• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Pemungutan Pajak Restoran Berdasarkan Perraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pajak Restoran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosedur Pemungutan Pajak Restoran Berdasarkan Perraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pajak Restoran"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat ditopang oleh sektor pariwisata, perkebunan, pertanian, perikanan, pertambangan dan lainnya. Indonesia adalah Negara yang memiliki keadaan alam, flora, fauna, seni, budaya yang berlimpah yang merupakan aset dalam modal pembangunan kepariwisataan. Pembangunan kepariwisataan di Indonesia yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, berkelanjutan dan bertanggungjawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat setempat akan memberikan pemerataan kesempatan berusaha dalam bentuk banyaknya tercipta lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia.

Penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan, keadilan, keistimewaan dan khususan daerah dalam tingkat Negara Kesatuan Republik Indonesia.1

Effiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan

1

(2)

pemerintahan, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan Negara.

Menyukseskan pembangunan nasional yang dilaksanakan secara berkesinambungan, maka semakin dirasakan perlunya peningkatan pembinaan di bidang pemerintahan umum, terutama upaya menciptakan suatu kondisi dimana pemerintah dan masyarakat dapat melakukan kegiatan secara aman, tertib, tentram dan teratur. Undang-Undang No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah mengatur tentang, salah satu wewenang, tugas dan kewajiban kepala wilayah adalah membina ketentraman dan ketertiban diwilayahnya dan mengupayakan agar semua peraturan perundang-undangan ditaati dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah maupun non pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Wewenang, tugas dan kewajiban tersebut di atas, merupakan tugas lama yang sampai saat ini masih tetap berlaku. 2

Munculnya otonomi daerah menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dari sistem pemerintah bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem pemerintahan yang desentralisasi, yaitu dengan memberikan keleluasaan terhadap daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang bertanggung jawab, untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Pemberian otonomi daerah pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah daerah, terutama dalam pelaksanaan pembangunan

2

(3)

dan pelayanan masyarakat serta peningkatan pembinaan kesatuan politik dan kesatuan bangsa.

Berlakunya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan langkah pemerintah pusat dalam memberikan otonomi yang seluas-luasnya bagi pemerintah daerah yang merupakan peluang sekaligus tantangan. Menjadi sebuah peluang apabila pemerintah daerah tersebut mampu mengelolah segala sumber penerimaan dengan baik dan optimal, begitupun sebaliknya akan menjadi sebuah tantangan apabila pemerintah tersebut tidak mampu mengelolah segala sumber penerimaan daerahnya dengan baik.

Sistem pemungutan pajak daerah dapat dibagi menjadi dua. Pertama, pemungutan pajak daerah dengan sistem official assessment yang berarti pemungutan pajak daerah berdasarkan penetapan Kepala Daerah dengan menggunakan surat ketetapan pajak daerah atau dokumen lain yang dipersamakan dengan itu.3 Kedua, pemungutan menggunakan sistem self assessment. Sistem ini memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Wajib pajak menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak daerah yang terutang. Dokumen yang digunakan adalah surat pemberitahuan pajak daerah (selanjutnya disingkat SPTPD) untuk menghitung, memperhitungkan, membayarkan dan melaporkan pajak yang terutang.

Masalah yang sering muncul dalam pelaksanaan otonomi daerah selain perimbangan keuangan antar pusat dan daerah yang kurang merata, prospek kemampuan pembiayaan pemerintah dalam melaksanakan fungsinya sebagai

3

(4)

penyelenggara pembangunan dan pelayanan masyarakat dianggap belum maksimal. Oleh karena itu, penyelenggaraan kegiatan pemerintahan daerah senantiasa terus meningkat sehingga biaya yang dibutuhkan juga akan bertambah. Peningkatan penerimaan daerah harus senantiasa diupayakan secara periodik oleh setiap daerah otonom melalui penataan administrasi pendapatan daerah yang efektif dan efisien sesuai dengan yang ditetapkan di dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan petunjuk pelaksanaan.

