• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

i

Hubungan antara Konsep Diri dan Kompetensi Interpersonal

pada Mahasiswa

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

Ayu Sekarsari

NIM : 069114017

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

SKRIPSI

Hubungan antara Konsep Diri dan Kompetensi Interpersonal

pada Mahasiswa

Oleh :

Ayu Sekarsari

NIM : 069114017

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Skripsi

(3)

iii

SKRIPSI

Hubungan antara Konsep Diri dan Kompetensi Interpersonal

pada Mahasiswa

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Ayu Sekarsari

NIM : 069114017

Telah dipertanggungjawabkan di depan Panitia Penguji

pada tanggal : 9 Juni 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji:

Nama Lengkap Tanda Tangan

Penguji 1 Titik Kristiyani, M.Psi. …..……….

Penguji 2 Agnes Indar Etikawati, S.Psi, Psi., M.Si ...

Penguji 3 Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si ...

Yogyakarta, 2011

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(4)

iv

Teruslah bermimpi,

Walau kenyataannya jauh berbeda Teruslah bermimpi, jangan berhenti Percayalah, lelah ini hanya sebentar saja Jangan menyerah, walaupun tak mudah meraihnya

Tetap tersenyum biar semakin mudah, karena kesedihanmu ternyata hanya sementara

( Ipang – Teruslah Bermimpi )

Orang lain mungkin ada untuk membantu kita, menolong kita, membimbing kita

melangkah di jalan kita. Tapi pelajaran yang dipelajari selalu milik kita.

( Melody Beattie )

Ilmu pengetahuan yang

sesungguhnya, bukan saya tahu bahwa saya

sudah tahu, tetapi saya tahu bahwa saya

tidak banyak tahu.

(5)

v

Skripsi ini saya persembahkan bagi :

Tuhan Yesus Kristus yang selalu melindungi dan memberkati kehidupanku

Ayah, Mama, Kakakku, Adik-adikku dan segenap keluarga besar yang telah

banyak memberi dukungan

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan yang sesungguhnya bahwa karya yang saya muat ini tidak

memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar

pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 Mei 2011

(7)

vii

Hubungan antara Konsep Diri dan

Kompetensi Interpersonal pada Mahasiswa

Ayu Sekarsari

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsep diri dan kompetensi interpersonal pada mahasiswa. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara konsep diri dan kompetensi interpersonal pada mahasiswa. Subjek penelitian adalah 85 mahasiswa dengan rentang usia 19 sampai 22 tahun yang sedang menempuh kuliah pada semester 4 dan 6 atau mahasiswa angkatan 2008 dan 2009 di Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala konsep diri dan skala kompetensi interpersonal. Validitas penelitian ini menggunakan validitas isi. Koefisien reliabilitas dari skala konsep diri sebesar 0,966 dan koefisien reliabilitas skala kompetensi interpersonal sebesar 0,896. Metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara konsep diri dan kompetensi interpersonal digunakan teknik korelasi Pearson product moment.Koefisien korelasi (r) antara konsep diri dengan kompetensi interpersonal sebesar 0,404 dengan taraf signifikansi (p) 0,000 (p<0,01). Hal ini berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dan kompetensi interpersonal. Kesimpulannya bahwa mahasiswa yang memiliki konsep diri yang tinggi, akan dapat memiliki kompetensi interpersonal yang tinggi.

(8)

viii

The Relationship between Self-Concept and the Interpersonal Competence of the Student

Ayu Sekarsari

ABSTRACT

This research aimed to know the relationship between self-concept and the interpersonal competence to the student. The hypothesis in this research there was a positive correlation between self-consept and the interpersonal competence to the student. The subject in this research consisted of 85 students who has 19-22 years old, study at Psychology Faculty, Sanata Dharma University on 4th and6thsemester or students who start studied in academic year 2008 and 2009. In this research, reseacher used purposive sampling technique. To collect data, reseacher spread the scale of self-concept and scale of the interpersonal competence. This research validity using content validity. Reliability coefficient self-concept scale was 0,966 and reliability coefficient of interpersonal competence scale was 0,896. Methodology that is applied to analyzed the relationship between self-concept and the interpersonal competence used Pearson Product Moment correlation technique. Coefficient correlation (r) between self-concept and the interpersonal competence was 0,404 with significance level (p) ) 0,000 (p<0,01). It meant that there was a significant relationship between self-concept and the interpersonal competence. It concluded that the students who had the higher self-concept, then they have the higher interpersonal competence.

(9)

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Ayu Sekarsari

Nomor Mahasiswa : 069114017

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Hubungan antara Konsep Diri dan Kompetensi Interpersonal

pada Mahasiswa

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 16 Agustus 2011 Yang menyatakan,

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas tuntunan dan

penyertaan yang diberikan selama mengerjakan skripsi berjudul “Hubungan

Antara Konsep Diri dan Kompetensi Interpersonal pada Mahasiswa. Skripsi ini

disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi di

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Tuhan telah memperkenalkan saya kepada orang-orang hebat yang tulus

membantu dan memberikan dukungan saat saya mengerjakan skripsi. Pada

kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang hebat

tersebut, yakni:

1. Titik Kristiyani, M.Psi. selaku dosen pembimbing skripsi untuk segala

penerimaan, nasehat, bimbingan, kesabaran, waktu, dukungan dan

masukan-masukan yang telah diberikan.

2. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M.Si. selaku dekan yang selalu mendorong kami

agar cepat menyelesaikan skripsi.

3. Bapak Prof. Dr. Augustinus Supratiknya selaku dosen pembimbing akademik

untuk pendampingan dan saran-sarannya.

4. Semua dosen Fakultas Psikologi, Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah

memberikan wawasan dan ilmunya yang berharga kepada penulis.

5. Mas Muji, Mas Doni, Mbak Nanik, Mas Gandung, dan Pak Gie, yang telah

(11)

xi

6. Seluruh mahasiswa KKN Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, terimakasih

atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan.

7. Ayah dan Mamaku yang tersayang, atas dukungan, kesabaran, kasih sayang

dan doa yang tak berhenti terucapkan.

8. Kakakku tersayang Mas Nanu dan adik-adikku Pipit dan Nindya (alm),

terimakasih atas segala dukungan dan semangatnya yang telah diberikan agar

tetap fokus mengerjakan skripsi.

9. Sahabat-sahabatku tercinta, Dita, Liza, Tari, Sentya, Hayu, Mia, Chika, Viany,

Chacha, Clare, Jenny, Wayan, Boim dan teman-teman seperjuangan yang

belum saya sebutkan atas perhatian, dukungan, semangat, dan kebersamaan

yang menyenangkan yang telah diberikan.

10. Sahabat-sahabatku tercinta Garda Depan Dagadu Angkatan 37, Amy, Anda,

Asti, Budi, Hengky, Hening, Huzni, Intan, Iwan, Nana, Nila, Ogie, Oka,

Rima, Rizky, Sam, Sofie, Tata, Tista, Uthe, Widi, dan Yohan atas kerjasama,

semangat, dukungan, kebersamaan dan keceriaan serta menghilangkan segala

kepenatan dengan melakukan banyak hal yang menyenangkan.

11. Seluruh staf, Pagar Depan, dan teman-teman Garda Depan di Dagadu,

terimakasih atas dukungan dan kesempatan untuk bekerja bersama, menimba

ilmu dan pengalaman luar biasa yang telah diberikan.

12. Kepada semua pihak yang telah membantu dan teman-teman yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas segala bantuan dan dukungan

(12)

xii

Dengan penuh kesadaran diri dan dengan segala kerendahan hati, penulis

merasa penyusunan tugas akhir ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,

penulis menerima saran dan kritik mengenai penelitian ini dengan senang hati.

Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi masyarakat dan pembaca sekalian.

