• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, Peningkatan kesehatan dan Pencegahan penyakit, Penyembuhan penyakit dan Pemulihan kesehatan, Kesehatan reproduksi,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. tradisional, Peningkatan kesehatan dan Pencegahan penyakit, Penyembuhan penyakit dan Pemulihan kesehatan, Kesehatan reproduksi,"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

iv BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya kesehatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi, dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan oleh masyarakat. Pasal 47 Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengatakan, upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan, sedangkan menurut Pasal 48, UU No. 36 tahun 2009 menyatakan bahwa penyelenggaraan Pasal 47 dilaksanakan melalui kegiatan: Pelayanan kesehatan, Pelayanan kesehatan tradisional, Peningkatan kesehatan dan Pencegahan penyakit, Penyembuhan penyakit dan Pemulihan kesehatan, Kesehatan reproduksi, Keluarga berencana, Kesehatan sekolah, Kesehatan olahraga, Pelayanan kesehatan pada bencana, Pelayanan darah, Kesehatan gigi dan mulut, Penanggulangan gangguan penglihatan dan pendengaran, Kesehatan matra, Pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan, Pengamanan makanan dan minuman, Pengamanan zat adiktif, dan/atau, Bedah mayat.

(2)

Diantara upaya-upaya kesehatan tersebut istilah pelayanan kesehatanlah yang paling sering kita dengar penggunaan nya. Undang-Undang kesehatan No.36 tahun 2009 Pasal 52 ayat 1, mengkategorikan pelayanan kesehatan itu menjadi dua yaitu pelayanan kesehatan perseorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan yang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tersebut meliputi kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, sedangkan menurut Pasal 53 ayat 1 UU No. 36 tahun 2009, pelayanan kesehatan perorangan ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga, sedangkan ayat 2 nya mengatakan pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat. Kegiatan pelayanan kesehatan tersebut dapat diselenggarakan di beberapa tempat atau sarana pelayanan kesehatan seperti Rumah sakit, Puskesmas, balai pengobatan, praktik dokter, dan sarana kesehatan lainnya.

Di Indonesia Rumah Sakit merupakan rujukan akhir pelayanan kesehatan, pengertian Rumah sakit itu sendiri menurut Pasal 1 angka 1 UU No.44 tahun 2009, adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat, sedangkan Pengertian pelayanan kesehatan paripurna menurut Pasal 1 angka 3 UU No. 44 tahun 2009 adalah pelayanan kesehatan yang meliputi

(3)

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, dan pengertian pelayanan kesehatan promotif, preventif dan kuratif masing-masing disebutkan berurutan pada Pasal 1 angka 12, 13, 14, 15 UU No. 36 tahun 2009, menyebutkan masing-masing bahwa pelayanan kesehatan Promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Pelayanan kesehatan Preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit. Pelayanan kesehatan Kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk menyembuhkan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat dijaga seoptimal mungkin, dan pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita kedalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Rumah Sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang lengkap meliputi pelayanan kesehatan paripura yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pelayanan rawat inap di sebuah Rumah Sakit merupakan cerminan dari pelayanan paripurna yang dalam kegiatan penyelenggaraannya hampir memenuhi kesemua aspek paripura, dimana didalamnya terdapat unsur pelayanan promotif, preventif, kuratif maupun

(4)

rehabilitatif. Ke empat jenis pelayanan kesehatan tersebut dalam praktik nya melibatkan banyak tenaga kesehatan, mulai dari dokter, perawat, bidan, apoteker, psikolog, analis kesehatan, radiografer, petugas rekam medis, ahli gizi, dan petugas kesehatan lainnya.

Dalam penyelenggaraan pelayanan rawat inap ini, dokter dan perawat mempunyai peranan yang sangat penting hal ini dikarenakan frekuensi dan interaksi yang sering mereka lakukan kepada pasien, pelayanan yang diberikan secara terus menerus, terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan dari awal pasien dirawat sampai pasien dipulangkan kembali kedalam masayrakat. Hubungan kerja yang dilakukan secara terus menerus oleh dokter dan perawat menghasilkan hubungan timbal balik yang kuat diantara keduanya. Dalam menjalankan tugasnya dokter dan perawat mempunyai peran, fungsi, tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing, yang sudah diatur baik dalam peraturan internal profesi maupun peraturan perundang-undangan lain yang berlaku di Indonesia. Dokter dan perawat harus menjalankan tugas keprofesian mereka sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku tersebut, mereka tidak diperkenankan melaksanakan tugas diluar kompetensi dan wewenang profesinya masing-masing. Perawat yang memberikan pelayanan kesehatan kepada Pasien selama 24 jam penuh, tidak diperkenankan melakukan tindakan medis atas inisiatif sendiri. Perawat dapat dibenarkan melakukan tindakan medis apabila sudah mendapat limpahan tugas secara

