• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat dan Tidur di RS. dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat dan Tidur di RS. dr. Pirngadi Medan"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Gangguan Tidur

2.1.1 Pengertian Tidur

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang merupakan mekanisme untuk memulihkan tubuh dan fungsinya, memelihara energi dan kesehatan, memelihara manfaat untuk memperbaharui & memulihkan tubuh baik secara fisik maupun emosional serta diperlukan untuk bertahan hidup, dan merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas saja akan tetapi membutuhkan ketenangan. Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Tidur suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika orang memperoleh tidur yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih. Beberapa ahli tidur yakin bahwa perasaan tenaga yang pulih ini menunjukkan tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan yang berikutnya (Potter & Perry, 2005).

2.1.2 Fisiologi Tidur

(2)

sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons (Potter & Perry, 2005).

Selain itu, Reticular Activating System (RAS) dapat memberi rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu Bulbar Synchronizing Regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan

impuls yang diterima di pusat otak dan system limbik. Dengan demikian, system pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Potter & Perry, 2005).

2.1.3 Pengaturan Tidur

Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin kardiovaskuler, respirasi dan musculoskeletal. Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan electroencephalogram (EEG) untuk aktivitas listrik otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan ecelctromiogram (EMG) dan electroculogram (EOG) untuk mengukur pergerakan

mata (Tarwoto & Wartonah, 2006).

(3)

atas diyakini mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus visual, audiotori, nyeri, dan sensori raba.Juga menerima stimulus dari konrteks serebri (emosi, proses pikir) (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan katekolamin, misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbur synchronizing regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbiks seperti emosi (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin (Tarwoto & Wartonah, 2006).

2.1.4 Tahapan Tidur

EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level otak, otot, dan aktivitas mata. Normalnya tidur dibagi menjadi dua yaitu nonrapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). Selama masa NREM

(4)

Tahapan tidur menurut Potter dan Perry (2005), yaitu : 1. Tahapan tidur NREM

a. NREM tahap I a) Tingkat transisi b) Merespons cahaya

c) Berlangsung beberapa menit

d) Mudah terbangun dengan rangsangan

e) Aktivitas fisik, tanda vital, dan metabolisme menurun f) Bila terbangun terasa sedang bermimpi

b. NREM tahap II

a) Periode suara tidur b) Mulai relaksasi otot c) Berlangsung 10-20 menit

d) Fungsi tubuh berlangsung lambat e) Dapat dibangunkan dengan mudah c. NREM tahap III

a) Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak b) Sulit dibangunkan

c) Relaksasi otot menyeluruh d) Tekanan darah menurun e) Berlangsung 15-30 menit d. NREM tahap IV

a) Tidur nyenyak

(5)

c) Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun d) Sekresi lambung menurun

e) Gerak bola mata cepat 2. Tahapan tidur REM

a. Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM

b. Jika individu terbangun pada tidur REM, maka biasanya terjadi mimpi c. Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan

dalam belajar, memori, dan adaptasi 3. Karateristik tidur REM

a. Mata : cepat tertutup dan terbuka

b. Otot-otot : kejang otot kecil, otot besar imobilisasi c. Pernapasan : tidak teratur, kadang dengan apnea d. Nadi : cepat dan reguler

e. Tekanan darah : meningkat atau fluktuasi f. Sekresi gaster : meningkat

g. Metabolisme : meningkat, temperature tubuh naik h. Gelombang otak : EEG aktif

i. Siklus tidur : sulit dibangunkan

2.1.5 Siklus Tidur

(6)

Ketika seseorang tertidur, biasanya melewati 4 sampai 6 siklus tidur penuh, tiap siklus tidur terdiri 4 tahap dari tidur NREM dan satu periode dari tidur REM. Pola siklus biasanya berkembang dari tahap 1 menuju ke tahap 4 NREM, diikuti kebalikan tahap 4 ke 3, lalu ke 2, diakhiri dengan periode dari tidur REM. Seseorang biasanya mencapai tidur REM sekitar 90 menit ke siklus tidur (Potter & Perry, 2005).