Yogyakarta, 23 Mei 2011

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN ……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………... iii

HALAMAN MOTTO ……… iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ……… v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… vi

ABSTRAK ………. vii

ABSTRACT ……….. viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ….. …….. ix

KATA PENGANTAR ………... x

DAFTAR ISI ………. xiii

DAFTAR TABEL ………. xvii

DAFTAR LAMPIRAN ………... xviii

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... ……….. 6

C. TUJUAN PENELITIAN ……….... 6

D. MANFAAT PENELITIAN ……….... 6

1. Manfaat Teoritis ………... 6

2. Manfaat Praktis ………... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...………... 7

(14)

xiv

1. Pengertian ………....………... 7

2. Aspek ... 8

B. KOMPETENSI INTERPERSONAL ..………... 10

1. Definisi ...………... 10

2. Aspek-aspek ...……….……….... 11

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ... 15

C. KONSEP DIRI ...………... 16

1. Definisi ... 16

2. Aspek-aspek ... 17

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ... 19

4. Jenis-jenis ... 20

D. DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KOMPETENSI INTERPERSONAL... 21

E. HIPOTESIS………..………... 28

BAB III METODE PENELITIAN ………... 29

A. JENIS PENELITIAN ……….. 29

B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN ....………... 29

1. Variabel Bebas ……… 29

2. Variabel Tergantung ………... 29

C. DEFINISI OPERASIONAL ………... 29

1. Konsep Diri ..………... 29

2. Kompetensi Interpersonal ………... 30

(15)

xv

E. PROSEDUR PENELITIAN ….………. 31

F. METODE PENGUMPULAN DATA ..………... 32

1. Skala Konsep Diri ..………... 32

2. Skala Kompetensi Interpersonal ...………... 34

G. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR ……….. 35

1. Uji Validitas ..………. 35

2. Seleksi Item ... 36

3. Uji Reliabilitas ..……….. 36

H. UJI COBA ALAT UKUR ………... 36

1. Pelaksanaan ... 36

2. Hasil Uji Coba ... 37

a. Konsep Diri ... 37

b. Kompetensi Interpersonal ... 40

I. UJI ANALISIS DATA ... 42

1. Uji Asumsi ... 42

2. Uji Hipotesis ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 44

A. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN ...…………. 44

B. PELAKSANAAN PENELITIAN ………... 45

C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN ..………. 46

D. ANALISIS DATA PENELITIAN ... 48

1. Uji asumsi ... 48

(16)

xvi

b. Uji Linieritas …. ………..……… 49

2. Uji Hipotesis ... 49

E. PEMBAHASAN ………..………... 51

BAB V PENUTUP ………. 58

A. Kesimpulan ……….……… 58

B. Saran ……….………... 58

C. Keterbatasan Penelitian ... 59

DAFTAR PUSTAKA ..……….………. 60

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Blue PrintSkala Konsep Diri ...…... 33

Tabel 2 Blue PrintSkala Kompetensi Interpersonal ...……….. 35

Tabel 3.1 Blue PrintSkala Konsep Diri Setelah Uji Coba ...….………. 38

Tabel 3.2 Susunan Butir Skala Konsep Diri Setelah Uji Coba ... 39

Tabel 4.1 Blue PrintSkala Kompetensi Interpersonal Setelah Uji Coba ... 41

Tabel 4.2 Susunan Butir Skala Kompetensi Interpersonal Setelah Uji Coba .. 42

Tabel 5 Deskripsi Subjek Penelitian ...………... 44

Tabel 6 Rangkuman Deskripsi Data Penelitian ...………... 47

Tabel 7 Rangkuman Hasil Uji Normalitas ...…………..……….……... 48

Tabel 8 Hasil Uji Liniearitas Hubungan ... 49

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Uji Coba .…...….……….... 64

Lampiran 2 Item Uji Coba Konsep Diri ....….………... 74

Lampiran 3 Item Uji Coba Kompetensi Interpersonal ... 80

Lampiran 4 Reliabilitas Uji Coba Skala Konsep Diri ... 84

Lampiran 5 Reliabilitas Uji Coba Skala Kompetensi Interpersonal ... 86

Lampiran 6 Reliabilitas Data Skala Konsep Diri ... 87

Lampiran 7 Reliabilitas Data Skala Kompetensi Interpersonal ...……….... 87

Lampiran 8 Skala Penelitian ………...…………... 88

Lampiran 9 Item Data Penelitian Konsep Diri ...…... 99

Lampiran 10 Item Data Penelitian Kompetensi Interpersonal ... 105

Lampiran 11 Deskripsi data, Normalitas, Linieritas ...……….... 109

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan remaja dalam kehidupan sosial dapat dikembangkan

melalui kehidupan bersama orang lain. Kemampuan berpikirnya semakin

terasah dengan melakukan keterampilan komunikasi dengan orang lain.

Melalui keterampilan komunikasi yang dimiliki diharapkan dapat semakin

memahami dan mampu memecahkan persoalan-persoalan, terlebih dalam

persoalan yang berkaitan dengan lingkungan sosialnya. Dalam

berhubungan dengan teman sebaya dan masyarakat, seorang remaja sangat

memerlukan keterampilan-keterampilan interpersonal agar mampu melalui

tugas perkembangannya dengan baik (Hurlock, 1997). Salah satu bentuk

ketrampilan ini adalah kompetensi interpersonal.

Spitzberg dan Cupach dalam De Vito (1996﴿ mengungkapkan

bahwa kompetensi interpersonal adalah kemampuan seorang individu

untuk melakukan komunikasi secara efektif. Kompetensi interpersonal di

sini terdiri atas kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk

membentuk suatu interaksi yang efektif, seperti kemampuan berinisiatif

untuk berinteraksi dengan orang lain, kemampuan untuk bersikap terbuka,

kemampuan untuk memberikan dukungan emosional, kemampuan untuk

bersikap asertif, dan kemampuan dalam mengatasi konflik interpersonal.

Penelitian yang dilakukan Rubin dan Graham dalam De Vito

(20)

penting dalam memperoleh keberhasilan di perguruan tinggi dan kepuasan

kerja. Perguruan tinggi dan kehidupan kerja yang profesional menuntut

adanya kompetensi dalam berkomunikasi, baik dalam pertemuan dan

interaksi dengan mahasiswa lain, dosen, atau civitas akademika yang lain.

Kompetensi interpersonal diperlukan untuk bertanya dan menjawab

pertanyaan serta untuk mempresentasikan informasi atau pendapat.

Griffin dalam Amelia (2008) juga mengungkapkan bahwa

kompetensi interpersonal dapat berperan penting dalam menjalin

hubungan dan komunikasi yang efektif dan efisien dengan orang lain,

menjalin kerjasama, mengambil inisiatif, serta untuk bereaksi sesuai

dengan norma-norma yang berlaku. Dari hubungan interpersonal,

performa kerja dan kesuksesan seseorang dapat diprediksikan karena

kompetensi interpersonal mempengaruhi kemampuan seseorang dalam

menjalankan perannya dalam sebuah tim. Relasi interpersonal dapat

memicu perkembangan emosional, kognitif, dan sosial, membangun

identitas personal yang koheren dan positif, serta meningkatkan keyakinan

terhadap realitas sosial.

Pada dasarnya, kompetensi interpersonal memiliki peranan penting

dalam kehidupan sosial individu. Namun, kompetensi interpersonal di

kalangan masyarakat saat ini pada umumnya dan mahasiswa pada

khususnya dalam kondisi yang bisa dikatakan memprihatinkan. Menurut

penelitian Nashori (2000) hal ini nampak dari semakin menurunnya

(21)

kecenderungan untuk mengungkapkan perasaan secara agresif dan bukan

asertif, adanya kecenderungan menyalahkan orang lain bila terdapat

konflik dan meningkatnya upaya penyelesaian konflik dengan kekerasan,

dan lain sebagainya yang banyak terjadi di sekitar kita.

Menurut penelitian yang dilakukan Nashori (2000), pada saat ini

tampak orang-orang semakin sulit untuk mendengarkan pembicaraan

orang lain. Orang-orang lebih suka berbicara bila perlu dengan suara

sekeras-kerasnya dan tidak suka mendengarkan pembicaraan orang lain.

Kadang ditemukan juga orang-orang yang begitu mudah merespon

stimulus yang berupa saran, masukan, kritik yang sampai padanya secara

reaktif-emosional. Bila terlibat konflik orang begitu mudah berbuat kasar

terhadap orang lain. Orang mudah tersulut berbuat sesuatu yang destruktif.

Bila ada konflik, mereka tidak berusaha segera menyelesaikannya, tetapi

lebih pada usaha untuk saling menjatuhkan.

Masalah kompetensi interpersonal ini juga terjadi pada mahasiswa.

Berdasarkan laporan bimbingan dan konseling mahasiswa ﴾Partosuwido,

2001﴿ diketahui ternyata begitu banyak persoalan pribadi dan sosial

interpersonal meliputi kesulitan hubungan dengan sesama maupun lawan

jenis, kurang mampu mengendalikan emosi, sering terlibat konflik dengan

teman. Mereka juga mengeluhkan persoalan pribadi yang pada gilirannya

dapat menyulitkan mereka dalam melakukan hubungan interpersonal,

seperti rendah diri, sikap tertutup, kecemasan tinggi, tidak mampu

(22)

Faktor-faktor yang memiliki peranan dalam kompetensi

interpersonal adalah faktor-faktor eksternal dan internal individu. Menurut

Kramer (1992) faktor-faktor eksternal individu yang dapat mempengaruhi

kompetensi interpersonal yaitu adanya partisipasi sosial, interaksi dengan

teman sebaya dan kontak dengan orang tua, sedangkan yang termasuk

dalam faktor internal misalnya konsep diri (Rakhmat dalam Nashori,

2000).

