• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Oleh Ibu Bersalin | Makalah Dan Jurnal Gratis download 7. Asriani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jurnal Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Oleh Ibu Bersalin | Makalah Dan Jurnal Gratis download 7. Asriani"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN Latar Belakang

ujuan pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan untuk lebih meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas sumber daya manusia. Hal ini ditunjukkan dengan upaya meningkatkan

usia harapan hidup, menurunkan angka kematian bayi, anak dan ibu melahirkan, meningkatkan kesejahteraan keluarga, meningkatkan produktivitas kerja, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

T

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN OLEH IBU BERSALIN DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAROMBONG

KELURAHAN BAROMBONG

Asriani

Staf Pengajar Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar

Abstract

Analysis of delivery helpers is important because one of the indicators in the safemotherhood program that notice how much delivery can be handled, especially by health personnel. Percentage of births in South Sulawesi Province in 2004 by medical personnel was 57.5% and 42.5% is handled by non-medical personnel. The fact is also reflected in Puskesmas Barombong Kelurahan Barombong . It is known from studies of health status in this area. From the research it was found that the number of births assisted by health personnel as much as 34.15%, while deliveries assisted by non health personnel was 65.85%.

This study investigates the correlation between the factors (include maternal education, maternal knowledge, economic ability,maternal behavior and accessibility of health service facilities) that related with delivery helper election in Puskesmas Barombong in 2006.

Research methods is Cross Sectional Study. Population is the mothers who birth in 2006, the child is born alive or dead, his name is recorded in the birth mother target data, and resides in Puskesmas Barombong totally 213 people. Sample taken by the method of proportional random sampling amounted to 139 people. Data processing by using Microsoft excel and SPSS while the data analysis carried out univariate and bivariate.

The results showed 65% of 140 respondents choose health personnel as a helper delivery and 35% select the non-medical personnel as a delivery helper.Statistical analysis showed a significant correlation between maternal education, maternal knowledge, economic ability,maternal behavior with the delivery helper election with p-value of each 0.000, 0.004, 0.047, and 0.000. While the accessibility of health service facilities do not show a significant correlation with the delivery helper election.

(2)

Angka kematian dan kesakitan pada kehamilan dan persalinan masih merupakan masalah yang besar di negara berkembang, seperti di Indonesia. Pada tahun 1996, WHO memperkirakan setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu meninggal pada saat hamil atau bersalin. AKI Indonesia pada tahun 2002/2003 adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003). Angka tersebut telah mengalami penurunan pada tahun 2005 menjadi 290,8 per seratus ribu kelahiran hidup (Depkes, 2005). Target kematian ibu yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010 adalah sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup melalui pelaksanaan MPS (Making Pregnancy Safer) dengan salah satu pesan kunci yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (Depkes, 18 Februari 2007). Berdasarkan data tahun 2001, 2002 dan 2003, angka kematian bayi juga mengalami penurunan perlahan yaitu 50, 47 dan 37 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2003. Meskipun demikian, penurunan tersebut jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN.

Penolong persalinan merupakan salah satu indikator kesehatan terutama yang berkaitan dengan tingkat kesehatan ibu dan anak serta pelayanan kesehatan secara umum. Dilihat dari kesehatan ibu dan anak maka persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (Nakes) seperti bidan dan dokter dianggap lebih baik dari persalinan yang ditolong oleh Tenaga non Nakes seperti dukun, keluarga atau lainnya.

Persalinan yang aman dapat dicapai melalui pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan profesional dan ketersediaan peralatan yang memadai untuk menangani komplikasi obstetrik dan neonatal. Saat ini angka persalinan oleh tenaga kesehatan masih rendah. Persentase kelahiran pada tahun 2003 yang ditangani oleh tenaga medis terdapat sekitar 56,95 % dan pada tahun 2004 naik menjadi sekitar 57,51 % (Susenas 2003 & 2004). Sementara persentase penolong persalinan oleh tenaga non medis masih cukup tinggi yaitu 43,05 % pada tahun 2003 dan 42,5 % pada tahun 2004, sehingga perlu pem ant auan pengetahuan akan pentingnya kesehatan bagi dukun (Indikator Kesra Sulsel, BPS 2004). Hal tersebut mengisyaratkan tentang persalinan tenaga dukun/keluarga yang masih tinggi dan mencerminkan persalinan yag tidak aman yang dapat berdampak pada kematian ibu dan kematian bayi yang tinggi.

