• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DOSIS PUPUK BOKASI KOTORAN KAMBING DAN KOTORAN SAPI TERHADAP HASIL PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum L.) VARIETAS NEW MUTIARA F1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH DOSIS PUPUK BOKASI KOTORAN KAMBING DAN KOTORAN SAPI TERHADAP HASIL PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum L.) VARIETAS NEW MUTIARA F1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DOSIS PUPUK BOKASI KOTORAN KAMBING DAN KOTORAN SAPI TERHADAP HASIL PRODUKSI TANAMAN TOMAT

(Solanum lycopersicum L.) VARIETAS NEW MUTIARA F1 THE EFFECT OF BOCATION FERTILIZER AND COW FERTILIZER DOSAGE ON THE PRODUCTION OF TOMATO (Solanum lycopersicum L.)

PLANT VARIETY OF NEW PEARL F1

Fidyah Resti Prananti, Yacobus Sunaryo*, Darnawi

Fakultas Pertanian Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta *Email korespondensi: yacob_ust@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis dan jenis pupuk bokasi yang baik terhadap hasil produksi tanaman tomat. Percobaan dilaksanakan di Pusat Pelatihan Pertanian Dan Pedesaan Swadaya (P4S) Lestari Makmur, Jl. Wates Km.12 Polaman Desa Argorejo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Lokasi penelitian pada ketinggian tempat ± 149 mdpl, suhu 24,5 – 32,5°C, dengan curah hujan 1500 – 2000 mm per tahun, kelembaban udara 65 -95 %. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni – Oktober 2018. Penelitian dilakukan dengan percobaan faktorial 3 × 2 yang disusun dengan Rancangan Acak Lengkap dengan empat kali ulangan. Faktor pertama adalah dosis pupuk bokasi yaitu 3, 6 dan 9 ton.ha-1. Faktor kedua adalah jenis pupuk bokasi yaitu kotoran kambing dan

kotoran sapi. Variabel pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, umur berbuah, umur panen, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, diameter buah, berat segar tanaman dan berat kering tanaman. Analisis data hasil pengamatan menggunakan sidik ragam (Analysis of variace) dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf signifikan 5%. Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi interaksi antara dosis dan jenis pupuk bokasi terhadap tinggi tanaman, umur berbunga, umur berbuah, berat segar tanaman, berat kering tanaman dan jumlah daun. Ada interaksi antara dosis dan jenis pupuk bokasi terhadap 3 variabel pengamatan yaitu jumlah buah, bobot buah dan diameter buah. Hasil tertinggi diperoleh pada jenis pupuk bokasi kotoran kambing dengan dosis 9 ton.ha-1.

(2)

ABSTRACT

This study aimed to determine the dosage of bokasi fertilizer and the type of bokasi fertilizer that appropriate to increase the yield of tomato plants. The experiment was carried out at Pusat Pelatihan Pertanian Dan Pedesaan Swadaya (P4S) Lestari Makmur, Jl. Wates Km.12 Pollaman of Argorejo Village, Sedayu District, Bantul Regency, Yogyakarta. The research location has altitude of 149

meters above sea level, temperature 24.5 - 32.5 , the rainfall 1500 - 2000 mm

per year and air humidity 65 -95%. The study was conducted in June - October 2018. The study was conducted by 3 × 2 factorial experiment arranged in a completely randomized design with four replications. The first factor was the dosage of the bokasi fertilizer, which was 3, 6 and 9 ton.ha-1. The second factor is the type of bokasi fertilizer namely goat manure and cow dung. Observation variables included plant height, leaf number, flowering age, fruiting age, harvest age, number of fruits per plant, fruit weight per plant, fruit diameter, fresh weight and dry weight of plants. Analysis of the date using analysis of variance followed by Duncan's Multiple Range Test (DMRT) at a significant level of 5%. The results of the experiment indicated analysis showed no interaction between the dosage and the type of bokasi fetilizer to plant height, flowering age, fruiting age, plant fresh weight, plant dry weight and number of leaves. While there is an interaction between the dosage and the type of bokasi fertilizer on the number of fruits, fruit weight and diameter of the fruit. The highest yield was obtained on the type of goat manure bokasi with a dose of 9 tons. ha-1.

