• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada PT. Bank Sumut Cabang Medan Iskandar Muda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada PT. Bank Sumut Cabang Medan Iskandar Muda"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keberlangsungan sebuah organisasi tentu saja bergantung baik atau buruknya kinerja dari sebuah organisasi tersebut. Sedangkan kinerja dari sebuah organisasi bergantung pada kinerja pada pegawainya yang dimana setiap pegawai merupakan motor bagi berjalannya organisasi.

Suatu organisasi baik pemerintah maupun swasta dalam mencapai tujuan yang ditetapkan harus melalui sarana dalam bentuk organisasi yang digerakkan oleh sekolompok orang yang berperan aktif sebagai pelaku dalam mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan. Kinerja yang baik dari pegawainya akan berdampak langsung kepada kemajuan atau kemunduran yang diperoleh dari organisasi tersebut. Salah satu yang dapat mengukur kinerja pegawai adalah efektivitas kerja dari pegaawai di organisasi tersebut.

(2)

eksternal memiliki peluang yang besar pula untuk terus bereksistensi secara kontiniu kepada masyarakat pada umumnya.

Menurut stephen robbins (dalam acmad sobirin) organisasi adalah sosial yang sengaja didirikan untuk jangka waktu yang lama. Beranggotakan dua atau lebih yang bekerja bersama-sama dan terkoordinasi, mempunya pola kerja tertentu yang terstruktur, dan didirikan untuk mencapai tujuan bersama atau satu set tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.1

Apabila setiap pegawai dalam suatu organisasi merasakan bahwa prinsip yang mendasar setiap tindakan dan perilaku organisasi sesuai dengan pandangan Budaya atau culture berkaitan dengan manusia (human).Karenanya berbicara mengenai budaya perusahaan atau budaya organisasi atau budaya kerja tidak lepas dari sumber daya manusia.Tanpa sumber daya manusia tidak ada budaya apapun. Mengembangkan budaya organisasi berarti mengembangkan sumber daya manusia dan mempertahankan budaya orgnisasi berarti memberdayakan sumber daya manusia.

Sumber daya manusia merupakan hal yang penting untuk mencapai tujuan suatu organisasi.Salah satu factor yang dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia adalah melaui pelatihan.Pelatihan yang harus dilakukan oleh suatu organisasi harus dilakukan terus menerus.Hal ini dikarenakan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan hal ini harus disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki karyawan dalam melaksanakan pekerjaan.

1

(3)

hidupnya atau tidak menyimpang dari prinsip pribadinya, maka ia akan bekerja dengan baik. Apalagi pegawai tersebut merasakan bahwa pandangan hidupnya atau cita-citanya akan mendapat tempat yang sesuai di dalam organisasi tempat ia berkarya, maka hal ini akan mendorong ia memahami maksud, tujuan dan ruang lingkup kegiatan dalam organisasi yang berakibat pada adanya dorongan semangat untuk bekerja lebih baik , karena menyadari apa yang bermanfaat bagi organisasi juga bermanfaat bagi dirinya. Apa yang ia dambakan bagi masa depannya dapat dipenuhi oleh organisasi dimana ia berkarya dan pada akhirnya akan menumbuh kembangkan budaya kerja atau budaya organisasi.

Bagaimana beratnya tugas-tugas yang dipikul para pegawai, tidak akan lagi dirasakan sebagai beban pribadi, tetapi justru merupakan tantangan untuk dihadapi dan peluang untuk mengembangkan karier. Jika sudah demikian maka organisasi tempatnya berkarya akan menjadi tempat yang menyenangkan dan dirasa paling sesuai untuk dirinya sendiri. Dengan adanya kinerja yang baik dari pada pegawai, maka, secara otomatis akan meningkatkan efektivitas kerja pegawai.

Menurut miner (dalam edy sutrisno), kinerja adalah bagaimana seseorang diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang telah dibebankan kepadanya.Setiap harapan bagaimana seseorang harus berperilaku dalam melaksankan tugas, berarti menunjukkan suatu peran dalam organisasi.2

2

(4)

Budaya organisasi memang sulit didefenisikan seacara tegas dan sulit diukur, namun bisa dirasakan sumber daya manusia (SDM) di dalam organisasi tersebut.Suatu organisasi yang mempunyai budaya organisasi yang kuat bahkan dapat “terlihat” atau teramati oleh peninjau dari luar organisasi yang mengamati. Pengamat tersebut akan merasakan suasana kerja yang khas dan “lain dari pada yang lain”, di dalam organisasi tersebut, bila dibandingkan organisasi lain. Hal-hal tersebut penting dan karena itu perlu dipahami dan dikenali.Akan tetapi hal-hal yang bersifat universal itu harus diterapkan oleh manajemen dengan pendekatan yang memperhitungkan secara matang factor-faktor situasi, kondisi, waktu dan ruang. Dengan kata lain diterapkan sesuai dengan budaya yang berlaku dan dianut dalam organisasi yang bersangkutan.

