• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing - ERFINA PUSPITA DEWI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing - ERFINA PUSPITA DEWI BAB II"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

a. Konsep Teori Belajar Bruner

Teori belajar matematika telah dikemukakan oleh banyak ilmuwan salah satunya adalah Bruner. Bruner dalam (Aisyah, N; (2008: 48) mengemukakan bahwa “belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.”

Model penyajian teori belajar Bruner dalam (Aisyah, N; (2008:6) dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Model Tahap Enaktif

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek. Pada tahap ini anak belajar sesuatu pengetahuan di mana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata, pada penyajian ini anak tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata.

2) Model Tahap Ikonik

Dalam tahap ini kegiatan peny ajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.

3) Model Tahap Simbolis

(2)

Anak pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek riil.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa teori belajar Bruner yaitu belajar matematika adalah belajar konsep yang tersusun secara sistematis dari yang paling nyata hingga semu dan mencari keterkaitan antara konsep dan struktur matematika itu sendiri.

b. Pengertian Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Belajar penemuan merupakan proses yang baik seperti yang disampaikan oleh Bruner dalam (Dahar, 2011: 79) yaitu “belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik.”

Pendapat lain terhadap pengertian penemuan juga disampaikan oleh Aisyah, N (2008: 13) mengemukakan bahwa:

“metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan; sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dengan penemuan ini pada akhirnya dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas dan melatih keterampilan kognitif siswa dengan cara menemukan dan memecahkan masalah yang ditemui dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.”

(3)

langkah-langkah sehingga siswa dapat menemukan intisari dari sebuah materi yang diajarkan.

Manfaat belajar penemuan, menurut Aisyah, N; (2008: 13) adalah sebagai berikut:

1) Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah bermakna.

2) Pengetahuan yang diperoleh siswa akan tertinggal lama dan mudah diingat.

3) Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang diinginkan dalam belajar siswa dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima.

4) Transfer dapat ditingkatkan dimana generalisasi telah ditemukan sendiri oleh siswa dari pada disajikan dalam bentuk jadi.

5) Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam menciptakan motivasi siswa.

6) Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas

Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan, menurut Dahar (2011: 80) kebaikan tersebut diantaranya:

1) Pengetahuan itu bertahan lama atau lama diingat atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain.

2) Hasil belajar penemuan memiliki efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya.

3) Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas.

(4)

c. Tahap-tahap Penerapan Pembelajaran Penemuan

Adapun tahap-tahap Penerapan Belajar Penemuan, menurut Muhibin Syah dalam (Aisyah dkk 2008: 13) tahap-tahap tersebut sebagai berikut:

1) Stimulus: kegiatan belajar dimulai dengan memberikan pertanyaan yang merangsang berpikir siswa, menganjurkan dan mendorongnya untuk membaca buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

2) Problem Statement (mengidentifikasi masalah) : memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran kemudian memilih dan merumuskan dalam bentuk hipotesa.

3) Data collection (pengumpulan data): memberikan kesempatan

kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesa tersebut.

4) Data processing (pengolahan data): yakni mengolah data yang

telah diperoleh siswa melalui kegiatan wawancara, observasi dll. Kemudian data tersebut ditafsirkan.

5) Verifikasi, mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar tidaknya hipotesa yang ditetapkan dan dihubungkan dengan hasil dan processing.

6) Generalisasi, mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil verivikasi. Dalam belajar penemuan, siswa mendapat kebebasan sampai batas-batas tertentu untuk menyelidiki secara perorangan atau dalam suatu tanya jawab dengan guru atau oleh guru dan/atau siswa-siswa lain untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru atau oleh guru dan siswa bersama-sama.

d. Kelebihan dan Kekurangan

Adapun metode penemuan ini dalam pelaksanannya mempunyai kelebihan dan kekurangan. Irawanti, (2014) dalam jurnalnya yang berjudul Pengaruh Pembelajaran Penemuan Terbimbing Terhadap

Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa, mengatakan bahwa

(5)

Kelebihannya sebagai berikut:

1) Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.

2) Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan)

3) Mendukung kemampuan problem solving siswa

4) Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan dmikian siswa juga terlatih menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

5) Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas siswa dilibatkan dalam proses menemukannya.

Sementara itu kekurangannya sebagai berikut: 1) Untuk materi tertentu waktu yang tersita lebih lama.

2) Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. 3) Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti

dengan model ceramah.

4) Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat berkembang dengan model penemuan terbimbing.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran penemuan terbimbing memiliki berbagai kelemahan dan kelebihan yang pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang sempurna.

e. Langkah-langkah Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Sifat-Sifat Bangun Ruang Sederhana dan Menentukan Jaring-Jaring Kubus dan Balok

(6)

1) Stimulus

Guru memberikan contoh benda nyata yang dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari kemudian mengaitkan contoh benda tersebut ke dalam materi pembelajaran sifat-sifat bangun ruang sederhana dan jaring-jaring kubus dan balok.

