• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MATA KULIAH : KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN

DOSEN : AGUS SANTOSO, S.KP., M.KEP.

NAMA : HERRY SETIAWAN

NIM : 22020114410007

PERTANYAAN:

Bagaimana Strategi Pengembangan Tridharma Perguruang Tinggi pada Civitas Akademika Keperawatan?

Semarang, 11 Maret 2015

Herry Setiawan

NIM.22020114410007

(2)

PADA CIVITAS AKADEMIKA KEPERAWATAN

Herry Setiawan1

1 Mahasiswa Program Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

A. PENDAHULUAN

Asuhan keperawatan profesional akan mempunyai mutu tinggi apabila dilandasi atas dasar evidence based practice dan evidence based nursing yang dihasilkan dari suatu penelitian. Hasil penelitian akan menjadi dasar pengembangan ilmu dan diberikan kepada peserta didik dalam hal ini melalui proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar yang memberikan pengalaman belajar menarik bagi peserta didik akan menimbulkan motivasi dan kemampuan berpikir kritis. Kemampuan dalam mengikuti pembelajaran di perguruan tinggi tidak jauh dengan tuntutan dasar yaitu pemahaman mendalam dan berpikir kritis (Tiwari, 2006).

Kemampuan akademik yang didapatkan peserta didik selama pendidikan akan menjadi modal untuk menjadi perawat yang profesional dalam memberikan asuhan keperawatan. Serangkaian asuhan yang berfokus klien dilandasi oleh layanan manusiawi berbasis caring, berorientasikan ilmiah untuk memenuhi kebutuhan dasar klien secara individualistik dan komprehensif. Pelayanan yang diberikan tenaga profesional keperawatan yang kompeten, memiliki pendidikan dan pengalaman yang memadai serta terikat sebagai pekerjaan seumur hidup. Seluruh tindakan yang diberikan berorientasi pada keselamatan dan kepuasan klien.

Tenaga profesional dapat diartikan sebagai individu yang mempunyai motivasi kuat atau panggilan sebagai landasan bagi pemilihan karier profesionalnya, dan mempunyai komitmen seumur hidup yang mantap terhadap kariernya. Pelayanan keperawatan profesional yang selalu bekerja berdasarkan penguasaan suatu body of knowledge dan ketrampilan yang kompleks. Kegiatan yang mencerminkan pengetahuan atau pembelajaran atau

(3)

praktik sebagai suatu seni untuk melayani orang lain” (Cruess & Cruess, 2004; RNAO, 2007).

Body of knowledge ilmu keperawatan dihasilkan oleh penelitian yang selalu dilakukan. Penelitian yang semakin memperkaya ilmu keperawatan yang menjadikan keperawatan semakin profesional dalam pelayanan. Hasil dari penelitian keperawatan digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di klinik, peningkatan kualitas hidup masyarakat dengan mengimplementasikan secara langsusng berupa kegiatan pengabdian masyarakat dan peningkatan mutu pendidikan di akademik selaku pihak yang bertanggung jawab dalam melahirkan tenaga keperawatan profesional. Penelitian yang dilakukan dimanfaatkan dosen keperawatan untuk dibawa ke lingkungan akademisi sehingga materi yang dipaparkan kepada peserta didik dalam hal ini mahasiswa menjadi sangat nyata. Kenyataan yang terjadi disampaikan sebagaimana keadaan sesungguhnya terkait hal tertentu.

Perguruan tinggi merupakan salah satu subsistem pendidikan nasional. Keberadaannya dalam kehidupan bangsa dan negara berperan penting melalui penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Pasal 20 Ayat 2). Mengingat pesan amanah Undang-undang di atas jelas menguatkan bahwa pendidikan yang dilakukan di institusi keperawatan diharapkan memaparkan hasil-hasil penelitian terkini untuk meningkatkan kualitas peserta didik. Peserta didik yang berkualitas sebagai lulusan diharapkan mempunyai jiwa dan tanggung jawab yang besar untuk membantu kesehatan masyarakat melalui pengabdian masyarakat.

