• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN PLASTIK PET (POLYETHYLENE TEREPHTHALATE) TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN LASTON AC -WC DI LABORATORIUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN PLASTIK PET (POLYETHYLENE TEREPHTHALATE) TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN LASTON AC -WC DI LABORATORIUM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN PLASTIK PET (POLYETHYLENE TEREPHTHALATE)

TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN LASTON AC -WC DI LABORATORIUM

M. Fadil Natoras Nasution, Zulkarnain A.Muis, Adina Sari Lubis Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

E-mail : fadilnasution19@gmail.com

ABSTRAK

Aspal Beton (Asphalt Concrete atau AC) atau yang biasa disebut LASTON (Lapisan Aspal Beton) adalah lapisan permukaan struktural perkerasan lentur sebagai lapisan paling atas. Lapisan LASTON terdiri dari agregat halus, agregat kasar, bahan pengisi (filler) aspal. Pada umumnya di Indonesia LASTON menggunakan aspal 60/70. Jika LASTON diberi bahan tambah (additive) maka disebut sebagai aspal modifikasi. Bahan tambah (additive) dapat berupa crumb rubber, atau thermoplastic (PETE atau PET, PVC, dan lain -lain). Penggunaan PET sebagai bahan tambah mampu meningkat kinerja campuran aspal beton dibandingkan dengan tanpa penambahan PET, dengan naiknya nilai stabilitas aspal. Dengan penambahan PET mampu meningkatkan nilai stabilitas dinamis dan menurunkan kecepatan deformasi dibandingkan tanpa penambahan PET. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dimana penelitian dilakukan di Laboratorium Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (B2PJN) Kota Medan, untuk mengetahui nilai stabilitas dan flow dilakukan pengujian Marshall dan untuk mengetahui nilai stabilitas dinamis dan kecepatan deformasi dilakukan pengujian Whell Track Machine.

Dari hasil pengujian diperoleh hasil dengan adanya penambahan PET terhadap campuran mampu meningkatkan nilai stabilitas dan flow. Nilai stabilitas tanpa adanya penambahan PET sebesar 905,4 Kg/cm dan dengan adanya penambahan PET nilai stabilitas menjadi 1201,3 KG/cm sedangkan nilai flow tanpa adanya penambahan PET sebesar 3,36 dan dengan penambahan PET nilai flow 3,96. Nilai stabilitas dinamis juga meningkat dengan adanya penambahan PET dan memenuhi sepsifikasi Bina Marga 2010 yaitu 3315,8 lintasan/mm (≥ 2500 lintasn/mm) dengan kecepatan defrmasi sebesar 0,0127 mm/menit. Penelitian ini menunjukan dengan adanya penambahan PET mampu meningkatkan kemampuan campuran aspal.

Kata kunci : Aspal Beton (Asphalt Concrete atau AC), PET, stabilitas dinamis, kecepatan deformasi, Whell Track Machine.

ABSTRACT

Asphalt Concrete (Asphalt Concrete or AC) or usually called LASTON (Asphalt Concrete Layer) is a layer of structural surface of flexible pavement as the most upper layer. LASTON layer composed by fine aggregate, coarse aggregate and filler of asphalt. Generally in Indonesia LASTON uses 60/70 asphalt. In case LASTON is given additive that called as asphalt modification. Additives could be crumb rubber or thermoplastic (PETE or PET, PVC,

(2)

etc.). PET can be used as material addition that capable of improving the performance of LASTON compared without PET additional, by stability value increased. With the addition of PET is able to increase the value of dynamic stability and decrease deformation velocity than without the addition of PET. The method used in this research is experimental research method where the research is done in Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Laboratory (B2PJN) Medan City, to know the value of stability and flow is done by Marshall test and to know the value of dynamic stability and speed of deformation done by Whell Track Machine test.