Melihat begitu pentingnya peranan budaya organisasi, maka dapat dilihat besarnyapengaruh dari budaya organisasi tersebut terhadap sumber daya manusia yang ada di organisasi tersebut. Budaya organisasi tersebut dapat dilihat dan diamati oleh peninjauan dari luar maupun dari dalam organisasi tersebut.Hal ini dapat dirasakan dari suasana kerja yang membedakannya dari organisasi lainnya.

(5)

Adapun budaya yang di anut oleh PT. Bank sumut cabang medan iskandar muda adalah memberikan pelayanan terbaik. Sementara nilai-nilai perusahaan terdiri dari kata TERBAIK yang dapat dijabarkan sebagai kepanjangan kata terbaik, energik, ramah, bersahabat, aman, integritas tinggi, dan komitmen.di PT.Bank sumut cabang medaniskandar muda cenderung menggunakan nilai ramah.

(6)

kepada nasabah. Selain itu juga mengakibatkan kecenderungan untuk melakukan kesalahan akibat dari rasa lelah dan pada akhirnya akan merugikan nasabah.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada PT. Bank Sumut Cabang Medan Iskandar Muda

1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang diajukan penulis dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada PT. Bank Sumut Cabang Medan Iskandar Muda”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap efektivitas kerja pada PT. Bank sumut cabang medaniskandar muda.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh budaya organisasi terhadap efektivitas kerja pada PT. Bank sumut cabang medan iskandar muda.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis berguna untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir dalam menganalisa setiap gejala dan permasalahan yang dihadapi di lapangan.

(7)

3. Penelitian ini diharapkan merupakan perbandingan bagi peneliti yang ingin meneliti hal yang sama.

1.5 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang didefinisikan sebagai masalah yang penting.Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian.3

menurut Melville Herkovits (Dalam Achmad Sobirin) Budaya adalah sebuah kerangka pikir (construct) yang menjelaskan tentang keyakinan, perilaku, pengetahuan, kesepakatan-kesepakatan, nilai-nilai, tujuan yang kesemuanya itu membentuk pandangan hidup (way of life) sekelompok orang.

Sebagai landasan berfikir untuk memecahkan masalah, perlu adanya pedoman teoritis yang membantu. Untuk itu perlu disusun suatu kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah tersebut disoroti. Berdasarkan rumusan diatas, peneliti mengemukakan beberapa teori, pendapat ataupun gagasan yang akan dijadikan tolak landasan berfikir dalam penelitian ini

1.5.1 Budaya Organisasi

1.5.1.1 Pengertian Budaya

4

Menurut Andrew Peetigrew (Dalam Achmad Sobirin) Budaya adalah Sistem makna yang diterima secara terbuka dan kolektif, yang berlaku untuk

3

Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif dan kualitatif, (Bandung: Alfabeta, tahun 2005), hal. 55

4

(8)

waktu tertentu bagi sekelompok orang tertentu.5

mengungkapkan perasaannya dalam kaitannya dengan persoalan-persoalan organisasi.

Menurut Edgar Schein (Dalam Achmad Sobirin) Budaya adalah pola asumsi dasar yang di-shared oleh sekelompok orang setelah sebelumnya mereka mempelajari dan meyakini kebenaran pola asumsi tersebut sebagai cara untuk menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan adaptasi eksternal dan integrasi internal, sehingga pola asumsi dasar tersebut perlu diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk berpersepsi, berpikir dan

6

Menurut Robbins (Dalam Edy Sutrisno ), Organisasi adalah kesatuan social yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang relative dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relative terus-menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.

1.5.1.2 Pengertian Organisasi

7

Menurut Barnard (Dalam Miftah Thoha) menyatakan bahwa organisasi itu adalah suatu sistem kegiatan-kegiatan yang terkoodinir secara sadar, suatu kekuatan dari dua manusia atau lebih.8

Sedangkan Menurut Amitai Etzioni (Dalam Miftah Thoha) mengemukakan konsepsi organisasi sebagai sekelompok orang-orang yang sengaja disusun untuk mencapai tujuan tertentu.9

5

Achmad Sobirin, ibid., hal. 129

6

Achmad Sobirin, ibid., hal. 132

7

Edy Sutrisno, op.cit.hal. 141

8

Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: Rajawali Pers tahun 2011), Edisi 1, hal. 114

9

(9)

1.5.1.3 Pengertian Budaya Organisasi

Budaya organisasi adalah sebuah keyakinan, sikap, dan nilai yang umumnya dimiliki, yang timbul dalam organisasi, dikemukakan dengan lebih sederhana, budaya adalah cara kita melakukan sesuatu disini. Pola nilai, norma, keyakinan, sikap dan asumsi ini mungkin tidak diungkapkan, tetapi akan membentuk cara orang berperilaku dan melakukan sesuatu. Nilai mengacu kepada apa yang diyakini merupakan hal penting mengenai cara orang dan organisasi berperilaku. Norma adalah peraturan tak tertulis mengenai perilaku. Budaya organisasi merupakan aspek subjektif dari apa yang terjadi di dalam organisasi. Hal ini mengacu kepada abstraksi, seperti nilai dan norma yang meliputi seluruh atau bagian dari bisnis. 10