Keywords: bocation fertilizer, goat manure, cow dung, tomatoes PENDAHULUAN

Tomat adalah sejenis buah yang mempunyai citarasa tersendiri di kalangan konsumennya terutama golongan menengah ke atas dan luar negeri, tanaman ini tergolong pada suku solanaceae, atau suku terong-terongan yang merupakan salah satu suku tumbuhan berbunga dan memiliki nilai ekonomi cukup tinggi bagi kepentingan manusia. Tanaman tomat membutuhkan penyinaran yang cukup untuk produksi yang menguntungkan dan berkualitas baik, intensitas matahari yang tinggi kurang bagus untuk pertumbuhannya. Tanaman tomat bisa dibudidayakan pada lahan pertanian maupun dalam pot dengan pemeliharaan dan penyiraman yang teratur sehingga dapat tumbuh dengan baik.

Konsumsi tomat untuk kebutuhan rumah tangga diperoleh dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilakukan BPS pola perkembangan konsumsi tomat pada periode 2011 – 2015 cenderung fluktuatif, dengan rata-rata pertumbuhan 28,13% pertahun. Konsumsi tomat pada tahun 2011 sebesar 2,091

(3)

kg/kapita/tahun, sedangkan pada tahun 2015 konsumsinya terjadi peningkatan yaitu sebesar 4,171 kg/kapita/tahun. Selama periode 2011 – 2015 konsumsi tomat yang paling tinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 4,171 kg/kapita/tahun sedangkan konsumsi tomat yang terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 1,716 kg/kapita/tahun. Perkembangan konsumsi tomat selama periode 2011 – 2015 cenderung fluktuatif dan tidak terjadi banyak peningkatan. Upaya untuk meningkatkan produksi tomat dapat dilakukan dengan sistem budidaya yang baik dan benar seperti pemilihan bibit, media tanam, perawatan serta penggunaan pupuk organik.

Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02/ Pert/ Hk.060/ 2/ 2006 tentang pupuk organik dan pembenah tanah, yang dimaksud dengan pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk menyuplai bahan organik serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

Terdapat berbagai macam jenis pupuk organik salah satunya adalah bokasi. Bokasi merupakan salah satu jenis pupuk yang dapat menggantikan pupuk kimia untuk meningkatkan kesuburan tanah sekaligus memperbaiki kerusakan sifat-sifat tanah akibat pemakaian pupuk anorganik (kimia) secara berlebihan. Bokasi dibuat dari hasil fermentasi limbah pertanian (pupuk kandang, jerami, sampah, sekam serbuk gergaji) dengan menggunakan EM-4 (Gao et al., 2012; Atikah, 2013). EM-4 (Efektif Microorganisme-EM-4) merupakan bakteri pengurai dari bahan organik yang digunakan untuk proses pembuatan bokasi, yang dapat menjaga kesuburan tanah sehingga berpeluang untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi (Tola et al., 2007; Ruhukail, 2011).

Dalam pemanfaatannya bokasi dapat meningkatkan konsentrasi hara dalam tanah, selain itu bokasi juga dapat memperbaiki tata udara dan air tanah. Dengan demikian, perakaran tanaman akan berkembang dengan baik dan akar dapat mmenyerap unsur hara yang lebih banyak, terutama unsur hara N yang akan meningkatkan pembentukan klorofil, sehingga aktivitas fotosintesis lebih meningkat dan dapat meningkatkan jumlah dan luas daun. Hal tersebut berkaitan

(4)

dengan kemampuan bahan organik dalam memperbaiki sifat (tekstur dan struktur) tanah dan biologi tanah sehingga tercipta lingkungan yang lebih baik bagi perakaran tanaman (Pangaribuan et.al 2008).

