• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pornografi dan Anak Tuhan (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pornografi dan Anak Tuhan (1)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Yusak Novanto, S.Psi, M.Psi, Psikolog

Dosen Fakultas Psikologi UPH Surabaya dan Assistant Marketing Manager UPH Surabaya.

Pornografi dan Anak Tuhan

Di era teknologi informasi seperti ini kita seakan – akan mengalami kebebasan yang tanpa batas untuk mencari sumber informasi yang dapat memenuhi kebutuhan kita sebagai manusia. Informasi yang luas itu dapat kita temukan di sekeliling kita melalui televisi, radio, majalah, surat kabar, dan yang terbaru adalah dunia internet yang tanpa dibatasi waktu dan ruang. Jenis informasi yang kita cari seharusnya merupakan cerminan dari kebutuhan terbesar yang dimiliki oleh setiap individu tersebut. Misalnya saja, ada orang yang tertarik pada cara –cara menjaga kebugaran tubuhnya, maka kegemarannya adalah membaca majalah atau menonton siaran televisi yang berkaitan dengan olah raga dan senam kesehatan. Sementara itu, ada orang lain yang lebih tertarik untuk berbicara mengenai perang dan kekerasan, maka film laga dan berita kriminal tentu menjadi tontonan utamanya setiap hari. Selain kedua hal yang telah disebutkan di atas, ada sebuah kebutuhan dalam diri manusia yang telah menggerakkan salah satu industri terbesar dalam sejarah media massa. Kebutuhan itu adalah kebutuhan seks yang dimiliki setiap manusia normal yang hidup di dunia ini. Dorongan atau nafsu seks telah membuat industri pornografi menjadi salah satu industri yang paling menguntungkan di muka bumi hingga saat ini. Pornografi dalam media telah merajalela ke seluruh penjuru dunia dengan berbagai macam bentuk dan jenisnya. Tentu hal ini merupakan sebuah fenomena yang mempengaruhi sikap, nilai dan perilaku umat manusia, termasuk orang yang mengaku dirinya adalah seorang Kristen, pengikut Kristus.

(2)

merangsang penonton secara seksual melalui suara/audio,ia dapat dikategorikan terlibat dalam pornografi meskipun tidak ada tubuh telanjang atau adegan seks yang ditampilkan dalam film itu. Di sisi yang lain, penggambaran aktivitas seksual yang dilakukan oleh manusia tidak dapat digolongkan ke dalam pornografi bila hal itu dibuat untuk mengekspresikan sesuatu karya seni yang artistik, dan tidak semata – mata mengandung nilai percabulan yang kotor dan menjijikkan. Banyak karangan novel di Amerika yang pada jaman dulu digolongkan ke dalam pornografi, namun saat ini lebih dipandang sebagai karya sastra biasa yang kebetulan jalan ceritanya memang menampilkan perilaku seksual yang dilakukan manusia sehari-hari.

Untuk membahas definisi pornografi, biasanya terdapat pandangan yang subyektif yang berbeda-beda dalam diri setiap orang. Misalnya, sebuah patung telanjang di taman kota tentu tidak digolongkan ke dalam pornografi, karena tujuan pembuatnya adalah sebagai karya seni yang dikagumi karena sejarah dan nilai estetikanya. Selain itu, sesuatu yang dianggap pornografi oleh seseorang, belum tentu dikategorikan menjadi pornografi jika orang lain yang melihatnya. Selain pornografi, kita juga mengenal istilah erotika yang didefinisikan sebagai “Buku, gambar, dan lain – lainnya yang berkaitan dengan cinta seksual/eros” (David & Rathus, 1995). Banyak penulis kontemporer yang menggunakan istilah erotika untuk menyebut material seksual yang diproduksi secara artistik atau digunakan untuk tujuan seni. Dalam budaya barat, pornografi sering diklasifikasikan menjadi hard-core “(X-rated) atau soft-core (R-“(X-rated). Pornografi hard core meliputi penggambaran alat kelamin dan hubungan seksual secara terang-terangan dan vulgar. Sedangkan pornografi soft-core biasanya terdapat pada gambar – gambar wanita telanjang dalam majalah seperti Penthouse dan Playboy. Jenis ini lebih merupakan foto wanita/pria telanjang yang hanya bertujuan untuk menstimulasi fantasi seksual jika dibandingkan dengan gambar adegan seksual vulgar yang mendorong manusia untuk meniru adegan yang ditampilkan. Film/video yang tergolong soft-porn biasanya meliputi adegan seksual atau adegan telanjang tanpa mengekspose bagian alat kelamin secara close-up.