Budaya Organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak, yang dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan aktivitas kerja.11

Budaya organisasi dapat didefenisikan sebagai perangkat sistem nilai-nilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi (assumptions), atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah organisasinya. 12

Menurut Eldridge dan Crombie (Dalam Wirawan) Budaya suatu organisasi menunjukkan konfigurasi unik dari norma, nilai, kepercayaan, dan cara-cara

10

Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Bandung: Penerbit PT. Refika Aditama tahun 2007), cetakan pertama. hal. 75

11

Edy Sutrisno, op. cit., hal. 2

12

(10)

berperilaku yang memberikan karakteristik cara kelompok dan individu bekerja sama untuk menyelesaikan tugasnya. 13

Menurut Schwartz dan Davis (Dalam Wirawan), budaya organisasi merupakan pola kepercayaan dan harapan yang dianut oleh anggota organisasi.Kepercayaan dan harappan tersebut menghasilkan nilai-nilai yang dengan kuat membentuk perilaku para individu dan kelompok-kelompok anggota organisasi.14

Robbins (Dalam Edy Sutrisno).

Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi dapat didefenisikan sebagai nilai-nilai yang menjadi pegangan sumber daya manusia dalam menjalankan kewajibannya dan juga perilakunya di dalam suatu organisasi.

1.5.1.4 Fungsi Budaya Organisasi

Dari sisi fungsi budaya organisasi mempunyai empat fungsi menurut 15

1. Budaya mempunyai suatu peran pembeda.

Fungsi Budaya Organisasi menurut Robbins :

Hal itu berarti bahwa budaya kerja menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan yang lain.

2. Budaya organisasi membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organsisasi.

3. Budaya organisasi mempermudah timbul pertumbuhan komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual.

13

Wirawan, Budaya dan Iklim Organisasi (Jakarta: Salemba Empat tahun 2007) hal. 9

14

Wirawan, ibid., hal. 8-9

15

(11)

4. Budaya organisasi itu meningkatkan kemantapan sistem sosial.

Menurut Defenisi Gordon (Dalam Edy Sutrisno) Dalam hubungannya dengan segi sosial, budaya berfungsi sebagai perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untu apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan. Akhirnya, budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku para karyawan.16

Karakteristik-karakteristik budaya organisasi menurut Stephen P. Robbin adalah

1.5.1.5 Karakteristik Budaya Organisasi

17

1. Inisiatif Individual

Yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan atau indepedensi yang dipunyai setiap anggota organisasi dalam mengemukakan pendapat.Inisiatif individual tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi sepanjang menyangkut ide untuk memajukan dan mengembangkan organisasi atau perusahaan.

2. Toleransi Terhadap Tindakan Beresiko

Suatu budaya organisasi dikatakan baik apabila dapat memberikan toleransi kepada anggota atau para pegawai agar dapat bertindak agresif dan inovatif untuk memajukan organisasi atau perusahaan serta berani mengambil resiko terhadap apa yang dilakukannya.

3. Pengarahan

16

Edy Sutrisno, loc. cit.

17

(12)

Pengarahan dimaksudkan sejauh mana organisasi atau perusahaan dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan.Sasaran dan harapan tersebut jelas tercantum dalam visi, misi dan tujuan organisasi.Kondisi ini dapat berpengaruh terhadap kinerja organisasi atau perusahaan.

4. Integrasi

Integrasi dimaksudkan sejauh mana organisasi atau perusahaan dapat mendorong unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Kekompakan unit-unit tersebut dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan.

5. Dukungan manajemen

Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan.

6. Kontrol

Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku di dalam suatu organisasi atau perusahaan.

7. Identitas

(13)

8. System imbalan

Sejauh mana alokasi imbalan (kenaikan gaji, promosi dan sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya.

9. Toleransi dalam konflik

Sejauh mana para pegawai atau karyawan di dorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang sering terjadi dalam suatu organisasi atau perusahaan.Namun, perbedaan pendapat dan kritik tersebut bisa digunakan untuk melakukan perbaikan atau perubahan strategi untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.

10.Pola komunikasi

Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal.Kadang-kadang hierarki kewenangan dapat menghambat terjadinya pola komunikasi antara atasan dan bawahan atau antar karyawan itu sendiri.

1.5.1.6Dimensi Budaya Organisasi

Menurut denision (Dalam Achmad Sobirin) mengemukakan adanya 4 dimensi budaya organisasi yang diyakini terkait dengan efektivitas organisasi18

1. Invelment dimension

Dimensi budaya organisasi tersebut adalah sebagai berikut :

18

(14)

Adalah dimensi budaya organisasi yang menunjukkan tingkat partipasi karyawan (anggota organisasi) dalam proses pengambilan keputusan.

2. Consistensy

Adalah menunjukkan tingkat kesepakatan anggota organisasi terhadap asumsi dasar dan nilai-nilai inti organisasi.

3. Adaptability

Adalah kemampuan organisasi dalam merospon perubahan-perubahan lingkungan eksternal dengan melakukan perubahan internal organisasi. 4. Mission dimension

Adalah budaya yang menunukkan tujuan inti organisasi yang menajadikan anggota organisasi yang teguh dan focus terhadap apa yang dianggap penting oleh organisasi.