Dengan tiap-tiap siklus yang berhasil, tahap 3 dan 4 memendek dan memperpanjang periode REM. Tidur REM dapat berakhir sampai 60 menit selama akhir siklus tidur. Tidak semua orang mengalami kemajuan yang konsisten menuju ke tahap tidur yang biasa. Sebagai cotoh, orang yang tidur dapat berfluktuasi untuk interval pendek antara NREM tingkat 2,3, dan 4 sebelum masuk tahap REM. Jumlah waktu yang digunakan tiap tahap bervariasi. Perubahan tahap ke tahap cendrung menemani pergerakan tubuh dan perpindahan untuk tidur yang dangkal cenderung terjadi tiba-tiba, dengan perpindahan untuk tidur nyenyak cendrung bertahap (Closs, 1988 dalam Potter & Perry, 2005).

2.1.6 Fungsi Tidur

Kegunaan tidur masih tetap belum jelas tidur dipercaya mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis. Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak (Potter & Perry, 2005).

(7)

dapat membantu penyimpanan memori dan pembelajaran. Secara umum, ada dua efek fisiologis dari tidur yaitu efek pada sistem saraf yang dapat memulihkan kepekaan dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf dan efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi organ tubuh (Hidayat, 2006).

2.1.7 Kebutuhan dan Pola Tidur Normal

Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua kelompok usia. Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat dengan 4 jam tidur, sementara yang lain membutuhkan 10 jam.

Kebutuhan dan pola tidur Normal menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), yaitu:

1. Neonatus sampai dengan 3 bulan a. Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari b. Mudah berespons terhadap stimulus

c. Pada minggu peratama kelahiran 50% adalah tahap REM 2. Bayi

a. Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam

b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari c. Tahap REM 20-30 %

3. Toddler

a. Tidur 10-12 jam/hari b. Tahap REM 25% 4. Prasekolah

(8)

b. Tahap REM 20% 5. Usia sekolah

a. Tidur 10 jam pada malam hari b. Tahap REM 18,5%

6. Remaja

a. Tidur 8,5 jam pada malam hari b. Tahap REM 20%

7. Dewasa muda

a. Tidur 7-9 jam/hari b. Tahap REM 20-25% 8. Usia dewasa pertengahan

a. Tidur kurang lebih 7 jam /hari b. Tahap REM 20%

9. Usia tua

a. Tidur kurang lebih 6 jam/hari b. Tahap REM 20-25 %

2.1.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi tidur yaitu :

1. Penyakit

(9)

gangguan pernapasan seperti asma, bronkitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persyarafan.

2. Lingkungan

Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.

3. Motivasi

Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.

4. Kelelahan

Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM. 5. Kecemasan

Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga mengganggu tidurnya

6. Alkohol

Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah

7. Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain :

a. Diuretik : menyebabkan insomnia b. Antidepresan : menyupresi REM

(10)

2.2 Gangguan Tidur

2.2.1 Pengertian Gangguan Tidur

Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga masalah berikut : insomnia ; gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau ketika terjaga ditengah malam atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari (Potter & Perry, 2005).

2.2.2 Klasifikasi Gangguan Tidur

Klarifikasi gangguan tidur menurut Potter dan Perry (2005), yaitu : 1. Insomnia

Insomnia adalah suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan tidur yang hanya sebentar atau susah tidur. Insomnia ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu: pertama initial insomnia yang merupakan ketidakmmampuan untuk jatuh tidur atau mengawali tidur, karena selalu terbangun pada malam hari dan ketiga terminal insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada malam hari (Alimul, 2012).

2. Apnea Tidur

Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur (Potter & Perry, 2005).

