HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN
PERSEPSI SISWA TENTANG SMA BUDI MULIA DENGAN
MINAT SISWA BERSEKOLAH DI SMA BUDI MULIA
Studi Kasus pada SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir,Kabupaten Sleman, Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh : Christina Rini Wulandari
NIM : 041334038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN
PERSEPSI SISWA TENTANG SMA BUDI MULIA DENGAN
MINAT SISWA BERSEKOLAH DI SMA BUDI MULIA
Studi Kasus pada SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir,Kabupaten Sleman, Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh : Christina Rini Wulandari
NIM : 041334038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“PANGERAN teh Gusti pangangon
abdi, abdi moal kakirangan”
Tuhan adalah gembalaku takkan kekurangan aku
K upersembahkan Skripsi ini untuk:
v
Tuhan Y esus K ristus & B unda M ariav
B apak FB .Gino dan I bu V . Suharyaniv
K akak-kakakku M as Eko dan M as H eruv
M y L ittle B rother Antonius Ade K urniantov
B apil lan Alm. Simbokv
Pakde, Om, Tante, dan Sepupu-sepupukuv
Alm. M bokde Wasikem dan Alm. Siwo M asiyemv
MOTTO
D alam tiap jerih payah ada keuntungan, tetapi kata-kata belaka
mendatangkan kekurangan saja
(Amsal 14:23)
U ntuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit
ada waktunya.
(Pengkhotbah 3:1)
B erikan apa yang dibutuhkan orang lain, dan jangan berikan apa
yang tidak dibutuhkan.
(G. Wilwatika)
Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: M intalah, maka akan
diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah,
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 3 Desember 2008
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Christina Rini Wulandari
Nomor Mahasiswa : 041334038
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN
PERSEPSI SISWA TENTANG SMA BUDI MULIA DENGAN
MINAT SISWA BERSEKOLAH DI SMA BUDI MULIA
Studi Kasus pada SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan roya lti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 04 Januari 2009
Yang menyatakan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
a. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan
mengembangkan kepribadian kepada penulis.
b. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
c. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.
d. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma
e. Bapak S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si. selaku Pembimbing I yang
telah bersedia menyediakan waktu, memberikan saran dan kritik yang sangat
viii
f. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si.dan Ibu Rita Eni Purwanti, S.Pd.,
M.Si. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dalam memberikan
bimbingan, memberi kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
g. Segenap staff pengajar Program Studi Pendidik an Akuntansi atas ilmu yang
telah diberikan melalui perkuliahan.
h. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah
membantu proses kelancaran dalam proses belajar selama ini.
i. Bapak Niko Kanti Raharjo selaku kepala sekolah SMA Budi Mulia, Minggir
yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian, sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan.
j. Mas Taryono dan para guru SMA Budi Mulia yang telah membantu dalam
kelancaran penelitian.
k. Seluruh keluargaku: Ayahnda tersayang Franciscus Borgias Gino dan Bunda
tercinta Veronica Suharyani atas segala dukungan, doa, kasih sayang, dana
dan kesabaran yang bapak dan ibu kasih sampai saat ini. Mas eko atas
dukungan, doa dan proses pendewasaan. Mas heru atas segala bantuan,
semangat, doa, perhatiaan dan aliran dananya, serta adekku tersayang
Antonius Ade Kurnianto atas kenakalannya sehingga aku dapat menjadi lebih
sabar dan dewasa. Bantuan dan dukungan yang Bapak, Ibu, Mas Eko, Mas
Heru dan Anton berikan begitu berarti bagiku.
l. Bapil atas doa, kesabaran, dan kebaikannya sehingga aku bisa lulus dan
ix
lulus. Aku percaya simbok pasti tersenyum diatas sana. Terima kasih atas doa,
kesabaran dan bantuan simbok selama simbok masih bersamaku).
m. Pakde Romo, Tante Nina Sabda, Om Paul, Tante Nina, Mbak Endok, Om
Kelik, Om Ijud, Tante Ivone, Om Teguh, Bulek Sri, Oshi, Olie, Nikken,
Pascalis, Irene, Via, Hero, Rio terima kasih atas doa, dukungan, semangat,
keceriaan, kebersamaan, bimbingan dan doa restunya selama ini.
n. Sayangku Albertus Agung Haryoko yang selalu memberikan motivasi, doa,
kasih sayang, kesabaran, perhatian dan cinta. Akhirnya aku lulus juga. Kita
bisa wisuda bareng dunk.hehehehe. Aku Sayang Kamu.
o. Sahabat-sahabat terbaikku alumni Stella Duce 2: Rina, Yoan, Rian, Wiwid,
Ludia, Elina, Manda, Mama Tya, Isti, Edita, dan Retha. Terima kasih untuk
persahabatan yang hangat selama ini.
p. Sahabat-sahabat terbaikku: Pascalia Vincentia Martiana (An, akhirnya aku
lulus juga. Thanks ya kamu selalu ada saat aku butuh), Yanita Minarmi (Yan,
berkat dukungan dan semangat yang selalu kamu kasih akhirnya aku dapat
menyelesaikan skripsiku dan menyusulmu menjadi seorang sarjana), Fransisca
Febriyantari Eka M (ayo ran gek ndang daftar jadi pegawai bank), An.
Swastika Putri Mahendraswara (Penantian kita selama ini terwujud juga ya
mprut), Sella Widya Nugraheni ( Sel, ayo chayo-chayo tak tunggu wis.
SEMANGAT) Alfonsa Ika (thank ya selama ini kamu mau jadi tempat
curhatku), Astri Tumanggor(Kapan neh kursus Inggrisnya?) Nia (nin setiap
aku melihat andeng-andengmu, aku selalu bersemangat mengerjakan
x
(makasih untuk bimbingannya), Nucky (sukses ya wat semua yang kamu buat.
Ojo mbojo wae!!!hehehehe) terima kasih atas semua bantuan, perhatian,
nasihat, dukungan, semangat dan persahabatan yang terjalin selama ini
sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini. Bersama kalian hidupku
menjadi lebih indah.
q. Teman-teman Kost 20B K’Afda, K’Indah, Ule, Isna, Camay, K’Ima, Ika
makasih atas semua dukungan, cerita, canda tawa, dan kebersamaan dalam
suka dan duka selama di kost
r. Teman-teman PAK’A dan PAK’B Pendidikan Akuntansi’04 atas kebersamaan
selama proses perkuliahan yang menyenangkan di Universitas Sanata Dharma
(aku sangat bahagia bersama kalian).
s. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 3 Desember 2008
xi
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG
TUA DAN PERSEPSI SISWA TENTANG SMA BUDI MULIA
DENGAN MINAT SISWA BERSEKOLAH DI SMA BUDI
MULIA
Studi Kasus pada SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung, Minggir, Sleman, Yogyakarta
Christina Rini Wulandari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan positif antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia; (2) ada hubungan positif antara persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia dengan minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus di SMA Budi Mulia, Minggir pada bulan oktober 2008. Populasi dalam penelitiam ini adalah seluruh siswa SMA Budi Mulia yang berjumlah 20 siswa. Karena jumlah populasinya berada di bawah 100 maka penelitian ini merupakan penelitian populasi. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment dari pearson.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan positif antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia (rxy=0,019); (2) tidak ada hubungan positif antara persepsi siswa tentang SMA
xii
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN SOCIAL ECONOMY
STATUS OF PARENTS AND CHILDREN’S PERCEPTION TO
STUDY IN BUDI MULIA HIGH SCHOOL
Case Study at Budi Mulia Senior High School, Sendangagung Village, Minggir, Sleman Recency Yogyakarta
Christina Rini Wulandari Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
The aims of the research are to find out (1) the positive correlation between social economy status of parents and the ir children’s interest to study in Budi Mulia Senior High School; (2) the positive correlation between students’ perception about Budi Mulia Senior High School and students’ interest to study in Budi Mulia Senior High School.