(3)

Masalah yang kita hadapi adalah bahwa pada kenyataannya pertolongan persalinan oleh dukun bayi memang masih merupakan pilihan pertolongan yang diminati oleh masyarakat. Di lain pihak angka kematian ibu masih tinggi.

Hal-hal tersebut di atas yang men-dorong kami untuk melihat apakah faktor-faktor pendidikan ibu, kemampuan mem-bayar, pengetahuan dan kebiasaan ber-hubungan dengan pemilihan pertolongan persalinan di wilayah Kelurahan Barombong.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara pendidikan, pengetahuan ibu, kemampuan membayar, kebiasaan ibu, dan keterjangkauan tempat bersalin dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh ibu bersalin.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh ibu bersalin.

BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Tahun 2006.

Desain dan Variabel Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik. Sedangkan metode penelitan yang digunakan adalah cross sectional study yaitu

meng-observasi variabel dependen (Pemilihan Pertolongan Persalinan Ibu hamil) dan variabel independen (Tingkat pendidikan, kemampuan membayar, pengetahuan, kebiasaan Ibu dan keterjangkauan sarana kesehatan) sekaligus pada saat yang sama.

Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah semua ibu yang malahirkan bayi tahun 2006 dan tinggal di wilayah kerja puskesmas Barombong, kelurahan Barombong, Kotamadya Makassar, yaitu sebanyak 213 orang.

Sampel pada penelitian ini adalah anggota populasi penelitian yang diambil secara P r opor tiona l Ra ndom Sa mpling yaitu ibu-ibu yang melahirkan bayi pada tahun 2006 bila ibu melahirkan dua kali dalam tahun tersebut maka yang diambil adalah kelahiran terakhir. Baik melahirkan anaknya dalam keadaan hidup atau mati yaitu sebanyak 139 orang.

Pengumpulan Data

Data primer diambil dengan wawancara langsung pada ibu-ibu dari orang ke orang yang terpilih secara random dengan berpedoman pada kuesioner yang dibuat berdasarkan tujuan penelitian sedangkan data sekunder diperoleh dari Puskesmas Barombong dan Kantor Kel. Barombong.

Analisis Data

Data yang diperoleh diolah secara elektronik dengan menggunakan komputer program Excel dan SPSS.

(4)

uji statistik Chi Square. Dengan tingkat kepercayaan dipilih α 0,05.

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Barombong, Kelurahan Barombong, Kecam at an Tamal at e, Kotamadya Makassar. Pengumpulan data dimulai dari tanggal 02 - 14 Juli 2007. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 139 sampel yang terdiri atas 65 sampel yang memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan dan 74 sampel yang memanfatkan tenaga non kesehatan sebagai penolong persalinan.

Hasil pengolahan data dari penelitian tersebut sebagai berikut.

1. Analisis Univariat

Pada analisis i ni di l akukan untuk mendapatkan distribusi frekuensi setiap variabel yang diteliti.

a. Asal Responden Tabel 1

Distribusi Sampel Menurut Asal RW Di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong

Tahun 2006

RW Jumlah Sampel Persentasi

RW 1 18 12,95%

RW 2 15 10,79%

RW 3 14 10,07 %

RW 4 14 10,07 %

RW 5 17 12,23 %

RW 6 16 11,52 %

RW 7 18 12,95 %

RW 8 13 9,35 %

RW 9 14 10,07 %

Jumlah 139 100 %

Sumber : Data primer, tahun 2007

Dari tabel 1 memperlihatkan bahwa dari 139 responden tersebar secara merata dan proporsional di seluruh RW di Kelurahan Barombong.

b. Penolong Persalinan Tabel 2

Distribusi Sampel Menurut Pemilihan Penolong Persalinan oleh Ibu Bersalin Di

Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006

Penolong Persalinan Jumlah Persentasi Nakes

Non Nakes

65 74

46,8 % 53,2 %

Jumlah 139 100 %

Sumber : Data primer, tahun 2007

Dari tabel 2 menunjukkan jumlah ibu bersalin yang memilih tenaga non kesehatan lebih banyak daripada yang memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan

c. Pendidikan Ibu Tabel : 3

Distribusi Sampel Menurut Tingkat Pendidikan Ibu Bersalin Di Wilayah Kerja

Puskesmas Barombong Tahun 2006

Pendidikan Jumlah Persentasi

Tidak Sekolah SD SLTP SLTA AK/PT

6 71 41 17 4

4,3 % 51,1 % 29,5 % 12,2 % 2,9 %

Jumlah 139 100 %

(5)