Menurut Mugnisjah dan Setiawan (1990) dalam Asrijal et.al (2005), kandungan hara N dan P yang ada dalam bokasi sangat dibutuhkan untuk pembentukan anakan, seperti pada tanaman kedelai yang membutuhkan banyak N dalam pertumbuhannya dengan bintil akarnya dapat menfiksasi N bebas di udara, dengan kondisi pertanaman yang rapat untuk menjaga kelembaban.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Pusat Pelatihan Pertanian Dan Pedesaan Swadaya P4S Lestari Makmur, Jl. Wates Km.12 Polaman Desa Argorejo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Lokasi penelitian pada ketinggian tempat ± 149 mdpl, suhu 24,5 – 32,5 ℃, dengan curah hujan 1500 – 2000 mm per tahun, kelembaban udara 65 -95 %. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 17 Juni – 20 Oktober 2018.

Bahan yang digunakan penelitian ini adalah benih tanaman tomat varietas New Mutiara F1, kotoran kambing jenis etawa, kotoran sapi jenis metal, tetes tebu, bekatul, EM 4, air secukupnya. Alat yang digunakan dalam penelitian ini cangkul, gelas ukur, timbangan, polybag, oven, tali rafia, pisau, label, meteran, dan alat tulis.

Penelitian dilakukan dengan percobaan faktorial 3 × 2 yang disusun dengan Rancangan Acak Lengkap dengan empat kali ulangan. Faktor pertama adalah dosis pupuk bokasi yaitu 3 ton.ha-1, 6 ton.ha-1, 9 ton.ha-1. Faktor kedua

adalah jenis pupuk bokasi yaitu kotoran kambing dan kotoran sapi. Pada percobaan ini diperoleh 6 kombinasi perlakuan dengan 4 kali ulangan, sehingga terdapat 24 unit perlakuan. Setiap kombinasi perlakuan terdiri dari 5 tanaman dan 3 tanaman sebagai sampel, jumlah tanaman keseluruhan adalah 120 tanaman.

Variabel pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, umur berbuah, umur panen, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, diameter buah, berat segar tanaman dan berat kering tanaman. Analisis hasil variabel pengamatan menggunakan sidik ragam (Analysis of variace)

(5)

dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf signifikan 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan tanaman tomat yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, umur berbuah, umur panen, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, diameter buah, berat segar dan berat kering tanaman tidak menunjukkan adanya interaksi antara perlakuan jenis pupuk bokasi dengan dosis pupuk bokasi, dapat dilihat pada Tabel 1. Pada variabel pengamatan jumlah buah, bobot buah per tanaman dan diameter buah terdapat interaksi antara perlakuan jenis pupuk bokasi dengan dosis pupuk bokasi, dapat dilihat pada Tabel 2.

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara dosis pupuk bokasi dan jenis pupuk bokasi terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, umur berbuah, umur panenberat segar dan berat kering tanaman. Terjadi interaksi antara dosis pupuk bokasi dengan jenis pupuk bokasi pada jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman dan diameter buah.

Tabel 1. Tinggi tanaman, umur berbunga, umur berbuah, umur panen, berat segar tanaman, berat kering tanaman, jumlah daun

Variabel perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Umur Berbunga (hst) Umur Berbuah (hst) Umur Panen (hst) Berat Segar Tanaman (g) Berat Kering Tanam an(g) Jumlah Daun Dosis bokasi (ton.ha-1)

3 83,29 a 42,37 a 48,62 a 77,25 a 147,67 a 45,79 a 167,67 a 6 86,08 a 42,50 a 48,29 a 77,79 a 136,88 a 38,81 a 184, 42 a 9 84,91 a 43,50 a 48,58 a 78,33 a 119,28 a 37,75 a 155,46 a Jenis bokasi Kotoran kambing 81,16 p 42,30 p 48,50 p 77,77 p 128,24 p 43,07 p 159,89 p Kotoran sapi 88,36 p 43,27 p 48,50 p 77,780p 140,98 p 38,50 p 178,47 p Interaksi (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