(4)

B. TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI

Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan tiga pilar dasar pola pikir dan menjadi kewajiban bagi civitas akademika sebagai kaum intelektual di negara ini. Dosen dan mahasiswa adalah ujung tombak perubahan bangsa ke arah yang lebih baik ke depannya. Pernyataan ini menjadi terbukti ketika melihat sejarah bangsa dimana sebagian perubahan besar yang ada di negara ini dimulai oleh pergerakan civitas akademika, adapun Tri Dharma Perguruan tinggi yang biasanya dikenal, meliputi:

1. Pendidikan

Dosen berkewajiban meningkatkan mutu diri secara khusus agar mutu bangsapun meningkat pada umumnya dengan ilmu yang mereka miliki. Dosen memberikan pelajaran kepada mahasiswa selama pendidikan di kampus sesuai bidang keilmuan tertentu. Mahasiswa dan pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sehingga ketika mahasiswa melakukan segala kegiatan dalam hidupnya, semua harus didasari pertimbangan rasional. Pembentukan karakter mahasiswa dipengaruhi bagaimana mereka diperlakukan dan diberikan pendidikan oleh dosennya. Metode pembelajaran, sarana dan prasarana juga ikut mempengaruhi kegiatan belajar mengajar.

2. Penelitian dan Pengembangan

(5)

3. Pengabdian pada Masyarakat

Civitas akademika menempati lapisan kedua dalam relasi kemasyarakatan, yaitu berperan sebagai penghubung antara masyarakat dengan pemerintah. Civitas akademika dalam hal ini dosen dan mahasiswa adalah pihak yang paling dekat dengan rakyat dan memahami secara jelas kondisi masyarakat. Kewajiban menjadi front line dalam masyarakat dalam mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah terhadap rakyat karena sebagaian besar keputusan pemerintah di masa ini sudah terkontaminasi oleh berbagai kepentingan politik tertentu. Sebagai kaum intelektual yang memiliki mata yang masih bening tanpa ternodai kepentingan-kepentingan serupa mampu melihat secara jernih, melihat yang terdalam dari yang terdalam terhadap intrik politik yang tidak jarang mengeksploitasi kepentingan rakyat.

Civitas akademik berperan untuk membela kepentingan masyarakat, tentu tidak dengan jalan kekerasan dan aksi chaotic, namun menjunjung tinggi nilai-nilai luhur pendidikan, mengkaji terlebih dahulu, memahami keadaan, dan mensosialisasikan pada masyarakat. Memiliki ilmu tentang permasalahan yang ada juga yang dapat membuka mata masyarakat sebagai salah satu bentuk pengabdian terhadap masyarakat.

C. STRATEGI IMPLEMENTASI TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI Eksistensi suatu perguruan tinggi memiliki peranan yang sangat penting dalam memengaruhi perubahan-perubahan suatu masyarakat. Peran dan fungsi perguruan tinggi sebagai implementasi dari Tri Dharma yang menjadi kewajibannya. Implementasi ini dapat diwujudkan dalam bentuk membangun gerakan pembelajaran masyarakat untuk mendorong terciptanya transformasi sosial dan terjaganya nilai-nilai budaya bangsa.

(6)

merespon perubahan global yang sangat dinamis pada era sekarang, mengembangkan pusat-pusat pengembangan masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya dan nilai-nilai lokal yang ada, membantu pengembangan kebijakan strategis terhadap legislatif dan eksekutif serta mengontrol implementasi kebijakan-kebijakan tersebut.

Perguruan tinggi dapat berperan dalam mengembangkan strategi kebudayaan, hal tersebut sangat diperlukan dalam membangun peradaban bangsa, terutama untuk membangun nilai-nilai yang sejalan dengan kemajemukan bangsa agar keberagaman diterima sebagai sebuah kekayaan secara utuh dan tidak dipertentangkan. Oleh karena itu, pembangunan peradaban sendiri perlu berbasis pada nilai etika dan nilai budaya yang sudah melekat dalam jati diri bangsa.