(3)

pria/wanita telanjang, adegan seks dalam video porno, lagu, humor, karikatur, iklan, video game, dan website porno. Di Canada (1984) telah dibuktikan bahwa 38 % dari 2000 orang dewasa yang mengikuti suatu penelitian pernah melihat adegan hubungan seksual dalam sebuah film. Sedangkan di Amerika, pada tahun 1986, ditemukan 25 % responden setidaknya telah menonton film X-rated satu kali dalam setahun. Masyarakat Amerika tampaknya telah diperkenalkan dengan pornografi sejak mereka duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama oleh teman –teman dekatnya ketika usia mereka 13-15 tahun. Wanita lebih sering ditunjukkan pornografi oleh pacarnya jika dibanding dengan keadaan sebaliknya. Survey yang dilakukan tahun 1985 dengan 600 orang di Amerika menghasilkan kenyataan bahwa 90 % dari subyek penelitian pernah melihat majalah Playboy, Playgirl atau sejenisnya. 95 % responden menyatakan bahwa mereka setidaknya pernah satu kali melihat film R-rated (soft porn), dan 65 % pria dan wanita pernah melihat film X-R-rated (hard-core). Pornografi biasanya digunakan untuk membangkitkan atau memperkuat rangsangan seksual, dan sering pula digunakan sebagai alat bantu masturbasi. Selain itu, sering pula pornografi digunakan oleh pasangan yang sudah menikah untuk meningkatkan sensasi seksual mereka ketika sedang berhubungan seks. Ada pula pornografi yang digunakan untuk iklan suatu produk tertentu yang diharapkan dengan prinsip asosiasi di dalam otak manusia, para konsumen tetap loyal pada produk itu karena ingatan yang terus melekat pada pornografi tadi. Penelitian menyatakan bahwa baik pada pria dan wanita, kedua-duanya menunjukkan respons fisiologis terhadap rangsangan seksual yang diperoleh melalui gambar, film dan audiotapes yang porno.

(4)

dari apa yang mereka lakukan. Bagi pria, pornografi memang dengan mudah dapat menjadi alat untuk memperoleh seks tanpa melibatkan emosi diri dan pasangannya. Beberapa penelitian tentang pornografi telah dibuat di Amerika yang tentu saja hasilnya dapat bermacam-macam sesuai dengan tahun pelaksanaan dan karakterisitik masyarakat yang ditelitinya. Misalnya saja pada tahun 1960, Komisi konggres Amerika menyatakan bahwa negara seharusnya tidak terlalu mencampuri hak orang dewasa untuk melihat pornografi karena menurut penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa pornografi tidak menyebabkan terjadinya tindak kejahatan yang disertai kekerasan atau pun penyimpangan seksual seperti eksibisionisme, voyeurisme, dan penganiayaan anak-anak. Memang pada beberapa orang yang terangsang oleh pornografi ditemukan peningkatan frekuensi aktivitas seksual yang biasa mereka lakukan sebelumnya, baik itu masturbasi atau pun berhubungan seks dengan pasangannya.