The results obtained with the addition of PET to the mixture can increase the value of stability and flow. The value of stability without the addition of PET is 905.4 Kg / cm and with the addition of PET stability value to 1201.3 KG / cm while the flow value without the addition of PET of is 3.36 and with the addition of PET flow value to 3.96. The value of dynamic stability also increases with the addition of PET and comply specification of Bina Marga 2010 which is 3315.8 trajectory / mm (≥2500 crossn / mm) with deformation speed are 0.0127 mm / min. This research shows that the addition of PET can improve the ability of asphalt mixture. Keyword : Asphalt Concrete, PET, dynamic stability, deformation speed, Whell Track Machine.

PENDAHULUAN

Aspal Beton (Asphalt Concrete atau AC) atau yang biasa disebut LASTON (Lapisan Aspal Beton) adalah lapisan permukaan struktural perkerasan lentur sebagai lapisan paling atas. Lapisan LASTON terdiri dari agregat halus, agregat kasar, bahan pengisi (filler) aspal. Pada umumnya di Indonesia LASTON menggunakan aspal 60/70. Jika LASTON diberi bahan tambah (additive) maka disebut sebagai aspal modifikasi. Bahan tambah (additive) dapat berupa crumb rubber, atau thermoplastic (PETE atau PET, PVC, dan lain -lain).

Ada tujuh karakteristik campuran aspal beton yang harus dimiliki diantarnya stabilitas (stability), keawetan (durability), kelenturan (flexibility), ketahanan terhadap kelelahan (fatique resistance), kekesatan permukaan atau ketahanan geser (skid resistance), kedap air dan kemudahan pelaksanaan (workability). Ketahanan terhadap kelelahan (fatique resistance) ialah ketahanan dari lapis aspal beton dalam menerima beban berulang tanpa terjadinya kelelahan yang berupa alur (rutting) dan retak (Sukirman, S,. 2003). Alur adalah deformasi permukaan perkerasan aspal, berbentuk ke arah memanjang pada lintasan roda kendaraan, Alur biasanya baru nampak jelas ketika hujan dan terjadi gennangan air didalamnnya, untuk menghindari terjadinya alur diberikan penambahan bahan additive untuk meningkatkan kinerja aspal salah satunya penambahan Plastik PET. Di Indonesia, menurut data statistik persampahan domestik Indonesia, jenis sampah plastik menduduki peringkat kedua sebesar 5.4 juta ton per tahun atau 14 persen dari total produksi sampah. Dengan demikian, plastik telah mampu menggeser sampah jenis kertas yang tadinya di peringkat kedua menjadi peringkat ketiga dengan jumlah 3.6 juta ton per tahun atau 9 persen dari jumlah total produksi sampah (Indonesia Solid Asociation Waste, 2013. Adanya penambahan PET dalam campuran aspal dapat meningkatakan nilai stabilitas aspal dibandingkan dengan campuran tanpa penambahan PET (Putri Ajeng, 2016). Serta penambahan plastik jenis LDPE mengurangi kerusakan aspal terhadap kelelahan (fatique resistance) yang menyebabkan alur ( Tjiktjik wasiah, 2009).

(3)

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh penambahan PET pada lapisan AC-WC yang dapat meningkatkan nilai stabilitas dan flow dengan menggunakan alat Marshall test dan dapat mengurangi alur pada aspal dengan menggunakan alat Whell Tracking Machine di laboratorium.

KAJIAN PUSTAKA

Aspal adalah material semen hitam, padat atau setengah padat dalam konsistensinya di mana pokok yang menonjol adalah bitumen yang terjadi secara alam atau yang dihasilkan dengan penyulingan minyak (Petroleum. Aspal biasanya berasal dari destilasi minyak mentah tersebut, namun aspal ditemukan sebagai bahan alam, dimana sering juga disebut mineral (Rian, P., 2006). Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar antara 4%-10% berdasarkan berat campuran, atau 10%-15% berdasarkan volume campuran (Sukirman, S., 2012).