This research is a case study in Budi Mulia Senior High School, in Minggir village conducted in September 2008. The population of this research are 20 students of Budi Mulia Senior High School. Because the sum of the population is under 100, this research is called a population research. The data collection techniques are questioner and documentation. Data analysis technique is correlation of product moment from Pearson.
The results of the research indicate that (1) there is positive correlation between social economy status of parents and their children’s interest to study in Budi Mulia Senior High School (rxy = 0,019); (2) there is n’t positive correlation
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... xi
ABSTRACT ... xii
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR... xviii
DAFTAR LAMPIRAN... xix
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Batasan Masalah... 4
C. Rumusan Masalah... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB. II KAJIAN TEORITIK... 7
A. Kajian Teoritik ... 7
1. Minat ... 7
2. Pengertian pendidikan menengah... 13
3. Prasarana dan Sarana Pendidikan... 15
4. Biaya Sekolah... 17
xiv
6. Tamat Sekolah... 20
7. Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 21
8. Persepsi... 29
B. Kerangka Teoritis ... 33
BAB III METODE PENELITIAN... 36
A. Jenis Penelitian... 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
C. Subjek dan Objek Penelitian... 37
D. Populasi dan Sampel ... 38
E. Operasionalisasi Variabel ... 39
F. Teknik Pengumpulan Data ... 46
G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 46
H. Teknik Analisis Data ... 52
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 59
A. Identitas Sekolah... 59
B. Sejarah singkat berdirinya SMA Budi Mulia ... 59
C. Visi dan Misi SMA Budi Mulia ... 60
D. Dasar Semangat SMA Budi Mulia... 60
E. Tujuan institusional SMA Budi Mulia ... 60
F. Kurikulum SMA Budi Mulia ... 61
G. Fasilitas yang dimiliki SMA Budi Mulia ... 61
H. Sumber Daya Manusia SMA Budi Mulia ... 63
I. Daftar peserta didik SMA Budi Mulia ... 64
J. Data jumlah kelulusan SMA Bud i Mulia selama lima tahun terakhir ... 64
K. Struktur Organisasi Sekolah ... 65
L. Uraian Tugas dan Tangung Jawab Masing-Masing Divisi ... 66
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 76
xv
B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 85
C. Pengujian Hipotesis... 88
D. Pembahasan... 90
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN... 93
A. Kesimpulan... 93
B. Keterbatasan... 94
C. Saran... 94
DAFTAR PUSTAKA
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data jumlah siswa SMA Budi Mulia selama lima tahun terakhir ... 2
Tabel 1.2 Data jumlah penduduk desa Sendangagung selama lima tahun terakhir ... 3
Tabel 3.1 Pengembangan variabel minat ... 40
Tabel 3.2 Penskoran variabel minat ... 41
Tabel 3.3 Pengklasifikasian tingkat pendidikan orang tua siswa ... 42
Tabel 3.4 Pengklasifikasian jenis-jenis pekerjaan orang tua siswa ... 42
Tabel 3.5 Pengkategorian tingkat penghasilan orang tua siswa ... 43
Tabel 3.6 Fasilitas Keluarga ... 43
Tabel 3.7 Pengembangan variabel persepsi siswa ... 45
Tabel 3.8 Penskoran variabel persepsi siswa ... 46
Tabel 3.9 Hasil perhitungan uji validitas I ... 48
Tabel 3.10 Hasil perhitungan uji validitas II ... 49
Tabel 3.11 Kriteria Penilaian Reliabilitas ... 51
Tabel 3.12 Pedoman penilaian koefisien korelasi ... 55
Tabel 3.13 Interpretasi nilai koefisien ... 57
Tabel 4.1 Daftar SDM DI SMA Budi Mulia... 63
Tabel 4.2 Daftar peserta didik DI SMA Budi Mulia... 64
Tabel 4.3 Data jumlah kelulusan SMA Budi Mulia selama empat tahun terakhir ... 64
xvii
Tabel 5.2 Deskripsi tingkat pendidikan ayah ... 77
Tabel 5.3 Deskripsi tingkat pendidikan ibu... 77
Tabel 5.4 Deskripsi jenis pekerjaan pokok ayah... 78
Tabel 5.5 Deskripsi jenis pekerjaan pokok ibu ... 78
Tabel 5.6 Deskripsi pendapatan ayah ... 79
Tabel 5.7 Deskripsi pendapatan ibu... 80
Tabel 5.8 Deskripsi fasilitas khusus yang dimiliki keluarga... 80
Tabel 5.9 Deskripsi fasilitas khusus ... 83
Tabel 5.10 Deskripsi persepsi siswa mengenai SMA Budi Mulia ... 84
Tabel 5.11 Deskripsi minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia ... 85
Tabel 5.12 Tabel uji normalitas... 86
xviii
DAFTAR GAMBAR
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner penelitian... 97
Lampiran 2 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 104
Lampiran 3 Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi ... 107
Lampiran 4 Data Induk Penelitian... 108
Lampiran 5 Uji Normalitas dan Uji Linearitas ... 112
Lampiran 6 Korelasi Product Moment ... 115
Lampiran 7 Daftar Distribusi Frekuensi... 116
Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian dan Surat Keterangan Penelitian... 125
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan di
Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar (SD / MI
/ Paket A dan SLTP / MTs / Paket B), pendidikan menengah (SMU / MA,
SMK), dan pendidikan tinggi (www.smka-smr.sch.id).
Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang bertujuan untuk
menumbuhkan minat, mengasah kemampuan pikir, olah tubuh dan naluri.
Sedangkan pendidikan menengah adalah pendidikan yang lebih mengarah
kepada persiapan kerja dan lanjut ke PT (UU 50 dalam
http://murniramli.wordpress.com/2008/06/23/pendidikan dasar dan pendidikan
menengah) .
Pendidikan memiliki peran dan pengaruh ya ng positif terhadap segala
bidang kehidupan dan perkembangan manusia. Selain itu, pendidikan juga
menentukan model manusia yang akan dihasilkan. Peran dan pengaruh
perkembangan serta kehidupan masyarakat, kehidupan kelompok dan
kehidupan setiap individu.
Namun dalam kenyataannya banyak jenjang pendidikan yang
kekurangan jumlah siswa atau peserta didik. Hal ini semakin diperkuat dengan
adanya beberapa pemberitaan di media yang memberitakan tentang
permasalahan kekurangan siswa dalam lembaga pendidikan, salah satunya
dalam surat kabar harian Kedaulatan Rakyat pada tanggal 17 juli 2008,
dikatakan bahwa banyak sekolah kekurangan siswa “SDN Kedungdowo
Hanya Punya 2 Siswa Baru”. Permasalahan yang sama juga dialami oleh SMA
Budi Mulia, sudah beberapa tahun terakhir ini SMA Budi Mulia kekurangan
siswa. Adapun data jumlah siswa selama lima tahun terakhir adalah:
Tabel 1.1
Data jumlah siswa SMA Budi Mulia Selama 5Tahun terakhir
Tahun Ajaran Jumlah Siswa Secara Keseluruhan 2004 – 2005 22 2005 – 2006 22 2006 – 2007 21 2007 – 2008 18 2008 – 2009 20
Sumber : Arsip jumlah siswa yang dimiliki sekolah
Hal ini sangat bertolak belakang dengan jumlah penduduk yang berumur
16-18 tahun di Desa Sendangagung. Penduduk yang berumur 16-18 tahun
merupakan penduduk yang masuk dalam kelompok usia SMA (Statistik
pendidikan, 2006:41). Adapun data kelompok usia SMA di Desa
Tabel 1.2
Data Jumlah Penduduk Sendangagung Selama 5 Tahun Terakhir
Tahun Jumlah Penduduk Usia SMA
2004 472
2005 561
2006 365
2007 402
2008 522
Sumber: Data Monografi Desa Sendangagung.
Dengan adanya kenyataan tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui
sebenarnya apa yang menyebabkan jumlah siswa di SMA Budi Mulia sedikit
atau di bawah standar, padahal jumlah penduduk daerah sekitar jumlahnya
cukup banyak. Mengapa penduduk daerah sekitar tidak berminat bersekolah di
SMA Budi Mulia.