Dari tabel 3 menunjukkan jumlah ibu bersalin yang berpendidikan kurang (Tidak Sekolah – SLTP) lebih banyak daripada ibu bersalin yang berpendidikan cukup (SLTA-AK/PT)

d. Pengetahuan Ibu Tabel 4

Distribusi Sampel Menurut Tingkat pengetahuan Ibu Bersalin Di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006

Pengetahuan Jumlah Persentasi

Cukup Kurang

123 16

88,5 % 11,5 %

Jumlah 139 100 %

Sumber : Data primer, tahun 2007

Dari tabel 4 menunjukkan jumlah ibu bersalin yang berpengetahuan cukup lebih banyak daripada ibu bersalin yang ber-pengetahuan kurang

e. Kemampuan Ekonomi Tabel 5

Distribusi Sampel Menurut Kemampuan Ekonomi Ibu Bersalin Di Wilayah Kerja

Puskesmas Barombong Tahun 2006 Kemampuan

Ekonomi Jumlah Persentasi Mampu

Tidak Mampu 46 93

33,1 % 66,9 %

Jumlah 139 100 %

Sumber : Data primer, tahun 2007

Dari tabel 5 menunjukkan jumlah ibu bersalin yang secara ekonomi tidak mampu

lebih banyak daripada ibu bersalin yang mampu.

f. Kebiasaan Ibu Tabel 6

Distribusi Sampel Menurut Kebiasaan Ibu Bersalin Di Wilayah Kerja Puskesmas

Barombong Tahun 2006

Kebiasaan Jumlah Persentasi Baik

Kurang baik

80 59

57,6 % 42,4 %

Jumlah 139 100 %

Sumber : Data primer, tahun 2007

Dari tabel 6 menunjukkan jumlah ibu bersalin yang memiliki kebiasaan baik, lebih banyak daripada ibu bersalin yang memiliki kebiasaan kurang baik.

g. Keterjangkauan Sarana Kesehatan Tabel 7

Distribusi Sampel Menurut Keterjangkauan Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006

Keterjangkauan Jumlah Persentasi Terjangkau

Tidak Terjangkau

83 56

59,7 % 40,3 %

Jumlah 139 100 %

Sumber : Data primer, tahun 2007

(6)

2. Analisis Bivariat

Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antar variabel dependen terhadap variabel independen (pendidikan, kemampuan ekonomi, pengetahuan, kebiasaan, dan keterjangkauan).

a. Pendidikan Ibu Tabel 8

Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan Pada Ibu

Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006

Pendidi Sumber : Data primer, tahun 2007

Hasil uji statistik memperlihatkan nilai statistik chi squa r e dari pearson sebesar 21,117 dengan probabilitas 0,000. Karena nilai probabilitas berdasarkan statistik tersebut lebih kecil dari taraf nyata 0,05, maka disimpulkan untuk menolak hipotesis nol dan menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan.

Besarnya hubungan antara pemanfaatan pertolongan persalinan dengan tingkat pendidikan dihitung dengan menggunakan rumus phi dengan hasil 0,39 dimana hasil uji ini memperlihatkan adanya hubungan yang sedang.

b. Pengetahuan Ibu Tabel 9

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan Pada Ibu

Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006

Pengeta Sumber : Data primer, tahun 2007

Hasil uji statistik memperlihatkan nilai statistik chi square dari pearson sebesar 8,526 dengan probabilitas 0,004 sedangkan nilai chi square berdasarkan koreksi kontuinitas sebesar 7,042 dengan probabilitas 0,008 karena nilai probabilitas berdasarkan kedua statistik tersebut lebih kecil dari taraf nyata 0,05, maka disimpul-kan untuk menolak hipotesis nol dan menerima hipotesis alternatif yang menyata-kan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan.

(7)

c. Kemampuan Ekonomi Tabel 10

Hubungan Antara Kemampuan Ekonomi Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan

Pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006

Kemampu

Sumber : Data primer, tahun 2007

Dari tabel 10 menunjukkan hubungan antara kemampuan ekonomi ibu dengan pemilihan tenaga persalinan, dimana ibu yang memiliki kemampuan ekonomi yang baik, lebih banyak memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan sedangkan ibu yang memiliki kemampuan ekonomi kurang (kurang mampu), lebih banyak memilih tenaga non kesehatan sebagai penolong persalinan.

