• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan status sosial ekonomi orang tua dan persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia dengan minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia : studi kasus pada SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan status sosial ekonomi orang tua dan persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia dengan minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia : studi kasus pada SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir - USD Repository"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN

PERSEPSI SISWA TENTANG SMA BUDI MULIA DENGAN

MINAT SISWA BERSEKOLAH DI SMA BUDI MULIA

Studi Kasus pada SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir,

Kabupaten Sleman, Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh : Christina Rini Wulandari

NIM : 041334038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN

PERSEPSI SISWA TENTANG SMA BUDI MULIA DENGAN

MINAT SISWA BERSEKOLAH DI SMA BUDI MULIA

Studi Kasus pada SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir,

Kabupaten Sleman, Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh : Christina Rini Wulandari

NIM : 041334038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“PANGERAN teh Gusti pangangon

abdi, abdi moal kakirangan”

Tuhan adalah gembalaku takkan kekurangan aku

K upersembahkan Skripsi ini untuk:

v

Tuhan Y esus K ristus & B unda M aria

v

B apak FB .Gino dan I bu V . Suharyani

v

K akak-kakakku M as Eko dan M as H eru

v

M y L ittle B rother Antonius Ade K urnianto

v

B apil lan Alm. Simbok

v

Pakde, Om, Tante, dan Sepupu-sepupuku

v

Alm. M bokde Wasikem dan Alm. Siwo M asiyem
(6)

v

MOTTO

D alam tiap jerih payah ada keuntungan, tetapi kata-kata belaka

mendatangkan kekurangan saja

(Amsal 14:23)

U ntuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit

ada waktunya.

(Pengkhotbah 3:1)

B erikan apa yang dibutuhkan orang lain, dan jangan berikan apa

yang tidak dibutuhkan.

(G. Wilwatika)

Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: M intalah, maka akan

diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah,

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 3 Desember 2008

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Christina Rini Wulandari

Nomor Mahasiswa : 041334038

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN

PERSEPSI SISWA TENTANG SMA BUDI MULIA DENGAN

MINAT SISWA BERSEKOLAH DI SMA BUDI MULIA

Studi Kasus pada SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan roya lti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 04 Januari 2009

Yang menyatakan

(9)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan

arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

yang tak terhingga kepada:

a. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor Universitas

Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan

mengembangkan kepribadian kepada penulis.

b. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

c. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

d. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma

e. Bapak S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si. selaku Pembimbing I yang

telah bersedia menyediakan waktu, memberikan saran dan kritik yang sangat

(10)

viii

f. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si.dan Ibu Rita Eni Purwanti, S.Pd.,

M.Si. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dalam memberikan

bimbingan, memberi kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

g. Segenap staff pengajar Program Studi Pendidik an Akuntansi atas ilmu yang

telah diberikan melalui perkuliahan.

h. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah

membantu proses kelancaran dalam proses belajar selama ini.

i. Bapak Niko Kanti Raharjo selaku kepala sekolah SMA Budi Mulia, Minggir

yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian, sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan.

j. Mas Taryono dan para guru SMA Budi Mulia yang telah membantu dalam

kelancaran penelitian.

k. Seluruh keluargaku: Ayahnda tersayang Franciscus Borgias Gino dan Bunda

tercinta Veronica Suharyani atas segala dukungan, doa, kasih sayang, dana

dan kesabaran yang bapak dan ibu kasih sampai saat ini. Mas eko atas

dukungan, doa dan proses pendewasaan. Mas heru atas segala bantuan,

semangat, doa, perhatiaan dan aliran dananya, serta adekku tersayang

Antonius Ade Kurnianto atas kenakalannya sehingga aku dapat menjadi lebih

sabar dan dewasa. Bantuan dan dukungan yang Bapak, Ibu, Mas Eko, Mas

Heru dan Anton berikan begitu berarti bagiku.

l. Bapil atas doa, kesabaran, dan kebaikannya sehingga aku bisa lulus dan

(11)

ix

lulus. Aku percaya simbok pasti tersenyum diatas sana. Terima kasih atas doa,

kesabaran dan bantuan simbok selama simbok masih bersamaku).

m. Pakde Romo, Tante Nina Sabda, Om Paul, Tante Nina, Mbak Endok, Om

Kelik, Om Ijud, Tante Ivone, Om Teguh, Bulek Sri, Oshi, Olie, Nikken,

Pascalis, Irene, Via, Hero, Rio terima kasih atas doa, dukungan, semangat,

keceriaan, kebersamaan, bimbingan dan doa restunya selama ini.

n. Sayangku Albertus Agung Haryoko yang selalu memberikan motivasi, doa,

kasih sayang, kesabaran, perhatian dan cinta. Akhirnya aku lulus juga. Kita

bisa wisuda bareng dunk.hehehehe. Aku Sayang Kamu.

o. Sahabat-sahabat terbaikku alumni Stella Duce 2: Rina, Yoan, Rian, Wiwid,

Ludia, Elina, Manda, Mama Tya, Isti, Edita, dan Retha. Terima kasih untuk

persahabatan yang hangat selama ini.

p. Sahabat-sahabat terbaikku: Pascalia Vincentia Martiana (An, akhirnya aku

lulus juga. Thanks ya kamu selalu ada saat aku butuh), Yanita Minarmi (Yan,

berkat dukungan dan semangat yang selalu kamu kasih akhirnya aku dapat

menyelesaikan skripsiku dan menyusulmu menjadi seorang sarjana), Fransisca

Febriyantari Eka M (ayo ran gek ndang daftar jadi pegawai bank), An.

Swastika Putri Mahendraswara (Penantian kita selama ini terwujud juga ya

mprut), Sella Widya Nugraheni ( Sel, ayo chayo-chayo tak tunggu wis.

SEMANGAT) Alfonsa Ika (thank ya selama ini kamu mau jadi tempat

curhatku), Astri Tumanggor(Kapan neh kursus Inggrisnya?) Nia (nin setiap

aku melihat andeng-andengmu, aku selalu bersemangat mengerjakan

(12)

x

(makasih untuk bimbingannya), Nucky (sukses ya wat semua yang kamu buat.

Ojo mbojo wae!!!hehehehe) terima kasih atas semua bantuan, perhatian,

nasihat, dukungan, semangat dan persahabatan yang terjalin selama ini

sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini. Bersama kalian hidupku

menjadi lebih indah.

q. Teman-teman Kost 20B K’Afda, K’Indah, Ule, Isna, Camay, K’Ima, Ika

makasih atas semua dukungan, cerita, canda tawa, dan kebersamaan dalam

suka dan duka selama di kost

r. Teman-teman PAK’A dan PAK’B Pendidikan Akuntansi’04 atas kebersamaan

selama proses perkuliahan yang menyenangkan di Universitas Sanata Dharma

(aku sangat bahagia bersama kalian).

s. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 3 Desember 2008

(13)

xi

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG

TUA DAN PERSEPSI SISWA TENTANG SMA BUDI MULIA

DENGAN MINAT SISWA BERSEKOLAH DI SMA BUDI

MULIA

Studi Kasus pada SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung, Minggir, Sleman, Yogyakarta

Christina Rini Wulandari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan positif antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia; (2) ada hubungan positif antara persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia dengan minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia.

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus di SMA Budi Mulia, Minggir pada bulan oktober 2008. Populasi dalam penelitiam ini adalah seluruh siswa SMA Budi Mulia yang berjumlah 20 siswa. Karena jumlah populasinya berada di bawah 100 maka penelitian ini merupakan penelitian populasi. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment dari pearson.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan positif antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia (rxy=0,019); (2) tidak ada hubungan positif antara persepsi siswa tentang SMA

(14)

xii

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN SOCIAL ECONOMY

STATUS OF PARENTS AND CHILDREN’S PERCEPTION TO

STUDY IN BUDI MULIA HIGH SCHOOL

Case Study at Budi Mulia Senior High School, Sendangagung Village, Minggir, Sleman Recency Yogyakarta

Christina Rini Wulandari Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The aims of the research are to find out (1) the positive correlation between social economy status of parents and the ir children’s interest to study in Budi Mulia Senior High School; (2) the positive correlation between students’ perception about Budi Mulia Senior High School and students’ interest to study in Budi Mulia Senior High School.