Banyak faktor yang behubungan dengan minat yaitu sikap, persepsi,
prestasi belajar, bakat, jenis kelamin, intelegensi, latar belakang ekonomi,
minat orang tua dan juga teman sebaya.
Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui
apakah ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat
siswa bersekolah di SMA Budi Mulia, dan apakah ada hubungan antara
persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia dengan minat siswa bersekolah di
SMA Budi Mulia.
Dari uraian tersebut, maka dapat ditarik judul “Hubungan Status Sosial
Ekonomi Orang Tua , dan Persepsi Siswa tentang SMA Budi Mulia dengan
B. Batasan Masalah
Banyak faktor yang berhubungan dengan minat. Faktor- faktor tersebut
antara lain: status sosial ekonomi orang tua, prestasi, sikap, bakat, jenis
kelamin, lingkungan belajar, dan teman sebaya. Namun dalam penelitian ini,
peneliti hanya akan memfokuskan pada:
1. Hubungan status sosial ekonomi orang tua siswa SMA Budi Mulia dengan
minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia.
2. Hubungan persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia dengan minat siswa
bersekolah di SMA Budi Mulia.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditarik suatu rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan positif status sosial ekonomi orang tua dengan
minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung,
Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta?
2. Apakah ada hubungan positif persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia
dengan minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung,
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa bersekolah
di SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten
Sleman, Yogyakarta.
2. Hubungan persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia dengan minat siswa
bersekolah di SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Bagi Sanata Dharma
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi
mahasiswa lain, sehingga dapat menambah pengetahuan tentang hubungan
status sosial ekonomi orang tua, dan persepsi siswa tentang SMA Budi
Mulia dengan minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia.
2. Bagi SMA Budi Mulia
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
meningkatkan jumlah siswa di SMA Budi Mulia, Minggir.
3. Bagi Peneliti
Dengan melakukan penelitian ini, pengetahuan peneliti dapat bertambah
tentang SMA Budi Mulia dengan minat siswa bersekolah di SMA Budi
7
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Kajian Teoritik
1. Minat
Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan pilihan
seseorang. Selain itu, minat juga merupakan salah satu faktor yang penting
untuk kemajuan dan keberhasilan seseorang. Seseorang yang mengerjakan
suatu pekerjaan yang disertai dengan minat, pada umumnya akan
memperoleh hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak berminat
sebelumnya.
Minat adalah kecenderungan yang agak menetap pada seseorang
untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang
berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan bidang itu
(Winkel, 1991 : 533). Minat akan mengarahkan tindakan individu terhadap
suatu objek atas dasar rasa senang dan tidak senang (Sukardi, 1988: 62).
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Bimo Walgito (1977: 38), yang
menyatakan minat merupakan suatu keadaan di mana seseorang menaruh
perhatian terhadap suatu objek disertai dengan adanya kecenderungan
untuk berhubungan lebih aktif dengan objek itu.
Selanjutnya, Whitherington (1963: 124) mengemukakan bahwa
minat adalah kesadaran seseorang bahwa objek, sesuatu soal atau suatu
Berbicara tentang minat, munculnya tidak terbentuk secara tiba-tiba,
melainkan terbentuk dan berkembang melalui proses pendidikan, proses
sosialisasi, dan proses interaksi di sekolah, di masyarakat, dan didalam
keluarga.
Kemampuan peserta didik dan pengalaman belajar yang
berbeda-beda pada peserta didik akan menimbulkan minat yang bervariasi. Peserta
didik juga mempunyai obyek minat yang berbeda-beda antara lain minat
pada sekolah, minat pada pekerjaan di masa mendatang dan lainnya.
Adapun bahaya perkembangan minat antara lain interprestasi kesenangan
sementara sebagai minat, pengaruh teman sebaya, minat berdasarkan
konsep yang tidak realistik dan bobot emosional yang negatif terhadap
minat tertentu dan sebagainya.
Menurut Giartama (1990 : 6), minat digolongkan menjadi dua, yaitu
sebagai berikut :
a. Secara intrinsik
Minat secara intrinsik merupakan minat yang timbul dari dalam
individu sendiri tanpa pengaruh dari luar. Minat intrinsik dapat timbul
karena pengaruh sikap, persepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin
dan intelegensi.
1) Sikap
Menurut Thurstone, sikap adalah suatu tingkatan afeksi baik yang
bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan
sedangkan afeksi negatif adalah yang tidak menyenangkan.
Dengan demikian objek dapat menimbulkan berbagai macam
sikap.
2) Persepsi
Persepsi merupakan proses yang meliputi penginderaan terhadap
rangsang, pengorganisasian rangsang, dan penafsiran rangsang
sehingga ind ividu mengerti rangsang yang diinderanya.
Ada tiga komponen dalam persepsi yaitu: seleksi, interpretasi, dan
reaksi. Makna informasi bagi individu yang satu dengan yang lain
berbeda-beda. Hal ini tergantung dari ketiga komponen persepsi.
Dengan adanya perbedaan seleksi, maka dapat menimbulkan
interpretasi yang berbeda pula, sehingga reaksi yang timbul
tergantung dari interpretasi yang ada (Bimo Walgito, 1994:53).
3) Prestasi belajar
Seorang yang kurang berminat pada pendidikan atau pekerjaan
biasanya menunjukkan ketidaksenangan. Hal ini dapat dilihat
dalam kejadian-kejadian seperti berprestasi rendah, bekerja di
bawah kemampuannya dalam setiap mata pelajaran atau dalam
melaksanakan pekerjaan yang tidak disukai. Besarnya minat
seseorang terhadap pendidikan dapat dipengaruhi oleh minat pada
pekerjaan. Jika seseorang mengharapkan pekerjaan yang menuntut
pendidikan tinggi, maka pendidikan akan dianggap sebagai batu
4) Bakat
Bakat dalam pengertian bahasa atau dalam pengertian umum
adalah kelebihan atau keunggulan alamiah yang melekat pada diri
kita dan menjadi pembeda antara kita dengan orang lain.
(http://www.e-psikologi.com /dewasa/170406.htm)
5) Jenis kelamin
Laki- laki biasanya lebih bersungguh-sungguh dalam hal pekerjaan
dibandingkan dengan perempuan yang kebanyakan memandang
pekerjaan sebagai pengisi waktu sebelum menikah.
Laki- laki menginginkan pekerjaan yang menarik dan
menggairahkan tanpa memperhatikan kemampuan yang dituntut
oleh pekerjaan atau oleh kesempatan yang ada untuk memperoleh
pekerjaan. Mereka juga menginginkan pekerjaan yang bermartabat
tinggi, sekalipun bayarannya lebih sedikit daripada berbagai
kegiatan yang tidak terlampau bergengsi. Banyak laki- laki dari
keluarga yang statusnya rendah, berharap mancapai status sosial
yang lebih tinggi melalui pekerjaan. Pada umumnya perempuan
memilih pekerjaan yang memberikan rasa aman dan yang tidak
banyak menuntut waktu. Dalam memilih pekerjaan, biasanya
perempuan menekankan unsur melayani orang lain seperti
6) Intelegensi
Dalam buku pengantar psikologi umum, intelegensi adalah daya
menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan mempergunakan
alat-alat berpikir menurut tujuannya ( kamus pedagogik, 1953).
Intelegensi masing- masing individu berbeda-beda, karena
perbedaan tersebut maka individu satu dengan yang lain tidak sama
kemampuannya dalam memecahkan sesuatu persoalan yang
dihadapi (Bimo Walgito,1994:133).
b. Secara ekstrinsik
Minat secara ekstrinsik merupakan minat yang timbul akibat
pengaruh dari luar individu. Minat ekstrinsik timbul antara lain karena
latar belakang ekonomi, minat orang tua dan teman sebaya.