Aspal modifikasi adalah aspal minyak yang ditambah dengan bebrapa adtif, dengan maksud untuk meningkatkan kinerjanya. Aspal minyak yang ada di pasaran sekarang ada kecendrungan kehilangan bebrapa sifat yang sangat dibutuhkan untuk fungsinya sebgai bahan pengikat agregrat batuan pada lapis perkerasan. Awal kesadaran tentang hal itu adalah pelunakan aspal beton akibat panas permukaan jalan yang jauh lebih tinggi dari apa yang dikenal di negara subtropik, yang beranggapan panas permukaan jalan tidak akan lebih dari 600c (Asphalt Institute). Salah satu contoh aspal modifikasi adalah aspal modifikasi polimer.

Tabel 1 Ketentuan sifat-sifat campuran Laston (AC modifikasi)

Sumber :(Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Divisi VI Perkerasan Beraspal, Dep. PU, 2010)

P olimer dapat dibagi menjadi 2 kelompok kategori, yaitu elastomer (karet) dan plastomer (plastik). Elastomer adalah bahan aditif yang lentur, mampu meningkatkan titik lembek sampai dengan 600c lebih tanpa kehilangan daya lengket. Penetrasi akan turun, perlu

Sifat-sifat Campuran Laston Lapis Aus Lapis Antara Pondasi

Jumlah tumbukan per bidang 75 112

Rasio partikel lolos ayakan 0,075 mm min 1,0

dengan kadar aspal efektif maks 1,4

Rongga dalam campuran (%) min 3

maks 5

Rongga dalam Agregat (VMA) (%) min 15 14 13

Rongga terisi Aspal (%) maks 65 65 65

Stabilitas Marshall (kg) min 1000 2250

Pelelehan (mm) min 2 3

maks 4 6

Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah

min 90

perendaman selama 24 jam 60 O𝐶 Rongga dalam campuran (%) pada

min 2

(4)

ditambah dengan bahan aditif lain yang mampu menaikkan angka penetrasi (contoh : SBS, SBR dan sebagainya). Plastomer adalah bahan yang sering kita kenal sebagai plastik, kelompok styrene, yang berfungsi meningkatkan titik lembek dan meningkatkan kekentalan. Menurut pengamatan, bahan ini akan memberikan hasil baik untuk peningkatan titik lembek sampai dengan 550c. Tetapi terjadi penurunan Penetrasi yang drastis. Berikut ini adalah

tipe-tipe polimer yang dicampur sebagai bahan aditif.

Tabel 2 Tipe-tipe polimer

Sumber : Pusat Penelitian Bangunan Jalan dan Jembatan, 2002

PolyEthylene atau nama umumnya Thermoplastic merupakan jenis plastik yang lazim digunakan untuk kemasan makanan dan minuman.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan bahan additif plastik. Plastik PET (Polyethylene Terephthalate) merupakan polimer jernih dan kuat dengan sifat-sifat penahan gas dan kelembapan. Pengujian ini menguji Propertis aspal, Marshall Test dan Test Wheel Tracking Machine dengan penambahan PET dan dengan penambahan PET. Pencampuran plastik untuk menaikkan kinerja campuran beraspal ada dua cara yaitu cara basah dan cara kering :

a. Cara basah (wet process) yaitu suatu cara pencampuran dimana plastik dimasukkan kedalam aspal panas dan diaduk dengan kecepatan tinggi sampai homogen. Cara ini membutuhkan tambahan dana cukup besar antara lain bahan bakar, mixer kecepatan tinggi sehingga aspal modifikasi yang dihasilkan harganya cukup besar bedanya dibandingkan dengan aspal konvensional. Pada penelitian ini menggunakan cara basah.

b. Cara kering (dry process) yaitu suatu cara pencampuran dimana plastik dimasukkan kedalam agregat yang dipanaskan pada temperatur campuran, kemudian aspal panas ditambahkan. Cara ini lebih murah, dikatakan lebih murah karen tidak perlu ada aspal yang harus dikeluarkan dari tangki aspal di AMP apabila tangki aspal akan digunakan untuk keperluan pencampuran aspal dengan aspal konvensional. Selain lebih murah, cara kering ini juga lebih mudah karena hanya dengan memasukkan plastik dalam agregat panas, tanpa membutuhkan peralatan lain untuk mencampur (mixer). Kekurangan cara ini adalah harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan kehomogenan dan keseragaman kadar plastik yang dimasukkan/dicampurkan.