2) Identifikasi Masalah

Guru menguraikan permasalahan yang berkaitan dengan materi sifat-sifat bangun ruang sederhana serta jaring-jaring kubus dan balok. Guru memancing siswa untuk mencari tahu hal-hal yang harus diketahui siswa mengenai materi tersebut untuk dapat melanjutkan ke proses pembelajaran berikutnya.

3) Pengumpulan Data

Siswa mengumpulkan data mengenai materi sifat-sifat bangun ruang sederhana serta jaring-jaring balok dan kubus bersama dengan kelompok dibantu dengan LKS dan bimbingan dari guru kelas. 4) Pengolahan Data

(7)

5) Verifikasi

Setelah dilakukan presentasi, guru dan siswa bersama-sama mendiskusikan hasil presentasi dari siswa yang telah maju di depan kelas. Guru memberikan penjelasan mengenai materi tersebut untuk memperdalam pengetahuan siswa.

6) Merumuskan Kesimpulan

Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.

2. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Pengertian pendidikan karakter menurut Saptono (2011: 23) yaitu “pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat”.

Pendapat lain mengenai pengertian pendidikan karakter dikemukakan oleh Samani dan Hariyanto (2011: 41) yaitu:

(8)

mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan oleh individu maupun kelompok bertujuan untuk memiliki sikap atau perilaku yang lebih baik lagi sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.

b. Tujuan Pendidikan Karakter

Penerapan pendidikan karakter di sekolah mempunyai tujuan yang baik yaitu untuk pembentukan watak kepribadian seseorang. Tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah menurut Kesuma (2011: 9) adalah sebagai berikut:

1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap pentingdan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan siswa yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

2) Mengoreksi perilaku siswa yang tidak berkesesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

3) Mengembangkan koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggungjawab pendidikan karakter secara bersama.

Tujuan lain juga disampaikan oleh Kemendiknas (2010: 4) bahwa tujuan dari pembangunan karakter adalah:

mengembangkan karakter bangsa agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila. Pembangunan karakter ini berfungsi untuk mengembangkan potensi dasar agar berbaik hati, berpikiran baik, dan berperilaku baik; memperbaiki perilaku yang kurang baik dan menguatkan perilaku yang sudah baik; serta menyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila.

(9)

untuk menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

3. Rasa Ingin Tahu

a. Pengertian Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu sangat dibutuhkan dalam proses belajar. Yaumi (2014: 102) mengatakan bahwa “camkanlah bahwa rasa ingin tahu adalah landasan dasar dalam proses belajar, karena dilakukan melalui proses bertanya dan bertanya, mencari informasi baru, mengumpulkan fakta dari beberapa sumber, kemudian membentuk pendapat sendiri.”

Pendapat lain tentang rasa ingin tahu dikemukakan oleh Mustari (2014: 85) yaitu:

kuriositas (rasa ingin tahu) adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar. Rasa ingin tahu terdapat pada pengalaman manusia dan binatang. Istilah itu juga dapat digunakan untuk menunjukan perilaku itu sendiri yang disebabkan oleh emosi ingin tahu. Walaupun ingin tahu merupakan kemampuan bawaan makhluk hidup, ia tidak bisa dikategorikan sebagai naluri (instink) karena ia tidak merupakan pola tindakan yang fixed.

(10)

siswa yang rendah rasa ingin tahunya terhadap pembelajaran dikelas. Untuk mengembangkan rasa ingin tahu pada anak, kebebasan anak itu sendiri harus ada untuk melakukan dan melayani rasa ingin tahunya.

Orang yang memiliki rasa ingin tahu pasti melakukan suatu tindakan, menurut Yaumi (2014: 102) tindakan tersebut diantaranya sebagai berikut:

1) Mengajukan pertanyaan 2) Selalu timbul rasa penasaran

3) Menggali, menjejaki, dan menyelidiki

4) Tertarik pada berbagai hal yang belum ditemukan jawabannya 5) Mengintai, mengintip, dan membongkar berbagai hal yang

masih kabur.

Berdasarkan kutipan di atas bahwa orang yang memiliki rasa ingin tahu selalu melakukan tindakan untuk memenuhi keingintahuannya. Mencari informasi untuk menjawab segala sesuatu yang belum ditemukan jawabannya.

b. Indikator Rasa Ingin Tahu

Indikator rasa ingin tahu ada dua yang dikemukakan oleh Kemendiknas (2010: 28) yaitu indikator sekolah dan indikator kelas. Indikator sekolah rasa ingin tahu adalah sebagai berikut:

1) Menyediakan media komunikasi atau informasi (media cetak atau media elektronik) untuk berekspresi bagi warga sekolah.