1) Latar belakang ekonomi
Apabila status ekonomi baik, orang cenderung memperluas minat
mereka untuk mencakup hal-hal yang semula belum mampu
mereka laksanakan. Sebaliknya, kalau status ekonomi buruk atau
kurang baik karena tanggung jawab keluarga atau usaha yang
kurang maju, maka orang cenderung untuk mempersempit minat
mereka.
2) Minat orang tua
Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan
orang tua dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama
(Elizabeth B. Hurlock, 1997:235).
3) Minat teman sebaya
Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja
dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan
dari anggapan tentang konsep teman-teman mengenai dirinya.
Kedua, ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri
kepribadian yang diakui oleh kelompok. Teman sebaya memiliki
pengaruh yang besar terhadap perkembangan pola kepribadian
remaja, karena remaja lebih sering berada di luar rumah bersama
dengan teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat,
penampilan dan perilaku lebih besar daripada keluarga (Elizabeth
B. Hurlock, 1997:235). Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Winarno Suracmad (1978 : 84) yang menyatakan bahwa, minat
dipengaruhi oleh jenis kelamin, kesempatan, lingkungan dan apa
saja yang menjadi minat teman sebayanya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka minat bersekolah di
SMA Budi Mulia dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang
merasa senang, merasa tertarik dan menaruh perhatian terhadap SMA Budi
Mulia disertai dengan adanya kecenderungan untuk berhubungan secara
2. Pengertian Pendidikan Menengah
Sebelum peneliti menjabarkan pengertian Pendidikan Menengah,
maka akan dijabarkan terlebih dahulu mengenai maksud dari pendidikan.
Pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk mengembangkan sumber
daya manusia. Antara mendidik dan pendidikan keduanya saling berkaitan.
Istilah mendidik merupakan suatu tindakan atau kegiatan. Tindakan atau
kegiatan mendidik ini melibatkan pendidik disatu pihak serta terdidik
dipihak yang lain. Dalam hubungan tersebut, terjadi komunikasi antara dua
orang atau lebih. Untuk lebih menguatkan pendapat tersebut akan
diungkapkan beberapa pendapat tentang pendidikan.
Fudyartanto (1977: 23) mengatakan bahwa “pendidikan merupakan
proses membawa perubahan kelakuan manusia dalam pengetahuan, cara
berfikir, kecakapan dan perasaan atau sikap mental”. Selain itu, Muhadjir
(1975: 11) berpendapat pendidikan adalah “membimbing anak menuju
kedewasaan oleh seseorang yang bertanggung jawab”.
Menurut Dra. I.L Pasaribu dan Drs. B. Simandjuntak S.H. (1982: 7),
pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja, sistematik untuk
mendorong, membantu dan membimbing seseorang untuk
mengembangkan segala potensinya serta mengubah diri sendiri dari
kualitas yang satu ke kualitas yang lebih tinggi.
Sehubungan dengan ga gasan tersebut, Driyarkara (1980: 127)
mengatakan bahwa pendidikan adalah memanusiakan manusia muda.
perbuatan pendidikan. Dengan kata lain, intisari dari perbuatan mendidik
adalah pemanusiaan manusia muda.
Lebih jauh dikatakan, bahwa pendidikan mempersiapkan agar
generasi mendatang semakin mantap dan siap, dibekali ilmu pengetahuan
serta keterampilan dan kemampuan jiwa maupun jasmani untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawab.
Untuk menyiapkan generasi tersebut, maka sekolah merupakan salah
satu jalannya. Sekolah adalah sekolah formal mulai dari pendidikan dasar
hingga pendidikan tinggi termasuk SLTP terbuka, dan sekolah kejuruan
yang dikelola oleh lembaga pemerintah selain Depdiknas (BPS,2006: 15).
Jalan lain yang juga berkontribusi terhadap penyiapan generasi yang baik
adalah keluarga. Namun dalam hal ini, peneliti hanya menyoroti
pendidikan sekolah. Melalui pendidikan di sekolah, seseorang
benar-benar diajarkan tentang berbagai macam bidang yang dapat menambah
pengetahua nnya yang tidak bisa didapat didalam keluarga karena
keterbatasan yang dimiliki.
Pengertian sekolah menurut Oemar Hamalik (2004: 23) adalah
lembaga pendidikan yang bertanggung jawab melaksanakan fungsi
pendidikan. Adapun fungsi pendidikan antara lain:
a. Pengembangan pribadi,
b. Pengembangan warga Negara,
c. Pengembangan kebudayaan, dan
Sekolah berdasarkan tingkatannya dibedakan menjadi beberapa
jenis, di antaranya adalah sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama
dan sekolah menengah atas. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan
Sekolah Menengah Atas termasuk dalam pendidikan menengah.
Pendidikan menengah adalah pendidikan untuk anak-anak yang berusia 13
sampai 18 tahun. Untuk umur anak SLTP biasanya berkisar antara 13-15
tahun, dan untuk anak SMA umurnya berkisar antara 16-18 tahun.
Berdasarkan Undang-Undang No. 4 tahun 1950 pasal 7 ayat 3
pendidikan menengah, diterangkan bahwa “Pendidikan dan pengajaran
menengah bermaksud melanjutkan dan meluaskan pendidikan yang
diberikan di sekolah rendah untuk mengembangkan cita-cita hidup serta
membimbing kesanggupan murid sebagai anggota masyarakat, mendidik
tenaga-tenaga ahli dalam pelbagai lapangan khusus sesuai dengan bakat
masing- masing dan kebutuhan masyarakat dan atau mempersiapkannya
bagi pendidikan dan pengajaran tinggi”.
Pendidikan menengah pada hakikatnya merupakan pendidikan yang
memberikan kepandaian dan keahlian pada siswa atau seseorang yang
berumur 13-18 tahun sebagai persiapan dalam menghadapi dan mengikuti
pendidikan yang lebih tinggi atau pendidikan tinggi.
3. Prasarana dan Sarana Pendidikan
Kesadaran akan pentingnya pendidikan sebagai proses peningkatan
melakukan upaya perbaikan mutu pendidikan. Dari segi mutu pendidikan,
posisi Indonesia jauh tertinggal dengan negara- negara lain. Rendahnya
mutu pendidikan disebabkan oleh empat faktor yaitu jumlah dan kualitas
guru yang belum memadai serta penyebarannya yang belum merata,
kondisi sarana dan prasarana, anggaran pendidikan yang jumlahnya sangat
terbatas sehingga sebagian besar sekolah dan perguruan tinggi biaya
operasionalnya di bawah standar dan proses pembelajaran yang belum
efektif karena kurikulum yang terlalu terstruktur dengan beban yang
terlalu banyak (Jurnal Pendidikan, 2006, dalam BPS, 2006: 22)
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa sarana dan
prasarana pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang
berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan
adalah “ perangkat keras” yang harus ada (diadakan) di luar alat dan isi
pendidikan, agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik. Fungsi
sarana dan prasarana pendidikan adalah untuk menunjang kelancaran
proses pendidikan. Prasarana pendidikan berbeda dengan sarana
pendidikan. Yang tergolong prasarana pendidikan adalah hal-hal fisik yang
secara tidak langsung digunakan untuk menunjang proses pendidikan.
Contohnya adalah gedung/bangunan sekolah atau rumah, ruang kelas,
ruang laboratorium, ruang sekretariat, kamar kecil, taman, lapangan,
halaman, tempat parkir, dll. Rak buku, meja, kursi, lampu penerangan,
kapur, penghapus, penggaris, pensil, bolpoint, dll, sejauh menjadi alat
sarana pendidikan. Jadi yang tergolong sebagai sarana pendid ikan adalah
segala perlengkapan yang secara langsung digunakan untuk menunjang
proses belajar mengajar.
4. Biaya sekolah
Biaya sekolah dapat juga diartikan sebagai biaya pendidikan, karena
sekolah merupakan bagian kecil dari pendidikan. Biaya pendidikan
diartikan sebagai jumlah uang yang dihasilkan dan dibela njakan untuk
berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan sekolah, yang mencakup
gaji guru, peningkatan kemampuan profesional guru, pengadaan sarana
ruang belajar, perbaikan ruang belajar, pengadaan perabotan/mebeler,
pengadaan alat-alat pengajaran, pengadaan buku-buku pelajaran, alat tulis
kantor, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan pengelolaan pendidikan.
