• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BALAS JASA, LINGKUNGAN KERJA, DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH BALAS JASA, LINGKUNGAN KERJA, DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BALAS JASA, LINGKUNGAN KERJA,

DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN TERHADAP

MOTIVASI KERJA KARYAWAN

Studi Kasus : PT. Mirota Godean, Jln. Raya Godean Km. 2,8 Yogyakarta.

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Rosalia Aswati NIM : 051334085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis yang mungkin sangat jauh dari sempurna ini sebagai

buah tanganku akan kupersembahkan dengan setulus hati

Teruntuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu Melindungi dan Membantu

dalam setiap Kesulitan.

Bapak dan Ibu Tercinta, yang telah Memberikan Kasih Sayang, Perhatian,

Semangat dan Dorongannya selama ini.

Kakak-kakakku: Mas Poer, Mbak Riris, dan Mas Nanang, serta Bulek Mei

Terima Kasih atas Perhatian dan Dorongan yang kalian berikan.

Sahabatku dan teman-temanku: Adik Yin (terima kasih sobat, kita akan

tetap menjadi teman baik selamanya), Rita (terima kasih buat hari-hari

kebersamaan kita saat membuat skripsi), Ms’Feb (terima kasih atas

dorongan dan semangatnya selama ini), temen-temen PAK ’05 terima

kasih atas kerjasamanya, terutama buat wulan dan feri terimakasih atas

bantuannya. Dan buat teman-temenku semua (Tomat, Dik Zu, Galuh,

Chupy, Boem, Nopex, Whilda, Bertil, Yuli, Santy, Rini, dan Mb’eli)

terimakasih karena kalian telah menjadi temen-temen baikku.

(5)

v

MOTTO

“Hidup memerlukan Pengorbanan

Pengorbanan memerlukan Perjuangan

Perjuangan memerlukan Ketabahan

Ketabahan memerlukan keyakinan

Keyakinan pula menentukan kejayaan

Kejayaan pula akan menentukan Kebahagiaan”.

“Waktu memang sedikit untuk kita jalani

Dan sangat sukar untuk kita jadikan sebuah

karya yang besar

Tetapi janganlah takut sebab suatu karya yang

besar berawal dari karya yang kecil”.

(6)
(7)
(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria

atas Rahmat dan KaruniaNya yang telah dilimpahkan sehingga dengan

kertebatasan yang ada, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“PENGARUH BALAS JASA, LINGKUNGAN KERJA, DAN

KESEJAHTERAAN KARYAWAN TERHADAP KEPUASAN KERJA

KARYAWAN”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana Pendidikan Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Banyak pihak yang telah memberi kasih, bantuan, perhatian, dorongan, dan

semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih dan penghormatan kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph,D.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si.

4. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. banyak meluangkan waktu dalam

memberikan bimbingan, memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan

(9)

ix

5. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd. selaku Dosen Penguji I yang telah banyak

meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik dan

saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak S Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si selaku Dosen Penguji II yang

telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan

kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Bagian Personalia PT. Mirota Gejayan Yogyakarta yang telah berkenan

memberikan ijin untuk penelitian dan memberikan data-data penulis butuhkan.

8. Direktur, Bagian Personalia PT. Mirota Godean Yogyakarta yang telah

memberi ijin penlitian dan memberikan data-data penulis butuhkan.

9. Kepada karyawan PT. Mirota Gejayan Yogyakarta yang telah bersedia

mengisi kuesioner.

10.Kepada semua karyawan PT. Mirota Godean Yogyakarta yang telah bersedia

mengisi kuesioner.

11.Bapak dan Ibuku tercinta, terima kasih atas kasih sayang, perhatian, doa,

dorongan moril dan materil kepada Puterimu dalam menyelesaikan studi dan

skripsi ini.

12.Kakakku tersayang “Ms’Poer, Mbak Riris, dan Ms’Nanang, serta Bulek Mei

terima kasih atas kasih sayang, perhatian, doa, dorongannya selama ini dalam

menyelesaikan studi dan skripsi ini.

13.Dik’Yin, Mz’Feb, Rita, Tomat, Bertil, Dik Zu, Galuh, Chupy, Santy, Boem,

Nopex, Whilda, Maya, Wulan, Fery, Rini, dan Mb’Eli terima kasih atas

(10)
(11)

xi ABSTRAK

PENGARUH BALAS JASA, LINGKUNGAN KERJA, DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI KERJA

KARYAWAN

Studi Kasus : PT. Mirota Godean, Jln. Raya Godean Km. 2,8 Yogyakarta.

Rosalia Aswati Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh balas jasa terhadap motivasi kerja karyawan; (2) pengaruh lingkungan kerja terhadap motivasi kerja karyawan; (3) pengaruh kesejahteraan karyawan terhadap motivasi kerja karaywan.

Penelitian ini merupakan studi kasus pada PT. Mirota Godean, Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Mirota Godean Yogyakarta yang berjumlah 70 responden. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan diolah menggunakan model uji regresi.

(12)

xii ABSTRACT

THE EFFECT OF SALARY, WORKING ENVIRONMENT, AND EMPLOYEES’ PROSPERITY ON THE EMPLOYEES’ WORKING

MOTIVATION

A Case Study at: PT. Mirota Godean, Jln. Raya Godean KM 2,8 Yogyakarta

Rosalia Aswati Sanata Dharma University

Yogyakarta 2009

This research aims to identify: 1) the effect of salary on the employees’ working motivation; 2) the effect of working environment on the employees’ working motivation; 3) the effect of employees’ prosperity on the employees’ working motivation.

This research is a case study at PT. Mirota Godean Yogyakarta. The research population was the entire employees of PT. Mirota Godean Yogyakarta. The number of respondents was 70. Data were gathered by questionnaires and analyzed using regression test model.

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRAC ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis ... 6
(14)

xiv

2. Balas Jasa/Gaji ... 16

3. Lingkungan Kerja Karyawan ... 20

4. Kesejahteraan Karyawan ... 28

B. Kerangka Pemikiran 1. Pengaruh Balas Jasa terhadap Motivasi Kerja Karyawan ... 31

2. Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Motivasi Kerja Karyawan ... 32

3. Pengaruh Kesejahteraan Karyawan terhadap Motivasi Kerja Karyawan ... 34

C. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian ... 36

B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

C.Subjek dan Objek Penelitian ... 36

D.Populasi dan Sampel Penelitian... 37

E.Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 37

F. Teknik Pengumpulan Data ... 41

G.Validitas dan Reliabilitas ... 42

(15)

xv

BAB IV GAMBARAN UMUM

A. Sejarah PT Mirota Godean ... 55

B. Lokasi PT. Mirota Godean ... 57

C. Struktur Organisasi ... 58

D. Manajemen Personalia ... 61

E. Sistem Pemasaran ... 63

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Data ... 67

1. Deskripsi Responden ... 67

2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 69

B. Uji Prasyarat ... 71

1. Uji normalitas ... 71

2. Uji Linieritas ... 72

C. Analisi Data ... 73

D.Pembahasan ... 79

1. Pengaruh Balas Jasa terhadap Motivasi Kerja Karyawan 79

2. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Motivasi Kerja Karyawan ... 81

3. Pengaruh Kesejahteraan Karyawan terhadap Motivasi Kerja Karyawan ... 83

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ... 85
(16)

xvi

C. Saran ... 87

Daftar Pustaka ... 89

(17)

xvii

D A F T A R T A B E L

Halaman

Tabel 3.1 Variabel Balas Jasa ... 38

Tabel 3.2 Variabel Lingkungan Kerja ... 39

Tabel 3.3 Variabel Kesejahteraan Karyawan ... 39

Tabel 3.4 Variabel Motivasi Kerja ... 40

Tabel 3.5 Skala Pengukuran ... 41

Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas Variabel Balas Jasa ... 43

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Variabel Lingkungan Kerja ... 44

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kesejahteraan Karyawan ... 44