Budaya organisasi yang kuat biasa mempunyai dampak kinerja pada perusahaan.Kekuatan budaya menunjukkan tingkat persetujuan diantara para anggota organiasi tentang nilai khusus, jika pentingnya nilai-nilai tersebut telah menjadi consensus yang tersebar luas, maka budayanya terpadu dan kuat; jika kesepakatan minim, maka budayanya melemah.

Budaya ataupun budaya organisasi sejatinya berdampak kuat pada etika pegawai, karena ia berperan sebagai pengawai para pegawai dalam berkeputusan tiap harinya19

Untuk hal budaya organisasi yang berlaku dalam birokrat, bentuk dan sumber daya yang ada dalam organisasi pada umumnya sama dengan apa yang

19

(15)

ada adalam organisasi perusahaan dan sosial. Namun berbeda dalam visi, misi karakteristik yang dimilikinya.Organisasi publik atau birokrasi publik tidak berorientasi langsung pada tujuan akumulasi keuntungan, namun memberikan layanan publik dan menjadi kataliasasor dalam penyelenggaraan pembangunan maupun penyelenggaraan tugas Negara.

1.5.1.7Indikator Budaya Organisasi

Menurut Manahan P. Tampubolon Indikator Budaya Organisasi Ada 6 (enam), Sbb :20

1. Inovatif Memperhitungkan Resiko

Norma yang dibentuk berdasarkan kesepakatan masyarakat bahwa setiap karyawan akan memberikan perhatian yang sensitive terhadap segala permasalahan yang mungkin dapat membuat risiko kerugian bagi kelompok dan organisasi secara keseluruhan. Perilaku karyawan yang demikian dapat dibentuk apabila berdasarkan kesepakatan bersama sehingga secara tidak langsung membuat rasa tanggung jawab bagi karyawan untuk melakukannya seecara konsisten. Sebagai contoh, di dalam organisasi bisnis, bagian produksi mengetahui kondisi barang yang dikerjakannya, apabila ada barang yang cacat ( yang seharusnya ditahan daur ulang/reject) tidak dikirim kebagian pemasaran, tetapi oleh bagian produksi tetap dikirim sehingga bagian pemasaran tanpa menyadari barang tersebut cacat juga men-deliver ke konsumen. Pada akhirnya, barang yang cacat tersebut menjadi masalah bagi konsumen, akibatnya konsumen

20

(16)

menjadi kecewa dan melakukan complain. Complain konsumen ini oleh bagian pemasaran tetap dilayani melakukan bagian purnajual (aftersales service). Dari permasalahan demikian akan terjadi kerugian bagi perusahaan. Terutama dilihat dari segi waktu, yang seharusnya tidak perlu dilakukan, tetapi menjadi waktu yang digunakan mengatasi complain konsumen sebagai akibat dari tidak sentitifnya bagian produksi mengantisipasi risiko dan dapat mengakibatkan kerugian lain, seperti merusak nama baik ( perusahaan dan produk ) dan kemungkinan larinya konsumen ke produk lain. Jika keadaan seperti ini kemudian disadari dan menjadi kesepakatan di antara karyawan dan antarbagian untuk mengatasinya, maka itu akan menajadikan pembentukan nilai bagi perilaku karyawan dan kelompoknya untuk kedepannya.

2. Memberikan Perhatian Pada Setiap Masalah Secara Detail

(17)

orgnisasi.

3. Berorientasi Terhadap Hasil yang Akan Dicapai

Supervise seorang manajer terhadap bawahannya merupakan salah satu cara manajer untuk mengarahkan dan memberdayakan mereka. Apabila persepsi dari bawahan itu dapat dibentuk dan menjadi satu kesatuan di dalam melakukan tugas untuk mencapai hasil serta bawahan punya komitmen dengan konsensus tersebut maka semua akan muda dilakukan. dapat dikatkan bahwa bawahan itu berorientasi kepada hasil. Kondisi demikian menggambarkan bahwa orientasi hasil yang dicapai adalah yang dibentuk oleh budaya organisasi.

4. Berorientasi kepada semua kepetingan karyawan

(18)

karyawan dapat terbentuk disebabkan adanya budaya orgnisasisi. Apabila kepentingan organisasi dapat dicapai, maka semua kepentingan karyawan akan dapat pula terpenuhi.

5. Agresif Dalam Bekerja

Produktivitas yang tinggi dapat dihasilkan apabila performa karyawan dapat memenuhi standar yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugasnya.Performa yang baik dimaksudkan, antara lain kualifikasi keahlian (ability and skill) yang dapat memenuhi persyaratan produktivitasnya serta harus diikuti dengan disiplin dan kerajinan yang tinggi. Apabila kualifikasi ini telah dipenuhi, maka masih dibutuhkan ketahanan fisik dan keagresifan karyawan untuk dapat menghasilkan kinerja yang baik. Agresif di dalam bekerja saja juga belum cukup, ia akan dipengaruhi lagi oleh banyak variable dan indicator perilaku lainnya, tetapi di dalam hal ini agresivitas menjadi bagian akan menjadi salah satu factor dari budaya orgnisasi.