Hasil uji statistik memperlihatkan nilai statistik chi squa r e dari pearson sebesar 3,933 dengan probabilitas 0,047 sedangkan nilai chi squa r e berdasarkan koreksi kontuinitas sebesar 3,249 dengan probabilitas 0,071 karena nlai probabilitas berdasarkan kedua statistik tersebut lebih kecil dari taraf nyata 0,05, maka disimpul-kan untuk menolak hipotesis nol dan menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat kemampuan ekonomi dengan pemilihan tenaga penolong persalinan.

Besarnya hubungan antara pemanfaatan pertolongan persalinan dengan tingkat kemampuan ekonomi dengan mengguna-kan rumus phi dengan hasil 0,168 dimana hasil uji ini memperlihatkan adanya hubungan yang lemah.

d. Kebiasaan Ibu Tabel 11

Hubungan Antara Kebiasaan Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan Pada Ibu

Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas

Kebia Sumber : Data primer, tahun 2007

Hasil uji statistik memperlihatkan nilai statistik chi squa r e dari pearson sebesar 71,527 dengan probabilitas 0,000 sedangkan nilai chi squa r e berdasarkan koreksi kontuinitas sebesar 68,648 dengan probabilitas 0,000. karena nilai probabilitas berdasarkan kedua statistik tersebut lebih kecil dari taraf nyata 0,05, maka disimpul-kan untuk menolak hipotesis nol dan menerima hipotesis alternatif yang menyata-kan bahwa ada hubungan antara kebiasaan kesehatan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan.

(8)

e. Keterjangkauan Sarana Kesehatan Tabel : 12

Hubungan Antara Keterjangkauan Sarana Kesehatan Dengan Pemilihan Penolong Persalinan Pada Ibu Bersalin di Wilayah

Kerja Puskesmas Barombong Tahun 2006

Keterjang kauan

Pemilihan

Total Nakes Non Nakes

N % N % n %

Terjangkau Tdk Terjkau

41 24

49,4 42,9

42 32

50,6 57,1

83 56

59,7 40,3

Total 65 46,8 74 53,2 139 100

Sumber : Data primer, tahun 2007

Hasil uji statistik memperlihatkan nilai statistik chi squa r e dari pearson sebesar 0,575 dengan probabilitas 0, 448 sedangkan nilai chi squa r e berdasarkan koreksi kontuinitas sebesar 0,342 dengan probabilitas 0,559 karena nilai probablitas berdasarkan kedua statistik tersebut lebih besar dari taraf nyata 0,05, maka disimpul-kan untuk menerima hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara keterjangkauan tempat bersalin dengan pemilihan tenaga penolong persalinan.

PEMBAHASAN

Dari distribusi responden yang memilih penolong persalinan di wilayah Barombong tampak lebih banyak responden yang memilih tenaga non kesehatan (dukun) dibandingkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Dari wawancara, sebagian besar responden mengaku masih memilih dukun karena alasan ekonomi.

Biaya persalinan di dukun relatif lebih murah dibandingkan di bidan atau dokter, lebih mudah dijangkau dan sebagian responden masih memiliki hubungan kerabat dengan dukun di wilayah tersebut. Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi responden dalam pemilihan penolong per-salinan di wilayah Barombong.

1. Pendidikan Ibu

Tingkat pendidikan yang tinggi merupakan dasar dalam mengembangkan wawasan serta sarana seseorang untuk memudahkan intervensi dan turut menentu-kan cara berpikir sseorang dalam menerima sikap dan perilaku baru. Tingkat pendidikan formal yang pernah didapatkan akan meningkatkan daya nalar karena pendidikan merupakan dasar pengembangan daya nalar serta memberi dorongan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu.

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jumlah responden yang memafaatkan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan di wilayah Barombong sebanyak 46,8% sampel dari 139 responden. Ditinjau dari tingkat pendidikan ibu yang memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan ter-dapat 90,5% dari 21 ibu yang berpendidi-kan cukup dan 39% dari 118 ibu yang berpendidikan kurang .