Tabel 3.9 Hasil Pengujian Validitas Variabel Motivasi Kerja ... 45

Tabel 3.10 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 47

Tabel 3.11 Tingkat Keterandalan Variabel Penelitian ... 47

Tabel 5.1 Deskripsi UsiaKaryawan ... 67

Tabel 5.2 Deskripsi Jenis Kelamin Karyawan ... 68

Tabel 5.3 Deskripsi Status Perkawinan Karyawan ... 68

Tabel 5.4 Interpretasi Penilaian Variabel Balas Jasa ... 69

Tabel 5.5 Interpretasi Penilaian Variabel Lingkungan Kerja ... 70

Tabel 5.6 Interpretasi Penilaian Variabel Kesejahteraan Karyawan ... 70

Tabel 5.7 Interpretasi Penilaian Variabel Motivasi Kerja ... 71

Tabel 5.8 Hasil Pengujian Normalitas Data ... 72

(18)

xviii

D A F T A R L A M P I R A N

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner ... 91

Lampiran 2 Data Tabulasi Mentah ... 98

Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 106

Lampiran 4 Tabulasi Data Penelitian ... 118

Lampiran 5 Deskripsi Responden ... 126

Lampiran 6 Deskripsi Variabel Penelitian ... 128

Lampiran 7 Perhitungan PAP II ... 133

Lampiran 8 Uji Prasyarat ... 135

Lampiran 9 Uji Hipotesis ... 137

Lampiran 10 Tabel r, Tabel T, Tabel F ... 147

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan sumber daya yang paling penting dalam usaha

organisasi mencapai keberhasilan, karena sumber daya manusia merupakan

satu-satunya sumber daya yang memiliki akal, perasaan, keinginan,

kemampuan, ketrampilan, pengetahuan, dorongan, karya dan bakat. Peranan

sumber daya manusia dalam suatu organisasi sangatlah menentukan

keberhasilan organisasi tersebut, sehingga masalah karyawan (SDM)

merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu sumber daya

manusia perlu dikelola dan dikoordinasikan dengan baik.

Pemanfaatan manusia sebagai sumber daya yang ada dalam suatu

organisasi dijadikan tolak ukur sebagai kunci keberhasilan mencapai tujuan

organisasi, karena semua kegiatan yang ada di dalam suatu organisasi hampir

seluruhnya dikerjakan oleh manusia. Oleh karena itu sudah sewajarnya dalam

suatu organisasi unsur manusia dan segala aspeknya mendapat perhatian yang

lebih.

Balas jasa (gaji), lingkungan kerja dan kesejahteraan karyawan merupakan

beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan. Kurangnya

perhatian terhadap hal-hal di atas akan menyebabkan penurunan terhadap

motivasi kerja karyawan, seperti karyawan akan malas bekerja dan tingkat

absensi menjadi tinggi. Untuk mewujudkan kembali semangat kerja karyawan

(20)

Motivasi adalah konsep yang menerangkan pribadi seseorang yang

mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

guna mencapai tujuan (Handoko, 1995:232). Motivasi kerja karyawan akan

tercipta jika ada penghargaan dari perusahaan dan terpenuhinya kebutuhan

yang diinginkan karyawan tersebut. Karyawan menginginkan agar kebutuhan

fisik dan kebutuhan psikologisnya terpenuhi. Kebutuhan karyawan memang

beraneka ragam tetapi perusahaan harus memperhatikannya supaya karyawan

merasakan puas dalam bekerja sehingga motivasi kerjapun akan tercipta.

Motivasi merupakan suatu kekuatan penggerak. Jika kita ingin memotivasi

orang, kita harus mengetahui segala sesuatu tentang motif mereka dan

memenuhi segala kebutuhan mereka, tetapi apa kebutuhan mereka? Fakta

yang ada menunjukkan bahwa faktor-faktor yang dapat memotivasi seseorang

diantaranya: 1) berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis:

kejujuran, keadilan, kepercayaan, keadilan, perhatian, dan tanggung jawab, 2)

berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan intelektual: rasa pemenuhan diri,

tugas yang menarik dan bervariasi serta tantangan, 3) kualitas ruangan untuk

bekerja sangat penting. Tentu saja, ini tidak berarti pekerja senang bekerja di

pabrik yang bising atau di kantor dengan penerangan buruk. Jika lingkungan

kerja secara fisik sudah memuaskan, perbaikan lebih lanjut hanya memberi

pengaruh kecil atas produktivitas. Daripada membangun kantor yang mewah,

manajemen sebaiknya lebih memperhatikan kebutuhan emosi pekerja, dan

meluangkan lebih banyak waktu untuk pelatihan di dalam perusahaan.

(21)

maka perusahaan akan memperoleh banyak keuntungan. Dengan

meningkatnya motivasi kerja, semua pekerjaan akan terselesaikan dengan

cepat karena karyawan memiliki semangat untuk bekerja lebih baik, sehingga

tingkat absensipun dapat diperkecil seminimal mungkin. Hal inilah yang akan

mempercepat suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya secara optimal.

Kebijakan dalam mengukur motivasi kerja karyawan merupakan kunci

pokok berhasilnya suatu perusahaan untuk mempertahankan kondisi

perusahaannya. Mengingat pentingnya motivasi kerja bagi kelangsungan

jalannya perusahaan, maka perusahaan selalu memperhatikan lingkungan kerja

karyawannya. Oleh kerena itu, manajemen wajib memotivasi para

karyawannya dengan memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan para

karyawan. Motivasi kerja para karyawan itu nampak dalam sikap karyawan

terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi dilingkungan

kerjanya. Indriasari (2005) menemukan adanya pengaruh yang positif dan

signifikan antara balas jasa (gaji), lingkungan kerja dan kesejahteraan

karyawan dengan motivasi kerja para karyawan.

Salah satu studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada sebuah

perusahaan yang minim fasilitas dan dengan pola kepemimpinan

individualistik menunjukkan terjadinya relasi non-harmonis antar pimpinan

dan karyawan. Hal tersebut terjadi lebih dikarenakan kurangnya dialog

(komunikasi dua arah yang sehat) antara pimpinan dan karyawan, sehingga

pola yang diterapkan lebih merupakan instruksi daripada bentuk partisipatori.

(22)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul ”Pengaruh Balas Jasa, Lingkungan Kerja dan

Kesejahteraan Karyawan Terhadap Motivasi Kerja Karyawan”.

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada hal sebagai berikut.

1. Balas jasa yang berupa gaji dan upah.

2. Lingkungan kerja yang berupa lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja

psikis.

3. Kesejahteraan kerja karyawan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang sudah dijelaskan maka

penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh balas jasa terhadap motivasi kerja karyawan?

2. Apakah ada pengaruh lingkungan kerja terhadap motivasi kerja karyawan?

3. Apakah ada pengaruh kesejahteraan karyawan terhadap motivasi kerja

karyawan?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyediakan bukti tentang:

1. Pengaruh balas jasa terhadap motivasi kerja karyawan.

(23)

3. Pengaruh kesejahteraan karyawan terhadap motivasi kerja karyawan.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan/Instansi

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan atau

masukkan bagi perusahaan atau instansi, khususnya bagian sumber motivasi

kerja karyawan.

2. Bagi Universitas

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi

tambahan untuk penelitian lebih lanjut dan sumbangan kepustakaan untuk

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bagi Penulis

Diharapkan melalui penelitian ini, penulis dapat menerapkan teori-teori yang

telah diperoleh selama kuliah, sekaligus mendapatkan tambahan

pengetahuan serta informasi dalam mempelajari dan mengatasi

masalah-masalah yang ada dalam perusahaan sehubungan dengan penciptaan

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Motivasi Kerja Karyawan

Motivasi berasal dari kata latin ”Movore” yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya

kepada para bawahan atau pengikut (Hasibuan, 1996:92). Motivasi

mempersoalkan bagaimana cara mendorong gairah kerja bawahan, agar

mau bekerja keras dengan memberikan dan mencurahkan seluruh daya

kemampuan dan keterampilan untuk mewujudkan tujuan perusahaan.

Motivasi sangat dibutuhkan oleh setiap individu baik atasan maupun

bawahan, karena dengan motivasi akan timbul niat untuk bekerja keras

untuk mencapai produktivitas yang lebih tinggi. Motivasi merupakan

suatu keterampilan dalam memadukan kepentingan karyawan dan

kepentingan organisasi, sehingga keinginan karyawan terpenuhi

bersamaan dengan tercapainya sasaran organisasi.

Menurut Handoko (1991:256) motivasi adalah keadaan dalam

pribadi seseorang yang mendorong individu untuk melakukan

kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.

Sedangkan Husnan (1990:197) motivasi adalah proses untuk

mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita

inginkan.

(25)

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

motivasi kerja seseorang itu dapat timbul dalam diri orang itu sendiri atau

dari orang lain. Motivasi dari dalam merupakan pendorong yang akan

mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan kepuasan dirinya.