Pada tahun 1985, sebuah komite yang diketuai oleh jaksa agung Amerika menyatakan bahwa tayangan pornografi yang menggambarkan kedudukan wanita yang lebih rendah dibandingkan dengan pria, telah meningkatkan tingkat penerimaan para responden terhadap perilaku pemerkosaan. Kemudian, hasil peneitian psikologi eksperimen dalam laboratrium juga menyatakan bahwa pria yang melihat pornografi yang disertai kekerasan akan lebih cepat menjadi agresif terhadap wanita dan kurang merasa ikut prihatin terhadap wanita di sekelilingnya yang mengalami penganiayaan/pelecehan seksual. Mereka berpikir bahwa kebanyakan wanita yang diperkosa/dilecehkan juga menikmati perlakuan itu sama seperti yang mereka tonton pada kebanyakan film/video porno. Penayangan semacam ini akan mengakibatkan terjadinya efek desentisasi, yaitu para penonton akan semakin merasa kurang menentang adegan kekerasan yang terjadi dalam film, jika mereka terus menerus diberikan tontonan seperti itu. Terutama untuk pria, film semacam ini secara potensial akan meningkatkan dorongannya untuk melakukan perilaku yang mereka lihat.

(5)

lunak terhadap pemerkosa dan hukuman yang harus ditanggungnya. Selain itu, akibatnya dari pornografi tanpa kekerasan adalah pria lebih bersikap meremehkan wanita dan menganggap bahwa wanita adalah milik umum yang dapat dinikmati siapa saja, dan tentu hal ini secara tidak langsung merendahkan hak wanita untuk memilih pasangan seksualnya secara terhormat. Wanita juga hanya dihargai sebagai obyek mainan seks yang harganya diukur dari seberapa menarik fisik dan kemampuan seksnya, dibandingkan dengan kepribadian wanita itu sendiri.

(6)

fit untuk melakukkan aktivitas yang lainnya. Secara mental, jelas orang semacam ini akan mengalami suatu ikatan yang sulit dilepaskan, seperti misalnya pada gejala kecanduan narkoba yang bisa muncul sewaktu – waktu dan menuntut pemuasan saat itu juga. Hal ini tentu sangat berbahaya dan secara tidak langsung dapat meningkatkan perilaku seksual yang disertai dengan kekerasan dan pemaksaan oleh orang yang kecanduan pornografi.

Di jaman yang serba instan ini, konsumen pornografi juga dimanjakan tersedianya material semacam itu di dekat rumah – rumah kita dengan suatu slogan utama “Dapatkan sekarang, sebagaimana anda inginkan dan kapan saja Anda menginginkannya”. Secara spiritual, fantasi pornografi merusak jiwa dengan kebohongan bahwa kenikmatan seksual itu tersedia secara cepat, mudah, dan murah. Fakta saat ini membuktikan bahwa pornografi berkembang dengan begitu dashyatnya bagai air bah yang tidak bisa kita bendung alirannya. Diperkirakan bahwa 50 situs dewasa baru muncul di internet setiap harinya dan perkiraan terakhir dari FBI menunjukkan bahwa dalam setahun, industri pornogafi mengalami peningkatan penghasilan kira-kira $12-14 milyar. Benih ikatan pornografi telah ditanamkan oleh iblis ketika korbannya masih dalam usia yang sangat muda. Dosa ini dapat menghalangi panggilan Tuhan kepada seorang manusia untuk hidup seturut kehendak penciptaNya. Seorang pria yang mempunyai karisma dan keahlian berkotbah seharusnya dapat menjadi pemberita Injil yang handal, namun ia mengalami ikatan seksual yang bersumber pada pornografi di masa mudanya. Pandangan dunia mengatakan bahwa “Tidak ada salahnya dengan hal ini; semua orang melakukannya”, hal ini membuat para pria dan wanita Kristen juga terlibat dalam pornografi. Mereka menjadi budak seks dan mengalami gaya hidup ketagihan dalam diri mereka.

(7)

mengakibatkan seseorang mengalami kecanduan seksual. Apalagi jika hal ini diperparah dengan lingkungan tempat tinggal yang serba membolehkan perilaku seksual yang terjadi saat ini. Menurut Ted Roberts, gaya hidup terdiri dari fantasi seksual akibat pornografi yang menjadi fokus dalam pikiran seseorang. Jika fokus ini berkepanjangan dan sangat kuat, fantasi seksual akan mengakibatkan suatu puncak perubahan mental yang membelokkan pikiran seseorang dari kehidupan nyata dan membuat ia hidup dalam dunia fantasinya sendiri.

