i
Hubungan antara Konsep Diri dan Kompetensi Interpersonal
pada Mahasiswa
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Ayu Sekarsari
NIM : 069114017
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
SKRIPSI
Hubungan antara Konsep Diri dan Kompetensi Interpersonal
pada Mahasiswa
Oleh :
Ayu Sekarsari
NIM : 069114017
Telah disetujui oleh :
Pembimbing Skripsi
iii
SKRIPSI
Hubungan antara Konsep Diri dan Kompetensi Interpersonal
pada Mahasiswa
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Ayu Sekarsari
NIM : 069114017
Telah dipertanggungjawabkan di depan Panitia Penguji
pada tanggal : 9 Juni 2011
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji:
Nama Lengkap Tanda Tangan
Penguji 1 Titik Kristiyani, M.Psi. …..……….
Penguji 2 Agnes Indar Etikawati, S.Psi, Psi., M.Si ...
Penguji 3 Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si ...
Yogyakarta, 2011
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
iv
Teruslah bermimpi,
Walau kenyataannya jauh berbeda Teruslah bermimpi, jangan berhenti Percayalah, lelah ini hanya sebentar saja Jangan menyerah, walaupun tak mudah meraihnya
Tetap tersenyum biar semakin mudah, karena kesedihanmu ternyata hanya sementara
( Ipang – Teruslah Bermimpi )
Orang lain mungkin ada untuk membantu kita, menolong kita, membimbing kita
melangkah di jalan kita. Tapi pelajaran yang dipelajari selalu milik kita.
( Melody Beattie )
Ilmu pengetahuan yang
sesungguhnya, bukan saya tahu bahwa saya
sudah tahu, tetapi saya tahu bahwa saya
tidak banyak tahu.
v
Skripsi ini saya persembahkan bagi :
Tuhan Yesus Kristus yang selalu melindungi dan memberkati kehidupanku
Ayah, Mama, Kakakku, Adik-adikku dan segenap keluarga besar yang telah
banyak memberi dukungan
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan yang sesungguhnya bahwa karya yang saya muat ini tidak
memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar
pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 23 Mei 2011
vii
Hubungan antara Konsep Diri dan
Kompetensi Interpersonal pada Mahasiswa
Ayu Sekarsari
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsep diri dan kompetensi interpersonal pada mahasiswa. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara konsep diri dan kompetensi interpersonal pada mahasiswa. Subjek penelitian adalah 85 mahasiswa dengan rentang usia 19 sampai 22 tahun yang sedang menempuh kuliah pada semester 4 dan 6 atau mahasiswa angkatan 2008 dan 2009 di Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala konsep diri dan skala kompetensi interpersonal. Validitas penelitian ini menggunakan validitas isi. Koefisien reliabilitas dari skala konsep diri sebesar 0,966 dan koefisien reliabilitas skala kompetensi interpersonal sebesar 0,896. Metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara konsep diri dan kompetensi interpersonal digunakan teknik korelasi Pearson product moment.Koefisien korelasi (r) antara konsep diri dengan kompetensi interpersonal sebesar 0,404 dengan taraf signifikansi (p) 0,000 (p<0,01). Hal ini berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dan kompetensi interpersonal. Kesimpulannya bahwa mahasiswa yang memiliki konsep diri yang tinggi, akan dapat memiliki kompetensi interpersonal yang tinggi.
viii
The Relationship between Self-Concept and the Interpersonal Competence of the Student
Ayu Sekarsari
ABSTRACT
This research aimed to know the relationship between self-concept and the interpersonal competence to the student. The hypothesis in this research there was a positive correlation between self-consept and the interpersonal competence to the student. The subject in this research consisted of 85 students who has 19-22 years old, study at Psychology Faculty, Sanata Dharma University on 4th and6thsemester or students who start studied in academic year 2008 and 2009. In this research, reseacher used purposive sampling technique. To collect data, reseacher spread the scale of self-concept and scale of the interpersonal competence. This research validity using content validity. Reliability coefficient self-concept scale was 0,966 and reliability coefficient of interpersonal competence scale was 0,896. Methodology that is applied to analyzed the relationship between self-concept and the interpersonal competence used Pearson Product Moment correlation technique. Coefficient correlation (r) between self-concept and the interpersonal competence was 0,404 with significance level (p) ) 0,000 (p<0,01). It meant that there was a significant relationship between self-concept and the interpersonal competence. It concluded that the students who had the higher self-concept, then they have the higher interpersonal competence.
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Ayu Sekarsari
Nomor Mahasiswa : 069114017
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Hubungan antara Konsep Diri dan Kompetensi Interpersonal
pada Mahasiswa
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 16 Agustus 2011 Yang menyatakan,
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas tuntunan dan
penyertaan yang diberikan selama mengerjakan skripsi berjudul “Hubungan
Antara Konsep Diri dan Kompetensi Interpersonal pada Mahasiswa. Skripsi ini
disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi di
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Tuhan telah memperkenalkan saya kepada orang-orang hebat yang tulus
membantu dan memberikan dukungan saat saya mengerjakan skripsi. Pada
kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang hebat
tersebut, yakni:
1. Titik Kristiyani, M.Psi. selaku dosen pembimbing skripsi untuk segala
penerimaan, nasehat, bimbingan, kesabaran, waktu, dukungan dan
masukan-masukan yang telah diberikan.
2. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M.Si. selaku dekan yang selalu mendorong kami
agar cepat menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Prof. Dr. Augustinus Supratiknya selaku dosen pembimbing akademik
untuk pendampingan dan saran-sarannya.
4. Semua dosen Fakultas Psikologi, Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah
memberikan wawasan dan ilmunya yang berharga kepada penulis.
5. Mas Muji, Mas Doni, Mbak Nanik, Mas Gandung, dan Pak Gie, yang telah
xi
6. Seluruh mahasiswa KKN Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, terimakasih
atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan.
7. Ayah dan Mamaku yang tersayang, atas dukungan, kesabaran, kasih sayang
dan doa yang tak berhenti terucapkan.
8. Kakakku tersayang Mas Nanu dan adik-adikku Pipit dan Nindya (alm),
terimakasih atas segala dukungan dan semangatnya yang telah diberikan agar
tetap fokus mengerjakan skripsi.
9. Sahabat-sahabatku tercinta, Dita, Liza, Tari, Sentya, Hayu, Mia, Chika, Viany,
Chacha, Clare, Jenny, Wayan, Boim dan teman-teman seperjuangan yang
belum saya sebutkan atas perhatian, dukungan, semangat, dan kebersamaan
yang menyenangkan yang telah diberikan.
10. Sahabat-sahabatku tercinta Garda Depan Dagadu Angkatan 37, Amy, Anda,
Asti, Budi, Hengky, Hening, Huzni, Intan, Iwan, Nana, Nila, Ogie, Oka,
Rima, Rizky, Sam, Sofie, Tata, Tista, Uthe, Widi, dan Yohan atas kerjasama,
semangat, dukungan, kebersamaan dan keceriaan serta menghilangkan segala
kepenatan dengan melakukan banyak hal yang menyenangkan.
11. Seluruh staf, Pagar Depan, dan teman-teman Garda Depan di Dagadu,
terimakasih atas dukungan dan kesempatan untuk bekerja bersama, menimba
ilmu dan pengalaman luar biasa yang telah diberikan.
12. Kepada semua pihak yang telah membantu dan teman-teman yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas segala bantuan dan dukungan
xii
Dengan penuh kesadaran diri dan dengan segala kerendahan hati, penulis
merasa penyusunan tugas akhir ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis menerima saran dan kritik mengenai penelitian ini dengan senang hati.
Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi masyarakat dan pembaca sekalian.
