• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah suatu proses pemeriksaan Independen terhadap laporan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah suatu proses pemeriksaan Independen terhadap laporan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi seperti saat ini, bisnis tidak lagi mengenal batas negara. Demikian pula kebutuhan adanya audit atas laporan keuangan oleh akuntan publik sebagai auditor eksternal yang independen tidak dapat dihindari lagi, dan justru menjadi kebutuhan utama sebelum pengambilan keputusan bisnis. Akuntan publik menjadi satu profesi yang diharapkan banyak orang untuk penempatan kepercayaan mereka terhadap hasil audit dan pendapat (opini) yang di berikan.

Audit adalah suatu proses pemeriksaan Independen terhadap laporan keuangan di suatu entitas atau kumpulan (Organisasi) yang dapat memberikan suatu opini atau pendapat tentang kewajaran dan kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum tersebut. Maksud atau tujuan dari Audit ini bukanlah untuk mendapatkan sebuah informasi baru, tetapi untuk memberikan suatu penilaian terhadap keandalan dan kewajaran dari laporan keuangan yang diaudit melalui laporan auditor. Laporan audit ini yang dipakai auditor untuk mengungkapkan semua pendapat kepada penguna informasi laporan keuangan, untuk ditetapkan sebagai referensi dalam pengambilan keputusan oleh para pihak yang berkepentingan (Gusti & Ali, 2008).

Audit atas laporan keuangan banyak dibutuhkan, dan mendapatkan peran penting di dalam ekonomi pasar bebas, terutama oleh perusahaan yang berbadan hukum seperti perusahaan terbuka (PT). Sebab aliran atau bentuk badan usaha ini

(2)

memakai saham perusahaan yang di jual kepada pihak luar melalui pasar modal, dan pemegang saham yaitu pemilik perusahaan terbagi dari manajemen perusahaan. Keadaan ini menyebabkan pemegang saham menempatkan modalnya dalam perusahaan dan manajemen perusahaan berkewajiban untuk mempertanggung jawabkan dana yang sudah dipercayakan bagi mereka melalui laporan keuangan. Laporan keuangan inilah yang digunakan manajemen untuk keperluannya pribadi dan juga untuk menginformasikan dana yang sudah dikelola kepada para pemegang saham (Mulyadi, 2009).

Laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen perlu diaudit oleh pihak ketiga yang independen seperti auditor eksternal, karena terdapat perbedaan kepentingan atau keinginan antara manajemen dengan bagian luar perusahaan sehingga perlu pihak ketiga yang dapat dipercayai, laporan yang dilakukan manajemen peluang terdapatnya kesalahan baik yang disengaja ataupun tidak, laporan keuangan yang pernah diaudit sebelumnya dan mendapat opini unqualified diharapkan dapat meyakinkan para pengguna laporan keuangan tersebut bahwa laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum serta bebas dari salah saji yang material (Febrianty, 2012).

Pengalaman audit yang dimiliki auditor ikut berperan dalam menentukan pertimbangan yang diambil. Di pihak lain, pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expertise). Dalam konteks auditing, hal ini berarti auditor yang kurang familiar atau kurang berpengalaman terhadap suatu tugas

(3)

3

pertimbangan akan lebih berhati-hati (berorientasi negatif) daripada auditor yang mempunyai pengalaman lebih banyak.

Penilaian risiko (risk assessment) adalah suatu proses yang sistematik untuk menilai dan mengintegrasikan pertimbangan professional mengenai kemungkinan kondisi yang jelek. Proses penilaian risiko seharusnya dapat memberikan suatu cara untuk mengorganisasikan dan mengintegrasikan pertimbangan professional dalam pengembangan jadwal pelaksanaan audit Yayon wahyu (2006).

Pelaporan keuangan yang mengandung unsur kecurangan (fraud) dapat membuat turunnya integritas atau kejujuran informasi keuangan yang dapat mempengaruhi berbagai pihak seperti pemilik, kreditur, karyawan, auditor, dan bahkan kompetitor. Kecurangan pelaporan keuangan sering digunakan oleh perusahaan yang sedang mengalami krisis finansial dan yang dimotivasi oleh oportunisme yang salah arah (misguided opportunism). Kecurangan tersebut akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam mempertahankan going concern (Salman, 2007).

