Sains Alami Pengaruh Pemberian Hasil Samping Biogas terhadap Bawang Merah
39
Pengaruh Pemberian Hasil Samping Pembuatan Biogas sebagai Pupuk
Organik Cair terhadap Pertumbuhan Bawang Merah (
Allium cepa
L.)
The Influence of Side Products of Biogas Fermentation as Liquid Organic
Fertilizer on the Growth of Onion (
Allium
cepa
L
.)
Lailatul Mufairoh1*), Saimul Laili 2**) , Tintrim Rahayu3
123
Department of Biology FMIPA UNISMA, Indonesia
ABSTRAK
Peningkatanproduksi bawang merah diperlukan adanya perbaikan teknik budidaya dan pemberian pupuk organik. Limbah cair biogas adalah salah satu pupuk organik yang dapat digunakan pada tanaman. Manfaat limbah cair biogas adalah dapat memperbaiki sifat-sifat tanah dan menghasilkan produk pertanian yang aman bagi kesehatan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh dosis dan waktu pemberian pupuk bio-slurry terhadap pertumbuhan bawang merah (Allium cepa L.) Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama yaitu waktu pemberian pupuk yang terdiri dari empat taraf yaitu: kontrol, W1, W2 dan W3. Faktor kedua adalah pemberian dosis pupuk
slurry yaitu 25 ml, 50ml, 75 ml dan 100 ml. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk bio-slurry berpengaruh terhadap pertumbuhan bawang merah. Perlakuan D4W1 (pemberian pupuk setiap minggu
dengan dosis 100 ml).menunjukkan hasil yang terbaik pada setiap parameter yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, panjang akar, berat basah dan berat kering.
Kata kunci: Pupuk Bio-Slurry, Bawang merah (Allium cepa L.), waktu pemberian pupuk
ABSTRACT
The shallots production enhancements, an improvement in cultivation techniques and organic fertilizer is needed. Biogas liquid waste is one of the organic fertilizers that can be used in plants. The benefit of biogas liquid waste is that it can improve soil properties and produce agricultural products that are safe for health. The purpose of this study was to determine the effect of dose and time of bio-slurry fertilizer on the growth of red onion (Allium cepa L.). Research used a randomized block design consisting of two factors. The first factor is the time of fertilizer application which consists of four levels, namely: control, W1, W2 and W3. The second factor is the administration of bio-slurry fertilizer dose of 25 ml, 50 ml, 75 ml and 100 ml. The results showed that the application of bio-slurry fertilizer affected the growth of shallots. The treatment of D4W1 (fertilizer every week with a dose of 100 ml) showed the best results in each parameter, namely plant height, leaf number, leaf area, root length, wet weight and dry weight
Keywords: Bio-Slurry Fertilizer, Onion (Alliumcepa L.), time for fertilizer application
*)
Lailatul Mufairoh, Jurusan Biologi FMIPA UNISMA Jl. MT. Haryono 193, Malang 65144 Tlp. 085749470668 email: Lailatul.Mufairoh@yahoo.com
**)
Ir. H. Saimul Laili, M.Si, Jurusan Biologi FMIPA UNISMA Jl. MT. Haryono 193, Malang 65144 Tlp. 085259377845
Sains Alami Pengaruh Pemberian Hasil Samping Biogas terhadap Bawang Merah
40
Pendahuluan
Bawang merah (Allium cepa L) merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang banyak dikonsumsi manusia sebagai campuran bumbu masak. Sebagai komoditas hortikultura yang banyak dikonsumsi masyarakat, potensi pengembangan bawang merah masih terbuka lebar bukan hanya untuk kebutuhan dalam negeri tetapi juga kebutuhan luar negeri (Suriani, 2012) [1]. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi bawang merah adalah dengan perbaikan teknik budidaya dan pemberian pupuk organik. Pemberian pupuk organik memiliki kelebihan yaitu ramah lingkungan, memperbaiki sifat fisik, kimia serta biologi tanah. [2].
Pupuk organik merupakan pupuk yang terdiri dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia. Pupuk organik dapat berasal dari pupuk kandang. Syekhfani [3], menjelaskan bahwa pupuk kandang memiliki sifat yang alami, tidak merusak tanah, serta menyediakan unsur hara makro juga mikro. Pupuk kandang memiliki fungsi dapat meningkatkan daya menahan air, nilai kapasitas tukar kation dan dapat memperbaiki struktur tanah.