Tipe Polimer Nama Umumnya Keperluan Untuk

Perkerasan

SBS

(Styrene Butadiene Styrene)

Thermoplastic

Rubber Hotmix, Pengisian retak EVA

(Ethylene Vinyl Acetate) Thermoplastic

Daya tahan terhadap alur, seal, retak

PolyEthylene; Polypropylene Thermoplastic Daya tahan terhadap alur

SBR

(Styrene Butadiene Rubber) Karet Sintetis Retak, alur

(5)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5

% Asphalt by Total Mix Bulk Density Stability F l o w Air Voids Void Filleds V. M. A. M. Q. P. R. D.

HASIL DAN ANALISA 1. Hasil Pemeriksaan Bahan

Kelima parameter propertis aspal memberikan nilai yang memenuhi spesifikasi Bina Marga pada saat adanya penambahan PET 2%. Adanya penambhan PET lebih besar dari 2% menyebabkan nilai penetrasi semakin menurun (tidak memenuhi Spesifikasi Bina Marga 2010). Hal ini terjadi karena semakin banyak penambahan PET maka campuran aspal akan semakin kaku, yang dibuktikan dengan naiknya nilai titik lembek.

Tabel 3 Hasil Pengujian Propertis Aspal 60/70 Ditambah PET

Sumber : Hasil Penelitian, 2017

Dalam proses perencanaan kadar aspal rencana (pb) penulis membutuhkan jumlah akumulatif persen lolos untuk masing-masing benda uji sesuai spesifikasi, disini diambil sumber data dari spesifikasi Bina Marga tahun 2010 untuk campuran asphalt concrete wearing course (AC-WC) untuk kemudian dimasukkan kedalam persamaan (pb).

Pb = 0,035(%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (%FF) + K

Dimana CA adalah persen kumulatif untuk agregat kasar yaitu jumlah persen lolos saringan dari saringan 37,5 mm sampai dengan saringan ukuran 4,75 mm. FA adalah persen kumulatif agregat halus yaitu jumlah persen lolos saringan dari saringan 2,36 mm sampai dengan saringan ukuran No. 200. FF adalah persen kumulatif lolos untuk filler. Dan K adalah nilai konstanta untuk lapisan Laston dengan nilai diperkirakan antara 0,5-1,0.

Gambar 1 Analisis Data Marshall Test

No Pemriksaan Jenis Unit Metode Uji

Aspal 60/70 + PET 2% Aspal 60/70 + PET 2,5 % Aspal 60/70 + PET 3 % Aspal 60/70 + PET 3,5 % Spesifikasi Min 1 Penetrasi 25Oc 0,1 mm SNI-06-2456-1991 45,33 30,48 24,61 23,51 40 2 Titik Lembek oc SNI 2434-2011 54 55 56 56 54 3 Berat Jenis Aspal SNI 2441:2011 1,03815 1,01885 1,06883 1,0723 ≥ 1 4

Test Film Oven Test gr SNI-06-2440-1991 0,0493 0,0382 0,0123 0,0118 ≤ 0,8 5 Daktilitas (Cm) SNI 2432:2011 150 132,5 101 90 ≥ 100

(6)

905.4 1201.3 800 900 1000 1100 1200 1300

Aspal KAO Aspal KAO + PET

2% N il a i st a b il it a s 3.36 3.96 3 3.2 3.4 3.6 3.8 4 4.2

Aspal KAO Aspal KAO + PET 2%

N

ilai

F

lo

w

Setelah memperoleh nilai Pb dan membuat beberapa sampel dari kadar aspal yang telah ditentukan dan diuji didapatkan nilai Kadar Aspal Optimum dan Kadar Aspal Optimum dengan PET yaitu 5,75%.