6. Mempertahankan dan Menjaga Stabilitas Kerja

(19)

mengandalikan (drive) semua pekerjaan dengan baik. Dengan tingkat pengendalian yang prima, menggambarkan performa karyawan tetap prima dan stabilitas kerja dapat dipertahankan.Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa apabila semua indicator dari budaya orgnisasi ini dapat dipenuhi, maka suatu budaya dengan karakteristik tertentu, umpamanya budaya orgnisasi yang tinggi dan kuat akan dapat dibentuk di dalam suatu orgnisasi, baik orgnisasi bisnis ataupun jasa. Budaya yang terbentuk akan dapat menjadi landasan filosofis bagi orgnanisasi, kelompok di dalam orgnisasi, dan individu di dalam orgnisasi untuk berperilaku dan bertindak, yang pada akhirnya dapat membembentuk performa dan kepuasan karyawwan yang tinggi.

1.5.2 Efektivitas kerja

Setiap melakukan kegiatan manajemen dalam organisasi, maka akan timbul pula konsep efektivitas, yaitu bagaimana usaha yang akan dilakukan sehingga segala apa yang direncanakan dapat dicapai seluruhnya dengan tepat waktu atau dapat menjawab perkembangan kebutuhan organisasi.

1.5.2.1 Pengertian Efektivitas

Menurut Steers (Dalam Edy Sutrisno) Pengertian efektivitas pada umumnya efektivitas hanya dikaitkan dengan tujuan organisasi, yaitu laba, yang cenderung mengabaikan aspek terpenting dari keseluruhan prosesnya, yaitu sumber daya manusia. Steers mengatakan bahwa yang terbaik dalam meneliti efektivitas ialah memerhatikan secara serempak tiga buah konsep yang saling berkaitan yaitu :21

21

(20)

(1). Optimalisasi tujuan-tujuan, (2). Perpesktif sistem; dan

(3). Tekanan pada segi perilaku manusia dalam susunan organisasi

Seorang praktisi ahli serta penulis di bidang manajemen dan perilaku keorganisasian menyatakan, yang diartikan dengan efektivitas adalah pencapaian sasaran yang telah disepakati secara bersama serta tingkat pencapaian sasaran itu menunjukkan tingkat efektivitas.22

Dapat juga dikatakan, kerja adalah proses penciptaan nilai pada suatu unit sumber daya. Kerja itu sesungguhnya adalah suatu kegiatan sosial.

1.5.2.2 Pengertian Kerja

23 Kerja

merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia.Kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh

pelakunya.24

Sementara menurut J.A.C Brown (Dalam Pandji Anoraga) menyatakan Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan ada orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada suau keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya.Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa pada diri manusia terdapat kebutuhan-kebutuhan yang pada saatnya membentuk tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan dipenuhinya. Demi tujuan-tujuan itu, orang terdorong melakukan suatu aktivitas yang disebut kerja.

22

Manahan P.Tampubolon,op.cit., hal. 175 23

Pandji Anoraga, Psikolologi kerja (Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta tahun 2005) Cetakan ketiga, hal. 13

24

(21)

bahwa kerja itu sesungguhnya merupakan bagian penting dari kehidupan manusia, sebab aspek kehidupan yang memberikan status kepada masyarakat.25

Kerja adalah ibadah, kerja sebagai pernyataan syukur atas kehidupan di dunia ini, dilakukan seakan-akan kepada dan bagu kemuliaan nama Tuhan bukan kepada manusia.26

Kerja adalah sumber penghasilan, hal ini jelas kerja sebagai sumber nafkah merupakan anggaran dasar masyarakat umumnya.27

Menurut Robbins (Dalam Kusdi) defenisi efektivitas organisasi adalah sejauh mana organisasi mencapai berbagai sasaran (jangka pendek) dan tujuan (jangka panjang) yang telah ditetapkan, dimana penetapan sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan itu mencerminkan konstituen strategi, kepentingan subjektif penilai, dan tahap pertumbuhan pertumbuhan organisasi.

1.5.2.3 Pengertian efektivitas Kerja

28

Berdasarkan pengertian efektivitas, kerja tersebut, dapat dikemukakan bahwa keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi tergantung pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan anggota organisasi, secara tepat sasaran dan tepat waktu, oleh karena itu perilaku pegawai yang mengarah pada proses pencapaian tujuan organisasi harus dikelola sedemikian rupa sehinggga membentuk kerja-kerja yang efektif. Kerja yang efektif adalah jawaban positif dari permasalahan-permasalahan bagaimanakah kita dapat memanfaatkan waku yang telah ditentukan dan apakah target pekerjaan dapat kita capai atau kita lampaui.

25

Pandji Anoraga, ibid., hal. 13 26

Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi, Kota Depok (Penerbit : PT Raja Grafindo Persada tahun 2012) cetakan pertama, hal. 350

27

Moeheriono, loc. cit. 28

(22)

Efektivitas kerja individu ini juga akan membentuk efektivitas kerja unit dan efektivitas kerja organisasi. Efektivitas kerja organisasi selain ditentukan oleh efektivitas sumber daya manusia, juga dipengaruhi oleh efektivitas sumber daya lainnya.