Pembiayaan pemerintah dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Sumber-sumber penerimaan daerah ini dapat berasal dari bantuan dan sumbangan pemerintah pusat maupun penerimaan yang berasal dari daerah sendiri. Namun yang menjadi komponen utama Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Pajak Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 “Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.4

Pajak daerah merupakan sumber pendapatan yang paling tinggi, karena pendapatan tersebut digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah dan

4

(5)

pembangunan daerah. Daerah memiliki wewenang untuk mengatur wilayah dan mengembangkan segala potensi yang dimiliki, sehingga kewenangan ini akan mendorong daerah untuk berkembang secara kompetitif yang sehat dengan memanfaatkan semaksimal mungkin sumber daya yang dimiliki.

Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah, yang diharapkan dapat membantu pembiyaan dareah untuk melaksanakan otonominya, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri disamping penerimaan yang berasal dari pemerintah berupa subsidi / bantuan. Sumber pajak daerah tersebut diharapkan menjadi sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, dan pembangunan daerah untuk meningkatakan pemerataan kesejahteraan rakyat.

Kemampuan pajak daerah yang dimilki setiap daerah merupakan salah satu indikator kesiapan pemerintah daerah dalam berotonomi daerah. Oleh karena itu perolehan pajak daerah diarahkan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang digunakan untuk menyelenggarakan otonomi dareah yang secara konseptual diharapkan memiliki kemampuan nyata dan bertanggung jawab. Tuntunan kemampuan nyata ini diharapkan bersumber dari kemampuan menyiasati penerimaan pajak daerah melalui upaya-upaya yang dapat dilakukan sehingga terjadi peningkatan dari waktu kewaktu.

(6)

oleh DPPK Kota Medan adalah Pajak Restoran, pajak ini dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas pelayanan yang disediakan Restoran termasuk Rumah makan, café, bar dan sejenisnya, tidak termasuk usaha boga dan catering. Dengan adanya pajak restoran, besar kemungkinan terdapat celah atau kelemahan pada sisi administrasi, pengelolaan di lapangan, maupun implikasinya. Beberapa hal yang menjadi celah dari pajak restoran ini terletak pada penetapan target yang telah ditetapkan tidak sebanding dengan potensi sebenarnya, ketidakseimbangan antara potensi sebenarnya yang dimiliki dengan realisasi penerimaan pajak restoran yang sudah dilakukan dan tinjauan prosedur pemungutan pajak restoran.

(7)

miskin. Ini juga sejalan dengan peran pajak dalam kaitannya membatasi konsumsi sehingga pemerintah dapat mentransfer sumber dari konsumsi ke jalur investasi.

Sementara dari sisi ketepatan sebagai pajak daerah, restoran sangat cocok sebagai sumber penerimaan daerah. Karena obyek pajak jelas tempatnya dan tempat memungut sama dengan tempat beban pajak. Bila ditelaah dari sisi kemudahan administrasi, pajak restoran tergolong mudah dalam pelaksanaannya. Ini dikarenakan pajak tersebut sudah termasuk dalam biaya konsumsi yang harus dibayar oleh pengunjung restoran.

Rumah makan atau restoran yang terkena wajib pajak disini adalah seluruh rumah makan atau restoran yang sudah mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (selanjutnya disebut SPTPD). Konsekuensi penerimaan pajak restoran yang diberlakukan di Kota Medan Nomor 5 Tahun 2011 itu dilakukan oleh petugas kepada wajib pajak yang sudah terdata dan menerima SKPD sehingga disini wajib pajak dapat memenuhi kewajiban membayar pajak sesuai dengan tarif yang ditetapkan.

Pemko Medan dalam memaksimalkan pemugutan pajak khususnya pajak restoran. Tim penagihan pajak Pemko Medan merazia tiga restoran yang selama ini belum terdaftar sebagai wajib pajak.5

Berdasarkan latar belakang di atas merasa tertarik memilih Prosedur Pemungutan Pajak Restoran Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pajak Restoran.

5

(8)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, dapat di kemukakan beberapa permasalahan sebagai berikut

1. Bagaimanakah prosedur pemungutan pajak restoran berdasarkan Peraturan Daerah Di Kota Medan?

2. Bagaimanakah penerapan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang pemungutan pajak restoran Kota Medan?

3. Apakah kendala dalam pemungutan pajak restoran berdasarkan Peraturan Daerah?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui prosedur pemungutan pajak restoran berdasarkan Peraturan Daerah Di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui penerapan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang pemungutan pajak restoran Kota Medan.