2) Memfasilitasi warga sekolah untuk bereksplorasi dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.

Sedangkan indikator kelas rasa ingin tahu adalah:

1) Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu. 2) Eksplorasi lingkungan secara terprogram.

(11)

4. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Arifin (2012: 12) menyampaikan bahwa:

prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar yang manusia capai sesuai dengan kemampuan individu berdasarkan suatu kriteria tertentu.

Pendapat lain juga disampaikan oleh Kemendikbud (2013: 189) bahwa “prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh oleh seseorang

setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya.”

Berdasarkan dua kutipan di atas bahwa prestasi belajar adalah sesutu yang didapatkan setelah menempuh proses belajar yang dilakukan melalui berbagai tahapan belajar.

b. Fungsi Prestasi Belajar

Prestasi belajar (achievement) mempunyai beberapa fungsi utama menurut Arifin (2012: 12) antara lain :

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh peserta didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia.

(12)

dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utaman yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

Berdasarkan kutipan di atas fungsi prestasi belajar adalah untuk mengetahui daya serap pengetahuan siswa dalam proses pembelajaran dan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya indikator pencapaian dalam pembelajaran.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Kemendikbud (2013: 190) yaitu faktor internal dan eksternal :

1) Faktor Internal

Prestasi belajar seseorang akan ditentukan oleh faktor diri (internal), faktor fisiologis, berkaitan dengan kondisi jasmani atau fisik seseorang, yang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kondisi jasmani pada umumnya dan kondisi yang berkaitan dengan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama panca indera, dan faktor psikologis, berasal dari dalam diri seseorang seperti, intelegensi, minat dan sikap.

(13)

intelegensi rendah, maka kecenderungan hasil yang dicapainya rendah.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dapat digolongkan ke dalam faktor sosial yang menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial seperti lingkungan keluarga, sekolah, teman, masyarakat pada umumnya, dan faktor non sosial yang merupakan faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial seperti lingkungan alam dan fisik, misalnya keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber dan lain sebagainya. Faktor eksternal dalam lingkungan keluarga baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik. Diantara beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar ialah peranan faktor guru atau fasilitator. Dalam sistem pendidikan dan khususnya dalam pembelajaran yang berlaku dewasa ini peranan guru dan keterlibatannya masih menempati posisi yang penting. Dalam hal ini, efektivitas pengelolaan faktor bahan, lingkungan, dan instrumen sebagai faktor-faktor utama yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar, hampir seluruhnya bergantung pada guru.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain pengaruh dari kesehatan fisik, jasmani, psikologi dan intelegensi. Faktor eksternal berasal dari lingkungan keluarga dan masyarakat serta fasilitas yang digunakan dalam proses pembelajaran.

5. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

a. Definisi Matematika

(14)

terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai konsep yang paling kompleks.”

Pendapat lain yang menyampaikan pengertian matematika dikemukakan oleh Russefendi dalam Suwangsih dan Tiurlina (2006: 4) yaitu “matematika terorganisasi dari unsur-unsur yang tidak di definisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil dimana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif”.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian matematika dapat disimpulkan bahwa matematika adalah sebuah ilmu yang konsep-konsepnya tersusun secara sistematis, menggunakan pola berpikir secara logis berdasarkan suatu dalil yang telah dibuktikan kebenarannya. Matematika membantu seseorang dalam belajar bertahap sesuai dengan usia pendidikan, karena matematika belajar dari suatu konsep yang paling sederhana hingga konsep yang paling kompleks.

Proses pembelajaran matematika memiliki tujuan yang hendak dicapai diantaranya menurut Adjie dan Maulana (2006: 34-35) yaitu:

a) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.

b) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

c) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

(15)

lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

b. Materi Pelajaran Matematika

Materi pelajaran matematika dalam penelitian ini mengambil materi geometeri di kelas IV semester 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang sesuai dengan materi yang diajukan bahan penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 8. Memahami sifat bangun

ruang sederhana dan

hubungan antar bangun datar

8.1 Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana

8.2 Menentukan jaring-jaring balok dan kubus

Sumber : Silabus KTSP

Berdasarkan data diatas dapat diketahui materi yang akan dipakai untuk penelitian adalah geometeri.

c. Bangun Ruang dan Bangun Datar

Bangun datar merupakan suatu materi pelajaran matematika yang diajarkan di Sekolah Dasar. Adjie dan Maulana (2006: 310) mengemukakan bahwa:

(16)

1) Bangun Ruang Sederhana

Dalam bangun ruang dikenal istilah sisi, rusuk dan titik sudut.

Gambar 2.1 Bangun Ruang

Sisi adalah bidang atau permukaan yang membatasi bangun ruang. Rusuk adalah garis yang merupakan pertemuan dari dua sisi bangun ruang. Titik sudut adalah titik pertemuan dari tiga buah rusuk pada bangun ruang.