(9)

dalam kehamilan dan persalinan dan pendidikan dapat mempengaruhi daya intelektual seseorang dalam memutuskan suatu hal, termasuk penentuan penolong persalinan. Pendidikan ibu yang kurang menyebabkan daya intelektualnya juga masih terbatas sehingga perilakunya masih sangat dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya ataupun perilaku kerabat lainnya atau orang yang mereka tuakan.

Secara statistik hubungan ini bermakna sebagai efek penyebab artinya seorang ibu dalam menentukan pemanfaatan pertolongan persalinan dipengaruhi oleh tingkat pen-didikan, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi tingkat pemanfaatan penolong persalinan. Hal ini dapat juga dikatakan bahwa ada kecenderungan responden dengan tingkat pendidikan yang cukup untuk memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan, mengingat bahwa pendidikan dapat mempengaruhi daya intelektual seseorang dalam memutus-kan suatu hal.

Penelitian serupa yang dilakukan oleh Ridwan A, 2007 menunjukkan bahwa pendidikan ibu merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pemilihan tenaga penolong persalinan dengan p = 0.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang berpendidikan cukup 95,8% dari 48 responden memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan sementara ibu dengan pendidikan kurang hanya sebesar 48.9 % yang memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan dari 92 orang responden.

2. Pengetahuan Ibu

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jumlah responden yang memamfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong per-salinan ditinjau dari tingkat pengetahuan sebanyak 51,2% dari 123 ibu yang memiliki pengetahuan cukup dan 12,5% dari 16 ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa p=0,004 (p<0,05) berarti bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahuan cukup lebih banyak memamfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan kurang, lebih banyak memamfaatkan tenaga non kesehatan. Ini berarti bahwa makin tingginya tingkat pengetahuan ibu diharap-kan semakin mampu mengaplikasidiharap-kan apa-apa yang diketahuinya ke dalam kehidupan nyata. Pengetahuan tentang kesehatan secara umum tentang kehamilan, persalinan serta risiko-risikonya diharapkan menjadi acuan dalam setiap sikap dan perilaku kesehatan ibu termasuk dalam pemilihan penolong persalinan.

(10)

menetap. Keadaan lingkungan, tingkat pendidikan dan keterpaparan dengan sumber informasi mempengaruhi pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan mengenai kehamilan dan persalinan.

Secara statistik hubungan ini ber-makna sebagai efek penyebab artinya se-orang ibu dalam menentukan pemanfaatan pertolongan persalinan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu, semakin tinggi tingkat pemanfaatan penolong persalinan. Hal ini dapat juga dikatakan bahwa ada kecenderungan responden dengan tingkat pengetahuan yang cukup memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan.

Hasil penelitian Ridwan A, 2007 menyatakan sebesar 85.1 % responden dengan pengetahuan cukup memilih tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan sementara responden dengan pengetahuan kurang hanya sebesar 23.9 % yang memilih nakes sebagai tenaga penolong persalinan.

3. Kemampuan Ekonomi

Pemanfaatan pelayanan sarana kesehatan berhubungan dengan tinggi rendah-nya pendapatan, besarrendah-nya permintaan akan pelayanan kesehatan khususnya pada pelayanan kesehatan modern tergantung dari seberapa besar kemampuan ekonominya. Ability To Pay (ATP) terhadap pelayanan kesehatan didefinisikan sebagai kesanggupan dalam membayar jasa pelayanan kesehatan yang diterima seseorang yang dapat diukur dengan melihat pendapatan dan kemakmuran ekonominya.

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jumlah

responden yang memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan ditinjau dari kemampuan ekonomi sebanyak 58,7 % dari 46 ibu yang memiliki ekonomi cukup dan 40,9 % ibu dari 93 ibu yang memiliki ekonomi yang kurang.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa p=0,047 (p<0,05), ini berarti bahwa makin tingginya kemampuan ekonomi diharapkan semakin mampu membayar jasa pelayanan kesehatan khususnya dalam hal persalinan.

Secara statistik hubungan ini bermakna sebagai efek penyebab artinya seorang ibu dalam menentukan pemanfaatan pertolongan persalinan dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi, semakin tinggi kemampuan ekonomi, semakin tinggi tingkat pemam-faatan penolong persalinan. Hal ini dapat juga dikatakan behwa ada kecenderungan responden dengan kemampuan ekonomi yang cukup memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan.