Salah satu alasan bahwa entitas dari semua jenis mengambil langkah-langkah lebih dan berbeda untuk melawan tindakan kecurangan adalah pendekatan red flags di anggap tidak efektif, karena pendekatan ini terkenal telah melibatkan penggunaan suatu daftar indikator tindakan kecurangan (fraud). Red flags tidak meramalkan adanya tindakan kecurangan, tetapi merupaka kondisi yang terkait dengan tindakan kecurangan (fraud). Red flags telah memberi tanda

(4)

yang dimaksudkan untuk menginformasikan auditor terhadap kemungkinan terjadinya aktivitas tindakan kecurangan. Banyak pengamat yang meragukan pendekatan red flags karena 2(dua) keterbatasan (Krambia-Kardis, 2002) : 1) red flags berhubungan dengan tindakan kecurangan, tetapi tidak dapat menyatakan secara pasti (tidak menunjukan hubungan asli), dan 2) karena menempatkan perhatian pada tanda tertentu mungkin ref flags menghambat auditor internal dan auditor eksternal dari identifikasi alasan-alasan lain bahwa tindakan kecurangan bisa terjadi (Krambia-Kardis, 2002).

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecurangan dalam pelaporan keuangan (fraudulent financial statement) diantaranya adalah Tekanan, kesempatan, Rasionalisasi. Faktor pertama yang mungkin menyebabkan terjadinya kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu tekanan. Tekanan yaitu situasi dimana manajemen atau pegawai lain merasakan insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan. Cressey (dalam Hillison, et al. 1999), menyatakan bahwa tekanan atau insentif yang mendorong orang melakukan kecurangan karena tuntutan gaya hidup, ketidakberdayaan dalam soal keuangan, perilaku gambling, mencoba-coba untuk mengalahkan sistem dan ketidakpuasan kerja.

Faktor kedua yang dapat menyebabkan terjadinya kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu kesempatan. Kesempatan yaitu adanya kesempatan untuk melakukan kecurangan atau situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan fraud. Faktor ketiga yang dapat menyebabkan terjadinya kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu Rasionalisasi. Rasionalisasi yaitu munculnya sikap, atau serangkaian nilai-nilai

(5)

5

etis yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur. Cressey (dalam Hillison, et al.1999) menjelaskan rasionalisasi sebagai pemikiran yang menjustifikasi tindakannya sebagai suatu perilaku yang wajar, yang secara moral dapat diterima dalam suatu masyarakat yang normal.

Laporan keuangan dapat menjadi tolak ukur bagi pihak internal maupun eksternal untuk menilai kinerja dari suatu perusahaan. Adanya penilaian kinerja tersebut mendorong penilaian pihak manajemen menjalankan aktivitas operasional perusahaan secara maksimal, sehingga dapat memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan bahwa perusahaan dalam kondisi yang sehat. Namun, usaha yang dilakukan pihak manajemen cenderung mengarah pada tindakan kecurangan dalam pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting). Hal ini menyebabkan informasi dalam laporan keuangan mejadi tidak relevan bagi para pemangku kepentingan sebagai dasar pengambilan keputusan (perols dan barbara, 2011).

Kecurangan pelaporan keuangan adalah tindak kesengajaan dalam memanipulasi laporan keuangan dengan melebih-lebihkan nilai penjualan dan aset, merendahkan biaya penjualan, utang, dan beban, memanipulasi periode atau tanggal transaksi yang tercatat atau saat pengakuannya, tidak secara benar mengukur keterjadian transaksi, dengan sengaja menyalahgunakan prinsip akuntansi (wallace & earl, 2009). Peran akuntan sering dipertanyakan dalam menangani kecurangan laporan keuangan. Hal ini menunjukan bahwa tidak

(6)

terpenuhinya harapan masyarakat tentang peran akuntan daam setiap kasus kecurangan (Hassink, Meuwissen & Bollen, 2010).

