PESANTREN MAHASISWA PUSAT MA’HAD AL JAMI’AH UIN SUNAN
AMPEL SURABAYA”
SKRIPSI
Oleh:
NELUD DARAJAATUL ALIYAH NIM. D01212051
SKRIPSI
Oleh :
Nelud Darajaatul Aliyah NIM. D01212051
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PESANTREN MAHASISWA PUSAT MA’HAD AL JAMI’AH UIN SUNAN AMPEL SURABAYA”
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Progam Sarjana Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh :
NELUD DARAJAATUL ALIYAH NIM: D01212051
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Pusat Ma‟had Al Jami‟ah UIN Sunan Ampel Surabaya” Dosen pembimbing: Dr. Ahmad Yusam Thobroni, M.Ag.
Kata kunci: Pembelajaran Intensif Al Qur‟an, Peningkatan Kualitas Bacaan
Mengingat pentingnya Al Qur‟an bagi kehidupan manusia sebagai pedoman hidup, dirasa penting dan wajib bagi setiap umat islam mengupayakan dirinya untuk memperbaiki seluk beluk keilmuannya terutama dalam segi bacaan. Kehawatiran pada perkembangan pengetahuan agama dalam bidang qur‟ani di tengah metropolitan Kota Surabaya dan Perubahan IAIN menjadi UIN secara tidak langsung menggerus nilai keislaman yang terbangun sejak lama dengan cepat, oleh sebab itulah pesantren mahasiswa didirikan. Dalam pesantren, pembelajaran intensif al Qur‟an diadakan dengan tujuan agar dapat membentuk kemampuan membaca secara benar (fasih) dalam ucapan setiap hurufnya dan baik dalam bacaan persambungannya
Melalui skripsi ini, penulis berusaha meneliti lebih dalam terkait Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana pembelajaran intensif Al Qur‟an, bagaimana peningkatan kualitas bacaan Al Qur‟an santri baru, dan bagaimana efektivitas pembelajaran intensif al qur‟an dalam meningkatkan kualitas bacaan Al Qur‟an santri baru.
Dalam menjawab pertanyaan tersebut, peneliti menggunakan penelitian jenis
mixed method (metode campuran). Sesuai dengan masalah tersebut, data kuan
digunakan berupa hasil observasi, dokumentasi, wawancara, angket dan tes untuk menganalisis data kualitatif. Adapun Data kuantitatif diperoleh dari hasil penyebaran angket mengukur variabel X (Pembelajaran Intensif Al Qur‟an) dan variabel Y (Peningkatan kualitas bacaan Al Qur‟an santri baru), dan diproses dengan statistik sederhana dan statistik regresi linear untuk mengetahui bagaimana tingkat efektivitas pembelajaran dalam meningkatakan kualitas bacaan al qur‟an santri baru.
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
MOTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat penelitian ... 9
E. Penelitian Terdahulu ... 10
F. Batasan Masalah ... 11
G. Hipotesis Penelitian ... 12
H. Definisi Operasional ... 13
I. Sistematika Penulisan ... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Efektivitas Pembelajaran Intensif Al Qur‟an ... 18
1. Pengertian Peningkatan Kualitas Bacaan Al Qur‟an ... 33
2. Indikator kemampuan Membaca Al Qur‟an ... 35
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Bacaan Al Qur‟an ... 38
C. Tinjauan tentang Efektivitas Pembelajaran Intensif Al Qur‟an dalam Meningkatkan Kualitas Bacaan Al Qur‟an Santri Baru di Pesantren Mahasiswa Pusat Ma‟had Al Jam‟ah UIN Sunan Ampel Surabaya ... 45
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan penelitian ... 46
1. Tempat dan Waktu Penelian ... 47
B. Variable Penelitian ... 48
C. Populasi, Sampel dan teknik Sampling ... 49
D. Konsep dan Sumber Data ... 50
E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 52
1. Uji Instrumen ... 58
F. Teknik Analisis Data ... 62
1. Teknik Analisis Statistik ... 62
2. Uji Persyaratan ... 63
BAB IV DATA TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Obyek Penelitian ... 67
1. Profil Pusat Ma‟had Al Jami‟ah UIN Sunan Ampel Surabaya ... 67
a. Latar Belakang ... 67
b. Landasan Hukum ... 69
c. Visi ... 70
d. Misi ... 70
e. Tujuan ... 71
f. Kedudukan ... 71
g. Tugas ... 72
m. Kegiatan ... 75
2. Pembelajaran Intensif Al Qur’an di Pesantren Mahasiswa Pusat Ma’had Al Jami’ah UIN Sunan Ampel Surabaya.
a. Selayang Pandang Tentang Pesantren Mahasiswa Pusat Ma‟had Al Jami‟ah UIN Sunan Ampel Surabaya. ... 78
B. DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
1. Proses pembelajaran Intensif Al Qur‟an Pesantren Mahasiswa Pusat Ma‟had Al Jami‟ah UIN Sunan Ampel Surabaya. ... 84 2. Kualitas Bacaan Al Qur‟an Santri baru di Pesantren Mahasiswa Pusat
Ma‟had Al Jami‟ah UIN Sunan Ampel Surabaya ... 106 3. Efektivitas Pembelajaran Intensif Al Qur‟an dalam Meningkatkan Kualitas
Bacaan Al Qur‟an Santri Baru di Pesantren Mahasiswa Pusat Ma‟had Al Jami‟ah UIN Sunan AmpelSurabaya ... 117 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 122
B. Saran ... 122
DAFTAR PUSTAKA
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam yang kita anut dan dianut oleh ratusan juta orang
diberbagai belahan dunia, merupakan pedoman hidup (way of life) yang
menjamin kebahagiaan hidup pemeluknya di dunia dan di akhirat kelak. Ia
(agama Islam) mempunyai satu sendi yang esensial yang berfungsi memberi
petunjuk, Kesenangan dan Keindahan pada jalan yang sebaik-baiknya yaitu Al
Qur‟an al Karim.1
Bagi seorang yang beriman Kitab Suci Al-Qur'an akan melebihi
segalanya, denyut keimanan, kenangan di saat mengalami kegembiraan dan
penderitaan, sumber realitas ilmiah yang tepat, gaya lirik yang indah,
khazanah kebijaksanaan serta munajat. Sebagaimana firman Allah dalam QS.
Al Isra‟ ayat 9.
َ نِإ
َ
اَذَ
َ
ََنَآْرُقْلا
َ
يِدْهَ ي
ََِل
َِت ل
َ
ََيِ
َ
َُمَوْ قَأ
َ
َُرِّشَبُ يَو
َ
ََيِنِمْؤُمْلا
َ
ََنيِذ لا
َ
ََنوُلَمْعَ ي
َ
َِتاَِِا صلا
َ
َ نَأ
َ
َْمََُ
َ
اًرْجَأ
َ
اًرِبَك
.
“Sesungguhnya al Qur’an in memberikan petunjuk kepada jalan yang
lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min
yang mengerjakan ama saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”.
Al Qur‟an secara etimologi diambil dari kata ًَنَأْرُ قَو
-
ًَةَءاَرِق
-
َُأَرْقَ ي
-
ََأَرَ ق
yangberarti sesuatu yang dibaca (
َُءْوُرْقَما
)َ. Jadi, arti al Qur‟an secara lughawi adalah
sesuatu yang dibaca. Berarti menganjurkan kepada kepada umat agar
membaca Al Qur‟an, tidak hanya dijadikan hiasan rumah saja. Atau
pengertian Al Qur‟an sama dengan bentuk mashdar (bentuk kata benda),
yakni
ةءارقلا
yang berari menghimpun dan mengumpulkan (عمجاوَمضلا
).Seolah-olah Al Qur‟an menghimpun beberapa huruf, kata, dan kalimat suatu dengan
yang lain secara tertib sehingga tersusun rapi dan benar.2 Oleh karena itu, Al Qur‟an harus dibaca dengan benar sesuai dengan makhraj (tempat keluarnya
huruf) dan sifat-sifat hurufnya, dipahami, dihayati, dan diresapi makna-makna
yang terkandung di dalamnya kemudian diamalkan. Berdasarkan hadits nabi:
اَنَ ث دَح
َ
َُجا جَح
َ
َُنْب
َ
َ لاَهْ نِم
َ
اَنَ ث دَح
َ
َُةَبْعُش
َ
ََلاَق
َ
َِنَرَ بْخَأ
َ
َُةَمَقْلَع
َ
َُنْب
َ
َ دَثْرَم
َ
َُتْعََِ
َ
ََدْعَس
َ
ََنْبَ
ََةَدْيَ بُع
َ
َْنَع
َ
َِبَأ
َ
َِدْبَع
َ
َِنَْْ رلا
َ
َِّىِمَلُسلا
َ
َْنَع
َ
ََناَمْثُع
َ
-َ
ىضر
َ
ه
َ
هنع
-َِنَع
َ
َِِّب نلا
-ىلص
َ
ه
َ
هيلع
َ
ملسو
-َ
ََلاَق
َ
ََم لَعَوََنَأْرُقلاََم لَعَ تَْنَمَْمُكُرْ يَخ
َُه
3َ
“Sebaik-baiknya kamu adalah yang mempelajari al Qur’an dan mengamalkannya”
Secara terminology Al Qur‟ann, menurut ulama‟ ushul fiqh adalah :
ََك
ََل
َُمَ
َِه
ََ
ُ
ما
َْعَِج
َُزَ
َ
ُ
ماََ ن
َ زَُل
َََعَ
َل
ََخَى
َِِتا
َ
ََلا
َْنَِبََي
َِءا
َََو
َ
ُ
ماَْر
ََسَِل
ََْي
ََِبََو
َِسا
ََطَِة
ََ
ََلا
َِم
َِْي
َ
َِج
َِْبَْي
ََلَ
ََعََلَْي
َِهَ
َ سلا
ََل
َ
َ
ماَم
َْك
َُ تَْو
َِب
َََعَ
َل
َ
َ
ماَى
ََص
َِحا
َِف
ََ
َ
ماَْ ن
َُقَْو
َِل
ََِإََل
َْ يََن
َِبَا
َ تلََو
َِتاَِر
َ
َُد بَعَ تُما
َِبَُءْوُدْبَماَِهِتَوَلِتِب
َُسَْو
ََرَِةَ
ََفلا
ََِتا
َِةَ
َ
ُ
ما
َْخََ ت
ََتَِم
ََِب
َُسَْو
ََرَِةَ
َ نلا
َِسا
“Al Qur’an adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat (sesuatu yang luar buasa yang melemahkan lawan ) diturunkan kepada penghulu para nabi dan rasul (yaitu nabi Muhammad SAW) melalui malaikat Jibril yang tertulis pada mushaf, yang diriwayatkan kepada kita secara mutawatir,
2 Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag, Praktikum Qira’at, (Jakarta: Amzah, 2011),cet.1. h. 1 3
dinilai ibadah membacanya, yang dimulai dengan surat Al Fatihah dan
diakhiri dengan Surat An Nas.4
Pada pengertian lain menarik untuk dikutib juga dalam bukunya M.
Qurasy Shihab, bahwa Al-Qur‟an yang secara harfiah berarti “bacaan
sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat karena
tiada satu bacaanpun sejak manusia mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang
lalu yang menandingi al Qur‟an al karim, bacaan sempurna lagi mulia.5 Sedangkan secara istilah Al Qur‟an merupakan kitab suci yang
diturunkan oleh Allah SWT, kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai
mu‟jizat dan salah satu rahmat yang tiada tara bagi alam semesta. Yang
kemudian diteruskan kepada kita secara mutawatir. Allah menurunkan
kitab-kitab-Nya yang kekal yaitu al Qur‟an agar dibaca oleh lidah-lidah manusia,
didengarkan oleh telinga mereka dan menjadi ketenangan bagi hati mereka
pula.6
Iqra’ bi Ismi Rabbika, bacalah dengan nama Tuhanmu, inilah kalimat
pertama Al Qur‟an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad, ketika beliau
dalam keadaan menyendiri di suatu tempat di luar kota Makkah, yaitu di gua
Hira‟.7 Iqra’ terambil dari akar kata yang berarti “menghimpun”
, sehingga
tidak selalu harus diartikan “membaca teks tertulis dengan aksara tertentu”.
Dari “menghimpun” lahirlah aneka ragam makna, seperti menyampaikan,
4 Ash Shabuni, At Tibyaan fi Uluum al Qur’an , (tp.‟Alam Al Kutub), h. 8 5 M. Qurasy Shihab, Wawasan Al Qur’an, (Bandung :Mizan, 1996), h. 3
menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu dan membaca, baik
teks tertulis atau tidak.
Pengulangan perintah membaca dalam wahyu pertama ini, bukan
sekedar menunjukkan bahwa kecakapan membaca tidak diperoleh kecuali
mengulang-ulangi bacaan, atau membaca hendaknya dilakukan sampai batas
maksimal kemampuan. Dan sesungguhnya al Qur‟an itu mudah untuk
dipelajari. Sebagaimana firmannya dalam QS. Al Qamar ayat 17
َ رِك دُمَنِمَْلَهَ فَِرْكِّذلِلََنآْرُقْلاََنْر سَيَْدَقَلَو
“
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”Apa yang diterangkan di dalam al Qur‟an tentunya tidak bisa
diragukan lagi. Sebuah kemudahan dalam belajar tidak terlepas dari usaha
atau ikhtiyar yang harus ditempuh terlebih dahulu. Dalam al Qur‟an memang
telah disebutkan tentang mudahnya al Qur‟an untuk dipelajari, tapi juga ada
ayat perintah bagaimana kita mempelajarinya. Sebagaimana friman Allah
dalam QS. Al Muzammil ayat 4:
َِلِّتَرَو
َ
ََنَآْرُقْلا
َ
ًَليِتْرَ ت
“Dan bacalah al Qur’an dengan setartil-tartilnya”
Tartil disini juga diartikan, bahwa membaca al qur‟an itu harus
disertai dengan Tajwidu al Qur’an. Tajwidu al Qur’an, yaitu suatu disiplin
ilmu yang mempunyai kaidah-kaidah tertentu yang harus dijadikan pedoman
menggunakan tajwid adalah suatu kerusakan yang membawa kesalahan yang
bersifat jally maupun khafiy. Tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa
mengulang-ulangi bacaan Bi Ismi Rabbika (demi karena Allah) akan
menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru. Oleh karena itulah,
pentingnya pengulangan bacaan dalam pembelajaran Al Qur‟an sangat
dibutuhkan.8
Mengingat pentingnya al Qur‟an bagi kehidupan manusia khususnya
umat islam yang menjadikan kalam Allah ini sebagai pedoman berkehidupan
sehari-hari, bahwa umat Islam agar selalu berupaya meningkatkan
kemampuan baca tulis al Qur‟an dalam rangka peningkatan penghayatan dan
pengalaman al Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari, utamanya bagi mereka
yang menimbah ilmu di sebuah pesantren.9
Keberagaman ilmu yang diajarkan di pesantren bukan hanya
bersumber dari kitab-kitab kuning karya ulama‟-ulama‟ salaf yang mengkaji
tata cara beribadah, berkehidupan antar sesama manuisa dan makhluk yang
lainnya saja, meskipun sumber dan dasar pemikirannya berasal dari isi al
Qur‟an maupun al Hadits. Namun juga diajarkan bagaimana mengkaji kalam
Allah yang paling dasar yaitu membaca ayat-ayat al Qur‟an dengan benar
sesuai dengan kaidah-kaidah yang mudah difahami. 10
8 M. Qurasy Shihab, Wawasan Al Qur’an, loc.cit.5 -6 9
Supardi, Jurnal Penelitian Keislaman, (Mataram : Lemlit STAIN Mataram, 2004), h. 98
10
Menghadapi tantangan di tengah perkotaan bagi lembaga pendidikan
yang berbasis islami di masa sekarang dan kedepan merupakan hal yang
cukup menantang. Hal tersebut menjadi catatan bagi UIN Sunan Ampel
Surabaya untuk mengawal proses pendidikan yang melahirkan didikan yang
memiliki integritas dan moralitas tinggi.
Terlebih Surabaya, kota Metropolis provinsi Jawa Timur dengan
keanekaragaman model, budaya-budaya masyarakat yang bersifat
individualis. Kedatangan mahasiswa dari penjuru daerah dengan beragam
latar belakang pendidikan yang rentan untuk hanyut dalam budaya di kota
besar, menjadi salah satu faktor yang dianggap urgen untuk dibahas dan
kecemasan tersendiri bagi para founding farther, dan faktor utama pentingnya
kampus IAIN Sunan Ampel Surabaya dalam mendirikan Pesantren
Mahasiswa.
Dalam pesantren, pembelajaran intensif al Qur‟an diadakan dengan
tujuan agar dapat membentuk kemampuan membaca secara benar (fasih)
dalam ucapan setiap hurufnya (makhraj) dan baik (jaudah) dalam bacaan
persambungannya. 11
Pondok Pesantren Mahasiswa Pusat Ma‟had al Jami‟ah adalah salah
satu dari sekian pondok pesantren yang dihuni oleh ratusan mahasiswa yang
nyanti dari berbagai keberbedaan, baik latar belakang pendidikan, asal
11
Drs. H. Rohadi Abdul Fatah, M. Ag, dkk, Rekontruksi Pesantren Masa Depan,
daerah, strata sosial juga background pendidikan, yang bernotabenekan
umum dan pesantren yang berada di tengah-tengah kampus UIN Sunan
Ampel Surabaya.
Pesantren mahasiswa ini berusaha mempertahankan tradisi sejarah,
yaitu mengupayakan tenaga-tenaga agama (santri/mahasantri)12 agar mampu membawa perubahan kondisi, situasi, dan trasdisi masyarakat di tengah hiruk
pikuk kehidupan kota dengan berbagai perubahan budaya yang identik
dengan kebaratan, yang lebih baik khusunya dalam bidang bacaan al Qur‟an,
karena itulah, maka dilaksanakanlah pembelajaran intensif al Qur‟an.
Pembelajaran yang telah dilaksanakan sejak didirikannya gedung
rusunawa (Rumah Susun Mahasiswa) yang diresmikan pada tahun 2009 ini
berjalan dengan didampingi berbagai masalah. Masalah yang timbul berasal
dari berbagi sumber dan faktor yang mempengaruhi. Baik dari peserta didik
(mahasantri) maupun tenaga pengajarnya (Muwajjih/Muwajjihah13).
Masalah yang timbul bisa dikategorikan dalam segi faktor internal dan
eksternal. Faktor internal, Khususnya bagi mahsantri yang masih
setengah-setengah dalam megikuti kegiatan tersebut, baik karena Padatnya kegiatan
dan tugas kampus, serta kurangnya motivasi yang besifat internal maupun
ekstrenal menjadikan santri malas dalam mengikuti kegiatan tersebut. Dan
12
Mahasantri adalah sebutan bagi santri tingkat mahasiswa yang tinggal di pesantren
Mahasiswa Pusat Ma‟had al Jami‟ah UIN Sunan Ampel Surabaya.
13
Faktor eksternal, yang timbul dari tenaga pengajarnya yang kadang dirasa
kurang profesional dalam pembelajaran.
Keterlibatan penulis sebagai tenaga pengajar dalam pembelajaran
Intensif al Qur‟am kurang lebih dua tahun dengan memperhatikan urgensi
intensif al Qur‟an baik untuk kepentingan baru maupun kondisi
pengembangan baca-tulis al Qur‟an yang berlangsung di Pesantren
Mahasiswa Pusat ma‟had al Jami‟ah UIN Sunan Ampel Surabaya, Penulis
terdorong untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui keefektifan
pembelajaran intensif al Qur‟an yang berlangsung dan menyusun skripsi
dengan judul:
“Efektivitas Pembelajaran Intensif Al Qur’an dalam
Meningkatkan Kualitas Bacaan al Qur’an Santri Baru di Pesantren
Mahasiswa Pusat Ma’had al Jami’ah Surabaya”
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pembelajaran intensif al Qur‟an di pesantren mahasiswa Pusat
Ma‟had al Jami‟ah UIN Sunan Ampel Surabaya?
2. Bagaimana kualitas bacaan al Qur‟an santri baru di pesantren mahasiswa
3. Bagaimana tingkat Efektivitas pembelajaran intensif al Qur‟an dalam
meningkatkan kualitas bacaan al Qur‟an santri baru di pesantren
mahasiswa Pusat Ma‟had al Jami‟ah UIN Sunan Ampel Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah yang telah penulis kemukakan diatas,
tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran intensif al Qur‟an di
pesantren mahasiswa Pusat Ma‟had al Jami‟ah UIN Sunan Ampel
Surabaya.
2. Untuk mengetahui bagaimana kualitas bacaan al Qur‟an santri baru di
pesantren mahasiswa Pusat Ma‟had al Jami‟ah UIN Sunan Ampel
Surabaya.
3. Bagaimana tingkat efektivitas pembelajaran intensif al Qur‟an dalam
meningkatkan kualitas bacaan al Qur‟an santri baru di pesantren
mahasiswa Pusat Ma‟had al Jami‟ah UIN Sunan Ampel Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis maupun
praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi Pesantren Mahasiswa Pusat Ma‟had al Jami‟ah UIN Sunan
khususnya untuk santri baru yang sebagian tidak lulusan dari pondok
pesantren, serta sebagai informasi tambahan bagi peneliti-peneliti berikutnya
mengenai peningkatan kualitas bacaan al Qur’an bagi santri baru di
Pesantren Mahasiswa Pusat Ma’had al Jami’ah UIN Sunan Ampel Surabaya,
sekaligus sebagai tawaran pemikiran untuk melahirkan teori baru dalam
pengembangan kopetensi akademik qur‟ani.
Adapun secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan masukan berharga bagi pengembang lembaga pendidikan, para ulama,
para pendidik, dan para tokoh masyarakat untuk melakukan penelitian lebih
mendalam.
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang “Efektivitas pembelajaran intensif al Qur‟an dalam
meningkatkan kualitas bacaan Al Qur‟an santri baru di Pesantren Mahasiswa
Pusat Ma‟had al Jami‟ah UIN Sunan Ampel Surabaya”, tidak pernah diteliti
sebelumnya, akan tetapi sudah ada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa
IAIN Sunan Ampel Surabaya (nama sebelum menjadi UIN Sunan Ampel
Surabaya) dengan judul yang hampir sama, yaitu
“Efektivitas Pembelajaran Intensif Al Qur’an dalam
Meningkatkan Kualitas Bacaan Santri Baru di Pondok Pesantren
Skripsi ini ditulis oleh Hadi, mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN
Sunan Ampel Surabaya tahun 2013. Dengan pendekatan penelitian kualitatif,
yang mana pada umumnya penelitian kualitatif bersifat subyektif.
Intinya dari skripsi ini adalah intensif pembelajaran al Qur‟an dalam
meningkatkan kualitas bacaan Al Qur‟an yang berlangsung di Pondok
Pesantren Mahasiswa Al Jihad Surabaya,akan berjalan dengan baik jika
didukung oleh beberapa hal, baik sarana-prasarana, motivasi belajar baik yang
internal maupun eksternal, lingkungan, profesionalisme guru, metode dan
minat santri itu sendiri.”
F. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang sudah
dipaparkan di atas. Penulis ingin memberikan batasan masalah dengan fungsi
sebagai penyempit obyek yang akan diteliti agar fokus dalam penelitian ini
tidak melebar luas. Dalam hal ini yang menjadi tolak ukur dalam pembatasan
masalah adalah keefektifan pembelajaran intensif al Qur'an dalam
meningkatkan kualitas bacaan al Qur‟an santri baru di pesantren mahasiswa
Pusat ma‟had al Jami‟ah UIN Sunan Ampel Surabaya, yang melingkupi
proses pembelajaran yang terdiri dari :
1. Pemelitian di laksanakan di pesantren putri
2. Cara pengklasifikasian kelas pembeleajaran santri baru.
4. Perbandingan hasil penilaian post-tes dan pre-tes.
G. Hipotesis Penelitian
Secara istilah hipotesis berasal dari bahaa Yunani yang mempunyai
dua kata yaitu “Hupo”(sementara) dan “thesis‟‟ (pernyataan atau teori).
Karena hipotesis merupakan pernyataan sementara yang masih lemah
kebenarannya, maka perlu diuji kebenarannya. Menurut para ahlli hipotesis
adalah dugaan terhadap hubungan anatar dua variabel atau lebih. Dengan
demikian yang dimaksud dengan hipotesis adalah dugaan semenatar yang
harus diuji kebenarannya.14
Suharsimi Arikunto memberikan pengertian bahwa hipotesis adalah
kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti15, tetapi harus dibuktikan
atau dites atau diuji kebenarannya. Hipotesis ini ada dua macam yaitu :
Hipotesis nol (Ho) yang menyatakan adanya persamaan atau tidak adanya
perbedaan antara dua kelompok atau lebih dan hipotesis kerja/alternatif (Ha)
yang menyatakan adanya hubungan antara variabel x dan variabel y atau
adanya perbedaan antara x dan y.
Berkaitan dengan ini penulis menggunakan hipotesis alternatif dan
hipotesis nol sebagai kesimpulan sementara , yaitu dengan rumusan sebagai
berikut :
14
Ir. Syofian Siregar, M.M, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta, tp, 2012),h. 38
1. Ha : Hipotesis kerja atau Hipotesis Alternatif
Yaitu hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel
X dan Y ( independent dan dependent variable ). Jadi hipotesis kerja
(Ha) dalam penelitian ini adalah :“ Terdapat efektivitas pembelajaran
intensif al Qur‟an dalam meningkatkan kualitas bacaan al Qur‟an santri
baru di Pesantren Mahasiswa Pusat Ma‟had Al Jami‟ah “.
2. Ho : Hipotesis Nol atau Hipotesis Nihil
Yaitu hipotesis yang mengatakan tidak ada pengaruh antara
variabel X dan Y (independent dan dependent variable). Jadi hipotesis
nihil ( Ho ) dalam penelitian ini adalah : “bahwa tidak ada efektivitas
pembelajaran intensif al Qur‟an dalam meningkatkan kualitas bacaan al
Qur‟an santri baru di Pesantren Mahasiswa Pusat Ma‟had Al Jami‟ah.“
H.Definisi operasional
Definisi operasional adalah hasil dari operasionalisasi, menurut Black
dan Champion untuk membuat definisi operasional adalah dengan memberi
makna pada suatu konstruk atau variabel dengan menetapkan “operasi” atau
kegiatan yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut.16
16
Untuk lebih jelas serta mempermudah pemahaman dan menghindari
kesalahpahaman, maka peneliti akan menegaskan definisi operasional
variabel-variabel penelitian ini sebagai berikut:
1. Definisi variabel X
Definisi operasional pada variabel X adalah pembelajaran Intensif
al Qur’andidefinisikan sebagai berikut:
Pembelajaran : proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar; 17
Intensif : secara sungguh-sungguh dan terus menerus dl
mengerjakan sesuatu hingga memperoleh hasil yg
optimal;.18
Al Qur’an : firman atau perkataan Allah SWT, yang Maha
berkuasa yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang kemudian dietreuskan
kepada kita sekarang secara mutawatir19
Jadi yang di maksud dengan pembelajaran Intensif al Qur’an
dalam penelitian ini adalah sesuatu proses belajar seseorang secara
sungguh-sungguh dan terus-menerus hingga memperoleh hasil yang
optimal terhadap al Qur‟an yang merupakan kalam Tuhan.
2. Definisi variabel Y
17
http://kbbi.web.id/pengaruh, diakses pada 10:18, Selasa,30 Juni 2015.
18
http://kbbi.web.id/gaul, diakses pada 10:20, Selasa,30 Juni 2015.
19
Definisi operasional dalam variabel Y adalah peningkatan kualitas
bacaan al Qur’an santri baru adalah sebagai berikut:
Peningkatan : 1. Proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha.
Kegiatan, dan sebagainya)
Kualitas : 1, tingkat baik buruknya sesuatu; kadar:; 2 derajat
atau taraf (kepandaian, kecakapan, dsb); mutu.20
Bacaan : 1. (buku dsb) yg dibaca:; 2 cara membaca, 3 Ling
penafsiran makna sebuah kalimat.21
Al Qur’an : firman atau perkataan Allah SWT, yang Maha
berkuasa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang kemudian dietreuskan kepada kita sekarang
secara mutawatir
Santri Baru : adalah sebutan bagi sejumlah anak yang baru
menempuh pendidikan informal dalam pondok
pesantren.
Jadi, yang dimaksud dengan peningkatan kualitas bacaan al
Qur’an santri baru adalah cara untuk meningkatkan kecakapan membaca
firman Allah oleh sejumlah anak baru yang menempuh pendidikan
informal di pondok pesantren.
20
http://kbbi.web.id/gaul, diakses pada 10:25, Selasa,30 Juni 2015
21
Oleh karena itu, dari definisi dua variabel di atas yang dimaksud
dengan pembelajaran intensif al Qur‟an dalam meningkatkan kualitas
bacaan al Qur‟an santri baru adalah sesuatu proses belajar yang dilakukan
dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus hingga memperoleh hasil
yang optimal terhadap al Qur‟an yang merupakan kalam Tuhan dengan
upaya untuk meningkatkan kecakapan membaca oleh sejumlah anak baru
yang menempuh pendidikan informal di Pesantren Mahasiswa Pusat
Ma‟had Al Jami‟ah UIN Sunan Ampel Surabaya.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari empat
pembahasan, sebagai berikut:
Bab pertama adalah Pendahuluan, di dalamnya berisi tentang: latar
belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, hipotesis penelitian, Kerangka konseptual/kerangka teori,
tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua menjelaskan kajian teori terdiri dari: A. Efektivitas dalam
pembelajaran B. Tinjauan Pembelajaran Intensif Al Qur‟an. C. Tinjauan
kualitas bacaan al Qur‟an. D. Tentang Efektivitas pembelajaran intensif al
Bab ketiga menguraikan tentang metodologi penelitian yang
meliputi:, jenis dan sumber data, Indentifikasi variabel, populasi dan sampel,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.
Bab keempat adalah laporan hasil penelitian dan analisis data yang
meliputi: gambaran umum obyek penelitian, deskripsi dan analisis data.
Bab kelima yakni Penutup, dalam bab ini terdiri atas kesimpulan,
saran-saran dan kata penutup.
Setelah pembahasan dari kelima bab tersebut maka pada bagian akhir
dari penelitian ini disertakan beberapa lampiran yang dianggap perlu. Hal ini
dimaksudkan untuk memperjelas dan menjadi rujukan dari inti pembahasan
18 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Tentang Efektivitas Pembelajaran Intensif Al Qur’an
1. Efektivitas dalam Pembelajaran
Pada dasarnya dalam proses belajar mengajar (PBM) itu terdiri
dari tiga komponen, yaitu pengajar (dosen, guru, instruktur, tutor, dan
ustadz), siswa (yang belajar), dan bahan ajar yang diberikan oleh
pengajar.
Peran pengajar sangat penting karena ia berfungsi sebagai
komunikator, begitu pula peran siswa yang berperan sebagai komunikan.
Bahan ajar yang diberikan oleh pengajar, merupakan pesan yang harus
dipelajari oleh siswa dan seterusnya diadopsi sebagai bekal siwa setelah
menyelesaikan studinya. Dengan demikian, makin banyak siswa terebut
melalakukan adopsi dari bahan ajar yang diberikan oleh pengajar, maka
makin banyak pula bekal yang ia pelajari selama ia berada di kampus1.
a. Pengertian Efektivitas
Proses belajar mengajar yang ada baik di sekolah dasar
maupun di sekolah menengah, bahkan di perguruan tinggi sudah
barang tentu mempunyai target bahan ajar yang harus dicapai oleh
setiap guru/pengajar, yang didasarkan pada kurikulum yang
1
berlaku pada saat itu. Kurikulum yang sekarang ada sudah jelas
berbeda dengan kurikulum zaman dulu, ini ditenggarai oleh sistem
pendidikan dan kebutuhan akan pengetahuan mengalami
perubahan sesuai dengan kebutuhan zaman. Bahan ajar yang
banyak terangkum dalam kurikulum tentunya harus disesuaikan
dengan waktu yang tersedia pada hari efektif yang ada pada tahun
ajaran tersebut. Namun terkadang materi yang ada dikurikum lebih
banyak daripada waktu yang tersedia. Ini sangat ironis sekali
dikarenakan semua mata pelajaran dituntut untuk bisa mencapai
target tersebut. Untuk itu perlu adanya strategi Efektivitas
pembelajaran.
Seraca singkat Efektivitas dapat diartikan dengan “berhasil
guna”,“tepat sasaran”, ketepatgunaan atau menunjang tujuan.2
Sedangkan Efektivitas secara Etimologi (bahasa) berasal dari
bahasa inggris yaitu Effective yang berarti berhasil, tepat atau
manjur.3
Secara ideal Efektivitas dapat dinyatakan dengan
ukuran-ukuran yang agak pasti, misalnya usaha X adalah 60% efektif
2
Pius A. Partanto, dan M. Dahlan al-Barri, Kamus Populer, (Yogyakarta: Arkola, 1994), h. 128.
3
dalam mencapai tujuan Y.4 Sebagai contoh, di kelas A guru mengajarkan materi tentang hukum alif lam (Syamsyiyah dan
al-Qamariyah) dengan metode ceramah dan di kelas B
mengajarkannya dengan metode drill. Setelah diadakan evaluasi,
ternyata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode drill
jauh lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan metode
ceramah. Rata-rata siswa yang diajarkan dengan metode drill
mendapatkan nilai 80, sedangakan metode ceramah mendapatkan
nilai 60. Dari contoh diatas, dapat disimpulkan bahwa guru dalam
mengajarkan materi hukum alif lam lebih efektif menggunakan
metode drill daripada memakai metode ceramah.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Efektivitas
sendiri diambil dari kata dasar efektif yang berarti mempunyai arti,
pengaruh atau akibat, manjur, berhasil guna atau dapat membawa
hasil.5 Selain itu, juga dalam Kamus Ilmiah Popular Indonesia dijelaskan bahwa Efektivitas berarti tepat sasaran (ada akibatnya,
pengaruhnya, dan kesannya).6
4
Hasan Shadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: PT Ikhtiar Baru Van Houve), 883. Lihat juga Wibowo, Manajemen Kinerja, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.13.
5
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h.374.
6
2. Pembelajaran Intensif Al Qur’an
a. Pengertian Pembelajaran Intensif Al Qur’an
Pembelajaran berasal dari kata belajar, berarti suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap,
dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan
aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.7 Sedangkan Intensif Al Qur‟an adalah kegiatan yang dilakukan secara
sungguh-sungguh dan terus menerus dalam mengerjakan sesuatu hingga
memperoleh hasil yang optimal dalam bidang qur‟ani.
Istilah Pembelajaran ini bermakna sebagai upaya untuk
memebelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai
upaya (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah
pencapaian tujuan yang telah direncanakan.8 Definisi ini sejalan dengan pendapat Degeng yang menyatakan bahwa Pembelajaran itu
merupakan “upaya untuk membelajarkan siswa”. Dalam pengertian
ini secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih,
menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil
pembelajaran yang intens dalam bidang qur‟ani. Pemilihan, penetapan
7
Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengaja,(Bandung: Sinar Baru, 1989), h. 5
8
dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran
yang ada. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakekat
perencanaan atau perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan
siswa yang dilakukan secara intens demi mendapatkan hasil yang
optimal.9
1) Dasar - dasar dan Tujuan Pembelajaran Al Qur’an
a) Dasar - dasar Pembelajaran10
Dasar manusia dalam menjalankan aktivitas pembelajaran
dapat dipandang dari tiga aspek, yaitu: Pertama Filosofis, yaitu
berdasarkan hakekat manusia. Kedua Religius, yaitu
berdasarkan kaidah-kaidah agama. Ketiga Yuridis, yaitu
berdasarkan hukum yang berlaku.
(1) Dasar Filosofis
Setiap manusia yang normal mempunyai sifat ingin tahu
yang merupakan potensi yang dibawa sejak lahir. Hal ini
merupakan pandangan kemanusiaan yang menyebutkan
bahwa manusia adalah animal edukandum (binatang yang
harus mendidik dan dididik). Maka dengan pendidikan inilah
manusia menuju pada humani (proses menuju manusia).
9
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif), (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007), 134.
10
(2) Dasar Religius
Dasar Religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran
agama, baik dari Al Qur‟an atau Hadits. Kegiatan belajar
mengajar dalam Islam sangat dianjurkan, bahkan merupakan
suatu kewajiban bagi setiap muslim untuk mempelajari dan
mengajarkan ilmu-ilmu agama. Allah SWT berfirman:
ِسِلااجامْلا ِِ اوُحسافا ت ْمُكال اليِق ااذِإ اوُاماآ انيِذلا ااه ياأ اَ
ُزُشْنااف اوُزُشْنا اليِق ااذِإاو ْمُكال َُا ِحاسْفا ي اوُحاسْفااف
َُا ِعافْرا ي او
انوُلامْعا ت ااِِ َُااو ٍتااجاراد امْلِعْلا اوُتوُأ انيِذلااو ْمُكِْم اوُاماآ انيِذلا
ريِباخ
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al
-Mujadalah/58 :11).11
Allah SWT. berfirman:
وُجْرا ياو اةارِخاْْا ُراذْاَ اًمِئااقاو اًدِجااس ِلْيللا اءاَاآ رتِنااق اوُ ْمِِراَِد
اْحار
ااَِإ انوُمالْعا ي ا انيِذلااو انوُمالْعا ي انيِذلا اِواوْساي ْلا ْلُق ِِِّار ا
ِباابْلاْْا وُلوُأ ُركاذاوا ي
11
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Indonesia, (Jakarta: Departemen
“(Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran. (Az –Zumar/39: 9)12
Rasulullah SAW. bersabda:
َ جام نِا اورُ ٍمِلْسُم ِّلُك ىالاع ر اضْيِراف ِمْلِعلْا ُبالاط
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam”. (HR. IbnuMajah).13
(3) Dasar Yuridis
Dasar yuridis ini adalah dasar yang bersumber pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pancasila adalah
sumber hukum. Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas
azas-azas yang termaktub dalam pancasila, undang-undang
dasar Republik Indonesia dan atas dasar kebudayaan bangsa
Indonesia. Oleh karena itu sebagai dasar ideal dalam
melakukan kegiatan belajar dan pengajaran adalah senantiasa
harus berdasarkan pancasila. Kemudian secara konstitusional
disebutkan dalam UUD ‟45 pasal 31 ayat 1, bahwa tiap-tiap
warga berhak mendapatkan pengajaran.14
12
Ibid,
13
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah (Kairo: Dar Al-Hadist, t.t), juz I: 220, 81.
b) Tujuan Pembelajaran Intensif Al Qur’an
Abdurrahman An-Nahlawi mengemukakan bahwa tujuan
jangka pendek dari pendidikan al-Qur‟an (termasuk di dalamnya
tujuan pembelajaran membaca al-Qur‟an) adalah mampu
membaca dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu
tajwid, memahami dengan baik dan menerapkannya. Di sini
terkandung segi ubudiyah dan ketaatan kepada Allah,
mengambil petunjuk dari kalam-Nya, taqwa kepada-Nya dan
tunduk kepada-Nya.15 Sedangkan tujuan pembelajaran membaca
al-Qur‟an menurut Mardiyo antara lain:
(1) Murid-murid dapat membaca kitab Allah dengan mantap,
baik dari segi ketepatan harakat, saktat (tempat-tempat
berhenti), membunyikan huruf-huruf dengan makhrajnya
dan persepsi maknanya.
(2) Murid-murid mengerti makna al-Qur‟an dan terkesan
dalam jiwanya.
(3) Murid-murid mampu menimbulkan rasa haru, khusuk dan
tenang jiwanya serta takut kepada Allah.
15
(4) Membiasakan murid-murid kemampuan membaca pada
mushaf dan memperkenalkan istilah-istilah yang tertulis
baik untuk waqaf, mad dan idghom.
Terkait bagaimana suatu proses pembelajran dikatakan
efektif, Hamalik mengatakan bahwa:16
“Pembelajaran dikatakan efektif jika memberikan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar. Dengan menyediakan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan siswa dapat mengembangkan potensinya dengan baik”.
Hal tersebut sejalan dengan Sutikno yang
mengemukakan:17
“Pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan”.
Dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
Pembelajaran dikatakan efektif itu apabila dalam proses
pembelajaran setiap elemen berfungsi secara keseluruhan,
peserta merasa senang, puas dengan hasil pembelajaran,
membawa kesan, sarana/fasilitas memadai, materi dan metode
affordable, guru profesional. Tinjauan utama Efektivitas
pembelajaran adalah outputnya, yaitu kompetensi siswa.
16
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 2002), 171.
17
2) Komponen-komponen Pembelajaran Intensif Al Qur’an
Untuk menciptakan proses belajar mengajar yang lebih
optimal, maka diperlukan komponen-komponen yang saling
mempengaruhi satu dengan yang lain, yaitu:18
a) Tujuan pembelajaran. Tujuan dalam proses belajar mengajar
merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan yang
berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran. Dalam tujuan
ini terhimpun sejumlah norma yang akan ditanamkan dalam anak
didik. Sehingga berhasil atau tidaknya tujuan pembelajaran dapat
diketahui dari penguasaan anak didik terhadap bahan yang
diberikan selama proses belajar mengajar berlangsung.
b) Bahan pelajaran (materi). Bahan pelajaran adalah substansi yang
akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Hendaknya
bahan pelajaran disesuaikan dengan kondisi tingkatan murid yang
akan menerima pelajaran.
c) Metode. Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar,
metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai
tujuan yang ingin dicapai.
18
d) Alat. Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran. Ada dua macam alat dalam
pembelajaran, yaitu alat material yang meliputi papan tulis,
gambar, video dan sebagainya serta alat non material berupa
perintah, larangan, nasehat dan lain-lain.
e) Evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana bahan
yang telah disampaikan kepada siswa dengan metode tertentu dan
sarana yang ada, dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
3) Metodologi Pembelajaran Intensif Al-Qur’an.
Selama ini ada beberapa metode pembelajaran yang bisa
mengantarkan seseorang dapat membaca al-Qur‟an. Metode-metode
tersebut antara lain:19
a) Metode meniru (Thariiqah Musyaafahah).
Yaitu metode pembelajaran membaca al-Qur‟an yang dimulai
dengan meniru atau mengikuti bacaan seorang guru sampai hafal.
Setelah itu diperkenalkan beberapa huruf beserta tanda baca dan
harakatnya dari kata-kata atau kalimat yang dibacanya itu.
b) Metode sinthetik (Thariiqah Tarkiibiyyah).
Yaitu metode pembelajaran membaca al-Qur‟an dimulai dari
mengenali huruf hijaiyah, yang dimulai huruf ا sampai dengan ى
19
baru diperkenalkan tanda baca atau harakat. Metode ini dapat
dijumpai dalam tuntunan membaca al-Qur‟an yang termuat dalam
“Turutan” atau biasa disebut cara “Baghdadiyyah”.
c) Metode mengenalkan cara membaca al-Qur‟an yang sesuai dengan
kaidah-kaidahnya.
Yaitu metode pembelajaran al-Qur‟an diawali dengan mengenalkan
huruf tanpa dieja. Dengan kata lain mengajarkan membaca
huruf-huruf atau kata-kata Arab yang sudah bersyakal dalam al-Qur‟an
sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Metode ini diperkenalkan oleh
metode Qiraati dan Iqra‟. Tujuan yang ingin dicapai Qiraati adalah
agar penggunanya dapat membaca dengan tartil.
d) Metode bunyi (Thariiqah Shautiyyah).
Metode ini tidak dimulai dengan memperkenalkan huruf-huruf
hijaiyah, tetapi memperkenalkan huruf-huruf hijaiyah, tetapi
memperkenalkan bunyi huruf-hurufnya yang sudah diharakati atau
bersyakal seperti A, BA, TA dan seterusnya. Ada juga yang
memaparkan contoh semisal “MA TA” (mim fathah, ta’ fathah) lalu
disertai gambar “mata”. Dari bunyi-bunyi huruf inilah nantinya
dirangkai dalam bentuk kalimat yang teratur. Metode ini biasanya
dipakai untuk mengantarkan seseorang agar dapat membaca
kalimat-kalimat dalam bahasa Arab. Ada pula yang bagian depannya
diperkenankan potongan-potongan ayat. Dalam metode ini ada kesan
agak sukar karena tidak dipersiapkan sejak awal untuk mengenal
al-Qur‟an meskipun juga bahasa Arab.
4) Ciri-ciri Pembelajaran yang Efektif
Menurut Harry Firman keefektifan program pembelajaran
ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :20
a) Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan
instruksional yang telah ditetapkan
b) Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa
secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional.
c) Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.
Berdasarkan ciri program pembelajaran efektif seperti yang
digambarkan diatas, keefektifan program pembelajaran tidak hanya
ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar saja, melainkan harus pula
ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang.
Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa
setelah mengikuti program pembelajaran yang mencakup kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek proses meliputi pengamatan
terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi
aktif, tingkat kesulitan padapenggunaan media, waktu serta teknik
20
pemecahan masalah yang ditempuh siswa dalam menghadapi kesulitan
pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aspek sarana
penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan bahan
serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar
seperti ruang kelas, laboratorium, media pembelajaran dan buku-buku
teks.
Dengan memperhatikan ciri dari pembelajaran yang efektif,
maka guru harus membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan
dan membuat siswa merasa nyaman dalam belajar.
Menurut pasal 7 UU 14/2005 tentang guru dan dosen
dijelaskan bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang
pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai
berikut:21
a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.
b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketaqwan, dan akhlaq mulia.
c) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang tugas.
d) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas.
e) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
21
f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi
kerja.
g) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
h) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan dan memiliki organisasi profesi yang
mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
keprofesionalan guru.
3. Efektivitas Pembelajaran Intensif Al Qur’an
Sebagaimana penjelasan diatas, bahwa “Efektivitas adalah taraf
tercapainya suatu tujuan yang telah ditentukan”. Sedangkan “Pembelajaran
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru mulai dari
perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak
lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif sehingga tingkah laku
siswa berubah kearah yang lebih baik untuk mencapai tujuan pengajaran
tertentu”. Dari sini maka dapat disimpulkan bahwa Efektivitas
pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar
siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas pembelajaran
merujuk pada berdaya dan berhasil guna seluruh komponen pembelajaran
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Efektivitas
pembelajaran intensif al Qur‟an adalah ukuran keberhasilan dari suatu
proses yang interatif antar siswa dengan guru (intens) dengan segala
persiapannya dan perencanaan pembelajaran yang optimal, dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan utama, yaitu kemampuan dalam bidang
qur‟ani.
B. Kajian Tentang Peningkatan Kualitas Membaca Al Qur’an Santri Baru
Kegiatan membaca menjadi suatu hal yang sangat penting dalam Al
Qur‟an, sampai-sampai ayat yang kali pertama diturunkan dalam sejarah
turunnya Al Qur‟an adalah perintah membaca yang tertuang dalam Surat Al
Alaq ayat 1. Dalam kaitannya dengan membaca Al Qur‟an, maka perlunya
suatu penjelasan singkat terkait dengan hal tersebut sehingga apa yang belum
jelas ataupun yang belum diketahui dapat dikaji lebih mendalam sebagaimana
dibawah ini.
1. Pengertian Peningkatan Kualitas Membaca Al Q ur’an
Peningkatan kualitas bacaan al Qur‟an secara definisi operasional
adalah cara untuk meningkatkan kecakapan membaca firman Allah.
Kualitas bisa diartikan dengan taraf kecakapan atau kemampuan.
Dalam KBBI WJS. Poerwadarminto, kemampuan memiliki kata
kemampuan memiliki arti kesanggupan, kecakapan dan kekuatan.22 Sedangkan membaca memiliki arti melihat tulisan dan mengerti atau
dapat melisankan apa yang tertulis itu. Membaca merupakan salah satu
aktivitas belajar.23
Hakikat membaca adalah suatu proses yang kompleks dan rumit
karena dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang bertujuan
untuk memahami arti atau makna yang ada dalam tulisan tersebut.
Wahyu pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw adalah
perintah membaca karena dengan membaca Allah mengajarkan tentang
suatu pengetahuan yang tidak diketahuinya. Dengan membaca manusia
akan mendapatkan wawasan tentang suatu ilmu pengetahuan yang akan
berguna bagi dirinya kelak.
Ditinjau dari segi kebahasaan, ada beberapa pendapat yang
mengartikan Al Q ur‟an antara lain :
Menurut pendapat para qurro, kata “Qur‟an” berasal dari kata
“qorooin” yang berarti “qorina”. Maksudnya bahwa ayat-ayat Al Qur‟an
yang satu dengan yang lainnya saling membenarkan. Dan menurut
pendapat yang termasyhur kata ”Qur‟an” berasal dari kata “qoroa” yang
22
WJS. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), h. 628
23
berarti “bacaan”.24
Pengertian ini diambil berdasarkan ayat. Al Q ur‟an
Surat Al-Qiyamah (75) ayat : 17-18 :
ُاعْاَ ااْ يالاع نِإ
ۥ
ُانااءْرُ قاو
ۥ
٧١
انْأارا ق ااذِإاف
اف ُ
ٱ
ُانااءْرُ ق ْعِبت
ۥ
٧١
“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.”
Sedangkan pengertian Al Qur‟an menurut istilah, antara lain yaitu
Al Qur‟an adalah wahyu Allah Swt yang dibukukan, yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad Saw sebagai suatu mukjizat, membacanya
dianggap ibadah sumber utama ajaran islam.25
Menurut Imam Jalaluddin Asy-Syuyuti, beliau memberikan
pengertian Al-Quran adalah kalamullah/firman Allah diturunkan kepada
Nabi Muhammad untuk melemahkan orang-orang yang menentangnya
sekalipun dengan surat yang terpendek, membacanya termasuk ibadah.
Dari dua definisi mengenai Al Qur‟an diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa Al-Quran adalah kalam Allah yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad Saw melalui Malaikat Jibril yang merupakan
mukjizat, membaca dan mempelajarinya adalah bernilai ibadah.
24
Moh. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Quran, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1991), h.1
25
2. Indikator Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Indikator-indikator kemampuan membaca Al-Qur‟an dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Kelancaran membaca Al-Qur‟an. Lancar ialah kencang (tidak
terputus-putus, tidak tersangkutsangkut, cepat dan fasih).26Yang dimaksud penulis dengan lancar adalah membaca Al-Qur‟an dengan
fasih dan tidak terputus-putus.
b. Ketepatan Membaca Al-Qur‟an sesuai dengan kaidah tajwid. Ilmu
tajwid adalah mengucapkan setiap huruf (Al-Qur‟an) sesuai dengan
makhrajnya menurut sifat-sifat huruf yang seharusnya di ucapkan.27 Ilmu tajwid berguna untuk memelihara bacaan Al-Qur‟an dari
kesalahan perubahan serta memelihara lisan dari kesalahan
membacanya. Adapun hukum membaca Al-Qur‟an dengan memakai
aturanaturan tajwid adalah fardlu 'ain atau kewajiban pribadi.
Mengutip dari kitab Hidayatul Mustafid Fi Ahkamit Tajwid
dijelaskan:
ا
ُدْيِوْجول
ا
افااِخ
ِِْ
ُناا
ُضْرا ف
ٍ اياافِك
ُلاماعْلااو
ِِِ
ُضْرا ف
ٍْياع
اع
ىال
لُك
ٍمِلْسُم
ٍ امِلْسُماو
انِم
اْيِفلاكُمْلا
" Tidak ada perbedaan pendapat bahwasanya mempelajari ilmu tajwid hukumnya fardlukifayah, sementara mengamalkannya
26
49W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), h.559
27
(membaca Al-Qur‟an) hukumnya fardlu 'ain bagi setiap muslim dan muslimah yang telah mukalaf ”28
Dengan demikian hal ini menjadi kewajiban kita sebagai
seorang muslim, bahwa kita harus menjaga dan memelihara
kehormatan, kesucian, dan kemurnian Al-Qur‟an dengan cara
membaca Al-Qur‟an secara baik dan benar sesuai dengan kaidah
ilmu tajwidnya. Adapun pembahasan dalam ilmu tajwid itu terdiri
dari:
1) Makhariju al Huruf (tempat keluarnya huruf)
2) Sifatu al huruf (sifat-sifat huruf)
3) Ahkaamu al Huruf (hukum-hukum huruf)
4) Ahkaamu al waqi wa al ibtida’i (hukum waqaf dan ibtida‟)
c. Kesesuaian membaca dengan makhrajnya
Sebelum membaca Al-Qur‟an, sebaiknya seseorang terlebih
dahulu mengetahui makhraj bdan sifat-sifat huruf. Sebagaimana
yang dijelaskan dalam ilmu tajwid. Makharijul huruf adalah
membaca huruf-huruf sesuai dengan tempat keluarnya huruf seperti
tenggorokan, ditengah lidah, antara dua bibir dan lain-lain. Secara
garis besar makharijul huruf terbagi menjadi 5, yaitu:
1) Jawf artinya rongga mulut
2) Halqartinya tenggorokan
28
3) Lisanartinya lidah
4) Syafatani artinya dua bibir
5) Khoisyum artinya dalam hidung
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca
Al-Qur’an
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
membaca Al-Qur‟an dibedakan menjadi 3, yaitu:
a. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), Yakni keadaan/
kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor internal meliputi 2 aspek.
Yaitu:
1) Aspek Fisiologis (yang bersifat jasmaniah)
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat
kesehatan indra pendengar dan indera penglihat, juga sangat
mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi
dan pengetahuan, termsuk kemampuan dalam membaca
Al-Qur‟an. Apabila daya pendengaran dan penglihatan siswa
terganggu akibatnya proses informasi yang diperoleh siswa
terhambat.29
29
2) Aspek Psikologis (yang bersifat rohaniah)
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur‟an.
Namun diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada
umumnya dipandang essensial adalah sebagai berikut:30
3) Inteligensi Siswa
Inteligensiatau kecerdasan, merupakan suatu kemampuan
yang tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki
oleh manusia. Inteligensi seseorang dapat dilihat dari mampu
atau tidaknya berbuat atau bertindak.31 Kemampuan/inteligensi seseorang ini dapat terlihat adanya beberapa hal, yaitu:
a) Cepat menangkap isi pelajaran
b) Tahan lama memusatkan perhatian pada pelajaran dan
kegiatan
c) Dorongan ingin tahu kuat dan banyak inisiatif
d) Cepat memahami prinsip dan pengertian
e) Sanggup bekerja dengan baik
f) Memiliki minat yang luas.
Inteligensi ini sangat dibutuhkan sekali dalam belajar,
karena dengan tingginya inteligensi seseorang maka akan lebih
30
Ibid.,
31
cepat menerima pelajaran atau informasi yang disampaikan,
termasuk kemampuan membaca Al-Qur‟an.
4) Sikap Siswa
Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak dengan cara
tertentu.32
5) Bakat Siswa
Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
yang akan datang.Bakat juga dapat diartikan sebagai sifat dasar
kepandaian seseorang yang dibawa sejak lahir.33
Pada kemampuan membaca Al-Qur‟an, bakat mempunyai
pengaruh yang besar terhadap proses pencapaian prestasi
seseorang. Adanya perbedaan bakat ini ada kalanya seseorang
dapat dengan cepat atau lambat dalam menguasai tata cara
membaca Al-Qur‟an.
6) Minat Siswa
Zakiyah Darajat mengartikan minat adalah kecenderungan
jiwa yang tetap ke jurusan sesuatu hal yang berharga bagi
32
Muhibbin, op,cit, h, 18
33
seseorang. Sesuatu yang berharga bagi seseorang adalah suatu
kebutuhan.34
Menurut Ahmad D. Marimba, minat adalah kecenderungan
jiwa ke arah sesuatu, karena sesuatu itu mempunyai arti dan
dapat memenuhi kebutuhan kita.35
Sebagaimana pengertian di atas bahwa untuk memenuhi
kebutuhan diri maka seseorang akan cenderung menyukai
sesuatu hal yang menarik untuk memenuhi kebutuhan itu. Jika
sikap ini tumbuh dan berkembang pada pola belajar anak didik
maka proses belajar mengajar akan menjadi mudah. Apabila
minat dalam diri siswa tumbuh maka kemampuan membaca
Al-Qur‟an siswa pun akan meningkat baik.
7) Motivasi Siswa
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal
organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam
pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energi) untuk
bertingkah laku secara terarah. Dalamperkembangan
selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
a) Motivasi Intrinsik, Motivasi intrinsik adalah hal dan
keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang
34
Zakiyah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, h. 133
35
dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.
Termasuk dalam motivasi intrinsik adalah perasaan
menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi
tersebut, misalnya untuk masa depan siswa yang
bersangkutan tersebut.
b) Motivasi Ekstrinsik, Motivasi ekstrinsik adalah hal dan
keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga
mendorongnya untuk melakukan belajar. Misalnya, pujian,
hadiah, suri tauladan guru, orang tua dan lain sebagainya.
Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan
bagi siswa adalah motifasi intrinsik, karena lebih murni dan
tidak tergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain.
Motivasi intrinsik juga lebih kuat dan relatif langgeng
dibandingkan dengan motivasi atau dorongan dari orang
lain.36
b. Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa)
Yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal
adalah faktor yang timbul dari luar diri siswa. Adapun faktor
eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur‟an
secara umum terdiri dari dua macam, sebagai berikut:
36
1) Lingkungan sosial,
Lingkungan sosial yang paling banyak mempengaruhi
adalah orang tua dan keluarga. Sifat-sifat orang tua, praktik
pengelolaan keluarga, ketenangan keluarga, dan letak geografis
rumah, semua dapat memberikan dampak baik atau buruk
terhadap proses belajar siswa.37
Yang termasuk lingkungan sosial yang lain adalah guru,
teman bermain, kurikulum sekolah dan lingkungan
masyarakat. Guru adalah tenaga profesional yang dapat
menjadikan murid-murid mampu merencanakan, menganalisa
dan mengumpulkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian,
seorang guru hendaklah mempunyai citacita tinggi,
berpendidikan luas, berkepribadian kuat dan tegar serta
berperikemanusiaan yang mendalam.38
Kurikulum adalah semua pengetahuan, kegiatan-kegiatan
atau pengalaman-pengalaman belajar yang diatur dengan
sistematis dan metodis yang diterima anak untuk mencapai
suatu tujuan.39Kurikulum yang tersusun secara sistematika dan beruntun akan membuat siswa belajar dengan santai dan
37
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 138
38
45M. Basyiruddin Usman,Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet. 1, h. 8
39
menyenangkan. Proses belajar membaca Al-Qur‟an merupakan
pembelajran yang sulit bagi siswa, apalagi jika penetapan
kurikulum yang tidak sesuai maka akan menjadi faktor
penghambat kemajuan prestasi belajar siswa.
Lingkungan masyarakat yang dimaksud disini adalah
lingkungan di luar sekolah. Lingkungan masyarakat dapat
diartikan lingkungan keluarga dan lingkungan sekelilingnya.
Lingkungan masyarakat ini sangat besar sekali pengaruhnya
dalam ikut serta menentukan keberhasilan proses pendidikan,
karena lingkungan masyarakatlah yang secara langsung
bersinggungan dengan aktivitas sehari-hari siswa setelah
pulang sekolah. Sehingga peran lingkungan masyarakat dalam
ikut serta meningkatkan prestasi di bidang pendidikan sangat
diperlukan sekali.
2) Lingkungan non sosial,
Faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah
lingkungan sekitar siswa yang berupa benda-benda fisik,
seperti gedung sekolah, letak geografis rumah siswa, alat-alat
belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar.40 Semua ini
dipandang turut menentukan kemampuan membaca Al-Qur‟an.
Misalnya rumah yang sempit dan berantakan atau
40
perkampungan yang terlalu padat penduduk serta tidak
memiliki sarana belajar, hal ini akan membuat siswa malas
belajar dan akhirnya berpengaruh terhadap kemampuan siswa
dalam membaca Al-Qur‟an.
C. Tinjauan Tentang Efektivitas Pembelajaran Intensif Al Qur’an dalam
Meningkatkan kualitas Bacaan Al Qur’an di Pesantren Mahasiswa Pusat
Ma’had AL Jami’ah UIN Sunan Ampel Surabaya
Efektivitas pembelajaran intensif al Qur‟an adalah ukuran
keberhasilan dari suatu proses yang interaktif antar siswa dengan guru
(intens) dengan segala persiapannya dan perencanaan pembelajaran yang
optimal, dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan utama, yaitu
kemampuan dalam bidang qur‟ani di Pesantren Mahasiswa Pusat Ma‟had
46 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Berdasarkan jenis dat