Sedangkan motivasi dari orang lain, menjadi salah satu tugas dari seorang

pimpinan untuk dapat memberikannya kepada bawahannya agar bekerja

sesuai dengan pengarahan yang diberikan.

a. Teori-teori Motivasi

Teori-teori yang diperlukan oleh setiap perusahaan untuk

memotivasi karyawannya agar tercapai tujuan suatu perusahaan

(Mangkunegara 2000:94-102).

1) Teori Kebutuhan

Kebutuhan dapat diartikan sebagai suatu kesenjangan atau

pertentangan yang alami antara suatu kenyataan dengan dorongan

yang ada dalam diri. Kebutuhan merupakan fundamental yang

mendasari perilaku pegawai, sedangkan kita tidak mungkin

memahami perilaku pegawai tanpa mengerti kebutuhannya.

Menurut Maslow, hirarki kebutuhan manusia meliputi:

a) Kebutuhan Fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum,

perlindungan fisik, bernafas, serta seksual. Kebutuhan ini

merupakan kebutuhan tingkat rendah atau kebutuhan yang

(26)

b) Kebutuhan Rasa Aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan

dari bahaya, ancaman, pertentangan dan lingkungan hidup.

c) Kebutuhan untuk rasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk

diterima oleh suatu kelompok, berinteraksi serta kebutuhan

untuk mencintai dan dicintai.

d) Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati

dan dihargai oleh orang lain.

e) Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan

untuk menggunakan kemampuan dan potensi.

Sedangkan menurut McClelland, ada tiga macam kebutuhan

manusia yaitu:

a) Need For Achievement, yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk

pemecahan masalah. Kebutuhan untuk berprestasi adalah

kebutuhan melakukan pekerjaan lebih baik dari pada

sebelumnya, selalu berkeinginan mencapai prestasi yang lebih

tinggi.

b) Need For Affiliation, yaitu kebutuhan berafiliasi yang merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain,

berada bersama orang lain, tidak mau melakukan sesuatu yang

(27)

c) Need For Power, yaitu kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan refleksi dari dorongan untuk mencapai otoritas

untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain.

2) Teori ERG (Exsistence Relatedness Growth) dari Aldefer

Teori ERG merupakan refleksi dari nama tiga dasar kebutuhan

yaitu:

a) Existence Needs, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan fisik dari eksistensi pegawai, seperti: makan, minum, pakaian,

bernafas, gaji, keamanan, kondisi kerja, serta fringe benefits.

b) Relatedneeds Needs, merupakan kebutuhan interpersonal yaitu kepuasan dalam berinteraksi dengan lingkungan.

c) Growth Needs, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan dan meningkatkan pribadi, hal ini berhubungan dengan kemampuan

dan kecakapan pegawai.

3) Teori Insting

Darwin berpendapat bahwa tindakan yang intelligent

merupakan refleks dan instingtif yang diwariskan. Oleh karena itu,

tidak semua tingkah laku dapat direncanakan sebelumnya dan

dikontrol oleh pikiran.

Berdasarkan teori Darwin, menurut William James, Sigmund

Freud dan Mcougall mengemukakan teori insting sebagai konsep

yang penting dalam psikologi. Sigmund Freud menempatkan

(28)

menyusun daftar insting yang berhubungan dengan semua tingkah

laku, seperti: rasa jijik, rasa ingin tahu, kesukaan berkelahi, rasa

rendah diri, menyatakan diri, kelahiran, reproduksi, lapar,

berkelompok, ketamakan dan membangun.

4) Teori Lapangan

Teori lapangan merupakan konsep dari Kurt Lewin. Teori ini

merupakan pendekatan kognitif untuk mempelajari perilaku dan

motivasi. Kurt Lewin berpendapat bahwa perilaku merupakan

suatu fungsi dari lapangan pada momen waktu, Kurt Lewin juga

percaya pada pendapat para ahli psikologi Gestalt yang

mengemukakan bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari seorang

pegawai dengan lingkungannya.

b. Faktor-faktor Motivasi

Faktor-faktor motivasi kerja menurut Anoraga (1992:182)

dikemukakan sebagai berikut.

1) Faktor finansial yaitu terpenuhi keinginan karyawan terhadap

finansial yang diterima untuk memenuhi kebutuhannya sehingga

menimbulkan motivasi kerja karyawan. Misalnya gaji,

macam-macam pinjaman, promosi, jaminan sosial dan pemberian balas

jasa.

2) Faktor fisik yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik

lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan. Misalnya umur,

(29)

3) Faktor sosial yaitu faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial

baik hubungan antara pimpinan dan karyawan maupun hubungan

antara sesama karyawan, meliputi rekan kerja yang kompak,

pimpinan yang adil dan bijaksana serta pengarahan dan perintah

yang wajar.

4) Faktor psikologi yaitu faktor yang berhubungan dengan kejiwaan

karyawan, meliputi cita-cita dan pandangan hidup, minat dan

kemauan, sikap, bakat dan kecakapan.

Faktor-faktor lain yang menimbulkan motivasi kerja menurut

Gilmer (As’ad, 1995) adalah sebagai berikut.

1) Kesempatan untuk Maju

Dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh

pengalaman dan peningkatan kemampuan selama bekerja.

2) Keamanan Kerja

Faktor ini sering disebut sebagai penunjang motivasi kerja baik

bagi karyawan pria maupun wanita. Keadaan yang aman sangat

mempengaruhi perasaan karyawan selama bekerja.

3) Gaji

Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan kerja dan jarang

orang mengekspresikan motivasi kerjanya dengan sejumlah uang

yang diperolehnya.

4) Perusahaan dan Manajemen

(30)

memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil. Faktor ini yang

menentukan motivasi kerja karyawan.

5) Pengawasan atau Supervisi

Bagi karyawan, supervisor dianggap sebagai figur ayah dan

sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi

dalam turnover.

6) Faktor Instrinsik dari Pekerjaan

Atribut yang ada pada pekerjaan mensyaratkan keterampilan

tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas akan

meningkatkan atau mengurangi motivasi.

7) Kondisi Kerja

Yang termasuk dalam kondisi kerja yaitu tempat, ventilasi,

penyinaran, toilet, kantin dan tempat parkir.

8) Komunikasi

Komunikasi yang lancar antara karyawan dengan pihak manajemen

banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini

adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar, memahami

dan mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat

berperan dalam menimbulkan motivasi terhadap kerja.

9) Fasilitas

Fasilitas cuti, dan pensiun atau perumahan merupakan standar

suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan

(31)

c. Prinsip-prinsip dalam Memotivasi Kerja Pegawai

Terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi pegawai, diantaranya:

1) Prinsip Partisipasi

Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberi kesempatan

ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai

oleh pemimpin.

2) Prinsip Komunikasi

Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan

dengan usaha pencapaian tugas dengan informasi yang jelas,

pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.

3) Prinsip Mengakui Andil Bawahan

Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil

didalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut,

pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.

4) Prinsip Pendelegasian Wewenang

Pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada

pegawai bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil

keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat

pegawai menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang

ditetapkan oleh pemimpin.

5) Prinsip Memberi Perhatian

Pemimpin memberikan perhatian terhadap pegawainya sebagai

salah satu bentuk motivasi untuk meningkatkan kinerja karyawan

(32)

d. Teknik Memotivasi Kerja Pegawai

Teknik yang digunakan untuk memotivasi kerja pegawai antara

lain sebagai berikut:

1) Teknik Pemenuhan Kebutuhan Pegawai

Kebutuhan pegawai merupakan fundamental yang mendasari

perilaku kerja, sehingga tidak mungkin dapat memotivasi kerja

pegawai tanpa memperhatikan apa yang dibutuhkan. Seperti teori

hirarki kebutuhan manusia yang dikemukakan oleh Moslow.