Dengan demikian efektivitas kerja merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaranmengenai seberapa jauh tujuan organisasi dapat tercapai secara tepat sasaran dan tepat waktu.Apabila efektivitas kerja dapat ditingkatkan, maka pencapaian tujuan organisasi lebih optimal.

Disamping hal-hal yang bersifat tehnis, terdapat faktor-faktor lain yang sifatnya tidak tehnis, melainkan psikologi, sosio kultural dan intelektual. Artinya dalam kehidupan berorganisasi, berkarya tidak dapat dipandang semata-mata hanya sebagai wahana untu merumuskan kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya wahana untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya individualistik dan ekonomis,tetapi juga berbagai kebutuhan lainnya. Interaksi dengan berbagai pihak seperti rekan sekerja, atasan dan bawahan mutlak diperlukan.

Tidak satu pun pekerjaan organisasi yang dapat diselesaikan hanya oleh seseorang tanpa interaksi sama sekali dengan pihak lain. ketaatan terhadap berbagai ketentuan yang berlaku dalam organisasi,melakukan penyesuaian dengan tradisi dan kultur organisasi adalah beberapa contoh lain dari faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian dalam mendorong tercapainya tingkat efektifitas kerja pegawai dalam kehidupan organisasi.Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas menurut Edy Sutrisno, adalah:29

29

(23)

1. Karakteristik Organisasi, termasuk struktur dan teknologi

2.Karakteristik lingkungan, termasuk lingkungan interen dan lingkungan ekstern 3.Karakteristik Karyawan

4.Kebijakan Praktik Manajemen

1.5.2.4Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Kerja

Ada empat faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja, seperti yang dikemukakan oleh Richard M. Steers, yaitu:30

Lingkungan luar dan lingkungan dalam juga telah dinyatakan berpengaruh atas efektivitas, keberhasilan hubungan organisasi lingkungan tampaknya amat tergantung pada tingkat variabel kunci yaitu tingkat keterdugaan keadaan lingkungan, ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan,tingkat rasionalisme organisasi. Ketiga faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi terhadap perubahan lingkungan.

1. Karakteristik Organisasi

Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan tehnologi organisasi yang dapat mempengaruhi segi-segi tertentu dari efektivitas dengan berbagai cara. Yang dimaksud struktur adalah hubungan yang relatif tepat sifatnya, seperti dijumpai dalam organisasi, sehubungan dengan susunan sumber daya manusia struktur meliputi bagaimana cara organisasi menyusun orang-orangnya dalam menyelesaikan pekerjaan, sedangkan yang dimaksud tehnologi adalah mekanisme suatu organisasi umtuk mengubah masukan mentah menjadi keluaran.

2. Karakteristik Lingkungan

30

(24)

3. Karakteristik Pekerja

Pada kenyataannya para anggota organisasi merupakan faktor pengaruh yang paling penting karena perilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan sumber daya yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber daya yang ada di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku pekerja sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Pekerja merupakan modal utama di dalam organisasi yang akan berpengaruh besar terhadap efektivitas, karena walaupun tehnologi yang digunakan merupakan tehnologi yang canggih dan didukung oleh adanya struktur yang baik, namun tanpa adanya pekerja maka semua itu tidak ada gunanya.

4.Karakteristik Kebijaksanaan dan Praktek Manajemen

Dengan makin rumitnya proses teknologi dan perkembangannya lingkungan maka peranan manajemen dalam mengkoordinasi orang dan proses demi keberhasilan organisasi

Apabila keempat hal tersebut telah dilaksanakan sesuai standar yang ditetapakan oleh organisasi, maka kualitas yang akan dicapai terpenuhi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh organisasi.

1.5.2.5 Syarat-syarat dalam Pencapaian Kinerja secara Efektif

Berikut ini syarat dalam pencapaian Kinerja secara Efektif menurut Richard M.Steers adalah:31

31

(25)

1) Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada kemungkinan kesalahan dalam interprestasi penyelesaian kerja.

2) Dapat diukur secara obyektif baik yang bersifat kualitatif dan kuantitatif

3) Pencapaian tugas penting dan berguna untuk menunjukkan keberhasilan memasukkan , serta mengeluarkan hasil dan manfaat.

4) Harus cukup fleksibel dan sensitive terhadap perubahan atau penyesuaian terhadap pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan kerja dalam organisasi. 5) Relevensi terhadap tugas dan kegiatan.

6) Efektif, data atau informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang bersangkutan.