Keterangan: rerata dalam baris atau kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan adanya beda nyata pada DMRT 5%; (-) : tidak ada interaksi

(6)

Perlakuan dosis pupuk bokasi dan jenis pupuk bokasi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman tomat. Hal ini diduga karena kurangnya tanaman menerima unsur N yang merupakan unsur hara esensial yang penting bagi tanaman untuk mempercepat pertumbuhan dan tinggi tanaman dengan terpenuhinya unsur hara ini maka tinggi tanaman optimum akan tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarif (1986), yang menyatakan bahwa unsur niterogen (N) sangat diperlukan tanaman untuk merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman seperti batang, akar, daun dan cabang.

Dosis pupuk bokasi dan jenis pupuk bokasi juga tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, diduga hal ini karena kurangnya penyerapan unsur hara, semakin banyak jumlah daun maka penyerapan unsur hara akan semakin besar karena klorofil yang diperlukan untuk proses fotosintesis juga akan semakin banyak. Pada saat memasuki fase pembentukan daun, tanaman lebih banyak menyerap unsur hara dari dalam tanah dan banyak membutuhkan cahaya matahari (Cahyono, Bagus et al., 2014).Dosis pupuk bokasi dan jenis pupuk bokshi tidak berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, umur berbuah, umur panen, diduga karena kurangnya kebutuhan unsur hara khususnya unsur pospor, dimana manfaat utama pospor adalah untuk merangsang pertumbuhan akar dan bunga tanaman.

Dosis pupuk bokasi dan jenis pupuk bokasi tidak berpengaruh nyata terhadap berat segar dan berat kering tanaman, hal ini dikarenakan intensitas cahaya matahari yang kurang diterima oleh tanaman pada saat pertumbuhan vegetatif sehingga menghambat laju pembelahan sel serta pembentukan jaringan tidak berjalan cepat sesuai dengan meningkatnya persediaan karbohidrat, sehingga pertumbuhan batang tidak tumbuh dengan baik. Dosis pupuk bokasi dan jenis pupuk bokasi berpengaruh nyata terhadap jumlah buah per tanamanjumlah buah tertinggi terdapat pada dosis pupuk bokasi 9 ton.ha-1 dengan jenis pupuk bokasi kotoran kambinghal ini terjadi karena pada kotoran kambing terdapat tekstur yang khas karena berbentuk butiran-butiran yang sukar dipecah secara fisik yang berpengaruh terhadap proses dekomposisi dan penyediaan haranya, sehingga dengan tercukupinya unsur hara baik hara makro maupun hara mikro dapat

(7)

dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhan generatif yang mempengaruhi jumlah produksi (Nugroho, P 2014).

Tabel 2. Jumlah buah, bobot buah per tanaman, diameter buah Variabel

perlakuan

Jumlah Buah Bobot Buah per

tanaman (g)

Diameter Buah (cm)

Dosis bokasi (ton.ha-1)

3 21,2938 b 371,546 c 3,3313 b 6 18,1088 c 524,185 b 2,5813 c 9 23,9313 a 632,886 a 4,2625 a Jenis bokasi Kotoran kambing 21,8383 p 582,388 p 3,5325 p Kotoran sapi 20,3842 q 436,691 q 3,2508 p Interaksi (+) (+) (+)

Keterangan: rerata dalam baris atau kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukkan adanya beda nyata pada DMRT 5%.; (+) : ada interaksi