Yogyakarta, 23 Mei 2011
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………... i
HALAMAN PERSETUJUAN ……….. ii
HALAMAN PENGESAHAN ………... iii
HALAMAN MOTTO ……… iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ……… v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… vi
ABSTRAK ………. vii
ABSTRACT ……….. viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ….. …….. ix
KATA PENGANTAR ………... x
DAFTAR ISI ………. xiii
DAFTAR TABEL ………. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ………... xviii
BAB I PENDAHULUAN ………. 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH... 1
B. RUMUSAN MASALAH ... ……….. 6
C. TUJUAN PENELITIAN ……….... 6
D. MANFAAT PENELITIAN ……….... 6
1. Manfaat Teoritis ………... 6
2. Manfaat Praktis ………... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...………... 7
xiv
1. Pengertian ………....………... 7
2. Aspek ... 8
B. KOMPETENSI INTERPERSONAL ..………... 10
1. Definisi ...………... 10
2. Aspek-aspek ...……….……….... 11
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ... 15
C. KONSEP DIRI ...………... 16
1. Definisi ... 16
2. Aspek-aspek ... 17
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ... 19
4. Jenis-jenis ... 20
D. DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KOMPETENSI INTERPERSONAL... 21
E. HIPOTESIS………..………... 28
BAB III METODE PENELITIAN ………... 29
A. JENIS PENELITIAN ……….. 29
B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN ....………... 29
1. Variabel Bebas ……… 29
2. Variabel Tergantung ………... 29
C. DEFINISI OPERASIONAL ………... 29
1. Konsep Diri ..………... 29
2. Kompetensi Interpersonal ………... 30
xv
E. PROSEDUR PENELITIAN ….………. 31
F. METODE PENGUMPULAN DATA ..………... 32
1. Skala Konsep Diri ..………... 32
2. Skala Kompetensi Interpersonal ...………... 34
G. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR ……….. 35
1. Uji Validitas ..………. 35
2. Seleksi Item ... 36
3. Uji Reliabilitas ..……….. 36
H. UJI COBA ALAT UKUR ………... 36
1. Pelaksanaan ... 36
2. Hasil Uji Coba ... 37
a. Konsep Diri ... 37
b. Kompetensi Interpersonal ... 40
I. UJI ANALISIS DATA ... 42
1. Uji Asumsi ... 42
2. Uji Hipotesis ... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 44
A. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN ...…………. 44
B. PELAKSANAAN PENELITIAN ………... 45
C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN ..………. 46
D. ANALISIS DATA PENELITIAN ... 48
1. Uji asumsi ... 48
xvi
b. Uji Linieritas …. ………..……… 49
2. Uji Hipotesis ... 49
E. PEMBAHASAN ………..………... 51
BAB V PENUTUP ………. 58
A. Kesimpulan ……….……… 58
B. Saran ……….………... 58
C. Keterbatasan Penelitian ... 59
DAFTAR PUSTAKA ..……….………. 60
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Blue PrintSkala Konsep Diri ...…... 33
Tabel 2 Blue PrintSkala Kompetensi Interpersonal ...……….. 35
Tabel 3.1 Blue PrintSkala Konsep Diri Setelah Uji Coba ...….………. 38
Tabel 3.2 Susunan Butir Skala Konsep Diri Setelah Uji Coba ... 39
Tabel 4.1 Blue PrintSkala Kompetensi Interpersonal Setelah Uji Coba ... 41
Tabel 4.2 Susunan Butir Skala Kompetensi Interpersonal Setelah Uji Coba .. 42
Tabel 5 Deskripsi Subjek Penelitian ...………... 44
Tabel 6 Rangkuman Deskripsi Data Penelitian ...………... 47
Tabel 7 Rangkuman Hasil Uji Normalitas ...…………..……….……... 48
Tabel 8 Hasil Uji Liniearitas Hubungan ... 49
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skala Uji Coba .…...….……….... 64
Lampiran 2 Item Uji Coba Konsep Diri ....….………... 74
Lampiran 3 Item Uji Coba Kompetensi Interpersonal ... 80
Lampiran 4 Reliabilitas Uji Coba Skala Konsep Diri ... 84
Lampiran 5 Reliabilitas Uji Coba Skala Kompetensi Interpersonal ... 86
Lampiran 6 Reliabilitas Data Skala Konsep Diri ... 87
Lampiran 7 Reliabilitas Data Skala Kompetensi Interpersonal ...……….... 87
Lampiran 8 Skala Penelitian ………...…………... 88
Lampiran 9 Item Data Penelitian Konsep Diri ...…... 99
Lampiran 10 Item Data Penelitian Kompetensi Interpersonal ... 105
Lampiran 11 Deskripsi data, Normalitas, Linieritas ...……….... 109
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberadaan remaja dalam kehidupan sosial dapat dikembangkan
melalui kehidupan bersama orang lain. Kemampuan berpikirnya semakin
terasah dengan melakukan keterampilan komunikasi dengan orang lain.
Melalui keterampilan komunikasi yang dimiliki diharapkan dapat semakin
memahami dan mampu memecahkan persoalan-persoalan, terlebih dalam
persoalan yang berkaitan dengan lingkungan sosialnya. Dalam
berhubungan dengan teman sebaya dan masyarakat, seorang remaja sangat
memerlukan keterampilan-keterampilan interpersonal agar mampu melalui
tugas perkembangannya dengan baik (Hurlock, 1997). Salah satu bentuk
ketrampilan ini adalah kompetensi interpersonal.
Spitzberg dan Cupach dalam De Vito (1996﴿ mengungkapkan
bahwa kompetensi interpersonal adalah kemampuan seorang individu
untuk melakukan komunikasi secara efektif. Kompetensi interpersonal di
sini terdiri atas kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk
membentuk suatu interaksi yang efektif, seperti kemampuan berinisiatif
untuk berinteraksi dengan orang lain, kemampuan untuk bersikap terbuka,
kemampuan untuk memberikan dukungan emosional, kemampuan untuk
bersikap asertif, dan kemampuan dalam mengatasi konflik interpersonal.
Penelitian yang dilakukan Rubin dan Graham dalam De Vito
penting dalam memperoleh keberhasilan di perguruan tinggi dan kepuasan
kerja. Perguruan tinggi dan kehidupan kerja yang profesional menuntut
adanya kompetensi dalam berkomunikasi, baik dalam pertemuan dan
interaksi dengan mahasiswa lain, dosen, atau civitas akademika yang lain.
Kompetensi interpersonal diperlukan untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan serta untuk mempresentasikan informasi atau pendapat.
Griffin dalam Amelia (2008) juga mengungkapkan bahwa
kompetensi interpersonal dapat berperan penting dalam menjalin
hubungan dan komunikasi yang efektif dan efisien dengan orang lain,
menjalin kerjasama, mengambil inisiatif, serta untuk bereaksi sesuai
dengan norma-norma yang berlaku. Dari hubungan interpersonal,
performa kerja dan kesuksesan seseorang dapat diprediksikan karena
kompetensi interpersonal mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
menjalankan perannya dalam sebuah tim. Relasi interpersonal dapat
memicu perkembangan emosional, kognitif, dan sosial, membangun
identitas personal yang koheren dan positif, serta meningkatkan keyakinan
terhadap realitas sosial.
Pada dasarnya, kompetensi interpersonal memiliki peranan penting
dalam kehidupan sosial individu. Namun, kompetensi interpersonal di
kalangan masyarakat saat ini pada umumnya dan mahasiswa pada
khususnya dalam kondisi yang bisa dikatakan memprihatinkan. Menurut
penelitian Nashori (2000) hal ini nampak dari semakin menurunnya
kecenderungan untuk mengungkapkan perasaan secara agresif dan bukan
asertif, adanya kecenderungan menyalahkan orang lain bila terdapat
konflik dan meningkatnya upaya penyelesaian konflik dengan kekerasan,
dan lain sebagainya yang banyak terjadi di sekitar kita.
Menurut penelitian yang dilakukan Nashori (2000), pada saat ini
tampak orang-orang semakin sulit untuk mendengarkan pembicaraan
orang lain. Orang-orang lebih suka berbicara bila perlu dengan suara
sekeras-kerasnya dan tidak suka mendengarkan pembicaraan orang lain.
Kadang ditemukan juga orang-orang yang begitu mudah merespon
stimulus yang berupa saran, masukan, kritik yang sampai padanya secara
reaktif-emosional. Bila terlibat konflik orang begitu mudah berbuat kasar
terhadap orang lain. Orang mudah tersulut berbuat sesuatu yang destruktif.
Bila ada konflik, mereka tidak berusaha segera menyelesaikannya, tetapi
lebih pada usaha untuk saling menjatuhkan.
Masalah kompetensi interpersonal ini juga terjadi pada mahasiswa.