Selain mengalami fantasi seksual, orang yang ketagihan akan melakukan beberapa ritual atau kebiasaan dalam kehidupannya seperti misalnya ia akan mendatangi toko buku orang dewasa, pergi ke bar – bar yang menjajakan seks, menonton film porno, dan bahkan memandang seseorang di tempat kerja yang bisa membuatnya terangsang secara seksual. Orang yang terperangkap di dalam ikatan seksual akan melakukan ritual tersebut ketika ia menghadapi situasi-situasi hidup yang menekan dan membutuhkan kenyamanan pada masa – masa krisis/konflik. Jika hal ini terus menerus berlangsung, tingkat rangsangannya dapat berubah dari hal yang ringan kepada hal yang eksplisit, dari sensual kepada kejahatan, kepada hal yang menyimpang, dan akhirnya banyak dari mereka yang mempratikkan fantasi mereka.

(8)

Orang yang terlibat secara terus menerus dalam pornografi akan memiliki beberapa asumsi yang salah dalam pikiran mereka mengenai seksualitas dan wanita. Seperti misalnya jika seorang pria melihat gambar wanita telanjang yang sedang bekerja di tempat kerja, tentu saja hal ini bisa mengakibatkan pemikiran bahwa di mana ada wanita, yang terpenting adalah mereka hanyalah obyek seksual. Selain itu, pria memiliki asumsi yang salah bahwa pria harus bekerja keras memegang kendali dalam terjadinya hubungan seks karena belum pernah terjadi di dalam majalah atau film porno, cerita berakhir tanpa keberhasilan bagi sang pria untuk mendapatkan seksualitas tokoh wanitanya.

(9)

pengaruhnya yang begitu kuat untuk mempengaruhi fantasi seorang manusia. Bahkan Tuhan Yesus Kristus sendiri memperingatkan umatNya dengan keras dalam Injil Matius 5 : 28, Dia berkata “Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.” Hal inilah yang disebut sebagai perselingkuhan dalam pikiran karena gambar – gambar seks yang ditampilkan dalam pornografi begitu kuat muncul dalam ingatan sehingga hal itu selalu meninggalkan kesan pribadi yang abadi. Ketika seorang manusia melihat/menikmati material seksual pornografi, mereka akan berfantasi seksual dan membayangkan bahwa ia memiliki hubungan seks yang menggairahkan dengan wanita/pria yang biasanya bukan merupakan pasangan suami/isterinya. Hal ini juga dialami oleh pria/wanita yang lajang, mereka akan cenderung membayangkan betapa indahnya jika mereka dapat berhubungan seks dengan artis yang gambar telanjangnya mereka lihat atau adegan pornonya mereka nikmati. Perilaku ini disebut sebagai perzinahan.

Perzinahan adalah salah satu dosa yang semenjak awal sejarah dunia ini telah dibenci oleh Tuhan. Dalam 10 perintah Allah yang diberikan kepada Musa, perintah untuk tidak berzinah sudah termasuk di dalamnya.Hukuman untuk pezinah dalam perjanjian lama adalah kematian. Hukuman ini tidak saja menimpa orang yang tidur dengan orang yang bukan isterinya atau bersundal dengan pelacur, namun hukuman ini juga dikenakan pada orang Israel yang menyembah kepada allah lain selain YAHWE. Raja Solomo mengemukakan suatu kata – kata bijaksana dalam Amsal 6 : 32 yang menyatakan bahwa ”Siapa melakukan zinah tidak berakal budi; orang yang berbuat demikian merusak diri”.Di dalam perjanjian baru, orang yang melakukan perzinahan tidak akan memperoleh bagian dalam kerajaan Allah dan kehidupan kekal. Menurut Alkitab, karena perzinahan itu berasal dari pikiran manusia yang belum diperbaharui, maka satu –satunya jalan untuk keluar dari jerat ikatan seksual adalah dengan memperbarui pikiran kita terus menerus tiap hari dengan hikmat Tuhan melalui firman Tuhan.