Berdasarkan hasil sidik ragam bobot buah per tanaman menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk bokasi dan jenis pupuk bokasi menunjukkan adanya pengaruh beda nyata. Hasil DMRT 5% menunjukkan bahwa dosis pupuk bokasi 9 ton.ha-1 memberikan pengaruh yang nyata dengan bobot 918,490 gram, sedangkan bobot terendah terjadi pada dosis pupuk bokasi 3 ton.ha-1 dengan jenis pupuk bokasi kotoran sapi dengan bobot 335,173 gram. Hal ini menunjukkan bahwa unsur hara banyak terdapat pada dosis pupuk bokasi 9 ton.ha-1 dengan jenis pupuk bokasi kotoran kambing. Menurut penelitian Cahyono, Bagus et.al., (2014) persaingan antar tanaman dalam mendapatkan unsur hara, air, dan cahaya matahari berpengaruh terhadap pertumbuhan generatif. Ketersediaan unsur hara yang cukup memungkinkan proses fotosintesis optimum dan asimilat yang dihasilkan dapat digunakan sebagai cadangan makanan pada fase generatif. Karena cadangan makanan dalam jaringan yang lebih banyak akan memungkinkan bobot buah lebih optimal.

Dosis pupuk bokasi dengan jenis pupuk bokasi berpengaruh nyata terhadap diameter buah, diameter buah yang paling besar terdapat pada dosis

(8)

pupuk bokasi 9 ton.ha-1 yaitu sebesar 4,9450 cm dan diameter buah yang paling kecil terdapat pada perlakuan dosis pupuk bokasi 6 ton.ha-1 dengan jenis pupuk bokasi kotoran sapi yaitu sebesar 2,5050 cm. Hal ini dikarenakan semakin banyak dosis pupuk bokasi yang digunakan semakin banyak unsur hara dan air yang tersedia dalam tanah serta penerimaan cahaya matahari yang maksimal maka menghasilkan buah yang lebih besar.

KESIMPULAN

1. Ada interaksi antara dosis pupuk bokasi dan jenis pupuk bokasi terhadap diameter buah, bobot buah per tanaman dan jumlah buah per tanaman.

2. Perlakuan dosis pupuk bokhasi 9 ton.ha-1 memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.

3. Jenis pupuk bokasi kotoran kambing memberikan hasil terbaik pada pertumbuhan dan hasil tanaman tomat

DAFTAR PUSTAKA

Ali Z. A., et al., 2014. “Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Tomat (Lycopersicum esculentum L.) Dataran Rendah Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Ayam,” Jurnal Agroteknologi. 2(4): 1401-1407.

Alquarti, F. 2013. Sukses Bertanam Tomat dari Nol Sampai Panen. Jakarta. ARC Media. Hal 21.

Arifin Z. 2007. Bokashi (Bahan organik kaya sumber hidup) Malang. Balai Teknologi pertanian UPTD Pertanian.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi. 2012. Teknologi Budidaya Tomat Dalam Pot. http://jambi.litbang.pertanian.go.id/eng/images/PDF/ 12tomat.pdf. (diakses pada tanggal 03 April 2018).

Cahyono, B.H., dan Tripama, B., 2014. Respons Tanaman Tomat Terhadap Pemberian Pupuk Bokashi Dan Pengaturan Jarak Tanam. Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. : 168 – 187.

Gao M, Li J, and Zhang X. 2012. Responses of soil fauna structure and leaf litter decomposition to effective microorganism treatments in da hinggan mountains, china. Chinese Geographical Science 22(6):647-658.

Gardner, F.P., et.al., 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI-Press. Jakarta. Hal 15 Hidayati, N dan Dermawan, R. 2013. Tomat Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 49

Kaya, E. 2009. Ketersediaan Fosfat, Serapan Fosfat, dan Hasil Tanaman Jagung

(Zea mays L) Akibat Pemberian Bokashi Ela Sagu dengan Pupuk Fosfat

(9)

Maryanto dan Abdul R. 2015. “Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill) Varietas Permata,” Jurnal Agrifor. 14 (1): 87-94.

Mulyati, R. S., Tejowulan., dan V. A. Octarina. 2007. Respon Tanaman Tomat terhadap Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Urea terhadap Pertumbuhan dan Serapan N. J. Agroteksos. 17 (1): 51-56.