2) Teknik Komunikasi Persuasif

Teknik komunikasi persuasif merupakan salah satu teknik

memotivasi kerja pegawai yang dilakukan dengan cara

mempengaruhi pegawai secara ekstralogos. Teknik ini dirumuskan

”AIDDAS”

A = Attention (perhatian) I = Interest (minat) D = Desire (hasrat) D = Decision (keputusan) A = Action (aksi/ tindakan) S = Satisfaction (kepuasan)

e. Langkah-langkah Memotivasi

Dalam memotivasi bawahan, ada beberapa langkah yang perlu

diperhatikan oleh setiap pemimpin (Wahjosumidjo, 1984:201) antara

(33)

1) seorang pemimpin harus tahu apa yang dilakukan oleh

bawahannya;

2) pemimpin harus berorientasi pada kerangka acuan;

3) tiap orang berbeda-beda dalam memuaskan kebutuhan;

4) setiap pemimpin harus memberikan contoh yang baik kepada

bawahannya;

5) pemimpin mampu mempergunakan keahlian dalam berbagai

bentuk;

6) pemimpin harus berbuat dan berperilaku realistis.

f. Tujuan Pemberian Motivasi

Tujuan pemberian motivasi kepada karyawan adalah sebagai

berikut:

1) mendorong gairah dan semangat kerja karyawan;

2) meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan;

3) meningkatkan produktivitas kerja karyawan;

4) mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan;

5) meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi

karyawan;

6) menciptakan suasana dan hubungan yang baik;

7) meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan;

8) meningkatkan kesejahteraan karyawan;

(34)

2. Balas Jasa/ Gaji

a. Pengertian Balas Jasa/ Gaji

Salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia adalah

memberi imbalan/ balas jasa kepada para pekerja. Gaji merupakan

imbalan atau balas jasa berupa uang, yang diberikan secara periodik

kepada seorang karyawan tetap oleh perusahaan atas kontribusi

karyawan tersebut.

Menurut Wursanto, (1988:53) gaji adalah imbalan jasa yang

diberikan secara teratur atas prestasi kerja yang diberikan oleh seorang

pegawai. Sedangkan Ivancevch, (1995:304) mengemukakan bahwa

kompensasi atau gaji adalah salah satu fungsi dari manajemen sumber

daya manusia yang berhubungan dengan segala bentuk penghargaan

yang diterima oleh masing-masing individu sebagai timbal balik dan

hasil kerja perusahaan. Imbalan pada dasarnya merupakan suatu

hubungan timbal balik.

Dari definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa gaji

dapat diartikan sebagai pembayaran atau imbalan yang diberikan

kepada seseorang sebagai balas jasa, yang diberikan secara teratur atas

prestasi kerja yang diberikan oleh seorang pegawai.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil karakteristik dari gaji,

yaitu:

1) diberikan secara bulanan;

(35)

3) diberikan dalam bentuk uang;

4) ada potongan-potongan.

b. Tingkat Gaji

Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya tingkat gaji

(Suprihanto, 1987:56) adalah sebagai berikut.

1) Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

Hukum ekonomi mengenai permintaan dan penawaran

mempengaruhi tinggi rendahnya imbalan tenaga kerja. Pekerjaan

yang memiliki keterampilan yang tinggi dan tenaga kerja yang

langka, akan cenderung menuntut gaji tinggi sedangkan apabila

penawaran tenaga kerja melimpah maka gaji cenderung turun.

2) Organisasi Buruh

Adanya serikat buruh yang kuat berarti posisi penawaran karyawan

juga kuat akan menaikkan gaji, demikian pula sebaliknya.

3) Kemampuan untuk Membayar

Tinggi gaji akan mengakibatkan naiknya biaya produksi dan

akhirnya akan mengurangi keuntungan. Jika biaya produksi sampai

mengakibatkan kerugian perusahaan, maka akan mempengaruhi

kemampuan perusahaan untuk membayar karyawan.

4) Pemerintah

Pemerintah dengan peraturan-peraturannya juga mempengaruhi

tinggi rendahnya gaji, peraturan tentang gaji minimum merupakan

(36)

c. Bentuk-Bentuk Balas Jasa

Dalam pemberian balas jasa antara perusahaan yang satu dengan

perusahaan yang lain jelas berbeda. Pemberian balas jasa kepada

karyawan disesuaikan dengan kepentingan masing-masing pihak dan

kemampuan perusahaan dalam menjalankan program tersebut.

Bentuk-bentuk balas jasa sebagai berikut:

1) Menurut Henry Simamora (1999 : 542) adalah:

a) Finansial

(1) Langsung

(a) Bayaran Pokok, seperti: upah.

(b) Bayaran Insentif, seperti: bonus, komisi, pembagian

laba/ keuntungan.

(c) Bayaran Tertangguh, seperti: program tabungan,

anuitas pembelian saham.

(2) Tidak Langsung

(a) Program-program proteksi, seperti: asuransi

kesehatan, asuransi jiwa, asuransi tenaga kerja,

pensiun.

(b) Bayaran diluar jam kerja, seperti: liburan, hari

besar, cuti.

(c) Fasilitas, seperti: kendaraan, ruang kantor, tempat

(37)

b) Non Finansial

(1) Pekerjaan, seperti: tugas-tugas yang menarik, tantangan,

tanggung-jawab, rasa pencapaian.

(2) Lingkungan Pekerjaan, seperti: kebijakan-kebijakan yang

sehat, kerabat yang menyenangkan, lingkungan kerja

yang nyaman.

2) Menurut J. Sudarsono (1996 : 140), balas jasa yang diterima

karyawan sehubungan dengan pekerjaannya dapat digolongkan

dalam empat bentuk, yaitu:

a) upah atau gaji dalam bentuk uang;

b) tunjangan dalam bentuk natura seperti gula, beras, garam, dan

pakaian yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pokok

karyawan dan menjaga gaji riil pada masa inflasi;

c) fringe benefits adalah berbagai jenis keuntungan diluar gaji yang diperoleh karyawan sehubungan dengan jabatannya;

d) kondisi lingkungan kerja yang mencakup lokasi dan jarak

perusahaan dari tempat tinggal, kebersihan, dan mutu tempat

kerja.

d. Sistem Pengupahan

Pada dasarnya sistem pengupahan dibagi menjadi empat bagian

(As’ad, 1980:90-92) yaitu sebagai berikut.

(38)

Upah menurut produksi yang diberikan bisa mendorong karyawan

untuk bekerja lebih keras untuk memproduksi lebih banyak.

2) Sistem upah menurut lamanya bekerja

Untuk memilih sistem ini menggunakan sistem pengupahan harian,

mingguan atau bulanan. Sistem ini meminimalkan keterlambatan

karena upah sudah dapat dihitung terlepas dari keterlambatan

bahan untuk bekerja, kerusakan alat, sakit dan sebagainya.

3) Sistem upah senioritas

Sistem upah ini mendorong karyawan untuk lebih setia dan loyal

terhadap perusahaan. Sistem upah ini memberikan rasa aman

(security falling) terhadap karyawan lanjut usia (senior).

4) Sistem upah menurut kebutuhan

Sistem ini memberikan upah yang lebih besar kepada mereka yang

sudah menikah dan berkeluarga. Seandainya semua kebutuhan itu

dipenuhi, maka upah itu akan mempersamakan standar hidup

semua orang.

3. Lingkungan Kerja Karyawan

a. Pengertian lingkungan kerja

Lingkungan kerja sangat mempengaruhi karyawannya dalam

pelaksanakan tugasnya. Kondisi lingkungan kerja yang nyaman,

aman dan mendukung akan membuat karyawan menjadi bersemangat

(39)

positif pada kinerjanya. Dengan adanya semangat dan gairah dalam

bekerja karyawan cenderung akan merasa puas dalam bekerja.

Sebaliknya, lingkungan kerja yang banyak menimbulkan risiko atau

tidak nyaman, dan tidak mendukung dalam pelaksanaan tugas yang

dibebankan akan menyebabkan merosotnya semangat dan gairah

kerja, kemungkinan akan terjadi kesalahan dalam tugas, dan

menurunnya produktivitas kerja (Nitisemito, 1982:183).

Menurut Nitisemito, (1982:183) lingkungan kerja disini adalah

segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan yang dapat

mempengaruhi dirinya dalam melakukan tugas-tugas yang

dibebankan. Adapun faktor lingkungan fisik yang harus diperhatikan

oleh perusahaan dalam upaya meningkatkan semangat dan gairah

kerja antara lain: kebersihan, pertukaran udara, penerangan,

ketenangan, keamanan dan kebisingan.

Cascio (1992:20) menyebutkan bahwa kualitas lingkungan kerja

itu menyangkut lingkungan kerja secara fisik dan psikis. Lingkungan

kerja fisik adalah lingkungan kerja yang bisa dikenali dengan indera

oleh para karyawan misalnya tempat, alat dan prasarana kerja,

sedangkan lingkungan kerja psikis adalah lingkungan kerja yang

tidak bisa dikenali dengan indera oleh para karyawan misalnya relasi

dengan atasan dan rekan kerja.