This research is a case study in Budi Mulia Senior High School, in Minggir village conducted in September 2008. The population of this research are 20 students of Budi Mulia Senior High School. Because the sum of the population is under 100, this research is called a population research. The data collection techniques are questioner and documentation. Data analysis technique is correlation of product moment from Pearson.

The results of the research indicate that (1) there is positive correlation between social economy status of parents and their children’s interest to study in Budi Mulia Senior High School (rxy = 0,019); (2) there is n’t positive correlation

(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR... xviii

DAFTAR LAMPIRAN... xix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah... 4

C. Rumusan Masalah... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB. II KAJIAN TEORITIK... 7

A. Kajian Teoritik ... 7

1. Minat ... 7

2. Pengertian pendidikan menengah... 13

3. Prasarana dan Sarana Pendidikan... 15

4. Biaya Sekolah... 17

(16)

xiv

6. Tamat Sekolah... 20

7. Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 21

8. Persepsi... 29

B. Kerangka Teoritis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN... 36

A. Jenis Penelitian... 36

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

C. Subjek dan Objek Penelitian... 37

D. Populasi dan Sampel ... 38

E. Operasionalisasi Variabel ... 39

F. Teknik Pengumpulan Data ... 46

G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 46

H. Teknik Analisis Data ... 52

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 59

A. Identitas Sekolah... 59

B. Sejarah singkat berdirinya SMA Budi Mulia ... 59

C. Visi dan Misi SMA Budi Mulia ... 60

D. Dasar Semangat SMA Budi Mulia... 60

E. Tujuan institusional SMA Budi Mulia ... 60

F. Kurikulum SMA Budi Mulia ... 61

G. Fasilitas yang dimiliki SMA Budi Mulia ... 61

H. Sumber Daya Manusia SMA Budi Mulia ... 63

I. Daftar peserta didik SMA Budi Mulia ... 64

J. Data jumlah kelulusan SMA Bud i Mulia selama lima tahun terakhir ... 64

K. Struktur Organisasi Sekolah ... 65

L. Uraian Tugas dan Tangung Jawab Masing-Masing Divisi ... 66

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 76

(17)

xv

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 85

C. Pengujian Hipotesis... 88

D. Pembahasan... 90

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN... 93

A. Kesimpulan... 93

B. Keterbatasan... 94

C. Saran... 94

DAFTAR PUSTAKA

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data jumlah siswa SMA Budi Mulia selama lima tahun terakhir ... 2

Tabel 1.2 Data jumlah penduduk desa Sendangagung selama lima tahun terakhir ... 3

Tabel 3.1 Pengembangan variabel minat ... 40

Tabel 3.2 Penskoran variabel minat ... 41

Tabel 3.3 Pengklasifikasian tingkat pendidikan orang tua siswa ... 42

Tabel 3.4 Pengklasifikasian jenis-jenis pekerjaan orang tua siswa ... 42

Tabel 3.5 Pengkategorian tingkat penghasilan orang tua siswa ... 43

Tabel 3.6 Fasilitas Keluarga ... 43

Tabel 3.7 Pengembangan variabel persepsi siswa ... 45

Tabel 3.8 Penskoran variabel persepsi siswa ... 46

Tabel 3.9 Hasil perhitungan uji validitas I ... 48

Tabel 3.10 Hasil perhitungan uji validitas II ... 49

Tabel 3.11 Kriteria Penilaian Reliabilitas ... 51

Tabel 3.12 Pedoman penilaian koefisien korelasi ... 55

Tabel 3.13 Interpretasi nilai koefisien ... 57

Tabel 4.1 Daftar SDM DI SMA Budi Mulia... 63

Tabel 4.2 Daftar peserta didik DI SMA Budi Mulia... 64

Tabel 4.3 Data jumlah kelulusan SMA Budi Mulia selama empat tahun terakhir ... 64

(19)

xvii

Tabel 5.2 Deskripsi tingkat pendidikan ayah ... 77

Tabel 5.3 Deskripsi tingkat pendidikan ibu... 77

Tabel 5.4 Deskripsi jenis pekerjaan pokok ayah... 78

Tabel 5.5 Deskripsi jenis pekerjaan pokok ibu ... 78

Tabel 5.6 Deskripsi pendapatan ayah ... 79

Tabel 5.7 Deskripsi pendapatan ibu... 80

Tabel 5.8 Deskripsi fasilitas khusus yang dimiliki keluarga... 80

Tabel 5.9 Deskripsi fasilitas khusus ... 83

Tabel 5.10 Deskripsi persepsi siswa mengenai SMA Budi Mulia ... 84

Tabel 5.11 Deskripsi minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia ... 85

Tabel 5.12 Tabel uji normalitas... 86

(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner penelitian... 97

Lampiran 2 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 104

Lampiran 3 Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi ... 107

Lampiran 4 Data Induk Penelitian... 108

Lampiran 5 Uji Normalitas dan Uji Linearitas ... 112

Lampiran 6 Korelasi Product Moment ... 115

Lampiran 7 Daftar Distribusi Frekuensi... 116

Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian dan Surat Keterangan Penelitian... 125

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan di

Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar (SD / MI

/ Paket A dan SLTP / MTs / Paket B), pendidikan menengah (SMU / MA,

SMK), dan pendidikan tinggi (www.smka-smr.sch.id).

Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang bertujuan untuk

menumbuhkan minat, mengasah kemampuan pikir, olah tubuh dan naluri.

Sedangkan pendidikan menengah adalah pendidikan yang lebih mengarah

kepada persiapan kerja dan lanjut ke PT (UU 50 dalam

http://murniramli.wordpress.com/2008/06/23/pendidikan dasar dan pendidikan

menengah) .

Pendidikan memiliki peran dan pengaruh ya ng positif terhadap segala

bidang kehidupan dan perkembangan manusia. Selain itu, pendidikan juga

menentukan model manusia yang akan dihasilkan. Peran dan pengaruh

(23)

perkembangan serta kehidupan masyarakat, kehidupan kelompok dan

kehidupan setiap individu.

Namun dalam kenyataannya banyak jenjang pendidikan yang

kekurangan jumlah siswa atau peserta didik. Hal ini semakin diperkuat dengan

adanya beberapa pemberitaan di media yang memberitakan tentang

permasalahan kekurangan siswa dalam lembaga pendidikan, salah satunya

dalam surat kabar harian Kedaulatan Rakyat pada tanggal 17 juli 2008,

dikatakan bahwa banyak sekolah kekurangan siswa “SDN Kedungdowo

Hanya Punya 2 Siswa Baru”. Permasalahan yang sama juga dialami oleh SMA

Budi Mulia, sudah beberapa tahun terakhir ini SMA Budi Mulia kekurangan

siswa. Adapun data jumlah siswa selama lima tahun terakhir adalah:

Tabel 1.1

Data jumlah siswa SMA Budi Mulia Selama 5Tahun terakhir

Tahun Ajaran Jumlah Siswa Secara Keseluruhan 2004 – 2005 22 2005 – 2006 22 2006 – 2007 21 2007 – 2008 18 2008 – 2009 20

Sumber : Arsip jumlah siswa yang dimiliki sekolah

Hal ini sangat bertolak belakang dengan jumlah penduduk yang berumur

16-18 tahun di Desa Sendangagung. Penduduk yang berumur 16-18 tahun

merupakan penduduk yang masuk dalam kelompok usia SMA (Statistik

pendidikan, 2006:41). Adapun data kelompok usia SMA di Desa

(24)

Tabel 1.2

Data Jumlah Penduduk Sendangagung Selama 5 Tahun Terakhir

Tahun Jumlah Penduduk Usia SMA

2004 472

2005 561

2006 365

2007 402

2008 522

Sumber: Data Monografi Desa Sendangagung.

Dengan adanya kenyataan tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui

sebenarnya apa yang menyebabkan jumlah siswa di SMA Budi Mulia sedikit

atau di bawah standar, padahal jumlah penduduk daerah sekitar jumlahnya

cukup banyak. Mengapa penduduk daerah sekitar tidak berminat bersekolah di

SMA Budi Mulia.

Banyak faktor yang behubungan dengan minat yaitu sikap, persepsi,

prestasi belajar, bakat, jenis kelamin, intelegensi, latar belakang ekonomi,

minat orang tua dan juga teman sebaya.

Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui

apakah ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat

siswa bersekolah di SMA Budi Mulia, dan apakah ada hubungan antara

persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia dengan minat siswa bersekolah di

SMA Budi Mulia.

Dari uraian tersebut, maka dapat ditarik judul “Hubungan Status Sosial

Ekonomi Orang Tua , dan Persepsi Siswa tentang SMA Budi Mulia dengan

(25)

B. Batasan Masalah

Banyak faktor yang berhubungan dengan minat. Faktor- faktor tersebut

antara lain: status sosial ekonomi orang tua, prestasi, sikap, bakat, jenis

kelamin, lingkungan belajar, dan teman sebaya. Namun dalam penelitian ini,

peneliti hanya akan memfokuskan pada:

1. Hubungan status sosial ekonomi orang tua siswa SMA Budi Mulia dengan

minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia.

2. Hubungan persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia dengan minat siswa

bersekolah di SMA Budi Mulia.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditarik suatu rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan positif status sosial ekonomi orang tua dengan

minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung,

Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta?

2. Apakah ada hubungan positif persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia

dengan minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung,

(26)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa bersekolah

di SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten

Sleman, Yogyakarta.

2. Hubungan persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia dengan minat siswa

bersekolah di SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir,

Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Bagi Sanata Dharma

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi

mahasiswa lain, sehingga dapat menambah pengetahuan tentang hubungan

status sosial ekonomi orang tua, dan persepsi siswa tentang SMA Budi

Mulia dengan minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia.

2. Bagi SMA Budi Mulia

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

meningkatkan jumlah siswa di SMA Budi Mulia, Minggir.

3. Bagi Peneliti

Dengan melakukan penelitian ini, pengetahuan peneliti dapat bertambah

(27)

tentang SMA Budi Mulia dengan minat siswa bersekolah di SMA Budi

(28)

7

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Kajian Teoritik

1. Minat

Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan pilihan

seseorang. Selain itu, minat juga merupakan salah satu faktor yang penting

untuk kemajuan dan keberhasilan seseorang. Seseorang yang mengerjakan

suatu pekerjaan yang disertai dengan minat, pada umumnya akan

memperoleh hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak berminat

sebelumnya.

Minat adalah kecenderungan yang agak menetap pada seseorang

untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang

berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan bidang itu

(Winkel, 1991 : 533). Minat akan mengarahkan tindakan individu terhadap

suatu objek atas dasar rasa senang dan tidak senang (Sukardi, 1988: 62).

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Bimo Walgito (1977: 38), yang

menyatakan minat merupakan suatu keadaan di mana seseorang menaruh

perhatian terhadap suatu objek disertai dengan adanya kecenderungan

untuk berhubungan lebih aktif dengan objek itu.

Selanjutnya, Whitherington (1963: 124) mengemukakan bahwa

minat adalah kesadaran seseorang bahwa objek, sesuatu soal atau suatu

(29)

Berbicara tentang minat, munculnya tidak terbentuk secara tiba-tiba,

melainkan terbentuk dan berkembang melalui proses pendidikan, proses

sosialisasi, dan proses interaksi di sekolah, di masyarakat, dan didalam

keluarga.

Kemampuan peserta didik dan pengalaman belajar yang

berbeda-beda pada peserta didik akan menimbulkan minat yang bervariasi. Peserta

didik juga mempunyai obyek minat yang berbeda-beda antara lain minat

pada sekolah, minat pada pekerjaan di masa mendatang dan lainnya.

Adapun bahaya perkembangan minat antara lain interprestasi kesenangan

sementara sebagai minat, pengaruh teman sebaya, minat berdasarkan

konsep yang tidak realistik dan bobot emosional yang negatif terhadap

minat tertentu dan sebagainya.

Menurut Giartama (1990 : 6), minat digolongkan menjadi dua, yaitu

sebagai berikut :

a. Secara intrinsik

Minat secara intrinsik merupakan minat yang timbul dari dalam

individu sendiri tanpa pengaruh dari luar. Minat intrinsik dapat timbul

karena pengaruh sikap, persepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin

dan intelegensi.

1) Sikap

Menurut Thurstone, sikap adalah suatu tingkatan afeksi baik yang

bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan

(30)

sedangkan afeksi negatif adalah yang tidak menyenangkan.

Dengan demikian objek dapat menimbulkan berbagai macam

sikap.

2) Persepsi

Persepsi merupakan proses yang meliputi penginderaan terhadap

rangsang, pengorganisasian rangsang, dan penafsiran rangsang

sehingga ind ividu mengerti rangsang yang diinderanya.

Ada tiga komponen dalam persepsi yaitu: seleksi, interpretasi, dan

reaksi. Makna informasi bagi individu yang satu dengan yang lain

berbeda-beda. Hal ini tergantung dari ketiga komponen persepsi.

Dengan adanya perbedaan seleksi, maka dapat menimbulkan

interpretasi yang berbeda pula, sehingga reaksi yang timbul

tergantung dari interpretasi yang ada (Bimo Walgito, 1994:53).

3) Prestasi belajar

Seorang yang kurang berminat pada pendidikan atau pekerjaan

biasanya menunjukkan ketidaksenangan. Hal ini dapat dilihat

dalam kejadian-kejadian seperti berprestasi rendah, bekerja di

bawah kemampuannya dalam setiap mata pelajaran atau dalam

melaksanakan pekerjaan yang tidak disukai. Besarnya minat

seseorang terhadap pendidikan dapat dipengaruhi oleh minat pada

pekerjaan. Jika seseorang mengharapkan pekerjaan yang menuntut

pendidikan tinggi, maka pendidikan akan dianggap sebagai batu

(31)

4) Bakat

Bakat dalam pengertian bahasa atau dalam pengertian umum

adalah kelebihan atau keunggulan alamiah yang melekat pada diri

kita dan menjadi pembeda antara kita dengan orang lain.

(http://www.e-psikologi.com /dewasa/170406.htm)

5) Jenis kelamin

Laki- laki biasanya lebih bersungguh-sungguh dalam hal pekerjaan

dibandingkan dengan perempuan yang kebanyakan memandang

pekerjaan sebagai pengisi waktu sebelum menikah.

Laki- laki menginginkan pekerjaan yang menarik dan

menggairahkan tanpa memperhatikan kemampuan yang dituntut

oleh pekerjaan atau oleh kesempatan yang ada untuk memperoleh

pekerjaan. Mereka juga menginginkan pekerjaan yang bermartabat

tinggi, sekalipun bayarannya lebih sedikit daripada berbagai

kegiatan yang tidak terlampau bergengsi. Banyak laki- laki dari

keluarga yang statusnya rendah, berharap mancapai status sosial

yang lebih tinggi melalui pekerjaan. Pada umumnya perempuan

memilih pekerjaan yang memberikan rasa aman dan yang tidak

banyak menuntut waktu. Dalam memilih pekerjaan, biasanya

perempuan menekankan unsur melayani orang lain seperti

(32)

6) Intelegensi

Dalam buku pengantar psikologi umum, intelegensi adalah daya

menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan mempergunakan

alat-alat berpikir menurut tujuannya ( kamus pedagogik, 1953).

Intelegensi masing- masing individu berbeda-beda, karena

perbedaan tersebut maka individu satu dengan yang lain tidak sama

kemampuannya dalam memecahkan sesuatu persoalan yang

dihadapi (Bimo Walgito,1994:133).

b. Secara ekstrinsik

Minat secara ekstrinsik merupakan minat yang timbul akibat

pengaruh dari luar individu. Minat ekstrinsik timbul antara lain karena

latar belakang ekonomi, minat orang tua dan teman sebaya.

1) Latar belakang ekonomi

Apabila status ekonomi baik, orang cenderung memperluas minat

mereka untuk mencakup hal-hal yang semula belum mampu

mereka laksanakan. Sebaliknya, kalau status ekonomi buruk atau

kurang baik karena tanggung jawab keluarga atau usaha yang

kurang maju, maka orang cenderung untuk mempersempit minat

mereka.

2) Minat orang tua

Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan

(33)

orang tua dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama

(Elizabeth B. Hurlock, 1997:235).

3) Minat teman sebaya

Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja

dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan

dari anggapan tentang konsep teman-teman mengenai dirinya.