Muzayyanah, 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Malang Program S1. Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Nasir, 2007. Tekhnik Pembuatan Bokashi. http://www.dispertenak pandegelanng.go.id. Diakses pada tanggal 03 Mei 2018.

Nugroho, P. 2014. Panduan Membuat Pupuk Kompos Cair. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. Hal 204.

Pangaribuan, D.H., Yasir, M., Utami, N.K. 2012. Dampak Bokashi Kotoran Ternak dalam Pengurangan Pemakaian Pupuk Anorganik pada Budidaya Tanaman Tomat. Jurnal Agronomi Indonesia. 40(3):204 – 210.

Peraturan Menteri Pertanian No.02/Pert/HK.060/2/2006. 2006. tentang Pupuk Organik dan Pembenah Tanah. Diakses pada tanggal 08 Mei 2018.

Pitojo. S., 2009. Benih Tomat. Kasinius, Yogyakarta. Hal 35.

Purwati, E. dan Khairunisa. 2007. Budidaya Tomat Dataran Rendah dengan Varietas Unggul serta Tahan Hama dan Penyakit. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 67.

Setyawan, W. 2010. Pengaruh Bokashi Jerami Padi dan Ketebalan Mulsa Jerami Alang-Alang terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat

(Lycopersicun esculentum Mill.). Skripsi Sarjana. Universitas Lampung.

Shahardeen R. N. M and T. H. Seran. 2013.”Impact of animal manure EM-bokashi on seed yield and quality of vegetable cowpea (Vigna

unguiculata L.)”. Bangladesh Journal Of Scientific And Industrial

Research. 48(1):33-3

Sriyanto, D., et al., 2015. “Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terung Ungu Dan Terung Hijau (Solanum melongena L.)”. Jurnal Agrifor. 14(1):39-44.

Susetya, Darma. 2014. Panduan lengkap membuat pupuk organik. Pustaka baru press. Yogyakarta. Hal 194.

Tola F, et al, 2007, ”Pengaruh penggunaan dosis pupuk bokashi kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung”. Jurnal Agrisistem 3(1):1-8.

Zikriya R. 2014. Out Look Komoditi Tomat. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jendral Kementrian Pertanian. Jakarta. Hal 84.

Gambar

Tabel 1. Tinggi tanaman, umur berbunga, umur berbuah, umur panen, berat segar  tanaman, berat kering tanaman, jumlah daun
Tabel 2. Jumlah buah, bobot buah per tanaman, diameter buah  Variabel

Referensi

Dokumen terkait

penalaran moral pada tahapan ini berkaitan dengan punnishment , seperti kepatuhan anak dikarenakan ketakutannya akan diberi hukuman jika membangkang. 2) Tahap kedua disebut

Reversif merupakan hubungan atau pasangan berlawanana arti yang menggambarkan suatu pergerakan, dimana salah satu kata menggambarkan suatu gerakan dalam satu arah

Unit Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Industri pupuk X mempunyai unit penanggulangan kebakaran yaitu bagian Keselamatan dan Pemadam Kebakaran (KPK). Unit

Pola penanaman pendidikan moral anak di Dusun Taman Roja Desa Batara Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep dilakukan orang tua dengan cara membiasakan anak dalam

Pengamatan untuk ekstrak metanolik menghambat perkembangan embrio pada perlakuan setelah fertilisasi hanya memperlambat perkembangan embrio bulu babi sedangkan untuk

Dalam Peperiksaan Sijil Tinggi Persekolahan Malaysia Bahasa Melayu yang baharu, komponen pentaksiran berasaskan sekolah (PBS) diterapkan kepada calon sekolah kerajaan,

Jika sebuah isu indikator adalah isu lingkungan yang seharusnya sangat lazim dan diketahui siswa, dan sebagai konsekuensinya tingkat pengetahuan siswa bukan hanya