(5)

tertulis dari dokter1, dan atau dalam keadaan darurat. Apabila perawat mengambil inisiatif secara mandiri untuk melaksanakan tindakan medis, kemudian terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya sehingga menimbulkan kerugian pada pasien maka perawat tersebut dapat dikatakan telah melakukan perbuatan yang melanggar hukum (Onrechtmatige daad)2. Menurut Gamarnikow3, bila dokter berada dirumah sakit maka perintahnya adalah langsung (Standing order) kepada perawat dan bila tidak berada di rumah sakit maka dokter memberikan perintah secara bersyarat (Conditional order). Instruksi yang diberikan oleh dokter secara langsung kepada perawat ketika dokter sedang berada di Rumah Sakit adalah lazim dilakukan, instruksi yang di berikan dapat berupa tindakan medis ataupun bukan merupakan tindakan medis melainkan instruksi yang masuk dalam kewenangan perawat. Instruksi yang berupa tindakan medis harus diberikan secara tertulis, sesuai dengan apa yang diamanatkan pada Pasal 14 ayat 1 Permenkes No. 1419 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi, Pasal 15 ayat 1 Permenkes No.512 tahun 2007, serta Pasal 15 huruf d Kepmenkes No.1239 tahun 2001.

Instruksi dokter secara tertulis yang berupa tindakan medis sangat jarang dilakukan ini dikarenakan tidak adanya peraturan yang berlaku yang mengatur secara teknis tentang pelaksanaannya, akan tetapi

1 Wiradharma, Danny, 1996, Hukum Kedokteran, Bina Rupa Aksara, Jakarta, Hlm. 129-130

2 Marzuki, Peter Mahmud , 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, Hlm.258

3 Sciortino, Rosalia, 2008, Perawat Puskesmas Diantara Pengobatan dan

(6)

kenyataan yang terjadi dilapangan khusus nya di ruang rawat inap Sebuah Rumah Sakit, perawat masih kerap melakukan tindakan medis yang bukan merupakan kewenangannya tanpa adanya pelimpahan tertulis dari dokter, mereka melakukan tindakan medis tersebut atas instruksi yang diberikan dokter secara lisan melalui media komunikasi seperti telepon. Kondisi seperti ini sudah terjadi sejak lama, dan berlangsung terus-menerus hingga kini. Fenomena yang tidak disadari oleh profesi dokter dan perawat ini sangat berpotensi untuk menjadi masalah apabila tidak disikapi dan dicermati dengan baik permasalahannya. Atas dasar itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan fenomena yang terjadi antara kedua profesi tersebut. Penelitian ini difokuskan pada upaya perawat dalam melaksanakan tindakan medis yang diinstruksikan melalui telepon, mulai dari proses penerimaan instruksi sampai dengan instruksi tersebut dilaksanaan, serta pertanggung jawaban hukum atas pelaksanaan tindakan tersebut. Adapun judul penelitian yang penulis angkat adalah ‘‘Pelaksanaan Instruksi Medis Via Telpon oleh Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam YARSIS Surakarta’’.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pertanggung jawaban hukum seorang perawat sebagai pelaksana tindakan medis yang dinstruksian oleh dokter melalui telepon dalam pelayanan kesehatan

(7)

dirumah sakit khususnya diruang rawat inap”, selanjutnya masalah tersebut diperinci sebagai berikut:

1. Bagaimana proses terjadinya instruksi medis via telepon dari dokter kepada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam YARSIS Surakarta?

2. Apa saja jenis instruksi yang diberikan dokter via telepon kepada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam YARSIS Surakarta? 3. Bagaimana pertanggung jawaban hukum seorang perawat sebagai

pelaksana instruksi medis via telepon di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam YARSIS Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah agar memperoleh data yang diperlukan untuk:

1. Mengetahui proses terjadinya instruksi medis via telepon dari dokter kepada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam YARSIS Surakarta.