Perguruan tinggi dalam melaksanakan pendidikan haruslah melalui prosedur akreditasi yang mana telah diamanatkan oleh undang-undang dan peraturan pemerintah. Kegiatan akreditasi dimaksudkan untuk menjaga dan membangun kualitas bagi masing-masing institusi pendidikan dan dalam hal ini ilmu keperawatan sendiri. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) adalah badan yang bertugas melakukan akreditasi perguruan tinggi. Pada awal pembentukannya BAN-PT memutuskan untuk melakukan akreditasi program studi terlebih dahulu dengan pertimbangan bahwa program studi lebih menentukan mutu hasil pendidikan. Pada kenyataannya menunjukkan bahwa mutu program studi dipengaruhi oleh keterkaitan antara program studi satu dengan yang lainnya dalam satu institusi.

(7)

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 86 ayat (1) dinyatakan bahwa Pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan untuk menentukan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan dan dalam ayat (2) dinyatakan bahwa kewenangan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh Lembaga Mandiri yang diberikan kewenangan oleh pemerintah untuk melakukan akreditasi, pada Pasal 87 ayat (1) dinyatakan akreditasi oleh pemerintah sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 86 ayat (1) butir (b) dilaksanakan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) terhadap program dan/atau satuan pendidikan jenjang pendidikan tinggi dan Pasal 94 ayat (b) ketentuan peralihan dari Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standart Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa Satuan Pendidikan wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini paling lambat 7 (tujuh) tahun sejak ditetapkannya.

Visitasi oleh tim akreditasi BAN-PT sangat menjadikan momok bagi institusi karena penilaian yang akan dilakukan. Sebelum kunjungan oleh tim akreditasi BAN-PT biasanya terlebih dahulu dilakukan pengiriman borang akreditasi oleh institusi yang bersangkutan. Borang akreditasi adalah sekumpulan data-data yang harus dijabarkan oleh institusi mengenai keadaan yang sebenar-benarnya dari visi misi institusi hingga menyangkut kegiatan pembelajaran dan kemahasiswaan. Kesulitan yang biasa ditemui dalam penyusunan borang akreditasi adalah dalam hal mengumpulkan berkas-berkas pendukung, ini disebabkan tidak terdokumentasinya dengan baik kegiatan yang dilakukan selama kegiatan kampus dan kegiatan belajar mengajar berlangsung.

(8)

peran dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di kampus sangatlah penting sehingga kegiatan perkuliahan, skills lab, praktikum, tutorial dan lainnya dapat berjalan dengan baik.

Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di kampus harapnnya memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi mahasiswa. Pengalaman yang menyenangkan akan menimbulkan keinginan mahasiswa untuk belajar lebih aktif dan menumbuhkan kemampuan berpikir kritis yang tinggi. Pembelajaran mengenai asuhan keperawatan yang baik dan mencerminkan bagaimana dengan keadaan pasien yang sebenarnya harus diperhatikan. Hal ini terkait dengan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan kepada peserta didik. Perkuliahan yang terlalu dominan dengan sistem Teacher Centre Learning (TCL) akan membuat mahasiswa menjadi pasif. Kegiatan perkuliahan dengan metode Problem Based Learning (PBL) dapat menjadi pilihan yang bisa diterapkan karena terbukti meningkatkan performa akademik karena mendukung program Student Centre Learning (SCL). PBL mengaktifkan kemampuan menganalisis, menumbuhkan motivasi, meningkatkan kemampuan berdiskusi mengenai situasi dan menemukan solusi bermakna sebagai suatu keputusan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi (Setiawan, 2014).