Konsep diri adalah pandangan diri terhadap diri sendiri,

pengharapan dan penilaian diri (Calhoun & Acocella, 1995). Konsep diri

dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu konsep diri positif dan konsep diri

negatif. Individu dengan konsep diri yang positif mampu mengenal dirinya

dengan baik sekali. Konsep diri ini bersifat stabil dan bervariasi. Konsep

diri ini berisi berbagai kotak kepribadian sehingga orang dapat menyimpan

informasi tentang dirinya sendiri, informasi yang negatif maupun positif.

Jadi, orang dengan konsep diri positif dapat memahami dan menerima

sejumlah fakta yang beragam tentang dirinya sendiri. Sedangkan konsep

diri negatif lebih bersifat kaku. Informasi baru tentang diri hampir pasti

menjadi penyebab kecemasan dan ancaman terhadap diri sendiri yang

meliputi penilaian negatif terhadap diri. Apapun pribadi itu, dia tidak

pernah merasa cukup baik dan merasa tidak berharga jika dibandingkan

dengan orang lain (Calhoun & Acocella, 1995). Konsep diri merupakan

(23)

setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep

dirinya (Rakhmat, 2009).

Hasil penelitian sebelumnya oleh Hartanti (2006) mengatakan

bahwa terdapat hubungan yang positif antara konsep diri dengan

kemampuan interpersonal pada pengurus unit kegiatan mahasiswa

Universitas Diponegoro. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti memiliki

ketertarikan untuk melakukan penelitian ini, karena penelitian sebelumnya

tersebut dilakukan pada mahasiswa yang aktif berorganisasi sebagai

pengurus unit kegiatan mahasiswa di kampusnya sedangkan pada

penelitian ini, peneliti menggunakan subyek mahasiswa Fakultas

Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Selain itu disebabkan

juga karena dalam penelitian sebelumnya tersebut lebih banyak

pembahasan mengenai mahasiswa yang mengikuti organisasi dan berbagai

permasalahan yang dihadapi dalam kepengurusan organisasi sedangkan

pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk melakukan pembahasan

mengenai tahap perkembangan mahasiswa yang tergolong pada tahap

perkembangan masa remaja akhir. Pemilihan subyek mahasiswa yang

tergolong dalam usia remaja akhir dikarenakan masa remaja akhir

dianggap sebagai masa yang penting berada dalam transisi perkembangan

antara masa anak-anak dengan masa dewasa yang mulai berkembangnya

identitas diri dan menuntut adanya kematangan sosial dalam berinteraksi

(24)

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan positif antara konsep diri dengan

kompetensi interpesonal pada mahasiswa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

hubungan antara konsep diri dengan kompetensi interpersonal pada

mahasiswa.

D. Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoritis

Secara teoritik penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan

bagi ilmu psikologi terutama bidang psikologi perkembangan yang

berhubungan dengan konsep diri dan kompetensi interpersonal.

2) Manfaat Praktis

Memberikan informasi tentang konsep diri dan kompetensi

interpersonal sehingga dapat memberikan masukan bagi mahasiswa

untuk mengembangkan kompetensi interpersonal yang dimiliki agar

mampu lebih terampil dalam melakukan interaksi dengan orang lain

(25)

7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Mahasiswa sebagai individu yang berada dalam masa remaja akhir

Pengertian mahasiswa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) adalah orang yang belajar di perguruan tinggi.

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa

yang mayoritas masuk dalam tahap perkembangan remaja akhir. Dilihat

dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini

adalah pemantapan pendirian hidup. Dalam hal ini, mahasiswa dianggap

sudah mampu membuat keputusan secara mandiri dan berinteraksi secara

lebih matang dalam kehidupan sosialnya. Menurut Santrock (2007) masa

remaja akhir dimulai pada usia 18 sampai 22 tahun.

1) Pengertian masa remaja akhir

Masa remaja akhir sebagai periode transisi perkembangan antara

masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan

biologis, kognitif, dan sosio-emosional yang dialami remaja dapat

berkisar mulai dari perkembangan fungsi seksual hingga proses

berpikir abstrak hingga kemandirian. Minat karir, pacaran, dan

eksplorasi identitas seringkali lebih menonjol di masa remaja akhir

dibandingkan di masa remaja awal (Santrock, 2007).

Masa remaja akhir ditandai oleh keinginan yang kuat untuk

tumbuh dan berkembang secara matang agar diterima oleh teman

(26)

memperoleh kesadaran yang jelas tentang apa yang diharapkan n

masyarakat dari dirinya (Pikunas dalam Yusuf, 2001).

2) Aspek Perkembangan Masa Remaja Akhir

Terdapat aspek yang mempengaruhi tugas perkembangan masa remaja

akhir,yaitu meliputi :

a. Fisik

Remaja akhir merupakan gerbang atau ambang memasuki

kedewasaan yang berada pada tahap perkembangan fisik dimana

alat-alat kelamin atau reproduksi mencapai kematangannya.

Dengan tercapainya kedewasaan tubuh, maka di lingkungan

kebudayaan manapun akan mengalami perubahan fisik yang

menuntut juga pada perubahan psikologis khususnya dalam hal

penyesuaian diri. Penampilan fisik banyak pengaruhnya pada

penilaian diri sendiri sehingga terkadang daya tarik penampilan

fisik lebih diutamakan, namun pada masa ini mulai mampu

menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif. (

Rochmah, 2005)

b. Kognitif

Perkembangan kognitif pada remaja akhir sudah memiliki

kematangan intelektual, dapat berpikir logis, berpikir dengan

pemikiran teoritis formal berdasarkan pandangan-pandangan dan

hipotesis. Logika berkembang dan digunakan, dapat berpikir

(27)

yang kompleks. Bertambahnya pengalaman dan kemampuan

untuk berpikir secara realistis, maka remaja akhir dapat melihat

keadaan dirinya, keluarganya dan teman-temannya. ( Rochmah,

2005)

c. Sosial-emosi

Pada masa remaja akhir mulai terbentuknya penyesuaian

sosial secara matang, yang dapat diartikan sebagai kemampuan

untuk mereaksi secara tepat terhadap realita sosial, situasi dan

relasi. Perkembangan ini diiringi dengan bertambahnya

minat-minat terhadap penampilan diri, peer group, serta kegiatan

kelompok sosial lainnya. Pada masa ini berkembang social

cognition yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja

memahami orang lain sebagai individu yang unik, meliputi

keseluruhan yang ada pada dirinya. Pemahaman ini mendorong

untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab, baik dalam

persahabatan maupun percintaan.

Remaja akhir juga sudah mampu mengendalikan emosinya

secara lebih matang. Kematangan emosi tersebut ditunjukkan

dengan tidak lagi meledakkan emosinya di hadapan orang lain,

melainkan dengan cara yang lebih dapat diterima. Selain itu,

mampu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum

bereaksi secara emosional. Pada masa ini, remaja akhir

(28)

reaksi emosional dengan cara membicarakan berbagai masalah

pribadinya dengan orang lain. Hal ini dipengaruhi oleh pola

hubungan sosialnya. ( Rochmah, 2005)

B. Kompetensi Interpersonal

1) Definisi

Myers (2004) mengartikan kompetensi interpersonal sebagai

jumlah keseluruhan kompetensi seseorang dalam berinteraksi dengan

orang lain secara efektif. Amstrong (2004) mengartikan kompetensi

interpersonal sebagai tingkat kemampuan seseorang dalam berespon

sesuai dengan persepsi orang lain terhadap dirinya dan tentang

ketrampilan seseorang saat menyatakan diri dan perannya dalam

interaksi sosial. Kompetensi interpersonal menurut Spitzberg dan

Cupach (1996) adalah kemampuan seorang individu untuk melakukan

komunikasi secara efektif, baik melalui komunikasi verbal dan non

verbal. Dalam berkomunikasi secara efektif tersebut ditandai oleh

karakteristik-karakteristik psikologis tertentu yang sangat mendukung

dalam menciptakan dan membina hubungan antar pribadi yang baik

dan memuaskan.

Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa

kompetensi interpersonal adalah kemampuan seseorang dalam

(29)

2) Aspek-aspek kompetensi interpersonal

Burhmester (1988) mengemukakan lima aspek kompetensi

interpersonal, yaitu׃

a. Kemampuan berinisiatif untuk berinteraksi dengan orang lain

Inisiatif adalah usaha untuk memulai suatu bentuk

interaksi dan hubungan dengan orang lain atau dengan

lingkungan sosial yang lebih besar. Inisiatif merupakan usaha

pencarian pengalaman baru yang lebih banyak dan luas tentang

dirinya sendiri dengan tujuan untuk mencocokkan sesuatu atau

informasi yang telah diketahui agar dapat lebih memahaminya.

Perilaku-perilaku yang menunjukkan adanya inisisatif menurut

Burhmester, yaitu :

1) Mengenalkan diri pada orang yang baru ingin dikenal

2) Menjadi individu yang menarik dan menyenangkan ketika

berkenalan dengan orang lain

3) Menawarkan sesuatu pada kenalan baru yang terlihat

menarik dan atraktif

4) Meminta atau mengusulkan pada kenalan baru untuk

melakukan aktivitas bersama, misalnya : pergi bersama,

bermain bersama

5) Melanjutkan percakapan dengan kenalan baru yang lebih

(30)

b. Kemampuan bersikap terbuka (self-disclosure)

Self-disclosure merupakan kemampuan seseorang untuk

mengungkap informasi yang bersifat pribadi mengenai dirinya

dan membagikannya kepada orang lain. Dengan adanya

self-disclosure, seseorang menurunkan pertahanan dirinya dan

membiarkan orang lain untuk mengetahui dirinya secara lebih

mendalam.

Contoh-contoh perilaku adanya keterbukaan diri menurut

Burhmester, yaitu :

1) Memberi kesempatan pada kenalan baru untuk lebih

mengenal diri kita yang sebenarnya

2) Mengungkapkan pada sahabat hal-hal yang mencemaskan,

menakutkan, dan membuat kita merasa malu

3) Mengetahui cara mengemukakan percakapan dengan

kenalan baru untuk lebih mengenal masing-masing pihak

4) Melepaskan pertahanan diri kita dan mempercayai seorang

sahabat

c. Kemampuan untuk bersikap asertif

Menurut Calhoun dan Acocella (1990) kemampuan

bersikap asertif yaitu kemampuan untuk mengungkapkan

perasaan-perasaannya secara jelas, dapat mempertahankan

(31)

dan menolak melakukan hal yang tidak diinginkan tanpa

melukai perasaan orang lain.

Perilaku-perilaku asertif menurut Burhmester dapat

diekspresikan dalam bentuk :

1) Mengatakan pada teman bahwa kita tidak berkenan dengan

cara dia memperlakukan kita

2) Mengatakan “tidak” ketika teman menyuruh kita melakukan

sesuatu yang tidak ingin kita lakukan

3) Menolak permintaan yang tidak masuk akal

4) Menegur sahabat yang ingkar janji

5) Mengatakan pada teman bahwa dia telah melukai perasaan,

mempermalukan, dan membuat kita marah

d. Kemampuan memberikan dukungan emosional

Dukungan emosional mencakup kemampuan untuk

menenangkan dan memberi rasa nyaman kepada orang lain

ketika orang tersebut dalam keadaan tertekan dan bermasalah.

Kemampuan memberikan dukungan emosional sangat berguna

untuk mengoptimalkan komunikasi interpersonal antar dua

pribadi.

Secara khusus Burhmester menyebutkan beberapa bentuk

perilaku yang menunjukkan adanya dukungan emosional, yaitu :

1) Mendengarkan dengan sabar ketika sahabat menceritakan

(32)

2) Membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi teman

dekat berkaitan dengan keluarga atau teman lain

3) Mengatakan atau melakukan sesuatu dalam rangka memberi

dukungan emosional pada saat sahabat kita yang mengalami

kesusahan

4) Menunjukkan sikap penuh empati

5) Memberikan nasehat yang baik ketika seorang teman

membutuhkannya

e. Kemampuan dalam mengatasi konflik

Kemampuan mengatasi konflik ini diperlukan agar tidak

merugikan suatu hubungan yang telah terjalin karena akan

memberikan dampak yang negatif. Kemampuan mengatasi

konflik ini meliputi sikap-sikap untuk menyusun suatu

penyelesaian suatu masalah, mempertimbangkan kembali

penilaian atas suatu masalah dan mengembangkan konsep harga

diri.

Perilaku-perilaku yang menunjukkan adanya kemampuan dalam

mengatasi konflik, adalah sebagai berikut :

1) Pada saat memiliki masalah dengan sahabat, benar-benar

mendengarkan keluhannya dan tidak berusaha menebak apa

yang dipikirkannya

2) Tidak mengulang ucapan atau perbuatan yang dapat

(33)

3) Dapat menerima bahwa dia memiliki pandangan sendiri

terhadap suatu kejadian meskipun kita tidak setuju dengan

cara pandang tersebut

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi interpersonal

Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi interpersonal adalah

faktor-faktor eksternal dan faktor internal individu. Faktor-faktor

eksternal, yaitu׃

a. Kontak dengan orang tua

Menurut Hetherington dan Parke (1986), kontak anak

dengan orang tua banyak berpengaruh terhadap kompetensi

interpersonal anak. Adanya kontak diantara mereka menjadikan

anak belajar dengan lingkungan sosialnya dan pengalaman

bersosialisasi tersebut dapat mempengaruhi perilaku sosialnya.

b. Interaksi dengan teman sebaya

Menurut Kramer (1992), individu yang memiliki

kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebaya memiliki

kesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan

perkembangan sosial, perkembangan emosi, dan lebih mudah

membina hubungan interpersonal.

c. Partisipasi sosial

Hurlock (1997) menjelaskan bahwa kompetensi

interpersonal dipengaruhi oleh partisipasi sosial individu.

(34)

berpeluang untuk mengasah ketrampilan-ketrampilan sosial

yang dimiliki termasuk kompetensi interpersonal. Dengan kata

lain, semakin besar partisipasi sosial seorang individu maka

semakin besar kompetensi interpersonal yang dimiliki.

Faktor internal yang mempengaruhi yaitu :

d. Konsep diri

Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan

dalam komunikasi interpersonal. Hal ini dikarenakan setiap

orang sedapat mungkin bertingkah laku sesuai dengan konsep

dirinya. Sejauh mana tingkat kompetensi interpersonal

seseorang bergantung pada sejauh mana persepsi seseorang

terhadap dirinya. Kalau persepsi terhadap diri positif, seseorang

akan cenderung melakukan komunikasi interpersonal dengan

orang lain secara baik dan begitu juga sebaliknya.

C. Konsep Diri

1) Definisi

Brooks (dalam Rakhmat 2002) mendefinisikan konsep diri

sebagai segala persepsi tentang diri sendiri, secara fisik, sosial, dan

psikologis yang diperoleh berdasarkan pengalaman dan interaksi

dengan orang lain. Menurut Calhoun (1995) konsep diri adalah

pandangan diri terhadap diri sendiri, pengharapan, dan penilaian diri.

(35)

secara keseluruhan, mencakup pendapatnya tentang diri sendiri,

pendapat tentang gambaran diri di mata orang lain, dan pendapat

mengenai hal-hal yang telah dicapai.

Dari berbagai pandangan tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa konsep diri adalah suatu cara pandang menyeluruh yang

dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri yang meliputi

pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan, dan penilaian diri,

yang diperoleh berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan orang

lain.

2) Aspek-aspek konsep diri

Konsep diri merupakan gambaran mental yang dimiliki oleh

seorang individu. Gambaran mental yang dimiliki individu memiliki

tiga aspek yaitu pengetahuan yang dimiliki individu mengenai dirinya

sendiri, pengharapan yang dimiliki individu untuk dirinya sendiri serta

penilaian mengenai diri sendiri (Calhoun & Acocella, 1995).

a. Pengetahuan

Aspek pertama dari konsep diri adalah pengetahuan.

Pengetahuan yang dimiliki individu merupakan apa yang

individu ketahui tentang dirinya sendiri. Hal ini mengacu pada

istilah-istilah kuantitas seperti usia, jenis kelamin, kebangsaan,

pekerjaan, dan lain-lain serta sesuatu yang merujuk pada

istilah-istilah kualitas seperti individu yang baik hati, egois, tenang, dan

(36)

membandingkan diri individu dengan kelompok

pembandingnya. Pengetahuan yang dimiliki individu tidaklah

menetap sepanjang hidupnya, pengetahuan bisa berubah dengan

cara merubah tingkah laku individu tersebut atau dengan cara

mengubah kelompok pembanding.

b. Harapan

Aspek kedua dari konsep diri adalah harapan. Selain

individu mempunyai satu set pandangan tentang siapa dirinya,

individu juga memiliki satu set pandangan lain, yaitu tentang

kemungkinan menjadi apa di masa mendatang. Singkatnya,

setiap individu mempunyai pengharapan bagi dirinya sendiri dan

pengharapan tersebut berbeda-beda pada setiap individu.