2. Mengetahui jenis instruksi yang diberikan dokter via telepon kepada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Surakarta.

3. Mengkaji dan menganalisis pertanggung jawaban hukum seorang perawat sebagai pelaksana instruksi medis via telepon di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam YARSIS Surakarta.

(8)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis yaitu:

Sebagai bahan rujukan, referensi bagi penelitian terkait, serta dapat dijadikan landasan pemikiran hukum dalam rangka pengembangan hukum khususnya di bidang hukum kesehatan.

2. Manfaat praktis yaitu :

a. Dapat dijadikan acuan bagi dokter, perawat dan, tenaga kesehatan lain dalam melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan tugas pelimpahan, yang dilakukan secara tertulis maupun lisan.

b. Bagi sarana pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit dapat dijadikan bahan rujukan dalam membuat dan melaksanakan aturan atau kebijakan internal yang berhubungan dengan tugas pelimpahan bagi tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian dengan tema yang sama sebenarnya pernah diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya, oleh karena itu penelitian ini bukanlah penelitian yang baru sama sekali. Meskipun temanya sama, tetapi spesifikasi, arah, dan tujuan penelitian tentunya sangat berbeda. Sepanjang pengetahuan penulis belum ada penelitian sebelumnya yang membahas mengenai pelaksanaan instruksi medis via telepon oleh perawat di ruang

(9)

rawat inap sebuah Rumah Sakit. Penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut:

Peneliti Isti H dalam tesisnya berjudul “Evaluasi Pelimpahan Wewenang Dokter Kepada Perawat (Kajian di Puskesmas kabupaten Sleman)”, dilakukan di Puskesmas kabupaten Sleman pada tahun 2010. Rumusan masalah yang ditetapkan adalah “Bagaimanakah evaluasi pelimpahan wewenang dokter kepada perawat di Puskesmas kabupaten Sleman ditinjau dari aspek hukum?. Tujuan pokok penelitiannya adalah mengetahui evaluasi pelimpahan wewenang dokter kepada perawat di Puskesmas kabupaten Sleman ditinjau darri aspek hukum, dengan tujuan khusus adalah mengetahui kebijakan pelimpahan wewenang, mengetahui pelaksanaan pelimpahan waewenang dan mengetahui kesesuaian pelaksanaan pelimpahan wewenang dokter kepada perawat di Puskesmas Sleman. Jenis penelitian nya adalah studi deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subyek penelitian nya adalah dokter dan perawat yang diambil dari tiga Puskesmas terbaik di Sleman yang menerapkan pelimpahan wewenang berdasarkan hasil monev SPMKK kabupaten Sleman tahun 2008. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah daftar pertanyaan panduan Focus Grop Discussion (FGD), daftar pertanyaan wawancara, tape recorder, kamera digital, alat tulis dan check list. Tehnik pengumpulan datanya adalah wawancara dan FGD kemudian data dianalisa dengan membuat coding data untuk mempermudah menelusuri sasaran dan sumber. Penelitian ini lebih menitik beratkan pada

(10)

penerapan regulasi yang sudah ada. Kesimpulan akhir penelitian ini antara lain pelaksanaan pelimpahan wewenang dari dokter kepada perawat belum sesuai dengan aturan yang ada, masih sebatas persyaratan administrasi dan tidak dijabarkan secara teknis operasionalnya4.

Peneliti Wawan Rismawan dengan tesisnya yang berjudul “Pelimpahan Wewenang Dokter Kepada Perawat Dalam Upaya Pencegahan Malpraktik”, dilakukan di RSUD Tasikmalaya, tahun 2008. Penelitian nya dilakukan di ruang rawat inap RSUD kota Tasikmalaya pada bulan Mei-Juni 2008. Rumusan masalah yang ditetapkan adalah “Bagaimanakah pelimpahan wewenang dokter kepada perawat dalam upaya pencegahan malpraktik, sedang tujuan khususnya adalah mengetahui pelaksanaan, aspek legalitas dan prosentase dari pelimpahan wewenang antara dokter kepada perawat dalam upaya pencegahan malpraktik. Jenis penelitiannya adalah cross sectional study dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Subyek penelitiannya adalah populasi perawat dan dokter dengan penuntun besar sampel menggunakan tehnik disproporsional stratified random sampling menurut rumus Isaac dan Michael. Pengumpulan datanya melalui metode penyebaran quisioner dan studi dokumen rekam medis. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah quisioner responden. Analisa data dilakukan dengan memberi skor pada setiap jawaban responden kemudian diolah