Pemerintah kota semarang merupakan salah satu entitas yang menjadi objek pemeriksaan oleh BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa tengah. Opini yang di keluarkan oleh BPK RI perwakilan Jawa Tengah atas laporan keuangan Pemerintah Kota Semarang Tahun Anggaran 2015 adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), namun BPK RI masih menyoroti kelemahan sistem pengendalian intern dalam penyusunan laporan keuangan, antara lain : (1) Pengendalian Belanja Insentif Pemungutan Pajak Daerah pada DPPAD kurang memadai sehingga realisasi belanja insentif pemungutan pajak PBBKB dan BBNKB tidak tertib ; dan (2) Penyajian Piutang PKB belum sepenuhnya didukung dengan database yang memadai sehingga potensi pendapatan belum bisa disajikan secara akurat. Selain itu BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah juga menemukan adanya ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan keuangan daerah, antara lain : (1) Realisasi Belanja Sewa pada Dinas Pemuda dan Olahraga belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan pengelolaan keuangan mengakibatkan ketidakhematan dan kelebihan pembayaran ; (2) pertanggungjawaban hibah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah oleh KONI tidak memadai sehingga realisasi belanja hibah tidak transparan serta tidak dapat diyakini efisiensi dan efektivitas penggunaannya.

Beberapa penelitian telah menguji adanya kecurangan di beberapa perusahaan dalam pelaporan keuangan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh

(7)

7

Martantya, Daljono (2013) yang menghasilkan kesimpulan bahwa variabel stabilitas keuangan dengan proksi tingkat pertumbuhan asset dan variabel target keuangan dengan proksi return on asset terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap kemungkinan terjadinya kecurangan laporan keuangan. Variabel tekanan eksternal dengan proksi rasio laverage, variabel kepemilikan manajerial dengan proksi ada tidaknya kepemilikan saham oleh orang dalam, dan variabel efektivitas pengawasan dengan proksi proporsi komisaris independen terbukti tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemungkinan terjadinya kecurangan laporan keuangan. Variabel ukuran perusahaan yang dilihat dari total asset tidak dapat dijadikan control dalam mendeteksi kemungkinan adanya kecurangan laporan keuangan.

Penelitian juga dilakukan oleh Andrian Budi Prasetyo (2014) menunjukan bahwa tidak berpengaruh signifikan dalam pelaporan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Habi Bullah (2015) yang menghasilkan kesimpulan bahwa kompleksitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kegagalan mendeteksi indikasi kecurangan,sedangkan untuk lingkup audit dan penilaian risiko berpengaruh signifikan terhadap kegagalan mendeteksi indikasi kecurangan dengan koefisien positif.

Penelitian Elizabethara Rusna Putri, Tarjo, Yuni Rimawati (2015) menyimpulkan bahwa Dari hasil analisa Multivariate Analysis of Variance (MANOVA) secara garis besar diperoleh hasil bahwa motif kecurangan mempengaruhi antisipasi konsekuensi kecurangan laporan keuangan,

(8)

pendeteksian kecurangan tidak mempengaruhi antisipasi konsekuensi kecurangan laporan keuangan. Namun terdapat interaksi antara motif kecurangan dengan pendeteksian kecurangan. Hasil Uji Multivariate menunjukkan hasil yang signifikan bahwa motif dan interaksi motif dengan pendeteksian kecurangan secara simultan mempengaruhi individu dalam mengantisipasi konsekuensi kecurangan laporan keuangan,dan hasil uji Test between subject effect menunjukan hasil yang signidikan bahwa secara parsial beberapa antisipasi konsekuensi kecurangan laporan keuangan dipengaruhi oleh motif dan interaksi motif dengan pendeteksian kecurangan dan sebaliknya secara parsial juga antisipasi konsekuensi kecurangan laporan keuangan menunjukkan hasil tidak terpengaruh oleh adanya pendeteksian kecurangan.Serta penelitian yang dilakukan oleh Gregorius Satrio Wicaksono, Anis Chariri (2015) menemukan pengaruh negatif signifikan dan ukuran dewan komisaris independen tidak berpengaruh negatif yang signifikan.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Habi Bullah (2015). Karena kecurangan pelaporan keuangan masih banyak yang belum terdeteksi oleh auditor eksternal. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian Habi Bullah (2015), yaitu objek penelitian saat ini dilakukan di BPK yang ada di Jawa Tengah. Alasannya berdasarkan fenomena bahwa ada beberapa kasus yang terjadi di BPK Jawa Tengah.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian yang akan dilaksanakan ini berjudul : “Pengaruh Kompleksitas Audit, Lingkup Audit,

(9)

9

dan Penilaian Risiko Terhadap Deteksi Kecurangan Dalam Pelaporan

Keuangan (Studi Kasus Pada BPK RI Di Jawa Tengah)”