2. Hasil Pemeriksaan Marshall Test 1. Stabilitas

Menurut spesifikasi Bina Marga, khusus untuk nilai stabilitas campuran aspal AC dan campuran aspal AC Modifikasi memiliki ketentuan nilai minimum yang berbeda. Dari hasil pengujian, nilai stabilitas campuran aspal tanpa adanya penambahan PET maupun dengan adanya penambahan PET, keduanya memenuhi spesifikasi. Adanya penambahan PET menyebabkan meningkatnya nilai stabilitas campuran aspal sebesar 32,68% dari nilai stabilitas sebelumnya tanpa bahan tambah PET 2% sebesar 905,4 kg (Tabel 4.7 dan Gambar 4.3). Hal ini menunjukkan meningkatnya daya ikat aspal dan agregat yang diharapkan dapat mengurangi kerusakan jalan seperti pelepasan butiran, pengelupasan akibat genangan air, dan kelembaban.

Gambar 2 Nilai Stabilitas

2. Flow

Nilai flow campuran aspal tanpa adanya penambahan PET maupun dengan adanya penambahan PET, keduanya memenuhi spesifikasi. Adanya penambahan PET menyebabkan meningkatnya nilai flow campuran aspal sebesar 17,82% dari nilai flow sebelumnya tanpa bahan tambah PET 2% sebesar 3,366 mm (Tabel 4.7 dan Gambar 4.4).Suatu campuran aspal yang memiliki nilai flow yang rendah akan lebih kaku dan cenderung untuk mengalami retak, sedangkan nilai flow yang tinggi mengindikasikan campuran bersifat plastis.

(7)

3.612 3.126 2.8 2.9 3 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7

Aspal KAO Aspal KAO + PET

2% N il a i V IM 268.941 302.836 250 260 270 280 290 300 310

Aspal KAO Aspal KAO + PET

2% N il ai M Q

3. Rongga dalam Campuran (VIM)

Nilai VIM campuran aspal tanpa adanya penambahan PET maupun dengan adanya penambahan PET, keduanya memenuhi spesifikasi. Adanya penambahan PET menyebabkan menurunnya nilai VIM campuran aspal sebesar 15,54% dari nilai VIM sebelumnya tanpa bahan tambah PET 2% sebesar 3,612 mm (Tabel 4.7 dan Gambar 4.5). Nilai VIM yang semakin mengngecil menandakan rongga dalam campuran semakin mengecil. Hal ini membuktikan bahwa Penambahan PET dalam aspal meningkatkan daya ikat yang lebih kuat untuk mengikat mineral agregat penyusun campuran.

Gambar 4 Nilai VIM

4. Hasil Bagi Marshall (Marshall Quotient)

Nilai MQ campuran aspal tanpa adanya penambahan PET maupun dengan adanya penambahan PET, keduanya memenuhi spesifikasi. Adanya penambahan PET menyebabkan meningkatnya nilai MQ campuran aspal sebesar 12,6% dari nilai MQ sebelumnya tanpa bahan tambah PET sebesar 268,941 kg/mm (Tabel 4.7 dan Gambar 4.6). Hal ini sebanding dengan hasil nilai stabilitas dan flow, karena MQ merupakan hasil bagi nilai stabilitas dengan flow, dengan adanya penambahan PET menjukan hasil campuran yang tidak kaku.

Gambar 5 Nilai MQ

5. Rongga Dalam Agregat (VMA)

Nilai VMA campuran aspal tanpa adanya penambahan PET maupun dengan adanya penambahan PET, keduanya memenuhi spesifikasi. Adanya penambahan PET menyebabkan menurunnya nilai VMA campuran aspal penurunan sebesar 2,64% dari nilai VMA sebelumnya tanpa bahan tambah PET 2% sebesar 16,191 % (Tabel 4.7 dan Gambar 4.7). Pada umumnya nilai VMA berbanding lurus dengan nilai VIM, Terlihat dengan adanya penambahan PET ruang yang terisi aspal menyusut.