(11)

Bentuk yang paling banyak terjadi, apnea tidur obstruktif (obstruktive sleep apnea, OSA), terjadi pada saat otot atau struktur rongga mulut atau

tenggorokan rileks pada saat tidur. Jalan napas atas menjadi tersumbat sebagian atau seluruhnya, dan aliran udara pada hidung berkurang (hipopnea) atau berhenti (apnea) selama 30 detik (Guilleminault, 1994). The National Commission on Sleep Disorders Research (1993), memperkirakan bahwa 18

juta orang di Amerika Serikat memenuhi kriteria diagnostik untuk OSA. Klien yang mengalami apnea tidur seringkali tidak memiliki tidur dalam yang signifikan. Selain itu banyak juga terjadi keluhan mengantuk yang berlebihan di siang hari, serangan tidur, keletihan, sakit kepala di pagi hari, dan menurunnya gairah seksual.

3. Narkolepsi

Keadaan yang tidak dapat dikendalikan uintuk tidur seperti seseorang dapat tidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan dan lain-lain (Alimul, 2012).

4. Deprivasi Tidur

Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai akibat insomnia. Penyebabnya dapat mencakup penyakit (misalnya demam, sulit bernapas, atau nyeri), stress emosional, obat-obatan, gangguan lingkungan (misalnya asuhan keperawatan yang sering dilakukan) dan keanekaragaman waktu tidur yang terkait dengan waktu kerja.

(12)

terputus-putus, dapat terjadi perubahan urutan siklus tidur normal. Terjadi deprivasi tidur kumulatif.

5. Parasomnia

Parasomnia adalahkumpulan dari penyakit yang dapat mengganggu pola tidur seperti somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada anak-anak dalam tahap III dan IV dari tidur REM (Alimul, 2012).

2.3 Proses Keperawatan 2.3.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan istirahat dan tidur ini, antara lain: riwayat tidur, gejala klinis, dan penyimpangan dari tidur.

Ketika muncul masalah tidur, pengkajian teliti sangat esensial. Pertanyaan mengenai frekuensi dan durasi bangun, rutinitas waktu tidur yang biasa, masalah yang dirasakan sangat penting dalam merencanakan pendekatan efektif yang dirancang untuk masalah tidur. (Wong, 2009)

1. Riwayat tidur

(13)

2. Gejala Klinis

Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah dan mata perih, perhatian tidak focus, serta sakit kepala.

3. Penyimpangan tidur

Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan auditorik, meningkatnya kegelisahan, gangguan persepsi, halusinasi visual dan auditorik, bingung dan disorientasi tempat dan waktu, gangguan koordinasi, serta bicara rancu, tidak ssesuai, dan intonasinya tidak teratur (Alimul, 2006).

2.3.2 Analisa Data

Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. (Potter & Perry, 2005)

Dari informasi yang terkumpul didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien.

(14)

menentukan langkah-langkah berikutnya. Tipe data terbagi dua, yaitu data subjektif dan data objektif.

1) Data Subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bias ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien terhadap status kesehatan lainnya.

2) Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, sentuh/raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan ,tekanan darah, berat badan dan tingkat kesadaran.

2.3.3 Rumusan Masalah 1) Gangguan pola tidur

Definisi: Kondisi di mana seseorang mengalami gangguan dan perubahan waktu tidur yang menyebabkan ketidaknyaman dan menganggu aktivitas sehari-hari.

Kemungkinan berhubungan dengan: a) Kerusakan neurologi

b) Tempat yang asing c) Terpasangnya tube d) Prosedur invasive e) Nyeri

(15)

Kemungkinan data yang ditemukan: a) Perubahan penampilan dan perilaku b) Iritabilitas/letargi

c) Sering menguap

d) Lingkaran hitam di sekitar mata e) Perubahan tingkat aktivitas f) Mata merah

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada: a) Kecemasan

b) Depresi c) COPD/asma

d) Kondisi setelah operasi e) Nyeri kronik

Tujuan yang diharapkan:

a) Pasien dapat tidur 8- 10 jam setiap malam.

b) Secara verbal mengatakan dapat lebih rilex dan lebih segar. Tabel 2.1 Intervensi Gangguan Tidur

No Intervensi Rasional

1 Lakukan kajian masalah gangguan tidur pasien, karakteristik, dan penyebab kurang tidur.

Memberikan informasi dasar dalam

menentukan rencana perawatan

2 Lakukan persiapan untuk tidur malam sesuai dengan pola tidur klien.

Mengatur pola tidur klien

(16)

Lanjutan

No Intervensi Rasional

4 Anjurkan makan yang cukup satu jam sebelum tidur.

Meningkatkan tidur.