3. Untuk mengetahui kendala dalam pemungutan pajak restoran berdasarkan Peraturan Daerah.

Adapun manfaat penulisan ini adalah : 1. Manfaat teoretis

(9)

2. Manfaat praktis

Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah terutama aparat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan untuk meningkatkan pemungutan serta pengelolaan pajak daerah sebagai sumber pendapatan asli daerah.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan informasi yang diketahui dan penelusuran kepustakan yang dilakukan khususnya di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penulisan skripsi terkait dengan Prosedur Pemungutan Pajak Restoran Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pajak Restoran. Belum pernah ditulis sebelumnya. Dengan demikian berdasarkan perumusan masalah serta tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini, dapat dikatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya yang asli dan bukan merupakan hasil jiplakan dari skripsi orang lain. Skripsi ini dibuat berdasarkan hasil pemikiran sendiri dan refrensi dari buku-buku, undang-undang, makalah-makalah, jurnal serta media elektronik yaitu internet dan juga mendapat bantuan dari berbagai pihak. Berdasarkan asas-asas keilmuan yang rasional, jujur, dan terbuka, maka penelitian dan penulisan skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian pajak

(10)

adalah: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Pajak adalah iuran pada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak dapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas

pemerintah”.6

Melihat beberapa definisi pajak di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pajak merupakan iuran wajib masyarakat kepada negara yang dalam pemungutannya dapat dipaksakan namun tidak memberi jasa timbal balik secara langsung terhadap masyarakat, hal ini dikarenakan pajak menjadi sumber penerimaan utama dalam membiayai pengeluaran rutin pemerintah.

Pajak memiliki unsur-unsur sebagai berikut. 7 a. Iuran dari rakyat kepada negara.

Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

b. Berdasarkan undang-undang.

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

6

Bohari. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), hal 23

7

(11)

c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2. Pengertian Pajak Daerah

Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu negara berurusan dengan pajak sehingga masalah pajak juga menjadi masalah keseluruhan rakyat negara tersebut. Dengan demikian setiap orang sebagai anggota masyarakat suatu negara harus mengetahui segala permasalahan yang berhubungan dengan pajak, baik mengenai asas-asasnya, jenis-jenis pajak yang berlaku, tata cara pembayaran pajak serta hak dan kewajiban sebagai wajib pajak.

(12)

Dasar Hukum pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah Undang-undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak Daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu sebagai berikut:8

1. Pajak Provinsi, terdiri dari: a. pajak kendaraan bermotor;

b. bea balik nama kendaraan bermotor; c. pajak bahan bakar kendaraan bermotor; d. pajak air permukaan; dan

e. pajak rokok.

2. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri atas: a. pajak hotel;

b. pajak restoran; c. pajak hiburan; d. pajak reklame;

e. pajak penerangan jalan;

f. pajak mineral bukan logam dan batuan; g. pajak parkir;

h. pajak air tanah;

i. pajak sarang burung walet;

j. pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan; dan k. bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

8

(13)

Khusus untuk Daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi tidak terbagi dalam daerah Kabupaten/kota otonom, seperti Daerah Khusus Ibu kota Jakarta, jenis Pajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dari Pajak untuk daerah provinsi dan Pajak untuk daerah kabupaten/kota.

3. Retribusi daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.9

4. Pajak Restoran

Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.10 Sedangkan menurut Abdul Kadir pajak restoran adalah tempat menyantap makanan dan/atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga atau catering.11 Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari restoran.12

Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. Pemungutan Pajak Restoran di Indonesia saat ini didasarkan pada Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 65

9

Abdul Kadir, dkk, Op. cit., hal 19

10

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pajak Restoran, Pasal 1 angka (8)

11

Abdul Kadir, Op.cit., hal 10

12Ibid

(14)

Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.13 Semula menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Pajak atas Hotel disamakan dengan Restoran dengan nama Pajak Hotel dan Restoran. Akan tetapi, berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 jenis pajak tersebut dipisahkan menjadi dua jenis pajak yang berdiri sendiri, yautu Pajak Hotel dan Pajak Restoran.Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.14