Berdasarkan laporan bimbingan dan konseling mahasiswa ﴾Partosuwido,
2001﴿ diketahui ternyata begitu banyak persoalan pribadi dan sosial
interpersonal meliputi kesulitan hubungan dengan sesama maupun lawan
jenis, kurang mampu mengendalikan emosi, sering terlibat konflik dengan
teman. Mereka juga mengeluhkan persoalan pribadi yang pada gilirannya
dapat menyulitkan mereka dalam melakukan hubungan interpersonal,
seperti rendah diri, sikap tertutup, kecemasan tinggi, tidak mampu
Faktor-faktor yang memiliki peranan dalam kompetensi
interpersonal adalah faktor-faktor eksternal dan internal individu. Menurut
Kramer (1992) faktor-faktor eksternal individu yang dapat mempengaruhi
kompetensi interpersonal yaitu adanya partisipasi sosial, interaksi dengan
teman sebaya dan kontak dengan orang tua, sedangkan yang termasuk
dalam faktor internal misalnya konsep diri (Rakhmat dalam Nashori,
2000).
Konsep diri adalah pandangan diri terhadap diri sendiri,
pengharapan dan penilaian diri (Calhoun & Acocella, 1995). Konsep diri
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu konsep diri positif dan konsep diri
negatif. Individu dengan konsep diri yang positif mampu mengenal dirinya
dengan baik sekali. Konsep diri ini bersifat stabil dan bervariasi. Konsep
diri ini berisi berbagai kotak kepribadian sehingga orang dapat menyimpan
informasi tentang dirinya sendiri, informasi yang negatif maupun positif.
Jadi, orang dengan konsep diri positif dapat memahami dan menerima
sejumlah fakta yang beragam tentang dirinya sendiri. Sedangkan konsep
diri negatif lebih bersifat kaku. Informasi baru tentang diri hampir pasti
menjadi penyebab kecemasan dan ancaman terhadap diri sendiri yang
meliputi penilaian negatif terhadap diri. Apapun pribadi itu, dia tidak
pernah merasa cukup baik dan merasa tidak berharga jika dibandingkan
dengan orang lain (Calhoun & Acocella, 1995). Konsep diri merupakan
setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep
dirinya (Rakhmat, 2009).
Hasil penelitian sebelumnya oleh Hartanti (2006) mengatakan
bahwa terdapat hubungan yang positif antara konsep diri dengan
kemampuan interpersonal pada pengurus unit kegiatan mahasiswa
Universitas Diponegoro. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti memiliki
ketertarikan untuk melakukan penelitian ini, karena penelitian sebelumnya
tersebut dilakukan pada mahasiswa yang aktif berorganisasi sebagai
pengurus unit kegiatan mahasiswa di kampusnya sedangkan pada
penelitian ini, peneliti menggunakan subyek mahasiswa Fakultas
Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Selain itu disebabkan
juga karena dalam penelitian sebelumnya tersebut lebih banyak
pembahasan mengenai mahasiswa yang mengikuti organisasi dan berbagai
permasalahan yang dihadapi dalam kepengurusan organisasi sedangkan
pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk melakukan pembahasan
mengenai tahap perkembangan mahasiswa yang tergolong pada tahap
perkembangan masa remaja akhir. Pemilihan subyek mahasiswa yang
tergolong dalam usia remaja akhir dikarenakan masa remaja akhir
dianggap sebagai masa yang penting berada dalam transisi perkembangan
antara masa anak-anak dengan masa dewasa yang mulai berkembangnya
identitas diri dan menuntut adanya kematangan sosial dalam berinteraksi
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan positif antara konsep diri dengan
kompetensi interpesonal pada mahasiswa?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara konsep diri dengan kompetensi interpersonal pada
mahasiswa.
D. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis
Secara teoritik penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan
bagi ilmu psikologi terutama bidang psikologi perkembangan yang
berhubungan dengan konsep diri dan kompetensi interpersonal.
2) Manfaat Praktis
Memberikan informasi tentang konsep diri dan kompetensi
interpersonal sehingga dapat memberikan masukan bagi mahasiswa
untuk mengembangkan kompetensi interpersonal yang dimiliki agar
mampu lebih terampil dalam melakukan interaksi dengan orang lain
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Mahasiswa sebagai individu yang berada dalam masa remaja akhir
Pengertian mahasiswa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah orang yang belajar di perguruan tinggi.
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa
yang mayoritas masuk dalam tahap perkembangan remaja akhir. Dilihat
dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini
adalah pemantapan pendirian hidup. Dalam hal ini, mahasiswa dianggap
sudah mampu membuat keputusan secara mandiri dan berinteraksi secara
lebih matang dalam kehidupan sosialnya. Menurut Santrock (2007) masa
remaja akhir dimulai pada usia 18 sampai 22 tahun.
1) Pengertian masa remaja akhir
Masa remaja akhir sebagai periode transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan
biologis, kognitif, dan sosio-emosional yang dialami remaja dapat
berkisar mulai dari perkembangan fungsi seksual hingga proses
berpikir abstrak hingga kemandirian. Minat karir, pacaran, dan
eksplorasi identitas seringkali lebih menonjol di masa remaja akhir
dibandingkan di masa remaja awal (Santrock, 2007).
Masa remaja akhir ditandai oleh keinginan yang kuat untuk
tumbuh dan berkembang secara matang agar diterima oleh teman
memperoleh kesadaran yang jelas tentang apa yang diharapkan n
masyarakat dari dirinya (Pikunas dalam Yusuf, 2001).
2) Aspek Perkembangan Masa Remaja Akhir
Terdapat aspek yang mempengaruhi tugas perkembangan masa remaja
akhir,yaitu meliputi :
a. Fisik
Remaja akhir merupakan gerbang atau ambang memasuki
kedewasaan yang berada pada tahap perkembangan fisik dimana
alat-alat kelamin atau reproduksi mencapai kematangannya.
Dengan tercapainya kedewasaan tubuh, maka di lingkungan
kebudayaan manapun akan mengalami perubahan fisik yang
menuntut juga pada perubahan psikologis khususnya dalam hal
penyesuaian diri. Penampilan fisik banyak pengaruhnya pada
penilaian diri sendiri sehingga terkadang daya tarik penampilan
fisik lebih diutamakan, namun pada masa ini mulai mampu
menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif. (
Rochmah, 2005)
b. Kognitif
Perkembangan kognitif pada remaja akhir sudah memiliki
kematangan intelektual, dapat berpikir logis, berpikir dengan
pemikiran teoritis formal berdasarkan pandangan-pandangan dan
hipotesis. Logika berkembang dan digunakan, dapat berpikir
yang kompleks. Bertambahnya pengalaman dan kemampuan
untuk berpikir secara realistis, maka remaja akhir dapat melihat
keadaan dirinya, keluarganya dan teman-temannya. ( Rochmah,
2005)
c. Sosial-emosi
Pada masa remaja akhir mulai terbentuknya penyesuaian
sosial secara matang, yang dapat diartikan sebagai kemampuan
untuk mereaksi secara tepat terhadap realita sosial, situasi dan
relasi. Perkembangan ini diiringi dengan bertambahnya
minat-minat terhadap penampilan diri, peer group, serta kegiatan
kelompok sosial lainnya. Pada masa ini berkembang social
cognition yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja
memahami orang lain sebagai individu yang unik, meliputi
keseluruhan yang ada pada dirinya. Pemahaman ini mendorong
untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab, baik dalam
persahabatan maupun percintaan.
Remaja akhir juga sudah mampu mengendalikan emosinya
secara lebih matang. Kematangan emosi tersebut ditunjukkan
dengan tidak lagi meledakkan emosinya di hadapan orang lain,
melainkan dengan cara yang lebih dapat diterima. Selain itu,
mampu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum
bereaksi secara emosional. Pada masa ini, remaja akhir
reaksi emosional dengan cara membicarakan berbagai masalah
pribadinya dengan orang lain. Hal ini dipengaruhi oleh pola
hubungan sosialnya. ( Rochmah, 2005)
B. Kompetensi Interpersonal
1) Definisi
Myers (2004) mengartikan kompetensi interpersonal sebagai
jumlah keseluruhan kompetensi seseorang dalam berinteraksi dengan
orang lain secara efektif. Amstrong (2004) mengartikan kompetensi
interpersonal sebagai tingkat kemampuan seseorang dalam berespon
sesuai dengan persepsi orang lain terhadap dirinya dan tentang
ketrampilan seseorang saat menyatakan diri dan perannya dalam
interaksi sosial. Kompetensi interpersonal menurut Spitzberg dan
Cupach (1996) adalah kemampuan seorang individu untuk melakukan
komunikasi secara efektif, baik melalui komunikasi verbal dan non
verbal. Dalam berkomunikasi secara efektif tersebut ditandai oleh
karakteristik-karakteristik psikologis tertentu yang sangat mendukung
dalam menciptakan dan membina hubungan antar pribadi yang baik
dan memuaskan.
Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kompetensi interpersonal adalah kemampuan seseorang dalam
2) Aspek-aspek kompetensi interpersonal
Burhmester (1988) mengemukakan lima aspek kompetensi
interpersonal, yaitu׃
a. Kemampuan berinisiatif untuk berinteraksi dengan orang lain
Inisiatif adalah usaha untuk memulai suatu bentuk
interaksi dan hubungan dengan orang lain atau dengan
lingkungan sosial yang lebih besar. Inisiatif merupakan usaha
pencarian pengalaman baru yang lebih banyak dan luas tentang
dirinya sendiri dengan tujuan untuk mencocokkan sesuatu atau
informasi yang telah diketahui agar dapat lebih memahaminya.
Perilaku-perilaku yang menunjukkan adanya inisisatif menurut
Burhmester, yaitu :
1) Mengenalkan diri pada orang yang baru ingin dikenal
2) Menjadi individu yang menarik dan menyenangkan ketika
berkenalan dengan orang lain
3) Menawarkan sesuatu pada kenalan baru yang terlihat
menarik dan atraktif
4) Meminta atau mengusulkan pada kenalan baru untuk
melakukan aktivitas bersama, misalnya : pergi bersama,
bermain bersama
5) Melanjutkan percakapan dengan kenalan baru yang lebih
b. Kemampuan bersikap terbuka (self-disclosure)
Self-disclosure merupakan kemampuan seseorang untuk
mengungkap informasi yang bersifat pribadi mengenai dirinya
dan membagikannya kepada orang lain. Dengan adanya
self-disclosure, seseorang menurunkan pertahanan dirinya dan
membiarkan orang lain untuk mengetahui dirinya secara lebih
mendalam.
Contoh-contoh perilaku adanya keterbukaan diri menurut
Burhmester, yaitu :
1) Memberi kesempatan pada kenalan baru untuk lebih
mengenal diri kita yang sebenarnya
2) Mengungkapkan pada sahabat hal-hal yang mencemaskan,
menakutkan, dan membuat kita merasa malu
3) Mengetahui cara mengemukakan percakapan dengan
kenalan baru untuk lebih mengenal masing-masing pihak
4) Melepaskan pertahanan diri kita dan mempercayai seorang
sahabat
c. Kemampuan untuk bersikap asertif
Menurut Calhoun dan Acocella (1990) kemampuan
bersikap asertif yaitu kemampuan untuk mengungkapkan
perasaan-perasaannya secara jelas, dapat mempertahankan
dan menolak melakukan hal yang tidak diinginkan tanpa
melukai perasaan orang lain.
Perilaku-perilaku asertif menurut Burhmester dapat
diekspresikan dalam bentuk :
1) Mengatakan pada teman bahwa kita tidak berkenan dengan
cara dia memperlakukan kita
2) Mengatakan “tidak” ketika teman menyuruh kita melakukan
sesuatu yang tidak ingin kita lakukan
3) Menolak permintaan yang tidak masuk akal
4) Menegur sahabat yang ingkar janji
5) Mengatakan pada teman bahwa dia telah melukai perasaan,
mempermalukan, dan membuat kita marah
d. Kemampuan memberikan dukungan emosional
Dukungan emosional mencakup kemampuan untuk
menenangkan dan memberi rasa nyaman kepada orang lain
ketika orang tersebut dalam keadaan tertekan dan bermasalah.
Kemampuan memberikan dukungan emosional sangat berguna
untuk mengoptimalkan komunikasi interpersonal antar dua
pribadi.
Secara khusus Burhmester menyebutkan beberapa bentuk
perilaku yang menunjukkan adanya dukungan emosional, yaitu :
1) Mendengarkan dengan sabar ketika sahabat menceritakan
2) Membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi teman
dekat berkaitan dengan keluarga atau teman lain
3) Mengatakan atau melakukan sesuatu dalam rangka memberi
dukungan emosional pada saat sahabat kita yang mengalami
kesusahan
4) Menunjukkan sikap penuh empati
5) Memberikan nasehat yang baik ketika seorang teman
membutuhkannya
e. Kemampuan dalam mengatasi konflik
Kemampuan mengatasi konflik ini diperlukan agar tidak
merugikan suatu hubungan yang telah terjalin karena akan
memberikan dampak yang negatif. Kemampuan mengatasi
konflik ini meliputi sikap-sikap untuk menyusun suatu
penyelesaian suatu masalah, mempertimbangkan kembali
penilaian atas suatu masalah dan mengembangkan konsep harga
diri.
Perilaku-perilaku yang menunjukkan adanya kemampuan dalam
mengatasi konflik, adalah sebagai berikut :
1) Pada saat memiliki masalah dengan sahabat, benar-benar
mendengarkan keluhannya dan tidak berusaha menebak apa
yang dipikirkannya
2) Tidak mengulang ucapan atau perbuatan yang dapat
3) Dapat menerima bahwa dia memiliki pandangan sendiri
terhadap suatu kejadian meskipun kita tidak setuju dengan
cara pandang tersebut
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi interpersonal
Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi interpersonal adalah
faktor-faktor eksternal dan faktor internal individu. Faktor-faktor
eksternal, yaitu׃
a. Kontak dengan orang tua
Menurut Hetherington dan Parke (1986), kontak anak
dengan orang tua banyak berpengaruh terhadap kompetensi
interpersonal anak. Adanya kontak diantara mereka menjadikan
anak belajar dengan lingkungan sosialnya dan pengalaman
bersosialisasi tersebut dapat mempengaruhi perilaku sosialnya.
b. Interaksi dengan teman sebaya
Menurut Kramer (1992), individu yang memiliki
kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebaya memiliki
kesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan
perkembangan sosial, perkembangan emosi, dan lebih mudah
membina hubungan interpersonal.
c. Partisipasi sosial
Hurlock (1997) menjelaskan bahwa kompetensi
interpersonal dipengaruhi oleh partisipasi sosial individu.
berpeluang untuk mengasah ketrampilan-ketrampilan sosial
yang dimiliki termasuk kompetensi interpersonal. Dengan kata
lain, semakin besar partisipasi sosial seorang individu maka
semakin besar kompetensi interpersonal yang dimiliki.
Faktor internal yang mempengaruhi yaitu :
d. Konsep diri
Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan
dalam komunikasi interpersonal. Hal ini dikarenakan setiap
orang sedapat mungkin bertingkah laku sesuai dengan konsep
dirinya. Sejauh mana tingkat kompetensi interpersonal
seseorang bergantung pada sejauh mana persepsi seseorang
terhadap dirinya. Kalau persepsi terhadap diri positif, seseorang
akan cenderung melakukan komunikasi interpersonal dengan
orang lain secara baik dan begitu juga sebaliknya.
C. Konsep Diri
1) Definisi
Brooks (dalam Rakhmat 2002) mendefinisikan konsep diri
sebagai segala persepsi tentang diri sendiri, secara fisik, sosial, dan
psikologis yang diperoleh berdasarkan pengalaman dan interaksi
dengan orang lain. Menurut Calhoun (1995) konsep diri adalah
pandangan diri terhadap diri sendiri, pengharapan, dan penilaian diri.
secara keseluruhan, mencakup pendapatnya tentang diri sendiri,
pendapat tentang gambaran diri di mata orang lain, dan pendapat
mengenai hal-hal yang telah dicapai.
Dari berbagai pandangan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa konsep diri adalah suatu cara pandang menyeluruh yang
dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri yang meliputi
pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan, dan penilaian diri,
yang diperoleh berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan orang
lain.