5 Berikan susu hangat sebelum tidur Meningkatkan tidur. 6 Keadaan tempat tidur yang nyaman,

bersih, dan bantal yang nyaman.

Meningkatkan tidur.

7 Bunyi telepon, alarm dikecilkan. Mengurangi gangguan tidur.

8 Berikan pengobatan dan sedative setengan jam sebelum tidur.

Mengurangi gangguan tidur.

9 Lakukan massase pada daerah belakang, tutup jendela/ pintu jika perlu.

Mengurangi gangguan tidur.

10 Pengetahuan kesehatan : jadwal tidur mengurangi stress, cemas, dan latihan relaksasi.

(17)

2.4 Asuhan Keperawatan Kasus 2.4.1. PENGKAJIAN

I. BIODATA Identitas Pasien

Nama : An. A

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 12 tahun

Status Perkawinan : Belum menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SD Pekerjaan : Siswa SD

Alamat : Lingk. 1 Kec. Medan Marelan Tanggal Masuk RS : 24 Mei 2014

No. Register : 92.68.90 Ruangan : Kenanga 1 (IX) Golongan Darah : -

Tanggal Pengkajian : 3 Juni 2014 Tanggal Operasi : 2 juni 2014 Diagnosa Medis : Selulitis

II. KELUHAN UTAMA

(18)

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative

1. Apa Penyebabnya

Orangtua mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya sekarang ini akibat jatuh dari ayunan,kemudian di bawa ke RS sudah mengeluarkan nanah. Dan setelah dalam beberapa waktu mengalami gangguan dalam pola tidur karena hospitalisasi.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan : Melalui obat-obatan dan istirahat.

Obat-obatanya: 1. IVFD RL 20 tts/i 2. Ceftriaxone 1 gr/12 jam 3. Ranitidine 50 mg/12 jam 4. Ketorolac 15 mg/12jam

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan

Pasien mengatakan bahwa ia merasa stress dengan keadaan nya yang berada di rumah sakit.

2. Bagaimana dilihat

Pasien tampak lemas dan kelelahan.

C. Region

(19)

2. Apakah menyebar

Pasien mengatakan penyakitnya tidak menyebar D. Severity

Pasien mengatakan akibat cuaca panas dan hospitalisasi menyebabkan ia sulit untuk memulai tidur dan sering terbangun pada malam hari.

E. Time

Setiap pasien mengeluhkan gangguan tidur pada saat malam hari ketika cuaca panas menganggu tidurnya.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami

Pasien mengatakan hanya mengalami sakit biasa sebelumnya seperti demam.

Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Pasien mendapat pengobatan dari obat dari warung saja dan dikompres oleh ibu di rumah.

Pernah dirawat/dioperasi

Pasien mengatakan tidak di rawat sebelumnya. B. Lama dirawat

Pasien mengatakan tidak pernah dirawat sebelumnya. C. Alergi

Tidak ada riwayat alergi. D. Imunisasi

(20)

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang tua

Orang tua tidak memiliki riwayat penyakit. B. Saudara kandung

Pasien anak ke 3 dari 5 bersaudara. Penyakit keturunan yang ada

Tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dalam keluarga. Anggota keluarga yang meninggal

Keluarga belum ada yang meninggal dunia

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Klien berusaha untuk sembuh dan menerima keadaan dengan pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

B. Konsep Diri 1. Gambaran diri

Pasien mengatakan bahwa dirinya terus berusaha untuk cepat sembuh dan berkumpul kembali dengan keluarga.

2. Ideal diri

Klien berharap dan percaya bahwa klien sembuh dan ingin cepat pulang.

3. Harga diri

Klien dapat menerima keadaan penyakitnya seperti ini dengan pasrah 4. Peran diri

(21)

5. Identitas

Pasien mengatakan sebagai anak dalam keluarga dan anak ketiga dalam keluarganya

C. Keadaan emosi

Keadaan emosi pasien cukup stabil, tapi pasien sering mengeluh susah tidur sehingga sedikit menggerutu.