1.2. Rumusan masalah

Kecurangan pelaporan keuangan adalah tindak kesengajaan dalam memanipulasi laporan keuangan dengan melebih-lebihkan nilai penjualan dan aset, merendahkan biaya penjualan, utang, dan beban, memanipulasi periode atau tanggal transaksi yang tercatat atau saat pengakuannya, tidak secara benar mengukur keterjadian transaksi, dengan sengaja menyalahgunakan prinsip akuntansi (wallace & earl, 2009). Kecurangan tersebut akan berdampak yaitu dapat merugikan suatu instansi pemerintahan dan dapat merugikan diri sendiri jika melakikan kecurangan karena dapat mencemarkan nama baik diri sendiri. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecurangan yaitu adanya keserakahan, pengungkapan, kebutuhan dan kesempatan. Berdasakan rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah kompleksitas audit berpengaruh terhadap deteksi kecurangan dalam pelaporan keuangan?

2. Apakah lingkup audit berpengaruh terhadap deteksi kecurangan dalam pelaporan keuangan?

3. Apakah penilaian risiko berpengaruh terhadap deteksi kecurangan dalam pelaporan keuangan?

(10)

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis secara empiris pengaruh kompleksitas audit terhadap deteksi kecurangan dalam pelaporan keuangan.

2. Untuk menganalisis secara empiris pengaruh lingkup audit terhadap deteksi kecurangan dalam pelaporan keuangan.

3. Untuk menganalisis secara empiris pengaruh penilaian risiko terhadap deteksi kecurangan dalam pelaopran keuangan.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu manfaat bagi :

1. Bagi Akademis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan atau pemahaman mengenai auditing, khususnya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seorang auditor dalam menjalankan tugas audit. Serta dapat menjadi literatur atau referensi yang bisa digunakan sebagai sumber penelitian berikutnya yang sama atau sejenis.

2. Bagi Praktisi

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk dapat memahami mengenai pengaruh antara risiko audit terhadap deteksi kecurangan pada pelaporan keuangan Pemerintah Kota semarang.

(11)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.1.1 Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai. Teori mengekspresikan fenomena-fenomena secara sistematis melalui pernyataan hubungan antar variabel. Construct adalah abstraksi dari fenomena-fenomena kehidupan nyata yang diamati. Variabel , dengan demikian, merupakan proksi (proxy) atau representasi dari construct yang dapat diukur dengan berbagai macam nilai. Variabel merupakan mediator antara construct yang abstrak dengan fenomena yang nyata. Variabel memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai fenomena-fenomena yang digeneralisasi dalam construct.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel : 1. Variabel Endogen

Menurut (Mankiw, 2006) variabel endogen adalah variabel – variabel yang akan dijelaskan sebuah model. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel endogen adalah deteksi kecurangan pelaporan keuangan.

2. Variabel Eksogen

Menurut (Mankiw, 2006) variabel eksogen adalah variabel – variabel yang nilainnya ditentukan diluar model. Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel eksogen adalah kompleksitas audit, lingkup audit, dan penilaian risiko.

(12)

3.1.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengoperasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik (Indriantoro, 2014). Berikut ini merupakan definisi masing-masing variabel :

3.1.2.1Kecurangan Pelaporan Keuangan (Y)

Kecurangan Pelaporan keuangan adalah hal yang disengaja, salah saji atau penghilangan fakta-fakta material yang dilakukan oleh manajemen yang dapat merugikan pihak kreditor dan investor. Ada 6 (enam) pertanyaan yang diajukan mengenai pendeteksian kecurangan dengan diukur melalui skala 1(satu) sampai 5 (lima) yaitu Sangat tidak setuju (STS), Tidak setuju (TS), Netral (N), Setuju (S), Sangat setuju (SS).

3.1.2.2Kompleksitas Audit (X1)

Kompleksitas Audit yaitu tugas yang tidak terstruktur, membingungkan, alternatif-alternatif yang ada tidak dapat diidentifikasi, sehingga data tidak dapat diperoleh dan outputnya tidak dapat diprediksi. Ada 7 (tujuh) pertanyaan yang diajukan mengenai kompleksitas audit dengan diukur melalui skala 1(satu) sampai 5 (lima) yaitu Sangat tidak setuju (STS), Tidak setuju (TS), Netral (N), Setuju (S), Sangat setuju (SS).

