.35.500,-/pohon) daripada di kebun II (Rp34.280,-/pohon) (Tabel 8). Walaupun di kebun I dipupuk dan dipacu pembungaannya dengan paklobutrazol, tetapi pendapatannya lebih rendah di kebun II. Hal ini karena pemupukan pada tahun I belum berpengaruh terhadap produksi, tapi masih berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif. Sebaliknya zat pengatur tumbuh paklobutrazol masih mempunyai pengaruh pada tahun kedua. Oleh karena itu, produksi mangga di kebun I ada kemungkinan masih tinggi dibanding dengan kebun II.

(7)

Tabel 7. Rata-rata hasil uji organoleptik buah mangga setelah matang

Asal buah Kenampakan (skor) Rasa (skor) Keterangan BR TBR SW 4,5 3,3 4,0 4,3 3,3 3,0

Skor 1 =sangat tidak suka dan skor 5 = sangat suka Ketrangan: BR = buah mangga dari kebun tegal yang dibrongsong

TBR = buah mangga dari kebun tegal yang tidak dibrongsong SW = buah mangga dari sawah

Tabel 8. Biaya in put-out put usaha mangga per pohon, Probolinggo, 2009

No. U r a i a n Harga satuan (Rp) Nilai (Rp.) Kebun I Kebun II 1, Urea 0,5 kg 2 kali 1.300/kg 1.300 - 2. SP-36 0,25 kg 2 kali 1.700/kg 850 - 3. KCl 0,25 kg 2 kali 5.500/kg 2.750 - 4. Pukan 35 kg 100/kg 3.500 - 5. Pupuk organik 0,20 l 25.000/l 5.000 - 6. Perawatan 0,2 hari 30.000/hari 6.000 6.000 7. Pemupukan 0,1 hr 2 kali 30.000/hr 6.000 - 8. Petrogenol 0,2 botol 7.000/botol 1.400 - 9. Paklobutrazol 5 cc 200.000/250 cc 4.000 - 10, Penyiraman 0,1 hr 30.000/hr 3.000 - 11. Brongsongan 20 bh 315/bh - 6.300 12. Biaya brongsong 0,1 hr 30.000/hr 3.000 Biaya Produksi 33.800 15.300 Pendapatan kotor 68.080 50.800 Pendapatan bersih 34.280 35.500

Catatan : Produksi kebun I = 34,04 kg/pohon Produksi kebun II = 25,40 kg/pohon Harga buah mangga Arumanis = Rp.2000,-/kg Respon petani

Usahatani mangga di Klampok, Tongas, Probolinggo umumnya sebagai usaha sampingan dan dalam skala kecil. Selain itu tanaman banyak ada di pekarangan, sedangkan yang ada di tegal banyak dilakukan tumpangsari dengan tanaman pangan. Petani belum memberikan respon positif terhadap penerapan sebagian komponen SPO tanaman mangga, apalagi bila melakukan penerapan seluruh komponen, karena banyak yang menganggap tanpa dipupuk atau dirawatpun sudah dapat memberikan tambahan penghasilan. Namun dengan adanya bantuan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Probolinggo, kelompok tani mau/bersedia menerapkan SPO pada sebagian tanaman mangga yang dikelolanya. Kelompok tani saat ini mengelola sekitar 187 pohon mangga kultivar Arumanis, namun hanya sekitar 25 tanaman mangga yang dikelola dengan menerapkan SPO budidaya mangga.

(8)

KESIMPULAN

1. Penerapan SPO budidaya dan pasca meningkatkan produksi buah mangga Arumanis lebih dari 2 kali.

2. Secara organoleptik (kenampakan dan rasa), buah mangga Arumanis yang dibrongsong lebih disukai oleh panelis daripada yang dibrongsong.

3. Mutu buah mangga Arumanis yang berasal dari sawah lebih baik dari segi ukuran, tetapi dari segi mutu kimia dan rasa lebih baik buah mangga berasal dari tegal.

4. Biaya produksi untuk kebun I Rp.33.800,-/pohon, lebih tinggi daripada di kebun II (Rp.15.300,-/pohon), tetapi pendapatan di kebun II lebih besar (Rp.35.500,-/pohon) dibanding di kebun I (Rp 34.280,-/pohon).

5. Petani belum merespon positif, tetapi pengurus kelompoktani sudah menerapkan SPO mangga pada sebagian tanaman mangga yang dikelolanya,

DAFTAR PUSTAKA

Diperta Propinsi Jawa Timur. 2007. “Profil dan Kiat Pengembangan Agribisnis Mangga di Jawa Timur”. Prosiding Seminar Nasional Agribisnis Mangga. BPTP Jawa Timur-Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang, 88-103.

Direktorat Tanaman Buah, 2004. Panduan Budidaya Buah Yang Benar (Good Agriculture Practices), Sistem Sertifikasi Pertanian Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian. 158p.

Moeljoprawiro, S, 2002. Bioteknologi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas padi. Dalam Suprihatno B, et al. (eds.). Kebijakan Perberasan dan Inovasi Teknologi Padi. Buku satu. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. p : 103-116.

Suhardjo. 2002. “ Teknologi Pasca Panen Mangga”. Monograf Mangga. BPTP Jawa Timur, 72-78.

Gambar

Tabel 1. SPO budidaya dan pasca panen buah mangga segar.  No. Komponen
Tabel 2. Perlakuan yang sudah dilakukan pada tanaman mangga
Tabel  4. Komposisi mutu buah mangga Aumanis berdasar klas hasil panen  di           kebun I,  kebun II dan di sawah, Probolinggo 2009
Tabel  8. Biaya in put-out put usaha mangga per pohon, Probolinggo, 2009

Referensi

Dokumen terkait

2) Sampai saat ini setelah 3 tahun berjalannya program penanggulangan pengangguran, dari pihak Karang Taruna “Eka Taruna Bhakti” belum dilakukan pemberian kredit

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari seluruh data, yaitu 317 data, terhadap naskah pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia tahun 2006 terdapat 2 data atau 0,63 %

Kedamaian dan keseimbangan yang baru ditemukan Syari’ati tercermin dengan sangat baik dalam karya-karya seriusnya yang pertama, Tarikh-e Takamol-e Falsafe

Berdasarkan fenomena tersebut, yang sering terjadi di perusahaan- perusahaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko investasi, seperti return saham dan

Dan dari hasil pemaknaan tanda-tanda tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan adanya sebuah representasi mengenai ambisi berdasarkan pemaknaan tanda-tanda yang ada, yaitu

1. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan akuntabel, melalui penyelenggaraan pemerintahan yang aspiratif, partisipatif dan transparan. Pemerintahan yang bersih dan akuntabel

Sesat Tok Bomoh, Tok Dukun, Tok Pawang, Mak Bidan dan Mak Andam dan seumpamanya Kesesatan yang sering berlaku pada golongan ini, ialah melalui proses mengubati pesakit atau

Sebagai salah satu instalasi yang memberikan pelayanan pembedahan, selayaknya memiliki sebuah pedoman yang dapat memandu atau sebagai acuan dalam