Kedua, ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri

kepribadian yang diakui oleh kelompok. Teman sebaya memiliki

pengaruh yang besar terhadap perkembangan pola kepribadian

remaja, karena remaja lebih sering berada di luar rumah bersama

dengan teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat,

penampilan dan perilaku lebih besar daripada keluarga (Elizabeth

B. Hurlock, 1997:235). Hal yang sama juga diungkapkan oleh

Winarno Suracmad (1978 : 84) yang menyatakan bahwa, minat

dipengaruhi oleh jenis kelamin, kesempatan, lingkungan dan apa

saja yang menjadi minat teman sebayanya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka minat bersekolah di

SMA Budi Mulia dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang

merasa senang, merasa tertarik dan menaruh perhatian terhadap SMA Budi

Mulia disertai dengan adanya kecenderungan untuk berhubungan secara

(34)

2. Pengertian Pendidikan Menengah

Sebelum peneliti menjabarkan pengertian Pendidikan Menengah,

maka akan dijabarkan terlebih dahulu mengenai maksud dari pendidikan.

Pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk mengembangkan sumber

daya manusia. Antara mendidik dan pendidikan keduanya saling berkaitan.

Istilah mendidik merupakan suatu tindakan atau kegiatan. Tindakan atau

kegiatan mendidik ini melibatkan pendidik disatu pihak serta terdidik

dipihak yang lain. Dalam hubungan tersebut, terjadi komunikasi antara dua

orang atau lebih. Untuk lebih menguatkan pendapat tersebut akan

diungkapkan beberapa pendapat tentang pendidikan.

Fudyartanto (1977: 23) mengatakan bahwa “pendidikan merupakan

proses membawa perubahan kelakuan manusia dalam pengetahuan, cara

berfikir, kecakapan dan perasaan atau sikap mental”. Selain itu, Muhadjir

(1975: 11) berpendapat pendidikan adalah “membimbing anak menuju

kedewasaan oleh seseorang yang bertanggung jawab”.

Menurut Dra. I.L Pasaribu dan Drs. B. Simandjuntak S.H. (1982: 7),

pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja, sistematik untuk

mendorong, membantu dan membimbing seseorang untuk

mengembangkan segala potensinya serta mengubah diri sendiri dari

kualitas yang satu ke kualitas yang lebih tinggi.

Sehubungan dengan ga gasan tersebut, Driyarkara (1980: 127)

mengatakan bahwa pendidikan adalah memanusiakan manusia muda.

(35)

perbuatan pendidikan. Dengan kata lain, intisari dari perbuatan mendidik

adalah pemanusiaan manusia muda.

Lebih jauh dikatakan, bahwa pendidikan mempersiapkan agar

generasi mendatang semakin mantap dan siap, dibekali ilmu pengetahuan

serta keterampilan dan kemampuan jiwa maupun jasmani untuk

melaksanakan tugas dan tanggung jawab.

Untuk menyiapkan generasi tersebut, maka sekolah merupakan salah

satu jalannya. Sekolah adalah sekolah formal mulai dari pendidikan dasar

hingga pendidikan tinggi termasuk SLTP terbuka, dan sekolah kejuruan

yang dikelola oleh lembaga pemerintah selain Depdiknas (BPS,2006: 15).

Jalan lain yang juga berkontribusi terhadap penyiapan generasi yang baik

adalah keluarga. Namun dalam hal ini, peneliti hanya menyoroti

pendidikan sekolah. Melalui pendidikan di sekolah, seseorang

benar-benar diajarkan tentang berbagai macam bidang yang dapat menambah

pengetahua nnya yang tidak bisa didapat didalam keluarga karena

keterbatasan yang dimiliki.

Pengertian sekolah menurut Oemar Hamalik (2004: 23) adalah

lembaga pendidikan yang bertanggung jawab melaksanakan fungsi

pendidikan. Adapun fungsi pendidikan antara lain:

a. Pengembangan pribadi,

b. Pengembangan warga Negara,

c. Pengembangan kebudayaan, dan

(36)

Sekolah berdasarkan tingkatannya dibedakan menjadi beberapa

jenis, di antaranya adalah sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama

dan sekolah menengah atas. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan

Sekolah Menengah Atas termasuk dalam pendidikan menengah.

Pendidikan menengah adalah pendidikan untuk anak-anak yang berusia 13

sampai 18 tahun. Untuk umur anak SLTP biasanya berkisar antara 13-15

tahun, dan untuk anak SMA umurnya berkisar antara 16-18 tahun.

Berdasarkan Undang-Undang No. 4 tahun 1950 pasal 7 ayat 3

pendidikan menengah, diterangkan bahwa “Pendidikan dan pengajaran

menengah bermaksud melanjutkan dan meluaskan pendidikan yang

diberikan di sekolah rendah untuk mengembangkan cita-cita hidup serta

membimbing kesanggupan murid sebagai anggota masyarakat, mendidik

tenaga-tenaga ahli dalam pelbagai lapangan khusus sesuai dengan bakat

masing- masing dan kebutuhan masyarakat dan atau mempersiapkannya

bagi pendidikan dan pengajaran tinggi”.

Pendidikan menengah pada hakikatnya merupakan pendidikan yang

memberikan kepandaian dan keahlian pada siswa atau seseorang yang

berumur 13-18 tahun sebagai persiapan dalam menghadapi dan mengikuti

pendidikan yang lebih tinggi atau pendidikan tinggi.

3. Prasarana dan Sarana Pendidikan

Kesadaran akan pentingnya pendidikan sebagai proses peningkatan

(37)

melakukan upaya perbaikan mutu pendidikan. Dari segi mutu pendidikan,

posisi Indonesia jauh tertinggal dengan negara- negara lain. Rendahnya

mutu pendidikan disebabkan oleh empat faktor yaitu jumlah dan kualitas

guru yang belum memadai serta penyebarannya yang belum merata,

kondisi sarana dan prasarana, anggaran pendidikan yang jumlahnya sangat

terbatas sehingga sebagian besar sekolah dan perguruan tinggi biaya

operasionalnya di bawah standar dan proses pembelajaran yang belum

efektif karena kurikulum yang terlalu terstruktur dengan beban yang

terlalu banyak (Jurnal Pendidikan, 2006, dalam BPS, 2006: 22)

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa sarana dan

prasarana pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang

berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan

adalah “ perangkat keras” yang harus ada (diadakan) di luar alat dan isi

pendidikan, agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik. Fungsi

sarana dan prasarana pendidikan adalah untuk menunjang kelancaran

proses pendidikan. Prasarana pendidikan berbeda dengan sarana

pendidikan. Yang tergolong prasarana pendidikan adalah hal-hal fisik yang

secara tidak langsung digunakan untuk menunjang proses pendidikan.

Contohnya adalah gedung/bangunan sekolah atau rumah, ruang kelas,

ruang laboratorium, ruang sekretariat, kamar kecil, taman, lapangan,

halaman, tempat parkir, dll. Rak buku, meja, kursi, lampu penerangan,

kapur, penghapus, penggaris, pensil, bolpoint, dll, sejauh menjadi alat

(38)

sarana pendidikan. Jadi yang tergolong sebagai sarana pendid ikan adalah

segala perlengkapan yang secara langsung digunakan untuk menunjang

proses belajar mengajar.

4. Biaya sekolah

Biaya sekolah dapat juga diartikan sebagai biaya pendidikan, karena

sekolah merupakan bagian kecil dari pendidikan. Biaya pendidikan

diartikan sebagai jumlah uang yang dihasilkan dan dibela njakan untuk

berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan sekolah, yang mencakup

gaji guru, peningkatan kemampuan profesional guru, pengadaan sarana

ruang belajar, perbaikan ruang belajar, pengadaan perabotan/mebeler,

pengadaan alat-alat pengajaran, pengadaan buku-buku pelajaran, alat tulis

kantor, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan pengelolaan pendidikan.

Biaya pendidikan juga dapat didefinisikan sebagai nilai rupiah dan

seluruh sumber daya (input) yang digunakan untuk suatu kegiatan

pendidikan. Sedangkan menurut Abbas Ghozali, dkk (2004, dalam

Statistik pendidikan 2006: 29) biaya satuan pendidikan (BSP) yang

ditanggung orang tua/siswa adalah nilai uang dari segala sumber daya

yang disediakan oleh orang tua untuk memperoleh pendidikan anak di

sekolah/ madrasah.

