• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelayanan Kesehatan Puskesmas (Budaya Kerja Puskesmas sebagai Sarana Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil di Kota Balige Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelayanan Kesehatan Puskesmas (Budaya Kerja Puskesmas sebagai Sarana Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil di Kota Balige Sumatera Utara)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu hal penting bagi masyarakat. Walaupun masih banyak hal penting lainnya. Namun, kesehatan hal terpenting karena apabila tidak memiliki kesehatan yang stabil maka semua pekerjaan dan aktivitas manusia akan terkendala. Dalam kehidupan manusia mempunyai sebuah kesehatan dimana seorang merasa baik dengan fisik, mental, maupun sosial. Konsep sehat adalah keadaan normal yang sesuai dengan standar yang diterima berdasarkan kriteria tertentu, sesuai jenis kelamin dan komunitas masyarakat.

Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti keadaan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, maka seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraan nya dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang pemeriksaan yang dilakukan mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal.

(2)

memuaskan para pelanggannya supaya mereka menjadi setia kepada perusahaan, karena apabila pelanggan merasa puas dengan apa yang diberikan perusahaan maka pelanggan akan datang kembali, menggunakan produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan maupun merekomendasikan kepada keluarga, saudara, teman, dan rekan kerjanya untuk datang atau menggunakan produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Kepuasan pelanggan dapat di ciptakan dengan cara memberikan pelayanan jasa yang baik kepada pelanggan, maupun menghasilkan produk yang berkualitas dan dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan para pelangggan. Demikian pula hanya bila pelayanan prima ini dilakukan dalam organisasi non komersil maupun pemerintah. Tidak terkecuali dalam dunia kesehatan.

Tujuan dari pelayanan kesehatan adalah untuk memenuhi kebutuhan individu atau masyarakat untuk mengatasi, menetralisasi atau menormalisasi semua masalah atau semua penyimpangan tentang kesehatan yang ada dalam masyarakat. Dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat,maka kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan kesehatan semakin meningkat sehingga tidak ada lagi upaya yang dapat dilakukan selain meningkatkan kinerja petugas kesehatan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan sebaik-baiknya.

(3)

adalah puskesmas. Puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika dilangsungkan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) di Jakarta, dimana dibicarakan upaya pengorganisasian sistem pelayanan kesehatan di tanah air.

Pembangunan kesehatan mempunyai visi “Indonesia sehat” diantaranya dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan oleh puskesmas dan rumah sakit. Selama ini pemerintah telah membangun puskesmas dan rumah sakit. Selama ini pemerintah telah membangun puskesmas dan jaringannya di seluruh indonesia rata-rata setiap kecamatan mempunyai 2 puskesmas, setiap 3 desa mempunyai 1 puskesmas pembantu. Puskesmas telah melaksanakan kegiatan dengan hasil yang nyata, status kesehatan masyarakat makin meningkat, ditandai dengan makin menurunnya angka kematian bayi, ibu, makin meningkatnya status gizi masyarakat dan umur harapan hidup.

(4)

Masyarakat yang baik. Puskesmas yang akan ditinjau berada di Provinsi Sumatera Utara, Kab. Toba Samosir, Kec. Balige, Soposurung (Puskesmas Soposurung). Maka karena hal inilah penulis tertarik membuat skripsi tentang Pelayanan Kesehatan Puskesmas (Budaya Kerja Puskesmas Sebagai Sarana Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Kota Soposurung Balige Sumatera Utara). Penulis tertarik dengan lokasi ini karena berada di kawasan sekolah SD,SMP,SMA dan berada di kota. Yang dimana pasiennya terbilang banyak, Bidan dan Dokter disana juga ditempatkan terbilang banyak karena berhubung kondisi wilayah yang ramai. Masyarakat yang datang juga berbeda beda seperti orang tua, anak sekolah, anak kecil dll.

(5)

pemahaman yang lebih mendalam tentang pelbagai masalah kesehatan dan masalah kesehatan reproduksi yang sedang dihadapi bangsa kita di tengah krisis ini, dimana paradigma pelayanan kesehatan sedang dikaji-ulang (Menkes 1998).