Perusahaan yang ingin menciptakan kepuasan kerja bagi para

(40)

sehingga karyawan memiliki kegairahan dan semangat untuk

melakukan tugas-tugasnya. Dengan memiliki kegairahan dan

semangat kerja yang tinggi karyawan akan memberikan

kontribusinya yang terbaik, sehingga perusahaan akan diuntungkan

karena perusahaan meningkat.

b. Faktor-faktor yang termasuk ke dalam lingkungan kerja

Menurut Nitisemito (1982:184) ada 2 jenis faktor-faktor yang

digolongkan kedalam lingkungan kerja yaitu faktor fisik dan faktor

psikis.

Faktor fisik tercakup dalam lingkungan kerja, antara lain sebagai

berikut.

1) Pewarnaan

Warna dapat mempengaruhi jiwa seseorang yang ada

disekitarnya dan pemilihan warna berhubungan dengan

penerangan.

2) Kebersihan

Lingkungan yang bersih dapat menimbulkan rasa senang

sehingga bisa mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja

para karyawan.

3) Penerangan

Perusahaan harus mengusahakan penerangan yang cukup

mendukung tetapi tidak menyulitkan bagi pekerjaan. Sebab

(41)

dengan lebih baik, lebih teliti dan kelelahan dapat dikurangi.

Dengan demikian hasil produksi yang lebih baik dapat diterima

bagi pihak perusahaan.

4) Keamanan

Perusahaan yang dapat memberikan jaminan terhadap keamanan

karyawan baik secara fisik (dari bahaya kecelakaan dan

penyakit) maupun non fisik (jaminan sosial hari tua/ pensiun)

akan menyebabkan para karyawan dapat bekerja dengan tenang.

5) Ventilasi

Manfaat dari ventilasi bagi karyawan yang bekerja di perusahaan

sangat kinerja yang optimal bagi pekerja. Udara di sekitar terasa

segar karena adanya pergantian udara sehingga pekerja dapat

merasa nyaman dan betah saat melakukan pekerjaan.

6) Teknologi

Pemilihan teknologi hendaknya secara tepat guna. Artinya

pemilihan jenis teknologi yang akan digunakan sesuai dengan

perkembangan jaman dan sifat pekerjaan yang ada serta tanpa

mengorbankan salah satu pihak, bagi pihak perusahaan dalam

peningkatan kinerja maupun pihak karyawan dalam hal

kesempatan kerja. Dengan demikian para karyawan akan merasa

puas karena mereka tidak hanya memandang diri mereka sebagai

(42)

7) Peralatan kerja

Apabila perusahaan ini agar karyawannya puas dalam melakukan

pekerjaannya, maka pihak perusahaan harus menyediakan

alat-alat kerja yang dibutuhkan dengan lengkap. Hal ini bertujuan

untuk memudahkan para karyawan dalam menyelesaikan

pekerjaan yang dibebankan kepada dirinya sehingga kinerja

mereka lebih meningkat.

8) Suara

Suara yang berada dalam ruangan kerja hendaknya diatur sebaik

mungkin supaya tidak mengganggu atau mengacaukan

konsentrasi dalam bekerja.

Faktor lingkungan kerja psikis antara lain terdiri dari beberapa

aspek.

1) Hubungan dengan atasan (supervisi)

Hubungan yang terjalin antara karyawan dengan atasan atau

supervisi di dalam suatu perusahaan dapat mendorong terjadinya

peningkatan kepuasan kerja para karyawan. Hubungan yang

terjalin baik tersebut berarti mengindikasikan adanya saling

pengertian dan hormat menghormati antara kedua pihak. Dengan

demikian karyawan akan merasa puas karena diperhatikannya

oleh perusahaan sehingga mereka bekerja dengan lebih giat. Di

(43)

belonging berarti para karyawan merasa bahwa hidup dan matinya perusahaan itu ditentukan oleh kinerja mereka. Jika

perusahaan itu maju maka mereka diuntungkan. Jika perusahaan

itu rugi maka mereka pula yang dirugikan.

Pembinaan hubungan yang baik dengan pimpinan bisa

membantu meningkatkan potensi kerja secara lebih baik dan

mempermudah jalinan komunikasi yang selaras di dalam

ruangan lingkup perusahaan (Robbins:1993). Dalam menjalin

hubungan dengan karyawan, diperlukan seorang pemimpin yang

baik. Kepemimpinan yang baik memiliki ciri-ciri yaitu sebagai

berikut.

a) Pemahaman sosial yaitu kecakapan dalam melihat dan

memahami perasaan, sikap dan kebutuhan anggota lainnya

dalam suatu kelompok.

b) Kemampuan berpikir abstrak yaitu mempunyai kecerdasan

yang tinggi.

c) Keseimbangan emosional merupakan kematangan emosional

yang diperlukan untuk turut merasakan keinginan dan

cita-cita anggota kelompok.

Dengan kepemimpinan yang baik, karyawan akan bekerja

dengan perasaan senang dan gairah kerja yang tinggi, sehingga

(44)

Sebaliknya kepemimpinan yang tidak baik akan mengundang

protes dan pemogokan.

2) Hubungan dengan rekan kerja

Kerjasama dengan sesama rekan kerja dapat juga membantu

kelancaran berkomunikasi saat akan maupun sesudah melakukan

pekerjaan dengan baik atau bahkan dapat lebih baik. Pada

dasarnya apabila hubungan dengan rekan kerja dapat terbina

dengan baik akan memunculkan ide-ide atau gagasan yang lebih

baik. Oleh sebab itu, diharapkan hasil para pekerja dapat

dijadikan peluang utama bagi perkembangan perusahaan di masa

depan (Robbins,1993).

Hubungan dengan rekan kerja juga merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi tinggi dan rendahnya kepuasan kerja para

karyawan. Jika hubungan dengan rekan kerja baik maka

karyawan akan merasa puas karena mereka bekerja dalam

lingkungan yang tenang. Pekerjaan akan menjadi lebih ringan

dan mudah untuk diselesaikan jika adanya suasana saling

mendukung. Sebaliknya, apabila hubungan dengan rekan kerja

buruk, maka akan mengakibatkan karyawan tidak dapat

berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaannya. Dampak yang

ditimbulkan kinerja yang diberikan karyawan tidak maksimal.

(45)

3) Keamanan kerja

Perusahaan dapat memberikan jaminan terhadap keamanan

sehingga pekerja saat melaksanakan pekerjaan dapat dengan

serius dan tenang. Bentuk jaminan keamanan kerja yang

biasanya diberikan oleh perusahaan adalah asuransi tenaga kerja

dan lainnya.

4) Kecocokan seorang pekerja dengan pekerjaannya

Pekerjaan dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal apabila

pimpinan perusahaan dapat menempatkan pekerjaannya sesuai

dengan keahlian dan ketrampilannya. Hal ini dapat diartikan

dengan menempatkan seseorang pada keahlian yang tepat, di

dalam tempat kerja yang tepat, sehingga mampu menghasilkan

produk pada waktu yang tepat (the right person, in the right place on the right time).

Oleh sebab itu, dapat diartikan bahwa dengan menempatkan

pekerja sesuai dengan kemampuan dan keahliannya, maka

kecocokan seorang pekerja dengan pekerja yang dilakukan dapat

terwujud. Dengan demikian hal ini dapat dijadikan manfaat yang

besar bagi perkembangan perusahaan dan kemajuan yang ingin

dicapai oleh perusahaan.

5) Kerjasama dengan rekan kerja (sosialisasi)

Pekerja dapat bekerja dengan tenang dan serius apabila tidak ada

(46)

egois. Dengan adanya sikap egois, dapat menimbulkan sikap

saling bermusuhan antara pekerja di dalam ruang kerja

perusahaan atau adanya persaingan dalam menjatuhkan rekan

kerja. Dengan demikian, sikap saling menghargai sangat penting

guna mewujudkan keakraban antara sesama pekerja. Hal ini

sangat diutamakan untuk mendukung kinerja yang baik bagi

pekerja.

6) Otonomi dalam melakukan pekerjaan

Otonomi dapat diartikan seberapa besar tugas itu memberikan

kebebasan, bersifat tidak tergantung dan diskresi (kebijaksanaan/

keleluasaan) pada seseorang untuk menjadwalkannya

(Robbins: 1993). Dengan demikian otonomi pekerja dapat

diartikan kewenangan yang diberikan secara bebas bagi pekerja,

bersifat tidak tergantung pada hal tertentu dan diskresi seorang

pekerja untuk menjadwalkan pelaksanaan itu sendiri.