Hasil penelitian Ridwan, 2007 dari 65 responden yang masuk dalam kategori bukan gakin, 80 % memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan dan 20 % memilih tenaga non kesehatan sebagai penolong persalinan. Sedangkan dari 75 responden yang masuk dalam kategori gakin, 52 % memilih tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan dan 48 % memilih tenaga non kesehatan sebagai penolong persalinan.

4. Kebiasaan ibu

(11)

mempunyai tujuan-tujuan jelas dan dianggap baik dan benar. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan lingkungan sehari-hari di mana ia hidup dan dibesarkan. Kebiasaan merupakan satu hal mendasar yang mempengaruhi perilaku seseorang, termasuk perilaku kesehatan yang dalam hal ini kehamilan dan persalinan.

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jumlah responden yang memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong per-salinan ditinjau dari kebiasaan kesehatan ibu sebanyak 77,5 % dari 80 ibu yang memiliki kebiasaan baik dan 5,1 % dari 59 ibu yang memiliki kebiasaan yang kurang baik.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa p = 0,000 (p < 0,05) berarti bahwa dalam memanfaatkan nakes sebagai penolong persalinan, ibu yang memiliki kebiasaan kesehatan yang baik mempunyai frekuensi yang lebih besar daripada ibu yang memiliki kebiasaan kurang baik. Ini berarti bahwa semakin baik kebiasaan ibu diharapkan mampu mempengaruhi perilaku ibu, termasuk perilaku kesehatan yang dalam hal ini kehamilan dan persalinan.

Secara statistik hubungan ini bermakna sebagai efek penyebab artinya seorang ibu dalam menentukan pemanfaatan pertolongan persalinan dipengaruhi oleh kebiasaan kesehatan, semakin baik kesehatan ibu, semakin tinggi tingkat pemanfaatan penolong persalinan. Hal ini dapat juga dikatakan bahwa ada kecenderungan responden dengan kebiasaan yang baik memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan.

Hasil penelitian Ridwan A, 2007 menyatakan sebesar 84.6% responden dengan kebiasaan baik memilih tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong per-salinan sementara responden dengan kebiasaan tidak baik hanya sebesar 28.6% yang memilih nakes sebagai tenaga penolong persalinan.

5. Keterjangkauan Sarana Kesehatan Saat ini, penyebaran sarana kesehatan masih belum merata. Terdapat daerah yang belum memiliki sarana kesehatan khususnya dalam bidang persalinan. Hal ini menyebab-kan masyarakat kesulitan mendapatmenyebab-kan pelayanan kesehatan. Bila sarana kesehatan atau rumah sakit sudah tersedia, yang menjadi masalah selanjutnya adalah terdapat daerah yang tidak dijangkau oleh sarana transportasi untuk mencapai sarana kesehatan tersebut.

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jumlah responden yang memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan ditinjau dari keterjangkauan tempat bersalin sebanyak 49,4 % dari 83 ibu yang mudah menjangkau tempat bersalin dan 42,9 % dari 56 ibu yang tidak mudah menjangkau tempat bersalin.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa p=0,448 (p>0,05) berarti bahwa ibu yang mudah menjangkau maupun sulit menjangkau tempat bersalin lebih banyak memafaatkan tenaga non kesehatan di-banding tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan.

(12)

mudah menjangkau sarana kesehatan memilih tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan sementara responden yang tidak mudah menjangkau sarana kesehatan sebesar 66.2 % yang memilih nakes sebagai tenaga penolong persalinan.

KESIMPULAN

Dari penelitian yang kami lakukan, didapatkan kesimpulan responden yang memilih nakes sebagai tenaga penolong persalinan sebesar 46,8% dan 53,2% memilih tenaga non kesehatan sebagai penolong persalinan. Faktor Pendidikan, pengetahuan, kebiasaan ibu dan kemampuan ekonomi berhubungan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Barombong sedangkan tidak ada hubungan antara keterjangkauan terhadap sarana pelayanan kesehatan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan.

SARAN

1. Perlu diadakan pembinaan masyarakat dalam membentuk usaha kecil dan menengah (kerajinan tangan) yang dapat menjadi salah satu alternatif peningkatan perekonomian keluarga yang dapat digalakkan lewat program PKK.

2. Kepada kader-kader puskesmas maupun posyandu diharapkan lebih meningkatkan kegiatan penyuluhan kesehatan khusus-nya mengenai kehamilan dan persalinan. 3. Kepada pihak puskesmas diharapkan untuk mengadakan pelatihan bagi dukun beranak mengingat dukun masih sebagai salah satu pilihan untuk menolong persalinan.