Bangun ruang tabung mempunyai 3 buah sisi, yaitu sisi lengkung, sisi atas, dan sisi bawah. Tabung mempunyai 2 buah rusuk, tetapi tidak mempunyai titik sudut. Bangun ruang kerucut mempunyai dua buah sisi, yaitu sisi alas dan sisi lengkung. Kerucut hanya mempunyai sebuah rusuk dan sebuah titik sudut yang biasa disebut titik puncak. Bangun ruang bola hanya memiliki sebuah sisi lengkung yang menutupi seluruh bagian ruangannya.

2) Jaring-Jaring Kubus dan Balok

(17)

jaring-jaring balok adalah gabungan dari beberapa persegi panjang yang memberntuk balok.

Gambar 2.2 Jaring-jaring Kubus dan Balok

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Keberhasilan pembelajaran yang dicapai dengan model pembelajaran penemuan terbimbing ini telah dibuktikan oleh beberapa peneliti sebelumnya, diantaranya:

1. Ali Gunay Balim (2009) yang berjudul ‘The Effects of Discovery Learning

on Students Success and Inquiry Learning Skills’. Penelitian ini

(18)

menggunakan pembelajaran discovery mendapatkan skor yang lebih tinggi pada hasil akhir dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran tradisional. Menggunakan pembelajaran discovery dapat meningkatkan kesuksesan dalam pembelajaran.

2. Luzviminda J. Achera, Rene R. Belecina dan Marc D. Garvida (2015) yang berjudul ‘The Effect Of Group Discovery Approach On The

Performance Of Students In Geometry’. Penelitian ini menggunakan

bentuk penelitian quasi eksperimental dengan design non-equivalent

control group pretest/postest. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui

efek dari pendekatan discovery terhadap performa siswa dalam materi geometri. Sampel dalam penelitian ini menggunakan 92 siswa diambil secara random, sebagian siswa diajarkan dengan pembelajaran discovery dan sebagian lainnya diajarkan dengan pembelajaran tradisional. Hasil dari penelitian ini menunjukan performa siswa yang diajarkan dengan pembelajaran discovery lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan pembelajaran tradisional. Kesimpulannya adalah pembelajaran

discovery lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran tradisional.

(19)

C. Kerangka Berpikir

Kondisi awal pada proses pembelajaran belum mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki siswa dan penggunaan model pembelajaran yang variatif dalam pelaksanaan proses pembelajaran masih sangat jarang digunakan oleh guru. Guru dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan dan diharapkan mampu mengoptimalkan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar yang maksimal khususnya pada mata pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri 3 Tiparkidul. Salah satu model yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran penemuan terbimbing.

Berdasarkan hasil dari menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing pada prestasi belajar siswa, maka dilakukan analisis data untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran penemuan terbimbing terhadap sikap rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri 3 Tiparkidul, hal ini dapat dirumuskan dengan skema sebagai berikut:

Gambar 2.3 Skema Kerangka Berpikir Kondisi Awal :

Prestasi Belajar Matematika Masih Rendah

Penerapan Model Pembelajaran Penemuan

Terbimbing

Prestasi Belajar dan Sikap Rasa Ingin Tahu

Kondisi Akhir :

Memberikan Pengaruh terhadap Prestasi Belajar dan

(20)

D. Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berfikir di atas dirumuskan hipotesis penelitian, sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh model pembelajaran penemuan terbimbing terhadap

sikap rasa ingin tahu siswa pada mata pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri 3 Tiparkidul.

Gambar

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Gambar 2.1 Bangun Ruang
Gambar 2.2 Jaring-jaring Kubus dan Balok
Gambar 2.3 Skema Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Halaman ini terdapat data Dosen dengan matakuliah yang di ampu yang untuk selanjutnya Dosen akan melakukan input data nilai mahasiswa.. Tampilan Menu

Aplikasi berbasis web dengan tampilan grafis sangat bermanfaat untuk menampilkan beberapa model data yang perlu dianalisa, lebih jauh lagi bahwa aplikasi berbasis web yang bisa

Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Kegiatan APBD pada Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2013, berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Nomor

Tujuan Penelitian: Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan kejadian Insomnia pada lansia di Puskesmas

Hadis riwayat Abu Musa ra.: Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Perumpamaan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung dalam mengutusku untuk menyampaikan petunjuk dan ilmu adalah

game interaktif dalam pembelajaran seni tari pada siswa kelas VII F di SMP.. Negeri 3 Cimahi, dapat dilihat dan diamati dari hasil analisis data

Sondang Pintauli, drg., Ph.D sebagai Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan selaku

Solusi dari pemecahan masalah ini adalah dengan melakukan perancangan produk yang lebih sederhana, perbaikan proses perakitan, penggunaan komponen yang lebih sedikit sehingga