D. Hubungan sosial 1. Orang yang berarti

Bagi pasien orang yang berarti bagi dirinya adalah keluarganya, abang, kakak, adiknya.

2. Hubungan dengan keluarga

Hubungan pasien dengan keluarga terjalan dengan baik dan haromis. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya dukungan dari keluarga yang datang menjenguk pasien beberapa hari yang lalu.

3. Hubungan dengan orang lain

Hubungan pasien dengan orang lain kurang mau berbaur dan kebanyakan diam.

4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Klien tidak mengalami hambatan dalam komunikasi. E. Spiritual

1. Nilai dan keyakinan

(22)

2. Kegiatan ibadah

Klien selama berada dirumah sakit klien tidak melakukan sholat dikarenakan penyakitnya tetapi klien selalu berdoa untuk kesembuhannya.

VII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan umum

Pasien sadar namun tampak gelisah, ekspresi ketakutan, mata cekung dikarenakan kurang tidur, afek datar, kontak mata kurang dan wajah tampak lesu.

B. Tanda-tanda vital

1. Suhu tubuh :36,6oc

2. Tekanan darah :110/80 mmHg

3. Nadi : 84 x/menit

4. Pernafasan :25 x/menit

5. Skala nyeri :3

6. TB :140 cm

7. BB :40 kg

C. Pemeriksaan head to toe 1. Kepala dan rambut

- Bentuk Simetris - Ubun-ubun

(23)

- Kulit kepala

Bersih, tidak ada ketombe maupun kotoran. 2. Rambut

- Penyebaran dan keadaan rambut Warna rambut hitam, acak-acakan. - Bau

Sedikit berbau karena jarang mandi. 3. Warna kulit

Kecoklatan 4. Wajah

- Warna kulit

Kulit An.A berwarna sawo matang - Struktur wajah

Bentuk wajah oval dan simetris. 5. Mata

- Kelengkapan dan kesimetrisan Bola mata simetris ka/ki - Palpebra

Tidak ptosis

- Konjungtiva dan sclera

Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik. - Pupil

(24)

- Cornea dan iris Kornea bening. - Visus

Tidak dikaji. - Tekanan bola mata

Tidak dikaji. 6. Hidung

- Tulang hidung dan posisi septum nasi Normal, simetris, tidak ada kelainan - Lubang hidung

Normal, simetris, tidak ada polip. - Cuping hidung

Tidak terdapat cuping hidung 7. Telinga

- Bentuk telinga

Bentuk daun telinga normal, simetris, - Ukuran telinga

Normal

- Lubang telinga

Tidak ada serumen mapun cairan. - Ketajaman pendengaran

(25)

8. Mulut dan faring - Keadaan bibir

Lembab, tidak pecah-pecah, berwarna merah kehitaman, tidak ada tanda sianosis.

- Keadaan gusi dan gigi

Gigi bersih dan tidak ada pendarahan. - Keadaan lidah

Bersih, normal, kekuatan otot lidah baik, fungsi pengecapan baik.

- Orofaring

Tidak dilakukan pemeriksaan. 9. Leher

- Trachea

Tidak ada massa ataupun nyeri tekan. - Thyroid

Tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid. - Suara

Suara jelas, tidak ada gangguan komunikasi. - Kelenjar limfe

Tidak dikaji - Vena jugularis

(26)

10. Pemeriksaan integument - Kebersihan

Kurang bersih. - Kehangantan

Hangat, suhu permukaan kulit 36,9oc - Warna

Kecoklatan - Turgor

Kembali < 3 detik - Kelembapan

Lembab, ridak da tanda kulit kering. - Kelainan pada kulit

Tidak ada.

11. Pemeriksaan payudara dan ketiak - Ukuran dan bentuk

Tidak dikaji.

- Warna payudara dan aerola Tidak dikaji.

- Kondisi payudara dan putting Tidak dikaji.

- Produksi ASI Tidak dikaji.