Limbah cair biogas adalah salah satu dari pupuk organik yang dapat digunakan pada tanaman. Pupuk limbah cair biogas merupakan pupuk dari kotoran ternak yang telah difermentasi. Berdasarkan analisis dalam pupuk cair Bio-slurry mengandung banyak unsur hara yaitu C-organik (48%), N-total (2,9%), C/N (15,8%), P2O5 (0,2%), KO (0,3%) [4].
Menurut Hadisuwito [5], bio-slurry cair memiliki manfaat yaitu dapat memperbaiki sifat-sifat tanah, menghasilkan produk pertanian yang aman dan mengandung mikro organisme yang dapat menyuburkan tanah dan menambah nutrisi serta dapat mengendalikan penyakit pada tanah. Limbah cair biogas juga dapat mudah diserap oleh tanaman karena unsur-unsuryang terkandung didalamnya sudah terurai. Hal ini disebabkan karena pupuk limbah cair biogas mengalami proses dekomposisi oleh bakteri anaerob di dalam tabung penampungan [6], namun selama ini pupuk cair limbah biogas belum dimanfaatkan dengan baik. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai “Pengaruh Pemberian Hasil Samping Pembuatan Biogas sebagai Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan
Bawang Merah (Allium cepa L.)” untuk mengetahui pengaruh dosis dan waktu pemberian pupuk
bio-slurry terhadap pertumbuhan bawang merah.
Material dan Metode
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bawang merah, bio-slurry yang sudah difermentasi dan media tanam yaitu tanah yang bertekstur gembur.
Alat digunakan sebagai berikut: timbangan, polybag, soil tester, higrometer, penggaris, alat tulis, kertas label, ember, sekop, gelas ukur.
Metode
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimen, dengan rancangan penelitian menggunakan RAK (Rancangan Acak Kelompok) faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu dosis yang diberikan (D) dan waktu pemberian pupuk (W). Terdapat beberapa parameter yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, Panjang akar, berat basah dan berat kering.
Cara Kerja
Penelitian dilakukan selama 7 minggu dengan penyiraman setiap pagi dan sore. Untuk pemberian pupuk cair dilakukan sesuai dengan metode yang sudah dirancang yaitu kelompok 1 (W1) mulai dari 1 MST (Minggu Setelah Tanam) hingga 6 MST, kelompok 2 (W2) mulai 2 MST, 4 MST
Sains Alami Pengaruh Pemberian Hasil Samping Biogas terhadap Bawang Merah
41
dan kelompok 3 (W3) mulai 2 MST, 4 MST dan 6 MST serta disesuaikan dengan dosis yang sudah ditentukan yaitu 25 ml, 50 ml, 75 ml dan 100 ml. Dan terdapat control sebagai pembanding dengan perlakuan d0w0.
Analisis Data: Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis mengunakan uji ANOVA, apabila terjadi beda nyata antara perlakuan maka kemudian dilakukan uji beda nyata terkecil (BNT) taraf 5%.
Hasil dan Diskusi
Hasil Penelitian
Hasil Pengamatan Pemberian Pupuk Cair Setiap Minggu Terhadap Parameter Tanaman pada Pengamatan ke 49 HST Keterangan: d0 : kontrol d1 : 25 ml d2 : 50 ml d3 : 75 ml d4 :100 ml
Gambar 1. Grafik Rata-rata Hasil Pengamatan Dengan Perlakuan Pemberian Pupuk Cair Setiap Minggu pada Pengamatan 49 HST
Hasil Pengamatan Pemberian Pupuk Cair Setiap 2 dan 4 Minggu Terhadap Parameter Tanaman pada Pengamatan ke 49 HST
Gambar 2. Grafik Rata-rata Hasil Pengamatan Dengan Perlakuan Pemberian Pupuk Cair Setiap 2 dan 4 Minggu pada Pengamatan 49 HST
2 5 ,8 9 ,3 22 ,5 2 2 ,3 2 ,5 0 ,7 2 9 ,5 1 2 ,3 2 9 ,5 31 6 ,8 0 ,8 3 0 ,1 16 3 2 ,2 2 7 ,3 6 ,6 1 ,2 3 2 ,8 1 2 ,3 3 0 ,6 2 3 ,3 6 ,8 1 3 3 ,5 1 4 ,3 3 1 ,8 33 6 ,9 1 ,2 T I N G G I T A N A M A N ( C M ) J U M L A H D A U N ( H E L A I ) L U A S D A U N ( C M 2 ) P A N J A N G A K A R ( C M ) B E R A T B A S A H ( G ) B E R A T K E R I N G ( G ) d0 d1 d2 d3 d4 2 5 ,8 9 ,3 2 2 ,5 2 2 ,3 2 ,5 0 ,7 3 1 ,1 16 3 3 ,2 7 33 1 0 ,1 1 ,1 3 2 ,5 1 3 ,6 34 ,6 29 9 ,8 1 ,4 3 4 ,8 8 ,3 3 7 ,2 2 5 ,3 5 ,9 0,8 3 5 ,5 1 5 ,3 38 35 1 1 ,5 1 ,6 T I N G G I T A N A M A N ( C M ) J U M L A H D A U N ( H E L A I ) L U A S D A U N ( C M 2 ) P A N J A N G A K A R ( C M ) B E R A T B A S A H ( G ) B E R A T K E R I N G ( G ) d0 d1 d2 d3 d4
Sains Alami Pengaruh Pemberian Hasil Samping Biogas terhadap Bawang Merah
42
Hasil Pengamatan Pemberian Pupuk Cair Setiap 2, 4 dan 6 Minggu Terhadap Parameter Tanaman pada Pengamatan ke 49 HST
Gambar 3. Grafik Rata-rata Hasil Pengamatan Dengan Perlakuan Pemberian Pupuk Cair Setiap 2, 4 dan 6 Minggu pada Pengamatan 49 HST
Pembahasan
Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman: Tinggi tanaman merupakan peubah yang sering diamati baik sebagai indicator pertumbuhan maupun sebagai pengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang sudah diterapkan. Hal ini didasarkan karena tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat [7].