4. Kesejahteraan Karyawan

Program kesejahteraan karyawan adalah suatu program pelayanan

kepada karyawan yang dimaksudkan untuk memelihara sikap dan

semangat yang baik terhadap kerja dan lingkungan kerja. Program

pelayanan karyawan merupakan bagian dari balas jasa/ imbalan yang

(47)

Bentuk program kesejahteraan karyawan ini dapat dikelompokkan

menjadi tiga bagian.

a. Program yang menyangkut kesejahteraan ekonomi karyawan

Program ini dirancang dan diselenggarakan untuk melindungi

keamanan ekonomi dari para karyawan. Bentuk program-program

tersebut antara lain sebagai berikut.

1) Pensiun

Pemberian pensiun berarti perusahaan memberikan sejumlah

uang tertentu secara berkala kepada karyawan yang telah berhenti

bekerja setelah mereka dalam waktu yang telah lama atau setelah

mencapai suatu batas usia tertentu.

2) Asuransi

Program asuransi ini bisa berbentuk asuransi jiwa, asuransi

kesehatan dan asuransi kecelakaan. Disini perusahaan

melakukan kerjasama dengan perusahaan asuransi untuk

menanggung asuransi karyawannya.

3) Pemberian kredit

Pemberian kredit kepada karyawan yang membutuhkan dapat

diorganisir oleh menajemen, bisa pula oleh karyawan itu sendiri

dengan mendirikan koperasi simpan pinjam.

b. Program yang menyangkut pemberian hiburan atau rekreasi

Setiap orang memerlukan hiburan atau rekreasi dalam kehidupannya

(48)

kegiatan diserahkan kepada karyawan ataukah disponsori oleh

perusahaan karena menyangkut masalah biaya, efektifitas dan sikap

karyawan”.

Program-program hiburan atau rekreasi dapat dikelompokkan

menjadi dua.

1) Kegiatan olah raga

Kegiatan olah raga bisa dimaksudkan untuk memelihara

kesehatan dan mengejar prestasi. Jika suatu perusahaan

mempunyai klub olah raga, kemudian klub tersebut menonjol

prestasinya, maka akan menjadi publikasi bagi perusahaan.

2) Kegiatan sosial

Kegiatan sosial misalnya melakukan darmawisata, kegiatan

donor darah, kegiatan untuk menyambut hari besar keagamaan

secara bersama-sama atau membentuk kelompok-kelompok

khusus, seperti: drama, musik dan sebagainya.

c. Program yang bersifat tambahan fasilitas kepada karyawan

Pelayanan yang sifatnya memberikan fasilitas adalah

kegiatan-kegiatan yang secara normal perlu diurus oleh para karyawan sendiri

dalam kehidupannya sehari-harinya. Kegiatan-kegitan ini bisa

berbentuk antara lain sebagai berikut.

1) Penyediaan kafetaria

Penyediaan kafetaria ini dimaksudkan untuk mempermudah

karyawan yang ingin makan dan tidak sempat pulang ke rumah

(49)

2) Fasilitas pendidikan

Perusahaan dapat memberikan kesempatan kepada karyawan

untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilannya,

misalnya: dengan adanya ruang perpustakaan atau dapat pula

dengan menyekolahkan para karyawannya untuk mendapatkan

pengetahuan serta keterampilan sesuai dengan bidangnya.

B. Kerangka Pemikiran

1. Pengaruh balas jasa terhadap motivasi kerja karyawan.

Balas jasa adalah imbalan atau balas jasa berupa uang, yang

diberikan secara periodik kepada seorang karyawan tetap oleh perusahaan

atas kontribusi karyawan tersebut. Indikator variabel balas jasa mencakup

balas jasa langsung dan balas jasa tidak langsung. Balas jasa atau gaji juga

merupakan faktor yang berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan.

Uang tidak hanya membantu individu untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dasar mereka tetapi juga sebagai motivasi kerja karyawan.

Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong

individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu.

Para pekerja seringkali memandang gaji sebagai sebuah refleksi tentang

bagaimana pihak manajemen melihat kontribusi para pekerja terhadap

perusahaan. Gaji juga merupakan sesuatu yang penting namun bukan

sebagai sesuatu yang berpengaruh. Satu alasan yang tidak diragukan lagi

adalah bahwa para pekerja seringkali tidak mengetahui berapa banyak

(50)

keuntungan ini karena mereka tidak bisa melihat nilai guna yang ada pada

diri mereka. Semakin besar gaji yang diberikan perusahaan kepada

karyawan maka akan semakin memotivasi karyawan tersebut dalam

bekerja. Karyawan pun akan terpacu untuk bekerja lebih rajin dan

produktif untuk mendapatkan gaji yang lebih besar lagi.

2. Pengaruh lingkungan kerja terhadap motivasi kerja karyawan.

Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para

pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam melakukan

tugas-tugas yang dibebankan. Sedangkan motivasi adalah keadaan dalam pribadi

seseorang yang mendorong individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan

tertentu guna mencapai suatu. Lingkungan kerja disini menyangkut

lingkungan kerja secara fisik dan psikis. Lingkungan kerja fisik adalah

lingkungan kerja yang bisa dikenali dengan indera oleh para karyawan.

Indikator variabel lingkungan kerja fisik mencakup penerangan, suhu

udara, suara, penggunaan warna, ruang gerak, keamanan kerja, dan

fasilitas pelayanan karyawan. Lingkungan kerja psikis adalah lingkungan

kerja yang tidak bisa dikenali dengan indera oleh para karyawan. Indikator

variabel lingkungan kerja psikis mencakup hubungan kerja yang baik,

sistem pengupahan yang mudah dimengerti, dan informasi yang lancar.

Lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman sangatlah besar

pengaruhnya dalam suatu perusahaan dimana para karyawan bekerja.

(51)

menggambarkan kekuatan yang berbeda di luar perusahaan, sedangkan

lingkungan dalam adalah faktor-faktor di dalam perusahaan dimana

berlangsungnya kegiatan perusahaan.

Dalam lingkungan kerja fisik yang menyangkut tentang pewarnaan

ruangan, disini pewarnaan luas tidak hanya pewarnaan dinding tetapi

seragam dan peralatan. Orang akan senang bekerja bila ruangan yang

ditempati itu berwarna cerah, bersih dan serasi. Kebersihan lingkungan

tempat untuk bekerja juga dijaga agar tetap bersih. Dengan tempat yang

bersih orang akan senang dan betah untuk bekerja. Selain tempat yang

bersih juga pengaturan suhu udara yang baik, agar sirkulasi udara yang ada

di dalam kantor itu dapat berganti-ganti dan tidak pengap. Demikian juga

dengan penerangan, ruang gerak, kebisingan, keamanan dan peralatan.

Dengan kondisi ruang kerja yang demikian ini maka pegawai akan merasa

puas dan senang karena pemimpin menghargai kerja mereka dengan

menyediakan fasilitas yang memadai untuk bekerja.

Hal ini juga dipengaruhi oleh lingkungan kerja psikis, lingkungan ini

menyangkut hubungan karyawan dengan karyawan, hubungan karyawan

dengan pemimpin. Hubungan ini sangat penting untuk berlangsungnya

kerja organisasi. Tanpa adanya hubungan ini maka kegiatan karyawan

tidak dapat berjalan dengan apa yang menjadi tujuan dari organisasi.

Dalam mempengaruhi orang lain seorang pemimpin harus mengerti

situasi dan kondisi karyawannya tersebut. Mengetahui kondisi karyawan

(52)

karyawan dan berusaha untuk memenuhinya. Apabila kebutuhan karyawan

terpenuhi akan timbul rasa senang dan bergairah dalam menghadapi

pekerjaan dan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab.

Riana (2005) menemukan adanya pengaruh persepsi karyawan

tentang kualitas lingkungan kerja terhadap motivasi kerja karyawan.

Demikian juga Amalia (2006) menemukan bahwa lingkungan kerja

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi kerja karyawan pada

PT. Argonesia. Dengan demikian secara teoritis dengan membuktikan

bahwa motivasi kerja karyawan dipengaruhi oleh lingkungan kerja.

3. Pengaruh kesejahteraan karyawan terhadap motivasi kerja

karyawan.