1.5.2.6 Indikator Efektivitas Kerja

menurut hasibuan efektivitas kerja adalah suatu keadaan yang menunjukkan keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja dan ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan serta kualitas kerja yang baik.32

“perekat sosial” dan menghasilkan “perasaan kekamian”, sehingga meniadakan proses diferensiasi yang merupakan bagian dari kehidupan organisasi yang tidak dapat dihindari. Budaya organisasi menawarkan suatu sistem bersama mengenai arti, diamana menjadi dasar untuk komunikasi dan pemahaman bersama. Jika fungsi ini tidak direalisasikan dalam suatu cara yang layak, budaya mungkin

1.5.2.7 Hungungan Budaya Organisasi Terhadap Efektivitas Kerja

Kegunaan Budaya oleh Sedarmayanti adalah Budaya menampilkan

32

(26)

secara signifikan mengurangi efesiensi organisasi. 33

Dalam Pembahasan peran budaya organisasi, Budaya organisai diteliti secara intensif oleh para pakar untuk mengetahui perannya dalam organisasi sejumlah penelitian menyimpulkan bahwa budaya organisasi mempunyai peran besar dalam upaya mencapai tujuan organisai, di point yang ke-10, yaitu : Sumber Keunggulan Kompetitif; Budaya organisasi merupakan salah satu sumber keunggulan kompetitif. Budaya organisasi yang kuat mendorong motivasi kerja, konsistensi, efektivitas dan efesiensi, serta menutunkan ketidakpastian yang memungkinkan kesuksesan organisasi dalam pasar dan persangan.34

Ada beberapa cara memandang hubungan budaya organisasi dengan efektivitas kerja dalam organisasi menurut denison (tika, moh. Pabundu)35

1. Efektifitas (kurangnya efektifitas) adalah fungsi dari nilai-nilai dan keyakinan yang dianut oleh para anggota organisasi. Nilai-nilai spesifik atau persetujuan akan nilai spesifik memengaruhi efektifitas. Gagasan ini mungkin merupakan penjelasan yang paling mistik mengapa budaya organisasi dapat memengaruhi kinerja organisasi. Meskipun demikian, keyakinan-keyakinan yang dianut dengan kuat, penghayatan misi atau konsistensi yang berasal dari sejumlah nilai dan keyakinan, memberikan dasar bagi tindakan terkoordinasi dalam suatu organisasi.

2. Efektifitas adalah fungsi dari peraturan-peraturan dan praktik-praktik yang digunakan perusahaan. Praktik-praktik spesifik, terutama yang merupakan bagian

33

Sedarmayanti, op.cit., hal. 76 34

Wirawan, op.cit., hal. 37

35

(27)

dari manajemen sumber daya manusia dan lingkungan internal sebuah organisasi memengaruhi kinerja dan efektifitas perusahaan. Cara tertentu dalam menyelesaikan konflik, merencanakan strategi, merancang pekerjaan atau membuat keputusan, akan menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam jangka waktu pendek dan panjang.

3. Efektifitas adalah fungsi dari menerjemahkan nilai-nilai dan keyakinan inti ke dalam peraturan-peraturan dan praktik-praktik dengan cara yang konsisten. Visi pemimpin harus dioperasionalisasikan melalui tindakan. Membangun budaya kuat berimplementasi bahwa nilai-nilai dan tindakan sangat konsisten. Bentuk konsistensi ini sering disebut-sebut sebagai sumber kekuatan organisasi dan sebagai cara untuk memperbaiki kinerja dan efektifitas organisasi.

4. Efektifitas adalah fungsi dari hubungan timbal balik antara nilai-nilai dan keyakinan inti, peraturan dan praktik organisasi, serta lingkungan bisnis dari sebuah organisasi. Oleh karena itu, tidak ada generalisasi yang dapat dibuat mengenai budaya dan efektifitas bila tidak membicarakan hubungan antara budaya dan lingkungan bisnisnya. Lingkungan tertentu mungkin menciptakan jenis budaya tertentu atau membutuhkan jenis budaya tertentu agar organisasi dapat bertahan hidup.

(28)

pencapaian organisasi. Budaya organisasi yang sangat besar pengaruhnya terhadap kepemimpinan untuk menjadi efektivitas organisasi, antara lain karena pengaruhnya pada iklim organisasi atau iklim kerja yang berlangsung sehari-hari.36

Menurut Deal dan dkk Budaya yang kuat dan positif sangat berpengaruh terhadap perilaku dan efektivitas kinerja perusahaan. 37

Menurut Denison (dalam edy sutrisno) budaya organisasi berpengaruh terhadap efektivitas, terutaman karena dalam budaya organisasi ada keterlibatan, konsistensi, adaptasi, dan kejelasan misi

Budaya organisasi memiliki peran yang sangat strategis terhadap kesuksesan suatu organisasi, untuk membangun kerja organisasionalnya dalam jangka panjang sebagai sarana bagi anggota organisasi untuk memenuhi kebutuhan serta mencapai tujuannya.Sejauh mana budaya mempengaruhi efektivitas organisasi dapat diketahui dengan melihat kuat atau lemah budaya organisasi tersebut.

38

36

Hadari Nawawi, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press), Cetakan Pertama, hal. 290-291 37

Edy Sutrisno, op. cit., hal. 3

38

Edy Sutrisno, ibit., hal160

Budaya organisasi memiliki peran yang sangat strategis terhadap kesuksesan suatu organisasi, untuk membangunan kerja organisasionalnya dalam jangka panjang sebagai sarana bagi anggota organisasi untuk memenuhi kebutuhan serta mencapai tujuannya.Sejauh mana budaya mempengaruhi efektivitas organisasi dapat diketahui dengan melihat kuat atau lemah budaya organisasi tersebut.