Dari hasil penelitian tinggi tanaman setelah dianalisis menunjukkan bahwa pemberian limbah cair biogas dengan berbagai dosis dan waktu pemberian pupuk yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda pula. Untuk waktu pemberian pupuk setiap minggu tinggi tanaman pada hari ke-49 pada dosis 100 ml (d4) menunjukkan pengaruh yang nyata. Hal ini berarti bahwa pemberian pupuk cair setiap satu minggu sekali adalah waktu pemberian pupuk yang tepat dikarenakan pada minggu pertama hingga minggu ke-enam adalah masa pertumbuhan vegetatif bawang merah. Sehingga unsur hara yang dibutuhkan seperti N, P, K dan S pada saat pertumbuhan terpenuhi. Namun pada perlakuan pemberian pupuk dalam waktu 2 dan 4 MST dan pemberian dalam waktu 2, 4 dan 6 MST tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan unsur hara yang semakin berkurang.
Menurut refrensi [8] tinggi suatu tanaman dapat dipengaruhi oleh beberapa macam unsur hara seperti N, P, K dan S serta dipengaruhi oleh unsur hara mikro seperti Na, Cu dan Zn. Tanaman yang kekurangan unsur hara makro dan unsur hara mikro tersebut dapat mengalami kekerdilan karena pembentukan sel, karbohidrat dan protein menjadi terhambat.
Hasil Pengamatan Jumlah Daun: Jumlah daun untuk perlakuan pemberian pupuk setiap minggu berbeda nyata pada pengamatan 49 HST (Hari Setelah Tanam). Hal ini menunjukkan bahwa waktu pemberian pupuk dalam kurun waktu satu minggu adalah waktu yang efektif untuk pertumbuhan bawang merah. Sedangkan untuk perlakuan W2 dan W3 tidak terjadi beda nyata pada pengamatan 49 HST, hal ini disebabkan berkurangnya unsur hara yang digunakan dalam pembentukan daun seperti unsur Ca dan P.
Menurut refrensi [9] menyatakan bahwa kekurangan unsur hara seperti Ca dan P dapat menimbulkan efek pada tanaman yaitu menyebabkan terkumpulnya zat-zat lain dalam jaringan tanaman sehingga dapat menurunkan kekuatan pertumbuhan tunas hingga pertumbuhan jumlah daun yang menjadi tidak maksimal.
2 5 ,8 9 ,3 2 2 ,5 2 2 ,3 2 ,5 0 ,7 3 0 ,3 1 1 ,3 30 ,3 3 1 ,3 7 0 ,7 3 2 ,1 11 30 30 9 ,4 0 ,7 3 3 ,5 12 3 3 ,5 25 6 ,4 0 ,8 3 5 ,3 1 4 ,6 3 7 ,7 3 3 ,6 9,6 0 ,9 T I N G G I T A N A M A N ( C M ) J U M L A H D A U N ( H E L A I ) L U A S D A U N ( C M 2 ) P A N J A N G A K A R ( C M ) B E R A T B A S A H ( G ) B E R A T K E R I N G ( G ) d0 d1 d2 d3 d4
Sains Alami Pengaruh Pemberian Hasil Samping Biogas terhadap Bawang Merah
43
Jumlah daun pada tanaman merupakan komponen yang dapat menunjukkan pertumbuhan pada tanaman. Pembentukan daun sendiri dapat dipengaruhi oleh sifat genetik pada tanaman, namun lingkungan yang baik juga dapat mempercepat pembentukan daun tersebut. jumlah daun dapat dipengaruhi oleh sifat genetis tanaman hingga fase berbunga [10].