(10)

1. Keluarlah dan musnahkan bahan – bahan pornografi yang kita miliki, jangan menyisakannya sedikit pun, betapa pun kita merasa sayang untuk membuangnya. Sedikit yang tersisa dapat membuat kita tetap terpaku pada hal tersebut dan tergoda untuk menikmatinya lagi suatu saat nanti.

2. Ubahlah kebiasaan kita. Jangan pergi ke toko – toko yang menjual bahan pornografi, hindarilah tempat – tempat yang mendorong kita secara seksual, dan jauhilah godaan untuk menyendiri tanpa lingkungan yang kondusif di sekeliling kita.

3. Jangan manjakan fantasi – fantasi kita. Berhentilah memberikan “makanan” pada kebutuhan fantasi kita yang berlebihan dan tidak sehat. Cobalah kendalikan diri kita saat kita berfantasi seks, gantilah isi pikiran kita dengan memikirkan hal – hal lain yang positif.

4. Jujurlah kepada diri kita sendiri dan akuilah bahwa kita memiliki masalah. Bertanggung jawablah pada seseorang yang mengerti tentang diri kita. Kita bisa bertukar pikiran dan mengeluarkan segala keluh kesah pergumulan seks kita pada pemimpin dan rekan orang percaya yang kita percayai karena pada prinsipnya keterbukaan adalah awal dari pemulihan hidup.

5. Sabarlah dan buanglah perasaan “gagal” bila kenyataannya kita gagal. Kebiasaan kita yang lama memerlukan waktu untuk bertumbuh, maka akan diperlukan waktu juga untuk membinasakannya.

6. Berdoalah atas masalah yang kita hadapi. Mintalah pelepasan dan kekuatan dari Allah. Izinkan Dia memberi kekuatan khusus yang kita perlukan untuk memenangkan peperangan pikiran yang tidak akan pernah berhenti sepanjang hidup kita.

. DAFTAR REFERENSI

Hart, Archibald D. (1995). The Sexual Man : Texas : Thomas Nelson, Inc Roberts, Ted (1999). Pure Desire. USA : Regal Books

(11)

Referensi

Dokumen terkait

di dalam keluarga dianggap tidak penting. Etika yang benar harus diajarkan kepada anak kecil, sehingga ketika ia dewasa maka ia akan berperilaku baik. Pendidikan merupakan suatu

Perancangan media untuk sosialisasi susu sapi segar ini sebelumnya sudah pernah ada dalam bentuk buku edukasi dan iklan layanan masyarakat akan tetapi pada

Misalnya, ada seseorang yang mengadopsi anak dari anak kecil (bayi) yang ditemukan di panti asuhan akan tetapi asal-usul anak tersebut tidak diketahui jelas

Jelaskan bahwa bagian kedua dari latihan ini akan membantu mereka dalam merencanakan suatu tindakan lanjutan pada pelatihan 3-R, misalnya, pelatihan kelompok sasaran 3-R

Orang bisa saja sangat mampu tanpa tergantung pada orang lain, tetapi perilakunya tidak sesuai dengan budaya organisasi, misalnya cara berpakaian, maka ia tak akan berhasil

Sesuatu hal yang sering dilakukan tersebut akan menjadi sebuah pembiasaan dan dapat dijadikan metode dalam pendidikan berupa proses dalam penanaman kebiasaan pada

Di negara demokratis, pelarangan dan pembakaran buku memang bisa dan tetap terjadi, akan tetapi dari kasus yang ada, ia biasanya dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat

Sehingga siswa akan tertarik untuk membaca buku cerita melalui media buku besar yang nantinya menjadi kebiasaan yang dapat menumbuhkan kemampuan dan peningkatan