Salah pekerja yang terdapat di puskesmas adalah bidan1. Kegiatan para bidan disana yang menjadi ketertarikan bagi penulis. Ketika pertama kali ke puskesmas itu. Apabila memang sedang banyak pasien maka mereka akan melayani nya satu persatu dan semua itu menjadi tanggung jawab mereka. Mereka kelihatan sibuk mengelola dan melaksanakan hampir setiap kegiatan di puskesmas, serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan penduduk dengan menawarkan bantuan kuratif 2

1

Bidan (bahasa inggris : Midwife) adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya dan telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftarkan(Register) dan/atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan

2

(6)

1.2 Tinjauan Pustaka atau Kerangka Teori

Menurut Manullang yang dikutip oleh Ratminto dan Atik Septi Winarsih menyatakan bahwa3: “Seni dan ilmu perencanaan, pengoorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.” Adapun menurut Kotler yang dikutip oleh Fajar Laksana dalam buku Manajemen Pemasaran menyatakan bahwa:“Pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.” Sedangkan menurut Bilson Simamora menyatakan bahwa: “ Layanan adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi layanan bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak.” Sehingga manajemen pelayanan dapat diartikan sebagai suatu proses penerapan ilmu dan seni untuk mmenyusun rencana, mengimplementasikan rencana, mengoorganisasikan dan menyelesaikan aktivitas- aktivitas pelayanan demi tercapainya tujuan–tujuan pelayanan. Menurut Gronroos pelayanan4

(7)

menunjukan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik yang dimiliki oleh puskesmas dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti pelayanan yang diberikan oleh puskesmas kepada masyarakat, yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang, tempat parkir, perlengkapan, peralatan yang dipergunakan (teknologi) serta penampilan pengawainya atau kualitas pelayanan berupa sarana fisik puskesmas, komputerisasi administrasi, ruang tunggu, dan tempat informasi). Kenyamanan yang dimaksud disini tidak hanya yang menyangkut fasilitas yang di sediakan tetapi yang penting lagi yang Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas menyangkut sikap serta tindakan para pelaksana ketika menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

Pengertian Antropologi Kesehatan Menurut Foster dan Anderson (1978), Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia. Dalam definisi yang dibuat Foster/Anderson dengan tegas disebutkan bahwa antropologi kesehatan studi objeknya yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia.

(8)

yang berbeda yaitu Antropologi Fisik, Ethnomedicine, Studi Personalitas dan Kultural, dan Kesehatan Publik Internasional.

Foster dan Anderson (1987), mengatakan bahwa lingkungan bio-cultural yang paling baik dipelajari adalah dari sudut pandang ekologi. Sejak Perang Dunia II, ahli antropologi banyak yang berpindah ke studi lintas budaya sistim medis, bioekologi dan faktor-faktor sosio-budaya yang mempengaruhi timbulnya kesehatan dan penyakit. Pendekatan ekologis merupakan dasar bagi studi tentang masalah-masalah epidemiologi, dimana tingkahlaku individu dan kelompok menentukan derajat kesehatan dan timbulnya penyakit yang berbeda-beda dalam populasi yang berbeda-beda. Misalnya pada masyarakat yang tinggal di daerah beriklim tropis, penyakit malaria bisa berkembang dan menyerang mereka sedangkan pada daerah beriklim dingin tidak ditemukan penyakit ini, atau di daerah di atas 1700 meter permukaan laut penyakit malaria tidak ditemukan.

Contoh lain, semakin maju suatu bangsa, penyakit yang dideritapun berbeda dengan bangsa yang baru berkembang. Penyakit-penyakit infeksi seperti malaria, demam berdarah, TBC5

5

TBC, Tuberkulosisi adalah penyakit paru-paru dengan gejala berupa batuk, berat badan turun, tidak nafsu makan, demam, keringat, di malam hari, batuk berdarah dll. Yang diman batuk tersebut akan berlangsung selama 21 hari.