(27)

12. Pemeriksaan thorak/dada - Inspeksi thorak

Bentuk normal - Pernafasan

Frekuensi nafas 23 x/menit, suara nafas bronchovesikuler. 13. Tanda kesulitan bernafas

Pasien tidak mengalami kesulitan untuk bernafas dan tidak terdapat pernafasan cuping hidung.

14. Pemeriksaan paru - Palpasi getaran suara

Tidak terdapat massa tumor - Perkusi

Terdengar resonan - Auskultasi

Suara nafas bronchovesikuler 15. Pemeriksaan jantung

- Inpeksi

Tidak ada pembengkakan jantung, tidak ada pulsasi. - Auskultasi

Bunyi jantung normal Loop-Dup - Perkusi

Dullness - Palpasi

(28)

16. Pemeriksaan abdomen - Inspeksi

Tidak ada benjolan massa - Auskultasi

Bunyi peristaltik usus 5-7 x/menit, tidak ada terdengar bunyi bruit

- Palpasi

Tidak ada nyeri tekan pada daerah suprapubik, tidak ada benjolan atau teraba massa abnormal

17. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya - Genitalia

Tidak dikaji

- Anus dan perineum Tidak dikaji

18. Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas :

Tidak ada tanda-tanda sianosis pada perifer ekstremitas, kekuatan otot 5, tidak ada tanda-tanda edema.

19. Fungsi neurologi

Fungsi ke XII Nervous pasien baik 20. Fungsi motorik

(29)

VIII.KEBIASAAN SEHARI-HARI 1. Pola makan dan minum

- Frekuensi makan sehari 3 x/hari

- Nafsu/selera makan Baik

- Nyeri ulu hati Tidak ada - Alergi

Tidak ada riwayat alergi - Mual dan muntah

Tidak ada

- Waktu pemberian makan

Sesuai dengan jam makan rumah sakit, pagi hari pukul 07.00 WIB, siang hari pukul 12.30 WIB, malam hari pukul 18.00 WIB

- Jumlah dan jenis makan Menu biasa

- Waktu pemberian cairan/minum

Pasien minum sehabis makan, setiap kali haus. - Masalah makan dan minum

(30)

2. Perawatan diri/personal hygiene - Kebersihan tubuh

Tubuh pasien terlihat kurang bersih, terlihat dari rambut klien acak acakan,gigi tampak kuning dan kuku kaki tangan pasien yan terlihat kotor dan panjang.

- Kebersihan gigi dan mulut

Gigi tampak kuning dan kurang bersih - Kebersihan kuku kaki dan tangan

Kuku kaki dan tangan pasien tidak bersih karena pasien tidak mampu memotong kuku secara mandiri.

3. Pola kegiatan/aktifitas

Tabel 2.2 Pola Kegiatan/Aktifitas

Kegiatan Mandiri Sebahagian Total

Mandi √

Makan √

BAB 

BAK 

Ganti pakaian 

(31)

4. Pola eliminasi BAB

- Pola BAB

Pasien BAB 1 x/hari, biasanya pada pagi hari. - Karakter feses

Konsistensi semi padat. - Riwayat perdarahan

Tidak pernah - BAB terakhir

Sehari sebelum tanggal pengkajian (1Juni 2014) - Diare

Tidak

- Penggunaan laktasif Tidak

BAK

- Pola BAK

Pasien BAK kurang lebih 5-6 x/menit. - Karakter urin

Berwarna kuning, cair, berbau khas. - Nyeri saat BAK

Tidak.

(32)

- Riwayat penyakit ginjal dan saluran kemih Tidak

2.4.2 Rumusan Masalah MASALAH KEPERAWATAN 1. Gangguan tidur

2.4.3 Diagnosa Keperawatan (Prioritas)

1. Gangguan tidur b/d Tempat yang asing (hospitalisasi), keadaan cuaca yang panas d/d An.A seringnya anak terbangun di malam hari, menguap dan mata anak kelihatan merah.