(13)

38

3.1.2.3Lingkup Audit (X2)

Lingkup audit yaitu batas pemeriksaan dan harus terkait langsung dengan tujuan pemeriksaan misalnya, lingkup pemeriksaan menetapkan parameter pemeriksaan menetapkan pemeriksaan seperti periode yang direviu, ketersedian dokumen atau catatan yang diperluhkan dan lokasi pemeriksaan dilapangan yang di lakukan, SPKN. Ada 6 (enam) pertanyaan yang diajukan mengenai Lingkup audit dengan diukur melalui skala 1 (satu) sampai 5 (lima) yaitu Sangat tidak setuju (STS), Tidak setuju (TS), Netral (N), Setuju (S), Sangat setuju (SS).

3.1.2.4Penilaian Risiko (X3)

Fraud risk assessment (penilaian risiko kecurangan) yaitu penaksiran seberapa besar risiko kegagalan auditor dalam mendeteksi terjadinya kecurangan dalam asersi manajemen. Ada 7 (tujuh) pertanyaan yang diajukan mengenai Penilaian risiko dengan diukur melalui skala 1 (satu) sampai 5 (lima) yaitu Sangat tidak setuju (STS), Tidak setuju (TS), Netral (N), Setuju (S), Sangat setuju (SS).

(14)

Tabel 3.1

Tabel Definisi Operasional Variabel

NO NAMA VARIABEL INDIKATOR SKALA LITERATUR SUMBER 1. Kecurangan Pelaporan keuangan (Y)

1. Tugas pemeriksaan yang tidak sesuai dengan keahlian dapat menghambat tugas pendeteksian kecurangan. 2. Ketertutupan pihak

manajemen dapat berakibat sulitnya melakukan

pendeteksian kecurangan, sehingga pemeriksa akan gagal mendeteksi

kecurangan.

3. Tidak melakukan indentifikasi atas faktor-faktor penyebab kecurangan, akan membuat auditor gagal mendeteksi kecurangan. 4. Metode dan prosedur audit yang tidak efektif dapat mengakibatkan kegagalan dalam usaha melakukan pendeteksian kecurangan. 5. Penilaian risiko yang rendah dapat mengakibatkan kegagalan dalam

pendeteksian kecurangan. 6. Tidak melakukan pengujian atas dokumen-dokumen dan informasi yang diperoleh akan mengakibatkan kegagalan dalam mendeteksi kecurangan. 1-5 Habi Bullah, dkk (2015)

(15)

40 NO NAMA VARIABEL INDIKATOR SKALA LITERATUR SUMBER 2. Kompleksitas Audit (X1)

1.Ukuran dan kompleksitas transaksi pada instansi dapat menyulitkan tugas pemeriksaan.

2.Dalam proses pemeriksaan, data keuangan atau bukti-bukti audit kompeten yang cukup dari auditee sangat sulit didapatkan.

3.Banyaknya informasi yang tidak relevan dapat

menyulitkan tugas pemeriksaan.

4.Banyaknya jumlah prosedur

dan langkah-langkah yang harus diterapkan dalam pemeriksaan, dapat menyulitkan tugas pemeriksaan.

5.Banyaknya tugas yang tidak terstruktur seringkali membingungkan pemeriksa dalam tugas pemeriksaan. 6.Standar audit dan standar

akuntansi terkadang

membuat tugas pemeriksaan menjadi sulit.

7.Tugas pemeriksaan

seringkali memiliki tingkat ambiguitas yang relatif tinggi.

1 – 5 Habi

Bullah, dkk (2015)

(16)

NO NAMA VARIABEL INDIKATOR SKALA LITERATUR SUMBER 3. Lingkup Audit (X2)

1.Pembatasan bagi tim pemeriksa untuk menerapkan posedur

pemeriksaan yang baik dapat membatasi lingkup audit 2.Pembatasan yang disebabkan oleh keadaan diluar kendali entitas dapat membatasi lingkup audit 3.Keterbatasan waktu dapat membatasi pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan 4.Kegagalan dalam memperoleh bukti yang kompeten membuat lingkup audit meluas. 5.Ketidakcukupan catatan akuntansi mengharuskan auditor memberikan pengecualian dalam memberikan pendapatnya 6.Pengendalian yang lemah dilokasi tertentu dapat menyebabkan pemeriksa mengarahkan upayanya ke lokasi tersebut. 4. Penilaian Risiko (X3) 1.Pemeriksaan harus melakukan diskusi dengan tim pemeriksa untuk berbagi pemahaman dari anggota tim yang lebih berpengalaman mengenai kemungkinan resiko kecurangan yang akan terjadi