Didalam PP No. 19 tahun 2005 pasal 62 dinyatakan bahwa biaya

(39)

a. Biaya investasi yang meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana,

pengembangan sumber daya manusia dan modal kerja tetap.

b. Biaya operasi yang meliputi gaji pendidik dan tenaga kependidikan

serta tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan habis

pakai dan biaya operasi tidak langsung seperti daya (listrik), air, jasa

telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,

transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan sebagainya.

c. Biaya personal yaitu biaya yang dikeluarkan oleh peserta didik untuk

bisa mengikuti proses pembelajaran.

Biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga dalam menyekolahkan

anaknya meliputi antara lain biaya pendaftaran, SPP, buku panduan/diktat,

alat tulis dan perlengkapan sekolah, praktikum/keterampilan,

evaluasi/ujian, bahan penunjang mata pelajaran, seragam sekolah dan olah

raga, transportasi, kursus di sekolah dan karyawisata (BPS: 2006: 29).

Banyaknya rincian pengeluaran pendidikan dan tingkat kualitas

pendidikan mengakibatkan dana yang dikeluarkan akan semakin besar.

Begitu juga dengan jenjang pendidikan, semakin tinggi jenjang pendidikan

semakin besar biaya yang dikeluarkan orang tua/siswa.

Penelitian ini menfokuskan diri pada Sumbangan Pembinaan

Pendidikan (SPP). SPP merupakan salah satu komponen yang teramat

penting dalam menjalankan proses pendidikan yang sedang dan akan

dijalani seseorang. Kontribusi SPP masyarakat terhadap pendidikan

(40)

status sosial ekonomi orang tua mempengaruhi seorang anak masuk ke

suatu lembaga pendidikan tertentu. Anak yang berasal dari keluarga yang

status sosialnya rendah mempunyai kesempatan yang lebih kecil untuk

sekolah daripada anak yang berasal dari keluarga yang status sosial

ekonominya tinggi. Orang tua yang status sosial ekonominya tinggi akan

sanggup membayar biaya pendidikan (SPP) kepada sekolah berapapun

besarnya meskipun anak yang disekolahkan jumlahnya banyak. Di sisi

lain, orang tua yang status sosial ekonominya rendah akan merasa

terbebani dengan besarnya SPP yang harus dibayarkan kepada sekolah

apalagi jika anak yang harus disekolahkan jumlahnya banyak. Kondisi

semacam ini menyebabkan anak yang berasal dari golongan miskin yang

disekolahkan jumlahnya hanya sedikit. Lebih lanjut, situasi ini

mengakibatkan jumlah siswa yang bersekolah di suatu lembaga

pendidikan tertentu jumlahnya sedikit, karena para orang tua yang status

sosial ekonominya rendah hanya sanggup menyekolahkan anaknya pada

suatu lembaga pendidikan tertentu dengan biaya pendidikan (SPP) yang

rendah.

5. Pengertian Proses Belajar Mengajar

Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang

berarti “berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah

atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan

(41)

Sedangkan belajar menurut Muhibbin (1995: 88) adalah kegiatan

yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam

setiap penyelenggaraan pendidikan. Jadi proses belajar mengajar dapat

diartikan sebagai tahapan yang harus dipenuhi dengan cara memberikan

bantuan positif kepada anak agar terjadi perubahan perilaku kognitif,

afektif dan psikomotorik. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti

berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya.

Proses belajar mengajar ini akan terjadi bila di dalamnya terdapat

kegiatan belajar dan mengajar. Didalam kegiatan belajar mengajar ini

terjadi interaksi antara guru dan siswa. Sebelumnya terjadi interaksi perlu

diperhatikan bentuk pengajaran yang digunakan, fasilitas penunjang,

pengalaman siswa, dan kecakapan guru sendiri (Samana, dalam Tri Wahyu

Sigit Nugraha,1997: 9).

6. Tamat Sekolah

Mutu pendidikan di daerah perkotaan lebih tinggi daripada di daerah

pedesaan yang keadaan sosial ekonominya kurang (Nanang Fattah, 2002:

56, dalam Herman Yoseph Sarjimin, 2005). Sekolah-sekolah yang

memiliki orang tua siswa dengan lingkungan keluarga mampu, akan

mempunyai fasilitas belajar yang bermutu, guru lebih berkemampuan

dalam menciptakan suasana, dan pada akhirnya prestasi belajar muridnya

(42)

Tamat sekolah adalah telah menyelesaikan pelajaran pada

kelas/tingkat terakhir suatu jenjang pendidikan di sekolah negeri maupun

di sekolah swasta dengan mendapatkan tanda tamat/ijasah (Biro Pusat

Statistik,2006: 15). Jika prestasi belajar siswa di suatu lembaga pendidikan

tersebut semakin banyak siswa yang lulus/tamat (sarana prasarana,

fasilitas, mutu, dan proses belajar mengajar baik) maka akan semakin

banyak siswa yang sekolah di sekolah tersebut, dan sebaliknya semakin

sedikit siswa yang lulus/banyak yang tinggal kelas (sarana prasarana,

fasilitas, mutu, dan proses belajar mengajar kurang baik), maka akan

semakin sedikit pula siswa yang sekolah di lembaga pendidikan tersebut.

7. Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Stratifikasi sosial (kelas sosial) merupakan istilah yang digunakan

untuk menunjukkan tingkatan-tingkatan orang didalam suatu masyarakat

dengan anggota masyarakat lain. Tingkatan-tingkatan ini nantinya akan

menghasilkan suatu hierarkis berupa kelompok status sosial yang tinggi

dan rendah.

Kelas sosial dapat ditunjukkan oleh perbedaan pendapatan yang

terjadi pada populasi penduduk. Setiap penduduk mempunyai pendapatan

yang berbeda-beda (Amirullah, 2002: 48). Selain pendapatan, kelas sosial

juga dapat dilihat dari jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang dan juga

(43)

digunakan sebagai suatu ukuran relatif yang baik adalah ditentukan oleh

nilai- nilai yang ditekankan pada masyarakat tersebut.

Status adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok.

Status ekonomi merupakan kombinasi dari status sosial dan status

ekonomi yang dimiliki seseorang (orang tua siswa) dalam suatu kelompok

masyarakat. Soerjono Sukanto (1990: 263) mengatakan bahwa status

sosial adalah tempat orang secara umum dalam masyarakatnya

sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya,

prestise, dan hak serta kewajiban-kewajibannya.

Puspito (1989: 103) menyatakan bahwa kedudukan atau status

sosial adalah tempat yang diambil seseorang dalam masyarakat. Tempat

yang di maksud adalah kedudukan secara sosio kultural dengan lokasi

didalam pikiran orang atau kelompok orang yang tinggal dalam satuan

budaya tersebut.

Kedudukan seseorang dalam masyarakat akan mempengaruhi

kegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, kedudukan

sosial ekonomi juga akan mempengaruhi seseorang untuk menuntut ilmu

dan mempersiapkan serta melihat masa depannya.

Adanya perbedaan status dalam masyarakat memberikan kesempatan

atau fasilitas hidup yang berbeda bagi masyarakat, seperti keselamatan

hidup, harta bendanya, standar hidup, kebebasan dan tingkah laku.

Disamping itu juga akan memberikan perbedaan dalam memperoleh

(44)

herman Yoseph Sarjimin,2005). Hal ini diartikan bahwa keluarga yang

mendapatkan fasilitas, lebih banyak berpeluang untuk mengenyam

pendidikan yang lebih tinggi pula. Dengan adanya perbedaan dalam hal

kemampuan, sebagai akibat perbedaan situasi sosial, maka di sini sekolah

dihargai bukan karena nilai pendidikannya saja tetapi sebagai simbol status

sosial masyarakat.

Sementara itu, Mulyanto Sumardi (1985: 2) mengatakan bahwa

kebutuhan hidup manusia erat kaitannya dengan kebutuhan moral maupun

material, baik kebutuhan penting maupun tidak sesuai dengan kemampuan

mereka. Menurut Samir Radwan dan Torkel Alfthan (1978: 198)

keperluan minimum dari seorang individu atau rumah tangga adalah

makan, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan, air dan sanitasi,

transportasi dan partisipasi. Untuk me ncukupi kebutuhan tersebut keadaan

ekonomi keluarga memegang peranan yang sangat penting.