Biaya pendidikan juga dapat didefinisikan sebagai nilai rupiah dan
seluruh sumber daya (input) yang digunakan untuk suatu kegiatan
pendidikan. Sedangkan menurut Abbas Ghozali, dkk (2004, dalam
Statistik pendidikan 2006: 29) biaya satuan pendidikan (BSP) yang
ditanggung orang tua/siswa adalah nilai uang dari segala sumber daya
yang disediakan oleh orang tua untuk memperoleh pendidikan anak di
sekolah/ madrasah.
Didalam PP No. 19 tahun 2005 pasal 62 dinyatakan bahwa biaya
a. Biaya investasi yang meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan sumber daya manusia dan modal kerja tetap.
b. Biaya operasi yang meliputi gaji pendidik dan tenaga kependidikan
serta tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan habis
pakai dan biaya operasi tidak langsung seperti daya (listrik), air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan sebagainya.
c. Biaya personal yaitu biaya yang dikeluarkan oleh peserta didik untuk
bisa mengikuti proses pembelajaran.
Biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga dalam menyekolahkan
anaknya meliputi antara lain biaya pendaftaran, SPP, buku panduan/diktat,
alat tulis dan perlengkapan sekolah, praktikum/keterampilan,
evaluasi/ujian, bahan penunjang mata pelajaran, seragam sekolah dan olah
raga, transportasi, kursus di sekolah dan karyawisata (BPS: 2006: 29).
Banyaknya rincian pengeluaran pendidikan dan tingkat kualitas
pendidikan mengakibatkan dana yang dikeluarkan akan semakin besar.
Begitu juga dengan jenjang pendidikan, semakin tinggi jenjang pendidikan
semakin besar biaya yang dikeluarkan orang tua/siswa.
Penelitian ini menfokuskan diri pada Sumbangan Pembinaan
Pendidikan (SPP). SPP merupakan salah satu komponen yang teramat
penting dalam menjalankan proses pendidikan yang sedang dan akan
dijalani seseorang. Kontribusi SPP masyarakat terhadap pendidikan
status sosial ekonomi orang tua mempengaruhi seorang anak masuk ke
suatu lembaga pendidikan tertentu. Anak yang berasal dari keluarga yang
status sosialnya rendah mempunyai kesempatan yang lebih kecil untuk
sekolah daripada anak yang berasal dari keluarga yang status sosial
ekonominya tinggi. Orang tua yang status sosial ekonominya tinggi akan
sanggup membayar biaya pendidikan (SPP) kepada sekolah berapapun
besarnya meskipun anak yang disekolahkan jumlahnya banyak. Di sisi
lain, orang tua yang status sosial ekonominya rendah akan merasa
terbebani dengan besarnya SPP yang harus dibayarkan kepada sekolah
apalagi jika anak yang harus disekolahkan jumlahnya banyak. Kondisi
semacam ini menyebabkan anak yang berasal dari golongan miskin yang
disekolahkan jumlahnya hanya sedikit. Lebih lanjut, situasi ini
mengakibatkan jumlah siswa yang bersekolah di suatu lembaga
pendidikan tertentu jumlahnya sedikit, karena para orang tua yang status
sosial ekonominya rendah hanya sanggup menyekolahkan anaknya pada
suatu lembaga pendidikan tertentu dengan biaya pendidikan (SPP) yang
rendah.
5. Pengertian Proses Belajar Mengajar
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang
berarti “berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah
atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan
Sedangkan belajar menurut Muhibbin (1995: 88) adalah kegiatan
yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
setiap penyelenggaraan pendidikan. Jadi proses belajar mengajar dapat
diartikan sebagai tahapan yang harus dipenuhi dengan cara memberikan
bantuan positif kepada anak agar terjadi perubahan perilaku kognitif,
afektif dan psikomotorik. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti
berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya.
Proses belajar mengajar ini akan terjadi bila di dalamnya terdapat
kegiatan belajar dan mengajar. Didalam kegiatan belajar mengajar ini
terjadi interaksi antara guru dan siswa. Sebelumnya terjadi interaksi perlu
diperhatikan bentuk pengajaran yang digunakan, fasilitas penunjang,
pengalaman siswa, dan kecakapan guru sendiri (Samana, dalam Tri Wahyu
Sigit Nugraha,1997: 9).
6. Tamat Sekolah
Mutu pendidikan di daerah perkotaan lebih tinggi daripada di daerah
pedesaan yang keadaan sosial ekonominya kurang (Nanang Fattah, 2002:
56, dalam Herman Yoseph Sarjimin, 2005). Sekolah-sekolah yang
memiliki orang tua siswa dengan lingkungan keluarga mampu, akan
mempunyai fasilitas belajar yang bermutu, guru lebih berkemampuan
dalam menciptakan suasana, dan pada akhirnya prestasi belajar muridnya
Tamat sekolah adalah telah menyelesaikan pelajaran pada
kelas/tingkat terakhir suatu jenjang pendidikan di sekolah negeri maupun
di sekolah swasta dengan mendapatkan tanda tamat/ijasah (Biro Pusat
Statistik,2006: 15). Jika prestasi belajar siswa di suatu lembaga pendidikan
tersebut semakin banyak siswa yang lulus/tamat (sarana prasarana,
fasilitas, mutu, dan proses belajar mengajar baik) maka akan semakin
banyak siswa yang sekolah di sekolah tersebut, dan sebaliknya semakin
sedikit siswa yang lulus/banyak yang tinggal kelas (sarana prasarana,
fasilitas, mutu, dan proses belajar mengajar kurang baik), maka akan
semakin sedikit pula siswa yang sekolah di lembaga pendidikan tersebut.
7. Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Stratifikasi sosial (kelas sosial) merupakan istilah yang digunakan
untuk menunjukkan tingkatan-tingkatan orang didalam suatu masyarakat
dengan anggota masyarakat lain. Tingkatan-tingkatan ini nantinya akan
menghasilkan suatu hierarkis berupa kelompok status sosial yang tinggi
dan rendah.
Kelas sosial dapat ditunjukkan oleh perbedaan pendapatan yang
terjadi pada populasi penduduk. Setiap penduduk mempunyai pendapatan
yang berbeda-beda (Amirullah, 2002: 48). Selain pendapatan, kelas sosial
juga dapat dilihat dari jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang dan juga
digunakan sebagai suatu ukuran relatif yang baik adalah ditentukan oleh
nilai- nilai yang ditekankan pada masyarakat tersebut.
Status adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok.
Status ekonomi merupakan kombinasi dari status sosial dan status
ekonomi yang dimiliki seseorang (orang tua siswa) dalam suatu kelompok
masyarakat. Soerjono Sukanto (1990: 263) mengatakan bahwa status
sosial adalah tempat orang secara umum dalam masyarakatnya
sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya,
prestise, dan hak serta kewajiban-kewajibannya.
Puspito (1989: 103) menyatakan bahwa kedudukan atau status
sosial adalah tempat yang diambil seseorang dalam masyarakat. Tempat
yang di maksud adalah kedudukan secara sosio kultural dengan lokasi
didalam pikiran orang atau kelompok orang yang tinggal dalam satuan
budaya tersebut.
Kedudukan seseorang dalam masyarakat akan mempengaruhi
kegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, kedudukan
sosial ekonomi juga akan mempengaruhi seseorang untuk menuntut ilmu
dan mempersiapkan serta melihat masa depannya.
Adanya perbedaan status dalam masyarakat memberikan kesempatan
atau fasilitas hidup yang berbeda bagi masyarakat, seperti keselamatan
hidup, harta bendanya, standar hidup, kebebasan dan tingkah laku.