(9)

Pengertian Antropologi Kesehatan Menurut McElroy dan Townsend (1985), Antropologi Kesehatan adalah sebuah studi tentang bagaimana faktor-faktor sosial dan lingkungan mempengaruhi kesehatan dan kesadaran cara-cara alternatif tentang pemahaman dan merawat penyakit. McElroy dan Townsend yang mengambil pandangan sejarah juga menekankan pentingnya adaptasi dan perubahan sosial dengan menyatakan bahwa sejumlah besar ahli antropologi kesehatan kini berhubungan dengan kesehatan dan penyakit yang berkaitan dengan adaptasi kelompok manusia sepanjang jarak geografis dan jangka waktu luas dari masa prasejarah ke masa depan. Kedua ahli ini menyepakati setidaknya enam sub-disiplin antropologis yang relevan dengan Antropologi Kesehatan yaitu Antropologi Fisik, Arkeologi Pra-Historis, Antropologi Kultural, Antropologi Ekologikal, Teori Evolusioner, dan Linguistik Antropologi.

Pengertian Antropologi Kesehatan Menurut Fabrga (1972), Antropologi Kesehatan adalah studi yang menjelaskan berbagai faktor yaitu mekanisme dan proses yang memainkan peranan didalam atau mempengaruhi cara-cara dimana individu-individu dan kelompok-kelompok terkena oleh atau berespons terhadap sakit dan penyakit, dan juga mempelajari masalah-masalah sakit dan penyakit dengan penekanan terhadap pola-pola tingkahlaku.

(10)

dan lingkungan alamnya, atau melalui pengaruh langsung pada kesehatan populasi.

Dalam pemahaman Lieban, kesehatan dan penyakit adalah pengukuran efektivitas dengan dimana kelompok manusia menggabungkan sumber daya kultural dan biologikal, menyesuaikan dengan lingkungan mereka. Lieban menyebutkan bahwa pada hakekatnya ada empat macam area utama dalam atropologi kesehatan yaitu ekologi dan epidemi, ethnomedicine, aspek medis dari sistem sosial, dan perubahan medis dan kultural.

Pengertian Antropologi Kesehatan Menurut Landy (1977), Antropologi Kesehatan adalah studi mengenai konfrontasi manusia dengan penyakit dan keadaan sakit, dan mengenai susunan adaptif (yaitu sistem medis dan obat-obatan) dibuat oleh kelompok manusia untuk berhubungan dengan bahaya penyakit pada manusia sekarang ini. Landy juga menyatakan bahwa terdapat tiga generalisasi yang pada umumnya disetujui oleh ahli antropologi, yaitu:

• Penyakit dalam beberapa bentuk merupakan kenyataan universal dari

kehidupan menusia. Ini terjadi dalam keseluruhan waktu, tempat dan masyarakat

• Kelompok manusia mengembangkan metode dan peran-peran yang

teralokasi, sama dengan sumber daya dan struktur mereka untuk meniru dengan atau merespon penyakit

• Kelompok manusia mengembangkan beberapa set kepercayaan, pengertian

(11)

berbeda, dengan budaya yang berbeda, memiliki pandangan yang berbeda pula terhadap kesehatan dan penyakit, dan juga berbeda ketika memperlakukan si pasien

Pengertian Antropologi Kesehatan Menurut Hasan dan Prasad (1959), Antropologi Kesehatan adalah cabang dari ilmu mengenai manusia yang mempelajari aspek-aspek biologi dan kebudayaan manusia (termasuk sejarahnya) dari titik tolak pandangan untuk memahami kedokteran (medical), sejarah kedokteran medico-historical), hukum kedokteran (medico-legal), aspek sosial kedokteran (medico-social) dan masalah-masalah kesehatan manusia.

Pengertian Antropologi Kesehatan Menurut Weaver, (1968), Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang menangani berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit.

Akar dari Antropologi Kesehatan di telusuri pada sumber yang berbada, yang pekembangan masing-masing secara relatif terpisah satu sama lain.