Apapun harapan atau tujuan kita, mereka membangkitkan

kekuatan yang mendorong kita menuju masa depan dan

memandu kegiatan kita dalam perjalanan hidup kita.

c. Penilaian

Aspek terakhir dari konsep diri adalah penilaian terhadap

diri sendiri. Individu berkedudukan sebagai peneliti terhadap

dirinya sendiri setiap hari. Penilaian terhadap diri sendiri adalah

pengukuran individu tentang keadaannya saat ini dengan apa

(37)

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri

Calhoun & Acocella (1995) menyatakan berbagai faktor dapat

mempengaruhi proses pembentukan konsep diri seseorang, seperti:

a. Pola Asuh Orangtua

Pola asuh orangtua menjadi faktor signifikan dalam

mempengaruhi konsep diri yang terbentuk. Orang tua adalah

kontak sosial yang paling awal yang kita alami dan yang paling

kuat. Akibatnya orang tua menjadi sangat penting di mata anak.

Dan karena mereka sangat penting, apa yang dikomunikasikan

oleh orang tua pada anak lebih menancap daripada informasi

lain yang diterima anak sepanjang hidupnya. Orang tua memberi

arus informasi yang konstan tentang diri kita. Orang tua

mengajarkan bagaimana menilai diri sendiri.

b. Kawan sebaya

Seorang anak membutuhkan penerimaan anak-anak lain di

kelompoknya dan jika penerimaan ini tidak datang maka konsep

diri akan terganggu. Peran yang diukir oleh kelompok teman

sebayanya mempunyai pengaruh yang dalam pada

pandangannya tentang dirinya sendiri.

c. Masyarakat

Masyarakat memandang penting fakta-fakta yang melekat

dalam diri seseorang. Akhirnya penilaian ini sampai pada anak

(38)

teman-teman sebaya, masyarakat memberitahu bagaimana

mendefinisikan diri kita sendiri.

d. Belajar

Konsep diri adalah hasil belajar. Belajar ini berlangsung

terus setiap hari, biasanya tanpa kita sadari. Belajar dapat

didefinisikan sebagai perubahan psikologis yang relatif

permanen yang terjadi dalam diri kita sebagai akibat dari

pengalaman.

4) Jenis-jenis konsep diri

Menurut Calhoun & Acocella (1995) dalam perkembangannya

konsep diri terbagi menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep

diri negatif.

a. Konsep diri positif

Konsep diri positif bersifat stabil dan bervariasi. Individu

yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu

betul tentang dirinya, dapat memahami dan menerima sejumlah

fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri baik

positif maupun negatif, evaluasi terhadap dirinya sendiri

menjadi positif dan dapat positif merancang tujuan sesuai

dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar

(39)

b. Konsep diri negatif

Calhoun & Acocella (1995) membagi konsep diri negatif

menjadi 2 tipe, yaitu׃

1. Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar

tidak teratur, tidak memiliki perasaan kestabilan dan

keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa

dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang dihargai

dalam kehidupannya.

2. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur.

Hal ini bisa terjadi karena individu dididik dengan cara

yang sangat keras, sehingga menciptakan citra diri yang

tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat

hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang

tepat.

D. Dinamika Hubungan Konsep Diri dan Kompetensi Interpersonal

Rochmah (2005) mengemukakan bahwa pada masa remaja akhir,

individu memiliki kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap

realita sosial, situasi dan relasi dengan orang lain. Individu berminat pada

kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan interaksi teman sebaya atau

orang lain, baik secara individual atau kelompok. Mahasiswa yang

dipandang dalam masa remaja akhir tentu juga sedang berupaya untuk

(40)

teman sebaya, orang dewasa, dan budaya. Pengembangan ini selalu

berkaitan dengan komunikasi interpersonalnya. Komunikasi interpersonal

yang terus dilakukan dan dikembangkan ini akan membentuk kompetensi

interpersonal individu.

Kompetensi interpersonal merupakan kecakapan atau ketrampilan

seseorang dalam menciptakan hubungan dengan orang lain yang baik dan

memuaskan dengan memiliki kemampuan untuk berinisiatif, kemampuan

self-disclosure, kemampuan untuk bersikap asertif, kemampuan emosional

dalam memberikan dukungan, dan kemampuan dalam mengatasi konflik.

Untuk menciptakan hubungan yang baik dan memuaskan dengan orang

lain maka seorang individu akan berperilaku dan berinteraksi sesuai pada

apa yang menjadi pemahaman mengenai dirinya. Hal tersebut menjadi

proses yang tidak bisa dipisahkan karena untuk dapat mengenal orang lain,

maka seorang individu harus lebih dulu mengenal diri sendiri untuk

memudahkan dirinya menempatkan diri dalam lingkungannya. Gambaran

keseluruhan tentang dirinya sendiri secara langsung berpengaruh pada

bagaimana berinteraksi dengan orang lain.

Untuk dapat meningkatkan kemampuan kita dalam melakukan

proses hubungan interpersonal tersebut diperlukan pengenalan dan

pandangan terhadap diri secara baik. Individu bereaksi pada situasi sesuai

dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya. Dirinya bereaksi pada

realitas seperti yang dipersepsikan olehnya dan dengan cara yang sesuai

(41)

mengatakan bahwa masa remaja adalah masa remaja untuk berusaha

menemukan siapakah mereka sebenarnya, apa saja yang ada dalam diri

mereka, dan arah mereka dalam menjalani hidup. Perkembangan identitas

ini adalah eksperimentasi kepribadian dan peran yang pada akhirnya

menemukan tempat yang sesuai dengan dunia ini. Remaja akhir mulai

menyadari bahwa mereka bertanggung jawab akan diri mereka dan

kehidupan mereka sendiri. Cara pandang menyeluruh yang dimiliki

seseorang mengenai dirinya sendiri yang meliputi pengetahuan tentang diri

sendiri, pengharapan, dan penilaian diri tersebut disebut sebagai konsep

diri.

Konsep diri yang dimiliki manusia tidak terbentuk secara instant,

melainkan melalui proses belajar sepanjang hidup manusia. Ketika

individu lahir, individu tidak memiliki pengetahuan tentang dirinya, tidak

memiliki harapan yang ingin dicapainya serta tidak memiliki penilaian

terhadap dirinya. Konsep diri berasal dan berkembang sejalan

pertumbuhan, terutama akibat hubungan dengan orang lain. Dalam

berinteraksi, setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang

diberikan dijadikan cermin bagi individu untuk menilai dan memandang

dirinya sendiri. Dimana pada akhirnya individu mulai bisa mengetahui

siapa dirinya, apa yang diinginkan serta dapat melakukan penilaian

terhadap dirinya.

Konsep diri meliputi tentang segala pengetahuan dan penilaian

(42)

dengan orang lain serta berkomunikasi secara lebih efektif. Pengetahuan

seseorang tentang dirinya yaitu mengenai apa yang kita ketahui tentang

diri sendiri dengan segala kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki.

Dalam benak kita ada satu daftar julukan yang menggambarkan kita: usia,

jenis kelamin, suku, pekerjaan, dan lain sebagainya. Semua hal yang ada

dalam diri tersebut akan menempatkan kita dalam kelompok sosial, baik

kelompok umur, kelompok suku bangsa dan sebagainya. Kelompok

tersebut memberi kita sejumlah informasi lain yang kita masukkan ke

dalam potret-diri mental kita. Kemudian hal tersebut akan memberikan

kita suatu istilah-istilah yang dinamakan dengan kualitas.

Melalui pengetahuan yang dimiliki tersebut seseorang akan

menempatkan dirinya sesuai dengan apa yang individu tahu tentang

dirinya, baik kelebihan maupun kekurangannya. Contohnya saja jika

seorang mahasiswa memiliki pengetahuan tentang dirinya sebagai seorang

laki-laki, usia 21 tahun, warga Negara Indonesia, orang Jawa. Kemudian

dirinya mengkategorikan dirinya sebagai individu yang rendah diri,

mandiri, spontan, ramah, baik hati dan bertemperamen tinggi. Segala hal

tersebut kemudian membuat dirinya memproses dan mengingat informasi

tersebut secara konsisten.