(29)

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimanarumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pertanyaan.Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan. Belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data39

1. Hipotesis Alternatif

Adapun hipotesis yang dikemukakan adalah :

Adanya pengaruh budaya organisasi terhadap efektivitas kerja. 2. Hipotesis Nol

Tidak adanya pengaruh budaya organisasi terhadap efektivitas kerja.

1.7Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi perhatian ilmu social.40

1. Budaya organisasi merupakan serangkaian nilai-nilai dan strategi, gaya kepemimpinan, visi & misi serta norma-norma kepercayaan dan pengertian yang dianut oleh anggota organisasi dan dianggap sebagai kebenaran bagi anggota yang baru yang menjadi sebuah tuntunan bagi setiap elemen organisasi suatu perusahaan untuk membentuk sikap dan perilaku.

Untuk memberikan batasan yang jelas penelitian yang akan dilakukan, maka saya mendefenisikan konsep-konsep yang digunakan sebagai berikut :

39

Sugiyono, metode penelitian administrasi.( Bandung: Alfabeta, tahun 2005), hal. 70 40

(30)

Hakikatnya, budaya organisasi bukan merupakan cara yang mudah untuk memperoleh keberhasilan, dibutuhkan strategi yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu andalan daya saing organisasi. Budaya organisasi merupakan sebuah konsep sebagai salah satu kunci keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.

2. Efektivitas kerja sebagai pencapaian target dengan baik secara tepat guna dari segi kuantitas, dan kualitas waktu yang menghasilkan output sesuai dengantujuan yang telah ditetapkan.

1.8 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel.41

A.Budaya Organisasi sebagai Variabel Bebas (X)

Sehingga dalam pengukuran ini dapat diketahui indicator-indikator apa saja yang dianalisa dari varibel tersebut.

1. Inovatif Memperhitungkan Resiko

2. Memberikan Perhatian Pada Setiap Masalah Secara Detail 3. Berorientasi Terhadap Hasil yang Akan Dicapai

4. Berorientasi kepada semua kepetingan karyawan 5. Agresif Dalam Bekerja

6. Mempertahankan dan Menjaga Stabilitas Kerja

B. Efektivitas kerja sebagai Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah efektivitas kerja, efektivitas kerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan baik dan benar, sehingga

41

(31)

pencapaian tujuan dapat tercapai sesuai yang diinginkan. Adapaun indikator dari efektivitas kerja yaitu :

1. Kuantitas kerja adalah volume kerja yang dihasilkan dibawah kondisi normal. Kuantitas juga menunjukkan banyaknya jenis pekerjaan yang dilakukan dalam satu waktu sehingga efektivitas dapat terlaksana sesuai dengan tujuan perusahaan

2. Kualitas kerja adalah ketelitian, kerapian, dan keterikatan hasil kerja yang dilakukan dengan baik agar dapat menghindari kesalahan didalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

3. Pemanfaatan waktu adalah penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan kebijakan perusahaan agar pekerjaan selesai tepat waktu pada waktu yang ditetapkan.

I.9 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, defenisi konsep, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini secara umum menguraikan tentang bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data Teknik Penentuan Skor dan Teknik analisis data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

(32)

tentang sejarah singkat, kondisi / situasi, visi dan misi serta struktur organisasi

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat tentang penyajian data yang dilakukan oleh peneliti dengan cara menguraikan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan melakukan analisa berdasarkan pada metode yang digunakan.

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini memuat tentang pembahasan atau interprestasi dari data-data yang disajikan dalam bab sebelumnya

BAB VI PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan yang timbul tersebut, maka penyusun akan mencoba untuk membuat suatu aplikasi Pemetaan Sistem Informasi Geografis Fotokopian

[r]

Saat kehilangan gaya benda akan berhenti atau saat berhenti benda tidak memiliki gaya; (2) Menganggap arah gerak benda selalu sesuai dengan arah gaya yang bekerja pada

Suatu jenismistar ingsut yang berfungsi sebagai pengukuran ketinggian disebut jangkasorong ketinggian atau kaliber tinggi. Alat ukur ini dilengkapi dengan rahang ukur yang bergerak

Dalam kepercayaan masyarakat Asmat, suku bangsa Asmat sekarang ini merupakan keturunan dewa yang turun dari dunia ghoib.. Dewa-dewa itu

Olah raga lempar lembing merupakan cabang olahraga atletik, dimana atlet dari melemparkan lembing atau tombak pada lapangan dengan ukuran yang telah

Analisis Regresi sederhana adalah bentuk regresi dengan model yang bertujuan untuk mempelajari hubungan antara dua variabel, yakni variabel dependen (terikat) dan

memberant as korupsi di Indonesia yang disarikan dari aspek nilai-nilai agama Islam (Islamic religion’s value) dikait kan dengan Akhlakul karimah (Et ika Islami) Sebagaimana