Disamping itu juga akan memberikan perbedaan dalam memperoleh
herman Yoseph Sarjimin,2005). Hal ini diartikan bahwa keluarga yang
mendapatkan fasilitas, lebih banyak berpeluang untuk mengenyam
pendidikan yang lebih tinggi pula. Dengan adanya perbedaan dalam hal
kemampuan, sebagai akibat perbedaan situasi sosial, maka di sini sekolah
dihargai bukan karena nilai pendidikannya saja tetapi sebagai simbol status
sosial masyarakat.
Sementara itu, Mulyanto Sumardi (1985: 2) mengatakan bahwa
kebutuhan hidup manusia erat kaitannya dengan kebutuhan moral maupun
material, baik kebutuhan penting maupun tidak sesuai dengan kemampuan
mereka. Menurut Samir Radwan dan Torkel Alfthan (1978: 198)
keperluan minimum dari seorang individu atau rumah tangga adalah
makan, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan, air dan sanitasi,
transportasi dan partisipasi. Untuk me ncukupi kebutuhan tersebut keadaan
ekonomi keluarga memegang peranan yang sangat penting.
Keadaan keluarga juga akan berpengaruh terhadap perkembangan
pendidikan anak. Ini dapat diartikan bahwa sikap, cita-cita, minat, motivasi
anak terhadap situasi obyek akan dipengaruhi oleh keadaan ekonomi orang
tuanya. (Gerungan, 1988: 181) mengatakan bahwa: ”Dengan kondisi
ekonomi keluarga yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak
didalam keluarganya lebih luas, ia akan mendapat kesempatan yang lebih
luas unt uk mengembangkan bermacam- macam kecakapan yang tidak ia
kembangkan apabila tidak ada alat-alatnya”. Dari pendapat tersebut dapat
mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan
kemampuannya daripada anak yang berasal dari keluarga yang
ekonominya rendah. Jadi seorang siswa untuk bisa memasuki suatu
sekolah dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi orang tuanya, dan
dengan adanya hal ini, maka akan mempengaruhi seseorang atau siswa
dalam pemilihan sekolahnya.
Untuk mengukur status sosial ekonomi orang tua, dapat dilihat
melalui:
a. Tingkat Pendidikan Orang Tua
Orang tua adalah setiap orang yang bertanggungjawab dalam
suatu keluarga atau rumah tangga yang dalam kehidupan sehari- hari
lazim disebut bapak ibu. Sedangkan tingkat pendidikan orang tua
maksudnya adalah tingkat pendidikan formal yang berhasil dicapai
orang tua.
Ada beberapa pengertian pendidikan formal yaitu pendidikan
yang bentuknya telah terstruktur secara hierarki, bertingkat-tingkat
secara kronologis dalam sistem pendidikan.
Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan yang
berhasil dicapai orang tua, dalam hal ini adalah jenjang pendidikan
formal yang berhasil diselesaikan, yaitu SD, SMP, SMA/SMK, D III,
b. Jenis Pekerjaan
Bekerja adalah menjalankan suatu kegiatan yang menghasilkan
sesuatu, dalam hal ini adalah upah atau gaji tertentu pada setiap bulan,
minggu, ataupun hari. Bekerja dapat diseluruh kantor ataupun luar
ruangan serta memiliki majikan atau tidak sama sekali. Menurut Biro
Pengembangan Sosial Budaya (1973: 12) pekerjaan dibedakan atas:
1) Pekerjaan pokok
Pekerjaan pokok adalah jenis pekerjaan yang dimiliki oleh
seseorang sebagai sumber utama dari penghasilan yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari. Sifat pekerjaan ini
adalah tetap. Apabila penghasilan dari pekerjaan pokok ini tidak
atau belum mencukupi untuk keperluan hidupnya, maka perlu
diusahakan adanya penghasilan lain di luar, yaitu penghasilan
tambahan atau sampingan.
2) Pekerjaan sampingan atau sambilan
Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan yang dimiliki atau
dilakukan oleh seseorang sebagai pekerjaan tambahan atau
memperoleh penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari- hari. Sifat pekerjaan sambilan adalah melengkapi
pekerjaan pokok. Pekerjaan ini sama halnya dengan pekerjaan
pokok yaitu tidaklah sama untuk masing- masing orang. Jenis
pekerjaan orang tua siswa adalah aktivitas yang menjadi sebagian
Yang di maksud dengan jenis pekerjaan dalam penelitian ini adalah
pekerjaan yang ditekuni orang tua siswa setiap harinya. Spillane
(1982: 14) mengelompokkan pekerjaan atau jabatan dalam 9
golongan sebagai berikut:
a) Golongan A - Mandor - Pedagang - Pegawai Kantor - Pegawai Sipil ABRI - Pemilik
Perusahaan/Toko/Pabrik/ Perikanan
- Pemilik Bus/Colt - Penggarap Tanah - Pengawas Keamanan - Petani Pemilik
Tanah - Peternak - Tuan Tanah
b) Golongan B - Buruh Nelayan - Buruh Tani
- Petani Kecil - Penebang Kayu
c) Golongan C
- ABRI (Tamtama s/d Bintara) - Guru SD
- Kepala Bagian
- Kepala Kantor Pos (Cabang) - Manager Perusahaan Kecil - Pamong Praja
- Pegawai Badan Hukum
- Pegawai Negeri (gol. Ia s/d Id) - Supervisor/Pengawas
d) Golongan D
- Meninggal Dunia - Pensiunan
- Tidak Mempunyai Pekerjaan Tetap
e) Golongan E
- Guru (SLA, SLP) - Jururawat
- Pekerjaan Sosial - Kepala sekolah - Kantraktor Kecil - Wartawan
- Pegawai Negeri (gol. Iia s/d Iid) - Perwira ABRI
(Letnan II, Letnan I dan Kapten)
f) Golongan F
g) Golongan G - Ahli Hukum
- Ahli Ilmu Tanah/Ahli Ukur Tanah
- Apoteker - Arsitek - Dokter
- Dosen/Guru Besar - Gubernur
- Insinyur
- Kepala Kantor Pos (Pusat) - Kontraktor Besar
- Manager Perusahaan - Menteri
- Pegawai Negeri (gol. IIa ke atas) - Pengarang
- Peneliti - Penerbang - Perwira ABRI
(Mayor s/d Jendral) - Walikota/Bupati
h) Golongan H - Pembantu - Penjual Keliling - Tukang Cuci
i) Golongan I - Artis/Seniman - Buruh Tetap - Montir
- Pandai Besi/Emas/Perak - Penjahit
- Penjaga - Supir Bus/Colt - Tukang Kayu - Tukang Listrik - Tukang Mesin
c. Tingkat Pendapatan Orang Tua
Tingkat pendapatan orang tua adalah pendapatan yang diperoleh
orang tua siswa yang bersumber dari sektor formal, sektor informal,
dan sektor subsistem dalam waktu satu bulan diukur dengan rupiah.
Pendapatan formal adalah pendapatan yang diperoleh melalui
pekerjaan dari sektor formal. Pendapatan informal adalah pendapatan
yang diperoleh dari sektor informal. Sedangkan pendapatan subsistem
adalah pendapatan yang diperoleh dari sektor produksi yang dinilai
Pendapatan orang tua didefinisikan sebagai keseluruhan
penerimaan orang tua dari pekerjaan pokok yang merupakan gaji atau
upah tetap yang diterima setiap bulan serta penerimaan dari pekerjaan
tambahan atau sampingan serta penerimaan lain yang dinilai dengan
uang.
Adapun yang di maksud dengan pendapatan atau penghasilan
keluarga adalah balas jasa atau balas karya yang diperoleh sebagai
imbalan atas jasa-jasa atau sumbangan seseorang terhadap proses
produksi. Sumber-sumber dari pendapatan atau penghasilan antara
lain:
1) Usaha sendiri atau wiraswasta misalnya berdagang, berternak atau
mengerjakan sawah.
2) Kerja pada orang lain misalnya bekerja kantor ataupun di
perusahaan sebagai karyawan pemerintah ataupun swasta.
3) Hasil dari milik sendiri, misalnya penerimaan sewa rumah, bunga
dari pinjaman uang.