Ketika dirinya berinteraksi dengan orang lain, maka pengetahuan

yang dimiliki individu berpengaruh. Dirinya akan berinisiatif mengenalkan

diri pada orang yang baru dikenal serta berusaha untuk menjadi individu

(43)

secara lebih mendalam. Selain itu, individu akan lebih mudah

mengungkapkan perasaannya secara jelas karena individu tersebut mampu

memahami dirinya dengan baik sehingga hal-hal yang bertentangan

mengenai dirinya mampu ditolak dengan baik tanpa melukai perasaan

orang lain. Lain halnya, ketika seeorang merasa rendah diri, dirinya akan

mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan gagasannya pada orang

lain atau ragu-ragu dalam membuka percakapan dengan orang lain.

Selain itu, individu juga mampu melakukan penilaian, individu

berkedudukan sebagai peneliti terhadap dirinya sendiri. Penilaian terhadap

diri sendiri adalah pengukuran individu tentang keadaaannya saat ini

dengan apa yang menurutnya dapat dan terjadi pada dirinya. Penilaian

terhadap diri sendiri akan mempengaruhi segala persepsi tentang dirinya

dan akan menentukan tindakan dirinya ketika melakukan interaksi dengan

orang lain. Contohnya saja, penilaian yang negatif terhadap diri sendiri

akan mengarah pada penolakan diri sehingga individu akan cenderung

mengembangkan perasaan tidak mampu, rendah diri, dan kurang percaya

diri. Individu akan merasa tidak percaya diri ketika harus berpartisipasi

dalam suatu aktivitas sosial dan memulai hubungan dengan orang lain.

Penolakan diri juga dapat memicu munculnya sikap agresif dan perilaku

negatif, sehingga individu menjadi tertutup dan kurang tertarik untuk

menjalin hubungan sosial dengan orang lain.

Penilaian ini juga dapat berpengaruh terhadap dirinya dalam suatu

(44)

evaluasi terhadap diri. Misalnya saja ketika dalam interaksi dengan orang

lain, seorang individu memiliki penilaian bahwa suatu konflik akan

merugikan hubungannya dengan orang lain. Maka, dirinya akan berusaha

melakukan hubungan yang baik dengan terus membuka diri agar dapat

mengenal masing-masing pihak dengan baik. Selain itu, setiap perbedaan

pendapat berusaha disampaikan dengan baik tanpa harus melukai atau

menyakiti perasaan orang lain.

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa konsep diri seseorang,

yaitu cara pandang dan penilaian individu mengenai dirinya akan memiliki

hubungan dengan kehidupan sosial seseorang, terutama pada kompetensi

interpersonalnya. Konsep diri yang positif cenderung menimbulkan

perasaan yakin terhadap kemampuan diri, percaya diri dan harga diri

sehingga akan membuat individu bersifat terbuka, mudah dalam

melakukan relasi sosial. Konsep diri yang negatif cenderung akan

menimbulkan perasaan tidak mampu dan penolakan terhadap diri sendiri,

sehingga akan menyulitkan individu dalam melakukan interaksi sosial

(45)

Hasil eksplorasi diri dan eksperimentasi kepribadian serta peran di masyarakat dalam pembentukan identitas pada masa remaja akhir meliputi aspek fisik,

kognitif, dan sosial-emosi

- Individu yang tahu betul dirinya

- Dapat memahami & menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya

- Evaluasi terhadap dirinya positif

- Positif merancang tujuan sesuai dengan realitas

- Pandangan tentang diri tidak teratur atau bahkan terlalu stabil & teratur - Tidak memiliki perasaan kestabilan &

keutuhan diri

- Individu yang tidak tahu kelemahan & kekuatan dirinya

- Evaluasi terhadap dirinya negatif

- Memiliki inisiatif untuk memulai hubungan dengan orang lain - Membuka diri & membagikan pada

orang lain

- Mengungkapkan perasaan secara jelas tanpa melukai perasaan orang lain - Memberikan dukungan emosional - Mengatasi konflik untuk menyusun

penyelesaian suatu masalah

- Ragu-ragu untuk memulai hubungan dengan orang lain

- Menutup diri & menolak berbagi dengan orang lain

- Sulit mengungkapkan perasaan secara jelas

- Sulit memberikan rasa nyaman pada orang lain

- Menilai suatu masalah yang mengarah pada diri bukan pada penyelesaian

(46)

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka

peneliti mengemukakan hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat

korelasi yang positif antara konsep diri seseorang dengan kompetensi

(47)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti korelasi atau hubungan

dari dua variabel yang ada yaitu ingin melihat apakah ada korelasi positif

antara konsep diri dengan kompetensi interpersonal mahasiswa.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel bebas ׃Konsep diri

Variabel tergantung ׃Kompetensi Interpersonal

C. Definisi Operasional Variabel-variabel Penelitian

1. Konsep diri

Konsep diri adalah suatu cara pandang menyeluruh yang dimiliki

seseorang mengenai dirinya sendiri yang meliputi pengetahuan

tentang diri sendiri, pengharapan dan penilaian diri, yang diperoleh

berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan orang lain yang diukur

dengan menggunakan Skala Konsep Diri. Jumlah total nilai skala

menunjukkan skor konsep diri. Semakin tinggi skor yang diperoleh

oleh mahasiswa pada konsep diri ini, maka ia semakin memiliki

(48)

2. Kompetensi Interpersonal

Kompetensi interpersonal adalah kemampuan atau kecakapan

seseorang dalam menciptakan hubungan antarpribadi yang baik dan

memuaskan dari kemampuan berinisiatif, kemampuan membuka diri,

kemampuan memberi dukungan emosional, kemampuan bersikap

asertif dan kemampuan menyelesaikan konflik, yang diukur dengan

menggunakan Skala Kompetensi Interpersonal. Jumlah total nilai

skala menunjukkan skor kompetensi interpersonal. Semakin tinggi

skor yang diperoleh oleh mahasiswa pada kompetensi interpersonal

ini, maka ia semakin memiliki kompetensi interpersonal yang tinggi.

D. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa dengan rentang usia

19 sampai 22 tahun yang sedang menempuh kuliah pada semester 4

sampai 6 atau mahasiswa angkatan 2008-2009. Alasan peneliti memilih

kriteria usia tersebut karena pada masa ini sesuai dengan tugas

perkembangannya, mahasiswa sudah memiliki kematangan kognitif dan

sosial emosi untuk beradaptasi dan menyikapi berbagai hal yang terjadi

pada dirinya. Pemilihan subjek penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling untuk mengambil subjek yang disesuaikan dengan

(49)

E. Prosedur Penelitian

1. Peneliti membuat skala konsep diri dan skala kompetensi

interpersonal yang telah dilakukan prosedur telaah item berdasarkan

standar yang berlaku, pertama dengan melihat apakah semua item

yang ditulis sudah sesuai atau mewakili dari semua aspek yang akan

diungkap. Kedua, dari segi pembahasan harus memenuhi syarat

misalnya bahasa yang digunakan tidak bermakna ganda, bahasa yang

jelas dan komunikatif serta mudah dipahami oleh subjek penelitian.

Ketiga, perlunya evaluasi terhadap item yang sudah disusun oleh

orang yang ahli atau yang berkompeten dalam bidangnya (profesional

judgement).

2. Peneliti mengujicobakan skala penelitian pada 67 mahasiswa rentang

usia 19 sampai 22 tahun yang menjalani perkuliahan di semester 4, 6,

dan 8 yang ada di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Peneliti melakukan analisis item serta mengukur reliabilitas skala

untuk mendapatkan butir yang sahih sehingga didapatkan skala yang

valid dan reliabel.

4. Peneliti melakukan pengambilan data pada subjek yang telah dipilih

dengan meminta subjek mengisi skala konsep diri dan skala

kompetensi interpersonal yang telah diuji kesahihannya dan

reliabilitasnya.