(8)

77.7 79.991 76 77 78 79 80 81

Aspal KAO Aspal KAO + PET

2% N il a i V F B 16.191 15.774 15.5 15.6 15.7 15.8 15.9 16 16.1 16.2 16.3

Aspal KAO Aspal KAO + PET

2% N il ai V M A

Gambar 6 Nilai VMA

6. Rongga Terisi Aspal (VFA)

Nilai VFA campuran aspal tanpa adanya penambahan PET maupun dengan adanya penambahan PET, keduanya memenuhi spesifikasi. Adanya penambahan PET menyebabkan meningkatnya nilai VFA campuran aspal sebesar 2,94% dari nilai VFA sebelumnya tanpa bahan tambah PET 2% Sebesar 77,7% (Tabel 4.7 dan Gambar 4.8). Semakin tinggi nilai VFA berarti semakin banyak rongga dalam campuran yang terisi aspal sehingga kekedapan campuran terhadap air dan udara juga akan semakin tinggi.

Gambar 7 Nilai VFA

7. Stabilitas Marshall Sisa

Nilai stabilitas Marshall sisa campuran aspal tanpa adanya penambahan PET maupun dengan adanya penambahan PET, keduanya memenuhi spesifikasi, hanya terjadi penurunan nilai stabilitas Marshall sisa sebesar 2% (Tabel 4.7).

Adanya penambahan PET 2% dapat meningkatkan kualitas campuran aspal beton. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prameswari, P. A. dkk (2016) dan penelitian yang dilakukan Arianti (2015). Berikut pengaruh PET terhadap campuran.

Tabel 4 Pengaruh sifat PET terhadap campuran

Sifat campuran Laston Sifat PET Keterangan

Stabilitas Modulus kekakuan tinggi Meningkat

Fleksibilitas Titik lembek tinggi Meningkat

Kelelahan Meningkatkan ketahanan terhadap deformasi

(9)

0 0.9 1.79 2.18 2.39 2.81 3 3.19 0 0.78 2 2.81 3.53 5.24 6.88 8.12 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 Defo rma si (mm ) Lintasan PET NO PET

3. Hasil Pengujian Whell Track Machine

Dari hasil pengujian Whell Track Machine nilai Stabilitas Dinamis yang dihasilkan dengan penambahan PET memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 (Tabel 4.9), dibandingkan dengan tanpa penambahan PET. Serta nilai kecepatan deformasi yang dihasilkan dengan penambahan PET cukup rendah. Hal ini menunjukkan bahwa adanya Penambahan PET mampu meningkatkan kinerja campuran aspal dalam menerima beban berulang akibat repetisi beban, tanpa terjadinya kelelahan berupa alur dan retak.

Gambar 8 Hasil pengujian Whell Track Machine

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian pada campuran Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC) dengan bahan tambah polimer Poly Ethylene Terephalate (PET) berikut adalah beberapa kesimpulan yang dapat ditarik.

1. Dari hasil pengujian aspal propertis, penambahan PET pada kadar 2% yang memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010.

2. Pengaruh penambahan PET dalam campuran AC-WC terhadap parameter Marshall yaitu : A. Meningkatnya nilai stabilitas marshall. Hal ini menunjukkan meningkatnya daya ikat

aspal dan agregat.

B. Meningkatnya nilai flow yang menandakan bahwa campuran bersifat plastis. C. Nilai VIM yang mengecil menandakan rongga dalam campuran semakin mengecil. D. Pada umumnya nilai VMA berbanding lurus dengan nilai VIM, Terlihat dengan adanya

penambahan PET ruang yang terisi aspal menyusut.

E. Semakin tinggi nilai VFA berarti semakin banyak rongga dalam campuran yang terisi aspal sehingga kekedapan campuran terhadap air dan udara juga akan semakin tinggi. 3. Hasil pengujian Whell Tracking Machine dengan adanya penambahan PET, membuat nilai

(10)

membuktikan campuran dengan penambahan PET mampu mengisi rongga VIM, VFA, dan VMA. Sehingga ageregat saling mengunci.