Penghasilan keluarga yang berupa uang ataupun barang,
misalnya tunjangan beras atau fasilitas lain. Selain dari sumber
penghasilan tersebut di atas masih ada penerimaan pendapatan yang
lainnya, misalnya berupa:
1) Uang pensiun,
2) Sumbangan atau hadiah,
Penghasilan keluarga yang berupa uang masuk pada atau oleh
keluarga ini sebagian besar dipergunakan atau dibelanjakan lagi,
dimana sebagian dari penghasilan ini digunakan untuk kebutuhan
konsumsi. Walaupun demikian pengeluaran tiap rumah tangga atau
keluarga sangat-sangat berbeda.
Besarnya jumlah pengeluaran rumah tangga atau keluarga ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1) Besarnya jumlah penghasilan yang masuk
2) Besarnya jumlah anggota keluarga
3) Tingkat kebutuhan hidup
4) Lingkungan sosial ekonomi keluarga
5) Kebijakan dalam pengelolaan atau mengendalikan keuangan
d. Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi adalah suatu kondisi kemampuan keuangan
yang ada pada masyarakat dalam hal ini khususnya kondisi ekonomi
keuangan yang dimiliki oleh sebuah keluarga. Pendapatan keluarga,
keadaan ekonomi keluarga dalam masyarakat berada dalam kelas yang
berbeda-beda.
8. Persepsi
Irwanto, dkk (1988: 55) menyatakan bahwa persepsi adalah proses
diterimanya rangsang (obyek, kualitas hubungan antar gejala serta
menghasilkan penafsiran pengalaman. Pengalaman dapat dipahami dengan
melihatnya sebagai suatu proses individu mengorganisasikan dan
menginterpretasikan kesan-kesan atau pengalaman-pengalaman sensorinya
dalam usahanya memberikan suatu makna atau arti tertentu pada
lingkungan (Siagian, 2004: 100). Hal yang senada juga diungkapkan
Suharnan (2005: 23) yang menyatakan bahwa persepsi merupakan suatu
proses menginterpretasi atau menafsirkan informasi yang diperoleh
melalui sistem alat indera manusia.
Persepsi juga dapat didefinisikan sebagai proses yang mengorganisir
dan menggabungkan data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk
sadar akan diri kita sendiri (Davidoff, 1988: 232). Sedangkan Thoha
(1988: 138) menyatakan bahwa persepsi pada hakekatnya adalah proses
kognitif ya ng dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi
tentang lingkunga nnya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan
perasaan maupun penciuman.
Dengan demikian dalam proses persepsi, seseorang dapat
mengorganisasikan input yang kompleks dan bervariasi yang diterima oleh
panca indera. Jadi dapat disimpulkan persepsi adalah cara pandang
seseorang dalam menilai obyek yang ada di sekitarnya sehingga dapat
memotivasi seseorang dalam bertindak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu (Irwanto, 1988:
a. Perhatian yang Selektif
Setiap saat individu berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi
dengan lingkungan mempengaruhi individu untuk menerima rangsang
dari dunia sekitar. Rangsang atau stimulus yang diterima individu
sangatlah beragam. Hal ini mendorong individu hanya memusatkan
perhatian pada rangsang-rangsang tertentu. Perhatian sebagai langkah
persiapan dalam persepsi merupakan pemusatan atau konsentrasi dari
seluruh aktivitas individu terhadap suatu obyek atau sekumpulan
obyek (Walgito, 2004: 98). Perhatian pada suatu obyek tergantung dari
intensitas obyek tersebut. Perhatian memiliki intensitas yang secara
intensif dan tidak intens if terhadap suatu obyek. Perhatian dapat
intensif apabila dikuatkan oleh banyaknya rangsang yang diterima dan
perhatian dapat tidak intensif apabila kurang dik uatkan oleh rangsang
tersebut (Soemanto, 1988: 100).
b. Ciri-ciri Rangsang
Dalam melakukan persepsi, rangsang yang diterima harus kuat
hingga melewati ambang rangsang. Ambang rangsang pada kekuatan
rangsang minimal dapat diterima oleh individu (Walgito, 2004: 46).
Berkaitan dengan perhatian, individu lebih tertarik pada rangsang yang
memiliki intensitas kuat karena dianggap dapat menarik perhatian.
Rangsang dengan kontras atau warna yang lebih menarik perhatian
akan lebih mudah untuk diterima individu. Rangsang dengan
individu. Rangsang dengan ukuran besar dan diterima secara
berulang-ulang, memudahkan individu untuk menerimanya (Irwanto,dkk, 1988:
76).
c. Nilai-nilai dan Kebutuhan Individu
Davidoff, 1981 (dalam Walgito, 2004: 89) mengemukakan
bahwa persepsi bersifat individual sehingga persepsi individu yang
satu berbeda dengan individu lain. Obyek yang diterima oleh individu
dapat sama atau berbeda dengan individu lain. Perbedaan ini
ditentukan oleh nilai dan kebutuhan individu itu sendiri. Nilai dan
kebutuhan menjadi perhatian individu dalam menerima rangsang yang
ada.
Dalam hal ini yang akan diteliti yaitu persepsi siswa terhadap
besarnya SPP, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah dan proses
belajar mengajar pada SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung, Kecamatan
Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Jika persepsi yang dimiliki oleh
siswa bersifat negatif/kurang baik akan menimbulkan perasaan tidak
senang atau tidak suka terhadap besarnya SPP, sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh sekolah, dan proses belajar mengajar pada SMA Budi Mulia
Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Slema n,
Yogyakarta, maka siswa tersebut tidak akan berminat untuk bersekolah di
SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten
Sleman, Yogyakarta, dengan adanya hal ini, maka jumlah siswa yang
siswa positif/baik terhadap besarnya SPP, sarana dan prasarana yang
dimiliki sekolah dan proses belajar mengajar pada SMA Budi Mulia Desa
Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta,
maka hal tersebut akan menimbulkan perasaan senang atau suka terhadap
besarnya SPP, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah, dan proses
belajar mengajar pada SMA Budi Mulia Desa Sendangagung, Kecamatan
Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dengan demikian siswa tersebut
akan berminat untuk bersekolah di SMA Budi Mulia. Dengan adanya hal
ini, maka akan menyebabkan jumlah siswa di SMA Budi Mulia jumlahnya
banyak.
B. Kerangka Teoritis
Ada banyak faktor yang berhubungan dengan minat siswa dalam
memilih sekolah. Menurut peneliti, faktor-faktor tersebut antara lain: sikap,
persepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin, intelegensi, latar belakang
ekonomi, minat orang tua dan juga teman sebaya. Namun dalam penelitian
ini, peneliti ha nya akan membahas tentang hubungan status sosial ekonomi
orang tua dan persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia dengan minat siswa
bersekolah di SMA Budi Mulia.
1. Hubungan status sosial ekonomi orang tua siswa dengan minat siswa
bersekolah di SMA Budi Mulia.
Status sosial ekonomi orang tua berhubungan dengan minat seorang anak.
minat mereka untuk mencakup hal-hal yang semula belum mampu mereka
laksanakan. Sebaliknya, kalau status ekonomi orang tua buruk atau kurang
baik karena usaha yang kurang maju, maka orang atau anak cenderung
untuk mempersempit minat mereka. Sehingga mereka tidak dapat bebas
memilih atau mengambil keputusan sesuai minat mereka.
Berdasarkan uraian di atas maka ditarik hipotesis:
Ho : Tidak ada hubungan positif status sosial ekonomi orang tua siswa
dengan minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia.
Ha: Ada hubungan positif status sosial ekonomi orang tua siswa dengan
minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia.
2. Hubungan persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia dengan minat siswa
bersekolah di SMA Budi Mulia.
Persepsi siswa (X) yang berbeda-beda terhadap dunia pendidikan akan
berhubungan dengan jumlah siswa yang masuk (Y), jika banyak siswa
berpikiran negatif/kurang baik tentang SMA Budi Mulia maka secara tidak
langsung siswa juga ragu untuk bersekolah di SMA yang bersangkutan,
dengan adanya hal ini maka jumlah siswa SMA Budi Mulia mengalami
penurunan. Sebaliknya apabila persepsi siswa positif/baik maka mereka
akan yakin bersekolah di SMA Budi Mulia, tentunya hal ini akan
meningkatkan jumlah siswa yang masuk.