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah yuridis normatif dan yuridis empiris. Yuridis normatif adalah untuk mengkaji berbagai peraturan-peraturan yang ada terkait dengan pendistribusian. Pendekatan empiris, yaitu metode penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data primer dan menemukan kebenaran yang diperoleh langsung dari penelitian lapangan melalui wawancara dengan koresponden dan studi kepustakaan untuk menemukan mengenai proses terjadinya dan mengenai proses bekerjanya hukum di masyarakat.15

2. Sifat penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah bersifat deskripstif analitis, yang mengungkapkan peraturan

13

Siahaan, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. (Jakarta:PT RajaGravindo Persada, 2005,,hal 270

14

Siahaan, Op.Cit., hal 271.

15

(15)

undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian. Bersifat deskriptif yang didukung dengan adanya penggambaran sejarah Pemungutan Pajak Restoran Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran. Demikian juga hukum dalam pelaksanaannya di dalam masyarakat yang berkenaan dengan objek penelitian.16

3. Sumber data

Data dapat dibagi ke dalam dua jenis berdasarkan sumber data yang diperoleh, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk laporan, Skripsi, Tesis, Disertasi, dan peraturan perundang-undangan.17

Di dalam penulisan skripsi ini, data sekunder yang digunakan berupa: a. Bahan hukum primer, adalah bahan-bahan hukum yang mengikat. Yaitu

peraturan mengikat yang telah ditetapkan oleh pemerintah antara lain Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011. Peraturan Walikota Medan Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pajak Restoran.

16

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 105-106.

17

(16)

b. Bahan hukum sekunder, adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, berupa buku-buku, karya ilmiah dan jurnal.

c. Bahan hukum tersier, adalah bahan yang memberikan petunjuk atau penjelasan mengenai bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder yaitu yang berasal dari kamus, majalah, surat kabar, dan bahan lainnya yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

4. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data adalah cara atau teknik untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam penulisan skripsi ini digunakan teknik pengumpulan data melalui kepustakaan. Teknik pengumpulan data dengan cara ini yaitu mengumpulkan data – data sekunder yang diperoleh dari bahan pustaka, yang terdiri dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011, buku-buku, literatur, makalah, dan lain sebagainya. Selain itu dilakukan juga wawancara terstruktur pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah.

5. Analisis data

(17)

dengan cara mengumpulkan data-data sekunder yang dibutuhkan baik itu berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier yang berhubungan dengan penulisan skripsi.

G. Sistematika Penulisan

Guna memudahkan pemahaman atas isi dari skripsi ini, penulis membuat sistematika pembahasan secara teratur yang semuanya mempunyai hubungan erat satu dengan yang lain. Dalam skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dan sejumlah sub bab. Adapun sistematika dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN

BERDASARKAN PERATURAN DAERAH DI KOTA MEDAN Bab ini berisikan gambaran umum Kota Medan, instansi yang berwewenang dalam pemungutan pajak restorant dan pengawasan terhadap pemungutan pajak restoran berdasarkan Peraturan daerah serta prosedur pemungutan pajak restoran berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan.

(18)

Medan dan penegakan hukum terhadap Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pemungutan Pajak Restoran Kota Medan

BAB IV KENDALA DALAM PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN BERDASARKAN PERATURAN DAERAH

Bab ini berisikan kendala dalam pemungutan pajak restoran berdasarkan Peraturan Daerah di Kota Medan dan upaya mengatasi kendala dalam pemungutan pajak restoran berdasarkan Peraturan Daerah di Kota Medan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 33

(2) orang pribadi yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan sehubungan dengan hibah yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus

secara tertulis yang mencakup target pasar dan produk yang akan ditawarkan, target dana yang akan dihimpun, target ekspansi kredit, anggaran yang digunakan, serta penetapan

Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara pola kebersihan diri dengan gangguan kulit pada petani padi di Kelurahan Nanggulan

Dari biaya-biaya yang telah ditelusuri dan dihitung tadi didapat harga pokok produksi berdasarkam metode Job Order costing dikelompokan

Berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Otonomi Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Fokus utama peningkatan produktivitas jagung melalui SL-PTT jagung hibrida adalah upaya pencapaian sasasaran produksi jagung tahun 2009 yang difokuskan pada kegiatan