4Handayaningsih, Isti, 2010, Evaluasi Pelimpahan Wewenang Dokter Kepada

Perawat (Kajian DiPuskesmas Kabupaten Sleman), tesis, Magister Hukum Kesehatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

(11)

menggunakan software komputer SSPS versi 15 dengan tehnik analisa data secara univariant dan bivariant. Kesimpulan akhir pada penelitian nya adalah belum adanya dasar hukum eksplisit yang mengatur pelimpahan wewenang dari dokter kepada perawat dalam upaya pencegahan malpraktik dilahan penelitian5.

Peneliti Reni suryanti dengan tesisnya yang berjudul “Pelimpahan Wewenang Dokter Kepada Perawat Dalam Tindakan Medis Di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Badung Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Kelalaian”. Penelitian nya dilakukan di ruang rawat inap RSUD kabupaten Badung pada bulan Mei-Juni 2010. Rumusan masalah yang ditetapkan adalah “Bagaimanakah pelimpahan wewenang dokter kepada perawat dan batasan wewenang profesi dokter dan perawat dalam melakukan tindakan medis di Rumah Sakit terutama di ruang rawat inap” tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui jenis tindakan medis yang dilimpahkan dokter kepada perawat diruang rawat inap RSUD kabupaten Badung, mengetahui cara pelimpahan wewenang dokter kepada perawat dalam tindakan medis di ruang rawat inap RSUD kabupaten Badung dan untuk mengetahui tanggung jawab yang melimpahkan wewenang dan yang dilimpahi wewenang dalam tindakan medis diruang rawat inap RSUD kabupaten Badung. Jenis penelitiannya adalah normatif sosiologis. Pengumpulan data kepada responden dilakukan dengan cara penyebaran

5 Rismawan, Wawan, 2008, Pelimpahan Wewenang Dokter Kepada Perawat

Dalam Upaya Pencegahan Malpraktik, tesis, Magister Hukum Kesehatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

(12)

kuesoner. Kesimpulan penelitian nya adalah jenis tindakan yang dilimpahkan oleh dokter kepada perawat di RSUD kabupaten Badung adalah injeksi, pemasangan infus, pemasangan kateter, pengawasan pasien-pasien beresiko tinggi, NGT, kumbah lambung, dan pemasangan skin traksi, ditinjau dari kewenangannya6.

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ricky Ronaldy Jusuf Therik dengan judul “Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Tindakan Medis Oleh Perawat Dalam Pelayanan Kesehatan di RSUD Prof.DR.W.Z. Johannes Kupang”, dilakukan dari tanggal 11 februari sampai 2 maret 2012. Rumusan masalah pokoknya adalah bagaimanakah pelaksanaan tindakan medis oleh perawat dalam pelayanan kesehatan di RSUD Prof.DR.W.Z. Johannes Kupang jika ditinjau dari aspek yuridis?. Tujuan umumnya adalah mengetahui dan memahami aspek yuridis pelaksanaan tindakan medis oleh perawat dalam pelayanan kesehatan di RSUD Prof.Yohannes Kupang, dengan tujuan khususnya adalah mengetahui dan memahami pedoman tatacara pelaksanaan pelimpahan wewenang tindakan medis dari dokter kepada perawat serta mengetahui dan memahami tanggung jawab dokter, perawat dan rumah sakit dalam hal pelimpahan wewenang pelaksanaan tindakan medis dari dokter kepada perawat. Jenis penelitiannnya adalah hukum sosiologis dengan pendekatan empiris, subjek penelitiannya adalah narasumber pihak management dan

6 Suryanti, Reni, 2011, Pelimpahan Wewenang Dokter Kepada Perawat dalam

Tindakan Medis di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Badung sebagai upaya pencegahan terjadinya kelalaian, tesis, Magister Hukum Kesehatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

(13)

responden pelaku (dokter dan perawat). Penentuan sampel menggunakan metode non random purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah daftar pertanyaan wawancara dan kuisioner. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, penyebaran quisioner dan studi dokumen. Data yang terkumpul lalu dianalisa secara deskriptif dalam bentuk narasi. Penelitian ini lebih menitik beratkan untuk mengetahui dan memahami peraturan internal Rumah Sakit tentang pelimpahan wewenang pelaksanaan tindakan medis dari dokter ke perawat. Kesimpulan akhirnya antara lain adalah peraturan internal yang ada belum disosialisasikan oleh manajemen Rumah Sakit serta belum adanya standar operasional prosedur secara khusus yang mengatur tentang pelimpahan wewenang pelaksanaan tindakan medis dari dokter kepada perawat7.