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi mengatakan bahwa pendidikan tinggi adalah pendidikan setelah pendidikan menangah. Pembelajaran adalah proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pendidikan yang dilaksanakan di perguruan tinggi termasuk dalam pendidikan ilmu keperawatan tidak hanya menyangkut kognitif, pendidikan juga dilakukan di ranah afektif dan psikomotor.

(9)

mereka untuk berkembang secara mandiri dalam pemikiran. Menganut sistem Student Centre Learning (SCL), dosen dapat mengeksplorasi lebih jauh kemampuan kognitif mahasiswa dengan memberikan tugas secara mandiri melalui Discovery Learning yang kemudian dilanjutkan dengan Small Group Discussion mengenai topik yang telah mereka tentukan. Problem Based Learning (PBL) juga membantu mahasiswa belajar serta berdiskusi dengan aktif, membicarakan kondisi nyata dari keadaan yang sebenarnya terkait suatu masalah kesehatan tertentu. Hal ini dapat meingkatkan kemampuan kognitif dan rasa percaya diri mahasiswa dalam mencari jalan keluar dari suatu pemecahan masalah tertentu.

Kemampuan psikomotor dengan ditunjang kemampuan kognitif dan afektif mahasiswa akan mudah didapat melalui kegiatan laboratorium klinik dalam hal ini skills lab bukan praktikum. Kegiatan skills lab memberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta didik melakukan skills yang dicontohkan oleh instruktur. Mahasiswa diberikan kesempatan mengulang tindakan yang sudah dicontohkan sehingga kemampuan meniru apa yang ditargetkan untuk dikuasai lebih efektif. Berbeda dengan kegiatan praktikum yang mana setiap peserta didik tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk melakukan suatu skills.

Perbaikan dalam sistem pelaksanaan skills lab juga sangat diharapkan. Menganut sistem yang dilakukan oleh American Heart Association (AHA), dimana skills yang diajarkan oleh instruktur sebelumnya direkam secara audio visual terlebih dahulu sehingga berapapun banyak jumlah kelompok kecil yang melakukan hal yang sama, dapat dipastikan terjadinya kesamaan persepsi mengenai hal yang diajarkan. Keberadaan instruktur skills lab dalam hal ini hanyalah sebagai fasilitator bukan dominan sebagai instruktur.

(10)

tidak langsung juga memberikan nilai lebih terhadap institusi asal mereka. Beberapa item penilaian akreditasi terhadap institusi juga menyoroti sejauh apa partisipasi dosen dalam lingkup disiplin ilmunya. Poin tambahan akan diberikan ketika banyak dosen keperawatan yang mempunyai kemampuan untuk berbicara dalam sebuah seminar baik itu lingkup regional, nasional bahkan internasional.

Mengenai Tri Dharma Perguruan Tinggi maka tidak hanya berbicara mengenai kegiatan belajar mengajar dalam hal ini pendidikan. Penelitian yang dilakukan oleh dosen keperawatan juga terkadang masih sangat rendah, kegiatan penelitian dosen biasanya hanya sekedar membimbing mahasiswanya dalam skripsi atau dalam pendampingan kegiatan Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM). Banyak dana sebenarnya yang dialokasikan oleh setiap perguruan tinggi untuk membiayai penelitian seperti hibah yang setiap tahunnya diselenggarakan. Hibah kompetitif, nonkompetitif yang ditujukan kepada para dosen yang mempunyai minat meneliti dengan tuntutan tema yang sudah ditentukan.

Tahun 2015 di Fakultas Kedokteran UNLAM melalui surat edaran dengan nomor 002/UP.KTI/SU/2015 tentang pengumuman hibah penelitian dan pengabdian FK UNLAM, dengan tema “Lahan Basah”. Hal ini sebenarnya merupakan peluang yang harus dimaksimalkan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Penyerapan maksimal dari dosen-dosen keperawatan akan memberikan angka maksimal pada penilaian saat akreditasi dilakukan. Pendanaan penelitian tidak hanya bersumber pada kegiatan hibah Fakultas bahkan Universitas. Dana BO-PTN dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga mempunyai peluang yang sama untuk dimanfaatkan semaksimalnya.