Kesejahteraan karyawan adalah suatu pelayanan kepada karyawan

yang dimaksudkan untuk memelihara sikap dan semangat yang baik

terhadap kerja dan lingkungan kerja. Indikator variabel kesejahteraan

karyawan mencakup faktor yang menyangkut kesejahteraan ekonomi

karyawan, faktor yang menyangkut pemberian hiburan atau rekreasi, dan

faktor yang bersifat tambahan fasilitas kepada karyawan.

Kesejahteraan karyawan juga merupakan faktor yang mempengaruhi

motivasi kerja karyawan. Motivasi adalah keadaan dalam pribadi

seseorang yang mendorong individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan

tertentu guna mencapai suatu tujuan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini

(53)

karyawan akan malas bekerja dan tingkat absensi menjadi tinggi. Untuk

mewujudkan kembali semangat kerja karyawan seorang pemimpin harus

memberikan motivasi kepada karyawan.

Manusia merupakan sumber daya yang sangat penting peranannya

dalam aktivitas perusahaan, maka sudah selayaknya apabila perusahaan

selalu berusaha agar karyawannya mempunyai motivasi kerja yang tinggi.

Sebab dengan motivasi kerja yang tinggi, kegairahan kerja karyawan pun

dapat meningkat, sehingga produktivitas kerja juga dapat meningkat.

Untuk itu perusahaan perlu memperhatikan kondisi fisik maupun sikap

mental karyawannya. Dari segi fisik, perusahaan dapat memberikan upah

dan gaji dengan adil dan layak, sedangkan dari segi mental perusahaan

dapat memberikan kesejahteraan kepada keryawannya, seperti pensiun,

asuransi, dan pemberian kredit.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan di depan, maka penulis

merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.

1. Ada pengaruh balas jasa terhadap motivasi kerja karyawan.

2. Ada pengaruh lingkungan kerja terhadap motivasi kerja karyawan.

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Menurut

Gay (Sevilla,1993:71) pengertian dari metode penelitian deskriptif adalah

kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau

menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang

berjalan dari pokok suatu penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah

berupa studi kasus. Penelitian studi kasus adalah penelitian yang terinci

tentang seseorang atau sesuatu unit selama kurun waktu tertentu

(Sevilla,1993:73).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Mirota Godean, Jln. Raya Godean Km. 2,8

Yogyakarta, Telp. (0274) 565612, Fax. (0274) 511092.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2009.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian, merupakan pihak-pihak yang nantinya akan terlibat

(55)

dalam penelitian dan sebagai informasi utama yang berhubungan dengan

penelitian yang dilakukan, diantaranya seluruh karyawan Mirota Godean.

2. Objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian yaitu balas jasa, lingkungan kerja,

kesejahteraan karyawan, dan motivasi kerja karyawan.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi terdiri atas sekumpulan objek yang menjadi pusat perhatian,

yang daripadanya terkandung informasi yang ingin diketahui (Gulo, 2004: 76).

Dalam penelitian populasi adalah karyawan di PT. Mirota Godean, Jln. Raya

Godean Km. 2,8 Yogyakarta sebanyak 70 orang.

Sampel sering disebut juga “contoh“ yaitu himpunan bagian (subset) dari

suatu populasi. Pemilihan sampelnya non random atau secara non-probabilitas

dengan menggunakan teknik sampling jenuh yaitu teknik pengambilan sampel

bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampel yang diambil

harus benar-benar representatif. Dalam hal ini, peneliti mengambil sampel

yang terdiri dari 70 orang karyawan PT. Mirota Godean, Jln. Raya Godean

Km. 2,8 Yogyakarta.

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran

Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti terbagi menjadi dua

(56)

1. Variabel bebas (independentvariable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab adanya perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel

bebas (X) dalam penelitian ini adalah balas jasa, lingkungan kerja, dan

kesejahteraan karyawan.

a) Variabel balas jasa

Variabel balas jasa diukur dengan dimensi/ indikator yang

disajikan dalam kajian teori, seperti pada tabel sebagai berikut.

Tabel 3.1 Variabel Balas Jasa

No Dimensi Indikator

Item Positif

(+)

Item Negatif

(-)

1. Balas jasa langsung

a. Bayaran pokok, seperti

upah. 1 -

b.Bayaran insentif,

seperti: bonus, komisi, pembagian

laba/keuntungan.

2 -

2. Balas jasa tidak langsung

a. Program-program

proteksi, seperti: asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi tenaga kerja, dan pensiun.

- 3

b.Bayaran diluar jam

kerja, seperti: liburan,

hari besar cuti. 5 -

c. Fasilitas, seperti: kendaraan, tempat kantor, ruang parkir dan perumahan.

(57)

b) Variabel lingkungan kerja

Variabel lingkungan kerja diukur dengan dimensi/ indikator yang

disajikan dalam kajian teori, seperti pada tabel sebagai berikut.

Tabel 3.2

Variabel Lingkungan Kerja

No Dimensi Indikator

Item Positif (+) Item Negatif (-)

1. Lingkungan

kerja fisik

a. Penerangan 8 -

b. Suhu udara 7 -

c. Suara - 10

d. Penggunaan warna 12 -

e. Ruang gerak 6 -

f. Keamanan kerja - 11

g. Fasilitas pelayanan

karyawan 9 -

2. Lingkungan

kerja psikis

a. Hubungan kerja yang

baik - 13

b. Sistem pengupahan yang mudah

dimengerti

15 -

c. Informasi yang lancar - 14

c) Variabel kesejahteraan karyawan

Variabel kesejahteraan karyawan diukur dengan dimensi/ indikator

yang disajikan dalam kajian teori, seperti pada tabel sebagai berikut.

Tabel 3.3

Variabel Kesejahteraan Karyawan

No Dimensi Indikator

Item Positif (+) Item Negatif (-)

a. Faktor yang

menyangkut kesejahteraan

(58)

1. Kesejahtera an karyawan ekonomi karyawan, seperti: pensiun, asuransi, pemberian kredit.

b.Faktor yang

menyangkut

pemberian hiburan atau rekreasi.

18 -

c. Faktor yang bersifat

tambahan fasilitas kepada karyawan.

17,19 -

2. Variabel terikat (dependentvariable)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat adanya variabel bebas. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini

adalah motivasi kerja karyawan.

Variabel motivasi kerja diukur dengan dimensi/ indikator yang

disajikan dalam kajian teori, seperti pada tabel sebagai berikut.

Tabel 3.4

Variabel Motivasi Kerja

No Dimensi Indikator

Item Positif (+) Item Negatif (-)

1. Motivasi

kerja

a. Faktor finansial

(jaminan kerja)

4,6,8 -

b. Faktor fisik, yaitu:

jam kerja dan keadaan alat-alat perlengkapan.

9 10

(59)

d. Faktor psikologis, yaitu:

- Minat dan kemauan - Keterampilan - Sikap - Cita-cita

2,3,5 -

Pengukuran variabel bebas dan variabel terikat pada penelitan ini

dengan menggunakan skala sikap dari Likert. Skala Likert yaitu suatu cara

yang sistemastis untuk memberi skor. Dalam skala Likert ini digunakan 5

kategori penilaian sebagai berikut.

Tabel 3.5 Skala Pengukuran

Alternatif Jawaban

Pernyataan Positif (+)

Pernyataan Negatif (-)

Sangat Setuju

5 1

Setuju

4 2

Ragu-Ragu

3 3

Kurang Setuju

2 4

Sangat Tidak

Setuju 1 5

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

peninjauan dan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian

(60)

2. Kuesioner

Kuesioner adalah metode pengumpulan informasi atau data dengan

cara mencatat, membaca dan mempelajari hal-hal yang berhubungan

dengan obyek penelitian.

3. Wawancara

Wawancara merupakan bentuk pengumpulan data dengan cara tanya

jawab langsung dengan pemimpin atau pihak yang mewakili untuk

memperoleh data yang diperlukan, khususnya mengenai gambaran umum

perusahaan, dan data lain yang dapat dipakai sebagai pelengkap.

G. Validitas dan Reliabilitas

1. Validilitas

Validilitas merupakan derajat ketepatan alat ukur peneliti tentang isi

atau arti sebenarnya dari apa yang diukur (Umar, 1997:60). Semakin tinggi

validitas suatu alat ukur, semakin tepat pengukuran mencapai sasaran.

Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas adalah Product

Moment (Sugiyono, 2001:182).

rxy =

( )( )

( )

[

]

[

( )

]

2 2

2 2

y y

n x x

n

y x xy n

Keterangan:

rxy : nilai koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

(61)

y : jumlah skor total

n : jumlah responden

Dengan taraf signifikasi 5% apabila rhitung> rtabel maka kuesioner tersebut

dinyatakan valid.