1. Perhatian Antropologi fisik terhadap topik-topik seperti evolusi, adaptasi, anatomi komparatif, tipe-tipe ras, genetika, dan serologi

2. Perhatian etnografi tradisional terhadap pengobatan primitif, termasuk ilmu sihir

3. Gerakan kebudayaan dan kepribadian pada akhir 1930-an dan 1940-an, yang merupakan kerjasama antara ahli-ahli psikiatri dan antropologi

(12)

Setelah perang dunia II, di dunia barat masyarakat telah menggunakan fasilitas Rumah Sakit atau pun layanan bagi masyarakat. Dan sampai terkadang mengganti dokter sampai dinyatakan bagaimana kondisinya. Tetapi di dunia non barat untuk pengobatan medis masih lambat, baru dijalankan setelah adanya perundingan dari beberapa orang-orang besar (Aderson 1986 : 186)

Aspek-aspek struktural dan kepribadian dari konflik yang sering timbul antara para administrator rumah sakit dan para dokter dan kekuasaan para dokter untuk memperlambat prubahan dan reformasi belum lama ini disekripsikan oleh ingman dalam tulisannya mengenai sebuah rumah sakit kategori sedang di Appalachia (Aderson 1986 : 207)

Para ahli Antropolog telah memperoleh keuntungan yang amat besar dari hubungan mereka dengan para dokter, perawat, pendidikan kesehatan dan para perencana kesehatan masyarakat, yang berlangsung sejak generasi yang lalu atau lebih lama lagi, dasar – dasar faktual dan teori mereka diperluas, dan mereka menikmati kontak pribadi. Para ahli Antropolog merasa bahwa ilmu kesehatan banyak belajar dari mereka dan dapat belajar lebih banyak lagi (Aderson 1986 : 244)

(13)

Pendekatan – pendekatan dalam mengadakan hubungan masyarakat : Pada hakikatnya hubungan masyarakat menjalankan usaha-usaha untuk mencapai hubungan yang harmonis atara suatu badan atau organisasi dengan publiknya. Kegiatan itu dilakukannya melalui hubungan – hubungan yang sehat dan produktif (Siswanto 1992 : 23)

Interaksi antara tenaga kesehatan dan pasien secara universal ditandai dengan kurangnya komunikasi. Saluran informasi tersendat-sendat oleh halangan-halangan struktural termasuk perbedaan status antara ahli kesehatan dan pasien; konflik paradigma-paradigma konseptual; kepentingan spesialis kesehatan untuk mempertahankan kontrol terhadap pasien; dan stereotip-stereotip mengenai ketidaktahuan pasien ( Sciortino,2007).

Puskesmas adalah Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Visi dan Misi Puskesmas adalah Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.

(14)

a. Lingkungan sehat - Perilaku sehat

- Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu - Derajat kesehatan penduduk kecamatan

Misi Puskesmas adalah menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya dan mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya

Peran Puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan nasional secara komprehensif, tidak sebatas aspek kuratif dan rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit.

Fungsi Puskesmas yaitu :

i. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya. ii. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

iii. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada iv. masyarakat di wilayah kerjanya.

Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:

 Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan

dalam rangka menolong dirinya sendiri.

 Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali

(15)

 Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan

medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.

 Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.

 Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam

melaksanakan program

Pelayanan puskesmas yang bersifat kuratif sebagian besar ditangani oleh perawat, bahkan dapat dikatakan perawat memainkan peranan sebagai dokter. Mereka memeriksa pasien, membuat diagnosis dan memberikan resep obat (Sciortino,2008).

Syarat pokok pelayanan kesehatan yang dimaksud (Azwar, 1996) adalah : · Tersedia dan berkesinambungan syarat pokok pertama pelayanan kesehatan

yang baik adalah pelayanan tersebut harus tersedia di masyarakat serta bersifat berkesinambungan. Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan mudah dicapai oleh masyarakat.

· Dapat diterima dan wajar, syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah apa yang dapat diterima oleh masyarakat serta bersifat wajar. Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan, kepercayaan masyarakat dan bersifat wajar.

(16)

Mudah dijangkau, syarat pokok pelayanan kesehatan yang ke empat adalah mudah dijangkau oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari sudut biaya. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari sudut jarak dan biaya. Untuk mewujudkan keadaan seperti ini harus dapat diupayakan pendekatan sarana pelayanan kesehatan dan biaya kesehatan diharapkan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.

· Bermutu, syarat pokok pelayanan kesehatan yang kelima adalah yang bermutu. Pengertian mutu yang dimaksud adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

Pelayanan puskesmas yang diteliti memiliki pekerja sebagai dokter, kepala puskesmas, staf pegawai (bidan puskesmas), dan bidan desa.