Keadaan keluarga juga akan berpengaruh terhadap perkembangan

pendidikan anak. Ini dapat diartikan bahwa sikap, cita-cita, minat, motivasi

anak terhadap situasi obyek akan dipengaruhi oleh keadaan ekonomi orang

tuanya. (Gerungan, 1988: 181) mengatakan bahwa: ”Dengan kondisi

ekonomi keluarga yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak

didalam keluarganya lebih luas, ia akan mendapat kesempatan yang lebih

luas unt uk mengembangkan bermacam- macam kecakapan yang tidak ia

kembangkan apabila tidak ada alat-alatnya”. Dari pendapat tersebut dapat

(45)

mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan

kemampuannya daripada anak yang berasal dari keluarga yang

ekonominya rendah. Jadi seorang siswa untuk bisa memasuki suatu

sekolah dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi orang tuanya, dan

dengan adanya hal ini, maka akan mempengaruhi seseorang atau siswa

dalam pemilihan sekolahnya.

Untuk mengukur status sosial ekonomi orang tua, dapat dilihat

melalui:

a. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Orang tua adalah setiap orang yang bertanggungjawab dalam

suatu keluarga atau rumah tangga yang dalam kehidupan sehari- hari

lazim disebut bapak ibu. Sedangkan tingkat pendidikan orang tua

maksudnya adalah tingkat pendidikan formal yang berhasil dicapai

orang tua.

Ada beberapa pengertian pendidikan formal yaitu pendidikan

yang bentuknya telah terstruktur secara hierarki, bertingkat-tingkat

secara kronologis dalam sistem pendidikan.

Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan yang

berhasil dicapai orang tua, dalam hal ini adalah jenjang pendidikan

formal yang berhasil diselesaikan, yaitu SD, SMP, SMA/SMK, D III,

(46)

b. Jenis Pekerjaan

Bekerja adalah menjalankan suatu kegiatan yang menghasilkan

sesuatu, dalam hal ini adalah upah atau gaji tertentu pada setiap bulan,

minggu, ataupun hari. Bekerja dapat diseluruh kantor ataupun luar

ruangan serta memiliki majikan atau tidak sama sekali. Menurut Biro

Pengembangan Sosial Budaya (1973: 12) pekerjaan dibedakan atas:

1) Pekerjaan pokok

Pekerjaan pokok adalah jenis pekerjaan yang dimiliki oleh

seseorang sebagai sumber utama dari penghasilan yang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari. Sifat pekerjaan ini

adalah tetap. Apabila penghasilan dari pekerjaan pokok ini tidak

atau belum mencukupi untuk keperluan hidupnya, maka perlu

diusahakan adanya penghasilan lain di luar, yaitu penghasilan

tambahan atau sampingan.

2) Pekerjaan sampingan atau sambilan

Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan yang dimiliki atau

dilakukan oleh seseorang sebagai pekerjaan tambahan atau

memperoleh penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan

hidupnya sehari- hari. Sifat pekerjaan sambilan adalah melengkapi

pekerjaan pokok. Pekerjaan ini sama halnya dengan pekerjaan

pokok yaitu tidaklah sama untuk masing- masing orang. Jenis

pekerjaan orang tua siswa adalah aktivitas yang menjadi sebagian

(47)

Yang di maksud dengan jenis pekerjaan dalam penelitian ini adalah

pekerjaan yang ditekuni orang tua siswa setiap harinya. Spillane

(1982: 14) mengelompokkan pekerjaan atau jabatan dalam 9

golongan sebagai berikut:

a) Golongan A - Mandor - Pedagang - Pegawai Kantor - Pegawai Sipil ABRI - Pemilik

Perusahaan/Toko/Pabrik/ Perikanan

- Pemilik Bus/Colt - Penggarap Tanah - Pengawas Keamanan - Petani Pemilik

Tanah - Peternak - Tuan Tanah

b) Golongan B - Buruh Nelayan - Buruh Tani

- Petani Kecil - Penebang Kayu

c) Golongan C

- ABRI (Tamtama s/d Bintara) - Guru SD

- Kepala Bagian

- Kepala Kantor Pos (Cabang) - Manager Perusahaan Kecil - Pamong Praja

- Pegawai Badan Hukum

- Pegawai Negeri (gol. Ia s/d Id) - Supervisor/Pengawas

d) Golongan D

- Meninggal Dunia - Pensiunan

- Tidak Mempunyai Pekerjaan Tetap

e) Golongan E

- Guru (SLA, SLP) - Jururawat

- Pekerjaan Sosial - Kepala sekolah - Kantraktor Kecil - Wartawan

- Pegawai Negeri (gol. Iia s/d Iid) - Perwira ABRI

(Letnan II, Letnan I dan Kapten)

f) Golongan F

(48)

g) Golongan G - Ahli Hukum

- Ahli Ilmu Tanah/Ahli Ukur Tanah

- Apoteker - Arsitek - Dokter

- Dosen/Guru Besar - Gubernur

- Insinyur

- Kepala Kantor Pos (Pusat) - Kontraktor Besar

- Manager Perusahaan - Menteri

- Pegawai Negeri (gol. IIa ke atas) - Pengarang

- Peneliti - Penerbang - Perwira ABRI

(Mayor s/d Jendral) - Walikota/Bupati

h) Golongan H - Pembantu - Penjual Keliling - Tukang Cuci

i) Golongan I - Artis/Seniman - Buruh Tetap - Montir

- Pandai Besi/Emas/Perak - Penjahit

- Penjaga - Supir Bus/Colt - Tukang Kayu - Tukang Listrik - Tukang Mesin

c. Tingkat Pendapatan Orang Tua

Tingkat pendapatan orang tua adalah pendapatan yang diperoleh

orang tua siswa yang bersumber dari sektor formal, sektor informal,

dan sektor subsistem dalam waktu satu bulan diukur dengan rupiah.

Pendapatan formal adalah pendapatan yang diperoleh melalui

pekerjaan dari sektor formal. Pendapatan informal adalah pendapatan

yang diperoleh dari sektor informal. Sedangkan pendapatan subsistem

adalah pendapatan yang diperoleh dari sektor produksi yang dinilai

(49)

Pendapatan orang tua didefinisikan sebagai keseluruhan

penerimaan orang tua dari pekerjaan pokok yang merupakan gaji atau

upah tetap yang diterima setiap bulan serta penerimaan dari pekerjaan

tambahan atau sampingan serta penerimaan lain yang dinilai dengan

uang.

Adapun yang di maksud dengan pendapatan atau penghasilan

keluarga adalah balas jasa atau balas karya yang diperoleh sebagai

imbalan atas jasa-jasa atau sumbangan seseorang terhadap proses

produksi. Sumber-sumber dari pendapatan atau penghasilan antara

lain:

1) Usaha sendiri atau wiraswasta misalnya berdagang, berternak atau

mengerjakan sawah.

2) Kerja pada orang lain misalnya bekerja kantor ataupun di

perusahaan sebagai karyawan pemerintah ataupun swasta.

3) Hasil dari milik sendiri, misalnya penerimaan sewa rumah, bunga

dari pinjaman uang.

Penghasilan keluarga yang berupa uang ataupun barang,

misalnya tunjangan beras atau fasilitas lain. Selain dari sumber

penghasilan tersebut di atas masih ada penerimaan pendapatan yang

lainnya, misalnya berupa:

1) Uang pensiun,

2) Sumbangan atau hadiah,

(50)

Penghasilan keluarga yang berupa uang masuk pada atau oleh

keluarga ini sebagian besar dipergunakan atau dibelanjakan lagi,

dimana sebagian dari penghasilan ini digunakan untuk kebutuhan

konsumsi. Walaupun demikian pengeluaran tiap rumah tangga atau

keluarga sangat-sangat berbeda.

Besarnya jumlah pengeluaran rumah tangga atau keluarga ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1) Besarnya jumlah penghasilan yang masuk

2) Besarnya jumlah anggota keluarga

3) Tingkat kebutuhan hidup

4) Lingkungan sosial ekonomi keluarga

5) Kebijakan dalam pengelolaan atau mengendalikan keuangan

d. Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi adalah suatu kondisi kemampuan keuangan

yang ada pada masyarakat dalam hal ini khususnya kondisi ekonomi

keuangan yang dimiliki oleh sebuah keluarga. Pendapatan keluarga,

keadaan ekonomi keluarga dalam masyarakat berada dalam kelas yang

berbeda-beda.