2) Aspek-aspek konsep diri
Konsep diri merupakan gambaran mental yang dimiliki oleh
seorang individu. Gambaran mental yang dimiliki individu memiliki
tiga aspek yaitu pengetahuan yang dimiliki individu mengenai dirinya
sendiri, pengharapan yang dimiliki individu untuk dirinya sendiri serta
penilaian mengenai diri sendiri (Calhoun & Acocella, 1995).
a. Pengetahuan
Aspek pertama dari konsep diri adalah pengetahuan.
Pengetahuan yang dimiliki individu merupakan apa yang
individu ketahui tentang dirinya sendiri. Hal ini mengacu pada
istilah-istilah kuantitas seperti usia, jenis kelamin, kebangsaan,
pekerjaan, dan lain-lain serta sesuatu yang merujuk pada
istilah-istilah kualitas seperti individu yang baik hati, egois, tenang, dan
membandingkan diri individu dengan kelompok
pembandingnya. Pengetahuan yang dimiliki individu tidaklah
menetap sepanjang hidupnya, pengetahuan bisa berubah dengan
cara merubah tingkah laku individu tersebut atau dengan cara
mengubah kelompok pembanding.
b. Harapan
Aspek kedua dari konsep diri adalah harapan. Selain
individu mempunyai satu set pandangan tentang siapa dirinya,
individu juga memiliki satu set pandangan lain, yaitu tentang
kemungkinan menjadi apa di masa mendatang. Singkatnya,
setiap individu mempunyai pengharapan bagi dirinya sendiri dan
pengharapan tersebut berbeda-beda pada setiap individu.
Apapun harapan atau tujuan kita, mereka membangkitkan
kekuatan yang mendorong kita menuju masa depan dan
memandu kegiatan kita dalam perjalanan hidup kita.
c. Penilaian
Aspek terakhir dari konsep diri adalah penilaian terhadap
diri sendiri. Individu berkedudukan sebagai peneliti terhadap
dirinya sendiri setiap hari. Penilaian terhadap diri sendiri adalah
pengukuran individu tentang keadaannya saat ini dengan apa
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
Calhoun & Acocella (1995) menyatakan berbagai faktor dapat
mempengaruhi proses pembentukan konsep diri seseorang, seperti:
a. Pola Asuh Orangtua
Pola asuh orangtua menjadi faktor signifikan dalam
mempengaruhi konsep diri yang terbentuk. Orang tua adalah
kontak sosial yang paling awal yang kita alami dan yang paling
kuat. Akibatnya orang tua menjadi sangat penting di mata anak.
Dan karena mereka sangat penting, apa yang dikomunikasikan
oleh orang tua pada anak lebih menancap daripada informasi
lain yang diterima anak sepanjang hidupnya. Orang tua memberi
arus informasi yang konstan tentang diri kita. Orang tua
mengajarkan bagaimana menilai diri sendiri.
b. Kawan sebaya
Seorang anak membutuhkan penerimaan anak-anak lain di
kelompoknya dan jika penerimaan ini tidak datang maka konsep
diri akan terganggu. Peran yang diukir oleh kelompok teman
sebayanya mempunyai pengaruh yang dalam pada
pandangannya tentang dirinya sendiri.
c. Masyarakat
Masyarakat memandang penting fakta-fakta yang melekat
dalam diri seseorang. Akhirnya penilaian ini sampai pada anak
teman-teman sebaya, masyarakat memberitahu bagaimana
mendefinisikan diri kita sendiri.
d. Belajar
Konsep diri adalah hasil belajar. Belajar ini berlangsung
terus setiap hari, biasanya tanpa kita sadari. Belajar dapat
didefinisikan sebagai perubahan psikologis yang relatif
permanen yang terjadi dalam diri kita sebagai akibat dari
pengalaman.
4) Jenis-jenis konsep diri
Menurut Calhoun & Acocella (1995) dalam perkembangannya
konsep diri terbagi menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep
diri negatif.
a. Konsep diri positif
Konsep diri positif bersifat stabil dan bervariasi. Individu
yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu
betul tentang dirinya, dapat memahami dan menerima sejumlah
fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri baik
positif maupun negatif, evaluasi terhadap dirinya sendiri
menjadi positif dan dapat positif merancang tujuan sesuai
dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar
b. Konsep diri negatif
Calhoun & Acocella (1995) membagi konsep diri negatif
menjadi 2 tipe, yaitu׃
1. Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar
tidak teratur, tidak memiliki perasaan kestabilan dan
keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa
dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang dihargai
dalam kehidupannya.
2. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur.
Hal ini bisa terjadi karena individu dididik dengan cara
yang sangat keras, sehingga menciptakan citra diri yang
tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat
hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang
tepat.
D. Dinamika Hubungan Konsep Diri dan Kompetensi Interpersonal
Rochmah (2005) mengemukakan bahwa pada masa remaja akhir,
individu memiliki kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap
realita sosial, situasi dan relasi dengan orang lain. Individu berminat pada
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan interaksi teman sebaya atau
orang lain, baik secara individual atau kelompok. Mahasiswa yang
dipandang dalam masa remaja akhir tentu juga sedang berupaya untuk
teman sebaya, orang dewasa, dan budaya. Pengembangan ini selalu
berkaitan dengan komunikasi interpersonalnya. Komunikasi interpersonal
yang terus dilakukan dan dikembangkan ini akan membentuk kompetensi
interpersonal individu.
Kompetensi interpersonal merupakan kecakapan atau ketrampilan
seseorang dalam menciptakan hubungan dengan orang lain yang baik dan
memuaskan dengan memiliki kemampuan untuk berinisiatif, kemampuan
self-disclosure, kemampuan untuk bersikap asertif, kemampuan emosional
dalam memberikan dukungan, dan kemampuan dalam mengatasi konflik.
Untuk menciptakan hubungan yang baik dan memuaskan dengan orang
lain maka seorang individu akan berperilaku dan berinteraksi sesuai pada
apa yang menjadi pemahaman mengenai dirinya. Hal tersebut menjadi
proses yang tidak bisa dipisahkan karena untuk dapat mengenal orang lain,
maka seorang individu harus lebih dulu mengenal diri sendiri untuk
memudahkan dirinya menempatkan diri dalam lingkungannya. Gambaran
keseluruhan tentang dirinya sendiri secara langsung berpengaruh pada
bagaimana berinteraksi dengan orang lain.
Untuk dapat meningkatkan kemampuan kita dalam melakukan
proses hubungan interpersonal tersebut diperlukan pengenalan dan
pandangan terhadap diri secara baik. Individu bereaksi pada situasi sesuai
dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya. Dirinya bereaksi pada
realitas seperti yang dipersepsikan olehnya dan dengan cara yang sesuai
mengatakan bahwa masa remaja adalah masa remaja untuk berusaha
menemukan siapakah mereka sebenarnya, apa saja yang ada dalam diri
mereka, dan arah mereka dalam menjalani hidup. Perkembangan identitas
ini adalah eksperimentasi kepribadian dan peran yang pada akhirnya
menemukan tempat yang sesuai dengan dunia ini. Remaja akhir mulai
menyadari bahwa mereka bertanggung jawab akan diri mereka dan
kehidupan mereka sendiri. Cara pandang menyeluruh yang dimiliki
seseorang mengenai dirinya sendiri yang meliputi pengetahuan tentang diri
sendiri, pengharapan, dan penilaian diri tersebut disebut sebagai konsep
diri.
Konsep diri yang dimiliki manusia tidak terbentuk secara instant,
melainkan melalui proses belajar sepanjang hidup manusia. Ketika
individu lahir, individu tidak memiliki pengetahuan tentang dirinya, tidak
memiliki harapan yang ingin dicapainya serta tidak memiliki penilaian
terhadap dirinya. Konsep diri berasal dan berkembang sejalan
pertumbuhan, terutama akibat hubungan dengan orang lain. Dalam
berinteraksi, setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang
diberikan dijadikan cermin bagi individu untuk menilai dan memandang
dirinya sendiri. Dimana pada akhirnya individu mulai bisa mengetahui
siapa dirinya, apa yang diinginkan serta dapat melakukan penilaian
terhadap dirinya.
Konsep diri meliputi tentang segala pengetahuan dan penilaian
dengan orang lain serta berkomunikasi secara lebih efektif. Pengetahuan
seseorang tentang dirinya yaitu mengenai apa yang kita ketahui tentang
diri sendiri dengan segala kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki.