Bidan hanya memberikan pelayanan pengobatan pada kasus-kasus yang tertentu saja. Dengan memakai obat-obatan umum, yang diperolehnya dari puskesmas atau di beli di warung. Yang mereka obati pada umumnya anak-anak tetangga yang menderita demam atau yang mengalami diare. Di daerah penelitian yang dijalankannya, tampaknya bidan-bidan kurang tertarik untuk terjun dalam bidang pengobatan. Melihat ‘hasrat”6

6

(17)

perawat. Tenaga keperawatan bertindak diluar kewenangan karena pelayanan yang diharapkan masyarakat dari mereka tidak didukung oleh hukum, sedangkan tenaga kebidanan mentaati peraturan karena pelayanan yang diharapkan masyarakat dari mereka sudah tercakup dalam hukum. Masyarakat memandang bidan sebagai pemberi pelayanan ibu dan anak yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sedangkan masyarakat menganggap perawat sebagai pemberi pelayanan pengobatan, padahal peran tersebut tidak sesuai dengan pengaturan yang berlaku (Sciortino,2008).

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan bagi masyarakat karena cukup efektif membantu masyarakat dalam memberikan pertolongan pertama dengan standar pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dikenal murah seharusnya menjadikan Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan utama bagi masyarakat, namun pada kenyataannya banyak masyarakat yang lebih memilih pelayanan kesehatan pada dokter praktek swasta atau petugas kesehatan praktek lainnya.

(18)

Misalnya: sikap tidak disiplin petugas medis pada unit pelayanan puskesmas, yang dikeluhkan masyarakat. Mereka selalu diperlakukan kurang baik oleh para petugas medis yang dinilai cenderung arogan, berdalih terbatasnya persediaan obat-obatan pada puskesmas telah menyebabkan banyak diantara pasien terpaksa membeli obat pada apotik. Di samping itu, ketika membawa salah seorang warga yang jatuh sakit saat mengikuti kegiatan perkampungan pemuda, kemudian warga yang lain mengantarnya ke Puskesmas, pasien itu tidak dilayani dengan baik bahkan mereka mengaku telah kehabisan stok obat.

Hal tersebut, tentu telah merusak citra Puskesmas sebagai pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat yang dianggap dapat membantu dalam memberikan pertolongan pertama yang sesuai dengan standar pelayanan kesehatan. Selain itu, tidak berjalannya tugas edukatif di Puskesmas yang berkaitan dengan penyuluhan kesehatan yang sekaligus berkaitan dengan tugas promotif. Menurut masyarakat, petugas puskesmas sangat jarang berkunjung, kalaupun ada, yaitu ketika keluarga mempunyai masalah kesehatan seperti anggota keluarga mengalami gizi buruk atau penderita TB.

(19)

seolah-olah tidak menghargai kegiatan-kegitan formalnya sendiri, karena mungkin tugas kuratif lebih penting. Hal ini berdampak kepada status kesehatan masyarakat, status gizi, penyakit infeksi menular dan mungkin upaya kesehatan ibu dan anak tidak mendapatkan porsi yang sesuai sehingga berdampak pada kondisi kesehatan masyarakat. Kalaulah memang tugas tenaga kesehatan di Puskesmas lebih banyak ke arah kuratif, maka Puskesmas menjadi unit dari pelayanan Rumah sakit karena Rumah Sakit akan memiliki banyak sumber daya manusia dan fasilitas medis.

Tapi kalaulah puskesmas ini menjadi lebih dominan dalam tugas promotif dan preventif maka tugas eksekutif bagi perawat haruslah digiatkan, dan puskesmas menjadi bagian dari unit Dinas kesehatan, atau bagian tersendiri yang memiliki otonomi yang kuat dalam mengatur program-programnya, sedangkan Dinas kesehatan hanya sebagai regulator, pemberi dana dan pengadaan petugas, untuk pelayanan kesehatan masyarakat diberikan kepada Puskesmas, atau pelayanan kesehatan dapat ditenderkan kepada pihak swasta. Tidak hanya hal-hal yang telah diungkapkan di atas, lebih dari itu, masih ada permasalahan yang muncul di lingkup puskesmas.