8. Persepsi

Irwanto, dkk (1988: 55) menyatakan bahwa persepsi adalah proses

diterimanya rangsang (obyek, kualitas hubungan antar gejala serta

(51)

menghasilkan penafsiran pengalaman. Pengalaman dapat dipahami dengan

melihatnya sebagai suatu proses individu mengorganisasikan dan

menginterpretasikan kesan-kesan atau pengalaman-pengalaman sensorinya

dalam usahanya memberikan suatu makna atau arti tertentu pada

lingkungan (Siagian, 2004: 100). Hal yang senada juga diungkapkan

Suharnan (2005: 23) yang menyatakan bahwa persepsi merupakan suatu

proses menginterpretasi atau menafsirkan informasi yang diperoleh

melalui sistem alat indera manusia.

Persepsi juga dapat didefinisikan sebagai proses yang mengorganisir

dan menggabungkan data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan

sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk

sadar akan diri kita sendiri (Davidoff, 1988: 232). Sedangkan Thoha

(1988: 138) menyatakan bahwa persepsi pada hakekatnya adalah proses

kognitif ya ng dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi

tentang lingkunga nnya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan

perasaan maupun penciuman.

Dengan demikian dalam proses persepsi, seseorang dapat

mengorganisasikan input yang kompleks dan bervariasi yang diterima oleh

panca indera. Jadi dapat disimpulkan persepsi adalah cara pandang

seseorang dalam menilai obyek yang ada di sekitarnya sehingga dapat

memotivasi seseorang dalam bertindak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu (Irwanto, 1988:

(52)

a. Perhatian yang Selektif

Setiap saat individu berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi

dengan lingkungan mempengaruhi individu untuk menerima rangsang

dari dunia sekitar. Rangsang atau stimulus yang diterima individu

sangatlah beragam. Hal ini mendorong individu hanya memusatkan

perhatian pada rangsang-rangsang tertentu. Perhatian sebagai langkah

persiapan dalam persepsi merupakan pemusatan atau konsentrasi dari

seluruh aktivitas individu terhadap suatu obyek atau sekumpulan

obyek (Walgito, 2004: 98). Perhatian pada suatu obyek tergantung dari

intensitas obyek tersebut. Perhatian memiliki intensitas yang secara

intensif dan tidak intens if terhadap suatu obyek. Perhatian dapat

intensif apabila dikuatkan oleh banyaknya rangsang yang diterima dan

perhatian dapat tidak intensif apabila kurang dik uatkan oleh rangsang

tersebut (Soemanto, 1988: 100).

b. Ciri-ciri Rangsang

Dalam melakukan persepsi, rangsang yang diterima harus kuat

hingga melewati ambang rangsang. Ambang rangsang pada kekuatan

rangsang minimal dapat diterima oleh individu (Walgito, 2004: 46).

Berkaitan dengan perhatian, individu lebih tertarik pada rangsang yang

memiliki intensitas kuat karena dianggap dapat menarik perhatian.

Rangsang dengan kontras atau warna yang lebih menarik perhatian

akan lebih mudah untuk diterima individu. Rangsang dengan

(53)

individu. Rangsang dengan ukuran besar dan diterima secara

berulang-ulang, memudahkan individu untuk menerimanya (Irwanto,dkk, 1988:

76).

c. Nilai-nilai dan Kebutuhan Individu

Davidoff, 1981 (dalam Walgito, 2004: 89) mengemukakan

bahwa persepsi bersifat individual sehingga persepsi individu yang

satu berbeda dengan individu lain. Obyek yang diterima oleh individu

dapat sama atau berbeda dengan individu lain. Perbedaan ini

ditentukan oleh nilai dan kebutuhan individu itu sendiri. Nilai dan

kebutuhan menjadi perhatian individu dalam menerima rangsang yang

ada.

Dalam hal ini yang akan diteliti yaitu persepsi siswa terhadap

besarnya SPP, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah dan proses

belajar mengajar pada SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung, Kecamatan

Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Jika persepsi yang dimiliki oleh

siswa bersifat negatif/kurang baik akan menimbulkan perasaan tidak

senang atau tidak suka terhadap besarnya SPP, sarana dan prasarana yang

dimiliki oleh sekolah, dan proses belajar mengajar pada SMA Budi Mulia

Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Slema n,

Yogyakarta, maka siswa tersebut tidak akan berminat untuk bersekolah di

SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten

Sleman, Yogyakarta, dengan adanya hal ini, maka jumlah siswa yang

(54)

siswa positif/baik terhadap besarnya SPP, sarana dan prasarana yang

dimiliki sekolah dan proses belajar mengajar pada SMA Budi Mulia Desa

Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta,

maka hal tersebut akan menimbulkan perasaan senang atau suka terhadap

besarnya SPP, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah, dan proses

belajar mengajar pada SMA Budi Mulia Desa Sendangagung, Kecamatan

Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dengan demikian siswa tersebut

akan berminat untuk bersekolah di SMA Budi Mulia. Dengan adanya hal

ini, maka akan menyebabkan jumlah siswa di SMA Budi Mulia jumlahnya

banyak.

B. Kerangka Teoritis

Ada banyak faktor yang berhubungan dengan minat siswa dalam

memilih sekolah. Menurut peneliti, faktor-faktor tersebut antara lain: sikap,

persepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin, intelegensi, latar belakang

ekonomi, minat orang tua dan juga teman sebaya. Namun dalam penelitian

ini, peneliti ha nya akan membahas tentang hubungan status sosial ekonomi

orang tua dan persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia dengan minat siswa

bersekolah di SMA Budi Mulia.

1. Hubungan status sosial ekonomi orang tua siswa dengan minat siswa

bersekolah di SMA Budi Mulia.

Status sosial ekonomi orang tua berhubungan dengan minat seorang anak.

(55)

minat mereka untuk mencakup hal-hal yang semula belum mampu mereka

laksanakan. Sebaliknya, kalau status ekonomi orang tua buruk atau kurang

baik karena usaha yang kurang maju, maka orang atau anak cenderung

untuk mempersempit minat mereka. Sehingga mereka tidak dapat bebas

memilih atau mengambil keputusan sesuai minat mereka.

Berdasarkan uraian di atas maka ditarik hipotesis:

Ho : Tidak ada hubungan positif status sosial ekonomi orang tua siswa

dengan minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia.

Ha: Ada hubungan positif status sosial ekonomi orang tua siswa dengan

minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia.

2. Hubungan persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia dengan minat siswa

bersekolah di SMA Budi Mulia.

Persepsi siswa (X) yang berbeda-beda terhadap dunia pendidikan akan

berhubungan dengan jumlah siswa yang masuk (Y), jika banyak siswa

berpikiran negatif/kurang baik tentang SMA Budi Mulia maka secara tidak

langsung siswa juga ragu untuk bersekolah di SMA yang bersangkutan,

dengan adanya hal ini maka jumlah siswa SMA Budi Mulia mengalami

penurunan. Sebaliknya apabila persepsi siswa positif/baik maka mereka

akan yakin bersekolah di SMA Budi Mulia, tentunya hal ini akan

meningkatkan jumlah siswa yang masuk.

Persepsi siswa positif Perspesi siswa

negatif

Ada minat untuk bersekolah di SMA Budi

Mulia

Tidak ada minat untuk bersekolah di SMA Budi

Mulia SMA Budi

(56)

Berdasarkan uraian di atas maka ditarik hipotesis:

Ho : Tidak ada hubungan positif persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia

dengan minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia.

Ha : Ada hubungan positif persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia

(57)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

Furchan (1982:50) mengatakan bahwa dengan metode inilah kita

menentukan strategi yang harus dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang

diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi. Memilih metode penelitian

yang tepat sangat penting, karena metode penelitian yang baik akan menghasilkan

hasil penelitian yang baik juga. Bab III ini akan membahas beberapa hal yang

berkaitan dengan metodologi penelitian yang akan digunakan:

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus merupakan

suatu penelitian tentang subjek tertentu yang terbatas, maka kesimpulan yang

diperoleh hanya berlaku pada subjek yang diteliti (Tatang M, Amirin,

1986:137). Dalam penelitian ini yang dipandang sebagai kasus adalah status

sosial ekonomi orang tua, dan persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia dalam

hubungannya dengan minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia. Dengan

demikian, hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku bagi

SMA Budi Mulia.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

(58)

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2008.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang-orang yang tersangkut dengan objek yang

akan diteliti atau mereka yang dapat memberikan informasi tentang objek

penelitian. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa siswi SMA

Budi Mulia.

2. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian ini adalah:

a. Minat siswa SMA Budi Mulia untuk bersekolah di SMA Budi Mulia,

Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman,

Yogyakarta.

b. Status sosial ekonomi orang tua siswa SMA Budi Mulia, Desa

Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

c. Persepsi siswa terhadap besarnya SPP, Sarana dan Prasarana, dan

Proses Belajar Mengajar pada SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung,

(59)

D. Populasi, dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah kumpulan yang lengkap dari seluruh elemen yang sejenis,

akan tetapi dapat dibedakan satu sama lain. Perbedaan itu disebabkan

karena adanya karakteristik yang berlainan (Suprapto, 1986 : 24). Populasi

yang diambil oleh peneliti meliputi seluruh siswa SMA Budi Mulia, Desa

Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

2. Sampel

Sampel adalah kelompok kecil yang kita amati atau beberapa bagian

terkecil/cuplikan yang ditarik dari populasi atau porsi dari suatu populasi

(Arikunto, 2006 :131). Untuk menentukan besarnya sampel dari populasi

digunakan rumus slovin sebagai berikut (Consuelo, 1993 : 161) :

2

1 Ne

N n

+ =

Ket : n : ukuran sampel N : ukuran populasi

e : nilai kritis (batas ketelitan) yang diinginkan(persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi.

Sebagai pertimbangan, Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa

apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Karena dalam penelitian ini

populasinya berjumlah di bawah 100 yaitu berjumlah 20 orang, maka

populasi tersebut akan dijadikan sampel. Sehingga penelitian ini disebut

(60)

E. Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel merupakan kegiatan menjabarkan variabel penelitian

ke dalam indikator untuk mendefinisikan dan mengukur variabel. Dalam

penelitian ini ada 2 variabel :

1. Variabel terikat, yaitu variabel yang diramalkan akan timbul dalam

hubungan yang fungsional. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

Minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung,

Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

a. Variabel minat siswa SMA Budi Mulia untuk bersekolah di SMA Budi

Mulia, Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman,

Yogyakarta.

Minat bersekolah di SMA Budi Mulia dapat diartikan suatu

keadaan dimana seseorang merasa senang, merasa tertarik dan

menaruh perhatian terhadap SMA Budi Mulia disertai dengan adanya

kecenderungan untuk berhubungan secara aktif dengan SMA Budi

Mulia. Untuk mengukur minat siswa, peneliti menggunakan data yang

diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada responden. Adapun

pengembangan variabel minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia

(61)

Tabel 3.1

Pengembangan Variabel Minat Siswa bersekolah di SMA Budi Mulia ke dalam indikator-indikator

Pernyataan Variabel Indikator

Positif Negatif Minat Siswa Bersekolah di SMA Budi Mulia

1. Perasaan Senang a. Merasa senang

terhadap dasar semangat sekolah. b. Merasa senang

terhadap fasilitas yang dimiliki sekolah. 2. Ketertarikan a. Ketertarikan terhadap tingkat kelulusan. b. Ketertarikan terhadap tujuan sekolah.

c. Merasa tertarik terhadap fasilitas yang dimiliki sekolah. d. Ketertarikan terhadap misi sekolah.

3. Menaruh perhatian a. Menaruh perhatian

terhadap tingkat pendidikan para guru.

b. Menaruh perha tian pada besarnya tarif SPP.

c. Menaruh perhatian pada proses belajar mengajar. 1 2 3 4 5 6 7 8 9,11 - - - - - - - - 10

Karena hasil pengukuran bersifat kualitatif, maka perlu dikuantitatifkan

dengan skala likert. Pengukuran dalam bentuk skor pada setiap jawaban

(62)

Tabel 3.2

Variabel Minat Bersekolah di SMA Budi Mulia

Jawaban Skor pernyataan positif Skor pernyataan negatif

Sangat setuju 4 1

Setuju 3 2

Kurang setuju 2 3

Tidak setuju 1 4

2. Variabel Bebas, yaitu variabel yang diselidiki pengaruhnya. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah status sosial ekonomi orang tua, dan

persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia.

a. Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Status atau posisi seseorang dalam keluarga dalam hubungannya

dengan keluarga lain, dalam arti lingkungan pergaulan, prestise, dan

hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. Masing- masing individu atau

sebuah keluarga akan memiliki unsur- unsur yang terkandung dalam

konsep status sosia l ekonomi. Sedikit banyak unsur yang dimiliki baik

secara kuantitas akan menunjukan tinggi/rendahnya status sosial

ekonominya. Konsep status sosial ekonomi dalam ilmu pengetahuan

mencakup empat indikator meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan,

penghasilan dan fasilitas khusus.

1) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yaitu tingkat pendidikan terakhir orang

tua siswa. Dalam hal ini pendidikan dikelompokan menurut tingkat

pendidikan yang telah diselesaikan, yaitu tidak sekolah, Tidak

Tamat SD, Lulusan SD, Tidak Tamat SMP, Lulus SMP, Tidak

(63)

Tinggi. Pengukuran tingkat pendidikan orang tua siswa

dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 3.3

Pengklasifikasian Tingkat Pendidikan

No. Keterangan Skor

1. Tidak Sekolah 1

2. Tidak Tamat SD 2

3. Tamat SD 3

4. Tidak Lulus SMP 4

5. Lulus SMP 5

6. Tidak Lulus SMA 6

7. Lulus SMA 7

8. Lulus D III 8

9. Lulus Perguruan Tinggi 9

2) Jenis-jenis pekerjaan Orang Tua

Menurut Spillane (1982:14), Pekerjaan adalah usaha orang

untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Pekerjaan atau jabatan

digolongkan menjadi 9. Melalui penggolongan tersebut, peneliti

ingin menggolongkan menjadi 3 golongan utama, yaitu golongan

atas, golongan menengah, dan golongan rendah. Adapun

pembagian golongan tersebut sebagai berikut (kusmiati,2005:37):

Tabel 3.4

Pengklasifikasian jenis-jenis pekerjaan orang tua

No. Keterangan Golongan Skor

1. Golongan Atas G 3

2. Golongan Menengah A,C,E,I 2 3. Golongan Rendah B,D,F,H 1

3) Tingkat Penghasilan

Pendapatan atau penghasilan keluarga yang di maksud oleh

Gambar

Gambar 1 Struktur Organisasi Sekolah ..............................................................
Data jumlah siswa SMA Budi Mulia Selama 5Tabel 1.1  Tahun terakhir
Tabel 1.2 Data Jumlah Penduduk Sendangagung Selama 5 Tahun Terakhir
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

MEMUTUSKAN : Mengangkat nama yang tersebut di bawah Menimbang Mengingat Memperhatikan Menetapkan KESATU KEDUA Nama NIP Tempat/Tanggal Lahir Jenis kelamin Pendidikan MerSadi Calon

Rata-rata marjin keuntungan industri farmasi selama 20 tahun sebesar 17,28 persen, efisiensi industri farmasi dari tahun ke tahun besar yaitu sekitar 76,82 persen yang

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh profitabilitas, kepemilikan manajerial, dan Ukuran Perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor industri

Dengan paket BELI RESEP secara otomatis anda akan mendapatkan pelajaran secara penuh dari A-Z tentang resep-resep Bakso, Mie Ayam, Cara Pembuatan Mie, Cara Pembuatan

Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: (1) ” Apakah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi pada siswa kelas IV

Jika tingkat bunga yang disyaratkan lebih rendah daripada tingkat kupon (lihat contoh 2), harga obligasi akan lebih tinggi dari nilai parnya, atau obligasi dijual dengan

Jika agama bekerja di mana kelas subordinat berada pada posisi keduanya yakni sebagai subjek dan objek dalam sebuah masyarakat tertentu menghasilkan (mampu berkomunikasi dan

Rp240.399.000,00 (Dua Ratus Empat Puluh Juta Tiga Ratus Sembilan. Puluh Sembilan