Hasil Pengamatan Luas Daun: Pada pengamatan 49 HST pemberian pupuk cair baik itu perlakuan W1 (tiap minggu), W2 (2 dan 4 MST) dan W3 (2, 4 dan 6 MST) tidak menunjukkan berbeda nyata. Hal ini dikarenakan unsur hara yang berfungsi untuk pertumbuhan luas daun suatu tanaman seperti unsur N, P, K, Ca, Mg dan Cl sudah berkurang dikarenakan sudah diserap oleh tanah dan tumbuhan.
Penambahan pertumbuhan luas daun pada suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh unsur hara makro dan unsur hara mikro yaitu unsur N, P, K Ca, Mg dan Cl, apabila kekurangan unsur-unsur tersebut mengakibatkan daun tidak normal dan ujung daun berubah menjadi kering [9].
Hasil Pengamatan Panjang Akar: Perkembangan akar tanaman dipengaruhi oleh unsur hara N, P, K, B dan Cl, apabila kekurangan unsur hara tersebut mengakibatkan terganggunya pertumbuhan akar. Akar yang tidak normal akan menyebabkan unsur hara hanya sedikit yang diserap oleh tanaman sehingga pertumbuhan akar menjadi terhambat [8].
Pada pengamatan 49 HST pemberian pupuk cair baik itu perlakuan W1 (tiap minggu), W2 (2 dan 4 MST) dan W3 (2, 4 dan 6 MST) menunjukkan berbeda nyata. Hal ini dikarenakan unsur hara yang dibutuhkan dalam pembentukan akar seperti N, P, K dan Cl sudah terpenuhi sehingga pembentukan akar maksimal.
Hasil Pengamatan Berat Basah: Pada pengamatan 49 HST pemberian pupuk cair baik itu perlakuan W1 (tiap minggu) dan W3 (2, 4 dan 6 MST) menunjukkan berbeda nyata. Hal ini dikarenakan dalam pupuk cair bio-slurry memiliki manfaat untuk meningkatkan daya menahan air sehingga kelembaban tanah masih terjaga. Namun pada perlakuan W2 tidak terjadi beda nyata dikarenakan unsur hara (Na) yang digunakan untuk meningkatkan kadar air pada pengamatan 49 HST sudah berkurang, sehingga berat basah tanaman kurang maksimal.
Winarto dan Napitupulu [11], menunjukkan bahwa pemberian N dan K pada dosis tinggi yang banyak mengandung zat hara cukup untuk menaikkan bobot basah umbi. Penurunan hasil bobot basah bukan hanya disebabkan oleh kekurangan unsur N dan K, tetapi juga bisa disebabkan oleh kelebihan unsur P dalam tanah.
Berat basah tanaman dipengaruhi oleh semua unsur pembentuk protein dan karbohidrat, tetapi yang sangat berpengaruh pada kadar air (sukulen) pada suatu tanaman adalah unsur Na dan kelembaban tanah [9].
Hasil Pengamatan Berat Kering
Pada pengamatan 49 HST pemberian pupuk cair baik itu perlakuan W1 (tiap minggu), W2 (2 dan 4 MST) dan W3 (2, 4 dan 6 MST) tidak menunjukkan berbeda nyata. Hal ini dikarenakan unsur hara N yang tinggi sehingga penyerapan unsur K kurang maksimal. Winarto dan Napitupulu [11] menyatakan bahwa pupuk sebagai sumber nutrisi relevan untuk pertumbuhan tanaman. Penambahan pupuk K memberikan pengaruh sangat nyata terhadap bobo tumbi kering per rumpun.
Menurut refrensi [12], apabila pemberian jumlah unsur hara N tinggi justru akan menurunkan berat kering, karena karbohidrat yang terdapat pada pupuk tersebut hanya digunakan untuk pembentukan sel batang, daun dan kemudian diabsorbsi oleh akar, sedangkan karbohidrat yang digunakan untuk mempertebal dinding sel, pembentukan serat, penyimpanan pati, dan pembentukan organ-organ lainnya terbagi hanya sedikit.