Persepsi siswa positif Perspesi siswa
negatif
Ada minat untuk bersekolah di SMA Budi
Mulia
Tidak ada minat untuk bersekolah di SMA Budi
Mulia SMA Budi
Berdasarkan uraian di atas maka ditarik hipotesis:
Ho : Tidak ada hubungan positif persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia
dengan minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia.
Ha : Ada hubungan positif persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia
36
BAB III
METODE PENELITIAN
Furchan (1982:50) mengatakan bahwa dengan metode inilah kita
menentukan strategi yang harus dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang
diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi. Memilih metode penelitian
yang tepat sangat penting, karena metode penelitian yang baik akan menghasilkan
hasil penelitian yang baik juga. Bab III ini akan membahas beberapa hal yang
berkaitan dengan metodologi penelitian yang akan digunakan:
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus merupakan
suatu penelitian tentang subjek tertentu yang terbatas, maka kesimpulan yang
diperoleh hanya berlaku pada subjek yang diteliti (Tatang M, Amirin,
1986:137). Dalam penelitian ini yang dipandang sebagai kasus adalah status
sosial ekonomi orang tua, dan persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia dalam
hubungannya dengan minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia. Dengan
demikian, hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku bagi
SMA Budi Mulia.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2008.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang-orang yang tersangkut dengan objek yang
akan diteliti atau mereka yang dapat memberikan informasi tentang objek
penelitian. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa siswi SMA
Budi Mulia.
2. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian ini adalah:
a. Minat siswa SMA Budi Mulia untuk bersekolah di SMA Budi Mulia,
Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta.
b. Status sosial ekonomi orang tua siswa SMA Budi Mulia, Desa
Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
c. Persepsi siswa terhadap besarnya SPP, Sarana dan Prasarana, dan
Proses Belajar Mengajar pada SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung,
D. Populasi, dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah kumpulan yang lengkap dari seluruh elemen yang sejenis,
akan tetapi dapat dibedakan satu sama lain. Perbedaan itu disebabkan
karena adanya karakteristik yang berlainan (Suprapto, 1986 : 24). Populasi
yang diambil oleh peneliti meliputi seluruh siswa SMA Budi Mulia, Desa
Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
2. Sampel
Sampel adalah kelompok kecil yang kita amati atau beberapa bagian
terkecil/cuplikan yang ditarik dari populasi atau porsi dari suatu populasi
(Arikunto, 2006 :131). Untuk menentukan besarnya sampel dari populasi
digunakan rumus slovin sebagai berikut (Consuelo, 1993 : 161) :
2
1 Ne
N n
+ =
Ket : n : ukuran sampel N : ukuran populasi
e : nilai kritis (batas ketelitan) yang diinginkan(persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi.
Sebagai pertimbangan, Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa
apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Karena dalam penelitian ini
populasinya berjumlah di bawah 100 yaitu berjumlah 20 orang, maka
populasi tersebut akan dijadikan sampel. Sehingga penelitian ini disebut
E. Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel merupakan kegiatan menjabarkan variabel penelitian
ke dalam indikator untuk mendefinisikan dan mengukur variabel. Dalam
penelitian ini ada 2 variabel :
1. Variabel terikat, yaitu variabel yang diramalkan akan timbul dalam
hubungan yang fungsional. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
Minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia, Desa Sendangagung,
Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
a. Variabel minat siswa SMA Budi Mulia untuk bersekolah di SMA Budi
Mulia, Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta.
Minat bersekolah di SMA Budi Mulia dapat diartikan suatu
keadaan dimana seseorang merasa senang, merasa tertarik dan
menaruh perhatian terhadap SMA Budi Mulia disertai dengan adanya
kecenderungan untuk berhubungan secara aktif dengan SMA Budi
Mulia. Untuk mengukur minat siswa, peneliti menggunakan data yang
diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada responden. Adapun
pengembangan variabel minat siswa bersekolah di SMA Budi Mulia
Tabel 3.1
Pengembangan Variabel Minat Siswa bersekolah di SMA Budi Mulia ke dalam indikator-indikator
Pernyataan Variabel Indikator
Positif Negatif Minat Siswa Bersekolah di SMA Budi Mulia
1. Perasaan Senang a. Merasa senang
terhadap dasar semangat sekolah. b. Merasa senang
terhadap fasilitas yang dimiliki sekolah. 2. Ketertarikan a. Ketertarikan terhadap tingkat kelulusan. b. Ketertarikan terhadap tujuan sekolah.
c. Merasa tertarik terhadap fasilitas yang dimiliki sekolah. d. Ketertarikan terhadap misi sekolah.
3. Menaruh perhatian a. Menaruh perhatian
terhadap tingkat pendidikan para guru.
b. Menaruh perha tian pada besarnya tarif SPP.
c. Menaruh perhatian pada proses belajar mengajar. 1 2 3 4 5 6 7 8 9,11 - - - - - - - - 10
Karena hasil pengukuran bersifat kualitatif, maka perlu dikuantitatifkan
dengan skala likert. Pengukuran dalam bentuk skor pada setiap jawaban
Tabel 3.2
Variabel Minat Bersekolah di SMA Budi Mulia
Jawaban Skor pernyataan positif Skor pernyataan negatif
Sangat setuju 4 1
Setuju 3 2
Kurang setuju 2 3
Tidak setuju 1 4
2. Variabel Bebas, yaitu variabel yang diselidiki pengaruhnya. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah status sosial ekonomi orang tua, dan
persepsi siswa tentang SMA Budi Mulia.
a. Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Status atau posisi seseorang dalam keluarga dalam hubungannya
dengan keluarga lain, dalam arti lingkungan pergaulan, prestise, dan
hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. Masing- masing individu atau
sebuah keluarga akan memiliki unsur- unsur yang terkandung dalam
konsep status sosia l ekonomi. Sedikit banyak unsur yang dimiliki baik
secara kuantitas akan menunjukan tinggi/rendahnya status sosial
ekonominya. Konsep status sosial ekonomi dalam ilmu pengetahuan
mencakup empat indikator meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan,
penghasilan dan fasilitas khusus.
1) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yaitu tingkat pendidikan terakhir orang
tua siswa. Dalam hal ini pendidikan dikelompokan menurut tingkat
pendidikan yang telah diselesaikan, yaitu tidak sekolah, Tidak
Tamat SD, Lulusan SD, Tidak Tamat SMP, Lulus SMP, Tidak
Tinggi. Pengukuran tingkat pendidikan orang tua siswa
dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 3.3
Pengklasifikasian Tingkat Pendidikan
No. Keterangan Skor
1. Tidak Sekolah 1
2. Tidak Tamat SD 2
3. Tamat SD 3
4. Tidak Lulus SMP 4
5. Lulus SMP 5
6. Tidak Lulus SMA 6
7. Lulus SMA 7
8. Lulus D III 8
9. Lulus Perguruan Tinggi 9
2) Jenis-jenis pekerjaan Orang Tua
Menurut Spillane (1982:14), Pekerjaan adalah usaha orang
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Pekerjaan atau jabatan
digolongkan menjadi 9. Melalui penggolongan tersebut, peneliti
ingin menggolongkan menjadi 3 golongan utama, yaitu golongan
atas, golongan menengah, dan golongan rendah. Adapun
pembagian golongan tersebut sebagai berikut (kusmiati,2005:37):
Tabel 3.4
Pengklasifikasian jenis-jenis pekerjaan orang tua
No. Keterangan Golongan Skor
1. Golongan Atas G 3
2. Golongan Menengah A,C,E,I 2 3. Golongan Rendah B,D,F,H 1
3) Tingkat Penghasilan
Pendapatan atau penghasilan keluarga yang di maksud oleh