SARAN

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan meliputi : 1. Perlu ada penelitian lebih lanjut penambahan PET sebagai bahan tambah pada rentang

penambahan 2%,-2,5% dan penggunaan jenis aspal lainnya.

2. Melakukan pengujian WTM dengan meberikan variasi suhu pengujian yaitu pada Suhu 60°c, 45°c, dan 30°c

DAFTAR PUSTAKA

AASHTO. (1993). Guide ForDesign of Pavement Structure, Washington DC.

Direktorat Jenderal Bina Marga, 2010. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan

Divisi 6 Perkerasan Beraspal. Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Badan Penelitian dan Pengembangan, Bandung.

Hardiyatmo, Hary Christady (2009) Pemeliharaan jalan raya : perkerasan, drainase, longsoran, Ed.1: Gadjah Mada University Press.

Mita Amalia (2012) Analisa penggunaan bahan aditif jenis polimer terhadap kinerja campuran aspal panas dengan tambahan variasi BGA(Buton Granular Asphalt),Teknik Sipil Universitas Indonesia.

Putri Ajeng Prameswari,Priyo Pratomo,Dwi Herianto (2016) Pengaruh Pemanfaatan PET pada Laston Lapis Pengikat Terhadap Parameter Marshall, Teknik Sipil Universitas Lampung.

Sengoz B and Isikyakar G (2008) "Analysis of styrene-butadiene-styrene polymer

S.E Zoorob and Suparma L.B ,2000 ”Laboratory Desain and Investigation of

Proportion of Bituminous Composite Containing Waste Recycled Plastic

Aggregate Replacement, CIB Symposiumon Construction and

Enviroment TheoryintoPractice, Sao Paulo, Brazil

modified bitumen using fluorescent microscopy and conventional test methods", J. Hazardous Materials, v 150, pp 424-432

Sukirman, Silvia. (2003). Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.

Tjitjik Wasih Suroso (2009) Pengaruh penambahan plastik LDPE (Low Density Poly Ethilen) dengan cara basah dan cara kering terhadap kinerja campuran beraspal. Direktorat Jenderal Bina Marga. Puslitbang Jalan dan Jembatan : Bandung.

The Asphalt Institute. (1997). Mix Design Method for Asphalt Concrete and other

PlantMixTypes,ManualSeriesNo.2(MS-2), 6thEdition.

Wan Mohd Nazmi Wan Abdul Rahman (2011) Influence of Recycled High Density

Polyethylene on the Conventional and Morphology Properties of Bitumen,

Faculty of Civil Engineering and Earth Resources, University Malaysia

Gambar

Tabel 1 Ketentuan sifat-sifat campuran Laston (AC modifikasi)
Gambar 2 Nilai Stabilitas
Gambar 5 Nilai MQ
Gambar 6 Nilai VMA
+2

Referensi

Dokumen terkait

Anda menderita ambeien atau wasir kami sarankan tidak mengkonsumsi obat kimia karena akan sangat berbahaya untuk tubuh anda, kami mempunyai suatu herbal ekstrak daun

Identitas Bapak/Ibu tidak dicantumkan dalam kuesioner ini, untuk itu saya mohon penilaian sejujurnya untuk peningkatan kinerja bawahan Bapak/Ibu. Atas bantuan dan kerjasama

Dengan demikian, maka dapat diinterpretasikan bahwa guru PAI di Garut Selatan sangat meyakini bahwa Allah SWT adalah satu- satunya yang berhak disembah dan

[r]

Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan. menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah

Sebesar 70% sektor ekonomi di Kota Bandung relatif maju dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat provinsi, dimana lima sektor relatif paling maju adalah: Industri

Beranjak dari latar belakang di atas penulis tertarik melakukan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana sesungguhnya upaya peningkatan motivasi dan keaktifan

Penerapan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di bidang Pendidikan Agama Kristen (PAK), sangat tepat dalam rangka mewujudkan model PAK yang bertujuan mencapai