Pengujian reliabilitas dikerjakan dengan menggunakan bantuan

Program SPSS pada taraf signifikasi 5%, N = 30, dengan dk = N-2 (dk =

30 - 2 = 28) sehingga rtabel = 0.361. Dalam penelitian ini, apabila semua

item pertanyaan mempunyai rhitung>r tabel berarti bisa dikatakan semua item

pertanyaan tersebut valid. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel

berikut ini (Lampiran 3 halaman 85).

Tabel 3.6

Hasil Pengujian Validitas Variabel Balas Jasa

No. Item r hitung r tabel Keterangan

1 2 3 4 5

0.558 0.376 0.461 0.029 0.381

0.361 0.361 0.361 0.361 0.361

Valid Valid Valid Tidak Valid

Valid

Dari tabel 3.6 di atas dapat diketahui besarnya koefisien korelasi (rhitung) 5

item kuesioner variabel balas jasa. Pada taraf keyakinan 95% (α = 0,05)

diperoleh 1 item kuesioner memiliki koefisien korelasi (rhitung) lebih

kecil dari 0,361 dan dinyatakan tidak valid (item no 4). Sedangkan item

kuesioner lainnya memiliki koefisien korelasi (rhitung) lebih besar dari

0,361 dan dinyatakan valid (item no 1,2, 3, dan 5). Item pernyataan yang

tidak valid selanjutnya tidak digunakan sebagai pengumpul data

(62)

Tabel 3.7

Hasil Pengujian Validitas Variabel Lingkungan Kerja

No. Item r hitung r tabel Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0.444 0.691 0.428 0.585 0.366 0.371 0.488 0.365 0.365 0.495 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Dari tabel 3.7 di atas dapat diketahui besarnya koefisien korelasi (rhitung) 5

item kuesioner variabel lingkungan kerja. Pada taraf keyakinan 95% (α =

0,05) semua item kuesioner memiliki koefisien korelasi (rhitung) lebih

besar dari 0,361 dan dinyatakan valid. Dan semua item pernyataan

tersebut digunakan sebagai pengumpul data penelitian ini.

Tabel 3.8

Hasil Pengujian Validitas Variabel Kesejahteraan Karyawan

No. Item r hitung r tabel Keterangan

1 2 3 4 5 0.451 0.419 - 0.77 0.409 0.387 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 Valid Valid Tidak Valid Valid Valid

Dari tabel 3.8 di atas dapat diketahui besarnya koefisien korelasi (rhitung) 5

item kuesioner variabel kesejahteraan karyawan. Pada taraf keyakinan

95% (α = 0,05) diperoleh 1 item kuesioner memiliki koefisien korelasi

(rhitung) lebih kecil dari 0,361 dan dinyatakan tidak valid (item no 3).

(63)

lebih besar dari 0,361 dan dinyatakan valid (item no 1,2, 4, dan 5). Item

pernyataan yang tidak valid selanjutnya tidak digunakan sebagai

pengumpul data penelitian ini.

Tabel 3.9

Hasil Pengujian Validitas Variabel Motivasi Kerja

No. Item r hitung r tabel Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0.548 0.117 0.430 0.483 0.406 0.457 0.414 0.382 0.416 0.519 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Dari tabel 3.9 di atas dapat diketahui besarnya koefisien korelasi (rhitung) 5

item kuesioner variabel motivasi kerja. Pada taraf keyakinan 95% (α =

0,05) diperoleh 1 item kuesioner memiliki koefisien korelasi (rhitung)

lebih kecil dari 0,361 dan dinyatakan tidak valid (item no 2).

Sedangkan item kuesioner lainnya memiliki koefisien korelasi (rhitung)

lebih besar dari 0,361 dan dinyatakan valid (item no 1,3,4,5,6,7,8,9 dan

10). Item pernyataan yang tidak valid selanjutnya tidak digunakan

sebagai pengumpul data penelitian ini.

2 Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sampai sejauh

mana suatu pengukuran dapat memberikan hasil yang relatif sama bila

dilakukan kembali pada subyek sampel yang sama. Dengan kata lain,

(64)

mengukur gejala yang sama. Semakin tinggi korelasi maka makin rendah

kesalahan pengukuran. Pengukuran ini menggunakan teknik “belah dua”

dengan cara mengkorelasikan data jawaban responden pada item ganjil

dan item genap, dengan menggunakan rumus Product Moment (Sugiyono, 2001:182):

rxy =

( )( )

( )

[

]

[

( )

]

− 2 2 2 2 y y n x x n y x xy n Keterangan:

rxy : koefisien korelasi antara item bernomor ganjil dan item bernomor

genap

x : jumlah total pernyataan yang bernomor ganjil

y : jumlah total pernyataan yang bernomor genap

Setelah koefisien korelasi item ganjil-genap diperoleh maka untuk

melakukan estimasi digunakan rumus Spearman Brown

(Arikunto,1991:145):

( )

(

xy

)

xy gg r 1 r 2 r + = Keterangan:

rgg : koefisien reliabilitas

rxy : koefisien korelasi antara item bernomor ganjil dan nomor item

bernomor genap.

Pengujian reliabilitas dikerjakan dengan menggunakan bantuan Program

(65)

28) sehingga rtabel = 0.361. Dalam penelitian ini, apabila semua item

pertanyaan mempunyai rhitung>r tabel berarti bisa dikatakan semua item

pertanyaan tersebut reliabel (Lampiran 3 halaman 85).

Tabel 3.10

Hasil Pengujian Reliabilitas

Variabel rhitung rtabel Keterangan

Balas Jasa 0.603 0.361 Reliabel

Lingkungan Kerja

0.780 0.361 Reliabel

Kesejahteraan

Karyawan 0.532 0.361 Realibel

Motivasi Kerja

Karyawan 0.746 0.361 Realibel

Hasil uji tingkat realibilitas dari tabel di atas kemudian

dibandingkan dengan tingkat keterandalan variabel penelitian yang

dikemukakan oleh Arikunto (2002:245)

Tabel 3.11

Tingkat Keterandalan Variabel Penelitian

No Koefisien Alpha Interpretasi Tingkat Keterandalan

1. 0,8 s.d 1,0 Sangat Tinggi

2. 0,6 s.d 0,8 Tinggi

3. 0,4 s.d 0,6 Cukup

4. 0,2 s.d 0,4 Rendah

5. 0,0 s.d 0,2 Sangat Rendah

Dengan menggunakan pedoman interpretasi koefisien tabel di atas,

(66)

memiliki tingkat keterandalan yang tinggi, variabel lingkungan kerja

dengan koefisien 0.780 memiliki tingkat keterandalan yang tinggi,

variabel kesejahteraan karyawan dengan koefisien 0.532 memiliki tingkat

keterandalan cukup dan variabel motivasi kerja karyawan dengan

koefisien 0.746 memiliki tingkat keterandalan yang tinggi.

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

apakah data yang terjaring terdistribusi normal atau tidak. Apabila data

yang terjaring berdistribusi normal maka analisis untuk menguji <

Gambar

Tabel 3.1 Variabel Balas Jasa
Tabel 3.2 Variabel Lingkungan Kerja
Tabel 3.4 Variabel Motivasi Kerja
Tabel 3.5 Skala Pengukuran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ada keyakinan bahwa perputaran lingkaran kerja sama negatif antara wajib pajak dengan aparat pajak dapat diputus melalui penegakan hukum yang tegas dan konsisten terhadap

 Pengelolaan kegiatan budidaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan dengan tetap memelihara fungsi lindung kawasan

“On this PC” refers to music files actually on your machine, while “in the cloud” lists songs you’ve bought from Microsoft’s online music store; they’re held for you in

Buku panduan praktek klinik keperawatan yang berisi uraian target aktifitas dan keterampilan yang sesuai dengan tujuan kurikulum pendidikan fakultas ilmu

 Neurologi (Ilmu kedokteran syaraf)  Optalmologi (Ilmu kedokteran mata)  Ontology (Ilmu kedokteran yang. berkaitan dengan kesehatan

Analisa data yang digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara kecukupan energi, protein, asam folat, zat besi dan vitamin B12 adalah Kendall Tau dengan

[r]

Tidak melampirkan Jaminan Penawaran dan Surat Dukungan untuk Pengadaan Amplop.