Penelitian yang dilakukan Penulis adalah “Pelaksanaan Instruksi Medis Via Telepon oleh Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam YARSIS Surakarta”. Penelitian dilakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Surakarta. Rumusan masalah utama yang ditetapkan adalah “Bagaimanakah Pertanggung jawaban hukum seorang perawat sebagai pelaksana Tindakan Medis yang di instruksikan dokter Via telepon di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Surakarta”. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui terjadinya proses penginstruksian tindakan medis

7 Ronaldy Jusuf Therik, Ricky, 2012, Tinjauan yuridis pelaksanaan tindakan

medis oleh perawat dalam pelayanan kesehatan di RSUD prof.DR.W.Z. Johannes Kupang,tesis, Magister Hukum Kesehatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

(14)

via telepon oleh dokter kepada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Surakarta, mengetahui jenis instruksi yang diberikan dokter via telepon kepada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Surakarta, serta mengkaji dan menganalisis pertanggung jawaban hukum seorang perawat sebagai pelaksana tindakan medis yang diinstruksikan via telepon oleh dokter di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam YARSIS Surakarta. Jenis penelitiannya adalah penelitian sosiologis atau yuridis empiris dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif analitis, analisis data menggunakan pendekatan kualitatif dengan cara mengumpukan data primer dari responden dengan menggunakan Panduan wawancara. Data yang terkumpul dianalisis lalu disajikan dalam bentuk narasi. Subjek utama dalam penelitian ini adalah responden pelaku perawat, ditambah responden penunjang dari staf komite medis Rumah Sakit Islam Surakarta.

Kesimpulan penelitiannya adalah instruksi medis via telepon kepada perawat terjadi karena terbatasnya jumlah tenaga dokter bangsal yang mempunyai tugas untuk menerima dan menjalankan instruksi medis dari Dokter Penanggung Jawab Perawatan (DPJP). Pelaksanaan instruksi medis oleh perawat dilakukan tanpa adanya pelimpahan wewenang tertulis dari dokter. Tanggung jawab hukum di pikul bersama baik perawat, dokter maupun Rumah Sakit atas kejadian yang merugikan pasien akibat dari pelaksanaan instruksi medis yang dilakukan oleh perawat.

Referensi

Dokumen terkait

Pada Hasil Pengerakan konsentrasi 2500 ppm massa kerak kalsium sulfat yang terbentuk lebih banyak dibandingkan dengan kondisi pada konsentrasi 1500 ppm dan dari

dibahas DPR dan Pemerintah pada masa sidang yang akan datang memperluas cakupan tentang apa yang disebut sebagai zin Dalam RUU KUHP soal zina ini masih

Dikaji dari aspek pengaturan, tata cara Pembayaran PKB dan BBNKB, serta realisasi penerimaan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2011 sampai 2013

Signifikan jika F hitung > F tabel : H o ditolak.. Dari perbandingan tersebut dapat dilihat bahwa nilai dari F hitung 10,51 lebih besar dari nilai F tabel

Dengan penelitian ini diharapkan dapat ditetapkan suatu model sederhana untuk mengetahui hubungan lama hidrolisis, konsentrasi katalisator (HCl) terhadap nilai Dextrose

Penempatan fasilitas yang baik dengan menggunakan konsep zonasi yang sesuai dapat menciptakan suatu pengembangan atraksi wisata yang berkelanjutan dan berwawasan

Berdasarkan data yang tersedia, penurunan penerimaan dari sektor kehutanan baik pada tingkat pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan maupun Kabupaten Luwu Utara bukan sebagai dampak

Keterampilan penguasaan teknik poduksi pupuk organik kascing sangat diperlukan bagi rumah tangga miskin desa Tegalsari, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo