PENINGKATAN KEMAMPUAN ANAK MENGUCAPKAN
SAJAK MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA
ANAK KELOMPOK B TK AISYIYAH BAMBALEMO
Haeratul Hassana1
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak kelompok B TK Aisyiyah Bambalemo dalam mengucapkan sajak melalui metode demonstrasi dengan menggunakan model penelitian tindakan. Desain atau model penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah model Kemmis dengan melalui beberapa tahapan penelitian mulai dari observasi pratindakan, tindakan siklus I dan siklus II. Penelitian ini dilaksanakan di TK Ayisiyah Bambalemo Kecamatan Parigi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan anak setelah melalui dua siklus penelitian dengan capaian 75 persen. Pencapaian tersebut telah memenuhi indikator kenerja, sehingga tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahawa kemampuan anak kelompok B TK Aisyiyah Bambalemo dalam mengucapkan sajak dapat ditingkatkan melalui metode demonstrasi.
Kata kunci : Kemampuan Sajak, Metode Demonstrasi
PENDAHULUAN
Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat komunikasi. Seorang anak belajar bahasa
karena didesak oleh kebutuhan berkomunkasi dengan orang-orang di lingkugan sekitarnya.
Berdasarkan hal itu, sejak dini anak-anak diarahkan bisa dan mampu menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar untuk berkomunikasi dalam berbagai situasi, seperti;
menyapa, mengajukan pertanyaan, mengeluarkan pendapat dan perasaan, serta menjawab
pertanyaan. Di dalam proses belajaran di kelas, yang menjadi pijakan atau dasar untuk
dipedomani dalam melaksanakan pembelajaran adalah kurikulum. Kurikulum tersebut memuat
pokok-pokok bahasan untuk diajarkan pada siswa yang merupakan konvensional bagi seluruh
masyarakat Indonesia. Kurikulum yang disepakati dan menjadi suatu peraturan konvensional
bahwa pembelajaran bahasa Indonesia yang ada di sekolah harus berorientasi pada fungsi
bahasa sebagai alat komunikasi dan pembelajarannya dilakukan dengan menggali potensi dan
kompotensi berbicara anak. Pada saat pertumbuhan dan perkembangannya, anak mulai
memiliki peningkatan produk bahasanya baik segi kuantitasnya maupun kualitasnya,
1
ketrampilan berbicara harus dipahami dengan baik termasuk dalam pengucapan sajak bagi
siswa.
Penjelasan yang dikemukakan di atas, merupakan alasan peneliti untuk melaksanakan
penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Anak Mengucapkan Sajak Melalui Metode
Demonstrasi pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah Bambalemo”. Pada dasarnya anak-anak
tersebut dalam berbicara sudah baik tetapi sulit melakukan komunikasi, oleh sebab itu penulis
memilih judul tersebut dengan tujuan untuk membantu anak dalam menyimak dan
mengucapkan sajak dengan baik, tersusun rapi dan benar. Sastra (dalam sastra anak-anak)
adalah bentuk kreasi imajintaif dengan paparan bahasa tertentu yang menggambarkan dunia
rekaan, menghadirkan pemahaman dan pengalaman tertentu dan mengandung nilai estetika
tertentu yang bisa dibuat oleh orang dewasa ataupun anak-anak.
Sejalan dengan pendapat Edraswara, Norton (1993) mengungkapkan bahwa sastra
anak-anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak-anak-anak melalui
pandangan mereka. Berbeda dengan pengertian sastra anak yang diungkapkan oleh Norton,
Hunt (dalam Witakania:2008) mendefinisikan sastra anak-anak sebagai buku bacaan yang
dibaca oleh, yang secara khusus cocok untuk dan secara khusus pula memuaskan sekelompok
anak.. Pramuki (2000) mengungkapkan bahwa sastra anak-anak adalah karya sastra (prosa,
puisi, dan drama) yang isinya mengenai anak-anak. Sesuai kehidupan, kesenangan, sifat-sifat
dan perkembangan anak-anak. Selain itu Wahidin (2009), menyatakan sastra anak sebagai
karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang
akrab dengan anak-anak. Dari pendapat-pendapat tentang pengertian sastra anak-anak di atas,
dapat dikatakan bahwa sastra adalah suatu karya sastra yang bahasa dan isinya sesuai
perkembangan usia dan kehidupan anak.
Kata sajak berasal dari bahasa Arab “Saj” yang bermaksud karangan puisi. Pengertian
sajak banyak dikemukakan oleh pakan sastra di antaranya adalah HB. Jasin dalam Weblog
(akses Mei 2012), mengemukakan bahwa sajak itu adalah suara hati penyairnya, sajak lahir
dari jiwa dan perasaan tetapi sajak yang baik bukanlah hanya permainan kata semata-mata.
Selanjutnya Abdul Hadi dalam Weblog (akses Mei 2012) menjelaskan bahwa sajak itu ditulis
untuk mencari-kebenaran. Katanya lagi “ dalam sajak terdapat tanggapan terhadap hidup secara
batiniah”. Di dalam sajak harus ada gagasan dan keyakinan penyair terhadap kehidupan atau
lebih tepat lagi, nilai kemanusiaan. Robertc Pooley dalam Weblog (akses Mei 2012)
menyatakan bahwa “Orang yang menutup telinga terhadap sajak akan terpencil dari satu
wilayah yang penuh harta kekayaan berupa pengertian tentang manusia”sedangkan Gerson
sehingga manusia tidak dapat mengerti akan dunia ini sepenuhnya dan tugas penyair tentunya
berusah mengisi kehidupan yang penuh misteri kedalam bait sajak mereka”.
Kemudian Saini KM dalam Weblog (akses Mei 2012) menanggapi sajak sebagai berikut,
sebelum tintamu menjadi darah kata-kata akan tetap tinggal bunyi; kebisingan lain di tengah
hingar bingar dunia. Sajak itu sekelompok warna kata dalam misteri makna, tugas penyair
hanya menulis. Kesusastraan Indonesia dikenal dua istilah yang sering dicampuradukkan, yaitu
sajak dan puisi. Istilah puisi berasal dari kata poezie (Belanda). Dalam bahasa Belanda dikenal
pula istilah gedicht yang berarti sajak. Dalam bahasa Indonesia (Melayu) hanya dikenal istilah
sajak yang berarti poezie maupun gedicht.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak kelompok B TK Aisyiyah
Bambalemo dalam mengucapkan sajak melalui metode demonstrasi. Penelitian tindakan kelas
ini bertujuan dimulai dengan indetifikasi masalah pembelajaran yang ditemui di kelas oleh guru
yang melakukan penelitian. Desain atau model penelitian tindakan kelas ini yakni model
Kemmis (dalam Ardiana, (2002:5) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
sebagai bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan. Alur
pelaksanaan dalam penelitian tindakan kelas ini menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam
Kasbollah 1998:44) adalah dimulai mdari perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi dan
refleksi, yang digambarkan sebagai berikut:
Setting dan subjek penelitian ini dilakukan di kelas B TK Aisyiyah Bambalemo. Berjumlah 20
orang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.
Perencanaan tindakan yang dilakukan dalam tahap ini adalah: 1) Membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran atau satuan kerja harian yang berhubungan langsung dengan sajak,
kemudian menggunakan strategi pembelajaran melalui metode demonstrasi; 2) Memilih atau
menentukan tema yang akan diajarkan dan dikembangkan serta dijadikan indikator
keberhasilan dalam mengucapkan sajak; 3) Membuat lembar observasi untuk mengetahui
kemampuan anak dalam mengucapkan sajak dan kemampuan guru untuk melihat bagaimana
kondisi pembelajaran di lapangan dengan penerapan metode demonstrasi; 4) Melakukan tes
untuk melihat prestasi belajar anak setelah diberikan tindakan pada akhir setiap siklus; 5)
Menyiapkan media pembelajaran yang berhubungan dengan sajak. Berdasarkan panduan
perencanaan yang dibuat, pelaksanaan tindakan dan pengamatan/observasi dilakukan sebagai
berikut: kegiatan awal (pembukaan), kegiatan inti dan kegiatan akhir (penutup).
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang diperoleh melalui hasil
observasi, dan data kuantitatif diperoleh dari hasil pembelajaran dengan menggunakan lembar
observasi pengucapan sajak. Adapun cara pengumpulan data pada penelitian ini antara lain;
data hasil pembelajaran pada saat mengucapkan sajak dengan menggunakan metode
demonstrasi, menggunakan lembar observasi pada akhir pembelajaran pada setiap siklus.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk rumus
persentase, sebagai berikut (Anas Sudijono, 1991) :
P = F x 100
N
Keterangan : P = Persentase yang dicapai
f = Jumlah Frekuensi
n = Jumlah sampel
Dengan kriteria analisis dari setiap evaluasi akan diberi simbol bintang tiga (***) untuk
menunjukkan kategori baik, bintang dua (**) dengan kategori cukup, dan bintang satu (*)
dengan kategori kurang. Sementara untuk analisis data kualitatif dalam penelitian ini,
dilakukan sesudah pengumpulan data. Tahap-tahap kegiatan analisis data kualitatif adalah (1)
Mereduksi data dan (2) Penyajian data, dan 3) penyimpulan data. Ada dua langkah, prosedur
yang dilakukan dalam penelitian ini; yakni pra tindakan dan pelaksanaan tindakan. Kegiatan
pra tindakan dilakukan dengan cara observasi kemampuan awal yaitu suatu kegiatan dimana
peneliti merancang suatu pembelajaran pada anak Taman Kanak-Kanak di kelas. Observasi ini
dilakukan untuk memperoleh data awal mengenai kemapuan anak mengikuti kegiatan
Pelaksanaan observasi dilakukan pada kegiatan penutup dengan terlebih dahulu
menyusun nama-nama anak, kemudian dibentuk 3 kelompok mangga kemudian memberikan
penjelasan-penjelasan yang berkaitan dengan pembelajaran hari itu, mengucapkan sajak
kemudian guru menyebutkan judul sajak yang akan diajarkan, guru mengucapkan cara
pengucapan sajak dan diulang sampai tiga kali, kemudian anak menirukan. Untuk menentukan
kesiklus I, peneliti berdiskusi dengan teman mengajar tentang temuan-temuan yang diperoleh
dan persiapan-persiapan yang tentunya sesuai dengan data-data yang didapatkan berdasarkan
tingkat kemampuan anak dalam mengikuti pembelajaran mengucapkan sajak. Kemudian
pelaksanaan tindakan dilakukan dalam dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat fase yaitu : a)
Perencanaan, b) Tindakan, c) Observasi, dan d) Refleksi.
HASIL PENELITIAN 1. Pra Tindakan
Hasil rekapitulasi pengucapan sajak pada pratindakan terhadap aspek; 1) lafal, 2)
intonasi, 3) kelancaran, dan 4) pemahaman, diketahui bahwa dari jumlah 20 orang anak
yang menjadi subjek penelitian, dapat diketahui rata-rata perolehan dan rata-rata persentasi
terhadap tiga kategori penilaian, seperti diuraikan berikut ini; terdapat 3 orang anak yang
mendapat kategori baik dengan persentasi 15 %, kemudian terdapat 4 orang anak yang
mendapat kategori cukup dengan persentasi 20 %, dan terdapat 13 orang anak yang
mendapat kategori kurang dengan persentasi 65 %. Setelah diketahui rata-rata perolehan
dan rata-rata persentase keseluruhan aspek mengucapkan sajak melalui metode demonstrasi,
dapat disimpulkan sementara bahwa kemampuan anak kelas B TK Aisyiyah Bambalemo
perlu ditingkatkan dalam proses pembelajaran melalui metode demonstrasi, karena
persentase kategori baik yang dijadikan patokan dalam penelitian ini baru mencapai 15 %.
Kemudian hasil pengamatan pada pratindakan terhadap aspek intonasi pada tabel 4.2
di atas diketahui bahwa dari jumlah 20 orang anak yang menjadi subjek penelitian, terdapat
2 orang anak yang mempunyai intonasi atau nada yang baik dengan persentasi 10 %,
kemudian terdapat 3 orang anak yang mempunyai intonasi atau nada yang cukup dengan
persentasi 15 %, dan terdapat 15 org anak yang mempunyai intonasi atau nada yang kurang
dengan persentasi 75 %. Sementara hasil pengamatan pada pratindakan terhadap aspek
kelancaran pada tabel 4.3 di atas diketahui bahwa dari jumlah 20 orang anak yang menjadi
subjek penelitian, terdapat 4 orang anak yang mempunyai kelancaran mengucapkan sajak
yang baik dengan persentasi 20 %, kemudian terdapat 5 orang anak yang mempunyai
terdapat 11 orang anak yang mempunyai kelancaran mengucapkan sajak memperoleh
kategori kurang dengan persentasi 55 %.
Sementara hasil pengamatan pada pratindakan terhadap aspek kelancaran pada tabel
4.3 di atas diketahui bahwa dari jumlah 20 orang anak yang menjadi subjek penelitian,
terdapat 4 orang anak yang mempunyai kelancaran mengucapkan sajak yang baik dengan
persentasi 20 %, kemudian terdapat 5 orang anak yang mempunyai kelancaran
mengucapkan sajak memperoleh kategori cukup dengan persentasi 25 %, dan terdapat 11
orang anak yang mempunyai kelancaran mengucapkan sajak memperoleh kategori kurang
dengan persentasi 55 %. Untuk Hasil pengamatan pada pratindakan terhadap aspek
pemahaman pada tabel 4.4 di atas diketahui bahwa dari jumlah 20 orang anak yang menjadi
subjek penelitian, terdapat 3 orang anak yang mempunyai pemahaman yang baik dengan
persentasi 15 %, kemudian terdapat 3 orang anak yang mempunyai pemahaman yang cukup
dengan persentasi 15 %, dan terdapat 14 orang anak yang mempunyai pemahaman yang
kurang dengan persentasi 70 %.
2. Siklus I
Tabel 1 Hasil Rekapitulasi Pengucapan Sajak pada Siklus I
No Kategori
Aspek penilaian mengucapkan sajak
Jumlah Rata-
rata %
Lafal Intonasi Kelancaran Pemahaman
F % F % F % F %
1 Baik 10 50 8 40 9 45 9 45 36 9 45
2 Cukup 6 30 6 30 6 30 6 30 24 6 30
3 Kurang 4 20 6 30 5 25 5 25 20 5 25
Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100 80 20 100
Hasil evaluasi melalui proses pembelajaran pada siklus I terhadap aspek lafal,
diketahui bahwa dari jumlah 20 orang anak yang menjadi subjek penelitian, terdapat 10
orang anak mempunyai lafal yang baik dengan persentasi 50 %, terdapat 6 orang anak
mempunyai lafal yang cukup dengan persentasi 30 %, dan terdapat 4 orang anak yang
mempunyai lafal yang kurang dengan persentasi 20 %. Kemudian berdasarkan hasil
evaluasi melalui proses pembelajaran pada siklus I terhadap aspek intonasi pada tabel di atas
diketahui bahwa dari jumlah 20 orang anak yang menjadi subjek penelitian, terdapat 8 orang
anak yang mempunyai intonasi atau nada yang baik dengan persentasi 40 %, kemudian
%, dan terdapat 6 orang anak- yang mempunyai intonasi atau nada yang kurang dengan
persentasi 30 %.
Sementara hasil evaluasi melalui proses pembelajaran pada siklus I terhadap aspek
kelancaran pada tabel di atas diketahui bahwa dari jumlah 20 orang anak yang menjadi
subjek penelitian, terdapat 9 orang anak yang mempunyai kelancaran mengucapkan sajak
yang baik dengan persentasi 45 %, kemudian terdapat 6 orang anak yang mempunyai
kelancaran mengucapkan sajak memperoleh kategori cukup dengan persentasi 30 %, dan
terdapat 5 orang anak yang mempunyai kelancaran mengucapkan sajak memperoleh
kategori kurang dengan persentasi 25 %. Sedangkan hasil evaluasi melalui proses
pembelajaran pada siklus I terhadap aspek pemahaman pada tabel di atas diketahui bahwa
dari jumlah 20 orang anak yang menjadi subjek penelitian, terdapat 9 orang anak yang
mempunyai pemahaman yang baik dengan persentasi 45 %, kemudian terdapat 6 orang anak
yang mempunyai pemahaman yang cukup dengan persentasi 30 %, dan terdapat 5 orang
anak mempunyai pemahaman yang kurang dengan persentasi 25 %.
Hasil rekapitulasi pengucapan sajak pada siklus I terhadap aspek; 1) lafal, 2) intonasi,
3) kelancaran, dan 4) pemahaman pada tabel di atas diketahui bahwa dari jumlah 20 orang
anak yang menjadi subjek penelitian, dapat diketahui rata-rata perolehan dan rata-rata
persentasi terhadap tiga kategori penilaian, seperti diuraikan berikut ini; terdapat 9 orang
anak yang mendapat kategori baik dengan persentasi 45 %, kemudian terdapat 6 orang anak
yang mendapat kategori cukup dengan persentasi 30 %, dan terdapat 5 orang anak yang
mendapat kategori kurang dengan persentasi 25 %. Setelah diketahui rata-rata perolehan
dan rata-rata persentase keseluruhan aspek mengucapkan sajak melalui metode demonstrasi,
dapat disimpulkan bahwa kemampuan anak kelompok B TK Aisyiyah Bambalemo perlu
ditingkatkan dalam proses pembelajaran melalui metode demonstrasi, karena persentase
untuk kategori baik baru mencapai 45 %, sehingga perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.
3. Siklus II
Tabel 2 Hasil Rekapitulasi Pengucapan Sajak pada Siklus II
No Kategori
Aspek penilaian mengucapkan sajak
Jumlah Rata- rata
%
Lafal Intonasi Kelancaran Pemahaman
F % F % F % F %
1 Baik 17 85 15 75 14 70 14 70 60 15 75
2 Cukup 2 10 3 15 2 10 1 5 8 2 10
3 Kurang 1 5 2 10 4 20 5 25 12 3 15
Hasil evaluasi melalui proses pembelajaran pada siklus II terhadap aspek lafal
diketahui bahwa dari jumlah 20 orang anak yang menjadi subjek penelitian, terdapat 17
orang anak yang mempunyai lafal yang baik dengan persentasi 85 %, terdapat 2 orang anak
yang mempunyai lafal yang cukup dengan persentasi 10 %, dan terdapat 1 orang anak yang
mempunyai lafal yang kurang dengan persentasi 5 %. Kemudian hasil evaluasi melalui
proses pembelajaran pada siklus II terhadap aspek intonasi diketahui bahwa dari jumlah 20
orang anak yang menjadi subjek penelitian, terdapat 15 orang anak yang mempunyai
intonasi atau nada yang baik dengan persentasi 75 %, kemudian terdapat 3 orang anak yang
mempunyai intonasi atau nada yang cukup dengan persentasi 15 %, dan terdapat 2 orang
anak yang mempunyai intonasi atau nada yang kurang dengan persentasi 10 %.
Hasil evaluasi melalui proses pembelajaran pada siklus II terhadap aspek kelancaran
diketahui bahwa dari jumlah 20 orang anak yang menjadi subjek penelitian, terdapat 14
orang anak yang mempunyai kelancaran mengucapkan sajak yang baik dengan persentasi
70 %, kemudian terdapat 2 orang anak yang mempunyai kelancaran mengucapkan sajak
memperoleh kategori cukup dengan persentasi 10 %, dan terdapat 4 orang anak yang
mempunyai kelancaran mengucapkan sajak memperoleh kategori kurang dengan persentasi
20 %. Sementara hasil evaluasi melalui proses pembelajaran pada siklus II terhadap aspek
pemahaman diketahui bahwa dari jumlah 20 orang anak yang menjadi subjek penelitian,
terdapat 14 orang anak mempunyai pemahaman yang baik dengan persentasi 70 %,
kemudian terdapat 1 orang anak mempunyai pemahaman yang cukup dengan persentasi 5
%, dan terdapat 5 orang anak mempunyai pemahaman yang kurang dengan persentasi 25%.
Hasil rekapitulasi pengucapan sajak pada siklus II terhadap empat aspek penilaian; 1)
lafal, 2) intonasi, 3) kelancaran, dan 4) pemahaman pada tabel 4.17 di atas diketahui bahwa
dari jumlah 20 orang anak yang menjadi subjek penelitian, dapat diketahui rata-rata
perolehan dan rata-rata persentasi terhadap tiga kategori penilaian, seperti diuraikan berikut
ini; terdapat 15 orang anak yang mendapat kategori baik dengan persentasi 75 %, kemudian
terdapat 2 orang anak yang mendapat kategori cukup dengan persentasi 10 %, dan terdapat
3 orang anak yang mendapat kategori kurang dengan persentasi 15 %. Setelah diketahui
rata-rata perolehan dan rata-rata persentase keseluruhan aspek mengucapkan sajak melalui
metode demonstrasi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan anak kelompok B TK Aisyiyah
Bambalemo membaca sajak setelah mengikuti proses pembelajaran pada siklus II dapat
ditingkatkan melalui metode demonstrasi, karena telah mencapai indikator kinerja yang
dijadikan acuan dalam penelitian ini yaitu persentase tertinggi terdapat pada kategori baik
indikator kinerja dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengucapkan
sajak kelompok B TK Aisyiyah Bambalemo dapat ditingkatkan melalui metode
demonstrasi. Dengan demikian pernyataan hipotesis tindakan dinyatakan diterima.
PEMBAHASAN
Pembahasan hasil penelitian ini bersumber dari hasil keseluruhan proses pembelajaran
mengucapkan sajak pada kelompok B TK Aisyiyah Bambalemo mulai dari siklus pertama
sampai dengan siklus kedua dan dilanjutkan dengan analisis data dengan menggunakan rumus
yang telah ditentukan. Yang dijadikan acuan keberhasilan adalah kategori baik. Apabila
kategori baik telah mencapai 75 % sesuai indikator kinerja, dapat dikatakan bahwa proses
pembelajaran mengucapkan sajak telah berhasil dan untuk mengetahui hasilnya dapat dilihat
pada hasil analisis. Analisis data mulai dilakukan pada kegiatan pratindakan sampai dengan
siklus kedua terdapat empat aspek penilaian yang meliputi; (1) lafal, (2) intonasi, (3)
kelancaran, dan (4) pemahaman, dengan melalui tiga kategori peneliaian, yaitu: (1) baik, (2)
cukup, dan (3) kurang.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan,
diketahui bahawa keberhasilan pada pratindakan baru mencapai 15 %. Setelah dilakukan
proses pembelajaran pada siklus pertama, telah mengalami peningkatan dari 15 % pada
pratindakan menjadi 45 % setelah dilakukan proses pembelajaran pada siklus pertama.
Peningkatan ini diperoleh karena pada proses pembelajaran selalu diberikan penguatan dengan
memberikan perbandingan dengan teman-temannya yang telah menunjukkan keberaniannya
mengucapkan sajak, sehingga keberanian atau kemauan anak untuk mengucapkan sajak bagi
anak yang lain telah termotivasi dengan baik. Keberhasilan pada siklus pertama belum
mencapai indikator kinerja sehingga dilanjutkan dengan siklus kedua. Berdasarkan hasil proses
pembelajaran pada siklus kedua diketahui bahwa kategori baik telah mencapai 75 %.
Pencapaian persentase tersebut telah memenuhi indikator kinerja, sehingga tidak dilanjutkan
pada siklus berikutnya. Dengan demikian proses pembelajaran bagi anak kelompok B TK
Aisyiyah Bambalemo dalam mengucapkan sajak melalui metode demonstrasi hanya dilakukan
sebanyak dua siklus.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mulai dari pratindakan sampai dengan
siklus kedua dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan, diketahui bahawa
pada siklus pertama, telah mengalami peningkatan dari 15 % pada pratindakan menjadi 45 %
setelah dilakukan proses pembelajaran pada siklus pertama. Peningkatan ini diperoleh karena
pada proses pembelajaran selalu diberikan penguatan dengan memberikan perbandingan
dengan teman-temannya yang telah menunjukkan keberaniannya mengucapkan sajak,
sehingga keberanian atau kemauan anak untuk mengucapkan sajak bagi anak yang lain telah
termotivasi dengan baik.
Keberhasilan pada siklus pertama belum mencapai indikator kinerja sehingga dilanjutkan
dengan siklus kedua. Berdasarkan hasil proses pembelajaran pada siklus kedua diketahui
bahwa kategori baik telah mencapai 75 %. Pencapaian persentase tersebut telah memenuhi
indikator kenerja, sehingga tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kemampuan anak kelompok B TK Aisyiyah Bambalemo dalam
mengucapkan sajak dapat ditingkatkan melalui metode demonstrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. (1999). Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Faisal, M. (2009). Kajian Bahasa Indonesia SD. Jakarta : Depdiknas.
Kasbollah, K. E. S. (1998). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Sekolah Dasar.
Sudjana. (1989). Pendidikan Bahasa dan Sastra Anak. Jakarta: Departemen Pendidikan Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.