Dalam benak kita ada satu daftar julukan yang menggambarkan kita: usia,
jenis kelamin, suku, pekerjaan, dan lain sebagainya. Semua hal yang ada
dalam diri tersebut akan menempatkan kita dalam kelompok sosial, baik
kelompok umur, kelompok suku bangsa dan sebagainya. Kelompok
tersebut memberi kita sejumlah informasi lain yang kita masukkan ke
dalam potret-diri mental kita. Kemudian hal tersebut akan memberikan
kita suatu istilah-istilah yang dinamakan dengan kualitas.
Melalui pengetahuan yang dimiliki tersebut seseorang akan
menempatkan dirinya sesuai dengan apa yang individu tahu tentang
dirinya, baik kelebihan maupun kekurangannya. Contohnya saja jika
seorang mahasiswa memiliki pengetahuan tentang dirinya sebagai seorang
laki-laki, usia 21 tahun, warga Negara Indonesia, orang Jawa. Kemudian
dirinya mengkategorikan dirinya sebagai individu yang rendah diri,
mandiri, spontan, ramah, baik hati dan bertemperamen tinggi. Segala hal
tersebut kemudian membuat dirinya memproses dan mengingat informasi
tersebut secara konsisten.
Ketika dirinya berinteraksi dengan orang lain, maka pengetahuan
yang dimiliki individu berpengaruh. Dirinya akan berinisiatif mengenalkan
diri pada orang yang baru dikenal serta berusaha untuk menjadi individu
secara lebih mendalam. Selain itu, individu akan lebih mudah
mengungkapkan perasaannya secara jelas karena individu tersebut mampu
memahami dirinya dengan baik sehingga hal-hal yang bertentangan
mengenai dirinya mampu ditolak dengan baik tanpa melukai perasaan
orang lain. Lain halnya, ketika seeorang merasa rendah diri, dirinya akan
mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan gagasannya pada orang
lain atau ragu-ragu dalam membuka percakapan dengan orang lain.
Selain itu, individu juga mampu melakukan penilaian, individu
berkedudukan sebagai peneliti terhadap dirinya sendiri. Penilaian terhadap
diri sendiri adalah pengukuran individu tentang keadaaannya saat ini
dengan apa yang menurutnya dapat dan terjadi pada dirinya. Penilaian
terhadap diri sendiri akan mempengaruhi segala persepsi tentang dirinya
dan akan menentukan tindakan dirinya ketika melakukan interaksi dengan
orang lain. Contohnya saja, penilaian yang negatif terhadap diri sendiri
akan mengarah pada penolakan diri sehingga individu akan cenderung
mengembangkan perasaan tidak mampu, rendah diri, dan kurang percaya
diri. Individu akan merasa tidak percaya diri ketika harus berpartisipasi
dalam suatu aktivitas sosial dan memulai hubungan dengan orang lain.
Penolakan diri juga dapat memicu munculnya sikap agresif dan perilaku
negatif, sehingga individu menjadi tertutup dan kurang tertarik untuk
menjalin hubungan sosial dengan orang lain.
Penilaian ini juga dapat berpengaruh terhadap dirinya dalam suatu
evaluasi terhadap diri. Misalnya saja ketika dalam interaksi dengan orang
lain, seorang individu memiliki penilaian bahwa suatu konflik akan
merugikan hubungannya dengan orang lain. Maka, dirinya akan berusaha
melakukan hubungan yang baik dengan terus membuka diri agar dapat
mengenal masing-masing pihak dengan baik. Selain itu, setiap perbedaan
pendapat berusaha disampaikan dengan baik tanpa harus melukai atau
menyakiti perasaan orang lain.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa konsep diri seseorang,
yaitu cara pandang dan penilaian individu mengenai dirinya akan memiliki
hubungan dengan kehidupan sosial seseorang, terutama pada kompetensi
interpersonalnya. Konsep diri yang positif cenderung menimbulkan
perasaan yakin terhadap kemampuan diri, percaya diri dan harga diri
sehingga akan membuat individu bersifat terbuka, mudah dalam
melakukan relasi sosial. Konsep diri yang negatif cenderung akan
menimbulkan perasaan tidak mampu dan penolakan terhadap diri sendiri,
sehingga akan menyulitkan individu dalam melakukan interaksi sosial
Hasil eksplorasi diri dan eksperimentasi kepribadian serta peran di masyarakat dalam pembentukan identitas pada masa remaja akhir meliputi aspek fisik,
kognitif, dan sosial-emosi
- Individu yang tahu betul dirinya
- Dapat memahami & menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya
- Evaluasi terhadap dirinya positif
- Positif merancang tujuan sesuai dengan realitas
- Pandangan tentang diri tidak teratur atau bahkan terlalu stabil & teratur - Tidak memiliki perasaan kestabilan &
keutuhan diri
- Individu yang tidak tahu kelemahan & kekuatan dirinya
- Evaluasi terhadap dirinya negatif
- Memiliki inisiatif untuk memulai hubungan dengan orang lain - Membuka diri & membagikan pada
orang lain
- Mengungkapkan perasaan secara jelas tanpa melukai perasaan orang lain - Memberikan dukungan emosional - Mengatasi konflik untuk menyusun
penyelesaian suatu masalah
- Ragu-ragu untuk memulai hubungan dengan orang lain
- Menutup diri & menolak berbagi dengan orang lain
- Sulit mengungkapkan perasaan secara jelas
- Sulit memberikan rasa nyaman pada orang lain
- Menilai suatu masalah yang mengarah pada diri bukan pada penyelesaian
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka
peneliti mengemukakan hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat
korelasi yang positif antara konsep diri seseorang dengan kompetensi
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti korelasi atau hubungan
dari dua variabel yang ada yaitu ingin melihat apakah ada korelasi positif
antara konsep diri dengan kompetensi interpersonal mahasiswa.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel bebas ׃Konsep diri
Variabel tergantung ׃Kompetensi Interpersonal
C. Definisi Operasional Variabel-variabel Penelitian
1. Konsep diri
Konsep diri adalah suatu cara pandang menyeluruh yang dimiliki
seseorang mengenai dirinya sendiri yang meliputi pengetahuan
tentang diri sendiri, pengharapan dan penilaian diri, yang diperoleh
berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan orang lain yang diukur
dengan menggunakan Skala Konsep Diri. Jumlah total nilai skala
menunjukkan skor konsep diri. Semakin tinggi skor yang diperoleh
oleh mahasiswa pada konsep diri ini, maka ia semakin memiliki
2. Kompetensi Interpersonal
Kompetensi interpersonal adalah kemampuan atau kecakapan
seseorang dalam menciptakan hubungan antarpribadi yang baik dan
memuaskan dari kemampuan berinisiatif, kemampuan membuka diri,
kemampuan memberi dukungan emosional, kemampuan bersikap
asertif dan kemampuan menyelesaikan konflik, yang diukur dengan
menggunakan Skala Kompetensi Interpersonal. Jumlah total nilai
skala menunjukkan skor kompetensi interpersonal. Semakin tinggi
skor yang diperoleh oleh mahasiswa pada kompetensi interpersonal
ini, maka ia semakin memiliki kompetensi interpersonal yang tinggi.
D. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa dengan rentang usia
19 sampai 22 tahun yang sedang menempuh kuliah pada semester 4
sampai 6 atau mahasiswa angkatan 2008-2009. Alasan peneliti memilih
kriteria usia tersebut karena pada masa ini sesuai dengan tugas
perkembangannya, mahasiswa sudah memiliki kematangan kognitif dan
sosial emosi untuk beradaptasi dan menyikapi berbagai hal yang terjadi
pada dirinya. Pemilihan subjek penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling untuk mengambil subjek yang disesuaikan dengan
E. Prosedur Penelitian
1. Peneliti membuat skala konsep diri dan skala kompetensi
interpersonal yang telah dilakukan prosedur telaah item berdasarkan
standar yang berlaku, pertama dengan melihat apakah semua item
yang ditulis sudah sesuai atau mewakili dari semua aspek yang akan
diungkap. Kedua, dari segi pembahasan harus memenuhi syarat
misalnya bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda, bahasa yang
jelas dan komunikatif serta mudah dipahami oleh subjek penelitian.