2.Pemeriksa harus melakukan Tanya jawab spesifik kepada manajemen mengenai kecurangan atau kecurigaan terhadap

terjadinya kecurangan dalam instansi

1 - 5 Habi

Bullah,dkk (2015)

(17)

42 NO NAMA VARIABEL INDIKATOR SKALA LITERATUR SUMBER 3.Pemeriksa harus melakukan Tanya jawab dengan pihak lainnya didalam entitas yang bertugas di luar jalur tanggung jawab pelaporan keuangan

4.Pemeriksa harus

mengevaluasi apakah faktor-faktor risiko kecurangan mengidikasikan adanya insentif/ tekanan, kesempatan, serta rasionalisasi digunakan untuk membenarkan tindakan kecurangan 5.Pemeriksa harus mempertimbangkan faktor-faktor risiko kecurangan beserta informasi lainnya yang digunakan untuk mengukur risiko kecurangan 6.Pemeriksa harus

mengidentifikasi transaksi atau kejadian yang tidak biasa yang

mengidentifikasikan adanya salah saji material dalam laporan keuangan 7.Pemeriksa harus

mempertimbangkan semua informasi yang telah didapatkan dalam setiap pemeriksaan ketika

mengukur risiko kecurangan

(18)

3.2 Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi, dan Penentuan Sampel

3.2.1 Objek Penelitian dan Unit Sampel

Objek dalam penelitian ini adalah BPK ( Badan Pemeriksaan Keuangan ) RI Provinsi Jawa Tengah tahun 2015. Unit sampel adalah suatu elemen atau kelompok elemen yang menjadi dasar untuk dipilih sebagai sampel (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 1999:121). Elemen – elemen dalam unit sampel pada prosedur pemilihan pemilihan satu tahap sama dengan elemen-elemen dalam kerangka sampel. Unit sampel adalah suatu elemen atau sekelompok elemen yang menjadi dasar untuk dipilih sebagai sampel. Unit sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Auditor Eksternal yang bekerja di Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) RI Provinsi Jawa Tengah.

3.2.2 Populasi dan Penentuan Sampel

Populasi (populatio) adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Anggota populasi disebut dengan elemen populasi (population element) masalah populasi timbul terutama pada penelitian opini yang menggunakan metode survei sebagai teknik pengumpulan data. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Auditor Eksternal yang ada di Kota Semarang Tahun 2015.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi Sugiyono (2016). Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik

(19)

44

pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan pertimbangan tertentu dari peneliti. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Auditor yang bekerja pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Jawa Tengah

2. Auditor yang sudah pernah melakukan fungsi pemeriksaan 3. Auditor yang bersedia mengisi kuesioner penelitian

3.3 Jenis Dan Sumber Data

3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah primer. Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung (melalui perantara). Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data primer dapat berupa opini subyek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atua kegiatan, dan hasil pengujian. Peneliti dengan data primer dapat mengumpulkan data sesuai dengan yang diinginkan, karena data yang tidak relevan dengan tujuan penelitian dapat dieliminasi atau setidaknya dikurangi (Indrianto & Supomo, 1999). 3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner. Objek yang digunakan merupakan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) RI Jawa Tengah selama periode pengamatan secara konsisten yang telah dipilih sebagai sampel penelitian. Tujuan penelitian ini adalah meneliti

(20)

pengaruh variabel eksogen, yaitu kompleksitas audit, lingkup audit, dan penilaian risiko terhadap kecurangan laporan keuangan.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Survei kuesioner merupakan survei dengan menggunakan kuesioner penelitian. Kuesioner adalah satu set pertanyaan yang tersusun secara sistematis dan standar sehingga pertanyaan yang sama dapat diajukkan kepada setiap responden. Kuisioner merupakan alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono 2014:142).

3.5. Metode Analisis

Analisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan model PLS. Penelitian ini menggunakan model evaluasi PLS dengan menilai outer model dan inner model. Evaluasi model pengukuran atau outer model dilakukan untuk menilai validitas dan reliabilitas model. Outer model dengan indikator refleksi dievaluasi melalui validitas convergent dan discriminant dari indikator pembentuk konstruk laten dan composite reliability serta cronbach alpha untuk blok indikatornya. Sedangkan outer model dengan indikator formatif dievaluasi melalui substantive content-nya yaitu dengan membandingkan besarnya relative weight dan

(21)

46

melihat signifikansi dari indikator konstruk tersebut (Chin, 1998 dalam Latan & Ghozali, 2012).