(20)

Tidak berbeda dari pejabat-pejabat kesehatan, para doter cenderung membedakan antara peran kuratif perawat di sektor publik dan yang di sektor swasta. Ditanyakan tentang sikap protektif mereka terhadap mereka terhadap peran kuratif perawat puskesmas, para dokter menjelaskan bahwa sebagai kepala puskesmas, para dokter menjelaskan bahwa sebagai kepala puskesmas mereka harus melindungi staf bawahan agar tidak menjadi kambing hita, dalam situas struktural. Mereka mengartikan alasan ‘kekurangan tenaga’ sebagai kekurangan lebih dari satu dokter agar dapat mencakup puskesmas-puskesmas yang dilengkapi dengan dokter.memang bukanlah suatu kebetulan bahwa kehadiran perawat ditentang paling keras didaerah perkotaan dan di tempat-tempat lain yang mempunyai lebih dari satu dokter.

(21)

mereka terhadap peran kuratif perawat di sektor swasta. Sepertinya, kepedulian dokter terhadap kesejahteraan pasien semakin meningkat dengan bertambahnya kekhawatiran akan kehilangan mata pencaharian karena kejenuhan pasar (Sciortino,2008).

(22)

menurut Hadari Nawawi dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia menjelaskan bahwa: Budaya Kerja adalah kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang oleh pegawai dalam suatu organisasi, pelanggaraan terhadap kebiasaan ini memang tidak ada sangsi tegas, namun dari pelaku organisasi secara moral telah menyepakati bahwa kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan. Dari uraian di atas bahwa, budaya kerja merupakan perilaku yang dilakukan berulang-ulang oleh setiap individu dalam suatu organisasi dan telah menjadi kebiasaan dalam pelaksanaan pekerjaan. Adapun Menurut Triguno dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia menerangkan bahwa:

(23)
(24)

1.3 Ruang Lingkup Permasalahan dan Lokasi Penelitian

1.3.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka yang mnjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah proses kinerja dari setiap peran di dalam puskesmas. Rumusan masalah tersebut diuraikan ke dalam 3 (Tiga) pertanyaan penelitian, yaitu :

1. Bagaimana pelayanan kesehatan puskesmas di Soposurung Balige? 2. Sejauh mana kedekatan antar petugas kesehatan di puskesmas

Soposurung dengan masyarakat setempat?

3. Bagaimana dengan budaya kerja para petugas kesehatan di Puskesmas Soposurung?

1.3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Soposurung Kecamatan Balige Toba Samosir, Sumatera Utara. Alasan memilih lokasi ini karena terdapat di kawasan dekat sekolah SD, SMP, maupun SMA dan juga dekat dengan rumah warga. Sehingga data yang akan ddidapat lebih maksimal dan warga yang datang ke puskesmas soposurung akan memiliki kondisi warga yang beragam-ragam.

1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

(25)

puskesmas melalui cara kinerja dari setiap orang yang bekerja dan memiliki peran dalam puskesmas. Menunjukkan sikap seorang pekerja dan hubungan nya dengan masyarakat yang baik atau tidak baiknya dan juga melihat tentang budaya kerja para pekerja-pekerja yang ada di Puskesmas Soposurung.

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini secara akademisi ialah sebagai salah satu sumbangsih tentang budaya kerja dari pelayanan kesehatan puskesmas bagi masyarakat. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat berguna bagi mahasiswa atau pembaca dan memahami bagaimana kondisi dari salah satu pelayanan kesehatan yang ada di Sumatera Utara.

Selain itu, untuk meningkatkan kualitas kinerja di setiap layanan kesehatan masyarakat, mengerti bahwa sebenarnya tenaga kesehatan di layanan masyarakat pun harus dekat dengan masyarakat supaya masyarakat setempat tidak segan lagi untuk memberitahukan keluhannya, dan memotivasi masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan karena Pemerintah sudah menyediakan layanan kesehatan yang layak