2.4.4 Analisa Data Tabel 2.3 Analisa Data

No Data Etiolgi Masalah

Keperawatan 1. DS : Klien mengatakan bahwa

dirinya sulit untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik yang menyebabkan ia merasa tidak tenang, dan sering terbangun di malam hari dikarenakan kondisi ruangan yang panas.

DO :

a. Klien sering menguap pada pagi hari

b. Kantung mata klien berwarna hitam gelap c. Mata klien tampak cekung d. Wajah klien tampak lesu

Hospitalisasi

Kondisi ruangan panas

Sering terbangun di

malam hari.

Penurunan kualitas tidur

Ggn.tidur

(33)

Tabel 2.4 Perencanaan Keperawatan Hari/

Tanggal No.

Dx Perencanaan Keperawatan

I Tujuan dan Kriteria Hasil berdasarkan Moorhead, dkk (2003) yang tercakup dalam buku, “Nursing Outcomes Classification”: Sleep

1. Jam tidur sesuai kebutuhan. 2. Pola tidur teratur

3. Kualitas tidur baik 4. Efesiensi tidur baik

5. Tidur sesuai dengan jamnya.

Rencana Tindakan Rasional 1. Lakukan kajian masalah

tidur, karakteristik, dan penyebab tidur.

2. Lakukan persiapan untuk tidur malam sesuai dengan pola tidur pasien

3. Keadaan tempat tidur yang nyaman,bersih, dan bantal yang nyaman.

4. Tanyakan kebiasaan anak sebelum tidur.

5. Memberikan cerita atau dongeng sebelum tidur. 6. Pengetahuan kesehatan: jadwal tidur mengurangi stress, cemas, dan latihan relaksasi.

1. Untuk memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana perawatan.

2. Mengatur pola tidur

3. Meningkatkan tidur.

4. Meningkatkan keinginan tidur.

5. Meningkatkan pola tidur

(34)

2.4.5 Pelaksanaan Keperawatan Tabel 2.5 Pelaksanaan Keperawatan Hari/

Tanggal

No.

Dx Implementasi keperawatan

Evaluasi (SOAP) Senin, 02

juni 2014

1. 1. Mengkaji kajian masalh gangguan tidur pasien, karakteristik, dan penyebab kurang tidur. 2. Mempersiapkan klien

untuk tidur malam sesuai dengan pola tidur pasien. 3. Memberikan posisi tempat

tidur yang nyaman, bersih, dan bantal yang nyaman.

4. Menanyakan kebiasaan anak sebelum tidur. 5. Memberikan cerita atau

dongeng sebelum tidur. 6. Memberikan penkes

tentang tidur pada anak.

S :

− Klien mengatakan sulit untuk tidur dan sering terbangun pada malam hari.

O :

− Sering menguap − Mata merah

− Sering terbangun di malam hari

− TD: 120/80mmHg − HR: 88x/i

− RR: 2x/i − T: 37oC

A :

Masalah belum teratasi.

P :

Gambar

Tabel 2.1 Intervensi Gangguan Tidur
Tabel 2.2 Pola Kegiatan/Aktifitas
Tabel 2.3 Analisa Data
Tabel 2.4 Perencanaan Keperawatan
+2

Referensi

Dokumen terkait

The capybara is a species that is bred for its meat in Brazil due to its elevated reproductive potential and because, being a herbivore, it does not compete directly with

height — secured in a wooden frame — during a 5-min period. Immediately after being tested for straw consumption, lambs in Group 1 were given intraruminal infusions of a

Setelah pengukuran awal, aset keuangan AFS diukur dengan nilai wajar dengan keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar diakui pada pendapatan komprehensif

The purpose of this paper is not to review the literature to evaluate the effectiveness of different treatments of reproductive disorders or methods used in pharmaceutical control

Utang atas surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo) -9. Selisih restrukturisasi entitas sepengendali

Although beams and slabs with simple, solid cross-sections are normally used for the floor elements of loadbearing-wall buildings, because the spans are usually short (see Section

[r]

The higher the cost of materials in relation to labour, the greater is the incentive to achieve high efficiency and the smaller is the span at which the transition from less to