(11)

pembelajaran di kelas. Fenomena dan kenyataan lapangan yang dapat digambarkan dengan jelas akan semakin meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas lulusan peserta didik dari institusi tersebut.

Hasil penelitian yang mempunyai kualitas tinggi dan dapat ditarik kesimpulannya secara generalis, tidak memberikan efektivitas yang berarti apabila tidak dipublikasikan untuk memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam hal ini keperawatan. Maka dari itulah ada kewajiban yang seharusnya selalu diingat dan diemban oleh peneliti, yaitu publikasi ilmiah. Banyak kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya publikasi ilmiah. Oral presentation maupun poster presentation tentang hasil penelitian merupakan salah satu metode yang bisa dilaksanakan dalam publikasi ilmiah. Suatu institusi biasanya akan diminta menunjukkan bukti bahwa pernah mengikuti kegiatan publikasi ilmiah seperti ini. Buku prosiding maupun sertifikat keikutsertaan adalah bukti konkrit yang bisa diberikan institusi kepada tim akreditasi. Pengakuan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) yang didapat dari suatu penelitian yang baik juga akan memberikan nilai tambahan dalam kegiatan penilaian saat akreditasi.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat merupakan poin ketiga dari inti Tri Dharma Perguruan Tinggi, dimana hasil belajar melalui proses pendidikan, ilmu pengetahuan yang merupakan hasil dari penelitian diharapkan akan diimplementasikan untuk kemaslahatan masyarakat secara luas melalui kegiatan pengabdian masyarakat. Kegiatan yang dilakukan dalam pengabdian masyarakat dapat dilakukan dengan menggandeng pihak terkait misalkan Dinas Kesehatan setempat, Palang Merah Indonesia (PMI), Badan Narkotika Nasional (BNN) atau instansi terkait lainnya sehingga kegiatan pengabdian masyarakat tidak selalu diartikan sebagai pendidikan kesehatan dalam lingkup sempit. Secara luas pengabdian masyarakat yang bisa dilakukan dengan upaya strategi promosi kesehatan meliputi advokasi, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat.

(12)

keluarga atau kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau dan mampu mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Bentuk kegiatan pemberdayaan yang bisa dilaksanakan oleh civitas akademika antara lain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill). Meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan mereka, misalnya terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan semacam ini di masyrakat sering disebut “gerakan masyarakat” untuk kesehatan. Dari uraian tersebut sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat.

Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam mengadopsi PHBS dan melestarikannya dalam kehidupan bermasyarakat. Pada dasarnya upaya bina suasana adalah suatu pengembangan kemampuan masyarakat untuk menjaga kesehatan diri mereka oleh mereka sendiri melalui kemampuan memfasilitasi civitas akademika. Terdapat tiga kategori proses bina suasana yang dapat dilakukan civitas akademika untuk mewujudkan masyarakat yang sehat yaitu (1) bina suasana individu; (2) bina suasana kelompok dan (3) bina suasana publik.

(13)

Bina suasana kelompok, dilakukan oleh kelompok-kelompok dalam masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga (RW), majelis pengajian, perkumpulan seni, organisasi profesi, organisasi wanita, organisasi siswa/mahasiswa, organisasi pemuda, serikat pekerja dan lain-lain. Bina suasana ini dilakukan bersama pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli. Pada kategori ini civitas akademika memfasilitasi kelompok-kelompok tersebut menjadi kelompok-kelompok yang peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya dalam pelaksanaan di tengah masyarakat. Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut lalu bersedia juga mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait dan atau melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya.

Bina suasana publik, dilakukan oleh masyarakat umum melalui pengembangan kemitraan dan pemanfaatan media-media komunikasi, seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum. Pada kategori ini media-media massa tersebut peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan. Media massa tersebut dapat diminta oleh civitas akademika menjadi mitra dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang perilaku yang sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum atau opini publik yang positif tentang perilaku tersebut. Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai social pressure oleh individu-individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya masyarakat mau melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.