Sains Alami Pengaruh Pemberian Hasil Samping Biogas terhadap Bawang Merah
44
Pengamatan Suhu, pH Tanah dan Kelembaban: Pentingnya pengukuran pH tanah adalah untuk menentukan mudah tidaknya unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman serta dapat menunjukkan adanya unsur-unsur yang beracun dan perkembangan mikrorganisme. Unsur hara mudah diserap oleh tanaman pada pH netral yaitu sekitar 6.5-7.5, karena pada pH yang netral unsur hara mudah larut dalam air sehingga dapat dengan mudah diserap oleh tanaman [8].
Tabel 1. Rata-rata faktor lingkungan dengan pengukuran setiap minggu
No. Faktor Lingkungan Rata-rata
1. Suhu 25 oC
2. Kelembaban 70 %
Tabel 2. Rata-rata pH pada perlakuan pemberian pupuk pada tanaman bawang merah
Perlakuan
Rata-rata pH
d0
7.5
d1
7.0
d2
6.5
d3
6.7
d4
7
Menurut refrensi [13][14], bawang merah dapat tumbuh baik dengan suhu udara 25-32°C, dan
kelembaban 50-70%. Dalam Tabel 1 menunjukkan bahwa suhu dan kelembaban udara selama
penelitian telah memenuhi syarat untuk pertumbuhan bawang merah.
Menurut refrensi [13] bawang merah dapat tumbuh dengan baik pada pH tanah yang tidak asam (netral) dengan pH rata-rata 5.6-7.5. Dalam tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata pH tanah pada bawang merah disetiap perlakuan selama penelitian yaitu berkisar 6.5 – 7.5, dan didapat hasil bahwa rata-rata pH tersebut telah memenuhi syarat untuk pertumbuhan bawang merah
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Pemanfaatan Limbah Biogas (Bio-Slurry) sebagai Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Bawang Merah dapat disimpulkan bahwa Pemberian pupuk organik Bio-Slurry berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. Dosis yang terbaik pemberian
pupuk organik cair Bio-Slurry adalah 100 ml (d4). Waktu yang terbaik pemberian pupuk organik cair
Sains Alami Pengaruh Pemberian Hasil Samping Biogas terhadap Bawang Merah
45
Daftar Pustaka
[1] Suriani, N. 2012. Bawang Bawa Untung. Budidaya Bawang Merah dan Bawang Merah. Cahaya
Atma Pustaka.Yogjakarta.
[2] Laude, S. dan A. Hadid. 2007. Respons Tanaman Bawang Merah Terhadap Pemberian Pupuk Cair Organik Lengkap. Jurnal Agrisains 8(3) : 140146.
[3] Syekhfani. 2000. Arti Penting Organik bagi Kesuburan Tanah. Kongres I dan Semiloka Nasional
MAPORINA. Batu. Malang. Hal 1-8
[4] Program Biru. 2011. Dekomposisi dan Mineralisasi Beberapa Macam Bahan Organik. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian dan TeknologiPertanianUniversitas Negeri Papua. Manokwari.
[5] Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Agromedia. Jakarta.
[6] Yunus. M. 1991. Pengelolaan Limbah Perternakan. Animal Husbandry Project. Jurusan Produksi
Ternak Universitas Brawijaya. Malang.
[7] Nispatullaila, A, 2014. Pengaruh Frekuensi Pemberian Air dan Dosis Pupuk Kotoran Ayam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kailan (Brassica oleraceae var. Alboglabra). .Skripsi. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA), Serang, Banten
[8] Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Medyatama Sarana Perkasa. Jakarta
[9] Syarief, S. 1984. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung
[10] Putra, R.Y., Haryati, H. dan Mawarni. L.2012. Respon Pertumbuhan dan Hasil Bawang Sabrang (Eleutherine Americana Merr.) pada Beberapa Jarak Tanam dan Berbagai Tingkat
Pemotongan Umbi Bibit. Jurnal online Agroekoteknologi Vol.1, No.1, Desember 2012
[11] Winarto, L. dan Napitupulu, D.2010. Pengaruh Pemberian Pupuk N dan K terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah. Jurnal Holtikultura 20 (1): 27-3
[12] Arifah, S.M. 1997. Respon Tanaman Kentang pada Pemberian Pupuk Pelengkap Cair dengan
Konsentrasi dan Frekuensi yang Berbeda di Dataran Medium. Jurnal Penelitian Pertanian
Tropika. URL: http://ejournal.umm.ac.id/index.php/tropika/article/view/330/342
[13] Sutarya R dan Grubben G. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Gadjah Mada University Press (ID). Prosea Indonesia – Balai Penelitian
[14] Nazaruddin. 1999. Budidaya dan pengaturan panen sayuran dataran rendah. Penebar Swadaya.