5. Peneliti mengolah semua data yang masuk, kemudian dianalisis

(50)

apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kompetensi

interpersonal pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

6. Peneliti membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis tersebut.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan skala. Metode skala menggunakan media

berupa daftar pertanyaan dengan pilihan jawaban yang tersedia. Ada

dua jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala konsep

diri dan skala kompetensi interpersonal. Jenis ini dipilih karena

peneliti menganggap bahwa jenis ini mampu mengungkap sesuai

dengan keadaan atau kondisi subyek itu sendiri yaitu perilaku yang

diukur sendiri.

a. Skala Konsep Diri

Skala konsep diri yang digunakan dalam penelitian ini disusun

oleh peneliti yang mengacu pada aspek pengetahuan diri,

harapan dan penilaian terhadap diri sendiri. Sistem penilaian

item dalam penelitian ini menggunakan sistem penilaian skala

empat dengan menggunakan empat alternatif. Pernyataan atau

item-item yang terdapat dalam skala konsep diri terdiri dari 30

(51)

1. Skor untuk item-item yang bersifatfavorableadalah:

SS (Sangat Sesuai) : 4

S (Sesuai) : 3

TS (Tidak Sesuai) : 2

STS (Sangat Tidak Sesuai) : 1

2. Skor untuk item-item yang bersifat unfavorable adalah :

SS (Sangat Sesuai) : 1

S (Sesuai) : 2

TS (Tidak Sesuai) : 3

STS (Sangat Tidak Sesuai) : 4

Tabel 1

Blue PrintSkala Konsep Diri

No Aspek

Item

Jumlah Favorable Unfavorable

1 Pengetahuan diri 1, 7, 13, 19, 25,

31, 37, 43, 49, 55

3 Penilaian terhadap diri 5, 11, 17, 23, 29,

35, 41, 47, 53, 59

6, 12, 18, 24, 30,

36, 42, 48, 54, 60 20

Jumlah 30 30 60

b. Skala Kompetensi Interpersonal

Skala kompetensi interpersonal diambil dari skala yang

(52)

kompetensi interpersonal meliputi kemampuan berinisiatif,

kemampuan untuk bersikap terbuka, kemampuan untuk

bersikap asertif, kemampuan untuk memberikan dukungan

emosional, dan kemampuan dalam mengatasi konflik

interpersonal. Sistem penilaian item dalam penelitian ini

menggunakan sistem penilaian skala empat dengan

menggunakan empat alternatif. Pernyataan atau item-item yang

terdapat dalam skala interpersonal terdiri dari 20 itemfavorable

dan 20 itemunfavorable.

1. Skor untuk item-item yang bersifatfavorableadalah:

SS (Sangat Sesuai) : 4

S (Sesuai) : 3

TS (Tidak Sesuai) : 2

STS (Sangat Tidak Sesuai) : 1

2. Skor untuk item-item yang bersifat unfavorable adalah :

SS (Sangat Sesuai) : 1

S (Sesuai) : 2

TS (Tidak Sesuai) : 3

(53)

Tabel 2

Blue PrintSkala Kompetensi Interpersonal

No Aspek

G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Uji Validitas

Pada penelitian ini, validitas yang diuji adalah validitas isi. Uji

validitas isi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana isi dalam

penelitian ini dapat mengukur apa yang akan diukur (Azwar, 2000).

Peneliti menggunakan profesional judgement untuk

mempertanggungjawabkan validitas alat ukur tersebut dengan cara

(54)

keseluruhan cakupan isi yang hendak diukur dan memberikan

item-item skala pengukuran kepada dosen pembimbing, kemudian diseleksi

kembali hingga layak untuk digunakan.

2. Seleksi Item

Seleksi item dilakukan untuk memilih item-item yang

berkualitas. Seleksi item dalam penelitian ini dilakukan dengan

melihat koefisien korelasi aitem total (rit) yaitu konsistensi antara

fungsi item dan fungsi skala secara umum. Analisis data dilakukan

dengan menggunakan SPSS for windows versi 16.0. Sebagai kriteria

pemilihan item digunakan batasan rit ≥ 0,30. Item yang mencapai

koefisien korelasi minimal 0,30 memiliki daya beda memuaskan

sehingga mampu membedakan antara individu yang memiliki dan

yang tidak memiliki atribut yang diukur.

3. Uji Reliabilitas

Pendekatan reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan koefisien reliabilitasalpha-cronbach.

H. Uji Coba Alat Ukur

1. Pelaksanaan

Proses uji coba dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2011 di

Fakultas Psikologi, di kantin, lorong psikologi, dan di ruang kelas.

Peneliti terjun sendiri ke lokasi uji coba meminta ijin pada

(55)

membantu mengisi skala dan memberikan skala pada masing-masing

subyek, kemudian beberapa dititipkan pada mahasiswa angkatan 2009

untuk dibagikan di kelasnya sebelum kuliah dimulai. Terdapat dua

skala yang dibagikan pada masing-masing subyek yaitu skala konsep

diri dan skala kompetensi interpersonal.

Dari 70 bendel skala yang dibagikan, terdapat tiga bendel skala

yang tidak lengkap di dalam pengisiannya atau tidak semua item

terisi. Oleh karena itu, skala yang dapat dianalisis berjumlah 67

bendel.

2. Hasil Uji Coba

a. Konsep Diri

Dari hasil uji coba pada skala konsep diri diperoleh skor

item total yang bergerak antara 0,220 sampai 0,769. Berdasarkan

kriteria yang telah ditetapkan, maka item yang memiliki korelasi

kurang dari 0,30 digugurkan. Dari 60 butir pernyataan, lima item

digugurkan karena korelasinya tidak mencapai 0,30. Item-item

tersebut adalah tiga item pada aspek harapan (3, 15, 51) dan dua

item pada aspek penilaian (17, 23). Dengan pertimbangan untuk

menjaga keseimbangan jumlah item pada setiap aspek skala

konsep diri agar lebih proporsional, maka dari 55 item yang sahih

dipilih empat item untuk tidak diikutsertakan dalam penelitian

yang sebenarnya meskipun item tersebut memenuhi kriteria rit≥

(56)

dan tiga item pada aspek pengetahuan (1, 8, 14). Pengguguran

item tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa item

tersebut memiliki koefisien rit yang paling rendah dibandingkan

item lain dalam kelompoknya. Dengan demikian maka total item

yang diikutsertakan dalam penelitian sebanyak 51 item

pernyataan.

Uji reliabilitas item menggunakan program SPSS for

windows versi 16.0. Pada skala konsep diri diperoleh koefisien

reliabilitas sebesar 0,966 dari 51 aitem.

Tabel 3.1

Blue PrintSkala Konsep Diri Setelah Uji Coba

No Aspek

Item

Jumlah Favorable Unfavorable

Valid Gugur Valid Gugur

1 Pengetahuan diri 7, 13, 19, 25,

(57)

Berikut susunan butir skala konsep diri setelah uji coba yang

ditampilkan pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

Susunan Butir Skala Konsep Diri Setelah Uji Coba

No Aspek

Item

Jumlah Favorable Unfavorable

1 Pengetahuan diri 5 (7), 10 (13), 13

(19), 17 (25), 23

3 Penilaian terhadap diri 3 (5), 21 (29), 27

(58)

b. Kompetensi Interpersonal

Dari hasil pengujian skala kompetensi interpersonal

diperoleh skor item total yang bergerak antara 0,231 sampai

0,665. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka item

yang memiliki korelasi kurang dari 0,30 digugurkan. Dari 40 butir

pernyataan, 12 item digugurkan karena korelasinya tidak

mencapai 0,30. Item-item tersebut adalah empat item pada aspek

kemampuan berinisiatif (3, 28, 33, 38), empat item pada aspek

kemampuan untuk bersikapa asertif (7, 12, 17, 32), tiga item pada

aspek kemampuan dalam mengatasi konflik interpersonal (10, 25,

40), dan satu item pada aspek kemampuan untuk bersikap

terbuka (36). Dengan pertimbangan untuk menjaga keseimbangan

jumlah item pada setiap aspek skala kompetensi interpersonal

agar lebih proporsional, maka dari 28 aitem yang sahih dipilih 5

item untuk tidak diikutsertakan dalam penelitian yang sebenarnya.

Item-item tersebut yaitu dua item pada aspek kemampuan untuk

bersikap terbuka (1, 21) dan tiga item pada aspek kemampuan

untuk memberikan dukungan emosional (14, 19, 39).

Pengguguran item tersebut dilakukan dengan pertimbangan

bahwa item tersebut memiliki koefisien rit yang paling rendah

dibandingkan item lain dalam kelompoknya. Dengan demikian

maka total item yang diikutsertakan dalam penelitian sebanyak 23

(59)

Skala kompetensi interpersonal diperoleh koefisien

reliabilitas sebesar 0,896 dari 23 item.