(14)

dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi dan sebagainya.

Kegiatan advokasi ini bermacam-macam bentuk, baik secara formal maupun informal. Secara formal misalnya, civitas akademika melakukan penyajian atau presentasi dan seminar tentang issu atau usulan program yang ingin dimintakan dukungan dari para pejabat yang terkait. Kegiatan advokasi secara informal misalnya silaturahmi kepada para pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal meminta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau fasilitas lain. Dari uraian dapat diadvokasi adalah para pejabat baik eksekutif maupun legislatif, di berbagai tingkat dan sektor yang terkait dengan masalah kesehatan (sasaran tertier).

D. PENUTUP

Tri Dharma Perguruan Tinggi mempunya tiga pilar utama yaitu Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Ketiga pilar ini sangat erat hubungannya karena penelitian harus menjunjung tinggi kedua dharma yang lain. Penelitian diperlukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi. Penelitian yang akan dilakukan memerlukan tenaga-tenaga ahli yang dihasilkan melalui proses pendidikan. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan sebagai hasil pendidikan dan penelitian itu hendaknya diterapkan melalui pengabdian pada masyarakat sehingga masyarakat dapat memanfaatkan dan menikmati kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.

E. DAFTAR PUSTAKA

(15)

definition for medical educators. Teaching and Learning in Medicine, 16:1, 74-76.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standart Nasional Pendidikan. Pasal 86, 87 dan 94.

Registered Nurses of Ontario. (2007). Professionalism in Nursing. Toronto, ON: Author.

Setiawan, Herry. (2014). Efektifitas Problem-Based Learning (PBL) Terhadap Peningkatan Performa Akademik Mahasiswa Keperawatan: Systematic Review. Universitas Diponegoro; Semarang.

Surat Edaran Nomor 002/UP.KTI/SU/2015 tentang Pengumuman Hibah Penelitian dan Pengabdian FK UNLAM.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

(16)

PADA CIVITAS AKADEMIKA KEPERAWATAN

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mata Kuliah:

“Kepemimpinan dalam Keperawatan”

Dosen: Dr. Tri Hartati, S.KM., M.Kep.

Agus Santoso, S.Kp., M.Kep.

Oleh :

Herry Setiawan

NIM.22020114410007

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

Referensi

Dokumen terkait

behavior diukur di bawah kondisi tersebut. Selanjutnya, pada desain subjek tunggal selalu dilakukan perbandingan antara fase baseline dengan sekurang- kurangya satu

mendatangkan damai sejahtera bagi semua manusia di dunia. Karena perayaan yang meriah di gedung gereja yang tertutup, apalagi di ballroom hotel eksklusif sudah jauh berbeda

Hasil penelitian dituangkan ke dalam Evaluasi Sistem Informasi Pembiayaan Sewa Guna Usaha yang diharapkan dapat memberi kemudahan dalam pengambilan keputusan, perlindungan aset,

ANALISIS KUALITAS SIARAN TELEVISI EDUKASI PADA PROGRAM ACARA ASYIK BELAJAR BIOLOGI DALAM MATA PELAJARAN

Hasil penelitian secara parsial diperoleh bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara metode Arus Biaya persediaan dan gross profit margin terhadap Market Value tapi

Berdasarkan pembahasan didalam penelitian ini, dari tiga variabel (kualitas layanan, Religiusitas dan Akuntanbilitas) yang mempengaruhi minat muzakki untuk membayar

cara menulis jawapan yang paling betul bagi para pelajar menjawab soalan berkaitan tema atmosfera tajuk cuaca dan iklim. Semasa membincangkan jawapan bagi

LUTHFI: Identifikasi Fragmen DNA Genomik Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Hasil PCR (Polymerase Chain Reaction) Menggunakan Primer Spesifik untuk Beta Karoten, dibimbing