1.5 Tehnik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian etnografi yang bersifat kualitatif dengan menggunakan tehnik pengumpulan data sebagi berikut :

a. Tehnik observasi Observasi 7

7

(26)

akan mengamati wujud atau tugas dari puskesmas itu apakah tercapai atau tidak tercapai sebagai pelayanan kesehatan yang baik. Apa yang terjadi didalam nya baik itu dari segi pekerjaan setiap pekerja di dalam puskesmas atau dari segi bagaimana para pekerja tersebut menghadapi setiap pasien yang datang dengan sikap, ekonomi, watak dan postur yang berbeda-beda. Misalnya bagaimana bidan yang bekerja di puskesmas menanggapi orang tua yang sedikit cerewet, apakah mereka akan membalas ocehannya atau menenangkan orang tua tersebut. Atau disebut juga dengan ikut serta melihat kondisi ke Puskesmas Tampahan, atau sering dikatakan dengan turun ke lapangan

b. Tehnik Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam adalah suatu kegiatan dimana terjadi percakapan yang telah terstruktur, dimana pewawancara akan memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang akan diwawancarai sesuai dengan aspek-aspek yang akan diteliti. Dalam wawancara ini peneliti akan menggunakan tape recorder untuk merekam segala sesuatu informasi yang diungkapkan

(27)

Menurut Webster’s New Collagiate Dictionary, seorang informan adalah seorang pembicara asli yang berbicara dengan menggunakan kata-kata, frasa, dan kalimat dalam bahasa atau dialek sebagai sumber informasi. Informan akan memberikan informasi yang sesuai dengan apa yang diketahui dan menjadi sumber informasi yang sesuai dengan pemahamn si informan atas pertanyaan ataupun masalah yang diberikan.

Pemilihan dan penetapan informan sangatlah penting dalam penelitian. Meskipun hampir setiap orang dapat menjadi informan, namun tidak setiap orang dapat menjadi informan yang baik. Informan yang baik yaitu informan yang dapat memberikan jawaban ataupun informasi yang ditanyakan dan dapat membantu menyelesaikan permasalahan dengan informasi yang diberikan. Pemilihan dan penetapan informan yang tepat dapat membantu dan mempermudah proses penelitian.

Adapun informan yang saya wawancarai untuk memperoleh data mengenai Pelayanan Kesehatan Puskesmas adalah:

• Bidan yang bertugas melayani para pasien di puskesmas

• Kepala puskesmas yang bertugas menghandle para bidan dalam

mengerjakan tugas nya sebagai pelayan kesehatan

• Dokter yang menjadi tenaga yang meresepkan obat terhadap pasien

• Pasien yang berobat dengan kondisi yang berbeda serta keluhan yang

berbda pula

• Masyarakat sekitar tentang keberadaan puskesmas sebagai pelayanan

(28)

c. Studi Dokumentasi

Selain teknik interview (wawancara) yang menjadi dasar teknik penelitian ini, peneliti juga menggunakan metode tambahan seperti studi dokumentasi yang bertujuan untuk mempermudah penulis dalam mencari data. Dokumen dapat berupa catatan lapangan, catatan pribadi, rekaman wawancara, foto dan lain sebagainya.

d. Studi Pustaka

Studi pustaka sangat dibutuhkan oleh peneliti. Jenis-jenis kepustakaan yang peneliti gunakan yaitu beberapa buku, jurnal, artikel, skripsi dan beberapa data-data yang bersumber dari media cetak dan eletronik yang berkaitan dengan masalah pelayanan kesehatan di puskesmas.

Referensi

Dokumen terkait

Eksplan daun yang dikulturkan dalam medium MS + 3 mg/l NAA + 0,1 mg/l kinetin dapat menginduksi akar dengan memberikan hasil terbaik berdasarkan peubah amatan

Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan teknik sampling intact system yaitu suatu metode pengambilan sampel dimana seluruh anggota sistem jaringan dijadikan

Data pengamatan rata-rata panjang tangkai dilakukan setiap kali panen dengan cara mengukur mulai dari pangkal tangkai hingga ujung tangkai menggunakan penggaris.Parameter panjang

Wawancara mendalam dilakukan terhadap informan yaitu ibu menyusui untuk mengetahui apakah ibu terus memberikan ASI kepada.. bayi tanpa makanan tambahan selain suplemen

2.2 Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika serta memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang terbentuk melalui pengalaman

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan unuk akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada

yang terjadi karena bayi mendapat susu formula dalam botol. berganti-ganti dengan menyusu pada

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian Analisis Perbandingan Keuntungan Usaha Docking Kapal Perikanan Berdasarkan Sistem Pembayaran : Studi Kasus Along Jaya Batang