DAFTAR PUSTAKA

Adipriati, D.”Deteminan Pemilihan Tempat Persalinan di Kabupaten Cirebon thn 2004”. Jurnal Kesehatan Masyarakat Na siona l FKM UI, Vol. I, No. 4, Februari 2007, Hal. 188-192

Bangsu, Tamrin. ”Dukun Bayi Sebagai Pilihan Utama Tenaga Penolong Persalinan”. Jurnal Penelitian UNIB, Vol. VII, No. 2, Juli 2001, Hal. 104-109. Diakses tanggal 10 Juni 2007.

Besral. ”Pengaruh Pemeriksaan Kehamilan Terhadap Pemilihan Penolong Per-salinan”. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional FKM UI Vol. I, No. 2, Oktober2006, Hal. 88-92

Karmila S, Parameswari. Gambaran Status Keseha ta n Masyarakat Kelur a ha n Ba r ombong Kecamatan Ta ma la te Kota Makassar. Fakultas Kedokteran Unhas. Makassar. 2007.

Maas, Linda T. Kesehatan Ibu dan Anak : P er sepsi Buda ya da n Da mpa k Kesehatannya. USU Digital Library. 2004. Diakses tanggal 10 Juni 2007.

Notoadmojo,S. Dasar-Dasar Pendidikan dan Pelatihan. Jakarta: Badan Penerbit Kesehatan Masyarakat FKM UI. 1989

---, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. 2003

---, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2005

(13)

Sayang Ibu (GSI) dalam Meningkat-kan Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan”. Jurnal Penelitian UNIB, Vol. VIII, No. 2, Juli 2002, Hal. 100-104. Diakses tanggal 10 Juni 2007.

Prabowo, AH. Rendahnya Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Dokter PTT Bertugas Di Puskesmas Parengan Kabupaten Tuban, Jawa Timur

Saimi, Kusnanto H. Pemamfaatan Pelayanan P er sa lina n Gr a tis di P uskesma s Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. No.3 Januari 2006. Diakses tanggal 10 Juni 2007

Sarwono, P. Ilmu Kebida na n. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta 1999

Suprapto, Agus.Pola Pertolongan Persalinan 5 Ta hun Ter a khir Hubunga nnya denga n F a ktor Sosia l Ekonomi Di Indonesia. Internet, Error! Hyperlink reference not valid.. Diakses tanggal 10 Juni 2007

Wijayanti PM. ”Mengapa Wanita Tidak Memilih Bidan Desa Sebagai Penolong Persalinan”?. Mutiara Medika Jurnal Kedokteran dan Kesehatan FK UI Vol. V, No. 2, Juli 2005, Hal. 83-96

(14)

Gambar

Tabel 1 Distribusi Sampel Menurut Asal RW Di
Tabel 5  Distribusi Sampel Menurut Kemampuan
Tabel  9  Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan
Tabel 10 Hubungan Antara Kemampuan Ekonomi

Referensi

Dokumen terkait

Tidak adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dan ansietas pasien pre operasi, dipengaruhi juga karena rumah sakit menyediakan informasi untuk pasien dan

 Jadi pseudo-code bisa dikatakan juga sebagai algortima yang sudah sedikit digabungkan dengan bahasa pemrograman yang akan

ST2.6 Peningkatan publikasi hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berkualitas, berdaya saing internasional, dan relevan dengan kebutuhan bangsa dan

Perbedaan tekanan pada juxtaposition reservoar-reservoar (gambar 5.19), terlihat bahwa reservoar T-5 pada bagian hanging wall bertemu dengan reservoar unit Bekasap A pada

Pada bulan Februari dan Maret 1947 di Malang, S M Kartosuwiryo ditunjuk sebagai salah seorang dari lima anggota Masyumi dalam komite Eksekutif, yang terdiri dari 47 anggota

(1) Untuk tiap tahun buku oleh Direksi disusun perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi Neraca dan perhitungan laba-rugi tersebut

Skala ekonomis dapat tercapai ketika output dapat digandakan dengan biaya ( cost per unit ) kurang dari dua kali lipat atau perusahaan yang memproduksi dalam skala

Pada beberapa perusahaan otomotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mengalami kefluktuatifan nilai harga saham, yang disebabkan krisis ekonomi global dua