Ketiga, perlunya evaluasi terhadap item yang sudah disusun oleh
orang yang ahli atau yang berkompeten dalam bidangnya (profesional
judgement).
2. Peneliti mengujicobakan skala penelitian pada 67 mahasiswa rentang
usia 19 sampai 22 tahun yang menjalani perkuliahan di semester 4, 6,
dan 8 yang ada di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Peneliti melakukan analisis item serta mengukur reliabilitas skala
untuk mendapatkan butir yang sahih sehingga didapatkan skala yang
valid dan reliabel.
4. Peneliti melakukan pengambilan data pada subjek yang telah dipilih
dengan meminta subjek mengisi skala konsep diri dan skala
kompetensi interpersonal yang telah diuji kesahihannya dan
reliabilitasnya.
5. Peneliti mengolah semua data yang masuk, kemudian dianalisis
apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kompetensi
interpersonal pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
6. Peneliti membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis tersebut.
F. Metode Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan skala. Metode skala menggunakan media
berupa daftar pertanyaan dengan pilihan jawaban yang tersedia. Ada
dua jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala konsep
diri dan skala kompetensi interpersonal. Jenis ini dipilih karena
peneliti menganggap bahwa jenis ini mampu mengungkap sesuai
dengan keadaan atau kondisi subyek itu sendiri yaitu perilaku yang
diukur sendiri.
a. Skala Konsep Diri
Skala konsep diri yang digunakan dalam penelitian ini disusun
oleh peneliti yang mengacu pada aspek pengetahuan diri,
harapan dan penilaian terhadap diri sendiri. Sistem penilaian
item dalam penelitian ini menggunakan sistem penilaian skala
empat dengan menggunakan empat alternatif. Pernyataan atau
item-item yang terdapat dalam skala konsep diri terdiri dari 30
1. Skor untuk item-item yang bersifatfavorableadalah:
SS (Sangat Sesuai) : 4
S (Sesuai) : 3
TS (Tidak Sesuai) : 2
STS (Sangat Tidak Sesuai) : 1
2. Skor untuk item-item yang bersifat unfavorable adalah :
SS (Sangat Sesuai) : 1
S (Sesuai) : 2
TS (Tidak Sesuai) : 3
STS (Sangat Tidak Sesuai) : 4
Tabel 1
Blue PrintSkala Konsep Diri
No Aspek
Item
Jumlah Favorable Unfavorable
1 Pengetahuan diri 1, 7, 13, 19, 25,
31, 37, 43, 49, 55
3 Penilaian terhadap diri 5, 11, 17, 23, 29,
35, 41, 47, 53, 59
6, 12, 18, 24, 30,
36, 42, 48, 54, 60 20
Jumlah 30 30 60
b. Skala Kompetensi Interpersonal
Skala kompetensi interpersonal diambil dari skala yang
kompetensi interpersonal meliputi kemampuan berinisiatif,
kemampuan untuk bersikap terbuka, kemampuan untuk
bersikap asertif, kemampuan untuk memberikan dukungan
emosional, dan kemampuan dalam mengatasi konflik
interpersonal. Sistem penilaian item dalam penelitian ini
menggunakan sistem penilaian skala empat dengan
menggunakan empat alternatif. Pernyataan atau item-item yang
terdapat dalam skala interpersonal terdiri dari 20 itemfavorable
dan 20 itemunfavorable.
1. Skor untuk item-item yang bersifatfavorableadalah:
SS (Sangat Sesuai) : 4
S (Sesuai) : 3
TS (Tidak Sesuai) : 2
STS (Sangat Tidak Sesuai) : 1
2. Skor untuk item-item yang bersifat unfavorable adalah :
SS (Sangat Sesuai) : 1
S (Sesuai) : 2
TS (Tidak Sesuai) : 3
Tabel 2
Blue PrintSkala Kompetensi Interpersonal
No Aspek
G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Uji Validitas
Pada penelitian ini, validitas yang diuji adalah validitas isi. Uji
validitas isi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana isi dalam
penelitian ini dapat mengukur apa yang akan diukur (Azwar, 2000).
Peneliti menggunakan profesional judgement untuk
mempertanggungjawabkan validitas alat ukur tersebut dengan cara
keseluruhan cakupan isi yang hendak diukur dan memberikan
item-item skala pengukuran kepada dosen pembimbing, kemudian diseleksi
kembali hingga layak untuk digunakan.
2. Seleksi Item
Seleksi item dilakukan untuk memilih item-item yang
berkualitas. Seleksi item dalam penelitian ini dilakukan dengan
melihat koefisien korelasi aitem total (rit) yaitu konsistensi antara
fungsi item dan fungsi skala secara umum. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan SPSS for windows versi 16.0. Sebagai kriteria
pemilihan item digunakan batasan rit ≥ 0,30. Item yang mencapai
koefisien korelasi minimal 0,30 memiliki daya beda memuaskan
sehingga mampu membedakan antara individu yang memiliki dan
yang tidak memiliki atribut yang diukur.
3. Uji Reliabilitas
Pendekatan reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan koefisien reliabilitasalpha-cronbach.
H. Uji Coba Alat Ukur
1. Pelaksanaan
Proses uji coba dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2011 di
Fakultas Psikologi, di kantin, lorong psikologi, dan di ruang kelas.
Peneliti terjun sendiri ke lokasi uji coba meminta ijin pada
membantu mengisi skala dan memberikan skala pada masing-masing
subyek, kemudian beberapa dititipkan pada mahasiswa angkatan 2009
untuk dibagikan di kelasnya sebelum kuliah dimulai. Terdapat dua
skala yang dibagikan pada masing-masing subyek yaitu skala konsep
diri dan skala kompetensi interpersonal.
Dari 70 bendel skala yang dibagikan, terdapat tiga bendel skala
yang tidak lengkap di dalam pengisiannya atau tidak semua item
terisi. Oleh karena itu, skala yang dapat dianalisis berjumlah 67
bendel.
2. Hasil Uji Coba
a. Konsep Diri
Dari hasil uji coba pada skala konsep diri diperoleh skor
item total yang bergerak antara 0,220 sampai 0,769. Berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan, maka item yang memiliki korelasi
kurang dari 0,30 digugurkan. Dari 60 butir pernyataan, lima item
digugurkan karena korelasinya tidak mencapai 0,30. Item-item
tersebut adalah tiga item pada aspek harapan (3, 15, 51) dan dua
item pada aspek penilaian (17, 23). Dengan pertimbangan untuk
menjaga keseimbangan jumlah item pada setiap aspek skala
konsep diri agar lebih proporsional, maka dari 55 item yang sahih
dipilih empat item untuk tidak diikutsertakan dalam penelitian
yang sebenarnya meskipun item tersebut memenuhi kriteria rit≥
dan tiga item pada aspek pengetahuan (1, 8, 14). Pengguguran
item tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa item
tersebut memiliki koefisien rit yang paling rendah dibandingkan
item lain dalam kelompoknya. Dengan demikian maka total item
yang diikutsertakan dalam penelitian sebanyak 51 item
pernyataan.
Uji reliabilitas item menggunakan program SPSS for
windows versi 16.0. Pada skala konsep diri diperoleh koefisien
reliabilitas sebesar 0,966 dari 51 aitem.
Tabel 3.1
Blue PrintSkala Konsep Diri Setelah Uji Coba
No Aspek
Item
Jumlah Favorable Unfavorable
Valid Gugur Valid Gugur
1 Pengetahuan diri 7, 13, 19, 25,
Berikut susunan butir skala konsep diri setelah uji coba yang
ditampilkan pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Susunan Butir Skala Konsep Diri Setelah Uji Coba
No Aspek
Item
Jumlah Favorable Unfavorable
1 Pengetahuan diri 5 (7), 10 (13), 13
(19), 17 (25), 23
3 Penilaian terhadap diri 3 (5), 21 (29), 27
b. Kompetensi Interpersonal
Dari hasil pengujian skala kompetensi interpersonal
diperoleh skor item total yang bergerak antara 0,231 sampai
0,665. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka item
yang memiliki korelasi kurang dari 0,30 digugurkan. Dari 40 butir
pernyataan, 12 item digugurkan karena korelasinya tidak
mencapai 0,30. Item-item tersebut adalah empat item pada aspek
kemampuan berinisiatif (3, 28, 33, 38), empat item pada aspek
kemampuan untuk bersikapa asertif (7, 12, 17, 32), tiga item pada
aspek kemampuan dalam mengatasi konflik interpersonal (10, 25,
40), dan satu item pada aspek kemampuan untuk bersikap
terbuka (36). Dengan pertimbangan untuk menjaga keseimbangan
jumlah item pada setiap aspek skala kompetensi interpersonal
agar lebih proporsional, maka dari 28 aitem yang sahih dipilih 5
item untuk tidak diikutsertakan dalam penelitian yang sebenarnya.