Tabel 4.1

Blue PrintSkala Kompetensi Interpersonal Setelah Uji

Coba

Berikut susunan butir skala kompetensi interpersonal setelah uji coba

(60)

Tabel 4.2

Susunan Butir Skala Kompetensi Interpersonal Setelah Uji Coba

No Aspek

Sebelum dilakukan uji hipotesis perlu dilakukan dua uji prasyarat

analisis yang terdiri dari uji normalitas sebaran dan linieritas varians

(61)

a. Uji normalitas sebaran

Uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk menguji apakah

data yang akan dianalisis sudah terdistribusi normal sesuai dengan

prinsip-prinsip distribusi normal. Uji dilakukan dengan

membuktikan bahwa skor yang diperoleh dari hasil penelitian

sesuai dengan kaidah normal, yaitu jika p > 0.05 maka sebarannya

normal sedangkan jika p< 0.05 maka sebarannya dinyatakan tidak

normal (Field, 2000 ; Hadi, 2000).

b. Uji linieritas hubungan antar variabel

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel

bebas dan variabel tergantung memiliki hubungan yang linier dan

taraf penyimpangan dari linieritasnya. Hubungan antara variabel

bebas dan tergantung dianggap linier jika tidak ditemukan

penyimpangan yang berarti melaluiplotting.

Kaidah uji yang digunakan adalah jika p<0.05 maka

hubungan antara variabel bebas dan tergantung bersifat linier,

sedangkan jika p>0.05 maka hubungannya bersifat tidak linier

(Field, 2000 ; Hadi, 2000).

2.Uji hipotesis

Uji hipotesis penelitian ini menggunakan koefisien korelasi

Pearson Product Moment. Untuk memudahkan penghitungan, analisis

Pearson Product Moment pada penelitian ini menggunakan program

(62)

44 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Subjek Penelitian

Penelitian ini mengambil mahasiswa dari Fakultas Psikologi,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagai subjek penelitian. Subjek

pada semester tersebut masih aktif berkuliah sehingga peneliti mengambil

data penelitian di ruang kelas mahasiswa angkatan 2008 dan 2009 dengan

meminta ijin dari dosen yang bersangkutan.

Mahasiswa yang memiliki karakteristik sebagai subjek penelitian ini

adalah sebanyak 85 subjek. Setelah dilakukan pengambilan data terhadap

subjek penelitian, maka diperoleh gambaran secara umum tentang jumlah

subjek penelitian yang dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.

Tabel 5

Deskripsi Subjek Penelitian

Karakteristik

Jenis kelamin Usia (Tahun) Semester

L P 19 20 21 22 IV VI

(63)

B. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pertama-tama peneliti terlebih dahulu menghubungi dosen yang

mengajar mahasiswa angkatan 2008 dan 2009 untuk meminta ijin serta

menentukan rencana jadwal kelas yang akan dimasuki untuk

melaksanakan pengumpulan data. Disamping itu, peneliti juga berupaya

untuk mendapatkan informasi tentang jadwal kuliah serta jumlah

mahasiswa yang ada di kelas tersebut sehingga penelitian dapat terlaksana

disesuaikan dengan kondisi subjek.

Pengumpulan data dilaksanakan dengan dua cara yaitu secara

formal di kelas dan dengan cara informal di luar kelas. Pengumpulan data

secara formal di kelas dilakukan pada tanggal 23 Maret 2011, di Fakultas

Psikologi, pada pukul 07.00 di ruang kelas 404 dan pada pukul 13.00 di

ruang kelas 302. Peneliti terjun ke lokasi pengumpulan data dibantu

asisten dan membagikan skala penelitian pada subjek di masing-masing

ruang kelas. Terdapat dua skala yang dibagikan pada masing-masing

subjek yaitu skala konsep diri dan skala kompetensi interpersonal.

Sebelum subjek mengisi skala, peneliti memberikan instruksi pada

subjek untuk membaca setiap pernyataan dalam skala dengan seksama dan

memberi tanda seperti yang sudah tertulis dalam skala. Peneliti juga

menekankan pada subjek bahwa tidak ada jawaban benar dan salah dan

memastikan bahwa seluruh pernyataan terjawab dan diharapkan tidak

mengosongkan satu nomorpun. Setelah subjek memahami instruksi yang

(64)

menunggu subjek selama mengerjakan skala penelitian sehingga data hasil

pengumpulan data dapat diperoleh saat itu juga. Selanjutnya pengumpulan

data informal di luar kelas, disesuaikan dengan kriteria subyek untuk

menambah jumlah subyek, peneliti membagikan langsung ke

masing-masing subyek yang sudah dikenal dan meminta subyek mengisi skala.

Dari 90 bendel skala yang dibagikan, terdapat lima bendel skala yang tidak

lengkap di dalam pengisiannya atau tidak semua item terisi. Oleh karena

itu, skala yang dapat dianalisis berjumlah 85 bendel.

C. Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian disajikan untuk mengetahui beberapa data

pokok yang berkaitan dengan penelitian. Deskripsi data disajikan dalam

rerata hipotesis dan rerata empirik yang diperoleh dari respon jawaban

subjek terhadap setiap skala yang diberikan. Deskripsi data penelitian

(65)

Tabel 6

Rangkuman Deskripsi Data Penelitian

Variabel N

Skor Mean

SD Teoritik Empiris

Teoritik Empiris min max min max

Konsep Diri 85 51 204 119 196 127,5 157,05 14,763

Kompetensi

Interpersonal 85 23 92 45 79 57,5 64,32 5,805

Keterangan: N = jumlah subjek

SD = standar deviasi

1. Rerata Teoritik dan Empiris Skala Konsep Diri

Respon jawaban terendah dan tertinggi dalam skala konsep

diri secara berurutan adalah 1 dan 4, dengan jumlah item sebanyak

51. Penyebaran skala konsep diri dilakukan pada 85 subjek yang

hasilnya diketahui menghasilkan skor mean empirik sebesar 157,05

dengan standar deviasi sebesar 14,763 dan mean teoritik sebesar

127,5.

2. Rerata Teoritik dan Empirik Skala Kompetensi Interpersonal

Respon jawaban terendah dan tertinggi dalam skala

kompetensi interpersonal secara berurutan adalah 1 dan 4, dengan

jumlah item sebanyak 23. Penyebaran skala konsep diri dilakukan

(66)

empirik sebesar 64,32 dengan standar deviasi sebesar 5,805 dan

mean teoritik sebesar 57,5.

D. Analisis Data Penelitian

1. Uji Asumsi

Sebelum melakukan uji hipotesis, dilakukan uji asumsi yang

meliputi uji normalitas dan uji linearitas. Uji asumsi dilakukan untuk

memeriksa apakah data yang terkumpul memenuhi syarat untuk

sebuah korelasi.

a. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 9 :

Tabel 7

Ringkasan Hasil Uji Normalitas

Variabel

Kolmogorof-Smirnov Z

Signifikan Keterangan

Konsep Diri 0,684 0,737 Normal

Kompetensi

Interpersonal

0,889 0,409 Normal

Hasil uji normalitas menghasilkan probabilitas (p) data

konsep diri sebesar 0,737 atau nilainya lebih besar dari 0,05 ( p >

0,05 ) maka dapat diartikan variabel ini berdistribusi normal.

Gambar

Blue PrintTabel 1 Skala Konsep Diri
Tabel 2
Blue PrintTabel 3.1 Skala Konsep Diri Setelah Uji Coba
Tabel 3.2Susunan Butir Skala Konsep Diri Setelah Uji Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Direksi memuji reformasi penentu atas subsidi energi di tahun 2015, termasuk rencana untuk subsidi listrik sebagai sasaran subsidi yang lebih baik, dan penggunaan ruang fiskal

terasa di awal tahun 2009, yang ditunjukkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 4,1% (yoy) pada triwulan I-2009, melambat dibandingkan dengan triwulan

Pada kondisi awal, kemampuan pemecahan masalah siswa SMP N 1 Ngemplak masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh guru yang masih menerapkan strategi pembelajaran

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik

Aktualisasi diri yang terdapat dalam UKM Sepak Bola USU dapat dilihat dari kebutuhan fisiologis yang didapat oleh mahasiswa, kenyamanan berada dilingkungan

P Permanen: 2) P-O-P Temporer; dan 3) Media in store (di dalam toko). Bagi para manajer ritel penerapan Point-of-Purchase dilakukan karena keinginan untuk mencapai: 1) Hasil

Yang dimaksud dengan “kondisi krisis atau darurat penyediaan tenaga listrik” adalah kondisi dimana kapasitas penyediaan tenaga listrik tidak mencukupi kebutuhan beban di daerah

Peserta yang telah melakukan pendaftaran akan dihubungi oleh pihak panitia pada tanggal 5 Oktober 2016 untuk konfirmasi.. Formulir pendaftaran dapat diambil di sekretariat