Evaluasi model struktural atau inner model bertujuan untuk memprediksi hubungan antar variabel laten. Inner model dievaluasi dengan melihat besarannya presentasi variance yang dijelaskan yaitu dengan melihat nilai R-Square untuk

konstruk laten endogen, Stone Geisser (Geisser 1975; Stone 1974 dalam Latan & Ghozali, 2012) test untuk menguji predictive relevance, dan average variance extracted (Fornell dan Larcker 1981 dalam Latan & Ghozali, 2012) untuk predictivennes dengan menggunakan prosedur resampling seperti jackingnifing dan bootstapping untuk memperoleh stabilitas dari estimasi.

3.6. Model Pengukuran (Outer Model)

Cara yang sering digunakan oleh peneliti di bidang SEM untuk melakukan pengukuran model melalui analisis faktor konfimatori adalah dengan mengunakan pendekatan MTMM (MultiTrait-MultiMethod) dengan menguji Validitas convergent dan discriminant (Campbell dan Fiske, 1959 dalam Latan & Ghozali, 2012).

3.6.1. Validitas Convergent

Validitas convergent behubungan dengan prinsip bahwa pengukuran- pengukuran (manifest variabel) dari suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi. Uji validitas convergent indikator refleksi dengan progam SmartPLS dapat dilihat dari nilai loading factor untuk tiap indikator konstruk. Rule of thumb yang biasanya

(22)

digunakan untuk menilai validitas convergent yaitu nilai loading factor harus lebih dari 0.7. Untuk penelitian yang bersifat confirmatory dan niali loading faktor antara 0.6 – 0.7 untuk penelitian yang bersifat exploratory masih dapat diterima serta nilai average variance extracted (AVG) harus lebih dari 0.5. Namun demikian untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran, nilai loading faktor 0.5 – 0.6 masih dianggap cukup (Chin, 1998 dalam Latan & Ghozali, 2012).

3.6.2. Validitas Discriminant

Validitas discriminant berhubungan dengan prinsip bahwa pengukuran- pengukuran (manifest variabel) konstruk yang berbeda seharusnya tidak berkorelasi dengan tinggi. Cara menguji validitas discriminant dengan indikator refleksif yaitu dengan melihat nilai cross loading untuk setiap variabel harus >0.70. Cara lain yang dapat digunakan untuk menguji validitas discriminant adalah dengan membandingkan akar kuadrat dari AVE untuk setiap konstruk dengan nilai korelasi antar konstruk dalam model. Validitas discriminant yang baik ditunjukan dari akar kuadrat dari AVE untuk tiap konstruk lebih besar dari korelasi antar konstruk dalam model (Fornell & Larcker, 1981 dalam Latan & Ghozali, 2012).

3.6.3. Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk membutikan akurasi, konsistensi dan ketepatan instrumen dalam mengukur konstruk. Dalam PLS-SEM dengan menggunakan software statistik SmartPLS , untuk mengukur reliabilitas suatu konstruk dengan indikator reflektif dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan Cronbach’s Alpha

(23)

48

dan Composite reliability sering disebut Dillon-Goldstein’s. Namun demikian penggunaan Cronbach’s Alpha untuk menguji reliabilitas konstruk akan memberikan nilai yang lebih rendah (under estimate) sehingga lebih disarankan untuk menggunakan Composite Realiability dalam menguji reliabilitas suatu konstruk. Rule of Thumb yang biasanya digunkana untuk menilai reliabilitas konstruk yaitu nilai Composite Reliability harus lebih dari 0.7 Untuk penelitian yang bersifat confirmator dan nilai 0.6 – 0.7 masih dapat diterima untuk penelitian yang bersifat exploratory (Latan & Ghozali, 2012)

3.7. Model Struktural (Inner Model)

Dalam menilai model struktural dengan model PLS, kita mulai melihat dari nilai R-Squares untuk setiap variabel laten endogen sebagai kekuatan prediksi dari model struktural. Interpretasinya sama dengan interpretasi pada OLS regresi. Perubahan nilai R-Squares dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel laten eksogen tertentu terhadap variabel endogen apakah mempunyai pengaruh yang substantive. Nilai R-Squaresn 0.75, 0.50. dan 0.25 dapat disimpulkan bahwa model kuat, moderate dan lemah. Hasil dari PLS R-Squares merepresentasikan jumlah variance dari konstruk yang dijelaskan oleh model.

3.8. Model Pengukuran Dan Model Struktural

Analisis PLS-SEM biasanya terdiri dari dua sub model yaitum model pengukuran pengukuran (measurement model) atau sering disebut outer model dan model struktural (struktural model) atau sering disebut inner mode. Model pengukuran

(24)

menunjukan bagaimana variabel manifest atau observed variabel merepresentasikan variabel laten untuk diukur. Sedangkan model struktural menunjukkan kekuatan estimasi atar variabel laten atau konstruk.

3.8.1.Outer Model

Model pengukuran atau outer Model menunjukan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya. Persamaan untuk outer model reflective dapat ditulis sebagai berikut

X = Λ X



Y = Λy  

Keterangan x dan y adalah indikator atau manifest variabel laten eksogen (ζ) dan endogen (η), sedangkan Λx dan Λy merupakan matrik loading yang menggambarkan koefesien regresi sederhana yang menghubungkan variabel laten dengan indikatornya. Residual yang diukur dengan εx dan εy dapat diiterprestasikan sebagai kesalahan pengukuran (measurement error).

3.8.2. Inner Model

Inner model menunjukan hubungan atau kekuatan estimasi antar variabel laten atau konstrak berdasarkan pada substantive theory. Persamaan Inner model dapat ditulis sebagai berikut:

 0    

(25)

50

Keterangan η adalah vektor konstruk endogen ξ adalah vektor konstruk eksogen

ζ adalah vektor variabel residual

Karena pada dasarnya PLS didesain untuk model recursive (model yang mempunyai satu arah kausalitas), maka hubungan antara variabel laten eksogen terhadap setiap variabel laten endogen sering disebut dengan causal chain system.

3.8.3. Weight Relation

Bagaimanapun outer dan inner model memberikan spesifikasi yang diikuti dalam estimasi alogritma PLS. Kita membutuhkan definisi weight relation untuk melengkapinya. Nilai kasus setiap variabel laten diestimasi dalam PLS sebagai berikut:

ζb=

kbWkb

ηi =

ki Wki

Keterangan wkb dan wki adalah k weight yang digunakan untuk memberikan

estimasi variabel laten ζb dan ηi. Estimasi variabel laten adalah linier agregat dari

indikator yang nilai weightnya diperoleh dengan prosedur estimasi PLS seperti dispesifikasi oleh inner dan outer model η adalah vektor variabel laten endogen (dependen) dan ξ adalah vektor variabel eksogen (independent), ζ adalah vektor variabel residual dan β serta  adalah matrik koefesien jalur (path coefecinet).

Referensi

Dokumen terkait

Kada računalo pomoću ugrađene programske logike zaključi da je gradijent pada tlaka već i od podešenog, ono preko elektromagnetskih ventila (1) pokreće akciju

PT.  Pertamina  (Persero)  sebagai  salah  satu  Badan  Usaha  Milik  Negara  (BUMN)  tertua  di  Indonesia  memiliki  visi  “towards  a  better  life” 

Selain itu, feature merupakan suatu tulisan yang bersifat langsung, dapat mengabaikan 5W + 1H, menyajikan kebenaran, memiliki kekuatan imajinasi dan ketajaman

Pendidikan inklusi sebagai layanan pendidikan yang menerima anak disabilitas bersama dengan anak normal di sekolah biasa dalam perjalannya masih banyak mengalami hambatan,

Namun sistem yang ada pada perusahaan ini sangatlah rumit oleh karena itu hanya karyawan tertentu yang dapat mengakses system aplikasi ini, dimana ketika sparepart masuk ke gudang

(Ko-Promotor II). Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini berkaitan dengan metafora alat-alat seksual, aktivitas seksual, dampak dari

Bagi sebagian besar masyarakat yang tergolong keluarga fakir miskin rumah hanyalah sebagai stasiun atau tempat singgah keluarga tanpa memperhitungkan kelayakannya

Menurut Edwin (2002) menyatakan bahwa koloni yang terdapat dalam kefir grains mampu memproduksi beberapa vitamin yang sangat diperlukan tubuh seperti asam