Item-item tersebut yaitu dua item pada aspek kemampuan untuk
bersikap terbuka (1, 21) dan tiga item pada aspek kemampuan
untuk memberikan dukungan emosional (14, 19, 39).
Pengguguran item tersebut dilakukan dengan pertimbangan
bahwa item tersebut memiliki koefisien rit yang paling rendah
dibandingkan item lain dalam kelompoknya. Dengan demikian
maka total item yang diikutsertakan dalam penelitian sebanyak 23
Skala kompetensi interpersonal diperoleh koefisien
reliabilitas sebesar 0,896 dari 23 item.
Tabel 4.1
Blue PrintSkala Kompetensi Interpersonal Setelah Uji
Coba
Berikut susunan butir skala kompetensi interpersonal setelah uji coba
Tabel 4.2
Susunan Butir Skala Kompetensi Interpersonal Setelah Uji Coba
No Aspek
Sebelum dilakukan uji hipotesis perlu dilakukan dua uji prasyarat
analisis yang terdiri dari uji normalitas sebaran dan linieritas varians
a. Uji normalitas sebaran
Uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk menguji apakah
data yang akan dianalisis sudah terdistribusi normal sesuai dengan
prinsip-prinsip distribusi normal. Uji dilakukan dengan
membuktikan bahwa skor yang diperoleh dari hasil penelitian
sesuai dengan kaidah normal, yaitu jika p > 0.05 maka sebarannya
normal sedangkan jika p< 0.05 maka sebarannya dinyatakan tidak
normal (Field, 2000 ; Hadi, 2000).
b. Uji linieritas hubungan antar variabel
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
bebas dan variabel tergantung memiliki hubungan yang linier dan
taraf penyimpangan dari linieritasnya. Hubungan antara variabel
bebas dan tergantung dianggap linier jika tidak ditemukan
penyimpangan yang berarti melaluiplotting.
Kaidah uji yang digunakan adalah jika p<0.05 maka
hubungan antara variabel bebas dan tergantung bersifat linier,
sedangkan jika p>0.05 maka hubungannya bersifat tidak linier
(Field, 2000 ; Hadi, 2000).
2.Uji hipotesis
Uji hipotesis penelitian ini menggunakan koefisien korelasi
Pearson Product Moment. Untuk memudahkan penghitungan, analisis
Pearson Product Moment pada penelitian ini menggunakan program
44 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Subjek Penelitian
Penelitian ini mengambil mahasiswa dari Fakultas Psikologi,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagai subjek penelitian. Subjek
pada semester tersebut masih aktif berkuliah sehingga peneliti mengambil
data penelitian di ruang kelas mahasiswa angkatan 2008 dan 2009 dengan
meminta ijin dari dosen yang bersangkutan.
Mahasiswa yang memiliki karakteristik sebagai subjek penelitian ini
adalah sebanyak 85 subjek. Setelah dilakukan pengambilan data terhadap
subjek penelitian, maka diperoleh gambaran secara umum tentang jumlah
subjek penelitian yang dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.
Tabel 5
Deskripsi Subjek Penelitian
Karakteristik
Jenis kelamin Usia (Tahun) Semester
L P 19 20 21 22 IV VI
B. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Pertama-tama peneliti terlebih dahulu menghubungi dosen yang
mengajar mahasiswa angkatan 2008 dan 2009 untuk meminta ijin serta
menentukan rencana jadwal kelas yang akan dimasuki untuk
melaksanakan pengumpulan data. Disamping itu, peneliti juga berupaya
untuk mendapatkan informasi tentang jadwal kuliah serta jumlah
mahasiswa yang ada di kelas tersebut sehingga penelitian dapat terlaksana
disesuaikan dengan kondisi subjek.
Pengumpulan data dilaksanakan dengan dua cara yaitu secara
formal di kelas dan dengan cara informal di luar kelas. Pengumpulan data
secara formal di kelas dilakukan pada tanggal 23 Maret 2011, di Fakultas
Psikologi, pada pukul 07.00 di ruang kelas 404 dan pada pukul 13.00 di
ruang kelas 302. Peneliti terjun ke lokasi pengumpulan data dibantu
asisten dan membagikan skala penelitian pada subjek di masing-masing
ruang kelas. Terdapat dua skala yang dibagikan pada masing-masing
subjek yaitu skala konsep diri dan skala kompetensi interpersonal.
Sebelum subjek mengisi skala, peneliti memberikan instruksi pada
subjek untuk membaca setiap pernyataan dalam skala dengan seksama dan
memberi tanda seperti yang sudah tertulis dalam skala. Peneliti juga
menekankan pada subjek bahwa tidak ada jawaban benar dan salah dan
memastikan bahwa seluruh pernyataan terjawab dan diharapkan tidak
mengosongkan satu nomorpun. Setelah subjek memahami instruksi yang
menunggu subjek selama mengerjakan skala penelitian sehingga data hasil
pengumpulan data dapat diperoleh saat itu juga. Selanjutnya pengumpulan
data informal di luar kelas, disesuaikan dengan kriteria subyek untuk
menambah jumlah subyek, peneliti membagikan langsung ke
masing-masing subyek yang sudah dikenal dan meminta subyek mengisi skala.
Dari 90 bendel skala yang dibagikan, terdapat lima bendel skala yang tidak
lengkap di dalam pengisiannya atau tidak semua item terisi. Oleh karena
itu, skala yang dapat dianalisis berjumlah 85 bendel.
C. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian disajikan untuk mengetahui beberapa data
pokok yang berkaitan dengan penelitian. Deskripsi data disajikan dalam
rerata hipotesis dan rerata empirik yang diperoleh dari respon jawaban
subjek terhadap setiap skala yang diberikan. Deskripsi data penelitian
Tabel 6
Rangkuman Deskripsi Data Penelitian
Variabel N
Skor Mean
SD Teoritik Empiris
Teoritik Empiris min max min max
Konsep Diri 85 51 204 119 196 127,5 157,05 14,763
Kompetensi
Interpersonal 85 23 92 45 79 57,5 64,32 5,805
Keterangan: N = jumlah subjek
SD = standar deviasi
1. Rerata Teoritik dan Empiris Skala Konsep Diri
Respon jawaban terendah dan tertinggi dalam skala konsep
diri secara berurutan adalah 1 dan 4, dengan jumlah item sebanyak
51. Penyebaran skala konsep diri dilakukan pada 85 subjek yang
hasilnya diketahui menghasilkan skor mean empirik sebesar 157,05
dengan standar deviasi sebesar 14,763 dan mean teoritik sebesar
127,5.
2. Rerata Teoritik dan Empirik Skala Kompetensi Interpersonal
Respon jawaban terendah dan tertinggi dalam skala
kompetensi interpersonal secara berurutan adalah 1 dan 4, dengan
jumlah item sebanyak 23. Penyebaran skala konsep diri dilakukan
empirik sebesar 64,32 dengan standar deviasi sebesar 5,805 dan
mean teoritik sebesar 57,5.
D. Analisis Data Penelitian
1. Uji Asumsi
Sebelum melakukan uji hipotesis, dilakukan uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linearitas. Uji asumsi dilakukan untuk
memeriksa apakah data yang terkumpul memenuhi syarat untuk
sebuah korelasi.
a. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 9 :
Tabel 7
Ringkasan Hasil Uji Normalitas
Variabel
Kolmogorof-Smirnov Z
Signifikan Keterangan
Konsep Diri 0,684 0,737 Normal
Kompetensi
Interpersonal
0,889 0,409 Normal
Hasil uji normalitas menghasilkan probabilitas (p) data
konsep diri sebesar 0,737 atau nilainya lebih besar dari 0,05 ( p >
0,05 ) maka dapat diartikan variabel ini berdistribusi normal.